e- Journal Peternakan Tropika · 2019. 7. 30. · 14. Artikel eJPT 7(1)_Fera Stradivari et al...
Transcript of e- Journal Peternakan Tropika · 2019. 7. 30. · 14. Artikel eJPT 7(1)_Fera Stradivari et al...
e- Journal
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
e-journal email: [email protected]
Universitas
FAPET UNUD Udayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096 email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VII 1 2019
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA
Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Vol. 7 No. 1 (2019): April 2019
Daftar Isi Artikel KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BALI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI INSEMINASI BUATAN
DAERAH BATURITI
Widiarta I.P.G.D, N.L.G. Sumardani, N.P. Mariani 1-8
1. Artikel eJPT 7(1)_Didik Widiarta et al
FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH SELAMA PENYIMPANAN SUHU
RUANG
Anggreani Y.D.A., N.P. Mariani, I.A. Okarini 9-20
2. artikel eJPT 7 (1)_Yulinda Anggreani et al
RESPON UJI TERHADAP SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DISIMPAN PADA SUHU RUANG
Nugroho J.,N.P, N.P. Mariani, I.A. Okarini 21-31
3. artikel eJPT 7(1)_Juanda Nugroho et al
ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM BROILER POLA MANDIRI
DENGAN SISTEM KANDANG TERBUKA (OPEN HOUSE) (STUDI KASUS DI UD. MERTA PURA DESA MELILING,
KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN)
Wirawan I M.W., i W. Sukanata, M. Wirapartha 32-50
4. Artikel eJPT 7(1)_Wahyu Wirawan et al
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT GAJAH KATE (Pennisetum purpureum cv. Mott)
PADA BERBAGAI LEVEL PUPUK SLURRY DAN BIO-SLURRY SAPI
Turusy R.D.P, I K.M. Budiasa, I G. Suranjaya 51-65
5. Artikel eJPT 7(1)_Turusy et al
PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL-VITAMIN KOMPLEKS DALAM RANSUM TERHADAP
BOBOT POTONG DAN KARKAS PADA BABI RAS PERSILANGAN UMUR 6 BULAN
Nadi I W.A.A, T. I. Putri, I. A. P. Utami 66-76
6. Artikel eJPT 7(1)_Nadi et al
PENGARUH PENYIMPANAN SELAMA 14 HARI PADA SUHU KAMAR TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL
DAN INTERNAL TELUR ITIK DI DAERAH JIMBARAN
Kunaifi M. A, M. Wirapartha, i K. A. Wiyana 77-88
7. Artikel eJPT 7(1)_Kunaifi et al
PENGARUH PENGGANTIAN POLLARD DENGAN DEDAK PADI YANG DI SUPLEMENTASI MINERAL-VITAMIN
KOMPLEKS DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN BABI RAS PERSILANGAN UMUR 2-4 BULAN
Wijaya I Km. A., T. I. Putri, I G. N. G. Bidura 89 - 101
8. Artikel eJPT 7(1)_Wijaya et al
POTONGAN PRIMAL KARKAS BABI BALI JANTAN YANG DIBERI PAKAN BERBASIS JAGUNG DAN POLLARD
DENGAN SUPLEMENTASI AMINOVIT
Putri R.O.E., I K. Sumadi, N. L. P. Sriyani 102 - 112
9. Artikel eJPT 7(1)_Putri et al
KELAYAKAN FINANSIAL USAHAPETERNAKAN AYAM RAS PETELUR ISA BROWN (Studi Kasus pada
UD. Aditya di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali)
Widiastra Km., I W. Sukanata, B. R. T. Putri 113 - 123
10. Artikel eJPT 7(1)_Widiastra et al
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA PRODUK FERMENTASI ALAMI SUSU KAMBING DAN SUSU SAPI
Seftyan A. D., I. A. Okarini, N. P. Mariani 124 - 134
11. Artikel eJPT 7(1)_Seftyan et al
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Paspalum atratum YANG DIBERIKAN BEBERAPA DOSIS PUPUK
N, P, DAN K PADA BERBAGAI TINGGI DEFOLIASI
Sugita I W., M.A.P. Duarsa, N. G. K. Roni 135-151
12. Artikel eJPT 7(1)_Sugita et al-ok
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SUSU SAPI PERAH (Studi Kasus di KUD Argopuro, Kecamatan Krucil,
Kabupaten Probolinggo)
Bairosi B., I N.S Miwada, A. W. Puger 152 - 162
13. Artikel eJPT 7(1)_Bambang Bairosi et al
PROSESING SEMEN BABI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) BALAI INSEMINASI BUATAN
DAERAH PROVINSI BALI
Stradivari M. P. F., N. L. G. Sumardani, N. P. Mariani 163 - 168
14. Artikel eJPT 7(1)_Fera Stradivari et al
KUALITAS TELUR AYAM ISA BROWN UMUR 18-22 MINGGU PASCA DIVAKSINASI EGG DROP
SYNDROME DAN DIBERI RANSUM DALAM JUMLAH YANG BERBEDA
Sumayani, N. K. E., G. A. M. K. Dewi, G. A. Y. Kencana 169 - 184
15. Artikel eJPT 7(1)_Eni Sumayani et al
HUBUNGAN PERILAKU PETERNAK DENGAN KEBERHASILAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS
PEDAGING DI KABUPATEN SUMBA TIMUR
Pricilia, N. A. M., I N. Suparta, N. W. Tatik Inggriati 185 - 198
