Decompresion Syndrome

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dekompresi berarti tekanan udara di turunkan ke tekanan udara biasa dgn cara bertahap atau perlahan- lahan. Istilah hiperbarik dimaksudkan suatu lingkungan yg berada dlm udara bertekanan lebih dari 1 atmosfer. 1,2 Di Amerika Serikat kasus kecelakaan akibat penyelaman diperkirakan 3-4 kasus per 10.000 kasus, dengan rata-rata 1000 kasus setiap tahun. Sedangkan di regional Asia-Pasifik berkisar 500-600 kasus. Data dari berbagai sumber melaporkan angka kejadian penyakit dekompresi di Amerika Serikat 1kasus 3.770 per penyelam militer, untuk kasus wisata menyelam dijumpai 1 kasus per 2.900 penyelam tiap tahunnya. 3,4 Dekompresi atmosferik yang akut bisa menimbulkan kelainan pada susunan saraf dan organ-organ lainnya. Penyakit dekompresi yang biasa dikenal dengan caisson disease atau terkadang orang-orang menyebutnya diver’s disease. Penyakit dekompresi bangkit jika dekompresi atmosferik terjadi mendadak dan penurunan tekanan atmosfernya lebih dari 1 atmosfer. Caisson Disease adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari 1

description

Public Health

Transcript of Decompresion Syndrome

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dekompresi berarti tekanan udara di turunkan ke tekanan udara biasa dgn

cara bertahap atau perlahan-lahan. Istilah hiperbarik dimaksudkan suatu

lingkungan yg berada dlm udara bertekanan lebih dari 1 atmosfer.1,2

Di Amerika Serikat kasus kecelakaan akibat penyelaman diperkirakan 3-4

kasus per 10.000 kasus, dengan rata-rata 1000 kasus setiap tahun. Sedangkan di

regional Asia-Pasifik berkisar 500-600 kasus. Data dari berbagai sumber

melaporkan angka kejadian penyakit dekompresi di Amerika Serikat 1kasus 3.770

per penyelam militer, untuk kasus wisata menyelam dijumpai 1 kasus per 2.900

penyelam tiap tahunnya. 3,4

Dekompresi atmosferik yang akut bisa menimbulkan kelainan pada

susunan saraf dan organ-organ lainnya. Penyakit dekompresi yang biasa dikenal

dengan caisson disease atau terkadang orang-orang menyebutnya diver’s disease.

Penyakit dekompresi bangkit jika dekompresi atmosferik terjadi mendadak dan

penurunan tekanan atmosfernya lebih dari 1 atmosfer. Caisson Disease adalah

suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan

gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat

penurunan tekanan di sekitarnya.5

Fenomena ini sering terjadi di daerah kepulauan yang banyak memiliki

sumber daya manusia sebagai penyelam alam, dimana dengan keterbatasan

pengetahuan sering terjadi kecelakaan penyelaman. Kecelakaan ini sering tidak

teratasi lantaran kurangnya pengetahuan dan tenaga ahli medis dibidang penyakit

dekompresi, sehingga banyak jiwa yang tidak tertolong dan mengidap penyakit

dekompresi yang membawa cacat pada organ tubuh manusia. Hal itu terjadi ketika

penyelam naik dengan cepat kepermukaan atau kasus lain yaitu ketika keluar dari

ruang hiperbarik atau naik ke ketinggian.6 

1

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang decompression syndrome

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tentang kesehatan matra

2. Untuk mengetahui tentang hypobarism dan hyperbarism

3. Untuk mengetahui keterkaitan antara matra dengan hypobarism dan

hyperbarism

1.3 Manfaat penulisan

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Caisson disease (sinonim : Bends, Compressed Air Sickness, Divers’s

Paralysis, Dysbarism) adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang

disebabkan oleh pelepasan dan mengembangnya gelembung-gelembung gas dari

fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan di sekitarnya. 3,4

Caisson disease merupakan keadaan yang berbahaya dan kadang dapat

menyebabkan kondisi lethal yang disebabkan oleh gas nitrogen yang terbentuk

dalam darah dan berbagai jaringan pada tubuh penyelam yang kembali ke

permukaan air dengan cepat. 5

2.2 EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit dekompresi jarang terjadi, diperkirakan 2,8 kasus per

10.000 penyelaman, dengan risiko 2,6 kali lebih besar untuk laki-laki daripada

perempuan. DCS mempengaruhi sekitar 1.000 penyelam scuba AS per tahun.

Pada tahun 1999, para penyelam Jaringan Siaga (DAN) dibuat "Proyek Dive

Eksplorasi" untuk mengumpulkan data tentang profil menyelam dan insiden.Dari

tahun 1998 hingga 2002, mereka merekam 50.150 penyelaman, dari yang 28

recompressions diminta - meskipun ini akan hampir pasti mengandung insiden

emboli gas arterial (USIA) - laju sekitar 0,05%.4

2.3 ETIOPATOGENESIS

Faktor risiko: penyakit dekompresi terjadi pada sekitar 2 sampai 4/10, 000

penyelaman. Faktor risiko meliputi semua hal berikut:

