bismillah proposal.doc

16
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri/usaha peternakan, khususnya ternak ruminansia cukup pesat hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan bahan pangan yang berkualitas tinggi diantaranya adalah daging sapi maupun susu. Jenis ternak penghasil daging dan susu adalah sapi (potong dan perah), kerbau, kambing dan domba. Produktifitas ternak ruminansia itu sendiri salah satunya ditentukan oleh faktor pakan (ransum)-nya. Pakan utama untuk ternak ruminansia yang utama adalah hijauan . Agar ternak ruminansia seperti sapi (potong, perah), kerbau, kambing, dan domba dapat menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan pakan hijauan yang cukup baik dari segi segi kuantitas maupun kualitasnya. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10 - 15% dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan tambahan (feedsupplement) (Sirait et al., 2005). Kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman pakan hijauan ternak, karena penggunaan lahan produktif biasanya digunakan untuk tanaman bernilai ekonomis tinggi. Salah satu solusi untuk mengatasi

Transcript of bismillah proposal.doc

Page 1: bismillah proposal.doc

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri/usaha peternakan, khususnya ternak ruminansia cukup

pesat hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan bahan

pangan yang berkualitas tinggi diantaranya adalah daging sapi maupun susu. Jenis ternak

penghasil daging dan susu adalah sapi (potong dan perah), kerbau, kambing dan domba.

Produktifitas ternak ruminansia itu sendiri salah satunya ditentukan oleh faktor pakan

(ransum)-nya. Pakan utama untuk ternak ruminansia yang utama adalah hijauan . Agar

ternak ruminansia seperti sapi (potong, perah), kerbau, kambing, dan domba dapat

menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan pakan hijauan yang cukup baik dari segi

segi kuantitas maupun kualitasnya.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun

kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha

peternakan ternak ruminansia. Hal ini disebabkan hampir 90% pakan ternak ruminansia

berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10 - 15% dari berat badan,

sedangkan sisanya adalah konsentrat dan pakan tambahan (feedsupplement) (Sirait et al.,

2005). Kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang berkualitas dan berkelanjutan

adalah lahan subur atau produktif untuk penanaman pakan hijauan ternak, karena

penggunaan lahan produktif biasanya digunakan untuk tanaman bernilai ekonomis

tinggi. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemanfaatan

lahan-lahan marjinal atau kurang produktif dengan pemberian unsur hara yang

diperlukan tanaman dengan cara pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman

(Fanindi et al., 2005).

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hijauan makanan ternak

adalah penggunaan pupuk organik. Pupuk dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk kimia

dan organik. Pupuk kimia sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu pupuk kimia tunggal

dan majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya terdiri dari satu unsur hara misalnya pupuk

urea yang hanya mengandung N, sedangkan pupuk kimia majemuk sudah terdapat

beberapa unsur hara misalnya pupuk NPK yang mengandung N,P, dan K. Untuk pupuk

organik termasuk dalam pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih

dari satu unsur dan mengandung unsur mikro. Menurut Hardjowigeno (1987), hal-hal

yang perlu diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan

Page 2: bismillah proposal.doc

dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang digunakan, dosis pupuk yang

diberikan, waktu pemupukan, dan cara pemupukan.

Limbah pertanian terutama pada bidang peternakan ini menyumbang emisi tingkat

pemanasan global yang tinggi. Menurut R. Goodland dan J. Anhang (2009), limbah

bidang peternakan menyumbang emisi sebesar kurang lebih 51%, terutama pada kotoran

ternak. Menurut Van Horn et al., (1994) seekor sapi perah dewasa akan menghasilkan

urine sebanyak 20 - 25 kg per hari. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran

limbah adalah mengintegrasikan usaha tersebut dengan usaha lainnya, yaitu usaha

pembuatan pupuk organik sebagai budidaya tanaman pertanian, sehingga menjadi suatu

sistem yang saling sinergis. Urine sapi dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk

organik cair karena di dalamnya terkandung potensi yaitu unsur mikro dan makro yang

lengkap.

Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik

secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan

kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Prinsip dari

fermentasi ini adalah bahan limbah organik yang di ubah strukturnya oleh mikroba

dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu (Hannayuri, 2011).Pengolahan urine dapat

dilakukan dengan bantuan mikroorganisme. Pembuatan pupuk cair dari urine sapi ini

membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisi kimia yang baik.

Bahan tambahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, dan

tetes tebu, yang berguna untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan

rasa yang tidak disukai hama.