16. Artikel eJPT 7(1)_Pricilia et al
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PRODUKSI SEMEN BABI DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI INSEMINASI
BUATAN DAERAH
Utama i K. B. A., N. L. G. Sumardani, N. P. Mariani 198 -206
17. Artikel eJPT 7(1)_Utama et al
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BERBAGAI RUMPUT LOKAL YANG DIPUPUK DENGAN PUPUK
NPK
Asmara i Gd. O.J., A. W. Puger, N. Nym. C. Kusumawati 207 - 221
18. Artikel eJPT 7(1)_Asmara et al
MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN
(BBPP) BATU
Resla M. S., I N.S. Miwada, i K. W. Parimartha 222 - 230
19. Artikel eJPT 7(1)_Resla et al
KARAKTERISTIK DAGING BABI LANDRACE YANG DIMARINASI DALAM BERBAGAI EKSTRAK BAHAN ALAMI
Hermawati N. Md. N., I N.S Miwada, S. A. Lindawati 231 - 243
20. Artikel eJPT 7(1)_Hermawati et al
Effects Of Mount Agung Eruption On Chemical Composition And Physical Characteristics Of Bali Cattle
Ration Fed In Talibeng Evacuation Zones Sidemen District Karangasem Regency
Widiarta I. P. G. D, I W. Suarna, N. N. Suryani 244 - 252
21 . Atikel eJPT 7(1)_Didik Widiarta et al
PENGARUH EKSTRAK AIR DAUN KUNYIT (Curcuma domestica Val.) MELALUI AIR MINUM TERHADAP
KUALITAS FISIK TELUR AYAM LOHMANN BROWN
Dharmayanti M.R., I G. N. G. Bidura, I. A. P. Utami 253 - 268
22 . Atikel eJPT 7(1)_Ria Dharmayanti et al
KUALITAS DAGING KELINCI LOKAL (Lepus nigricollis) YANG DIBERIKAN PAKAN DASAR LIMBAH DAUN
WORTEL (Daucus carota L.) DISUPLEMENTASI KONSENTRAT DENGAN LEVEL YANG BERBEDA
Arsana I. B. G. S., N. L. P. Sriyani, MD. Nuriyasa 269 - 280
23 . Atikel eJPT 7(1)_Arsana, I. B.G. S., et al
KOMPOSISI KIMIA DAN SIFAT FISIK RANSUM SAPI BALI DI PENAMPUNGAN TERNAK DESA
NONGAN KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM
Sudarmin B. F., N. N. Suryani, N. P. Mariani 281- 290
24 . Atikel eJPT 7(1)_Sudarmin B. F., et al
PERFORMANS AYAM PERSILANGAN WHITE GOLD DENGAN LANCY UMUR 6-14 MINGGU YANG DIBERI
AIR MINUM MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)
Trisnayuni N. M. A., G. A. M. K. Dewi, I W. Wijana 291 -303
25 . Atikel eJPT 7(1)_Trisnayuni, N. M. A., et al
OFFAL EXTERNAL AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22 MINGGU YANG MENDAPAT RANSUM KULIT
BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) TERFERMENTASI
Muda K. G. P., G. A. M. K. Dewi, I W. Wijana 304 -316
26 . Atikel eJPT 7(1)_Muda, K. G. P., et al
PENGARUH EKSTRAK JUS DAUN PEPAYA TERFERMENTASI TERADAP PENAMPILAN AYAM KAMPUNG
BETINA UMUR 14-22 MINGGU
Jusnadiartha I W., N W. Siti, I N. Ardika 317 - 326
27 . Atikel eJPT 7(1)_Jusnadiartha, I. W., et al
DAMPAK ERUPSI GUNUNG AGUNG TERHADAP KONSUMSI NUTRIEN DAN KECERNAAN (In Vitro)
RANSUM SAPI BALI SEBELUM DAN SAAT DI PENAMPUNGAN TERNAK DESA TALIBENG KECAMATAN
SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM
Hendriana P. P. Y., N. N. Suryani, I K. M. Budiasa 327 - 339
28 . Atikel eJPT 7(1)_Hendriana, P. P. Y., et al
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER PARENT STOCK FASE LAYER DI PT. CHAROEN
POKPHAND JAYA FARM UNIT 8 PROBOLINGGO JAWA TIMUR
Marwansyah A. J., I N.S Miwada, A. W. Puger 340 - 345
29 . Atikel eJPT 7(1)_Marwansyah, A. J., et al
EVALUASI LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG DITINJAU DARI SIFAT FISIKOKIMIA
DAN MIKROBIOLOGISUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH
Anggreini F. S., I. A. Okarini, N. M. S. Sukmawati 346 - 355
30 . Atikel eJPT 7(1)_Anggreani, F. S. I., et al
e- Journal
Peternakan Tropika
e-journal FAPET UNUD
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
Universitas Udayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil dan
Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka ditulis
dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point). Font
Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected] e-journal
FAPET UNUD
231
KARAKTERISTIK DAGING BABI LANDRACE YANG DIMARINASI
DALAM BERBAGAI EKSTRAK BAHAN ALAMI
Hermawati.N.Md.N.,I.N.S.Miwada.,S.A.Lindawati
PS. Peternakan, Fakultas PeternakanUniversitas Udayana, Denpasar, Bali
e-mail: [email protected] Telp.081933066122
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekstrak bawang putih, bawang merah,
nenas dan kunyit sebagai antibakteri dan pengaruhnya terhadap karakteristik daging babi landrace.
Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yakni bawang putih (P1), bawang merah
(P2), nenas (P3) dan kunyit (P4) dengan 4 ulangan. Variabel yang diukur meliputi nilai pH, kadar air,
daya ikat air, warna, aroma serta total bakteri. Analisis data menggunakan sidik ragam (Anova) dan
non parametrik (Kruskal-Wallis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH daging babi landrace
dengan ekstrak kunyit (6.67%) berpengaruh nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan ekstrak bawang
putih (5.61%), bawang merah (5.45%) dan nenas (5.54%). Kemampuan daya ikat air daging dengan
ekstrak bawang merah (27.77%) berpengaruh nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan ekstrak
bawang putih (26.53%), nenas (26.19%) dan kunyit (22.56%). Respon panelis terhadap warna daging
babi landrace berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap ekstrak kunyit. Akan tetapi berpengaruh tidak
nyata (P>0,05) pada ekstrak bawang putih, bawang merah dan nenas. Total bakteri daging babi dengan
ekstrak bawang putih (3,3 x 108 CFU/g) dan bawang merah (3,8 x 10
8 CFU/g) berpengaruh nyata
(P<0,05) lebih rendah dibandingkan ekstrak nenas (4,6 x 108 CFU/g) dan ekstrak kunyit (4,6 x 10
8
CFU/g). Kadar air dan aroma daging babi landrace dari keempat ekstrak bahan alami menunjukan
perbedaan tidak nyata. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kemampuan zat bioaktif yakni antibakteri
dari keempat bahan ekstrak alami menunjukan pada ekstrak bawang putih dan bawang merah
berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan ekstrak nenas dan ekstrak kunyit.
Kata kunci : ekstrak bahan alami, marinasi, daging babi
CHARACTERISTICS OF PURE LANDRACE MEAT MARINEED IN
VARIOUS NATURAL MATERIAL EXTRACTS
ABSTRACT
This study aims to analyze the ability of garlic extract, onion, pineapple and turmeric as
antibacterial and its effect on the characteristics of landrace pork. The research method used a
completely randomized design namely garlic (P1), shallots (P2), pineapple (P3) and turmeric (P4) with
4 replications. The variables measured included pH, water content, water binding capacity, color,
aroma and total bacteria. Data analysis using variance (Anova) and non-parametric (Kruskal-Wallis).
The results showed that the pH value of landrace pork with turmeric extract (6.67%) significantly (P
<0.05) was higher than that of garlic extract (5.61%), shallots (5.45%) and pineapple (5.54%). The
ability of binding capacity of meat with red onion extract (27.77%) had a significant effect (P<0.05)
higher than garlic extract (26.53%), pineapple (26.19%) and turmeric (22.56%). The panelists
response to the color of landrace pork had a significant effect (P<0.05) on turmeric extract. However,
it has no significant effect (P>0.05) on garlic extract, onion and pineapple. The total bacteria of
landrace pork with garlic extract (3,3 x 108 CFU/g) and shallots (3,8 x 10
8 CFU/g) significantly
affected (P<0.05) lower than pineapple extract (4.6 x 108
CFU/g) and turmeric extract (4.6 x 108
CFU/g). Water content and aroma of landrace pork from the four extracts of natural ingredients
showed no significant difference. The conclusion of this study is the ability of antibacterial bioactive
Submitted Date: Pebruary 10, 2019 Accepted Date: Maret 04, 2019 Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & Eny Puspani
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 232
substances from the four natural extract ingredients to show that garlic and shallot extract has a
significant effect compared to pineapple extract and turmeric extract.
Keywords: natural ingredient extract, marination, pork
PENDAHULUAN
Daging didefinisikan sebagai semua jejaring hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-
jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya (Soeparno,2011). Kebutuhan protein hewani umumnya diperoleh dari daging sapi,
kambing, babi, unggas dan ikan.Salah satu yangmenjadi pilihan khususnya di Bali adalah daging babi
dimana daging babi merupakan daging yang bergizi untuk dikonsumsi (Antara et al., 2008). Ternak
babi di Bali yang dagingnya umum dikonsumsi dan beredar dipasaran adalah babi landrace.
Daging, seperti juga pada daging babi merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
karena mengandung nutrien sehingga mudah mengalami kerusakan dan kemungkinan mempunyai
potensi untuk tercemar bakteri saat setelah dipotong, dipasarkan, bahkan sampai di
konsumen.Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI 08-
7388-2009) persyaratan mikrobiologis (bakteri) dalam daging segar maksimal 1 x 106
CFU/g. Jika
kandungan bakteri dalam daging melebihi standar yang telah ditentukan maka daging tersebut
dianggap tidak layak sebagai bahan pangan. Terkontaminasinya daging babi oleh bakteri
menyebabkan kemampuan daging untuk menahan air semakin menurun sehingga terdegradasinya
protein dalam daging. Kondisi ini berdampak pada penurunan pH yang menyebabkan tampilan warna
daging menjadi pucat, daging akan mudah berair sehingga berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
mikroorganisme dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Upaya untuk mereduksi potensi
terkontaminasi daging babi oleh aktivitas bakteri, yang akan berpengaruh terhadap karakteristik
daging babi, maka perlu diberikan perlakuan pengawetan, khususnya menggunakan metode marinasi.
Marinasi adalah adalah proses perendaman daging di dalam bahan marinade sebelum diolah lebih
lanjut (Smith dan Young, 2007). Marinade adalah cairan berbumbu yang berfungsi sebagai bahan
perendam daging. (Alvarado dan Sams, 2003). Beberapa bahan alami diduga sebagai bahan marinasi
daging babi dan sekaligus sebagai anti bakteri diantaranya bawang putih, bawang merah, kunyit dan
nenas. Bawang putih mengandung senyawa organo sulfur berupa alliin dan Allicin yang dapat
dimanfaatkan sebagai antibakteri (Ankri dan Merelman,1999). Sementara, bahan alami lainnya yakni
bawang merah mengandung senyawa alicin dan minyak atsiri yang bersifat bakterisida dan fungisida
(Wibowo,2009). Pada buah nenas terdapat enzim bromelin yang dapat membuat daging menjadi lebih
empuk. Kandungan zat flavonoid dalam buah nenas diduga sebagai antibakteri yangdapat menghambat
pertumbuhan bakteri.Sementara itu, kunyit juga diduga mempunyai peranan sebagai antioksidan dan
antimikroba, (Hartati & Balittro, 2013). Berdasarkan potensi dari keempat bahan alami itu, maka
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 233
dilakukanlah penelitian marinasi daging babi dalam bentuk ekstrak bawang putih, bawang merah,
nenas dan kunyit dengan harapan memberikan manfaat bagi karakteristik fisik, kimia, mikroba dan
organoleptik daging babi landrace.
