BPFR FIX
-
Upload
yuni-setiyawati -
Category
Documents
-
view
302 -
download
2
description
Transcript of BPFR FIX
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan pakan atau bahan makanan ternak (feed stuff) merupakan
suatu bahan yang disukai ternak, dapat dimakan oleh ternak, disukai
ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya (untuk) dapat diserap,
tidak mengganggu kesehatan pemakannya, dan bermanfaat bagi
pemakannya. Fungsi dari pakan antara lain untuk memelihara daya tahan
tubuh dan kesehatan serta untuk mempertahankan hidup. Bahan pakan
yang diberikan pada ransum ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah
cukup, secara umum bahan pakan terbagi dalam delapan klas yaitu
hijauan kering atau jerami padi, hijauan segar, silage, sumber energi,
sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif
pakan. Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan
serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis
proksimat dapat juga diartikan sebagai analisis atau pengujian
kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut
dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat
sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada
standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Analisis
proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula
ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti
mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian formula ransum
baru dapat disusun dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang
adalah untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang
diuji, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis
kandungan nutrien bahan pakan dari mulai pengetahuan dasar sampai
aplikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba)
memerlukan pakan hijauan sebagai sumber serat dan sumber energi.
Serat dalam pakan utamanya berfungsi sebagai sumber energi, selain itu
juga berfungsi untuk menjaga fungsi normal rumen dan aktivitas mikrobia
rumen (Widodo et al., 2012). Menurut Putri et al. (2012), Bahan pakan
yaitu segala sesuatu yang dapat diberikan kepada hewan baik bahan
organik maupun non organik yang sebagian atau seluruhnya dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan. Kandungan gizi pakan buatan
dapat disusun formulasinya supaya kandungan gizinya lebih lengkap bila
dibandingkan dengan pakan alami. Kandungan gizi yang terkandung
dalam pakan tidak lepas dari kandungan gizi bahan penyusunnya. Bahan
pakan sebaiknya memperhatikan persyaratan antara lain yaitu mudah
diperoleh, murah harganya, tidak bersaing dengan manusia, tidak
beracun, mengandung zat pakan sesuai dengan nutrisi yang optimal bagi
ternak. Sunarso dan Christiyanto (2012) menyatakan bahwa ransum
merupakan campuran 2 atau lebih bahan pakan yang disusun untuk
memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam.
Hijauan adalah bahan makanan dalam bentuk daun-daunan
kadang masih bercampur dengan batang, ranting, serta kembang-
kembangnya, umumnya berasal dari tanaman sebangsa rumput yang
diberikan kepada ternak dalam keadaan masih segar, warna masih hijau
dan masih banyak mengandung air yaitu rata-rata 70 sampai 80% air,
sisanya yang 20 sampai 30% adalah bahan kering. Hijauan itu ialah
semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-
daunan. Termasuk kelompok hijauan ini ialah bangsa rumput (graminea),
leguminosa, dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka,
daun waru. Hijauan bagian dari tanaman rumput dan legum yang
mengandung 18% serat kasar dalam bahan kering yang digunakan
sebagai bahan pakan ternak. (Hartadi et al.,2005).
Menurut Sunarso dan Christiyanto (2012), klasifikasi bahan pakan
dibagi menjadi delapan, yaitu 1) Pakan kasar (roughage), adalah bahan
pakan yang banyak mengandung serat kasar (lebih dari 18%) dan rendah
energinya. Contoh: jerami (jerami dari padi, jagung, pucuk tebu), hijauan
kering dll, 2) Hijauan segar (green forage, pasture). Contoh:
rumput/hijauan segar lainnya yang baru dipotong, padang rumput. 3)
Silase (silage) adalah hijauan yang sengaja diawetkan melalui proses
fermentasi secara tanpa udara/oksigen (anaerob) dalam suatu tempat
yang disebut silo, 4) Sumber energi adalah pakan yang banyak
mengandung energi (kandungan energi lebih dari 2250 Kkal/kg). Contoh:
butir-butiran (jagung, sorghum/cantel, kedele, kacang dll), umbi-umbian
(ketela pohon, ketela rambat, kentang dll.), minyak (kelapa, sawit, kedele
dll.), lemak hewan (tallow), hasil samping industri pertanian (bekatul,
pollard, tetes).
