BTPI laporan kakao

15
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara. Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur 3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi (Raharjo, 1999). Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% 1

description

laporan budidaya kakao

Transcript of BTPI laporan kakao

Page 1: BTPI laporan kakao

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan

luas areal di Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat, karena kakao merupakan

salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi,

dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting

bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan

kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara.

Kakao merupakan tanaman tahunan yang mulai berbunga dan berbuah umur

3-4 tahun setelah ditanam. Apabila pengelolaan tanaman kakao dilakukan secara

tepat, maka masa produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun, selain itu untuk

keberhasilan budidaya kakao perlu memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor bahan

tanam. Penggunaan bahan tanam kakao yang tidak unggul mengakibatkan pencapaian

produktivitas dan mutu biji kakao yang rendah, oleh karena itu sebaiknya digunakan

bahan tanam yang unggul dan bermutu tinggi (Raharjo, 1999).

Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia

yang diperkirakan mencapai 20% bersama Negara Asia lainnya seperti Malaysia,

Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF, 2007 dalam Supartha,

2008) . Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktivitas dan

mutu yang tinggi. Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1983

luas areal tanaman kakao 59.928 ha, dengan produksi sekitar 20.000 ton, dan pada

tahun 1993 luas areal tanaman kakao menjadi 535.000 ha dengan produksi mencapai

258.000 ton (Direktur Jenderal Perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini 435.000

ton dengan produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni

67% diperoleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah ( Suhendi, 2007).

1

Page 2: BTPI laporan kakao

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum bididaya tanaman kakao adalah untuk mengetahui

media tanam terbaik pada budidaya tanaman kakao.

2

Page 3: BTPI laporan kakao

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Sistematika tanaman kakao :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Familia : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

2.1 Morfologi

Batang dan Cabang

Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010), Tinggi tanaman kakao jika

dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3

meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut

beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang

tersedia (Hall (1932 dalam PPKKI, 2010)

PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme,

artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke

atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan

tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang

kipas atau fan) (PPKKI, 2010)

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan

berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan

dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao

(Anonymus, 2013)

Daun

3

Page 4: BTPI laporan kakao

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.

Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas

plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI,

2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya

(Hall (1932) dalam PPKI, 2010).

PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao

yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai

daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah

datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung

daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun

tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi

daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau

tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.

Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).

Bunga

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang

dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut

semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan

bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga

disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai

sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari

tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus,

2013).

Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat

pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.

Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm,

terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan

bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel,

dan berwarna putih (Anonymus, 2013)

Buah dan Biji

4

Page 5: BTPI laporan kakao

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua

macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika

sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna

merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).

Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada

tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan

permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada

umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah

berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30

cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah

(Anonymus, 2013).

2.3 Syarat Tumbuh

Di daerah tempat asalnya (Amerika Selatan), tanaman kakao tumbuh subur di

hutan-hutan dataran rendah dan hidup dibawah naungan pohon-pohon yang tinggi.

Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar

terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Susanto (1994) mengatakan bahwa kakao

mempunyai persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan 1.600 – 3.000 mm

tahun-1 atau rata-rata optimalnya 1.500 mm tahun-1 yang terbagi merata sepanjang

tahun (tidak ada bulan kering), garis lintang 20° LS samapai 20° LU, tinggi tempat 0

s/d 600 m dpl, suhu yang terbaik 24°C s/d 28°C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m

detik-1) berpengruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik bagi

tanaman kakao adalah 2-5 m detik-1 karena dapat membantu penyerbukan,

kemiringan tanah kurang dari 45% dan tekstur tanah terdiri dari 50% pasir, 10% -

20% debu dan 30% - 40% lempung. Tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao

adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir.

5

Page 6: BTPI laporan kakao

2.4 Media Tanam

Pertumbuhan bibit tanaman kakao terbaik diperoleh pada tanah yang

didominasi oleh mineral liat smektit dan berturut-turut diikuti oleh tanah yang

mengandung khlorit, kaolinit dan haloisit.b) Tanaman cokelat dapat tumbuh dengan

baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7,5; c) Air tanah yang

mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu,

kedalam air tanah diisyaratkan minimal 3 m, d) Faktor kemiringan lahan sangat

menentukan kedalaman air tanah. Pembuatan teras pada lahan yang kemiringannya

8% dan 25% masing-masing dengan lebar minimal 1 m dan 1,5 m. Sedangkan lahan

yang kemiringannya lebih dari 40% sebaiknya tidak ditanami cokelat. Daerah yang

cocok untuk penanaman cokelat adalah lahan yang berada pada ketinggian 200-700 m

dpl.

2.5 Pupuk

Pemakaian pupuk perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kondisi.

