Marfan Syndrome
-
Upload
azzumi-evolet-uryuu -
Category
Documents
-
view
67 -
download
7
description
Transcript of Marfan Syndrome
LAPORAN ILMU KESEHATAN ANAK
MUSKULOSKELETAL 2
MARFAN SYNDROME
KELOMPOK I
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2012
MARFAN SYNDROME / SINDROM MARFAN
A. DEFINISI DAN EPIDEMIOLOGI
Sindrom marfan merupakan penyakit keturunan secara autosom dominan yang
mempengaruhi jaringan ikat.
Tujuan utama dari jaringan ikat adalah untuk menopang dan memberikan kerangka
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Pada sindrom marfan, jaringan ikat tidak
sempurna dan tidak dapat melaksanakan fungsinya. Karena jaringan ikat ditemukan di 1
seluruh tubuh, maka sindrom marfan dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh,
termasuk sistem rangka (skeletal), mata, kardiovaskular, sistem saraf, kulit, dan paru-
paru.
Sindrom marfan dapat terjadi pada pria, wanita, dan anak-anak. Sindrom ini juga
dapat ditemukan pada semua latar belakang suku dan etnik. Gangguan ini mempunyai
insidens 1 dalam 10.000 orang; 15-10 % kasus adalah sporadic karena mutasi baru.
Diperkirakan bahwa paling sedikit 1 dari 5.000 orang di Amerika memiliki gangguan ini.
B. ETIOLOGI
Sindrom marfan merupakan penyakit keturunan secara autosom dominan yang
mempengaruhi jaringan ikat.
Gangguan yang diwariskan secara autosom dominan lewat mutasi fibrilin pada gen
FBN1 yang terletak pada lengan panjang kromosom 15q21.
Menurut penelitian terbaru, gen yang berpegang pengaruh pada mutasi gen FBN1
adalah mutasi gen MFS2 pada lengan pendek kromosom 3p25, tapi masih
memerlukan penelitian lanjut.
C. PATOGENESIS
Kelainan ini berkaitan dengan mutasi fibrilin, suatu protein 350 kD, komponen
utama fibrilin ekstraseluler yang turut menyebabkan integritas struktural jaringan ikat. Fibrilin adalah suatu glikoprotein yang merupakan bagian integral dari jaringan ikat pada tubuh
(misalnya ligamen, pembuluh darah dan lensa mata). Lokus FBN1 terletak pada lengan
panjang kromoson 15. Lebih dari 20 mutasi telah diketahui; mutasi ini tampak unik pada
keluarga tertentu yang terkena. Distribusi mutasi yang relatif lengkap melalui gen FBN1
agaknya turut menyebabkan variabilitas fenotip gangguan tersebut.
2
3
Penurunan sifat autosomal dominan berarti suatu kelainan timbul meskipun hanya
terdapat satu gen yang cacat dari salah satu orang tuanya. Sebagai perbandingan,
penyakit autosom resesif akan muncul saat seorang individu memiliki 2 gen mutan. Ciri
pewarisan autosomal dominan:
Sifat tersebut mungkin ada pada pria maupun wanita.
Sifat itu juga terdapat pada salah satu orang tua pasangan.
Sekitar 50% anak yang dilahirkan akan memiliki sifat ini, meskipun salah satu
pasangan tidak memiliki sifat ini.
Pola pewarisan bersifat vertikal, artinya tiap generasi yang ada pasti ada yang
memiliki sifat ini.
Bila sifat yang diwariskan berupa penyakit keturunan, anak-anak yang tidak
menderita penyakit ini bila menikah dengan pasangan yang normal maka keturunan
yang dihasilkan juga akan normal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Sindrom Marfan mengenai banyak organ, jadi ada manifestasi kardiovaskular,
skeletal mata dll. Presentasi penyakit bervariasi secara luas, bahkan diantara anggota
4
keluarga sekalipun. Beberapa orang hanya mengalami efek yang ringan, sedangkan yang
lain punya efek yang berat. Pada banyak kasus, penyakit ini berkembang jadi lebih buruk
seiring pertambahan usia. Presentasi yang tidak biasa dari penyakit ini:
Tabel 1. Presentasi yang tidak biasa dari pasien Sindrom Marfan
Muncul saat lahir, dilatasi aorta yang cepat, deformitas, kematian.
