Borang Porto
-
Upload
ithaimoet12 -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
Transcript of Borang Porto
BERKAS PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : Frita Dwi LuhuriaNo. ID dan Nama Wahana : RSUD Arga Makmur Bengkulu UtaraTopik : Kasus Medikolegal - Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)Tanggal (kasus) : 12 Maret 2014Nama Pasien : Ny. DS No. RM : 090947Tanggal Presentasi : No. dan Nama Pendamping : dr. Chadija AdnanTempat Presentasi : Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan PustakaDiagnostik Manajemen Masalah IstimewaNeonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia BumilDeskripsi :Perempuan, 35 tahun datang dengan keluhan kepala pusing dan bahu terasa nyeri
Sebelumnya pasien bertengkar dengan suaminya hanya karena pasien bertanya
kenapa suaminya pulang terlambat, suaminya tiba- tiba marah dan memegang
lengan kiri pasien dengan kuat lalu mendorong pasien hingga terjatuh dan bahu
kanan pasien terbentur ke meja. Kepala pasien terbentur ke dinding dan kaki
kanannya ditendang.
Tujuan : Untuk mengidentifikasi prilaku KDRT Menilai jenis trauma dan mendeskripsikannya Mengetahui aspek medikolegal dalam KDRT Memahami peran dokter dalam pembuatan visum et repertum Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien Nama : Ny. DS No. register : 090947Nama RS : RSUD Arga Makmur Bengkulu Utara
Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi1. Diagnosis/gambaran klinis :
Laki-laki, 37 tahun datang dengan keluhan kepala pusing dan bahu terasa nyeri sejak
1 hari yang lalu. Kepala rasa berputar dan bahu kanan dan kiri terasa nyeri terutama bila
digerakkan. Sebelumnya pasien bertengkar dengan suaminya hanya karena pasien bertanya
kenapa suaminya pulang terlambat, suaminya tiba- tiba marah dan memegang lengan kiri
pasien dengan kuat lalu mendorong pasien hingga terjatuh dan bahu kanan pasien terbentur ke
1
meja. Kepala pasien terbentur ke dinding dan kaki kanannya ditendang. Menurut pengakuan
pasien, suaminya memang sering berbuat tidak baik padanya, selalu marah- marah dan tidak
memberikan nafkah pada keluarga.
Pasien dengan kesadaran compos mentis. Dari hasil pemeriksaan fisik tampak luka
memar pada bahu kanan ukuran 6 cm x 4 cm, luka gores pada lengan atas tangan kiri panjang
8 cm pada bagian luar dan 4 cm pada legan bagian dalam. edema -/- , ROM sendi bahu
terbatas, reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-
2. Riwayat pengobatan :Belum pernah berobat dengan keluhan ini sebelumnya3. Riwayat penyakit :
Pasien tidak menderita hipertensi atau penyakit metabolik lainnya dan tidak pernah
mengalami gangguan mental atau kejiwaan
4. Riwayat keluarga :-
5. Riwayat pekerjaan : Pasien adalah seorang honorer
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisikPasien tinggal bersama suamni dan anaknya
Daftar Pustaka :
1. Dahlan,S. Petunjuk Praktikum Pembuatan Visum et Repertum. Edisi 2. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang. 2003.
2. Deklarasi PP tentang Penghapusan Kekerasan terhadap perempuan
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004. Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
4. Pemberlakuan Pedoman Pembuatan Visum et Repertum Korban Hidup dan Trauma
Related Injury Severity Score (TRISS) untuk Meningkatkan Kualitas VeR. Universitas
Indonesia, 2005.