Bahan pakan kelas 5) Sumber protein, yaitu pakan yang
mengandung protein lebih dari 20%. Contoh: umumnya pakan asal
hewani (tepung ikan, tepung daging, susu skim, tepung darah dll.),
kacang-kacangan/leguminosa (kacang tanah, kedele, turi, gamal, lamtoro
dll.); bungkil (bungkil dari kelapa; kelapa sawit; kedele; kacang; kapok;
kapas; jagung dll). 6) Sumber mineral. Contoh: tepung tulang, kerang,
kapur, dicaphos (dicalcium phosphate), tricaphos (tricalcium phosphate),
garam. 7) Sumber vitamin. Contoh: buah-buahan, tauge, hijauan kacang-
kacangan, wortel. 8) Bahan additive adalah bahan yang perlu
ditambahkan dalam jumlah relatif sedikit yang kadangkala diperlukan
untuk melengkapi ransum yang disusun. Contoh: penambah aroma/cita
rasa, asam amino/campuran asam amino, vitamin mix (Sunarso dan
Christiyanto, 2012).
Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station
Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode
analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan.
Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya
(Tillman et al., 1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat
karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang
sebenarnya. Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia yang
dikerjakan setiap hari dari pakan, jaringan tubuh atau ekskreta yang
diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan
manfaat pakan, guna untuk menentukan pakan untuk semua jenis ternak
(Kamal, 1999).
BAB III
MATERI DAN METODE
Materi
Penetapan Kadar Air
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air
adalah gelas timbang, desikator, tang penjepit, oven pengering (105
sampai 110oC), dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar
air adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.
Penetapan Kadar Abu
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu
adalah silica disk, desikator, tanur, tang penjepit, oven pengering (105
sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar
abu adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.
Penetapan Kadar Serat Kasar
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat
kasar adalah beaker glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas
(glass wool), alat penyaring crucible, gelas arloji, tang penjepit, desikator,
oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan
timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar
serat kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu, H2SO4 1,25%,
NaOH 1,25%, dan etil alkohol 95%.
Penetapan Kadar Protein Kasar
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein
kasar adalah labu kjeldahl 650 ml, labu Erlenmeyer 650 ml dan 300 ml,
gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/50 ml, alat destruksi
dan destilasi, dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar
protein kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu, H2SO4 pekat,
CuSO4 dan K2SO4, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1 N, indicator
mix, dan Zn logam.
Penetapan Kadar Ekstrak Eter
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak
kasar adalah seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu
penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit,
timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar
lemak kasar adalah sampel bahan pakan yaitu tepung bulu.
Metode
Pengamatan Fisik
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan parameter yang
terdapat pada lembar kerja. Parameter yang digunakan untuk
pengamatan fisik ada tekstur, warna, bau, dan rasa. Setelah diamati,
diprediksi bahan pakan termasuk dalam klasifikasi bahan pakan.
Penetapan Kadar Air
Gelas timbang yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas
dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Gelas
timbang didinginkan bersama tutup yang dilepas di dalam desikator
selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang
seberat sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam gelas timbang dan
dikeringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering selama
8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 110oC. Gelas timbang
dikeluarkan bersama dengan cuplikan bahan pakan dari dalam oven, lalu
didinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam. Gelas
timbang yang berisi cuplikan ditimbang dalam keadaan dingin dan tertutup
sampai diperoleh bobot yang tetap.
Perhitungan :
Kadar Air =
%100
)(x
z
zxyx
Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan : x = bobot gelas timbang (vochdoos)
y = bobot cuplikan pakan
z =bobot cuplikan setelah dioven 105 - 110C
Penetapan Kadar Abu
Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu
105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan di dalam
desikator selama 1 jam, kemudian setelah dingin ditimbang. Cuplikan
bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk.
