Bismillah Sidang

download Bismillah Sidang

of 49

Transcript of Bismillah Sidang

PowerPoint Presentation

HUBUNGAN ANTARA TEMUAN YANG DIDAPATI PADA PEMERIKSAAN LUAR DAN DALAM JENAZAH DENGAN USIA PADA KASUS KEMATIAN MENDADAK DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT I RS SUKANTO PERIODE JANUARI 2009 JANUARI 2013BAB I PENDAHULUANBAB IITINJAUAN KEPUSTAKAANBAB IIIMETODE PENELITIANBAB VPENUTUPBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTAHUBUNGAN ANTARA TEMUAN YANG DIDAPATI PADA PEMERIKSAAN LUAR DAN DALAM JENAZAH DENGAN USIA PADA KASUS KEMATIAN MENDADAK DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT I RS SUKANTO PERIODE JANUARI 2009 JANUARI 2013SKRIPSIDiajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSarjana KedokteranANNISA RIZKI RATIH PRATIWI0910.211.170FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONALVETERANJAKARTA 2013

LATAR BELAKANGBAB I PENDAHULUANRUMUSAN MASALAHPERTANYAAN PENELITIANTUJUAN PENELITIANMANFAAT PENELITIAN

LATAR BELAKANG Kasus kasus kematian mendadak akhir-akhir ini semakin sering terjadi. Seiring dengan berkembangnya zaman makan faktor pendukung terjadinya kematian mendadak pun semakin berkembang. Wujoso (2004) menjelaskan bahwa kematian yang terjadi secara mendadak dapat ditemukan dalam segala macam kondisi. Kematian dapat terjadi pada saat orang sedang olah raga atau sedang istirahat sehabis olah raga, dapat terjadi saat sedang berpidato, rapat, diskusi, saat menonton televise, dapat pula saat sedang santai dan bergembira bersama keluarga.Menurut Idries (1997) kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit, seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi peyidik maupun masyarakat umum, khususnya bila kematian tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh masyarakat, kematian dirumah tahanan dan ditempat tempat umum, seperti hotel, cottage atau motel. Kecurigaan akan adanya unsur kriminal pada kasus kematian mendadak, terutama disebabkan masalah Tempat Kejadian Perkaranya, yaitu bukan dirumah korban atau dirumah sakit, melainkan ditempat umum. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Paktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Binarupa Aksara.Wujoso, Hari. 2000. Pola Penyakit Penyebab Kematian Medadak Di Laboratorium Ilmu Kedokteran Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran UNS Tahun 1990-1998. Surakarta : Universitas Gadjah Mada. Tesis.

LATAR BELAKANG Berdasarkan buku Ilmu Kedokteran Forensik FK UI (1997) dijelaskan bahwa pengertian kematian mendadak sebenarnya berasal dari kata sudden unexpected natural death yang didalamnya terkandung kriteria penyebab natural (alamiah, wajar). Didalam bukunya Cyril John Polson (1973) yang berjudul The Essentials of Forensic Medicine jilid ketiga didapati bahwa dari kasus kematian mendadak yang diselidiki oleh ahli patologi forensik didapati dalam pemeriksaan sekitar 75% jumlah total akan penyebab dari kematian adalah akibat penyebab kematian alami. Untuk penyebab kematian yang tidak wajar banyak menghasilkan beberapa perubahan, dan sedikit yang dapat diakui dengan mata telanjang pada pemeriksaan post mortem. Cyril John Polson. (1973) The Essentials of Forensic Medicine and Toxycology. 3rd ed. English Universities Press, pp 1955 561Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Paktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Binarupa Aksara.

LATAR BELAKANG Hakim (2010) menjelaskan bahwa penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak pada tahun-tahun terakhir ini. Usia terbanyak yang mengalami penyakit tersebut adalah 33-55 tahun. Di Indonesia, seperti dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit tersebut meningkat 5.9% (1975) menjadi 9,1 % (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995). Oleh itu sangat penting untuk kita ketahui bagaimana keadaan kondisi tubuh seseorang yang mengalami kematian mendadak dengan pemeriksaan lebih lanjut agar kecurigaan akan sebab penyebab kematian dapat terungkap. Salah satu caranya adalah melihat temuan-temuan apa saja yang terdapat pada tubuh korban kasus kematian mendadak dengan cara autopsi.