Dominan ectopia lentis dengan keterlibatan sistem skeletal yang bervariasi dan
keterlibatan jantung yang dapat diabaikan.
Prolaps katup mitral tanpa tanda pada sistem skeletal.
Dominan aneurisma aorta tanpa tanda pada sistem skeletal dan okular.
Sindrom Marfan pada neonatus lebih berat daripada anak yang lebih tua dan dapat
mempunyai kesamaan klinis dengan araknodaktili (jari-jari tangan dan kaki yang panjang
dan kelangsingannya abnormal) kontraktural kongenital, dimana dislokasi sendi,
kontraktur fleksi, iridodonesis, megalokornea, dilatasi katup aorta, dan prolaps katup
mitral merupakan tanda-tanda yang paling lazim ditemukan.
Perawakan yang panjang dan langsing mungkin terdapat sejak lahir dan menetap
pascalahir. Pengurangan lemak subkutan dapat menunjukkan gagal pertumbuhan pada
awal masa bayi. Hipotonia dan kelemahan ligamentum menunjukkan adanya kelambatan
motorik; namun, kemampuan kognitif biasanya normal. Penderita yang lebih tua sering
mempunyai wajah lonjong, tipis dengan maksila sempit, palatum sangat melengkung dan
gigi berdesakan.
Kisaran malformasi skeleton yang lebar telah dilaporkan. Tungkai panjang dan
ramping (dolikostenomelia), rentang lengan sangat lebih besar daripada panjangnya.
Jarak dari pubis ke tumit (segmen bawah) meningkat dan turut menyebabkan
pengurangan rasio segmen atas terhadap segmen bawah. Temuan-temuan pada tangan
kurang spesifik, meliputi jari-jari yang panjang, kurus (araknodaktili), hiperektensi.
Jempol teradduksi menyilang telapak tangan yang sempit, tanda Steinberg. Tanda
pergelangan tangan lain, jempol dan jari ke-5 jelas tumpang tindih ketika melingkari
pergelangan tangan yang tipis (tanda Walker).
Kosta panjang, langsing dapat turut menyebabkan kelainan toraks anterior seperti
depresi sternum (pektus ekskavatum) atau menonjol (pektus karinatum, “dada burung”).
Skoliosis dapat menjadi masalah pada anak yang lebih tua dan remaja.
5
Kelainan okuler menggambarkan defek jaringan, meliputi ektopia lentis, sklera biru,
dan miopia. Ectopia lentis biasanya bilateral dan simetris. Diagnosis dapat dibuat dengan
melihat iridodonesis (tremor iris), phacodonesis (pergerakan abnormal dari lensa), dan
bilik depan mata yang dalam pada mata yang tidak berdilatasi. Dislokasinya mungkin
komplit, dengan lensa yang mengapung bebas di dalam kavitas vitreus. Penampakan lain
yang tidak spesifik dari sindrom Marfan adalah miopia, mata yang panjang, kornea datar
dan retinal detachment.
Selain itu, striae dapat muncul pada bahu dan bokong. Hernia inguinal dapat terjadi.
Manifestasi paru-paru termasuk pneumotoraks spontan dan bleb apikal (vesikel flaksid
besar pada bagian apikal paru). Dilatasi sakus dura dapat terlihat pada CT scan atau MRI,
tetapi kondisi ini biasanya asimptomatik.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Pektus ekskavatum Protrusi asetabulum
E. DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis sindrom Marfan yang disepakati secara internasional (Ghent
criteria). Diagnosis Sindrom Marfan berdasarkan riwayat keluarga dan kombinasi dari
indikator mayor dan minor dari gangguan yang terjadi dalam satu individu.