MATERI DAN METODE
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juli –30 Oktober 2018 yang bertempat di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl.
P.B Sudirman, Denpasar.
Daging babi
Dalam penelitian ini daging yang digunakan ialah daging babi landrace bagian “pork fillet”
(lulur) sebanyak 2 kg yang di peroleh dari rumah potong babi Tradisional yang bertempat di Desa
Perean Kabupaten Tabanan.
Alat – alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pisau, talenan, saringan, beaker glass,
sentrifus, tabung sentrifus, cawan porselin, desikator, timbangan analitik, oven, alat penggiling, pH
meter, tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, autoclave, erlenmeyer, batang pengaduk, kertas label,
kertas kuisioner dan pulpen.
Bahan bahan yang digunakan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitain ini yaitu, untuk pembuatan ekstrak bahan alami
menggunakan bawang putih, bawang merah, nenas, kunyit dan aquades. Dalam pengujian total bakteri
menggunakan bahan seperti larutan Buffer Peptone Water (BPW), agar, dan aquadest.
Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 4 ulangan.Perlakuan tersebut adalah P1: ekstrak bawang putih, P2: ekstrak bawang
merah, P3: ekstrak buah nenas, P4: ekstrak kunyit. Model matematis rancangan percobaan dalam
penelitian menurut Steel and Torrie (1995) yaitu:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij : Nilai pengamatan daging babi pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ : Rataan umum hasil perlakuan
τi : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Pengaruh galat perlakuan ke-j
i : 1,2,3,4
j : 1,2,3,4
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 234
Persiapan alat
Alat alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak bahan alami yakni pisau, talenan, saringan
dan toples dicuci dengan sabun sampai bersih, kemudian dibilas dengan aquades, selanjutnya
ditiriskan dan disemprot dengan alcohol 70%. Untuk analisis nilai pH yakni beaker glass di cuci
dengan aquades, lalu pH meter di kalibrasi dengan larutan buffer 4 dan 7 hingga pembacaan angka
penunjuk pH konstan kedudukannya. Untuk analisis kadar air yaitu cawan porselin di sterilisasi
dengan aquades kemudian ditiriskan, lalu di oven dengan suhu 110oC selama 30 menit. Dan untuk
analisis daya ikat air yakni tabung sentrifus di sterilisasi dengan alcohol 70%. Untuk analisis total
bakteri yakni erlenmeyer dan cawan petri disterilisasi dalam oven dengan suhu 160oC selama 2 jam.
Tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur disterilisasi menggunakan autoklaf pada sushu 121oC selam 30
menit. Untuk uji organoleptik menggunakan yakni panci dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan
piring plastik diisi dengan label sampel daging.
Persiapan bahan
Ekstrak bahan alami yakni bawang putih, bawang merah, nenas dan kunyit di kupas lalu di cuci
bersih dan di potong berdiamater 0,5 cm agar mudah untuk di blender. Untuk pembuatan media agar
dengan cara timbang NA (Nutrient Agar) sebanyak 5 gram lalu masukkan ke dalam erlenmeyer,
tambahkan aquades sebanyak 250 ml kemudian homogenkan dengan magnet putar (Magnetic Stirer)
kemudian media tersebut dipanaskan jangan sampai mendidih, selanjutnya media disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Untuk pembuatan larutan pengencer dengan
cara yakni siapkan 90 ml NaCl 0,9% untuk masing-masing pengenceran tingkat pertama, kemudian
masukkan kedalam erlenmayer dan tutup menggunakan kapas yang berisi alumunium foil. Sedangkan
untuk tingkat pengenceran kedua hingga ketujuh masing-masing diambil 9 ml NaCl 0,9% kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditutup menggunakan kapas yang berisi alumunium foil dan
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
Pelaksanaan penelitian
Tahap – tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bahan – bahan alami yang akan dijadikan ekstrak di blender hingga halus dan disaring untuk
mendapatkan ekstrak (1:1). Konsentrasi masing – masing ekstrak alami dibuat dengan konsentrasi
yang sama yaitu 27,5% dan sesuai dengan metode Purnamasari (2010).
2. Daging babi dibersihkan dan diiris tipis mengikuti arah seratnya, kemudian timbang sebanyak 105
gram untuk setiap perlakuan.
3. Masukan ekstrak bahan alami sebanyak 27,5% ke dalam toples, setelah itu masukan daging
kedalam toples yang telah berisi masing masing ekstrak, rendam selama 30 menit, setelah direndam
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 235
selama 30 menit lalu daging ditiriskan dan disimpan selama 24 jam pada suhu ruang. Analisa
sesuai dengan variabel yang diamati.