Silica disk yang berisi cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tanur.
Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600oC selama lebih dari 12 jam
hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Setelah itu suhunya
diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 1
jam. Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang.
Perhitungan :
Kadar Abu = %100x
y
yz
Keterangan : x = bobot silica disk kosong
y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur
z = bobot sampel + silica disk setelahditanur
Penetapan Kadar Serat Kasar
Cuplikan bahan pakan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4
1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan
disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa. Hasil
saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH
1,25% lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan
disaring kembali dengan menggunakan crucible yang dilapisi glass
wooldengan bantuan pompa vacuum kemudian dicuci dengan beberapa
ml air panas dan dengan 15 ml etil alkohol 95%. Hasil saringan termasuk
glass wool dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai
110oC selama1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam.
Setelah itu ditimbang. Gooch crucible bersama isinya ditimbang dan
didinginkan pada desikator. Bila sudah dingin kemudian ditimbang.
Perhitungan :
Kadar serat kasar = %100x
x
zy
Keterangan : x = bobot sampel awal
y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105C
z = bobot sisa pembakaran 550 - 600C
Penetapan Kadar Protein Kasar
Destruksi. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 0,5 gr.
Setelah bahan pakan ditimbang kemudian disiapkan 2 butir batu didih, 20
ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet kjeltab.Cuplikan bahan pakan dimasukkan ke
dalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering. Kompor destruksi
dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang
yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor
destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan
berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi.
Destilasi. Hasil destruksi diencerkan dengan air sampel volumenya
300 ml, digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50
ml H3BO3 0,1 N, 100 ml air, dan 3 tetes indicator mix disiapkan.
Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air pendingin
dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing ditekan
ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan
NaOH harus melalui dinding. Handle steam diturunkan sehingga larutan
yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah desilat
mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan cuplikan
yang berupa H2O dan di destilasi.
Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah
warna.
Perhitungan :
Kadar protein kasar =
%100
25,6014,0x
z
xxNxyx
Keterangan : x = jumlah titrasi sampel (ml)
y = jumlah titrasi blanko (ml)
N = normalitas HCl
z = bobot sampel (gram)
Penetapan Kadar Lemak Kasar
Cuplikan bahan pakan ditimbang sekitar 0,5 gr dan dibungkus
dengan kertas saring bebas lemak, diambil sampel sebanyak 3 bungkus.
Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering
105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan cuplikan bahan pakan
ditimbang dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam alat
ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzene
sekitar ½ volume labu penampung, alat ekstraksi Soxhlet juga diisi sekitar
½ volume dengan petroleum benzene. Labu penampung dan tabung
Soxhlet dipasang, kemudian penangas dan pendingin dihidupkan.
Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam atau sampai petroleum
benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan
kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering selama
semalas. Bahan pakan dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam lalu
ditimbang.
Perhitungan :
Kadar ekstrak eter = %100x
x
zy
Keterangan : x = bobot sampel awal
y = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah
oven 105C (sebelum diekstraksi).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Fisik
Hasil pengamatan fisik bahan pakan yang digunakan untuk
praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Pengamatan fisik sampel pakan
Parameter PengamatanTekstur Kasar sedikit lengketWarna Hijau gelap
Bau Seperti teh hijauRasa Hambar
Berdasarkan pengamatan fisik yang dilakukan pada saat praktikum,
sampel pakan yang digunakan bertekstur kasar sedikit lengket, berwarna
hijau gelap dengan bau seperti teh hijau dan rasanya hambar.
Berdasarkan pengamatan fisik dari sampel pakan, di prediksi bahan
pakan jenis daun cherry atau daun kersen atau Muntingia calabura.