Beberapa pemeriksaan fisik dapat dilakukan. Pemeriksaan skeletal harus mencakup
pengukuran antropometri untuk tinggi badan, rasio rentang lengan dan tinggi, rasio
segmen atas ke segmen bawah, pengukuran tangan dan kaki. Segmen atas tubuh diukur
dari atas kepala sampai atas ramus pubis, dan segmen bawah diukur dari atas ramus
pubis ke lantai. Rasio segmen atas dan bawah tubuh pada pasien sindrom Marfan
biasanya kurang dari 0.85. Pasien juga harus diperiksa untuk melihat arachnodactyly;
tanda Walker / wrist positif, tanda Steinburg / thumb positif. Pemeriksaan mata dengan
dilatasi pupil harus dilakukan untuk melihat ectopia lensa. Evaluasi jantung dilakukan
dengan auskultasi dan echocardiography.
Pemeriksaan penunjang:
Uji laboratorium:
- Hasil tes lab rutin adalah normal.
- Uji genetik untuk mutasi pada fibrillin tersedia. Hasil negatif palsu masih
mungkin dengan tes ini. Oleh karena itu, pengujian genetik tidak digunakan
secara rutin dalam praktek klinis.
Imaging:
- Echocardiography: kunci untuk menilai struktur utama pada risiko dalam
sindrom ini, seperti katup jantung dan aorta asendens.
- MRI: berguna untuk pencitraan seluruh aorta, tetapi juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi tulang belakang untuk dural ektasia.
- Radiografi: radiografi tulang belakang digunakan untuk diagnosis scoliosis, jika
dicurigai. Pasien juga harus memiliki radiografi AP dari pelvis untuk
mengevaluasi protrusi asetabulum. Radiografi tangan dapat dilakukan untuk
menghitung indeks metakarpal, yang ditentukan dengan membagi panjang tiap-
tiap 4 metakarpal terakhir dengan lebar dari titik tengahnya dan membuat rata-
rata dari jumlahnya. Indeks metakarpal pada pasien sindrom Marfan biasanya
lebih dari 8.5 dimana pada orang normal hanya 8 atau kurang dari 8.
17
- Temuan patologis: diseksi aorta menunjukan lapisan medial pada beberapa
pasien. Dura pada tulang belakang lumbal bawah kadang-kadang menunjukan
tonjolan dari sisi dan depan kanalis tulang belakang.
18
19
20
21
F. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari sindrom Marfan adalah:
1. Congenital Contractur Arachnodactyly (CCA; Beals sindrom)
Sindrom Beals, atau araknodaktili kontraktural bawaan (CCA), adalah kondisi
genetik disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada gen (FBN2) yang erat kaitannya
dengan gen (FBN1) yang menyebabkan sindrom Marfan. Hal ini mirip namun
berbeda dari sindrom Marfan. Beals sindrom dapat menyebabkan kontraktur sendi
(ketidakmampuan untuk sepenuhnya memperpanjang sendi) dan telinga berbentuk
tidak normal. Orang dengan sindrom Beals memiliki banyak masalah skeletal dan
pembesaran aorta yang juga berefek pada orang dengan sindrom Marfan, dan
pengobatan masalah ini adalah sama. Namun sistem okular tidak terpengaruh.
2. Homocystinuria
Homocystinuria adalah kelainan bawaan di mana tubuh tidak mampu untuk
memproses blok bangunan tertentu dari protein (asam amino) dengan benar. Ada
berbagai bentuk homocystinuria, yang dibedakan oleh tanda-tanda dan gejala dan
penyebab genetik. Bentuk yang paling umum dari homocystinuria ditandai dengan
rabun jauh (miopia), dislokasi lensa di bagian depan mata, peningkatan risiko
pembekuan darah yang abnormal, dan tulang rapuh yang rentan terhadap fraktur
(osteoporosis) atau kelainan tulang lainnya. Beberapa individu yang terkena juga
memiliki keterlambatan perkembangan dan masalah belajar.
Kedua penyakit ini secara klinis serupa tetapi scoliosis biasa pada sindrom Marfan,
sedangkan pelebaran dan epifisis metafisis tulang panjang merupakan ciri khas dari
homocystinuria.
