Pancoast Syndrome

23
MAKALAH MATA KULIAH FT. NEURO TEPI “Pancoast Syndrome” Disusun Oleh: Nama : 1. Ahmad Amri Abror 2. Dini Pratitasari 3. Faisal Dwi Putra Dosen Pembimbing : Nia Kurniawati S. Fis, M.Kes Tahun Akademik : 2015/2016 D-IV Fisioterapi

description

pancoast syndrome

Transcript of Pancoast Syndrome

Page 1: Pancoast Syndrome

MAKALAH

MATA KULIAH FT. NEURO TEPI

“Pancoast Syndrome”

Disusun Oleh:

Nama : 1. Ahmad Amri Abror

2. Dini Pratitasari

3. Faisal Dwi Putra

Dosen Pembimbing : Nia Kurniawati S. Fis, M.Kes

Tahun Akademik : 2015/2016

D-IV Fisioterapi

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta III

Page 2: Pancoast Syndrome

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahnat dan limpahan karunia-

Nya yang begitu besar makalah “Pancoast Syndrome” dapat terselesaikan. Tidak lupa saya

haturkan beribu – ribu terima kasih kepada:

Poltekkes Kemenkes Jakarta III, yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk menimba serta menggali ilmu sedalam – dalamnya.

Ibu Nia Kurniawati, selaku dosen mata kuliah fisiologi latihan yang telah memberikan

ilmu kepada saya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Orang tua saya yang telah memberikan saya support baik itu secara materiil maupun

non materiil.

Teman – teman saya yang telah membantu saya mencari materi sebagai bahan

makalah serta menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah “Pengaruh Latihan Terhadap Hormon” ini saya buat dengan tujuan untuk

menambah nilai tugas mata kuliah fisiologi latihan dan sebagai bahan belajar saya untuk

menghadapi ujian akhir semester tak lupa juga sebagai bahan referensi teman – teman saya

untuk mempelajari mengenai pembahasan dari makalah saya ini.

Saya berharap makalah ini tidak hanya berguna bagi saya pribadi namun dapat berguna bagi

orang – orang yang membaca makalah ini. Sehingga apa yang menjadi tujuan saya dalam

menulis makalah ini dapat tercapai.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Bekasi, 25 Mei 2014

Kelompok 2

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 2

Page 3: Pancoast Syndrome

DAFTAR ISI

Perihal Hal

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I : Pendahuluan

1.1. Latar belakang 4

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Makalah 4

1.4. Metode Makalah 5

Bab II : Pembahasan

2.1. Hormon 6

2.2. Latihan Keseimbangan Hormon 11

2.3. Dampak Latihan Terhadap Hormon 13

2.4. Perbedaan Exercise dan Training 14

Bab III : Penutup

3.1. Kesimpulan 17

3.2. Saran 18

Daftar Pustaka 19

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 3

Page 4: Pancoast Syndrome

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancoast tumor adalah suatu bronkogenik karsinoma yang berlokasi di celah apikal pleuropulmonary (sulkus superior), dapat menginvasi plexus brachialis, nervus intercostalis, ganglion stellata, serta costa dan vertebra yang terdekat.Sebuah tumor pada sulkus paru superior biasanya memberi karakteristik berupa sindrom klinik yang disebabkan oleh karena lokasi tumor yang berada pada apeks lobus superior paru.Pada waktu lampau, lesi ini dianggap memiliki resisten terhadap radiasi dan tidak dapat direseksi secara komplit dan kuratif, sehingga dianggap harapan hidup setelah diagnosa tumor pancoast ditegakkan adalah 10 hingga 14 bulan.

Untuk kepentingan klinis, kanker paru dibedakan menjadi small cell carcinoma dan non-small cell carsinoma. Penanganan small cell carcinoma berbeda dengan non-small cell carsinoma, karena small cell carcinoma sangat ganas dan dianggap waktu ditemukan sudah ada mestatasis di tempat lain.Lebih dari 95 % pancoast tumor adalah jenis non-small cell carsinoma. Dari jenis ini, 52 % adalah carcinoma sel squamous atau adenocarsinoma  dan sel besar carcinoma (kurang lebih 23 % untuk setiap subtype). Sel kecil carcinoma dijumpai kurang dari 5 % pada keseluruhan kasus.

