BPFR FIX

35
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan pakan atau bahan makanan ternak (feed stuff) merupakan suatu bahan yang disukai ternak, dapat dimakan oleh ternak, disukai ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya (untuk) dapat diserap, tidak mengganggu kesehatan pemakannya, dan bermanfaat bagi pemakannya. Fungsi dari pakan antara lain untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan serta untuk mempertahankan hidup. Bahan pakan yang diberikan pada ransum ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup, secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu hijauan kering atau jerami padi, hijauan segar, silage, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif pakan. Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat dapat juga diartikan sebagai analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya

description

s

Transcript of BPFR FIX

Page 1: BPFR FIX

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan pakan atau bahan makanan ternak (feed stuff) merupakan

suatu bahan yang disukai ternak, dapat dimakan oleh ternak, disukai

ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya (untuk) dapat diserap,

tidak mengganggu kesehatan pemakannya, dan bermanfaat bagi

pemakannya. Fungsi dari pakan antara lain untuk memelihara daya tahan

tubuh dan kesehatan serta untuk mempertahankan hidup. Bahan pakan

yang diberikan pada ransum ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah

cukup, secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu

hijauan kering atau jerami padi, hijauan segar, silage, sumber energi,

sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif

pakan. Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk

mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan

serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis

proksimat dapat juga diartikan sebagai analisis atau pengujian

kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut

dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat

sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada

standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Analisis

proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula

ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti

mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian formula ransum

baru dapat disusun dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.

Tujuan

Tujuan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang

adalah untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang

diuji, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis

Page 2: BPFR FIX

kandungan nutrien bahan pakan dari mulai pengetahuan dasar sampai

aplikasinya.

Page 3: BPFR FIX

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)

memerlukan pakan hijauan sebagai sumber serat dan sumber energi.

Serat dalam pakan utamanya berfungsi sebagai sumber energi, selain itu

juga berfungsi untuk menjaga fungsi normal rumen dan aktivitas mikrobia

rumen (Widodo et al., 2012). Menurut Putri et al. (2012), Bahan pakan

yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan kepada hewan baik bahan

organik maupun non organik yang sebagian atau seluruhnya dapat

dicerna tanpa mengganggu kesehatan. Kandungan gizi pakan buatan

dapat disusun formulasinya supaya kandungan gizinya lebih lengkap bila

dibandingkan dengan pakan alami. Kandungan gizi yang terkandung

dalam pakan tidak lepas dari kandungan gizi bahan penyusunnya. Bahan

pakan sebaiknya memperhatikan persyaratan antara lain yaitu mudah

diperoleh, murah harganya, tidak bersaing dengan manusia, tidak

beracun, mengandung zat pakan sesuai dengan nutrisi yang optimal bagi

ternak. Sunarso dan Christiyanto (2012) menyatakan bahwa ransum

merupakan campuran 2 atau lebih bahan pakan yang disusun untuk

memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam.

Hijauan adalah bahan makanan dalam bentuk daun-daunan

kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta kembang-

kembangnya, umumnya berasal dari tanaman sebangsa rumput yang

diberikan kepada ternak dalam keadaan masih segar, warna masih hijau

dan masih banyak mengandung air yaitu rata-rata 70 sampai 80% air,

sisanya yang 20 sampai 30% adalah bahan kering. Hijauan itu ialah

semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-

daunan. Termasuk kelompok hijauan ini ialah bangsa rumput (graminea),

leguminosa, dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka,

daun waru. Hijauan bagian dari tanaman rumput dan legum yang

mengandung 18% serat kasar dalam bahan kering yang digunakan

sebagai bahan pakan ternak. (Hartadi et al.,2005).