Variabel yang diamati
Analisis Daya Ikat Air
Kapasitas Daya Ikat Air (DIA) oleh protein daging dapat ditentukan dengan metode sentrifius,
yaitu sebanyak 10gram daging dicacah halus dimasukkan ke dalamtabung sentrifius 50 ml. Aquades
sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung. Setelah itu, tabung disentrifius dengan kecepatan 3.000
rpm selama 20 menit. Cairan dipisahkan dari campuran dan diukur volumenya atau di dekantasi dan
diukur volume air yang tidak diserap (Hamm, 1972). Selanjutnya dihitung dengan menggunakan
rumus:
Analisis kadar air
(AOAC,2005) menyatakan bahwa kadar air ditentukan dengan metode pengeringan dan
dinyatakan sebagai persen kehilangan berat bahan sebagai berikut:
1. Cawan porselin yang sudah bersih dikering dalam oven suhu 110°Cselama 30 menit. Kemudian
cawan porselin didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. (a)
2. Ditimbang sampel sebanyak 5gram kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin kemudian
dikeringkan dalam oven selama 4 jam dengan suhu 105°C sehingga diperoleh berat yang konstan.
(b)
3. Setelah 4 jam cawan porselin dan sampel didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. (c)
4. Kadar air dihitung dengan rumus:
Dimana:
a = berat cawan tambah sampel sebelum dioven
b = berat cawan tambah sampel setelah dioven
c = berat sampel setelah dioven
Analisis pH
Analisis pH daging ditentukan berdasarkan analisis kimia menurut Suwetja (2007). Langkah-
langkah analisis tersebut sebagai berikut:
1. Daging yang telah direndam dalam ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram kemudian digiling selama 1
menit dan ditambahkan aquades 10 ml.
2. Kemudian dituangkan ke dalam gelas beaker 10 ml.
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 236
3. pH meter dikalibrasi dengan cara merendam dalam larutan buffer 7 dan 12 hingga skala pH meter
stabil
4. Elektroda dicelupkan ke dalam gelas piala yang telah berisi daging babi yang telah dihaluskan.
Kemudian catat angka yang muncul pada pH meter.
Analisis total bakteri
Uji mikrobiologis dengan metodeanalisis kuantatif Total Plate Count (TPC) menurut Fardiaz
(1993). Media penumbuh bakteri yang digunakan yaitu nutrien agar (NA), dibuat dengan melarutkan
ekstrak daging sapi 3 gram, pepton 5 gram, dan agar 15 gram ke dalam 1 liter air kemudian
dipanaskan hingga mendidih, lalu tuangkan ke dalam tabung, dan di sterilkan selama 15 menit pada
suhu 1210C dalam autoklaf. Sampel sebanyak 5gram dimasukkan bersama 45 ml larutan pengencer
(BPW) kedalam erlenmayer, kemudian dicampur sampai menjadi homogen. Tahap ini menjadi
pengenceran pertama. Sebanyak 1 ml dari larutan pengencer pertama yang sudah homogen
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer sehingga dapat terbentuk
pengenceran 10-2
. Larutan tersebut kemudian dikocok sampai homogen. Pengenceran ini dilakukan
sampai ke pengenceran 10-7
. Setelah melakukan pengenceran, dilakukan pemupukan dengan cara
diambil sebanyak 1 ml pengencer dari masing-masing tabung pengenceran (berdasarkan 2
pengenceran terakhir yaitu 106, 10
7) dan dipindahkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya media
agar Na ditambahkan ke dalam cawan petri dengan metode tuang sebanyak ±20 ml dan ratakan dengan
menggoyang sampel dalam cawan petri. Lalu diinkubasi dengan posisi terbalik dalam inkubator
bersuhu 37°C selama 24 jam. Kemudian total koloni bakteri dihitung dengan rumus :
Uji organoleptik
Pengujian terhadap organoleptik daging babi menggunakan metode uji Rating menurut Soekarto
(1985) dengan minimal 15 orang panelis semi terlatih. Skor tertinggi 5 dan terendah 1 dengan kriteria
sebagai berikut:
5 : sangat suka
4 : suka
3 : biasa
2 : tidak suka
1 : sangat tidak suka
Setiap panelis mengisi format uji organoleptik dengan memberikan penilaian terhadap aroma dan
warna daging babi.
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 237
Analisa Data
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan, data (uji fisik, kimia dan total bakteri) dianalisis
dengan sidik ragam, apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P<0.05) maka
dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Data organoleptik dianalisis dengan Non-Parametrik
yakni Kruskal-Wallis dan apabila terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan (P<0.05) maka
dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney (Steel and Torrie, 1995)dengan bantuan program SPSS 24.
Untuk data total bakteri sebelum dianalisis ditransformasi ke dalam log x.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nilai pH, kadar air, daya ikat air, total bakteri warna
dan aroma dari keempat sampel daging dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Karakteristik Daging Babi Landrace yang Dimarinasi dalam Berbagai Ekstrak
Bahan Alami
Keterangan:
- P1 : Daging babi yang diberi perlakuan marinasi dengan ekstrak bawang putih
- P2 : Daging babi yang diberi perlakuan marinasi dengan ekstrak bawang merah
- P3: Daging babi yang diberi perlakuan marinasi dengan ekstrak buah nenas
- P4: Daging babi yang diberi perlakuan marinasi dengan ekstrak kunyit
- 1 : (Lawrie, 2003)
- 2 : (Soeparno, 2011)
- 3 : SNI 05-3932-2008
- 4 : SNI 08-7388-2009
Berdasarkan data daging babi landrace pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa nilai pH daging
dalam ekstrak bawang putih (P1), bawang merah (P2) dan nenas (P3) tidak memberikan perbedaan
terhadap pH daging, tetapi pada ekstrak kunyit (P4) memberikan pengaruh nyata. Nilai pH daging
akhir (segar) yaitu sebesar 5.5-5.6, ini berarti nilai pH daging pada perlakuan P1, P2, dan P3 bekerja
dengan baik karena dapat mempertahankan pH daging (tetap asam). pH daging yang rendah (asam) ini
penting bagi pengawetan daging karena menghambat pertumbuhan mikroba. Penyebab tidak
terjadinya perubahan nilai pH pada P1, P2 dan P3 disebabkan karena dalam bawang putih, bawang
merah dan nenas terdapat kandungan antimikroba. Antimikroba ini saat daging dibiarkan pada suhu
ruang selama 24 jam menyebabkan pH berada pada titik isoelektrik dimana titik jumlah ion yang
bermuatan positif sama dengan jumlah ion yang bermuatan negatif, sehingga muatan total sama
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 238
dengan Nol, yang artinya zat antimikroba ini mampu memepertahankan nilai pH daging tetap dalam
keadaan asam. Tingginya nilai pH daging babi yang direndam dalam ekstrak kunyit diduga
karena pertumbuhan bakteri mulai menuju ke fase logaritmik. Arizona et al. (2011) menyatakan
bahwa nilai pH daging yang semakin tinggi karena bakteri mendeaminasi asam amino sehingga
menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat basa hal tersebut yang menyebabkan kenaikan pH. Oleh
karena itu, nilai pH yang tinggi mengakibatkan struktur daging tertutup (Buckle,1987), sehingga
mengurangi cairan yang meresap ke daging akibatnya tidak ada perubahan keseimbangan ion
hidrogen.