Kurang lebih 80 % pasien karsinoma paru diperkirakan karena rokok. Tar yang dihasilkan rokok merupakan bahan karsinogenik, melengket pada mukosa saluran nafas dan dalam waktu yang lama menimbulkan perubahan sel epitel : silia epitel menghilang, sel cadangan hiperplasia dan mengalami metaplasia sel skuamos. Lambat

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 4

Page 5: Pancoast Syndrome

laun sel epitel berubah dalam bentuk displasia dan kemudian menjadi karsinoma dalam berbagai bentuk tipe histopatologi.

Polusi udara atau perubahan lingkungan juga dikenal sebagai faktor penyebab karsinoma paru.Pada buruh yang bekerja di pabrik asbes, nikel dan tambang, insiden karsinoma paru meningkat.Cacat di paru misalnya parut karena kaverne yang menyembuh merupakan tempat yang potensial untuk timbulnya karsinoma.

B. Rumusan MasalahA. Bagaimana Anatomi, Kinesiologi dan Biomekanik Pancoast

Syndrome ?B. Bagaimana proses patologi Pancoast Syndrome?C. Bagaimana proses assasment pada kasus Pancoast SyndromeD. Bagaimana proses Fisioterapi dalam kasus Pancoast Syndrome?E. Bagaimana pencegahan kasus Pancoast Syndrome?

C. Tujuan Makalah1. Mengetahui Anatomi Kinesiologi dan Biomekanik Pancoast

Syndrome2. Memahami proses patologi Pancoast Syndrome3. Memahami proses fisioterapi dalam kasus Pancoast Syndrome4. Memahami pencegahan kasus Pancoast Syndrome

D. Metode MakalahMetode yang saya gunakan adalah metode pencarian melalui website (browsing)

dengan menggunakan media

internet dari berbagai macam sumber yang sudah dipaparkan dalam daftar pustaka

dan mengambil beberapa materi dari buku yang ada di perpustakaan Poltekkes Jakarta

III.

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 5

Page 6: Pancoast Syndrome

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi2.1.1 Anatomi Paru - Paru

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 6

Page 7: Pancoast Syndrome

Pulmo adalah jaringan parenkim yang dibungkus oleh pleura, mengikuti gerakan dinding toraks pada waktu inspirasi dan ekspirasi.Bentuknya dipengaruhi oleh organ – organ yang berada di sekitarnya. Berbentuk konus dengan bagian – bagiannya,yakni: apeks    , basis, facies costalis, facies mediastinalis, margo anterior, margo inferior dan hilus pulmonalis.

Pancoast tumor berada pada bagian apeks pulmonalis.Bagian ini berbentuk bundar, menonjol ke cranial, ditutupi oleh cupula pleurae. Bagian ini berbatasan dengan arteria subclavia sinistra dan arteria subclavia dextra yang menyebabkan terbentuknya sulcus subclavius pada permukaan pulmo, mengarah ke lateral tepat di sebelah caudal apeks pulmonis

Facies mediastinalis dibagi menjadi pars mediastinalis dan pars vertebralis. Pars mediastinalis ditutupi oleh pleura mediastinalis, berbatasan dengan pericardium dan membentuk impression cardiaca ( lebih cekung pada pulmo sinister ). Di sebelah dorso – kranial impression tersebut terdapat hilus pulmonalis, yaitu tempat keluar masuknya struktur – struktur kedalam dan dari pulmo.

Pada pulmo dexter, disebelah kranial dari hilus pulmonis terbentuk sulcus venae azygos, disebelah kranio – ventral hilus pulmonis terbentuk suatu cekungan yang agak lebar disebut sulkus vena cava superior.Pada pulmo sinister, disebelah kranial hilus pulmonis terbentuk sulkus arcus aorta yang kearah cranial berhubungan dengan sulkus subclavius.Serabut-serabut saraf simpatis dan nervus vagus membentuk pleksus pulmonary anterior dan posterior.