Page 4: BPFR FIX

Menurut Sunarso dan Christiyanto (2012), klasifikasi bahan pakan

dibagi menjadi delapan, yaitu 1) Pakan kasar (roughage), adalah bahan

pakan yang banyak mengandung serat kasar (lebih dari 18%) dan rendah

energinya. Contoh: jerami (jerami dari padi, jagung, pucuk tebu), hijauan

kering dll, 2) Hijauan segar (green forage, pasture). Contoh:

rumput/hijauan segar lainnya yang baru dipotong, padang rumput. 3)

Silase (silage) adalah hijauan yang sengaja diawetkan melalui proses

fermentasi secara tanpa udara/oksigen (anaerob) dalam suatu tempat

yang disebut silo, 4) Sumber energi adalah pakan yang banyak

mengandung energi (kandungan energi lebih dari 2250 Kkal/kg). Contoh:

butir-butiran (jagung, sorghum/cantel, kedele, kacang dll), umbi-umbian

(ketela pohon, ketela rambat, kentang dll.), minyak (kelapa, sawit, kedele

dll.), lemak hewan (tallow), hasil samping industri pertanian (bekatul,

pollard, tetes).

Bahan pakan kelas 5) Sumber protein, yaitu pakan yang

mengandung protein lebih dari 20%. Contoh: umumnya pakan asal

hewani (tepung ikan, tepung daging, susu skim, tepung darah dll.),

kacang-kacangan/leguminosa (kacang tanah, kedele, turi, gamal, lamtoro

dll.); bungkil (bungkil dari kelapa; kelapa sawit; kedele; kacang; kapok;

kapas; jagung dll). 6) Sumber mineral. Contoh: tepung tulang, kerang,

kapur, dicaphos (dicalcium phosphate), tricaphos (tricalcium phosphate),

garam. 7) Sumber vitamin. Contoh: buah-buahan, tauge, hijauan kacang-

kacangan, wortel. 8) Bahan additive adalah bahan yang perlu

ditambahkan dalam jumlah relatif sedikit yang kadangkala diperlukan

untuk melengkapi ransum yang disusun. Contoh: penambah aroma/cita

rasa, asam amino/campuran asam amino, vitamin mix (Sunarso dan

Christiyanto, 2012).

Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station

Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode

analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan.

Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya

Page 5: BPFR FIX

(Tillman et al., 1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat

karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang

sebenarnya. Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia yang

dikerjakan setiap hari dari pakan, jaringan tubuh atau ekskreta yang

diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan

manfaat pakan, guna untuk menentukan pakan untuk semua jenis ternak

(Kamal, 1999).

Page 6: BPFR FIX

BAB III

MATERI DAN METODE

Materi

Penetapan Kadar Air

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air

adalah gelas timbang, desikator, tang penjepit, oven pengering (105

sampai 110oC), dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar

air adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.

Penetapan Kadar Abu

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu

adalah silica disk, desikator, tanur, tang penjepit, oven pengering (105

sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar

abu adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.

Penetapan Kadar Serat Kasar

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat

kasar adalah beaker glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas

(glass wool), alat penyaring crucible, gelas arloji, tang penjepit, desikator,

oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan

timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar

serat kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu, H2SO4 1,25%,

NaOH 1,25%, dan etil alkohol 95%.

Penetapan Kadar Protein Kasar

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein

kasar adalah labu kjeldahl 650 ml, labu Erlenmeyer 650 ml dan 300 ml,

gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/50 ml, alat destruksi

dan destilasi, dan timbangan analitik.

Page 7: BPFR FIX

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar

protein kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu, H2SO4 pekat,

CuSO4 dan K2SO4, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1 N, indicator

mix, dan Zn logam.

Penetapan Kadar Ekstrak Eter

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak

kasar adalah seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu

penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit,

timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar

lemak kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.

Metode

Pengamatan Fisik

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan parameter yang

terdapat pada lembar kerja. Parameter yang digunakan untuk

pengamatan fisik ada tekstur, warna, bau, dan rasa. Setelah diamati,

diprediksi bahan pakan termasuk dalam klasifikasi bahan pakan.

Penetapan Kadar Air

Gelas timbang yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas

dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Gelas

timbang didinginkan bersama tutup yang dilepas di dalam desikator

selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang

seberat sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam gelas timbang dan

dikeringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering selama

8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 110oC. Gelas timbang

dikeluarkan bersama dengan cuplikan bahan pakan dari dalam oven, lalu

didinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam. Gelas

timbang yang berisi cuplikan ditimbang dalam keadaan dingin dan tertutup

sampai diperoleh bobot yang tetap.