Hasil analisis statistik daging babi landrace pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa,
kadar air daging babi landrace yang direndam dalam empat perlakuan tersebut berpengaruh
tidak nyata (P>0.05). Kadar air berkaitan dengan daya ikat air. Foresst et al. (1975)
melaporkan bahwa pada daya ikat air yang rendah akan terjadi penurunan kadar air yang
mengakibatkan kehilangan berat yang diikuti dengan penurunan nilai nutrisi daging selama
penyimpanan. Kadar air dalam daging segar tercatat memiliki rata – rata 75%, untuk batas
normal antara 60-80% (Lawrie, 2003). Hal ini sependapat dengan Lawrie, pada tabel 3 daging
babi yang telah diberi perlakuan kemudian dilakukan penyimpanan pada suhu ruang
menghasilkan kadar air normal yaitu pada rentang 67-70%, sehingga dapat dikatakan tidak
terjadinya penurunan kualitas daging. Akan tetapi hasil kadar air keempat bahan ekstrak alami
berpengaruh tidak nyata, diduga hal ini terkait dengan kemampuan antibakteri keempat bahan
ekstrak alami tidak berkorelasi positif terhadap kadar air, sehingga kandungan air dalam
protein daging tidak terpengaruh oleh larutan ekstrak bahan alami. Namun, jika dibandingkan
dengan nilai pH dan total bakteri menunjukan pengaruh nyata. Kadar air yang tersedia dalam
daging sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan mikroorganisme.Oleh sebab itu
konsentrasi ekstrak bahan alami 27,5 % tidak nyata berpengaruh terhadap kadar air daging
babi landrace.
Daya ikat air daging babi landrace pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pada P2
berpengaruh nyata (P<0,05) tetapi pada P1, P3 dan P4 berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan protein untuk mengikat air pada P1, P3 dan P4 sama.
Sedangkan pada P2 nyata meningkatkan kemampuan protein untuk mengikat air. Soeparno
(2011) menyatakan bahwa daya ikat air oleh protein dipengaruhi oleh pH daging. Daya ikat
air menurun dari pH tinggi sekitar 7-10 sampai pH titik esoletrik protein – protein daging
diantara 5,0-5,1. Pada pH isoeletrik ini protein daging tidak bermuatan (jumlah muatan positif
sama dengan jumlah muatan negatif) dan solubilitasnya minimal. Pada pH yang lebih tinggi
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 239
dari pH isoeletrik protein daging, sejumlah muatan positif dibebaskan dan terdapat surflus
muatan negative yang mengakibatkan penolakan dari miofilamen dan memberi lebih banyak
ruang molekul air. Demikian pula pada pH lebih rendah dari titik isoeletrik protein-protein
daging, akan terjadi kelebihan muatan positif yang mengakibatkan penolakan miofilamen dan
memberi lebih banyak ruang untuk molekul-molekul air. Jadi pada pH lebih tinggi atau
rendah dari titik isoeletrik protein – protein daging akan menyebabkan daya ikat air
meningkat. Sehubungan dengan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
daging menahan air dikarenakan zat bioaktif yang ada pada ekstrak bawang merah (P2)
berkorelasi positif dengan pH daging babi, jika dilihat dari kemampuan daging babi yang
direndam dalam ekstrak bawang merah nilai pH daging bersifat asam sehingga protein daging
tertutup dan memberikan sedikit ruang untuk molekul – molekul air lalu terhambatnya
degradasi protein oleh bakteri sehingga daya ikat air meningkat. Sedangkan pada ekstrak
kunyit (P4) zat bioaktif berkorelasi negative dengan pH daging babi dikarenakan pH daging
bersifat basa sehingga protein daging terbuka dan memberikan banyak ruang terhadap
molekul air, kemudian protein terdegradasi oleh bakteri lalu menyebabkan daya ikat air
menurun
Evaluasi potensi bahan ekstrak alami dalam fungsi marinasi pada daging babi landrace
diuji dampak organoleptiknya, khususnya pada warna dan aroma daging babi. Berdasarkan
hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan bahwa warna pada daging babi landrace dengan
proses marinasi dengan berbagi ekstrak bahan alami menunjukan pengaruh nyata (P<0.05).
Penilaian warna daging dilakukan setelah daging direbus selama 30 menit pada suhu 90OC.