Menurut Dwi dan Istikhomah (2010) yang disitasi dari Anonim (2015),
kersen atau talok atau yang biasa disebut ceri ini adalah nama sejenis
pohon yang memiliki buah kecil yang manis dengan daun yang berwarna
gelap dan sedikit kasar. Menurut Figueiredo et al. (2008) disitasi dari
Puspitaning (2012), pohon kersen merupakan tumbuhan yang mampu
tumbuh cepat di lahan marginal sehingga disebut sebagai tanaman
perintis. Hal tersebut membuat daun kersen mudah untuk
dikembangbiakkan. Berdasarkan literatur, pengamatan fisiki yang
dilakukan praktikan sudah sesuai dengan literatur.
Daun Kersen
Kersen merupakan tumbuhan dalam familia Tiliaceae, berasal dari
Mexico bagian Selatan, Karibia, Amerika Tengah, dan bagian Barat
Amerika Selatan sampai ke Peru dan Bolivia. Nama ilmiah tumbuhan ini
adalah Muntingia calabura. Di daerah yang berbeda, tumbuhan ini diberi
nama berbeda-beda, misalnya ceri (Jakarta, nama salah kaprah dari
nama dalam bahasa Inggris yang berakhir dengan kata cherry), talok
(Jawa), dan singapura (Bali, dari nama dalam bahasa Inggris, singapore
cherry). Nama kersen juga digunakan di banyak tempat, termasuk di
kupang. Nama umum dalam bahasa Inggris meliputi: jamaican
cherry,panama berry, singapore cherry, bajelly tree, dan strawberry tree
(Ni’mah, 2014).
Noorhamdani, Yosef dan Rosalia (2014) disitasi dari Mahardika
(2014) menyebutkan bahwa daun kersen mempunyai fungsi sebagai
antipiretik dan antiinflamasi. Aktifitas antibakteri yang dimiliki daun kersen
karena daun kersen mengandung flavonoid, saponin dan tanin
(Kurniawan, Sarwiyono dan Surjowardojo, 2013 disitasi dari Mahardika,
2014).
Tabel 2. Kandungan nutrien Muntingia calabura
Komposisi Kimia Persentase (%)Protein Kasar (PK) 15,22Lemak Kasar (LK) 7,94Serat Kasar (SK) 12,32
Bahan Kering (BK) 34,1 Abu 5,35
BETN 59,17(Hasil Analisis Proksimat Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi IPB, 2012 disitasi dari Puspitaning, 2012)
Sesuai literatur mengenai kandungan nutrient Muntingia calabura
atau daun kersen memiliki Protein Kasar (PK) sebesar 15,22%, Lemak
Kasa (LK) sebesar 7,94%, Serat Kasar (SK) 12,32%, Bahan Kering (BK)
34,1%, Abu 5,35%, dan BETN sebesar 59,17%. Berdasarkan literatur,
daun kersen dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak
khususnya ruminansia, tetapi masih kurang minat peternak untuk
memanfaatkan daun kersen sebagai bahan pakan ternak.
Muntingia calabura (kersen) merupakan salah satu tumbuhan yang
belum digunakan sebagai pakan dan memiliki kemungkinan dapat
dijadikan sebagai sumber pakan. Hal tersebut karena daun kersen
mengandung saponin, tanin, dan flavonoid (Zakaria et al., 2010).
Kandungan saponin dalam daun kersen diduga dapat meningkatkan
efisiensi fermentasi rumen pada ruminansia melalui defaunasi parsial
pada protozoa. Selain itu daun kersen memiliki kandungan protein yang
lebih tinggi (15,22%) daripada rumput lapang (9,60%). Kandungan
fitokinin daun kersen meliputi saponin 10,28% dan tannin 1,41%
(Puspitaning, 2012).
Analisis Proksimat
Analisis proksimat merupakan analisis yang umum digunakan
untuk menganalisis sampel pakan. Analisis proksimat terdiri dari berbagai
analisis untuk memperkirakan karakteristik nutrien pakan, yaitu DM (Dry
Matter), protein kasar (Crude Protein), lemak kasar (Ekstrak Ether), serat
kasar (Crude Fiber), abu, dan ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Hasil analisis
proksimat yang diperoleh pada saat praktikum dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.
