Brown Sequard Syndrome

10
BAB I PENDAHULUAN Brown-Séquard Syndrome, sesuai dengan nama penyakitnya, pertama kali ditemukan oleh Charles Edouard Brown- Séquard. Brown-Séquard adalah seorang yang dikenang berkat kontribusinya di bidang neurologi. Ia adalah seorang peneliti dan penulis. Brown-Séquard Syndrome adalah penemuan pertamanya. Brown-Séquard Syndrome adalah suatu kondisi neurologis yang ditandai dengan kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sebagai akibat dari disfungsi traktus spinothalamikus. Brown-Séquard Syndrome disebut juga Brown-Séquard’s hemiplegia dan Brown-Séquard’s Paralysis. 1

description

Makalah Kedokteran

Transcript of Brown Sequard Syndrome

PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUANBrown-Squard Syndrome, sesuai dengan nama penyakitnya, pertama kali ditemukan oleh Charles Edouard Brown-Squard. Brown-Squard adalah seorang yang dikenang berkat kontribusinya di bidang neurologi. Ia adalah seorang peneliti dan penulis. Brown-Squard Syndrome adalah penemuan pertamanya.Brown-Squard Syndrome adalah suatu kondisi neurologis yang ditandai dengan kehilangan fungsi motorik, proprioseptif dan rasa getar ipsilateral akibat disfungsi traktus kortikospinal dan kolumna dorsalis, disertai dengan kehilangan sensasi nyeri dan suhu kontralateral sebagai akibat dari disfungsi traktus spinothalamikus. Brown-Squard Syndrome disebut juga Brown-Squards hemiplegia dan Brown-Squards Paralysis.BAB II

ISI2.1 DEFINISI & EPIDEMIOLOGIBrown-Squard Syndrome didefinisikan sebagai sebuah lesi inkomplit pada korda spinalis yang ditandai dengan gambaran klinis trauma hemiseksi pada tulang belakang, biasanya di daerah servikal (Cai, HX et al, 2011). Kejadian Brown-Squard Syndrome tergolong langka di dunia. Angka insiden Brown-Squard Syndrome di Amerika Serikat tidak diketahui dengan pasti. Tetapi, insiden cedera spinal di Amerika Serikat sekitar 12.000 kasus baru per tahun dan 2-4 % dari kasus tersebut disertai Brown-Squard Syndrome. Angka prevalensi cedera spinal di Amerika Serikat mencapai 273.000 (Komarowska, M et al, 2013).Berdasarkan ras, 67% kasus Brown-Squard Syndrome terjadi pada populasi kulit putih dan 24,4% pada ras Amerika-Afrika Usia yang paling sering terkena adalah 16-30 tahun, dan usia paling sering adalah diatas 30 tahun (Komarowska, M et al, 2013).2.2 ETIOLOGI

Brown-Squard Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai macam mekanisme yang mengakibatkan kerusakan pada satu sisi korda spinalis. Penyebab paling sering adalah cedera akibat trauma, sering juga akibat mekanisme penetrasi seperti tikaman atau tembakan pistol (Urrutia, J dan Fadic, R, 2012).Beberapa penyebab Brown-Squard Syndrome lainnya:

Tumor korda spinalis, metastasis atau intrinsic

Trauma, tajam maupun tumpul

Penyakit degeneratif seperti herniasi discus dan spondilosis servikal

Iskemia

Infeksi atau inflamasi yang disebabkan oleh :

Meningitis

Empyema

Herpes zoster

Herper simplex

Myelitis

Tuberkulosis

Syphilis

Multiple sclerosis

Perdarahan, termasuk spinal subdural / epidural dan hematomyelia

2.3 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dari Brown-Squard Syndrome adalah kerusakan traktus korda spinalis asenden dan desenden pada satu sisi korda spinalis. Peteki hemoragi yang tersebar di substansia abu (grey matter) akan meluas dan menyatu satu jam setelah terjadinya trauma. Nekrosis hemoragik akan terjadi 24 36 jam kemudian. Peteki hemoragik akan terjadi di substansia putih dalam 3-4 jam. Serabut bermyelin dan traktus panjang terlihat mengalami kerusakan struktural yang luas (Cai, HX et al, 2011).2.4 GEJALA KLINIS

Brown-Squard Syndrome ditandai dengan paresis yang asimetris disertai hypalgesia yang lebih jelas pada sisi yang mengalami paresis. Brown-Squard Syndrome murni sering berhubungan dengan hal-hal berikut (Diabira, S et al, 2011) : Gangguan traktus kortikospinal lateralis : Paralisis spastic ipsilateral dibawah letak lesi Tanda Babinski positif ipsilateral dari letak lesi

Refleks patologis dan tanda Babinski positif (mungkin tidak didapatkan pada cedera akut)

Gangguan kolumna alba posterior : berkurangnya sensasi taktil untuk diskriminasi, rasa getar dan posisi ipsilateral dibawah letak lesi.