Perhitungan :

Page 8: BPFR FIX

Kadar Air =

%100

)(x

z

zxyx

Kadar bahan kering = 100% - kadar air

Keterangan : x = bobot gelas timbang (vochdoos)

y = bobot cuplikan pakan

z =bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110C

Penetapan Kadar Abu

Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu

105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan di dalam

desikator selama 1 jam, kemudian setelah dingin ditimbang. Cuplikan

bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk.

Silica disk yang berisi cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tanur.

Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600oC selama lebih dari 12 jam

hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Setelah itu suhunya

diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 1

jam. Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang.

Perhitungan :

Kadar Abu = %100x

y

yz

Keterangan : x = bobot silica disk kosong

y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur

z = bobot sampel + silica disk setelahditanur

Penetapan Kadar Serat Kasar

Cuplikan bahan pakan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian

dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4

1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan

disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa. Hasil

saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH

1,25% lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan

disaring kembali dengan menggunakan crucible yang dilapisi glass

wooldengan bantuan pompa vacuum kemudian dicuci dengan beberapa

Page 9: BPFR FIX

ml air panas dan dengan 15 ml etil alkohol 95%. Hasil saringan termasuk

glass wool dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai

110oC selama1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam.

Setelah itu ditimbang. Gooch crucible bersama isinya ditimbang dan

didinginkan pada desikator. Bila sudah dingin kemudian ditimbang.

Perhitungan :

Kadar serat kasar = %100x

x

zy

Keterangan : x = bobot sampel awal

y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105C

z = bobot sisa pembakaran 550 - 600C

Penetapan Kadar Protein Kasar

Destruksi. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 0,5 gr.

Setelah bahan pakan ditimbang kemudian disiapkan 2 butir batu didih, 20

ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet kjeltab.Cuplikan bahan pakan dimasukkan ke

dalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering. Kompor destruksi

dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang

yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor

destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan

berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.

Destilasi. Hasil destruksi diencerkan dengan air sampel volumenya

300 ml, digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50

ml H3BO3 0,1 N, 100 ml air, dan 3 tetes indicator mix disiapkan.

Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air pendingin

dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing ditekan

ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan

NaOH harus melalui dinding. Handle steam diturunkan sehingga larutan

yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah desilat

mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan cuplikan

yang berupa H2O dan di destilasi.

Page 10: BPFR FIX

Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah

warna.

Perhitungan :

Kadar protein kasar =

%100

25,6014,0x

z

xxNxyx

Keterangan : x = jumlah titrasi sampel (ml)

y = jumlah titrasi blanko (ml)

N = normalitas HCl

z = bobot sampel (gram)

Penetapan Kadar Lemak Kasar

Cuplikan bahan pakan ditimbang sekitar 0,5 gr dan dibungkus

dengan kertas saring bebas lemak, diambil sampel sebanyak 3 bungkus.

Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering

105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan cuplikan bahan pakan

ditimbang dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam alat

ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzene

sekitar ½ volume labu penampung, alat ekstraksi Soxhlet juga diisi sekitar

½ volume dengan petroleum benzene. Labu penampung dan tabung

Soxhlet dipasang, kemudian penangas dan pendingin dihidupkan.

Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam atau sampai petroleum

benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan

kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering selama

semalas. Bahan pakan dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu

ditimbang.

Perhitungan :

Kadar ekstrak eter = %100x

x

zy

Keterangan : x = bobot sampel awal

y = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah

oven 105C (sebelum diekstraksi).

Page 11: BPFR FIX

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Fisik

Hasil pengamatan fisik bahan pakan yang digunakan untuk

praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dapat dilihat pada Tabel 1

berikut.

Tabel 1. Pengamatan fisik sampel pakan

Parameter PengamatanTekstur Kasar sedikit lengketWarna Hijau gelap

Bau Seperti teh hijauRasa Hambar

Berdasarkan pengamatan fisik yang dilakukan pada saat praktikum,

sampel pakan yang digunakan bertekstur kasar sedikit lengket, berwarna

hijau gelap dengan bau seperti teh hijau dan rasanya hambar.