• Dingin-suhu penyelaman

• Dehidrasi

• Latihan setelah menyelam

• Kelelahan

• Terbang setelah menyelam

• Kegemukan

3

• Usia yang lebih tua

• Lama atau dalam penyelaman

• Cepat ascents

• Kanan-ke-kiri jantung shunts5

Hukum Henry menyatakan bahwa kelarutan gas dalam cairan berbanding

lurus dengan tekanan yang diberikan pada gas dan cairan. Dengan demikian,

jumlah gas yang masuk (misalnya N2 dan helium) dilarutkan dalam darah

meningkat dan jaringan pada tekanan yang lebih tinggi. Selama pendakian, ketika

tekanan menurun sekitarnya, gelembung bisa terbentuk. Gelembung-gelembung

gas dibebaskan dapat timbul dalam jaringan apapun dan menyebabkan gejala

lokal, ataupun melalui darah ke organ jauh.5

Caisson adalah tangki-tangki dengan tekanan dengan tekanan atmosfer

yang tinggiyang dipergunakan dalam kontruksi di bawah air. Jaringan tubuh

0rang-orang tersebut menyerap gas-gas, jika buruh-buruh tangki itu keluar dari

tangkinya dan serentak berada di lingkungan atmosfer biasa (normal), maka gas-

gas akan dipisahkan dari cairan tubuh.2

Pada terjadinya pemisahan gas-gas dari cairan tubuh, maka gelembung-

gelembung gas N berjumlah banyak, oleh karena N larut dalam seluruh jaringan

lemak. Maka dari itu penyakit dekompresi atmosferik akut lebih sering berakhir

fatal pada orang-orang yang gemuk daripada orang-prang yang kurus.

Gelembung-gelembung gas tidak saja N tetapi gas O2 dan lainnya bisa

mengakibatkan timbulnya vakuolisasi di dalam jaringan didalam serum bahkan di

dalam sel. Emboli gas dan intoksikasi seluler dapat mengakibatkan komplikasi

berat termasuk kematian.1

Saat naik ke permukaan, tekanan gas turun terjadi proses desaturasi.

Tekanan parsial gas paru-paru rendah sehingga darah melepas gas ke paru-paru.

Bila dekompresi cepat, gelembung gas dalam jaringan & darah tdk dapat keluar

dgn cepat & teratur sehingga meninggalkan gas dalam darah & jaringan, karena

tdk cukup waktu bg paru-paru utk mengeluarkan gas tersebut.2

4

Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan berat

ringannya gejala dan untuk pengobatan :

1. Tipe I (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit dan limfatik yang lebih

ringan dan tidak biasanya mengancam nyawa.

2. Tipe II (serious) kadang-kadang mengancam kehidupan dan mempengaruhi

berbagai sistem organ. Sumsum tulang belakang rentan terkena, daerah rawan

lainnya termasuk otak, sistem pernapasan (misalnya, emboli paru) dan sistem

peredaran darah (misalnya, gagal jantung, syok kardiogenik). Mengacu pada

sendi lokal atau nyeri otot akibat penyakit dekompresi tetapi sering digunakan

sebagai sinonim untuk setiap komponen dari gangguan.1,2

2.4 GAMBARAN KLINIS

Gejala berat dapat bermanifestasi dalam beberapa menit dari permukaan,

tetapi pada kebanyakan pasien, gejala dimulai secara bertahap, kadang-kadang

dengan prodrome dari malaise, kelelahan, anoreksia, dan sakit kepala. Gejala

terjadi dalam 1 jam dari permukaan di sekitar 50% dari pasien dan oleh 6 jam

dalam 90%. Jarang, gejala dapat mewujudkan 24 sampai 48 jam setelah muncul

ke permukaan, terutama setelah terpapar ketinggian setelah menyelam.

Tipe I penyakit dekompresi biasanya menyebabkan nyeri semakin

memburuk pada sendi (biasanya siku dan bahu), punggung dan otot-otot, rasa

sakit termasuk manifestasi lain limfadenopati, bintik-bintik kulit, gatal dan ruam.1

Tipe penyakit dekompresi II cenderung menyebabkan gejala neurologis dan

kadang-kadang pernapasan. Ini biasanya memanifestasikan dengan paresis, mati

rasa dan kesemutan, kesulitan buang air kecil dan kehilangan kontrol kandung

kemih atau usus. Sakit kepala dan kelelahan mungkin ada tapi tidak spesifik.

Pening, tinnitus dan gangguan pendengaran dapat terjadi jika telinga bagian

dipengaruhi. Gejala yang parah termasuk kejang, bicara cadel, kehilangan

penglihatan, kebingungan dan koma. Kematian dapat terjadi. Tersedak (penyakit

dekompresi pernapasan) merupakan manifestasi yang jarang namun serius,

termasuk gejala sesak napas, nyeri dada dan batuk. Gelembung embolisasi besar

5

dari pohon pembuluh darah paru bisa mengakibatkan peredaran darah yang cepat

dan kematian.1

Osteonekrosis Dysbaric adalah manifestasi akhir dari penyakit dekompresi.

Ini adalah bentuk berbahaya dari nekrosis tulang aseptik yang disebabkan oleh

eksposur yang lama atau berulang erat ke daerah bertekanan (biasanya pada orang

yang bekerja di udara terkompresi dan komersial mendalam ketimbang penyelam

rekreasi). Kerusakan bahu dan pinggul permukaan artikular dapat menyebabkan

rasa sakit kronis dan cacat berat1

2.5 DIAGNOSIS

Diagnosis klinis adalah riwayat menyelam sebelumnya (24 jam), adanya

gejala-gejala klinis di atas, bila ragu, lakukan terapi RUBT, bila dlm 20 – 40

menit pertama diperoleh perbaikan lanjutkan terapi (PD).2

CT dan MRI dapat membantu untuk menyingkirkan gangguan lain yang

menyebabkan gejala yang sama (misalnya, disk intervertebralis hernia, stroke

iskemik, perdarahan SSP). Meskipun studi ini dapat menunjukkan kelainan saraf

otak atau tulang belakang, mereka tidak sensitif untuk penyakit dekompresi, dan

pengobatan biasanya harus mulai didasarkan pada kecurigaan klinis. Kadang-

kadang gas emboli arteri sama (untuk perbandingan fitur.5)

Untuk osteonekrosis dysbaric, x-rays sederhana dapat menunjukkan

degenerasi sendi, yang tidak dapat dibedakan dari yang disebabkan oleh gangguan

sendi lainnya, MRI biasanya diagnostik.1

2.6 PENATALAKSANAAN

Walaupun kasus-kasus yang ringan dapat diobati dengan menghirup oksigen

100% pada tekanan permukaan, namun pengobatan terpenting ialah rekompresi

dan oksigen.