Salah satu tanaman yang memiliki produksi yang tinggi dan disukai oleh ternak

adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), selain memiliki produksi yang tinggi,

tumbuhan rumput Gajah juga mampu menahan erosi. Di Indonesia, rumput gajah telah

banyak digunakan oleh perusahaan peternakan, bahkan oleh peternak-peternak yang ada

di pedesaan. Akan tetapi pertumbuhan rumput gajah didaerah sekitar peternak rakyat,

pertumbuhannya kurang optimal, karena rumput hanya dibiarkan tumbuh begitu saja

tanpa adanya pemupukan. Pemupukan tanaman rumput gajah yang nantinya akan

menjadi sumber pakan untuk ternak dapat dilakukan dengan pemanfaatan limbah dari

ternak itu sendiri. Pemanfaatan limbah dalam hal ini yaitu urine yang dapat diolah

dengan penambahan starter yang nantinya akan memfermentasi urine sehingga

menghasilkan pupuk organik cair. Pupuk organik cair ini diharapkan dapat

mengoptimalkan pertumbuhan rumput gajah tersebut

Page 3: bismillah proposal.doc

B. Perumusan Masalah

1. Apakah pupuk cair dari urine sapi yang ditambahkan ampas pembuatan jamu

tradisional bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan produksi pakan ternak

yaitu rumput Gajah?.

2. Bagaimana komposisi pupuk cair dari urine sapi yang ditambahkan ampas

pembuatan jamu tradisional yang paling tepat digunakan untuk rumput Gajah?.

3. Bagaimanakah pertumbuhan rumput Gajah yang diberi pupuk cair dari urine sapi

yang ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional?.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektivan pemberian pupuk cair dari urine sapi yang

ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional pada rumput Gajah.

2. Untuk mengetahui kompisisi yang paling efektif dari pupuk cair dari urine

sapi yang ditambah ampas pembuatan jamu tradisional yang diberikan pada

rumput Gajah.

3. Untuk mengetahui pertumbuhan rumput Gajah yang diberi pupuk cair dari

urine sapi yang ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk memanfaatkan limbah ternak berupa urine sapi menjadi pupuk cair organik.

2. Untuk memanfaatkan ampas dari pembuatan jamu tradisional.

3. Mengurangi adanya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah peternakan

terutama urine sapi.

4. Untuk memanfaatkan ampas pembuatan jamu tradisional .

Page 4: bismillah proposal.doc

TINJAUAN PUSTAKA

A. Urine Sapi

Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa urine ternak dapat dijumpai

dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak. Urine dihasilkan oleh ginjal yang

merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea,

asam uric, dan creatinine hasil metabolisme protein. Urine juga berasal dari perombakan

senyawa-senyawa sulfur dan fosfat dalam tubuh.

Tabel 1. Kandungan unsur hara urine ternakSumber pukan

Kadar air

Bahan organik

N P2O5 K2O CaO

Sapi 92 4,8 1,21 0,01 1,35 1,35Kerbau 81 - 0,6 sedikit 1,61 sedikitKambing 86,3 9,3 1,47 0,05 1,96 0,16Babi 96,6 1,5 0,38 0,10 0,99 0,02Kuda 89,6 8,0 1,29 0,01 1,39 0,45

Sumber : Anonimus (1993) dalam Hartatik dan Widowati (2006)

Van Horn et al. (1994) menyatakan bahwa Sapi perah dewasa menghasilkan urine

sapi sebanyak 20 - 25 kg/hari. Lebih lanjut menurut Sihombing (2000), seekor sapi

dengan bobot badan 400 kg dapat menghasilkan urine rata-rata 15 l/hari. Persentase

kandungan bahan padat pada feses sapi lebih banyak dibandingkan dengan urinenya.

Akan tetapi kandungan zat N dan K justru lebih banyak terdapat pada urine sapi,

sedangkan kandungan zat P lebih banyak terdapat pada fesesnya karena urine sapi tidak

banyak mengandung asam fosfat (Sutejo, 1995).

B. Pupuk Organik Cair

Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun

yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah

dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau

lingkungan yang baik (Sutejo, 1995). Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang

sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,

kotoran hewan atau manusia antara lain pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos

(humus) berbentuk padat atau cair yang telah mengalami dekomposisi (Suriadikarta et

al., 2004).