Berdasarkan pengamatan fisik dari sampel pakan, di prediksi bahan

pakan jenis daun cherry atau daun kersen atau Muntingia calabura.

Menurut Dwi dan Istikhomah (2010) yang disitasi dari Anonim (2015),

kersen atau talok atau yang biasa disebut ceri ini adalah nama sejenis

pohon yang memiliki buah kecil yang manis dengan daun yang berwarna

gelap dan sedikit kasar. Menurut Figueiredo et al. (2008) disitasi dari

Puspitaning (2012), pohon kersen merupakan tumbuhan yang mampu

tumbuh cepat di lahan marginal sehingga disebut sebagai tanaman

perintis. Hal tersebut membuat daun kersen mudah untuk

dikembangbiakkan. Berdasarkan literatur, pengamatan fisiki yang

dilakukan praktikan sudah sesuai dengan literatur.

Page 12: BPFR FIX

Daun Kersen

Kersen merupakan tumbuhan dalam familia Tiliaceae, berasal dari

Mexico bagian Selatan, Karibia, Amerika Tengah, dan bagian Barat

Amerika Selatan sampai ke Peru dan Bolivia. Nama ilmiah tumbuhan ini

adalah Muntingia calabura. Di daerah yang berbeda, tumbuhan ini diberi

nama berbeda-beda, misalnya ceri (Jakarta, nama salah kaprah dari

nama dalam bahasa Inggris yang berakhir dengan kata cherry), talok

(Jawa), dan singapura (Bali, dari nama dalam bahasa Inggris, singapore

cherry). Nama kersen juga digunakan di banyak tempat, termasuk di

kupang. Nama umum dalam bahasa Inggris meliputi: jamaican

cherry,panama berry, singapore cherry, bajelly tree, dan strawberry tree

(Ni’mah, 2014).

Noorhamdani, Yosef dan Rosalia (2014) disitasi dari Mahardika

(2014) menyebutkan bahwa daun kersen mempunyai fungsi sebagai

antipiretik dan antiinflamasi. Aktifitas antibakteri yang dimiliki daun kersen

karena daun kersen mengandung flavonoid, saponin dan tanin

(Kurniawan, Sarwiyono dan Surjowardojo, 2013 disitasi dari Mahardika,

2014).

Tabel 2. Kandungan nutrien Muntingia calabura

Komposisi Kimia Persentase (%)Protein Kasar (PK) 15,22Lemak Kasar (LK) 7,94Serat Kasar (SK) 12,32

Bahan Kering (BK) 34,1 Abu 5,35

BETN 59,17(Hasil Analisis Proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan

Bioteknologi IPB, 2012 disitasi dari Puspitaning, 2012)

Sesuai literatur mengenai kandungan nutrient Muntingia calabura

atau daun kersen memiliki Protein Kasar (PK) sebesar 15,22%, Lemak

Kasa (LK) sebesar 7,94%, Serat Kasar (SK) 12,32%, Bahan Kering (BK)

34,1%, Abu 5,35%, dan BETN sebesar 59,17%. Berdasarkan literatur,

daun kersen dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak

Page 13: BPFR FIX

khususnya ruminansia, tetapi masih kurang minat peternak untuk

memanfaatkan daun kersen sebagai bahan pakan ternak.

Muntingia calabura (kersen) merupakan salah satu tumbuhan yang

belum digunakan sebagai pakan dan memiliki kemungkinan dapat

dijadikan sebagai sumber pakan. Hal tersebut karena daun kersen

mengandung saponin, tanin, dan flavonoid (Zakaria et al., 2010).

Kandungan saponin dalam daun kersen diduga dapat meningkatkan

efisiensi fermentasi rumen pada ruminansia melalui defaunasi parsial

pada protozoa. Selain itu daun kersen memiliki kandungan protein yang

lebih tinggi (15,22%) daripada rumput lapang (9,60%). Kandungan

fitokinin daun kersen meliputi saponin 10,28% dan tannin 1,41%

(Puspitaning, 2012).