1. Tindakan dini

Berikan oksigen 6-10 L/mm dengan masker.Berikan analgesik sedang sesuai

kebutuhan. Jika tidak terdapat gagal jantung kongestif, berikan cairan intravena

15% dextrosa dalam normal saline atau ringer laktat untuk mengoreksi dehidrasi

dan mempertahankan hidrasi normal.1,2,5

6

2. Rekompresi

Tujuan rekompresi adalah untuk memperkecil gelembung-gelembung gas, gejala

menghilang saat dekompresi sampai ke permukaan dan gelembung-gelembung

gas larut dengan rekompresi yang diikuti dekompresi secara perlahan-lahan.

Sedangkan tujuan oksigenasi adalah untuk memperbaiki hipoksia jaringan dan

mengurangi tekanan nitrogen yang terlarut dalam darah dan jaringan.

Setelah diagnosis ditegakkan pengobatan harus dilaksanakan secepatnya,

paling lambat 6 jam pertama. Kizer 1982, menganjurkan pengobatan rekompresi

paling lama 12 jam setelah gejala-gejala timbul. Menurut “ The Diver Network” di

USA memberi batas waktu 24 jam untuk penanganan kecelakaan-kecelakaan

penyelam. Namun dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa lebih cepat

diobati, hasilnya akan lebih baik. Untuk menghindari keterlambatan dalam

penanganan penderita maka pengobatan dapat dimulai dari tempat kejadian (untuk

sementara), transportasi ke fasilitas RUBT dan RUBT sendiri.

Rekompresi di tempat kejadian, menurunkan kembali penderita melalui tali

ke air dan memakai oksigen sampai kedalaman 9 meter. Bersama pendamping

memakai “full face mask” dan bernafas dengan oksigen 100% selama 30 menit

untuk kasus ringan dan 60 menit untuk kasus berat. Bila ada perbaikan, naik

kepermukaan dengan kecepatan 1 meter dalam 12 menit. Bila belum, dapat

diperpanjang menjadi 60 menit.Jika dalam perjalanan kepermukaan timbul gejala

maka berhenti selama 30 menit. Setelah tiba dipermukaan penderita harus

menghirup 02 l00% dan udara selama 90 menit, jika gagal maka penderita harus

diangkut ke fasilitas RUBT.

Pengangkutan penderita ke fasilitas RUBT dapat dilakukan dengan kapal laut,

kendaraan darat, pesawat terbang dengan kabin bertekanan 1 atm, bila tidak ada

maka ketinggian maksimum 1000 feet (300 meter). Selama perjalanan penderita

mengisap oksigen 100% 30 menit, udara 5 menit secara berganti. 1,2,5

3. Pengobatan

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, kadang-kadang dibutuhkan

obat-obat tambahan yang tujuannya untuk menanggulangi perubahan-perubahan

7

sekunder atau kerusakan lanjut akibat dari gelembung nitrogen dalam pembuluh

darah dan jaringan.

a) Cairan dan Elektrolit

Biasanya digunakan normal saline, ringer laktat atau dekstrose. Bila

rehidiasi tidak berhasil ditambah dengan dekstran 40 atau dekstran 70.

b) Anti Platelet.

c) Kortikosteroid.

d) Gliserol. (Ini bila terjadi edemaserebri).

e) Digitalis

Digunakan pada syok akibat penyakit dekompresi, dimana dehidrasi

teratasi namun frekwensi jantung tetap cepat. Dilakukan digilitasi cepat

dengan sedilanid 0,8-1,6 mg secara intravena.

f) Antikonvulsan.

Obat pilihan adalah diazepam 10 mg intravena tiap kali dibutuhkan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi respon pengobatan . 1,2,5

2.7 PROGNOSIS

Pengobatan langsung dengan oksigen 100%, diikuti oleh recompression dalam

ruang hiperbarik, akan dalam hasil kebanyakan kasus tidak ada efek jangka

panjang. Namun, permanen jangka panjang cedera dari DCS adalah mungkin.