Pasien dengan homocystinuria sering mengalami osteoporosis pada usia muda
dengan tingginya insiden keterlibatan vertebra. Keterbelakangan mental dan
trombosis yang umum di homocystinuria dan jarang terjadi pada sindrom Marfan.
Homocystinuria ini sangat mungkin diwariskan sebagai resesif autosomal dan
sindrom Marfan sebagai dominan autosomal.
3. MASS phenotype
Fenotip MASS adalah gangguan jaringan ikat yang mirip dengan sindrom Marfan
yang melibatkan katup Mitral, Aorta, Skin (kulit), Skeletal (rangka) mirip dengan
sindrom Marfan tetapi tidak melibatkan dislokasi lensa.
22
Beberapa gejala dari MASS phenotype antara lain :
Tungkai yang panjang
Deformitas iga
Striae pada kulit
Prolaps katup mitral
Dilatasi aorta yang ringan
4. Loeys-Dietz syndrome
Loeys-Dietz Syndrome adalah sindrom yang baru ditemukan genetik autosomal
dominan yang memiliki banyak fitur yang mirip dengan sindrom Marfan, tetapi
sindrom ini disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkode transforming GH beta
reseptor 1 (TGFβR1) atau 2 (TGFβR2).
Loeys-Dietz syndrome (LDS) ditandai dengan temuan pembuluh darah (aneurisma
arteri otak, dada, dan perut) dan manifestasi skeletal (pectus excavatum atau pectus
carinatum, scoliosis, kelemahan sendi, araknodaktili). Sekitar 75% dari individu
yang terkena LDS tipe I dengan manifestasi kraniofasial (hypertelorism okular, bifid
uvula / celah palatum, craniosynostosis); sekitar 25% memiliki LDS tipe II dengan
manifestasi kulit (kulit beludru dan tembus; mudah memar; melebar, bekas luka
atrofi).
Banyak Loeys-Dietz sindrom sebelumnya telah didiagnosis dengan sindrom Marfan.
Penting untuk membedakan antara sindrom Marfan dan Loeys-Dietz sindrom karena
ada beberapa perbedaan dalam penanganannya. Pertama, individu dengan Loeys-
Dietz sindrom tidak berisiko memiliki dislokasi lensa. Manajemen operasi
pembesaran aorta juga berbeda.
5. Shprintzen-Goldberg syndrome
Shprintzen-Goldberg syndrome (SGS) ditandai dengan craniosinostosis, fitur
kraniofasial khas, perubahan skeletal (dolikostenomelia, araknodaktili, pes planus,
pectus excavatum atau carinatum, skoliosis, hipermobilitas sendi, atau kontraktur),
kelainan neurologis, ringan sampai sedang cacat intelektual, dan anomali otak
(hidrosefalus, dilatasi ventrikel lateral). Anomali jantung (prolaps katup mitral,
regurgitasi mitral dan regurgitasi aorta) bisa terjadi, tetapi dilatasi aorta
kemungkinan besar tidak ditemukan. Lemak subkutan minimal, cacat dinding perut,
kriptorkismus pada laki-laki, dan miopia juga merupakan temuan yang khas.
23
Pasien dilaporkan memiliki ectopia lentis (khas untuk sindrom Marfan dan tidak
SGS), juga memiliki craniosinostosis, strabismus, telinga yang abnormal, hipotonia,
dan kelainan bentuk kaki (khas SGS dan tidak sindrom Marfan).
6. Stickler syndrome
Sindrom Stickler adalah sekelompok kelainan genetik yang mempengaruhi jaringan
ikat, khususnya kolagen . Ciri-ciri penderita sindrom ini adalah :
Orang dengan sindrom ini memiliki masalah yang mempengaruhi hal-hal lain
selain mata dan telinga.
Arthritis, kelainan untuk ujung tulang panjang, kelainan tulang belakang,
kelengkungan tulang belakang, skoliosis, nyeri sendi adalah semua masalah yang
dapat terjadi di tulang dan sendi.
Karakteristik fisik orang dengan Stickler dapat mencakup pipi datar, jembatan
hidung datar, rahang atas kecil, rahang bawah kecil, dan kelainan palatum.