Tabel 3. Hasil analisis proksimat
ParameterPengamatan
Rata-rataI II
Bahan kering (%) 16,22 31,37 23,79Protein kasar (%) 10,99 10,9 10,94Serat kasar (%) 29,2 20,93 25,06Lemak kasar (%) 6,15 5,3 5,72Abu (%) 7,94 8,06 8BETN (%) 45,72 54,26 49,99
Penetapan kadar air. Penetapan kadar air menggunakan sampel
bahan pakan seberat 1,0088 gram yang dimasukkan dalam silica disk
yang sudah dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105 sampai 1100C
selama satu jam dan dikeringkan dalam desikator selama satu jam. Bahan
pakan dan silica disk kemudian dikeringkan dalam oven pengering selama
8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 1100C, lalu didinginkan dalam
desikator selama satu jam. Silica disk yang berisi cuplikan pakan
ditimbang setelah dingin. Air dalam bahan pakan akan menguap
seluruhnya jika bahan pakan tersebut dipanaskan dalam waktu tertentu
pada suhu 105 sampai 1100C dengan tekanan udara bebas.
Berdasarkan hasil praktikum, kadar air Muntingia calabura atau
daun kersen yaitu sebesar 34,78% sedangkan bahan kering sebesar
16,22%. Hasil yang diperoleh kelompok 20 adalah kadar air sebesar
68,63% dan bahan kering sebesar 23,79%. Menurut Puspitaning (2012),
bahan kering Muntingia calabura sebesar 34,1%. Hasil praktikum yang
diperoleh sangat berbeda dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi
perbedaan tersebut yaitu praktikan tidak teliti saat praktikum dan bahan
pakan yang sudah terkontaminasi dengan suhu ruangan.
Penetapan kadar abu. Praktikum penetapan kadar abu
menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam penetapan kadar
air. Sampel seberat 1,0088 gram dimasukkan ke dalam silica disk yang
sebelumnya telah dioven pada suhu 105 sampai 1100C selama satu jam
dan telah didinginkan dalam desikator selama satu jam, kemudian
ditimbang. Silica disk yang sudah berisi sampel pakan dimasukkan dalam
tanur, kemudian ditanur pada suhu 550 sampai 6000C selama lebih dari
12 jam sampai cuplikan pakan berwarna putih seluruhnya. Suhunya
kemudian diturunkan menjadi 1200C lalu dimasukkan dalam desikator
selama satu jam. Silica disk berisi bahan pakan ditimbang setelah dingin.
Mineral anorganik dapat diperkirakan jumlahnya dari nilai kandungan abu
yang ditentukan dengan pembakaran sampel pakan pada suhu 350
sampai 6000C sampai tidak ada yang tersisa (Kellems dan Church, 2010).
Bahan pakan akan mengalami tahap pembakaran pada suhu 250 sampai
5000C di mana semua materi organik akan terdekomposisi menjadi H2O,
CO22, dan lainnya (Deydier, 2005). Penentuan kadar abu harus
menggunakan silica disk dan tidak dapat menggunakan botol timbang
(Vochdoos) karena botol timbang (Vochdoos) akan melebur jika ditanur
pada suhu 550 sampai 6000C. Sampel pakan ditanur pada suhu 550
sampai 6000C adalah untuk membakar semua zat organiknya dan
kemudian menghasilkan oksida yang menguap, yaitu berupa CO2, H2O,
dan gas-gas lain, sedangkan yang tidak tertinggal dan tidak menguap
adalah oksida mineral atau yang disebut dengan abu.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar abu
sebesar 7,94%, sedangkan kadar abu kelompok 20 adalah 8,068%.
Menurut Puspitaning (2012), kadar abu pada Muntingia calabura berkisar
5,35%. Berdasarkan literatur, persentase kadar abu saat praktikum
mendekati nilai kadar abu dalam literatur.