Tiga bulan follow-up pada kecelakaan menyelam dilaporkan DAN tahun 1987

menunjukkan 14,3% dari 268 penyelam disurvei masih memiliki tanda-tanda dan

gejala sisa dari Tipe II DCS dan 7% dari Tipe I DCS".follow-up yang lama

menunjukkan hasil yang sama, dengan 16% memiliki gejala sisa neurologis

permanen.4

8

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Kesehatan Matra

Menurut peraturan menteri kesehatan tahun 2013 Matra adalah dimensi

lingkungan/wahana/media tempat seseorang atau sekelompok orang

melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi Matra adalah

keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup

dalam lingkungan tersebut. Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam

bentuk khusus yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan

mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubahsecara

bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara (pasal 1 uu Nomor 23 tahun

1992 tentang kesehatan).7, 8

Istilah matra diarahkan pada kondisi lingkungan yang berubah, bermakna

mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok, lingkungan tersebut bias terjadi di

darat (lapangan), laut maupun udara. Kondisi matra akibat lingkungan yang

berubah bermakna ini bias terjadi karena sudah direncanakan maupun tidak

direncanakan. Aktifitas matra lapangan yang direncanakan antara lain meliputi

Haji, trasmigrasi, berkemah, perjalan mudik lebaran, berkumpulnya penduduk

saat festival ataupun acara-acara keagamaan, perjalanan wisata, kegiatan bawah

tanah dan kegiatan lintas alam. Matra udara adalah penerbangan atau kegiatan

kedirgantaraan lainnya. Ada pun kondisi matra yang tidak direncanakan

lingkungan pengungsian akibat terjadi bencana, gangguan kamtibmas maupun

krisis lainnya.7,8

Rincian Upaya Kesehatan Matra

1. Kesehatan Transmigrasi

Para Transmigran akan menempati wilayah dengan lingkungan yang baru

yang relatif berbeda dari daerah asalnya dan mereka rentan terhadap malaria dan

9

filaria. Pada umumnya wilayah baru memiliki keterbatan sarana dan prasarana

termasuk air bersih dan sanitasi sehingga berisiko diare dan penyakit

gastroenteritis lainnya. Penyesuaian kondisi diperkirakan memerlukan waktu 6 –

12 bulan.7,9

2. Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana

Kondisi matra yang spesifik terjadi pada pengungsian penduduk yang

terjadi akibat pemukiman rusak atau tidak aman karena terjadi bencana.

Pengungsi menjadi rentan karena terpapar dengan kondisi sanitasi lebih buruk

daripada keadaan sebelumnya yang memberikan risiko diare, ISPA, dan penyakit

infeksi lain. Penanggulangan kesehatan bidang PP & PL lebih ditujukan pada

pengungsi untuk mencegah terjadinya KLB atau peningkatan kasus yang

bermakna. 7,9

3. Kesehatan Situasi Khusus

Istilah situasi khusus diarahkan pada situasi dimana masyarakat berkumpul

atau bergerak dalam waktu serentak untuk kegiatan yang sudah direncanakan dan

berlangsung selama 2 hari sampai satu bulan atau lebih. Perubahan lingkungan

saat berkumpul dan bergerak ini menimbulkan risiko kesakitan, cacat atau

meninggal akibat kecelakaan, keracunan atau terinfeksi penyakit. Contoh situasi

khusus ini antara lain arus mudik lebaran, kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan

olahraga, kampanye ataupun acara tradisional ataupun acara traditional yang

relatif banyak. 7,9

4. Kesehatan Bumi Perkemahan

Upaya ini juga merupakan Kesehatan Situasi Khusus namun lebih spesifik

karena lokasinya relatif tetap. Bumi perkemahan merupakan lahan terbuka yang

diatasnya digunakan untuk kegiatan pendidikan atau sejenisnya dalam periode

tertentu (2-10 hari) yang didukung dengan sarana perkemahan. 7,9

5. Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik

Manusia hiidup normal di darat pada habitat lingkungan tekanan 1

atmosfir. Penyelam mendapatkan tekanan lebih dari 1 atmosfir (hiperbarik) yang

akan memberikan risiko gangguan fisik dan fisiologi maupun gangguan kesehatan

10

lainnya. Semakin dalam semakin banyak gas-gas lembam (Nitrogen) yang larut

didalam jaringan sehingga padasaat penyelam naik (ascent) dan terjadi penurunan

tekanan yang cepat maka gas-gas yang larut tadi dapat terbebas kembali dalam

bentuk gelembung-gelembung (emboli) dalam jaringan yang berakibat

terganggunya fungsi organ. 7,9

6. Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai

Kondisi lingkungan yang berubah dialami saat seseorang atau sekelompok

orang/pekerja berada dalam pelayaran atau lepas pantai (off shore) selama

berhari-hari tidak ketemu daratan. Bagi para penumpang kapal, ini akan berisiko

antara lain gangguan kesehatan karena perubahan iklim, kecelakaan kapal,

keracunan, stress maupun tertular penyakit dari penumpang lainnya. Bagi para

pekerja lepas pantai, gangguan kesehatan meskipun fasilitas sehari-hari cukup

memadai, namun ontak dengan orang banyak, iklim dan angin di laut dapat

menderita penyakit infeksi maupun gangguan stress fisik dan mental. 7,9

7. Kesehatan Penerbangan

Para pelaku penerbangan, penumpang pesawat terbang maupun olahraga

dirgantara akan berada dalam kondisi lingkungan hipobarik, hipotermi,

hipohumidity dan pergerakan pesawat terbang yang akan memberikan risiko

terjadinya hipoksia, gangguan fisik, fisiologis maupun psikologis. 7,9

Kondisi hipobarik dalam penerbangan dapat menyebabkan penyakit

dekonpresi dan juga akan mempengaruhi gangguan fungsi organ terutama sistem

pernafasan, jantung, dan susunan saraf pusat. Kondisi hipobarik dan pergerakan

kapal (akselerasi, deselerasi, bumping) serta pengaruh gravitasi juga akan

berpengaruh pada kesehatan bayi, wanita hamil dan janin yang dapat

menyangsang kontraksi rahim wanita hamil sehingga kemungkinan dapat

menyebabkan keguguran. 7,9

8. Kesehatan Wisata

Kondisi matra ditujukan dengan lingkungan yang berbeda dengan kondisi

asal wiatawan, meliputi kondisi di perjalanan maupun di lokasi tujuan wisata yang

merupakan tempat berkumpulnya orang banyak. Kondisi matra di perjalanan

11

dapat terjadi di udara, laut maupun darat. Sedangkan di lokasi tujuan wisata

meliputi obyek wisata berikut semua kelengkapannya (hotel, restoran, Tempat-

tempat umum) 7,8,10

Tugas kesehatan matra

1. Seksi Kesehatan Matra dan Lintas Batas mempunyai tugas11

Melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi

pelaksanaan vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional

(ICV).

Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah kesehatan haji,

kesehatan matra, pelayanan kesehatan terbatas, rujukan gawat darurat

medic.

Pengembangan jejaring kerja, kemitraan, dan teknologi.

Pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan matra di wilayah kerja pelabuhan/

bandara dan lintas batas darat.11

2. Subdirektorat Kesehatan Matra menyelenggarakan fungsi:12

a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang

kesehatan matra;

b. Penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan

prosedur serta kemitraan di bidang kesehatan matra;

c. Penyiapan bimbingan teknis di bidang kesehatan matra;

d. Penyiapan bahan evaluasi dan ppenyusunan laporan pelaksanaan kebijakan

teknis dibidang kesehatan matra.

Subdirektorat Kesehatan Matra terdiri dari:12

a. Seksi Standardisasi Kesehatan Matra mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan standar, norma,

pedoman, kriteria dan prosedur di bidang kesehatan matra.

b. Seksi Bimbingan dan Evaluasi Kesehatan Matra mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan pelaksanaan bimbingan, pemantauan dan

evaluasi serta penyusunan laporan di bidang kesehatan matra.

12

3.2 Hipobarism dalam penerbangan

Dengan berkurangnya tekanan atmosfer bila ketinggian bertambah, gas-

gas yang tadinya larut dalam sel dan jaringan tubuh akan keluar sebagian dari

larutannya dan timbul sebagai gelembung-gelembung gas sampai tercapainya

keseimbangan baru. Mekanisme terjadinya yakni sesuai dengan hukum Henry

yang mengatakan bahwa jumlah gas yang terlarut dalam larutan berhubungan

langsung dengan tekanan yang diterima oleh larutan tersebut.

Pada kehidupan sehari-hari peristiwa ini dapat dilihat pada waktu kita

membuka tutup botol dari minuman bersoda atau bir, yakni timbulnya

gelembung-gelembung gas. Gelembung-gelembung gas yang timbul dalam tubuh

manusia adalah gemebung gas nitrogen yang terjadi apabila tekanan atmosfer

berkurang. Gejala-gejala pada penerbang akan mulai timbul pada ketinggian

25.000 kaki. Semakin cepat ketinggian bertambah, semakin cepat pula timbul

gejala. Pada ketinggian di bawah 25.000 kaki gas nitrogen masih sempat

dikeluarkan oleh tubuh melalui paru-paru. Gas tersebut diangkut ke paru-paru

oleh darah dari scl-sel maupun jaringan tubuh. Timbulnya gelembung-gelembung

ini berhenti bila sudah terdapat keseimbangan antara tekanan udara di dalam dan

tekanan udara di luar. Hal ini dapat dimengerti dengan mengingat Hukum Henry

dan Hukum Graham. Gelembung-gelembung ini memberikan gejala karena

tertekannya saraf dan pembuluh darah kecil disekitarnya.

Menurut sifat dan lokasinya, gejala-gejala ini terdiri atas :

1) Bends

Bends adalah rasa nyeri yang dalam dan terdapat di sendi serta dirasakan

terus- menerus, dan umumnya makin lama makin bertambah berat. Akibatnya

penerbang atau awak pesawat tak dapat sama sekali bergerak karena nyerinya.

Sendi yang terkena umumnya adalah sendi yang besar seperti sendi bahu, sendi

lutut, di samping itu juga sendi yang lebih kecil seperti sendi tangan, pergelangan

tangan dan pergelangan kaki, tetapi lebih jarang.

13

2) Chokes

Chokes adalah rasa sakit di bawah tulang dada yang disertai dengan batuk

kering yang terjadi pada penerbangan tinggi akibat penguapan gas nitrogen yang

membentuk gelembung di daerah paru-paru. Chokes lebih jarang terjadi bila

dibandingkan dengan bends, tetapi bahayanya jauh lebih besar, karena dapat

mengancam jiwa penerbang.

3) Gejala-gejala pada kulit

Gejala-gejala pada kulit adalah perasaan seperti ditusuk-tusuk dengan

jarum, gatal-gatal, rasa panas dan dingin, timbul bercak kemerah-merahan dan

gelembung-gelembung pada kulit. Gejala-gejala ini tidak memberikan gangguan

yang berat, tetapi merupakan tanda bahaya atau tanda permulaan akan datangnya

bahaya dysbarism yang lebih berat.

4) Kelainan pada sistem syaraf

Jarang sekali terjadi dan bila timbul mempunyai gambaran dengan variasi

yang besar yang kadang-kadang saja memberikan komplikasi yang berat. Yang

sering diketemukan adalah kelainan penglihatan dan sakit kepala yang tidak jelas

lokasinya. Dapat pula timbul kelumpuhan sebagian (parsial), kelainan

penginderaan, dan sebagainya.