Menurut Hadisuwito (2007), kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara

cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu

Page 5: bismillah proposal.doc

menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik cair, pupuk

organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering

mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk

yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

C. Rumput Gajah

Rumput gajah berasal dari Nigeria dan tersebar luas diseluruh Afrika Tropik. Rumput

gajah biasa dikembangbiakkan dengan stek batang atau pols dan mampu tumbuh baik

pada tanah ringan sampai berat. Rumput gajah dapat tumbuh pada ketinggian 0-3000 m

diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan sebesar sebesar 1000 mm atau lebih

Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar

dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter

(bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm

dan terdiri sampai 20 ruas / buku. (Reksohadiprojo, 1985).

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang

sangat responsif terhadap pemupukan berat yaitu pada dosis 40 ton pupuk

kandang/ha/tahun, 800 kg/urea/ha/tahun, 200 kg KCl/ha/tahun dan 200 kg TSP/ha/tahun

(Lugiyo dan Sumarto, 2000). Rumput gajah juga sebagai tanaman konservasi lahan,

terutama di daerah bertopografi pegunungan dan berlereng (Prasetyo, 2003) dan sumber

bioethanol (Sari, 2009).

Rumput gajah adalah tanaman tahunan, tumbuh tegak, mempunyai perakaran dalam

dan berkembang dengan rizhoma untuk membentuk rumpun. Karangan bunga

mempunyai panjang 8-30 cm dan lebar 1,5-3cm dengan warna kuning, coklat

kekuningan atau ungu. Panjang batang rumput mencapai 2-7 m dengan buku dan kelopak

berbulu. Helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5mm sedangkan lidah

daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri et

al, 1990).

D. Pertumbuhan Rumput Gajah

Rumput gajah memiliki karakter tumbuh tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman

dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang dan berbunga seperti es

lilin. Kandungan protein kasar rumput gajah menurun dengan bertambahnya umur

karena saat semakin tua rasio daun lebih kecil dari batang. Kandungan protein pada daun

rumput gajah lebih tinggi dibandingkan batang. Setiap peningkatan umur atau dilakukan

Page 6: bismillah proposal.doc

penundaan pemotongan selama sepuluh hari maka kandungan protein kasar akan

menurun sebesar 0,87% (Manauw, 2005).

Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki kondisi lingkungan pertumbuhan

tanaman yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil produksi suatu tanaman. Bahan

organik dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah juga dapat meningkatkan jumlah

dan aktifitas mikroorganisme tanah (Hsieh dah Hsieh, 1990).

Peningkatan hasil produksi tanaman dengan pemberian pupuk kandang bukan saja

karena pupuk kandang merupakan sumber hara N dan juga unsur hara lainnya untuk

pertumbuhan tanaman, selain itu pupuk kandang juga berfungsi dalam meningkatkan

daya pegang tanah terhadap pupuk yang diberikan dan meningkatkan kapasitas tukar

kation (KTK) tanah (Karama, 1990). Pemberian bahan organik pupuk kandang selain

meningkatkan kapasitas tukar kation juga dapat meningkatkan kemampuan tanah

menahan air, sehingga unsur hara yang ada dalam tanah maupun yang ditambahkan dari

luar tidak mudah larut dan hilang, unsur hara tersebut tersedia bagi tanaman. Pada tanah

yang kandungan pasirnya lebih dari 30% dan kandungan bahan organiknya tergolong

rendah dan sangat memerlukan pemberian bahan organik untuk meningkatkan produksi

dan mengefisiensikan pemupukan.

Page 7: bismillah proposal.doc

HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian pupuk organik cair dari urine sapi yang

ditambahkan ampas pembuatan jamu tradisional , dapat mengoptimalkan pertumbuhan

rumput gajah dengan dosis ampas pembuatan jamu tradisional yang tinggi

Page 8: bismillah proposal.doc

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret. Penelitian dilaksanakan selama 74 hari. Analisis kandungan pupuk

organik cair dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu botol 1 ℓ (20 buah),

blender, timbangan digital, thermometer, pH meter, timbangan, karung, plastik, pisau,

gunting, meteran, gayung, ember, sekop, cangkul, polibag ukuran 15 kg , ember, kamera

dan alat tulis menulis dan seperangkat alat untuk analisis N, P, K dan pH.

Bahan penelitian yang digunakan untuk membuat pupuk organik cair yaitu urine

sapi Peranakan Fries Holstein (PFH), ampas pembuatan jamu tradisional, molases, tanah,

rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan bahan kemikalia untuk analisis analisis N, P,

K dan pH.