7. Ehler-Danlos syndrome
Sindroma Ehler-Danlos adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang sangat
jarang terjadi dan ditandai oleh:
Persendian yang sangat lentur/longgar
Kulit yang sangat elastis, rapuh dan mudah memar
Jaringan yang rapuh
Pembuluh darah yang mudah mengalami kerusakan
Pecahnya organ dalam (jarang).
Atau dapat dilihat pada kotak dan tabel berikut:
24
25
26
27
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mengenai aorta merupakan penyabab kematian utama.
Diseksi aorta dapat menyebabkan perdarahan letal, akut insufisiensi katup aorta,
insufisiensi mitral, tamponade pericardium, atau iskemik viseral.
28
Prolaps katup mitral dapat menyebabkan mitral regurgitasi yang merupakan
penyebab kematian pada anak dengan sindrom marfan.
Endokarditis bakterial biasanya terjadi setelah pembedahan.
Pektus ekskavatum yg berat dapat menurunkan fungsi jantung dan paru-paru.
H. PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan untuk sindrom Marfan. Pengobatan ditujukan untuk
mencegah atau menghambat terjadinya komplikasi. Seorang dokter anak harus bekerja
bersama dengan subspesialis anak untuk menyelaraskan pendekatan rasional dalam
memonitor dan mengobati komplikasi.
Bagian yang penting dalam pengobatan sindrom Marfan adalah sistem skeletal
(tulang dan sendi), sistem okular (mata), sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah), sistem saraf, paru-paru, dan aktivitas fisik atau latihan.
1. Sistem kardiovaskular
Ada beberapa isu penting dalam pengobatan kardiovaskular:
Terapi β-bloker harus dipertimbangkan pada usia berapapun jika aorta
berdilatasi, tetapi terapi profilaksis mungkin lebih efektif pada pasien dengan
diameter aorta kurang dari 4 cm.
Faktor resiko terjadinya diseksi aorta, yaitu diameternya lebih dari 5 cm,
kecepatan dilatasi yang besar (45% per tahun) dan riwayat keluarga mengalami
diseksi aorta.
Evaluasi tahunan harus dilakukan, yaitu untuk anamnesis, pemeriksaan fisik dan
echocardiography.
Untuk pengobatan dengan β-bloker, yang penting diketahui:
Antagonis reseptor β-adrenergik telah diterima sebagai agen potensial untuk
menghambat ekspansi aorta dan menghambat progresifitas ruptur atau diseksi
aorta.
Terapi β-bloker memperlambat pertumbuhan aorta pada anak-anak dan remaja
dengan sindrom Marfan.
Terapi dengan antagonis kalsium (calcium channel blocker / CCB) juga
menghambat pertumbuhan aorta, namun dosis yang direkomendasikan belum
ada.
Usia optimal untuk memulai terapi dengan β-bloker belum ditentukan.
29
Butuh lebih banyak penelitian dan pengalaman untuk menentukan dosis optimal
β-bloker untuk meminimalisir pertumbuhan aorta.
ACE inhibitor (ACEI) mengurangi tekanan arteri sentral, dan mungkin berguna
untuk sindrom Marfan.
β-bloker bekerja dengan menghambat kronotropik, inotropik dan respons
vasodilator dari stimulasi β-adrenergik.
Contoh obat yang dapat dipakai adalah Atenolol (Tenormin) yang adalah
antagonis selektif β-1, Propranolol HCl (Inderal) sebagai antagonis β-adrenergik
non-selektif, Verapamil HCl (Isoptin) sebagai penghambat influks ion kalsium.
Beberapa orang mempunyai efek samping terhadap β-bloker misalnya kelelahan
dan mual. Jika terjadi efek samping tersebut, maka dapat diberikan ACEI atau
CCB.
Bedah:
Indikasi untuk pembedahan profilaksis akar aorta pada orang dewasa (paling
sedikit ada 1 kriteria):
Diameter akar aorta lebih dari 55 mm dan diameter akar aorta lebih dari 50
mm pada pasien dengan resiko tinggi komplikasi pada aorta, yaitu pasien
dengan riwayat keluarga diseksi aorta, ada lebih dari regurgitasi aorta
ringan, regurgitasi mitral berat.
