faringitis proposal.doc
Transcript of faringitis proposal.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring
atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari
infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari influenza
(rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007). Faringitis akut adalah infeksi
pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya
nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar
getah bening leher dan malaise (1) Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang disebabkan oleh virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma,
iritan, dan lain-lain. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Setiap
tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena
faringitis. Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3−5 kali
infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya faringitis lebih
sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15−30% kasus faringitis pada anak-
anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa. Biasanya terjadi
pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi Streptococcus ß hemolyticus
group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari tiga tahun.
Faktor risiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya
daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan
yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok dan seseorang
yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam.
Mengingat banyaknya penderita gastroenteritis di Indonesia dan masih
sedikitnya informasi mengenai karakteristik penderita faringitis di Indonesia,
sehingga mendorong saya untuk meneliti karakteristik penderita faringitis pada
salah satu puskesmas di makassar yaitu puskesmas Tamalanrea Jaya.
.B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimanakah karakteristik penderita
faringitis di puskesmas Tamalanrea Jaya periode Januari 2015-Juni 2015.
. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Mengetahui karakteristik penderita faringitis di puskesmas tamalanrea jaya
yang berkunjung pada bulan Januari - Juni tahun 2015.
2. Tujuan Khusus:
a) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis
berdasarkan usia di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan Januari-Juni 2015
b) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis
berdasarkan jenis kelamin di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan Januari-Juni
2015
c) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis
berdasarkan gejala/keluhan penyakit di puskesmas tamalanrea jaya pada bulan
Januari-Juni 2015
d) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita gastroenteritis
berdasarkan cara perawatan di puskesmas batua pada bulan Juli - Desember 2014
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat;
1. Bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian.
2. Sebagai bahan penyuluhan kesehatan, terutama terkait faringitis
bagi masyarakat umum.
3. Sebagai sumber data bagi puskesmas faringitis mengenai
karakteristik penderita faringitis tahun 2015.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang
sama atau terkait.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa
faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya
merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut
atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.
(1)
B. Epidemiologi
Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang dewasa
umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada saluran
pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada
populasi anak-anak. Kira-kira 15−30% kasus faringitis
2
pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang
dewasa. Biasanya terjadi pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi
Streptococcus ß hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-
anak kurang dari tiga tahun 4,5)
C. Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh
virus (40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
- Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,
Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.
- Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia,
Corynebacterium diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria
gonorrhoeae.
- Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita
imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang
merangsang sering merupakan faktor pencetus atau yang memperberat
D. Gejala Klinis
Pada anak-anak, gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun, kemudian
timbul tinja cair, dapat disertai darah atau lendir, warna tinja berubah
3
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan sekitarnya
menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibat banyaknya asam laktat
yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila
penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala
dehidrasi yaitu berat badan menurun pada bayi, ubun-ubun besar dan
cekung, tonus dan turgor otot kulit berkurang, selaput lender mulut dan
bibir menjadi kering.(2,5)
Pada orang dewasa, akan timbul diare dan muntah-muntah. Orang
yang terkena mungkin juga terkadang sakit kepala, demam, dan abdominal
cramps (“sakit perut”), serta nyeri otot. Secara umum, gejala akan mulai
setelah 1 sampai 2 minggu setelah terkena virus penyebab Gastroenteritis
dan dapat berlangsung selama 1 sampai 10 hari, tergantung pada virus
yang menyebabkan penyakit. Kemudian bisa disusul dengan kehabisan
cairan dalam tubuh.(6,7)
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Dehidrasi Berat
(kehilangan cairan > 10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut:
Kondisi umum lemah, letargis/tidak sadar
Ubun-ubun besar, mata sangat cekung
Malas minum/tidak dapat minum
Cubitan perut kembali sangat lambat (≥2 detik)
Dehidrasi Ringan-Sedang
(kehilagan cairan 5-10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut:
Rewel, gelisah cengeng
Ubun-ubun besar, mata sedikit cekung
Tampak kehausan, minum lahap
Cubitan perut, kembali lambat
Tanpa Dehidrasi Tidak ada cukup tanda untuk diklasifikasikan ke dua
4
(kehilangan cairan < 5% berat badan)
kriteria di atas
Tabel 1. Klasifikasi Diare
E. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya ada lima pilar tata laksana diare menurut WHO:
1. Rehidrasi(8,9)
- Diare akut dehidrasi berat
Rehidrasi intravena, 100cc/KgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat. Jika tidak ada, gunakan salin normal dengan
ketentuan berikut:
Pertama, berikan
30cc/KgBB dalam:
Selanjutnya, 70
cc/KgBB dalam:
Umur < 12 bulan 1 jam 5 jam
Umur ≥ 12 bulan 30 menit 2 1/2 jam
Tabel 2. Lama Pemberian Berdasarkan Umur
Diikuti rehidrasi oral jika sudah dapat minum, dimulai 5
cc/KgBB/jam selama proses rehidrasi;
Periksa kembali status hidrasi anak setiap 15-30 menit,
klasifikasikan ulang derajat dehidrasi setelah 3 jam (untuk
anak) atau 6 jam (untuk bayi). Tatalaksanaan selanjutnya
diberikan sesuai derajat dehidrasi tersebut;
Jika tidak ada fasilitas intravena, pasang pipa nasogastric dan
beri 20cc/KgBB/jam selama 6 jam atau rujuk segera ke rumah
sakit.