5. Ratna Batara Munti (ed.), Advokasi Legislatif Untuk Perempuan: Sosialisasi Masalah
dan Draft Rancangan Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta: LBH
APIK, 2000
6. Konsiderans Perpres No. 65 Tahun 2005 tentang Komnas Perempuan
7. UU Perlindungan Saksi dan Korban No. 13 Tahun 2006
2
Hasil Pembelajaran :1. Dapat mengidentifikasi prilaku KDRT 2. Dapat menilai jenis trauma dan mendeskripsikannya3. Mengetahui aspek medikolegal dalam prilaku KDRT4. Memahami peran dokter dalam membuat visum et repertum
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :
1. Subjektif
Kepala pusing dan bahu terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu. Kepala rasa berputar dan bahu
kanan dan kiri terasa nyeri terutama bila digerakkan. Mual dan muntah tidak ada. Sebelumnya
pasien bertengkar dengan suaminya hanya karena pasien bertanya kenapa suaminya pulang
terlambat, suaminya tiba- tiba marah dan memegang lengan kiri pasien dengan kuat lalu
mendorong pasien hingga terjatuh dan bahu kanan pasien terbentur ke meja. Kepala pasien
terbentur ke dinding dan kaki kanannya ditendang.. Menurut pengakuan pasien, suaminya
memang sering berbuat tidak baik padanya, selalu marah- marah dan tidak memberikan nafkah
pada keluarga.
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan kesadaran compos mentis. Dari hasil pemeriksaan fisik tampak luka memar pada
bahu kanan ukuran 6 cm x 4 cm, luka gores pada lengan atas tangan kiri panjang 8 cm pada
bagian luar dan 4 cm pada legan bagian dalam. edema -/- , ROM sendi bahu terbatas, reflek
fisiologis +/+ , reflek patologis -/-
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3. Assessment
Berdasarkan hasil data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien saat itu
didiagnosis Kontusio e/r detoid dextra dan Vulnus Excoriatum e/r brachialis sinistra. Dari
anamnesis didapatkan kemungkinan cedera disebabkan oleh prilaku KDRT. UU Penghapusan
3
Kekerasan dalam Rumah Tangga No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1 (UU PKDRT) memberikan
pengertian bahwa:
“Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.”
Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC dalam menanamkan kesadaran
akan hak dan memberikan pendampingan serta perlindungan kepada korban kasus KDRT
dipengaruhi oleh lahirnya peraturan perundang-undangan di Indonesia. Lahirnya UU No. 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT, Peraturan Presiden No. 65 Tahun
2005 tentang Komisi Nasional Terhadap Perempuan, UndangUndang No. 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan peraturan perundangan lainnya yang memberikan
tugas dan fungsi kepada lembaga-lembaga yang terkoordinasi memberikan perlindungan hukum
terhadap kasus KDRT dan termasuk lembaga-lembaga sosial yang bergerak dalam perlindungan
terhadap perempuan. Bahkan dalam rencana pembentukan peraturan perundang-undangan
tersebut tidak terlepas dari peran lembaga sosial.
Adapun ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh Undang-undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT. Peran dokter/ dokter
forensik dalam kasus KDRT adalah memberikan perawatan pada korban, memberi penjelasan
temuan klinis mengenai kondisi korban dan cedera yang ditimbulkan oleh pelaku baik fisik
ataupun mental ke dalam bentuk Visum et Repertum tanpa harus menjelaskan penyebabnya serta
mampu mempertanggungjawabkan hasil pemeriksaan jika sewaktu2 dipanggil sebagai saksi ahli
di pengadilan.
4. Plan
Diagnosis: Kontusio e/r detoid dextra dan Vulnus Excoriatum e/r brachialis sinistra
Pengobatan: Pengobatan pada pasien ini berupa pemberian obat analgetik dan pasien
dipulangkan setelah dilakukan pemeriksaan keseluruhan sehubungan dengan
pembuatan Visum et Repertum berdasarkan SPV yang ada.
4
Konsultasi: Belum diperlukan konsultasi dalam penanganan korban dan pembuatan VER
Pendidikan: Memberikan rasa nyaman dalam menggali informasi dari korban. Memberikan
semangat agar tidak jatuh kedalam kondisi depresi. Memberitahukan bahwa adanya undang-
undang perlindungan perempuan dan UU yang mengatur mengenai prilaku KDRT tersebut.
Memberikan saran agar menginformasikan secepatnya kepada pihak berwajib jika menerima
kembali bentuk kekerasan dalam rumahtangga.
Rujukan: Untuk saat ini belum diperlukan rujukan ke dokter spesialis bidang yang lainnya.
Arga Makmur, 20 Maret 2014
Pembimbing/ Pendamping
(dr. Chadija Adnan)
5