Gangguan traktus spinotalamikus lateralis : berkurangnya sensasi nyeri dan sensasi suhu kontralateral. Hal ini biasanya terjadi pada 2-3 segmen dibawah letak lesi.2.5 DIAGNOSIS DIFERENSIAL

Diagnosis banding Brown-Squard Syndrome antara lain fraktur cervical, multiple sclerosis, infeksi korda spinalis, cedera korda spinalis,stroke akibat iskemik, poliomielitis akut, Guillain-Barre Syndrome, post-traumatic syringomielia (Sjamsuhidajat, R & de Jong, W, 2010)2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis Brown-Squard Syndrome ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien tetapi sangat membantu dalam mengikuti perjalanan penyakit pasien. Pemeriksaan laboratorium dapat berguna pada Brown-Squard Syndrome yang disebabkan keadaan nontraumatik seperti infeksi atau neoplasma (Cai, HX et al, 2011). Pemeriksaan Radiologis : Foto polos spinal dapat menggambarkan cedera tulang yang disebakan trauma tajam maupun tumpul. Pemeriksaan MRI menunjukkan luasnya cedera korda spinalis dan ini sangat membantu untuk membedakannya dengan penyebab nontraumatik. CT_Mielogram dapat membantu jika MRI dikontraindikasikan atau tidak tersedia. Pemeriksaan lain :

Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dapat dilakukan jika dicurigai disebabkan oleh tuberkulosis.

2.7 PENATALAKSANAAN

Pasien dengan Brown-Squard Syndrome akibat trauma perlu dievaluasi kemungkinan adanya cedera lain, seperti halnya penderita trauma. Evaluasi lain dapat meliputi (Cai, HX et al, 2011) : pemasangan kateter urin

imobilisasi

pemasangan naso-gastric tube Imobilisasi servikal, vertebra dorsal bawah, dan imobilisasi dengan hard collar jika terjadi cedera servikal.

Pasien dengan Brown-Squard Syndrome mengalami kehilangan daya sensasi. Untuk mengetahui adanya kemungkinan cedera intraabdominal dapat dilakukan CT-scan atau peritoneal lavage.

Pemberian medikamentosa (farmakoterapi) bertujuan untuk mencegah komplikasi. Banyak penelitian menunjukkan penyembuhan yang lebih baik pada penderita yang diberikan steroid dosis tinggi pada awal pengobatan (Snell, RS, 2010).Kortikosteroid

Methylprednisolon (Solu-Medrol, Depo-Medrol)

Menekan inflamasi dengan menekan leukosit polimorfonuklear dengan meningkatkan permeabilitas kapiler. Dosis pada dewasa 30 mg/ KgBB IV bolus dalam 15 menit. Dilanjutkan 5,4 mg/KgBB/jam dalam infus 23 jam (harus dilakukan kurang dari 8 jam post trauma). Obat ini tidak dapat digunakan apabila terdapat riwayat alergi; infeksi virus, bakteri atau tuberculosis kulit. Penggunaan obat ini dengan digoxin dapat meningkatkan kadar toksisitas digitalis; peningkatan kadar estrogen; dapat meningkatkan fenobarbital, fenitoin dan rifampin jika digunakan bersama. Dalam penggunaan obat ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni secara perlahan dapat meningkatkan kejadian infeksi dan perdarahan saluran cerna, komplikasi lain : hiperglikemia, edema, osteonecrosis, ulkus peptikum, hipokalemia, osteoporosis, euphoria, psikosis, gangguan tumbuh kembang, miopati dan infeksi (Urrutia, J dan Fadic, R, 2012).2.8 KOMPLIKASI

Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan cedera spinal (Ropper, AH, Samuels, MA dan Klein, JP, 2014).2.9 PROGNOSIS

Prognosis untuk Brown-Squard Syndrome kurang baik dan tergantung dari penyebabnya. Penatalaksanaan yang dini dengan steroid dosis tinggi telah menunjukkan keuntungan (Komarowska, M et al, 2013).BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Sindrom Brown-Sequard ini merupakan penyakit yang langka. Angka kejadiannya sangat rendah. Sindrom ini sering didapatkan pada pasien pasca trauma tulang belakang. Kasus trauma tulang belakang merupakan suatu kegawatdaruratan yang harus ditangani dengan cepat dan tepat. Belum banyak terapi yang dapat diterapkan untuk menyembuhkan sindroma ini. Untuk itu penelitian lebih lanjut mengenai penyakit ini harus dilakukan untuk mendapatkan hasil terapi yang maksimal.6