Menurut buku Teknik Autopsi Forensik FK UI (2000) Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Jika pada pemeriksaan ditemukan beberapa jenis kelainan bersama sama, maka dilakukan penentuan kelainan mana yang merupakan penyebab kematian, serta apakah kelainan yang lain turut mempunyai andil dalam terjadinya kematian tersebut.RUMUSAN MASALAHPrevalensi kematian mendadak yang terjadi pada setiap korban berbeda-beda sesuai dengan kelompok usia korban masing masing. Penelitian untuk meneliti Hubungan antara usia dengan hasil temuan yang didapati pada tubuh korban melalui pemeriksaan luar dan dalam tubuh jenazah pada kasus kematian mendadak masih belum memadai padahal pemahaman akan sebab-sebab dan faktor resiko pada kelompok ini sangat penting. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah Hubungan antara temuan yang didapati pada tubuh korban melalui pemeriksaan luar dan dalam jenazah dengan usia pada Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto Januari 2009 sampai dengan Januari 2013 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAANMATI MENDADAKKematian menurut Budiyanto (1997) adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Sedangkan Idries (1997 ) menyatakan mendadak merupakan kata yang berkaitan dengan waktu yang cepat atau seketika terhadap munculnya suatu kejadian atau peristiwa. Mendadak kaitannya dengan kematian dapat bersifat mutlak ataupun relatif. Dilihat dari perjalanan waktu kata mendadak dapat diartikan seketika, saat itu juga. World Health Organization (2001) kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Dari uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kematian mendadak adalah suatu kematian yang tidak terduga, bukan akibat trauma ataupun akibat dari tindakan sendiri yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian kematian disini adalah akibat adaya penyakit dengan gejala yang tidak jelas atau gejala yang muncul tiba-tiba atau mendadak sehingga menyebabkan kehilangan nyawa dari pasien atau kematian mendadak. Hal ini pun dapat terjadi mulai dari hitungan menit (very sudden death) sampai dengan jam dengan batasan waktu kurang dari 24 jam (sudden death).

Budiyanto, Arif. et.al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Paktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Binarupa Aksara.World Health Organization. 2001. International Classification of Functioning, Disability and Health.Geneva: World Health Organization.

Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak, serta kecenderungan kematian mendadak pada laki-laki lebih besar, dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause.

Menurut Idries (1997) penyebab mati mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistim susunan saraf pusat, sistim kardiovaskular, sistim pernafasan, sistim gastrointestinal, sistim dan sistim urogenital. Dari sistem-sistem tersebut, yang paling banyak menjadi penyebab kematian adalah sistem kardiovaskular, dalam hal ini penyakit jantung. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).

Didalam bukunya Gonzales TA at al.(1954) yang berjudul Legal Medicine. Pathology and toxicology dituliskan bahwa lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar terdiri dari 3 golongan :Grup terbesar Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti dengan perdarahan yang berakibat fatal. Golongan ketigaIdries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Paktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Binarupa Aksara.Thomas A. Gonzales, Morgan Vance, Milton Helpern And Charles J. Uberger. (1954) 2 Appleton-Century-Crofts, Inc. New York. Legal medicine, pathology and toxicology. 2nd ed, 43(12),pp.770

Aspek Medikolegal Natural Sudden DeathHakim (2010) menjelaskan bahwa pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan/usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyidik (polisi), salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival) dimana sebelumnya almarhum mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death). Idries (2010) juga menuliskan pada bukunya bahwa untuk dapat menentukan sebab kematian secara pasti mutlak harus dilakukan pembedahan mayat (autopsy, otopsi), dengan atau tanpa pemeriksaan toksikologis , pemeriksaan bakteriologis dan lain sebagainya tergantung kasus yang dihadapi.Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?

Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian.

Idries A, Tjiptomarnoto Agung Legowo. 2011. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Jakarta: Sagung Seto.Hakim FA. 2010. Aspek Medikolegal kematian Mendadak Akibat Penyakit (Natural Sudden Death): http//rludifkujani.wordpress.com/aspek - medikolegal kematian mendadak akibat penyakit natural sudden - deathTata Pemeriksaan Jenazah Pemeriksaan Luar Kerangka Konsep Penelitian

VARIABEL INDEPENDENTVARIABEL DEPENDENTHipotesis BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANkorban meninggal akibat mati mendadak yang disebabkan oleh penyakit, usia yang diketahui ,pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam / autopsy dalam visum et repertumkorban meninggal mendadak yang penyebab kematiannya bukan akibat penyakit, usia korban yang tidak diketahui, tidak terdapat pemeriksaan luar dan tidak terdapat pemeriksaan dalam atau otopsi dalam visum et repertum Kriteria inklusiKriteria eksklusiVariabel DefinisiCara UkurAlat UkurHasil UkurSkalaGambaran pemeriksaan luar Lokasi lukaLokasi tempat ditemukan adanya perlukaan diseluruh bagian tubuhVisum et repertumCheck List0 = tidak ada1= ada Nominal Lebam mayatSalah satu tanda kematian yang terjadi akibat pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada bagian tubuh yang terendah akibat daya gravitasi. Visum et repertum Check list = tidak ada= adaNominalSianosisSalah satu tanda khusus berupa kebiruan di kulit dan membrane mukosa0 = tidak ada1 = adaNominal Kaku mayatSalah satu tanda kematian akibat perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut ototmenyebabkan hilangnya ATPVisum et repertumCheck list= tidak ada1 = adaNominal Gambaran pemeriksaan dalamTemuan pada hasil pemeriksaan dalam jenazahHasil yang didapati pada pemeriksaan dalam jenazah berupa adanya bintik perdarahan pada jantung dan paru, pembendungan paru dan pelebaran a.coronaria jantungVisum et RepertumCheck List0 = lengkap1 = tidak lengkapNominalUsia Pengukuran waktu yang berlangsung sejak seseorang dilahirkan Visum et repertum Check list 0 = 17- 50 tahun : orang muda dan dewasa= > 50 tahun : orang tuaOrdinal Alur PenelitianANALISIS DATA(f0 - f) 2X2 = f