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 7

Page 8: Pancoast Syndrome

2.2. Kinesiologi dan Biomekanis Paru - Paru

Pernapasan adalah sebuah proses mekanik dimana udara masuk dan keluar melalui paru-paru dan saluran udara. Proses ini terjadi sebanyak 12 sampai 20 kali pada kondisi istirahat. Pernapasan merupakan pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli dari paru-paru dan darah. Proses pertukaran ini digunakan untuk metabolisme oksidatif yang digunakan oleh jaringan otot. Perubahan energi kimia berupa ATP menjadi energi mekanik yang digunakan untuk bergerak dan stabilisasi sendi dari tubuh.Pertukaran udara di dalam paru-paru menggunakan hukum Boyle dimana udara berpindah dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah.

Selama inspirasi, udara masuk menyebabkan volume paru-paru meningkat akibat kontraksi dari otot yang melekat pada iga dan sternum.Ketika paru-paru mengembang, tekanan interpleura berkurang karena udara yang masuk memenuhi paru-paru selama paru-paru mengembang. Ekspirasi adalah proses pengeluaran udara dari paru-paru ke lingkungan sesuai hukum Boyle, udara yang keluar menyebabkan tekanan di dalam paru-paru berkurang dan memaksa paru-paru kembali ke keadaan semula selama udara keluar.

2.3. Etiologi dan PatologiFT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 8

Page 9: Pancoast Syndrome

2.3.1. Etiologi

Mayoritas penyebab dari pancoast syndrome adalah small cell lung carcinoma (NSCLC) dengan 95% berlokasi di superior sulkus.Jenis dari sel kanker ini yang paling umum adalah SCC dan adenokarsinoma dan hanya 5% penyebab pancoast syndrome large cell carcinoma.

2.3.2. Patologi

Pancoast syndrome merupakan tumor paru yang mengenai dinding paru apical .Karena lokasinya berada di apeks pleura juga dapat bermetastase ke jaringan di sekitarnya. Walaupun tumor lain dapat menyebabkan manifestasi klinis yang sama karena berada di daerah thorakal,karena umumnya penyebab dari kasus tumor di paru paru berasal dari bronchogenic carsinoma yang berada di atau dekat dengan sulkus superior dan menyerang struktur ekstra thorak. Bronchogenic carsinoma dapat mengganggu sistem limfatik di permukaan endothoracic dan bagian dalamny, saraf intercostal, akar saraf pleksus brachialis, ganglion, sistem simpatik, iga dan tulang belakang.

Carsinoma pada sulkus pulmonary superior menyebabkan Pancoast Syndrome yang menyebabkan nyeri sepanjang nervus ulnaris yang mempersarafi lengan dan tangan. Metastase yang terjadi karena daerah pulmonal yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfatik di paru mengakibatkan penyakit ini mudah metastasis. kanker paru ini menyebar secara langsung menjalar, menyerang limfatik, dan pembuluh darah. Tumor menyebar dengan menyerang langsung ke atas bronkus, yang lain menyerang dinding bronkus dan menghalangi jalan nafas. Penyebaran pada intrapulmonal mungkin lebih mudah untuk struktur-struktur paru daripada jalan nafas seperti darah/limfa, alveoli dan saraf.