Rasio diameter akar aorta dengan aorta desendens lebih dari 2.
Pada anak-anak, jika memungkinkan ditunda pembedahan profilaksis
kardiovaskular hingga remaja.
Bedah yang dilakukan:
Composite valve graft. Untuk pembedahan ini, bagian dari aorta dan katup
aorta diangkat, kemudian aorta diganti dengan cangkokan (graft).
Aortic valve-sparing surgery. Ini dilakukan jika katup aorta pasien bekerja
dengan baik. Dilakukan penggantan bagian yang membesar dari aorta
dengan cangkokan (graft).
Setelah operasi aorta dilakukan, penderita membutuhkan antikoagulan misalnya
warfarin, yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah pada
daerah cangkokan. Antikoagulan digunakan seumur hidup. Tetapi untuk jenis
operasi aortic valve-sparing surgery, hanya digunakan beberapa saat.
30
Penderita harus melakukan CT scan atau MRI rutin untuk mengecek aorta yang
telah dioperasi.
Terapi lain:
Pemberian terapi antibiotik sebagai pencegahan endokarditis. Antibiotik
diberikan selama prosedur invasif yang berhubungan dengan kardiak ataupun
tidak.
Menurut buku Farmakologi Katzung, antibotik yang dapat diberikan sebagai
profilaksis endokarditis adalah Amoxicillin atau Clindamycin (untuk prosedur
gigi, mulut, saluran napas) serta Ampicillin atau Vancomycin dan Gentamycin
(untuk prosedur genitourinaria atau gastrointestinal).
2. Sistem skeletal
Brace:
Bracing (peralatan ortopedik yang digunakan untuk menyokong atau
mempertahankan bagian-bagian tubuh pada posisi yang tepat) efektif untuk
menstabilkan tulang belakang dan untuk menghindari pembedahan.
Hormonal:
Terapi estrogen dan progesteron telah digunakan untuk menginduksi puberts
dan mengurangi tinggi badan terakhir pasien bila terapi hormonal dimulai
sebelum pubertas. Tapi belum ada data yang menunjukkan kalau terapi ini
berguna untuk skoliosis.
Sumber lain mengatakan bahwa dengan pemberian hormon eksogen, dapat
membatasi derajat kurvatur dan deformitas yang dikarenakan kifoskoliosis atau
skoliosis.
Bedah:
Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki bagian toraks yang masuk atau
menonjol, sehingga dapat menghindari penekanan pada paru-paru atau jantung.
Skoliosis yang berat membutuhkan intervensi bedah. Bracing mempunyai peran
yang terbatas dalam menangani skoliosis infantil berat.
31
Bedah sebaiknya tidak dilakukan pada anak usia kurang dari 4 tahun, karena
banyak pasien dengan kurva yang besar sebelum usia 4 tahun, meninggal secara
spontan akibat komplikasi kardiak.
Bedah protrusi asetabuli dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi pinggul
melalui penutupan kartilago tri-iradiate pada pasien anak dan remaja.
3. Sistem okular
Kacamata atau lensa kontak:
Bisa digunakan untuk mengoreksi miopi.
Perlindungan mata:
Ini dilakukan karena pasien sindrom Marfan mempunyai resiko tinggi untuk
terjadi retinal detachment.
Mata dilindungi dari injuri, misalnya dari olahraga seperti tinju atau sepakbola.
Laser:
Dapat digunakan untuk retinal detachment.
Operasi:
Untuk mengangkat lensa yang mengalami subluksasi.
4. Sistem saraf
Jika dural ektasia (bengkak pada duramater pembungkus korda spinalis)
berkembang, maka pengobatan perlu untuk mengurangi nyeri yang
berhubungan.
5. Paru-paru
Chest tube:
Sebagai terapi inisial untuk pneumotoraks.
Operasi:
Bleb resection atau pleurodesis dilakukan jika terjadi pneumotoraks berulang.