Penetapan kadar serat kasar. Praktikum penetapan kadar serat
kasar menggunakan sampel bahan pakan sebesar 1,0088 gram yang
dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, kemudian ditambahkan
dengan 200 ml H2SO4 1,25%, selanjutnya dipanaskan hingga mendidih
selama 30 menit. Disaring dengan sarigan linen dengan bantuan pompa
vacum. Hasil saringan (residu) dimasukkan ke dalam beaker glass,
kemudian ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% dan dididihkan
kembali selama 30 menit. Penambahan H2SO4 1,25% (0,255 N) adalah
untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein, sedangkan penambahan
NaOH 1,25% (0,313 N) adalah untuk penyabunan lemak. Menurut
Kellems dan Church (2010), penambahan H2SO4 kemudian NaOH adalah
sebagai gambaran proses pencernaan yang terjadi dalam lambung dan
usus dari seekor sapi. Lambung sapi merupakan organ pencernaan yang
kondisinya adalah asam, sehingga H2SO4 dapat berfungsi sebagai
pemberi suasana asam. Usus merupakan organ pencernaan yang bersifat
basa, sehingga penambahan NaOH dapat berfungsi sebagai pemberi
suasana basa. Larutan kemudian disaring kembali menggunakan crucible
yang telah dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacum, kemudian
dicuci dengan air panas dan 15 ml ethyl alkohol 95%. Penambahan ethyl
alkohol adalah untuk menghidrolisis lemak yang mungkin masih terdapat
dalam serat kasar. Hasil saringan kemudian dimasukkan pada alat
pengering dengan suhu 105 sampai 1100C selama satu malam lalu
didinginkan dalam desikator selama satu jam. Crucible dibakar beserta
isinya dalam tanur pada suhu 550 sampai 6000C sampai berwarna putih
seluruhnya, lalu dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator. Jadi, bobot
yang hilang setelah pembakaran 550 sampai 6000C adalah serat kasar,
sedangkan yang tidak menguap adalah abu.
Prinsipnya, semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut
jika direbus dalam H2SO4 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313
N) yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang
tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Bahan organik yang
menguap setelah pembakaran 550 sampai 6000C adalah serat kasar.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar serat
kasar sebesar 29,2%, sedangkan kadar serat kasar kelompok 20 sebesar
20,93%. Menurut Puspitaning (2012), bahan serat kasar pada Muntingia
calabura sebesar 12,32%. Berdasarkan literatur, hasil yang diperoleh saat
praktikum tidak sesuai dikarenakan kesalahan praktikan saat menghitung
kadar serat kasar atau saat mencatat bobot sampel untuk kadar serat
kasar.
Penetapan kadar protein kasar. Praktikum penetapan kadar
protein kasar melalui tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Proses destruksi menggunakan H2SO4 pekat dan kjeltab sebagai
katalisator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Kjeltab berisi CuSO4
dan K2SO4. Proses destruksi melepaskan N organik sampel dengan
adanya H2SO4. Proses destilasi melepaskan NH3 yang kemudian akan
ditangkap oleh H3BO3. Proses ini diakhiri saat larutan sudah berwarna
hijau. Proses titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan untuk
mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Proses titrasi diakhiri setelah
larutan berwarna keperakan. Jika larutan berwarna merah muda, maka
proses titrasi sudah lewat jenuh, jadi terlalu banyak asam di dalam larutan.
Prinsip dari penetapan kadar protein kasar adalah H2SO4 pekat degan
katalisator CuSO4 dan K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi
(NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N, NO, san NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana
basa akan melepaskan NH3 yang kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N.
Reaksi-reaksi yang terjadi selama uji penetapan kadar protein kasar
adalah sebagai berikut :
Destruksi : Melepaskan N organik sampel dengan penambahan H2SO4
N organik + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2O + NO3 + NO2
Destilasi : Melepaskan NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO3
(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH4OH + Na2SO4
2NH4OH 2NH3 + 2H2O
3NH3 + H3BO3 (NH4)3BO3
Titrasi : Untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi
(NH4)3BO3 + 3HCl 3NH4Cl + H3BO3
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar
protein kasar sebesar 10,99% sedangkan kelompok 20 sebesar 10,9%.