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 9

Page 10: Pancoast Syndrome

Hasil Rongten Pancoast Synddrome

2.4. Assasment Pancoast Syndrome

Assasment pada kasus Pancoast Syndrome dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan subjektif yang meliputi wawancara terhadap pasien mengenai gejala yang timbul, rasa sakit yang di rasakan, dimana nyeri terasa, seberapa sering nyeri terjad, saat melakukan apa nyeri terjadi, riwayat penyakit pasien seperti hipertensi, diabetes dan penyakit paru paru. Hal penting yang juga perlu di tanyakan adalah riwayat merokok pada pasien, karena pada umumnya carsinoma yang terjadi di daerah pulmonary di derita oleh pasien yang merokok.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan objektif seperti palpasi dan oskultasi. Kita melakukan palpasi untuk melihat bentuk thoraks pasien dan suara pernafasan pasien. Pada pancoast tumor di dapatkan tiga gejala klasik yang disebut sindrom Horner’s.Trias klasik ini terdiri atas miosis, ptosis, dan anhidrosis yang bersifat ipsilateral.Dari ketiga tanda ini anhidrosis merupakan tanda yang jarang dijumpai atau sulit dinilai.Sindrom Horner’s disebabkan oleh invasi neoplasma pada saraf paravertebral simpatis.Kerusakan pada saraf simpatis berakibat terhadap nervus cranial yang menyebabkan otot dilator iris mengalami parese.

Kelemahan, atropi, dan parastesi pada tangan atau lengan juga dapat menjadi tanda yang dijumpai.Pada 25% pasien, tekanan pada spinal cord dan timbulnya paraplegi, disebabkan oleh karena invasi tumor ke dalam foramen intervertebra. Manifestasi klinik lainnya yang jarang

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 10

Page 11: Pancoast Syndrome

dijumpai adalah sindrom vena cava superior, dimana kompresi pada vena cava superior menyebabkan dipsnue serta udem pada wajah dan ekstremitas bagian atas.Pada pemeriksaan fisik, jari tangan berbentuk tabuh, bentuk dinding toraks berubah dan trachea mengalami devisiasi.Kadang – kadang tumor di daerah perifer meluas pada dinding toraks dan muncul berupa penonjolan.

Pembesaran kelenjar getah bening di leher dan aksila merupakan manifestasi metastatis karsinoma paru dan dalam keadaan tertentu merupakan kunci untuk diagnostic tumor.Adanya suara nafas nyaring mirip asma bronchial merupakan salah satu simptom. Pada stadium lanjut, muncul gejala klinik lebih berat : suara parau, sindrom Homer, sindrom vena cava, sindrom pancoast dan gejala neurologik.

Pada pemeriksaan neurologist, tidak ditemukan kelainan neurologis lain yang bersifat fokal, maka pada langkah selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan foto thorax untuk mencari tumor apeks paru. Nyeri pada lengan yang bersifat menjalar terutama pada lengan bagian dalam, dapat menjadi tanda yang pertama dijumpai pada Pancoast tumor.Nyeri pada lengan disebabkan oleh invasi tumor pada plexus brakialis.

Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan penunjang yang meliputi X-Ray, CT-Scan dan PET Scan. Pemeriksaan penunjang dapat melihat secara lebih jelas sel kanker pada daerah paru paru yang berapa di sulkus superior dan metastase dari selcarsinoma tersebut. Dengan pemeriksaan penunjang dapat diketahui metastase carsinoma yang telah terjadi dan sampai sejauh mana sel kanker tersebut bermetastase ke jaringan lain di sekitarnya seperti daerah pulmonary, iga dan thorakal.

2.5. Diagnosa Banding Pancoast Syndrome

Diagnosa banding pada kasus Pancoast syndrome meliputi gangguan pada sistem

pernafasan seperti pada kasus paru paru pada umumnya seperti batuk, sesak nafas, nyeri

dada, dan suara mengi. Gangguang muskuloskeletal yang terjadi berupa nyeri pada daerah

shoulder, nyeri pada daerah lengan dan tangan yang dan kelemahan otot – otot yang

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 11

Page 12: Pancoast Syndrome

dipersarafi pleksus brachialis dan nervus ulnaris. Pada beberapa kasus juga terjadi tingling

dan kehilangan sensasi pada daerah lengan dan tangan.