5
- Diare akut dehidrasi ringan-sedang
Pasien dipantau di puskesmas/rumah sakit;
Berikan larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75
cc/KgBB, ajarkan ibu memberi oralit sedikit-sedikit tapi sering
dengan sendok teh, cangkir, mangkok, atau gelas. Bila anak
muntah tunggu 10 menit, lalu lanjutkan dengan lebih lambat;
Lanjutkan pemberian ASI;
Periksa kembali dan klasifikasikan ulang setelah 3 jam.
- Diare akut tanpa dehidrasi
Dapat dilakukan terapi rawat jalan.
Berikan cairan tambahan, seperti ASI yang lebih sering dan
lama. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan oralit,
air matang, atau cairna makanan (kuah sayur, air tajin). Pada
kasus diare dengan dehidrasi, berikan 6 bungkus oralit (@200
cc), berikan 100 cc tiap BAB.
2. Dukungan Nutrisi(8,9,10)
Beri makanan segera setelah anak dapat makan secara bertahap.
Lanjutkan pemberian makanan atau ASI dengan pola sedikit tapi
sering (sekitar 6 kali/hari).
3. Antibiotik(8,9,10)
- Kolera: Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau
kotrimoksazol dengan dosis awal 2x3 tablet, kemudian 2x2 tablet
selama 6 hari atau kloramfenikol 4x500 mg/hari, selama 7 hari atau
golongan fluoroquinolon.
6
- S. aureus: kloramfenikol 4x500 mg/hari
- Salmonellosis: Ampisilin 4x1 g/hari atau kotrimoksazol 2x2 tablet
atau golongan fluoroquinolon seperti siprofloksasin 2x500mg
selama 3-5 hari.
- Shigellosis: Ampisilin 4x1 g/hari selama 5 hari atau kloramfenikol
4x500 mg/hari selama 5 hari.
- Helicobacter jejuni: Injeksi Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/hari
selama 7 hari.
- Amubiasis: Metronidazol 4x500 mg/hari selama 3 hari atau
tinidazol dosis tunggal 2 g/hari selama 3 hari atau tetrasiklin 4x500
mg/hari selama 10 hari.
- Giardiasis: Chloroquin 3x100 mghari selama 5 hari atau
metronidazole 3x250 mg/hari selama 7 hari.
- Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/hari selama 10 hari
- Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari
- Virus: simptomatik dan suportif
4. Zink(8,9,10)
Beri tablet zink selama 10-14 hari, yaitu 1/2 tablet (10 mg)/hari
untuk anak usia < 6 bulan dan 1 tablet (20 mg)/hari untuk anak usia ≥
6 bulan. Zink bermanfaat untuk menurunkan frekuensi BAB dan
memperbaiki volume tinja, mengurangi lama diare, serta menurunkan
kejadian diare pada bulan-bulan berikutnya.
5. Edukasi pada orang tua(8,9)
7
Edukasi kapan harus kembali (jika keadaan anak memburuk, tidak
dapat/malas minum, timbul demam, timbul darah dalam tinja, tidak
membaik setelah 5 hari).