Puspitaning (2012) mengatakan bahwa kadar protein kasar untuk
Muntingia calabura atau daun kersen sebesar 15,22%. Berdasarkan
literatur, hasil dari praktikum kurang dari kisaran normal. Faktor yang
mempengaruhi biasanya tidak telitinya praktikan dalam hal menghingtung
kadar protein kasar.
Penetapan kadar lemak kasar. Lemak dapat diekstraksi
menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet,
kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Praktikum
penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan
pakan sebesar 0,5 gram kemudian dibungkus dengan kertas saring bebas
lemak, sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan
dimasukkan dalam oven pengering pada 105 sampai 1100C selama
semalam. Bungkusan ditimbang dalam keadaan masih panas untuk
menjaga agar berat sampel tetap konstan. Bungkusan sampel pakan
dimasukkan ke dalam Soxhlet untuk dilakukan ekstraksi. Labu
penampung diisi dengan petroleum benzen sekitar setengah volume labu
penampung, alat ekstraksi juga diisi dengan petroleum benzen sekitar
setengah volume. Petroleum benzen berfungsi sebagai pelarut lemak.
Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, pendingin dan
pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam sampai
petroleum benzen dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas
dimatikan, kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven
pengering pada suhu 105 sampai 1100C selama semalam, dimasukkan
dalam desikator selama satu jam lalu ditimbang.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar
lemak kasar sebesar 6,15%, sedangkan kadar lemak kasar kelompok 20
sebesar 5,3%. Menurut Puspitaning (2012), kadar lemak kasar untuk
Muntingia calabura sebesar 7,94%. Berdasarkan literatur, hasil praktikum
kurang dari kadar lemak kasar dalam literatur.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan fisik yang meliputi pengamatan tekstur,
warna, bau, dan rasa terhadap sampel bahan pakan yang digunakan
didalam praktikum, maka dapat disimpulkan bahan pakan yang digunakan
adalah daun kersen atau Muntingia calabura. Muntingia calabura
termasuk ke dalam kelas satu yaitu hijauan kering dan jerami kering yang
sengaja dipanen dan dikeringkan untuk pakan ternak. Hasil analisis
proksimatnya adalah bahan kering sebesar 16,22%, kadar abu sebesar
7,94%, serat kasar sebesar 29,2%, protein kasar sebesar 10,99%, lemak
kasar sebesar 6,15%, dan ETN (%BK) sebesar 45,72%. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan hasil analisis proksimat diantaranya adalah
faktor spesies, umur, bagian tanaman, sampel yang digunakan saat
praktikum berlangsung, dan kesalasahn praktikan saat pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Deydier, Eric and Guilet, Richard and Sarda, Stephanie and Sharrock, Patrick. Physical and chemical characterisation of crude meat and bone meal combustion residue : “waste or raw material?”. (2005). Journal of Hazardous Materials, vol.121. pp 141-148. ISSN 0304-3894
Hartadi, H., Reksohadiprojo, S., Tillman, A.D. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta.
Kellems, R.O. dan D.C. Church. 2010. Livestock feeds and feeding. 6th edition. Upper Saddle River, NJ : Pearson Education, Inc.
Mahardika, H.A., Sarwiyono, dan P.Surjowardojo. 2014. Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L) Sebagai Antimikroba Alami Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis Subklinis Pada Sapi Perah. Universitas Brawijaya. Malang.
Ni’mah. 2014. Paper Botani Farmasi Tanaman Kersen (Muntingia calabura L). Jurusan Farmasi Unika Widya Mandala. Surabaya.
Puspitaning, I.R. 2012. Skripsi: Populasi Protozoa Dan Karakteristik Fermentasi Rumen Dengan Pemberian Daun Kersen (Muntingia calabura) Secara In Vitro. IPB. Bogor.