Page 14: BPFR FIX

Analisis Proksimat

Analisis proksimat merupakan analisis yang umum digunakan

untuk menganalisis sampel pakan. Analisis proksimat terdiri dari berbagai

analisis untuk memperkirakan karakteristik nutrien pakan, yaitu DM (Dry

Matter), protein kasar (Crude Protein), lemak kasar (Ekstrak Ether), serat

kasar (Crude Fiber), abu, dan ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Hasil analisis

proksimat yang diperoleh pada saat praktikum dapat dilihat pada Tabel 3

berikut.

Tabel 3. Hasil analisis proksimat

ParameterPengamatan

Rata-rataI II

Bahan kering (%) 16,22 31,37 23,79Protein kasar (%) 10,99 10,9 10,94Serat kasar (%) 29,2 20,93 25,06Lemak kasar (%) 6,15 5,3 5,72Abu (%) 7,94 8,06 8BETN (%) 45,72 54,26 49,99

Penetapan kadar air. Penetapan kadar air menggunakan sampel

bahan pakan seberat 1,0088 gram yang dimasukkan dalam silica disk

yang sudah dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105 sampai 1100C

selama satu jam dan dikeringkan dalam desikator selama satu jam. Bahan

pakan dan silica disk kemudian dikeringkan dalam oven pengering selama

8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 1100C, lalu didinginkan dalam

desikator selama satu jam. Silica disk yang berisi cuplikan pakan

Page 15: BPFR FIX

ditimbang setelah dingin. Air dalam bahan pakan akan menguap

seluruhnya jika bahan pakan tersebut dipanaskan dalam waktu tertentu

pada suhu 105 sampai 1100C dengan tekanan udara bebas.

Berdasarkan hasil praktikum, kadar air Muntingia calabura atau

daun kersen yaitu sebesar 34,78% sedangkan bahan kering sebesar

16,22%. Hasil yang diperoleh kelompok 20 adalah kadar air sebesar

68,63% dan bahan kering sebesar 23,79%. Menurut Puspitaning (2012),

bahan kering Muntingia calabura sebesar 34,1%. Hasil praktikum yang

diperoleh sangat berbeda dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi

perbedaan tersebut yaitu praktikan tidak teliti saat praktikum dan bahan

pakan yang sudah terkontaminasi dengan suhu ruangan.

Penetapan kadar abu. Praktikum penetapan kadar abu

menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam penetapan kadar

air. Sampel seberat 1,0088 gram dimasukkan ke dalam silica disk yang

sebelumnya telah dioven pada suhu 105 sampai 1100C selama satu jam

dan telah didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian

ditimbang. Silica disk yang sudah berisi sampel pakan dimasukkan dalam

tanur, kemudian ditanur pada suhu 550 sampai 6000C selama lebih dari

12 jam sampai cuplikan pakan berwarna putih seluruhnya. Suhunya

kemudian diturunkan menjadi 1200C lalu dimasukkan dalam desikator

selama satu jam. Silica disk berisi bahan pakan ditimbang setelah dingin.

Mineral anorganik dapat diperkirakan jumlahnya dari nilai kandungan abu

yang ditentukan dengan pembakaran sampel pakan pada suhu 350

sampai 6000C sampai tidak ada yang tersisa (Kellems dan Church, 2010).

Bahan pakan akan mengalami tahap pembakaran pada suhu 250 sampai

5000C di mana semua materi organik akan terdekomposisi menjadi H2O,

CO22, dan lainnya (Deydier, 2005). Penentuan kadar abu harus

menggunakan silica disk dan tidak dapat menggunakan botol timbang

(Vochdoos) karena botol timbang (Vochdoos) akan melebur jika ditanur

pada suhu 550 sampai 6000C. Sampel pakan ditanur pada suhu 550

sampai 6000C adalah untuk membakar semua zat organiknya dan

Page 16: BPFR FIX

kemudian menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O,

dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak tertinggal dan tidak menguap

adalah oksida mineral atau yang disebut dengan abu.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar abu

sebesar 7,94%, sedangkan kadar abu kelompok 20 adalah 8,068%.