6. Aktivitas fisik / latihan
Secara umum disampaikan agar pasien membatasi kegiatan fisik,, terutama apabila
terdapat adanya keluhan. Beberapa pendidikan kesehatan yang diperlukan, meliputi
hal-hal berikut:
Adaptasi gaya hidup, seperti menghindari aktivitas atau kegiatan fisik yang
melelahkan atau olahraga kontak (misalnya bola basket). Hal ini diperlukan
untuk menghindari pembedahan diseksi aorta.
32
Hindari perubahan tekanan langsung, misalnya menghindari lift, menyelam atau
terbang dengan aircraft. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
pneumotoraks.
Olahraga dan aktivitas fisik yang dianjurkan adalah memancing, golf dan
berjalan.
Terapi lain adalah konseling genetik dan konseling psikologik. Konseling genetik
dilakukan karena individu yang terkena akan menurunkan kondisinya ke 50%
keturunannya. Resiko berulang 50% jika salah satu orang tua terkena. Selama konseling
genetik, harus dijelaskan tentang variasi penyakit karena anak yang lahir yang terkena
dapat lebih parah atau lebih baik daripada orang tuanya. Konseling psikologik dilakukan
karena dapat muncul masalah jika seseorang didiagnosis menderita sindrom Marfan,
berhubungan dengan perasaan ditolak, penyangkalan, kemarahan, depresi atau rasa
bersalah. Selain itu, strategi terapi masa depan untuk sindrom Marfan adalah dengan
menggunakan TGF-β antagonis.
I. PROGNOSIS
Sindrom Marfan adalah penyakit seumur hidup (longlife disorder). Prognosis pasien
dengan sindrom Marfan bergantung pada keparahan komplikasi kardiovaskular dan hal
ini ditentukan terutama oleh progresifitas dilatasi aorta, yang berpotensi menimbulkan
diseksi aorta dan kematian pada usia muda.
Kelangsungan hidup dapat diperpanjang dengan deteksi yang lebih baik, teknik
pembedahan dan waktu pembedahan yang lebih baik, dan penggunaan β-bloker sebagai
profilaksis. Berdasarkan data tahun 1995, rata-rata kelangsungan hidup pasien wanita
sindrom Marfan adalah 74 tahun dan untuk laki-laki 70 tahun. Hal ini sama dengan data
tahun 2011 yang menunjukkan bahwa rata-rata kelangsungan hidup pasien sindrom
Marfan adalah 70 tahun.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Berhman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Ed 15. Vol 13. EGC: Jakarta;
2000.
2. National Mafran Foundation. Treatment. [Online]. 2012 [cited 2012 May 27]; [2
screens].
Available from:
URL: http://www.marfan.org/marfan/2415/Treatment
3. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of pediatrics,
18th Ed. Philadephia: Saunders Elsevier; 2007.
4. Chen H, Buehler B. Genetics of Marfan Syndrome Follow-up. [Online]. 2011 August 11
[cited 2012 May 27]; [8 screens].
Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/946315-treatment#showall
5. Chen H, Buehler B. Genetics of Marfan Syndrome Follow-up. [Online]. 2011 August 11
[cited 2012 May 27]; [6 screens].
Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/946315-medication#showall
6. National Heart Lung and Blood Institute. How is Marfan syndrome treated. [Online].
2010 Oct 01 [cited 2012 May 27]; [4 screens].
Available from:
URL: http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/mar/treatment.html
34
7. Rudolph AM, Rudolph CD, Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ. Rudoplh’s Pediatrics.
New York: McGraw-Hill; 2003.
8. Helmi ZN. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
9. Anonim. Prognosis of Marfan Syndrome. [Online]. 2012 Feb 01 [cited 2012 May 27]; [2
screens].
Available from:
URL: http://www.rightdiagnosis.com/m/marfan_syndrome/prognosis.htm
10. Chen H, Buehler B. Genetics of Marfan Syndrome Follow-up. [Online]. 2011 August 11
[cited 2012 May 27]; [1 screen].
Available from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/946315-followup#showall
11. http://www.news-medical.net/health/Marfan-Syndrome-Diagnosis.aspx
12. http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/?p=1123
35