Putri, Dewi Rahmawati, Agustono Dan Sri Subekti. 2012. Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Dan Protein Kasar Pada Daun Lamtoro (Leucaena Glauca) yang difermentasi dengan Probiotik sebagai Bahan Pakan Ikan. Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.
Sunarsono, dan Christiyanto. 2012. Manajemen Pakan. http://nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf. Diakses pada 3 April 2015.
Tillman, A.D., Hartadi, H., Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo, S. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mana University Press: Yogyakarta.
Widodo, F. Wahyono, dan Sutrisno. 2012. Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik, Produksi VFA dan NH3 Pakan Komplit dengan Level Jerami Padi Berbeda secara In Vitro. Jurnal Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Semarang.
Zakaria, Z. A., A. S. Sufian, K. Ramasamy, N. Ahmat, M. R. Sulaiman, A. K. Arifah, A. Zuraini, & M. N. Somchit. 2010. In vitro antimicrobial activity of Muntingia calabura extracts and fractions. Afr. J. Microbiol. Res. 4: 304-308.
LAMPIRAN
Perhitungan hasil analisis proksimat
Sampel : Daun Kersen atau Muntingia calabura
1. Kadar Air
Bobot sampel : 1,0088 gr
Bobot silika disk : 22,2137 gr
Bobot silica disk+ sampel : 22,5646 gr
Bobot silica disk+ sampel (oven 1050C):34,75 gr
Kadar air dari oven 1050C : 16,22 %
Kadar Air = 546,5−230,8516,7
X 100%
= 61,1 %
KA Total = 61,1 + 22,68
= 83,78%
DM = 100% - 83,78%
= 16,22%
2. Kadar Abu
Bobot silica disk : 21,5558 gr
Bobot sampel : 1,0088 gr
Bobot silica disk + sampel : 22,5646 gr
Bobot silica disk + sampel (stlh tanur) : 21,6081 gr
Kadar Abu : 5,18 %
Kadar Abu (dalam BK) : 7,94 %
Kadar Abu = 21,6081−21,5558
1,0088X 100%
= 5,18 %
Kadar Abu (dalam BK) = 100
65,22%X5,18%
= 7,94 %
3. Kadar Serat Kasar
Bobot sampel : 1,0047 gr
Bobot sampel+crucible+glasswool(oven1050C) : 21,3082 gr
Bobot sampel+crucible+glasswool(tanur5500C) : 21,1166 gr
Kadar Serat Kasar : 19,07 %
Kadar Serat Kasar (dalam BK) : 29,2 %
Kadar Serat Kasar = X−YZ
X 100%
= 19,07%
Kadar Serat Kasar (dalam BK) = 10065,2%
X19,07%
= 29,2 %
4. Kadar Protein Kasar
Bobot sampel : 0,5003 gr
Volume titrasi blanko : 0,3 ml
Volume titrasi sampel : 4,4 ml
Kadar Protein Kasar : 7,17 %
Kadar Protein Kasar (dalam BK) : 10,99 %
Kadar protein kasar =
(4,4−0,3 ) x 0,1x 0 ,014 x6,250,5003
X100%
= 7,17 %
Kadar Protein Kasar (dalam BK) = 100
65,22%X7,17%
= 10,99 %
5. Kadar Ekstrak Eter
Bobot kertas saring : 0,4797 gr
Berat sampel : 0,7003 gr
Bobot kertas saring+sampel : 1,18 gr
Bobot kertas saring+sampel (oven 1050C) :1,0870 gr
sebelum ekstraksi
Bobot kertas saring+sampel (oven 1050C): 1,0629 gr
setelah ekstraksi
Kadar Ekstraksi Eter : 4,01 %
Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK) : 6,15 %
Kadar lemak kasar = 1,0870−1,0629
0,7005X 100%
= 3,44 %
Kadar Ekstraksi Eter (dalam BK) = 100
65,22%X 4,01%
= 6,15 %
6.Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
Kadar ETN (%BK) =100% - (% Abu+ %SK + %PK + %LK)
=100% - (7,94% + 29,2% + 10,99% +6,15%)
= 45,72 %