Menurut Puspitaning (2012), kadar abu pada Muntingia calabura berkisar

5,35%. Berdasarkan literatur, persentase kadar abu saat praktikum

mendekati nilai kadar abu dalam literatur.

Penetapan kadar serat kasar. Praktikum penetapan kadar serat

kasar menggunakan sampel bahan pakan sebesar 1,0088 gram yang

dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, kemudian ditambahkan

dengan 200 ml H2SO4 1,25%, selanjutnya dipanaskan hingga mendidih

selama 30 menit. Disaring dengan sarigan linen dengan bantuan pompa

vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan ke dalam beaker glass,

kemudian ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% dan dididihkan

kembali selama 30 menit. Penambahan H2SO4 1,25% (0,255 N) adalah

untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein, sedangkan penambahan

NaOH 1,25% (0,313 N) adalah untuk penyabunan lemak. Menurut

Kellems dan Church (2010), penambahan H2SO4 kemudian NaOH adalah

sebagai gambaran proses pencernaan yang terjadi dalam lambung dan

usus dari seekor sapi. Lambung sapi merupakan organ pencernaan yang

kondisinya adalah asam, sehingga H2SO4 dapat berfungsi sebagai

pemberi suasana asam. Usus merupakan organ pencernaan yang bersifat

basa, sehingga penambahan NaOH dapat berfungsi sebagai pemberi

suasana basa. Larutan kemudian disaring kembali menggunakan crucible

yang telah dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacum, kemudian

dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Penambahan ethyl

alkohol adalah untuk menghidrolisis lemak yang mungkin masih terdapat

dalam serat kasar. Hasil saringan kemudian dimasukkan pada alat

pengering dengan suhu 105 sampai 1100C selama satu malam lalu

didinginkan dalam desikator selama satu jam. Crucible dibakar beserta

Page 17: BPFR FIX

isinya dalam tanur pada suhu 550 sampai 6000C sampai berwarna putih

seluruhnya, lalu dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator. Jadi, bobot

yang hilang setelah pembakaran 550 sampai 6000C adalah serat kasar,

sedangkan yang tidak menguap adalah abu.

Prinsipnya, semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut

jika direbus dalam H2SO4 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313

N) yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang

tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Bahan organik yang

menguap setelah pembakaran 550 sampai 6000C adalah serat kasar.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar serat

kasar sebesar 29,2%, sedangkan kadar serat kasar kelompok 20 sebesar

20,93%. Menurut Puspitaning (2012), bahan serat kasar pada Muntingia

calabura sebesar 12,32%. Berdasarkan literatur, hasil yang diperoleh saat

praktikum tidak sesuai dikarenakan kesalahan praktikan saat menghitung

kadar serat kasar atau saat mencatat bobot sampel untuk kadar serat

kasar.

Penetapan kadar protein kasar. Praktikum penetapan kadar

protein kasar melalui tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.

Proses destruksi menggunakan H2SO4 pekat dan kjeltab sebagai

katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Kjeltab berisi CuSO4

dan K2SO4. Proses destruksi melepaskan N organik sampel dengan

adanya H2SO4. Proses destilasi melepaskan NH3 yang kemudian akan

ditangkap oleh H3BO3. Proses ini diakhiri saat larutan sudah berwarna

hijau. Proses titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan untuk

mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Proses titrasi diakhiri setelah

larutan berwarna keperakan. Jika larutan berwarna merah muda, maka

proses titrasi sudah lewat jenuh, jadi terlalu banyak asam di dalam larutan.

Prinsip dari penetapan kadar protein kasar adalah H2SO4 pekat degan

katalisator CuSO4 dan K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi

(NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N, NO, san NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana

basa akan melepaskan NH3 yang kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N.

Page 18: BPFR FIX

Reaksi-reaksi yang terjadi selama uji penetapan kadar protein kasar

adalah sebagai berikut :

Destruksi : Melepaskan N organik sampel dengan penambahan H2SO4

N organik + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2O + NO3 + NO2

Destilasi : Melepaskan NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO3

(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH4OH + Na2SO4

2NH4OH 2NH3 + 2H2O

3NH3 + H3BO3 (NH4)3BO3

Titrasi : Untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi

(NH4)3BO3 + 3HCl 3NH4Cl + H3BO3

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar

protein kasar sebesar 10,99% sedangkan kelompok 20 sebesar 10,9%.