F. Komplikasi
Dehidrasi, gangguan elektrolit, penurunan berat badan, gagal tumbuh,
serta diare yang lebih berat dan sering terjadi.(8)
8
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFENISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
B. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
9
EtiologiVirus
Bakteri
Parasit
Gejala dan tandaDemamDiareMuntahDehidrasi
DiagnosisAnamnesisPemeriksaan fisikPemeriksaan penunjang
Kultur tinja
Gastroenteritis
Terapi sesuai etiologiRehidrasi
Dukungan Nutrisi
Antibiotik
Zink
Edukasi
Follow up
Usia
Jenis kelamin
Keluhan/Gejala utama
Gastroenteritis
Cara Perawatan
C. Defenisi Operasional
1. Gastroenteritis akut
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya
peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi
dengan gejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi dan diare. Diare
adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa
darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara men-dadak
pada orang yang sebelumnya sehat.(1)
2. Usia
Selisih antara tanggal kunjungan pasien dengan tanggal lahir,
tertulis pada catatan medik, dan dikategorikan dalam kriteria obyektif
sebagai berikut:
1. 0 - 4 tahun
2. 5 - 9 tahun
3. 10-19 tahun
4. 20-44 tahun
5. ≥ 45 tahun
3. Jenis Kelamin
Ciri-ciri seksual individu yang dinilai berdasarkan tampilan fisik,
tertulis dalam catatan medik dan dikategorikan dalam kriteria obyektif
sebagai berikut:
10
1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Keluhan Utama/Gejala Klinis
Keluhan utama yaitu gejala penyakit yang mengarah pada diagnosa
gastroenteritis akut, yang diungkapkan oleh penderita dan membuat
dirinya berkunjung untuk mendapatkan pengobatan dan yang
didapatkan oleh dokter, serta tertulis dalam catatan medik.
5. Cara Perawatan
Rawat jalan atau rawat inap yang diberikan kepada penderita yang
disesuaikan oleh penilaian gejala oleh dokter.
11
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif.
Pengambilan sampel penelitian dan pengolahan data dilakukan dengan
pendekatan waktu sebagaimana penelitian dengan desain cross sectional.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Batua. Penelitian dilaksanakan
pada tanggal 30 Maret – 11 April 2015.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah catatan medik pasien yang terdaftar di
Puskesmas Batua.
D. Besar Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua penderita gastroenteritis yang
tercatat di rekam medis di Puskesmas Batua.
E. Cara Pengambilan Sampel
Sampel berasal dari data sekunder yang diambil dari catatan medik, bagian
rekam medik Puskesmas Batua.
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi:
12
1. Catatan medik pasien yang terdiagnosis gastroenteritis pada bulan
Juli - Desember 2014.
2. Catatan medik yang lengkap
Kriteria eksklusi:
1. Catatan medik yang tidak jelas terbaca
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Maret – 11 April 2015
dengan mengambil data sekunder dari penderita gastroenteritis pada bulan
Juli hingga Desember 2014 yang tercatat dalam rekam medis di
Puskesmas Batua. Dari penelitian ini diperoleh 122 catatan medik pasien
sebagai populasi penelitian. Setelah dilakukan seleksi sesuai kriteria
eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya, seluruh catatan medik yang
terkumpul telah terisi lengkap dan memberikan informasi mengenai
seluruh variabel yang diteliti. Namun sebanyak delapan catatan medik sulit
terbaca dikarenakan usia catatan medik dan tinta pena yang digunakan
oleh dokter terlihat pudar.
Akhirnya didapatkan 114 sampel penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, yang kemudian dilakukan input data, dengan hasil
sebagai berikut:
1. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan usia
Gambar 3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan usia
14
Gambar 3. menunjukkan gastroenteritis paling sering terjadi pada
usia 0 sampai dengan 4 tahun, dimana terjadi pada 55 sampel atau
48,24% penderita gastroenteritis pada penelitian ini. Risiko terjadinya
gastroenteritis cenderung menurun seiring peningkatan usia.
2. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin
Pada penelitian kali ini, didapatkan bahwa gastroenteritis lebih
banyak terjadi pada laki-laki, yaitu sebanyak 68 sampel atau 59,64%
penderita gastroenteritis pada penelitian ini.
3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan utama/gejala klinis
Gejala/Keluhan Jumlah Penderita Presentase (n=114)
Diare 114 100%
Mual, Muntah 77 67%
Demam 61 53%
Lemah, Lesu 22 19%
Nyeri Perut 18 15%
Tabel 3. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan keluhan/gejala
Sebagaimana terlihat pada Tabel 3, 114 sampel atau 100% penderita
gastroenteritis menderita diare, diikuti mual dan muntah, demam, lemah atau
lesu dan nyeri perut.
15
40,35%
59,65%
4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan cara perawatan
Cara Perawatan Jumlah Penderita Presentase (n=114)
Rawat Jalan 92 81%
Rawat Inap 22 19%
Tabel 4. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan cara perawatan
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa 92 sampel atau 81% dilakukan
dengan rawat jalan, sedangkan 22 sampel atau 19% dilakukan dengan rawat
inap.