Pupuk urea memungkinkan perkembangan akar dan ketahanan, serta memacu

pertumbuhan vegetatif baru dan produksi bunga. Sedangkan pupuk kimia dan pupuk

kandang menyediakan unsur hara ekstra untuk membentuk ketahanan dan

memperbaiki kesehatan tanaman, sehingga mampu meningkatkan produksi.

Pemakaian pupuk kimia sebaiknya pada akhir periode panen untuk memacu

pembungaan. Saat ini pupuk kimia yang sering digunakan adalah urea dan NPK

(nitrogen, fosfor, kalium). NPK membantu tanaman dewasa untuk memasok nutrisi

pada buah muda dan menunjang perkembangan buah sampai masak. Disamping

pupuk kimia, bisa digunakan pupuk kandang yang dikomposkan selama 3 bulan agar

bisa memperbaiki tanah dan bermanfaat dalam produksi kakao organik.

2.6 Hama dan Penyakit

Budidaya tanaman kakao memang banyak sekali mengenal berbagai jenis

hama dan penyakit. Hama dan penyakit inilah yang sering kali menyebabkan tujuan

6

Page 7: BTPI laporan kakao

budidaya tidak tercapai secara optimal. Oleh karena itulah, pengenalan berbagai jenis

hama dan penyakit beserta siklus hidup dan cara pengendaliannya mutlak diperlukan

untuk dapat menekan kerugian yang ditimbulkan dari serangan organisme-organisme

pengganggu tanaman ini.

Di antara berbagai jenis hama tersebut, yang paling sering menyerang adalah

hama penggerek batang kakao (Zeuzera coffear), penggerek buah kakao

(Conophomorpha cramerella), penghisap buah kakao (Helopeltis antonii), kutu putih

(Planococus citri), dan ulat kantong (Clania sp. dan Mahasena sp.).

Sedangkan beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman kakao adalah

penyakit busuk buah kakao yang disebabkan oleh Phythoptora palmivora, penyakit

kanker batang tanaman kakao Phythoptora palmivora, penyakit VSD (Vaskular

Streak Dieback) tanaman kakao yang disebabkan oleh infeksi cendawan

Oncobasidium theobromae, dan penyakit jamur akar tanaman kakao yang disebabkan

oleh cendawan Rigidoporus microporus, Ganoderma pseudoforeum, dan Fomes

lamaoensis.

Pengenalan gejala serangan pada tanaman, organisme penyebab, siklus hidup,

dan teknik pengendalian yang tepat dari beberapa serangan organisme pengganggu

tersebut adalah penting demi tercapainya tujuan dunia perkakaoan tanah air. Yang

perlu diingat adalah bahwa berbagai hama dan penyakit sebetulnya dapat

dikendalikan melalui pemangkasan yang tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat

sasaran.

7

Page 8: BTPI laporan kakao

III. METODOLOGI

I.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Mei 2014 di Lahan

Sistandu, Kota Serang Provinsi Banten.

I.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantara adalah cangkul,

golok, arit, bambu, meteran, polybag, tali kawat, paranet. benih cokelat, bibit coklat,

kompos, dan tanah.

I.3 Pelaksanaan

1. Pembukaan lahan.

2. Pembuatan naungan.

3. Pembuatan media tanam bibit kakao.

4. Penanaman bibit kakao.

5. Pembuatan media tanam benih kakao.

6. Penanaman benih.

7. Pemberian furadan di sekeliling benih.

8. Penyiraman.

9. Pemeliharaan.

10. Pengamatan.

8

Page 9: BTPI laporan kakao

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Jumlah Benih

No. Jumlah Benih Keterangan

1. 20 Mati

Tabel 2. Jumlah Bibit

No. Jumlah Bibit Keterangan

1. 4 Mati

2. 1 Hidup

4.2 Pembahasan

9

Page 10: BTPI laporan kakao

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2000. Statistik Perkebunan Indonesia 1998 – 2000.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Kompas. 2003. Industri Kakao Minta PPN 10 Persen Dihapus. Pp. 29, Tanggal 27

Juni 2003. Jakarta.

Laporan Akhir SL-PHT Petani Murni. 2002. Profil Coklat. Dinas Perkebunan dan

Hortikultura Sulawesi Tenggara. Kantor Wilayah Departemen Perdagangan

Sulawesi Utara.

Prasetyo B, Agustian A, Siswanto, Hastuti.S.S, dan Setyanto.A. 2002. Studi

Pendasaran, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Hama Terpadu Pada

Tanaman Kakao. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bagian

Proyek Penelitian dan Pengembangan Hama Terpadu Tanaman Perkebunan.

Jakarta.

Siregar, Tumpal H.S, Slamet R. dan Laeli N. 1992. Budidaya Pengolahan dan

Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

10