Pada pancoast tumor di dapatkan tiga gejala klasik yang disebut sindrom Horner’s. Trias klasik ini terdiri atas miosis, ptosis, dan anhidrosis yang bersifat ipsilateral. Pembesaran kelenjar getah bening di leher dan aksila merupakan manifestasi metastatis karsinoma paru dan dalam keadaan tertentu merupakan kunci untuk diagnostic tumor.Adanya suara nafas nyaring mirip asma bronchial merupakan salah satu simptom. Pada stadium lanjut, muncul gejala klinik lebih berat : suara parau, sindrom Homer, sindrom vena cava, sindrom pancoast dan gejala neurologik.

2.6. Intervensi Fisioterapi

Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin.Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis dan ekstratorasik metastasis.Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada.Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial.

Pre operasi :1. Breathing excercise

Breathing exercise didesain untuk memperbaiki fungsi otot-otot respirasi, meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi. Exercise aktive ROM pada shoulder dan trunk akan membantu ekspansi thorax, memfasilitasi deep breathing dan sering digunakan untuk menstimulasi reflex batuk.

Breathing exercise adalah bagian dari program treatment yang didesain untuk meningkatkan status pulmonal, endurance dan fungsi ADL. Tergantung pada problem klinik pasien, breathing exercise sering dikombinasikan dengan pengobatan, postural drainage penggunaan alat-alat respirasi terapi dan program conditioning.

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 12

Page 13: Pancoast Syndrome

2. Postural control Merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan

mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret. Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau lebih dari 11 posisi tubuh yang berbeda. Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Batuk penghisapan kemudian dapat membuang secret dari trachea. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak drainase postural lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.

Post operasi :1. MLDV

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 13

Page 14: Pancoast Syndrome

MLDV adalah sebuah metode baru dengan tehnik pijat yang bekerja pada pembuluh

getah bening dan kelenjar untuk meningkatkan fungsi pemindahan cairan dari jaringan

tubuh. Tehnik ini dikenal sebagai Manual Lymph Drainage Vodder atau Manual Drainase

system Limfe Vodder, karena diperkenalkan oleh Dr.EMIL VODDER, seorang Biolog dan

Filosof

 Teknik MLDV dapat digunakan untuk pengobatan :

Limfedema Pasca trauma dan pasca operasi

o Pembengkakan (edema) lengan setelah pengangkatan payudarao Pembengkakan disebabkan oleh pengangkatan total kelenjar getah beningo Pembengkakan disebabkan oleh cedera olahraga

Edema yang disebabkan oleh arthritis Masalah Sistem Jaringan saraf, termasuk:

o Bell’s Palsy (kelumpuhan saraf dan otot wajah)o Migreno Sembelit

Masalah Telinga-Hidung-Tenggorokan, termasuk:o Tinitus (dengung di telinga)o Sinusitis

Masalah Pediatrik: Cerebral Palsy. Gangguan peredaran darah: pembengkakan akibat stasis vena.

 

2. Streching

Rehabilitasi MedikPada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan musculoskeletal

terutama akibat metastasis keulang.Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan syaraf.Gejala yang tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak.

- Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif.- Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 14

Page 15: Pancoast Syndrome

Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi.

Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah).

2.7. Evaluasi

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 15

Page 16: Pancoast Syndrome

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 16

Page 17: Pancoast Syndrome

DAFTAR PUSTAKA

Neuman, A. Donald. 2010. Kinesiology of the Musculosceletal System. United States:

Elsevier Inc.

Godman, C.C dan Kenda S. Fuller. 2009. Pathology Implication for the Physical Therapist.

China: Elsevier Inc.

http://www.emedicinehealth.com/pancoast_tumor/article_em.htm

http://emedicine.medscape.com/article/284011-overview#showall

https://moffitt.org/cancers/pancoast-tumor/diagnosis/

https://dhaenkpedro.wordpress.com/breathing-exercise/

http://www.teamfitnessguru.com/postural-control-presentation/

http://www.eastwest.co.id/id/services/manual-lymphatic-drainage.html

FT. Neuro Tepi | Makalah Pancoast Syndrome | Poltekkes Kemkes Jakarta III 17