Dari 15 orang panelis warna daging yang paling banyak disukai yaitu daging yang direndam
dalam ekstrak kunyit (P4), selanjutnya bawang merah (P2), nenas (P3) dan yang terakhir
bawang putih (P1). Perbedaan tingkat kesukaan penelis terhadap warna daging babi landrace
dikarenakan intensitas warna yang tidak sama antar daging menyebabkan nilai warna objektif
dipengaruhi oleh ekstrak perendaman bahan baku. Warna awal daging babi landrace merah
muda dan warna ekstrak bawang putih yaitu putih, bawang merah yaitu putih, nenas yaitu
agak kuning dan kunyit yaitu kuning terang medekati orange. Sehingga proses perendaman
antara daging dengan masing – masing ekstrak akan membuat daging mengikuti warna
ekstrak. Akan tetapi pada proses perebusan daging mengalami perubahan agak putih pucat
kemerahan pada daging yang direndam pada ekstrak bawang putih, merah dan nenas tetapi
tetap berwarna kuning pada kunyit. Hal ini disebabkan karena terjadi oksidasi pigmen daging
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 240
menjadi metmyoglobin (MMb) (Fernandez et al., 2008). Menurut Serdaroglu et al. (2007)
pada pH yang lebih rendah dan ion yang kuat, protein otot menjadi bertambah banyak dan
memantulkan cahaya, hal inilah yang menyebabkan warna otot menjadi lebih terang. Oleh
karena itu tingginya respon panelis pada daging babi yang dimarinasi dalam ekstrak kunyit
(P4) dibandingkan dengan yakni P1, P2 dan P3 dikarenakan potensi zat kurkumin pada
pigmen kunyit mampu mereduksi metmyoglobin setelah daging direbus, sehingga warna
daging babi tetap berwarna kuning. Berbeda halnya pada perlakuan P1 dan P2 kandungan zat
allin dan allicin pada bawang putih dan bawang merah tidak mampu mereduksi
metmyoglobin setelah daging direbus sehingga daging berubah menjadi lebih pucat. Begitu
juga pada P3, zat flavonoid dalam nenas tidak mampu mereduksi metmyoglobin setelah
daging direbus sehingga warna daging berubah menjadi putih pucat kemerahan.
Hasil analisis dengan Kruskal Wallis daging babi landrace oleh panelis terhadap aroma pada
perlakuan P1-P4 tidak memberikan perbedaan aroma yang nyata (P>0,05). Hal ini dikarenakan bau
khas aroma ekstrak pada masing – masing perlakuan tidak beraroma kuat setelah mengalami proses
perebusan dengan suhu 90OC selama 30 menit. Penilaian aroma daging dilakukan setelah daging di
rebus. Aroma daging babi yang disukai oleh panelis yakni P1, P2, P4 dan P3. Pada perlakuan P1
(bawang putih) komponen utama bawang putih tidak berbau disebut dengan komplek sativumin, yang
diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi, lalu dekomposisi
kompleks sativumin ini menghasilkan bau yang tidak sedap. Bau yang tidak sedap ini berasal dari
allicin dan allin. Menurut Maidment et al. (2001) menyatakan apabila allincin dan allin ini di remas
atau dihancurkan maka akan timbul aroma yang khas, oleh karena itu perlakuan pada bawang putih
menghasilkan aroma khas bawang putih pada daging babi setelah mengalami proses perendaman, akan
tetapi allicin dan allin tidak stabil dalam panas ataupun pelarut organik, sehingga menyebabkan aroma
khas bawang putih akan berkurang setelah mengalami proses perebusan. Begitu pula pada perlakuan
P2 (bawang merah) terdapat aroma bawang merah yang khas disebabkan oleh adanya akitivitas
senyawa enzim alliinase (Wibowo, 2009). Sementara itu, pada perlakuan P3 (nenas) aroma manis dan
asam menjadi ciri khas dari buah nenas, sehingga timbul aroma yang sangat kuat dari buah nenas pada
daging setelah direndam. Akan tetapi setelah mengalami perebusan aroma nenas menjadi berkurang.
Pada perlakuan P4 (kunyit) timbul aroma khas rempah rempah kunyit yang banyak digunakan sebagai
bumbu penyedap, penetralisir bau anyir serta sebagai pewarna pada makanan sehingga aroma kunyit
menyebabkan daging babi menjadi lebih sedap (Hartati dan Balittro, 2013). Aroma kunyit setelah
mengalami perebusan menjadi berkurang.
Analisis statistik Tabel 3.1 menunjukan bahwa potensi ekstrak bawang putih dan bawang
merah nyata memberi pengaruh, khususnya potensi antibakteri dibandingkan dengan ekstrak nenas
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 241
dan kunyit. Hal ini disebabkan karena kandungan allicin dan allin yang ada pada bawang putih dan
bawang merah berfungsi sebagai antimikroba (Felberg et al., 1988), allicin dan allin mampu menekan
pertumbuhan bakteri pendegradasi protein pada daging, sehingga kadar protein yang ada pada daging
babi tidak berubah secara nyata. Kadar protein pada daging dapat berubah akibat degradasi protein
oleh mikroorganisme proteolitik yang memerlukan protein untuk pertumbuhan dan metabolismenya.
Hal ini sependapat dengan gagasan Suardana dan Swacita (2009) yang menyatakan bahwa, daging
yang diletakkan pada suhu ruang selama berjam-jam akan mengalami pertumbuhan bakteri yang
sangat cepat dan menyebabkan kerusakan protein pada daging. Sementara itu, pada perlakuan P3
(nenas) dan P4 (kunyit) memberikan perubahan nyata terhadap pertumbuhan bakteri. Hal ini
disebabkan karena flavonoid pada buah nenas yang berperan sebagai antimikroba tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan bawang putih dan bawang merah, Begitu
pula pada kunyit yang mengandung kurkumin dan minyak atsiri sebagai antioksidan juga tidak mampu
menekan pertumbuhan bakteri, akan tetapi kunyit memiliki aroma tajam untuk menghilangkan bau
amis dan menyebabkan daging lebih beraroma (Sihombing, 2007).