Df = (k-1) (b-1)

Rumus Chi Square (X2)

Keterangan : X2 : Chi Square (Kai kuadrat) fo: nilai observasif: nilai harapanDf: Degree of freedom (derajat kebebasan)k: jumlah kolomb : jumlah barisKeputusan uji Chisquare , Ho ditolak apabila p < (0,05) artinya ada hubungan antara variabel yang diperoleh dengan variabel independent , Ho gagal ditolak / diterima apabila p > (0,05) artinya tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independent.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS UNIVARIAT Deskripsi Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Usia Korban (Tahun)FrekuensiPersentase (%)17-49 Tahun3081,1> 50 718,9Jumlah 37100 Deskripsi Jenis Kelamin Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Jenis KelaminFrekuensiPersentase (%)Laki-laki2978,4Perempuan 821,6Jumlah 37100 Deskripsi Tanda Kaku Mayat Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Kaku MayatFrekuensiPersentaseTidak ada1027Ada2773Total37100 Deskripsi Tanda Lebam Mayat Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Lebam MayatFrekuensiPersentase (%)Tidak ada821,6Ada2978,4Total37100 Deskripsi Tanda Sianosis Pada Tubuh Mayat Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Sianosis MayatFrekuensiPersentase (%)Tidak ada1437,8Ada2362,2Jumlah 37100 Deskripsi Tanda Sianosis Pada Tubuh Mayat Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Sianosis MayatFrekuensiPersentase (%)Tidak ada1437,8Ada2362,2Jumlah 37100 Deskripsi Lokasi Luka Pada Tubuh Mayat Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Lokasi LukaFrekuensiPersentase (%)tidak ada2978,4Kepala25,4ekstr.atas410,8kepala dan ekstr.atas25,4Jumlah 37100 Deskripsi Temuan Pada Pemeriksaan Dalam Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

Temuan FrekuensiPersentasetidak lengkap410,8Lengkap3389,2Total37100ANALISIS BIVARIATHubungan antara Kaku Mayat Pada Tubuh Korban dengan Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Pearson Chi-Square,010a1,919Continuity Correctionb ,00011,000Likelihood Ratio ,0101,919Fisher's Exact Test1,000,626Linear-by-Linear Association ,0101,920N of Valid Cases 37a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.b. Computed only for a 2x2 tableHubungan antara Lebam Mayat Pada Tubuh Korban dengan Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Pearson Chi-Square,246a1,620Continuity Correctionb,00011,000Likelihood Ratio,2341,629Fisher's Exact Test,631,479Linear-by-Linear Association,2391,625N of Valid Cases37a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,51.b. Computed only for a 2x2 tableHubungan antara Tanda SianosisPada Tubuh Korban dengan Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Pearson Chi-Square,092a1,761Continuity Correctionb,00011,000Likelihood Ratio,0911,762Fisher's Exact Test1,000,541Linear-by-Linear Association,0901,764N of Valid Cases37a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,65.b. Computed only for a 2x2 tableHubungan antara Lokasi Luka Pada Tubuh Korban dengan Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Pearson Chi-Square1,097a1,295Continuity Correctionb,3301,565Likelihood Ratio1,0241,312Fisher's Exact Test,360,273Linear-by-Linear Association1,0671,302N of Valid Cases37a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,89.Hubungan antara Temuan pada Pemeriksaan Dalam Jenazah dengan Usia Korban Kasus Kematian Mendadak di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto periode Januari 2009 sampai dengan Januari 2013ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)Pearson Chi-Square1,046a1,306Continuity Correctionb,1201,729Likelihood Ratio1,7881,181Fisher's Exact Test,570,415Linear-by-Linear Association1,0181,313N of Valid Cases37a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .76.b. Computed only for a 2x2 tablePEMBAHASANIni dapat terjadi akibat kematian yang terjadi pada korban bukan diakibatkan oleh karena luka tersebut tetapi lebih dikarenakan akibat penyakit yang dialami oleh korban itu sendiri terbukti dengan banyaknya kasus kematian mendadak yang didapati pada saat korban dalam keadaan istirahat di atas tempat tidur ataupun pada saat korban dalam keadaan beraktivitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa temuan adanya lokasi luka pada tubuh korban tidak dipengaruhi oleh usia dari korban tersebut.

KETERBATASAN PENELITIANKeterbatasan pada penelitian ini adalah sedikitnya kepustakaan bagi peneliti untuk mendapatkan literatur dan informasi selain itu juga peneliti kurang mendapatkan data dari hasil Visum et Repertum dikarenakan banyaknya Visum et Repertum yang didapati tidak dilengkapi dengan pemeriksaan dalam jenazah akibat masih tingginya tingkat penolakan dari keluarga korban untuk korban tersebut dilakukan pemeriksaan pada bagian dalam tubuh korban tersebut sehingga hasil yang dapat diteliti oleh peneliti menjadi terbatas.

BAB VPENUTUP KESIMPULANSARAN TERIMA KASIH