Meskipun gelembung dapat membentuk di mana saja di tubuh, lokasi

anatomi yang paling sering menjadi tempat munculnya gejalan adalah bahu, siku,

lutut, dan pergelangan kaki."the bends” atau rasa nyeri pada sendi terjadi sekitar

60-70% dari semua kasus ketinggian sindroma dekompresi, dengan bahu menjadi

tempat yang paling umum. Manifestasi neurologis terjadi sekitar 10 sampai 15%

dari semua kasus sindroma dekompresi, dengan sakit kepala dan gangguan

penglihatan menjadi gejala yang paling umum. Manifestasi kulit dijumpai sekitar

10 sampai 15%. Sedangkan "The choke" atau rasa sakit dibawah tulang dada yang

disertai dengan batuk kering merupakan gejala klinis yang paling jarang terjadi

yakni kurang dari 2%.

14

Gambar 3.1 Tanda dan Gejala Sindroma Dekompresi pada Ketinggian

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sindroma

dekompresi pada ketinggian ini, diantaranya:

Ketinggian

Tidak dijumpai batas mutlak untuk terjadinya sindroma dekompresi ini.

Namun dari penelitian didapati terjadinya sindroma dekompesi pada

ketinggian 18.000 ft. Seseorang yang terpapar pada ketinggian 18.000 ft.

sampai 25.000 ft. menunjukkan sejumlah kecil kejadian sindroma

dekompresi. Seangnkan sindroma dekompresi paling sering terjadi pada

ketinggian lebih dari lebih dari 25.000 ft. Semakin tinggi seseorang

terpapar dengan ketinggian maka akan semakin tinggi pula resiko

seseorang tersebut menderita sindroma dekompresi.

15

Paparan berulang (repetitive exposures)

Paparan berulang terhadap ketinggian lebih dari 18.000 ft dalam periode

yang singkat juga meningkatkan terjadinya sindroma dekompresi.

Waktu di Ketinggian

Semakin lama durasi paparan di ketinggian lebih 18.000 ft. maka akan

semakin besar risiko terjadinya sindroma dekompresi ketinggian.

Usia

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari

sindroma dekompresi dengan bertambahnya usia.

Cedera sebelumnya

Ada beberapa indikasi bahwa cedera sendi atau tungkai sebelumnya baru-

baru ini dapat mempengaruhi individu untuk mengembangkan "the bends."

Suhu

Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa paparan individu untuk

suhu lingkungan sangat dingin dapat meningkatkan risiko sindroma

dekompresi ketinggian.

Tipe Tubuh

Biasanya, orang yang memiliki kandungan lemak tubuh yang tinggi

berisiko lebih besar menderita sindroma dekompresi ketinggian akbibat

pasokan darah yang buruk dimana nitrogen disimpan dalam jumlah yang

lebih besar dalam jaringan lemak. Meskipun lemak hanya mewakili 15%

dari tubuh normal orang dewasa, menyimpan lebih dari setengah dari

jumlah total nitrogen (sekitar 1 liter) yang biasanya dilarutkan dalam

tubuh.

16

Aktivitas fisik

Ketika seseorang aktif secara fisik saat terbang pada ketinggian di atas

18.000 ft. terdapat risiko yang lebih besar menderita sindroma dekompresi

ketinggian.

Konsumsi alkohol

Efek dari konsumsi alkohol meningkatkan kerentanan terhadap sindroma

dekompresi ketinggian

Tatalaksana awal terhadap terjadinya sindroma dekompresi ketinggian:

Berikan sesegera mungkin masker oksigen mengatur regulator pada 100%

oksigen.

Mulailah sebuah pendaratan darurat sesegera mungkin. Bahkan jika gejala

hilang selama pendaratan darurat berlangsung, tetap segeralah mendarat

dan mencari evaluasi medis sambil terus menghirup oksigen.

Jika salah satu dari gejala yang terjadi adalah nyeri sendi “the bends’,

tetaplah jaga sendi dalam keadaan tenang, jangan mencoba menghilangkan

nyeri dengan menggerakkan sendi di sekitar.

Setelah mendarat meminta bantuan medis dari petugas medis penerbangan

atau spesialis kedokteran hiperbarik.

Perawatan medis definitif mungkin melibatkan penggunaan ruang

hiperbarik (hyperbaric chamber) yang dioperasikan oleh personel yang

terlatih khusus.

Tanda-tanda dan gejala ketinggian sindroma dekompresi ketinggian dapat

terjadi setelah mendarat, baik muncul maupun tidak selama penerbangan.

3.3 Hiperbarism dalam penyelaman

Ketika seseorang menyelam ke dalam laut, tekanan disekitarnya

meningkat sangat besar. Untuk mencegah paru – paru kolaps, udara harus disuplai

pada tekanan yang tinggi untuk membuatnya tetap mengembang. Ini

17

mengakibatkan darah di paru-paru terpapar dengan tekanan gas alveolar yang

tinggi , kondisi ini disebut dengan hiperbarik.13

Pada saat menyelam, individu mengalami banyak penyulit, diantaranya

berupa tekanan yang tinggi, gas-gas pernafasan dalam kepadatan yang tinggi,

meningkatnya resistensi terhadap pergerakan, berat tambahan dari peralatan

menyelam, suhu yang rendah, menurunnya visibilitas dan resistensi bernafas yang

lebih tinggi dibandingkan di permukaan.14

Tubuh manusia secara otomatis memberi respon fisiologis untuk

beradaptasi kepada lingkungan yang tidak biasa ini. Perlengkapan menyelam dan

prosedur menyelam standar juga membantu dalam meminimalisasi penyulit-

penyulit ini. Tetapi, kegagalan untuk menghadapi penyulit ini bisa mengakibatkan

kematian pada penyelam.14

Pada saat tubuh tercelup kedalam air, terutama pada bagian wajah, respon

menyelam, disebut juga diving reflex, diinduksi oleh nervus trigeminal pada

wajah. Ditandai pertama kali oleh penurunan heart rate(bradykardia) karena

respons vagal. Peningkatan tekanan pembuluh darah arteri karena vasokonstriksi

perifer dari peningkatan aktivitas simpatis juga terjadi.14

Proses diatas sebenarnya ada re-distribusi darah pada tubuh, dari perifer ke

sentral. Mengakibatkan peningkatan volume darah jantung dan curah jantung.