Puspitaning (2012) mengatakan bahwa kadar protein kasar untuk

Muntingia calabura atau daun kersen sebesar 15,22%. Berdasarkan

literatur, hasil dari praktikum kurang dari kisaran normal. Faktor yang

mempengaruhi biasanya tidak telitinya praktikan dalam hal menghingtung

kadar protein kasar.

Penetapan kadar lemak kasar. Lemak dapat diekstraksi

menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet,

kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Praktikum

penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan

pakan sebesar 0,5 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring bebas

lemak, sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan

dimasukkan dalam oven pengering pada 105 sampai 1100C selama

semalam. Bungkusan ditimbang dalam keadaan masih panas untuk

menjaga agar berat sampel tetap konstan. Bungkusan sampel pakan

dimasukkan ke dalam Soxhlet untuk dilakukan ekstraksi. Labu

penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume labu

penampung, alat ekstraksi juga diisi dengan petroleum benzen sekitar

setengah volume. Petroleum benzen berfungsi sebagai pelarut lemak.

Page 19: BPFR FIX

Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, pendingin dan

pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam sampai

petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas

dimatikan, kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven

pengering pada suhu 105 sampai 1100C selama semalam, dimasukkan

dalam desikator selama satu jam lalu ditimbang.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar

lemak kasar sebesar 6,15%, sedangkan kadar lemak kasar kelompok 20

sebesar 5,3%. Menurut Puspitaning (2012), kadar lemak kasar untuk

Muntingia calabura sebesar 7,94%. Berdasarkan literatur, hasil praktikum

kurang dari kadar lemak kasar dalam literatur.

Page 20: BPFR FIX

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan fisik yang meliputi pengamatan tekstur,

warna, bau, dan rasa terhadap sampel bahan pakan yang digunakan

didalam praktikum, maka dapat disimpulkan bahan pakan yang digunakan

adalah daun kersen atau Muntingia calabura. Muntingia calabura

termasuk ke dalam kelas satu yaitu hijauan kering dan jerami kering yang

sengaja dipanen dan dikeringkan untuk pakan ternak. Hasil analisis

proksimatnya adalah bahan kering sebesar 16,22%, kadar abu sebesar

7,94%, serat kasar sebesar 29,2%, protein kasar sebesar 10,99%, lemak

kasar sebesar 6,15%, dan ETN (%BK) sebesar 45,72%. Faktor yang

mempengaruhi perbedaan hasil analisis proksimat diantaranya adalah

faktor spesies, umur, bagian tanaman, sampel yang digunakan saat

praktikum berlangsung, dan kesalasahn praktikan saat pengamatan.

Page 21: BPFR FIX

DAFTAR PUSTAKA

Deydier, Eric and Guilet, Richard and Sarda, Stephanie and Sharrock, Patrick. Physical and chemical characterisation of crude meat and bone meal combustion residue : “waste or raw material?”. (2005). Journal of Hazardous Materials, vol.121. pp 141-148. ISSN 0304-3894

Hartadi, H., Reksohadiprojo, S., Tillman, A.D. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.

Kellems, R.O. dan D.C. Church. 2010. Livestock feeds and feeding. 6th edition. Upper Saddle River, NJ : Pearson Education, Inc.

Mahardika, H.A., Sarwiyono, dan P.Surjowardojo. 2014. Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L) Sebagai Antimikroba Alami Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah. Universitas Brawijaya. Malang.

Ni’mah. 2014. Paper Botani Farmasi Tanaman Kersen (Muntingia calabura L). Jurusan Farmasi Unika Widya Mandala. Surabaya.

Puspitaning, I.R. 2012. Skripsi: Populasi Protozoa Dan Karakteristik Fermentasi Rumen Dengan Pemberian Daun Kersen (Muntingia calabura) Secara In Vitro. IPB. Bogor.