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan keempat ekstrak bahan alami terhadap
karakteristik daging babi landrace, menunjukan kemampuan terbaik yakni pada daging babi landrace
yang dimarinasi dengan ekstrak bawang putih menghasilkan nilai pH 5,61, kadar air 69,77%, daya ikat
air 26,53%, warna 2,67, aroma 3,47 dan total bakteri 3,3 x108 CFU/g. Selanjutnya daging babi
landrace yang dimarinasi dengan ekstrak bawang merah menunjukkan yakni nilai pH 5,45, kadar air
67,87%, daya ikat air 27,77%, warna 2,93, aroma 3,27 dan total bakteri 3,6 x108 CFU/g. Kemudian
daging babi landrace yang dimarinasi dengan ekstrak nenas menunjukkan yakni nilai pH 5,54, kadar
air 70,30%, daya ikat air 26,19%, warna 2,87, aroma 2,86 dan total bakteri 4,5 x108CFU/g. Pada
daging babi landrace yang dimarinasi dengan ekstrak kunyit menunjukkan yakni nilai pH 6,67, kadar
air 69,04%, daya ikat air 22,56%, warna 3,80, aroma 3,00 dan total bakteri 4,5 x108CFU/g.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Udayana, Pembimbing Penelitian, dan seluruh pihak yang membantu dalam pelaksanaan
hingga penulisan jurnal penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarado, C. Z and A.R. Sams. 2003.Injection marination strategies for remediation of pale, exudative
broiler breast meat. Poult.Sci.82(8):1332-1336
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 242
Ankri, S.and D. Mirelman. 1999. Antibicrobial properties of allicin from garlic. microbesand
infect.2:125-129.
Antara, N. S, Dauh, I. B. D. U, Utami, N. M. I. S. 2008. Tingkat Cemaran Bakteri Coliform,
Salmonella sp., Dan Staphylococcus aureus Pada Daging Babi. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
AOAC.2005.Official Methodsof Analysis, 15th ed. Association of Official Analytical Chemists.
Washington, DC.
Arizona, Rizki., S, Edi., E, Yuni. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair dan Lama Penyimpanan
terhadap Kualitas Kimia dan Fisik Daging. Buletin Peternakan Vol. 35(1) :50-56 Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Buckle,K.A.1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Feldberg, Ross., Chang, S., Kotik, A., Nadler, M., Neuwirth, Z., Sundstrom, D., Thompson, N. 1988.
In vitro mechanism of inhibition of bacterial cell growth by allicin. Journal of Antimicrobial
Agents and Chemotherapy, 32(12):1763-1768.
Fernandez DM, Myers AJ, Scramlin SM, Parks CW, Carr SN, Killiefer J, McKeith FK. 2008. Carcass,
meat quality, and sensory characteristic of heavy body weight pigs fed ractopamine
hydrochloride (Paylean). J. Anim. Sci. 86: 3544-3550.
Forrest, G.J., Aberle, H.B. Hendrick, M.D. Judge dan R.A. Merkel. 1975. Principles of Meat
Science. W.H. Freeman and Company, San Francisco.
Hamm,R.1972. Kolloid chemiedes Fleisches-des Wasserbindungs-vermoegendes Muskeleiweissesin
Theorieund Praxis.Verlag Paul Parey, Berlin.
Hartati, S.Y., Balittro. 2013. Khasiat kunyit sebagai obat tradisional dan manfaat lainnya. warta
penelitian dan pengembangan tanaman industri. Jurnal Puslitbang Perkebunan. 19: 5 - 9.
Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta
Maidment, D. C. J., Z. Dembny and D.I. Watts. 2001.The anti-bacterial activity of 12 Alliums against
Escherichia coli. Nutrit.and Food Sci.31(5):238-241.
Pedriatika, Diah dan Ayura. 2012. Produk Olahan Daging Penebar Swadaya. Depok. Jawa Barat
Purnamasari, E. dan T. Aulawi. 2010. Sifat Organoleptik dan Pemasakan Daging Kerbau yang
Dimarinasi dalam Jus Nenas. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN
SuskaRiau, Pekanbaru.
Serdaroglu M.,K.Abdraimovand A.önenç. 2007. The effect of marinating with citric acid solutions
and grape fruit juice on cooking and quality of turkey breast. J.of Muscle Foods 18:162–172.
Sihombing. D.T.H, 2006. Ilmu peternakan babi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Cetakan
Kedua.
Hermawati et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 231 – 243 Page 243
Sihombing, P. A. 2007. Aplikasi Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) sebagai Bahan Pengawet Mie
Basah. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Smith, D. P.and L.L. Young. 2007.Marination pressure and phosphate effects on broiler breast fillet
yield, tenderness, and color.Poult.Sci.86(12):2666-2670.
SNI 05-3932-2008. Mutu Karkas dan Daging Sapi. Standar Nasional Indonesia. Jakarta. Diakses
tanggal 02 Februari 2019.
SNI 08-7388-2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Standar Nasional Indonesia.
Jakarta. Diakses tanggal 18 Desember 2018.
Soeparno, 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Cetakan pertama Gadjah Mada University Pres.
Soekarto,S.T.1985.Penilaian Organoleptik. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Steel,R.G.andJ.H.Torrie.1995. Prinsipdan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan
Biometrik.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higiene Makanan. Udayana University Press, Denpasar, Bali
Suwetja, I. K. 2007. Biokimia Hasil Perikanan. Jilid III. Rigormortis, TMAO, dan ATP.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya, Jakarta.