Keuntungan respons menyelam adalah penghematan panas tubuh dan

menyalurkan lebih banyak oksigen kepada organ vital, seperti otak dan hati.

Tekanan hidrostatik dari air di sekeliling, menyeimbangkan tekanan hidrostatik

dari sirkulasi sistemik, dan memindahkan darah dari bagian bawah tubuh ke

sirkulasi sentral. Efek ini meningkatkan curah jantung dan menurunkan frekuensi

detak jantung.14

Ketika tekanan sekitar meningkat, penyelam pertama kali mengalami

peningkatan kepadatan gas pernafasan. Hal ini menyebabkan penurunan fungsi

paru, peningkatan resistensi jalan nafas dan usaha pernafasan. Semua ini

meningkatkan beban pada penyelam. Bahkan, tekanan parsial pada tiap komponen

18

gas pernafasan penyelam meningkat secara proporsional(Hukum Dalton). Paparan

kepada gas dengan tekanan parsial yang tinggi, meningkatkan jumlah gas yang

terlarut dalam jaringan tubuh(Hukum Henry) sampai jumlah yang terlarut

mencapai equilibrium.14

Kuantitas gas-gas tersebut yang berada diatas normal, dapat mengganggu

fungsi dari sistem saraf, merusak jaringan tubuh, dan mengakibatkan toksisitas

O2, Narkosis N2 dan high pressure nervous system.14

Saat naik, gas-gas terlarut, dilepaskan bersamaan dengan turun-nya

tekanan lingkungan sekitar. Tetapi, jika resurfacing terjadi dengan cepat, tanpa

adanya perhentian dekompresi, gas-gas ini dapat membentuk banyak gelembung

di dalam darah dan jaringan. Ketika jumlah gelembung melebihi kemampuan

tubuh untuk mendifusikan mereka, sindroma dekompresi terjadi.14

Hipotesis yang populer menyatakan gelembung terbentuk disekitar

mikronukleus gas yang sudah terdapat dalam jaringan tubuh. Gelembung-

gelembung ini biasanya terbentuk dalam sirkulasi vena dan jaringan tubuh. Tetapi

mereka dapat juga memasuki sirkulasi arteri jika tidak dapat dieliminasi sempurna

pada sirkulasi paru. Pada ruang ekstravaskuler, gelembung yang ukuran-nya

bertambah atau bergabung satu sama lain, akan mengganggu jaringan dan ujung

saraf, mengakibatkan rasa sakit dan merusak jaringan. Gelembung intravaskuler

merusak sel endotel dan lapisan surfaktan intralumen. Mereka dapat merusak

protein, mengaggregasi platelet, mengaktivasi sistem komplemen dan leukosit,

serta memulai kaskasde koagulasi. Dapat juga memblok suplai darah ke jaringan

dan mengakibatkan iskemia.14

DCS biasanya dibagi menjadi :14

Tipe I mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan kulit, simptomnya

berupa

- rasa gatal, berbintik-bintik, pecah-pecah pada kulit

- rasa sakit pada persendian dan otot (biasanya pada ekstremitas atas dan

bahu)

- pembengkakan pembuluh limfe

19

Tipe II jauh lebih parah daripada tipe I, dengan manifestasi kepada sistem

vestibular, kardiopulmonal maupun neurologis.

- Pada saat gelembung muncul pada telinga dalam, dapat terjadi gangguan

keseimbangan, vertigo, penurunan pendengaran dan rasa mual.

- Pada saat gelembung memasuki sirkulasi arteri pulmonal, mengkibatkan

infark paru dan kegagalan pernafasan, ditandai pertama kali oleh rasa sakit

pada dada dan dispneu.

- Pada sistem neurologis, simptom dapat dibagi menjadi dua bagian besar

o Gejala serebral(pembentukan gelembung dalam otak) ditandai

dengan sakit kepala, penurunan penglihatan, kelelahan, kejang,

gangguan gait.

o Gejala Spinal (pembentukan gelembung dalam white matter spinal

cord) ditandai dengan gangguan sensorik maupun motorik,LBP,

nyeri abdomen, kehilangan control BAB/BAK, impotensi.

Tipe I dan tipe II dapat muncul secara bersamaan.