Putri, Dewi Rahmawati, Agustono Dan Sri Subekti. 2012. Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Dan Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena Glauca) yang difermentasi dengan Probiotik sebagai Bahan Pakan Ikan. Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.

Page 22: BPFR FIX

Sunarsono, dan Christiyanto. 2012. Manajemen Pakan. http://nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf. Diakses pada 3 April 2015.

Tillman, A.D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo, S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mana University Press: Yogyakarta.

Widodo, F. Wahyono, dan Sutrisno. 2012. Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik, Produksi VFA dan NH3 Pakan Komplit dengan Level Jerami Padi Berbeda secara In Vitro. Jurnal Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang.

Zakaria, Z. A., A. S. Sufian, K. Ramasamy, N. Ahmat, M. R. Sulaiman, A. K. Arifah, A. Zuraini, & M. N. Somchit. 2010. In vitro antimicrobial activity of Muntingia calabura extracts and fractions. Afr. J. Microbiol. Res. 4: 304-308.

LAMPIRAN

Perhitungan hasil analisis proksimat

Sampel : Daun Kersen atau Muntingia calabura

1. Kadar Air

Bobot sampel : 1,0088 gr

Bobot silika disk : 22,2137 gr

Bobot silica disk+ sampel : 22,5646 gr

Bobot silica disk+ sampel (oven 1050C):34,75 gr

Kadar air dari oven 1050C : 16,22 %

Kadar Air = 546,5−230,8516,7

X 100%

= 61,1 %

KA Total = 61,1 + 22,68

= 83,78%

DM = 100% - 83,78%

= 16,22%

2. Kadar Abu

Bobot silica disk : 21,5558 gr

Bobot sampel : 1,0088 gr

Bobot silica disk + sampel : 22,5646 gr

Bobot silica disk + sampel (stlh tanur) : 21,6081 gr

Page 23: BPFR FIX

Kadar Abu : 5,18 %

Kadar Abu (dalam BK) : 7,94 %

Kadar Abu = 21,6081−21,5558

1,0088X 100%

= 5,18 %

Kadar Abu (dalam BK) = 100

65,22%X5,18%

= 7,94 %

Page 24: BPFR FIX

3. Kadar Serat Kasar

Bobot sampel : 1,0047 gr

Bobot sampel+crucible+glasswool(oven1050C) : 21,3082 gr

Bobot sampel+crucible+glasswool(tanur5500C) : 21,1166 gr

Kadar Serat Kasar : 19,07 %

Kadar Serat Kasar (dalam BK) : 29,2 %

Kadar Serat Kasar = X−YZ

X 100%

= 19,07%

Kadar Serat Kasar (dalam BK) = 10065,2%

X19,07%

= 29,2 %

4. Kadar Protein Kasar

Bobot sampel : 0,5003 gr

Volume titrasi blanko : 0,3 ml

Volume titrasi sampel : 4,4 ml

Kadar Protein Kasar : 7,17 %

Kadar Protein Kasar (dalam BK) : 10,99 %

Kadar protein kasar =

(4,4−0,3 ) x 0,1x 0 ,014 x6,250,5003

X100%

= 7,17 %

Kadar Protein Kasar (dalam BK) = 100

65,22%X7,17%

= 10,99 %

5. Kadar Ekstrak Eter

Bobot kertas saring : 0,4797 gr

Berat sampel : 0,7003 gr

Bobot kertas saring+sampel : 1,18 gr

Bobot kertas saring+sampel (oven 1050C) :1,0870 gr

sebelum ekstraksi

Bobot kertas saring+sampel (oven 1050C): 1,0629 gr

Page 25: BPFR FIX

setelah ekstraksi

Kadar Ekstraksi Eter : 4,01 %

Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK) : 6,15 %

Kadar lemak kasar = 1,0870−1,0629

0,7005X 100%

= 3,44 %

Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK) = 100

65,22%X 4,01%

= 6,15 %

6.Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen

Kadar ETN (%BK) =100% - (% Abu+ %SK + %PK + %LK)

=100% - (7,94% + 29,2% + 10,99% +6,15%)

= 45,72 %