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan pembuatan pupuk

Mempersiapkan alat dan bahan untuk menampung urine. Urine diperoleh dari

beberapa sapi PFH sebanyak 4 liter. Urine tersebut kemudian dicampur hingga

homogen dan ditakar dalam wadah yang berukuran 1 liter sebanyak 4 buah.

2. Pembuatan pupuk cair

Setelah persiapan semua bahan, tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan

yang merupakan homogenisasi dari semua bahan tersebut. Urine sapi yang sudah

ditampung, dicampur dengan ampas pembuatan jamu tradisional 5%, 10%, 15% dan

molases. Wadah tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama 7 hari agar terjadi

proses fermentasi. Setiap 3 hari sekali dilakukan pengocokan agar terjadi

homogenisasi kembali. Setelah 7 hari, dilakukan pengocokan kembali selama enam

jam dan kemudian dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk mengetahui

parameter yang diamati.

Page 9: bismillah proposal.doc

3. Persiapan media

Tanah digemburkan supaya homogen terlebih dahulu kemudian diisikan ke

polybag ¾ tinggi polybag dan membuat lubang kecil pada bagian bawahnya untuk

saluran pembuangan air apabila terjadi kelebihan pada saat dilakukan penyiraman.

4. Persiapan bahan stek

Stek rumput diambil dari batang yang sehat, tidak terlalu muda dan tidak

terlalu tua, minimal mengandung 2 ruas atau 3 buku, stek dipotong dengan posisi

potongan miring sekitar 45°, sehingga mudah ditanam.

5. Penataan

Dilakukan dengan jarak antar tanaman 90 x 90 cm. Stek ditanam dengan

posisi miring sekitar 45° ke arah timur, dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari

permukaan tanah atau 2 buku dibenamkan dalam tanah dan 1 buku di atas permukaan

tanah.

6. Penanaman

Rumput gajah yang sudah di stek ditanam di media yang telah disiapkan

sesuai dengan perlakuan dalam masing-masing polybag sebanyak 1 bahan tanam

7. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan cara pengocoran. Pertama mencampurkan

pupuk organik cair tersebut sebanyak 250cc/10 ltr air kemudian dikocorkan pada

pangkal batang dengan 100 cc/batang. perlakuan pada umur dua minggu setelah

penanaman dilakukan. Pengaplikasian pupuk organik cair dilakukan sebanyak 5 kali

yaitu hari ke 14, 21, 28, 35, 42 dengan konsentrasi sesuai perlakuan.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) pola searah yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan.

Perlakuan tersebut yaitu :

P0 : urine sapi + molases

P1 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 5%

P2 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 10%

P3 : urine sapi + molases + ampas pembuatan jamu tradisional 15%

Page 10: bismillah proposal.doc

1. Peubah yang diamati

a. Diameter batang

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong dan dipilih diameter

terbaik pertumbuhannya. Diameter diukur setiap 2 ruas dari batang tanaman

paling bawah.

b. Tinggi Batang

Tinggi rumput gajah diukur perminggu dengan menggunakan penggaris, untuk

mengamati pertumbuhan rumput gajah. Rumput gajah memiliki karakter tumbuh

tegak, merumpun lebat, tinggi tanaman dapat mencapai 7 m, berbatang tebal dan

keras, daun panjang dan berbunga seperti es lilin. Karena dengan penggunaan

pupuk dari kotoran sapi ini dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan

baik (Karama,1990).

c. Jumlah Daun

Kriteria daun yang dihitung untuk jumlah daun yaitu daun yang sudah terbuka

sempurna dan daun yang berada dibagian bawah atau daun yang sudah berwarna

coklat atau kering tetap dihitung.

d. Imbangan batang dan daun

Imbangan daun dan batang merupakan perbandingan antara daun dan batang yang

ditunjukan dengan banyaknya jumlah dan berat daun serta batang yang telah

dipanen dalam bentuk kering .

E. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis variansi untuk mengetahui

adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Model matematikanya

sebagai berikut :

F.

Keterangan :

Yij : nilai pengamatan pada satuan ke-i dan ulangan ke-j

µ :nilai tengah perlakuan ke-i

τi : pengaruh perlakuan ke-i

ɛij : kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 11: bismillah proposal.doc

Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan

uji kontras ortogonal menggunakan pembanding sebanyak (t-1) perlakuan atau

sama dengan derajat bebas (db) galat tersebut (Gaspersz, 1991).