Onset dapat terjadi dalam periode yang singkat setelah penyelaman, 42%

DCS terjadi dalam satu jam, 60% dalam tiga jam, 83% dalam empat jam dan 98%

dalam 24 jam.14

Durasi penyelaman yang lama, kedalaman penyelaman, dan resurfacing

yang cepat, semuanya meningkatkan insidensi DCS.14

Diluar faktor resiko tersebut, faktor resiko individual DCS diantaranya

umur, obesitas, dehidrasi, jenis kelamin (perempuan lebih gampang terkena), suhu

dan keadaan foramen ovale.14

Penanggulangan DCS yang paling efektif adalah re-kompresi segera. Hal

ini dilakukan dengan penempatan pasien dalam ruangan hiperbarik dengan dua

sampai tiga kali tekanan atmosfir absolut serta menghirup O2 100%. Pada

transportasi darurat pasien dengan DCS, sebaiknya tidak dilakukan pada

ketinggian (misalnya pada saat transport dengan helikopter, hindari terbang terlalu

tinggi) karena dapat lebih mengeksaserbasi efek DCS. Apabila fasilitas

20

rekompresi tidak tersedia, menghirup O2 100% juga dapat membantu

memperbaiki keadaan.14

3.4 Kesehatan matra terkait hypobarism dan hyperbarism

Kesehatan Penyelaman dan Kesehatan Matra:

Manusia hidup normal di darat pada lingkungan dengan tekanan 1

atmosfer. Pada seorang penyelam, ia mendapatkan tekanan lebih besar dari 1

atmosfer (hiperbarik) yang akan memberikan resiko gangguan fisik dan fisiologi

maupun gangguan kesehatan lainnya. Semakin dalam menyelam, semakin banyak

gas-gas nitrogen yang larut didalam jaringan sehingga pada saat penyelam

naikdan terjadi penurunan tekanan yang cepat, maka gas-gas terlarut tadi dapat

terbebas kembali dalam bentuk gelembung-gelembung yang dapat berakibat

terganggunya fungsi organ.

Kegiatan kesehatan matra terhadap kesehatan penyelaman:

1. Penyuluhan bagi penyelam tentang cara menyelam yang benar.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala 2 bulan sekali.

3. Pengobatan bagi penyelam yang menderita sakit

4. Melakukan rujukan bagi penderita yang memiliki chamber untuk terapi

hiperbarik.

5. Melaksanakan surveilans penyakit bagi para penyelam

Output yang diharapkan:

1. Terisolasinya upaya kesehatan penyelaman

2. Tersedianya pelayanan kesehatan di puskesmas bagii penyelam

3. Terlaksananya surveilans epidemiologi penyelaman

4. Menurunnya kesakitan dan kematian akibat penyelaman

Input yang diperlukan:

1. Petunjuk teknis

2. Modul pelatihan

3. Fasilitas pelayanan kesehatan penyelaman di puskesmas bagi penyelam

21

4. Fasilitas chambers bagi rujukan di RS yang dekat dengan tempat-tempat

penyelaman

5. Tenaga kesehatan terlatih

6. Biaya operasional

Kesehatan Penerbangan dan Kesehatan Matra:

Para pelaku penerbangan,penumpang pesawat, maupun olahraga

dirgantara akan berada dalam kondisi lingkungan hipobarik, hipotermi,

hipohumidity, dan pergerakan pesawat terbang akan memberikan resiko terjadinya

hipoksia, gangguan fisik, fisiologi maupun patologis. Kondisi hipobarik dalam

penerbangan akan menyebabkan penyakit dekompresi dan mempengaruhi

gangguan fungsi organ.

Kegiatan kesehatan matra terhadap kesehatan penerbangan:

1. Advokasi, sosialisasi dan penyuluhan kesehatan penerbangan

2. Pelayanan medik bagi penumpang

3. Pemeriksaan dan pembuatan surat kelaikan terbang

4. Pengamatan penyakit yang berkaitan dengaan faktor resiko penerbangan

5. Koordinasi untuk gladi penanganan bidang kesehatan bila terjadi kecelakaan

pesawat terbang

6. Koordinasi penanggulangan bidang kesehatan pada kecelakaan pesawat

terbang di bandara

Output yang diharapkan:

1. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi penumpang di bandara sesuai standar

2. Tercegahnya kesakitan, kecacatan, dan kematiaan ddi pelabuhan, di bandara

maupun selama penerbangan

Input yang diperlukan:

1. Adanya petunjuk teknis

2. Petugas terlatih kesehatan penerbangan

3. Peralatan medis dan non medis sesuai standar termasuk untuk rapid test

4. Obat-obatan daan logistik habis pakaii sesuai standar

22

5. Biaya operasional

23

BAB 4

KESIMPULAN

1. Caisson disease adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang disebabkan

oleh pelepasan dan mengembangnya gelembung-gelembung gas dari fase larut

dalam darah atau jaringan akibat penurunan tekanan di sekitarnya dan kadang

dapat menyebabkan kondisi lethal yang disebabkan oleh gas nitrogen yang

terbentuk dalam darah dan berbagai jaringan pada tubuh penyelam yang

kembali ke permukaan air dengan cepat.

2. Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan yakni tipe I

dan tipe II.Tipe I yang melibatkan otot, kulit, dan limfatik, yang lebih ringan

dan tidak biasanya mengancam nyawa, sedangkan tipe II.

kadang-kadang mengancam kehidupan, dan mempengaruhi berbagai sistem

organ.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of

Wales Hospital Oktober 2004.

2. Bahar,Azhari. Penyakit Dekompresi. Slide Kuliah: Sisten Neuropsikiatri.

2009.

3. Marjono, Mahar and Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

Rakyat; 1988.p.265-67

4. Alfred A. Bove. Decompression Sickness(Caisson Disease; The Bends). The

Merk Manual. 2009.

5. Wikipedia. Decompression sickness. (Available from www.wikipedia.com)

Diunduh : 4 Desember 2012

6. Federal Aviation Administration Civil Aerospace Medical Institute

Aeromedical Education Division, 2010. Altitude induced decompression

sickness. Oklahoma : Federal Aviation Administration

7. Soaleh, I. 2012. Kesehatan Penerbangan. Diunduh dari:

http://drhary.com/cermin-dunia-kedokteran-024/ [diunduh 13 Agustus 2015]

25