B. Pembahasan
1. Sosiodemografi Penderita Gastroenteritis (Umur dan Jenis
Kelamin)
Data epidemiologi yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian
mengenai gatroenteritis menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan pasien di rawat
inap.(3) Di Indonesia, angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya.(2)
Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat
pendidikan, prevalensi diare karena infeksi berkurang. Data dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan
bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria, Escherichia coli,
dan Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian atas
kebersihan dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah
sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi masih
16
menduduki peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa
yang datang berobat ke rumah sakit.(4,5)
Di Amerika, gastroenteritis bakteri adalah masalah yang sangat
umum untuk mendapatkan perawatan, baik secara umum maupun
kegawat daruratan, terutama untuk anak-anak dibawah 5 tahun. Dari
anak-anak yang berobat, 5% menderita diare dan 10% menerima rawat
inap. Sedangkan gastroenteritis pada orang dewasa jarang dilaporkan.
Tetapi beberapa penelitian mendapatkan setiap tahun, gastroenteritis
pada orang dewasa menyumbang 8 juta kunjungan dokter dan 250.000
mendapatkan rawat inap. (11)
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa penderita gastroenteritis
tertinggi terjadi pada usia 0 hingga 4 tahun dan menurun sesuai
peningkatan usia. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Derval dkk
di Irlandia, menunjukkan hasil yang sama yaitu penderita
gastroenteritis tertinggi pada anak-anak dibawah 5 tahun dan menurun
sesuai dengan peningkatan usia.(12)
Penelitian yang dilakukan Gillian dkk di Australia mendapatkan
bahwa perbandingan penderita gastroenteritis antara laki-laki dan
perempuan adalah 45% dan 55%. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Mughini dkk mendapatkan bahwa perbandingan antara
laki-laki dan perempuan adalah 52% dan 48%. Dalam penelitian ini
didapatkan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 59,65% dan
40,35%.(13,14)
2. Diagnosis dan Cara Perawatan
17
Pada anak-anak, 40% kasus adalah idiopatik, sedang agen viral
menyebabkan 30-40% gastroenteritis, diantaranya rotavirus, enteric
adenovirus, Norwalk like viruses, astrovirus. Bakteri dan parasit juga
penyebab yang signifikan dari penyakit diare pada anak-anak.
Dua tipe dasar diare infeksi akut adalah tipe non-inflamasi dan
inflamasi.(2,5)
Enteropatogen dapat menimbulkan diare non-inflamasi melalui
produksi enterotoxin oleh beberapa mekanisme invasif, penghancuran
permukaan (fili) sel oleh virus, perlekatan (adherence) oleh parasit,
perlekatan (adherence) oleh bakteri. Sedangkan diare inflamasi
biasanya disebabkan oleh invasi intestinal secara langsung atau
produksi sitotoksin. Namun ada beberapa enteropatogen memiliki
lebih dari satu sifat virulensi yang artinya dapat menginfeksi melalui
berbagai macam cara.(2,5)
Pada anak-anak, gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun,
kemudian timbul tinja cair, dapat disertai darah atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu, anus dan
sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam akibat banyaknya
asam laktat yang terbentuk dari pemecahan laktosa yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan
elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi yaitu berat badan menurun pada
18
bayi, ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor otot kulit
berkurang, selaput lender mulut dan bibir menjadi kering.(2,5)
Pada orang dewasa, akan timbul diare dan muntah-muntah.
Orang yang terkena mungkin juga terkadang sakit kepala, demam, dan
abdominal cramps (“sakit perut”), serta nyeri otot. Secara umum,
gejala akan mulai setelah 1 sampai 2 minggu setelah terkena virus
penyebab Gastroenteritis dan dapat berlangsung selama 1 sampai 10
hari, tergantung pada virus yang menyebabkan penyakit. Kemudian
bisa disusul dengan kehabisan cairan dalam tubuh.(6,7)
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang sama dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Gillian dkk di Australia yang
mendapatkan bahwa diare merupakan gejala yang muncul paling
sering pada penderita gastroenteritis. Pada penelitian ini didapatkan
bahwa diare terjadi pada semua sampel atau 100%, kemudian diikuti
mual atau muntah dengan 67%, demam dengan 53%, lemah atau lesu
dengan 19% dan nyeri perut dengan 15%. Pada penelitian yang
dilakukan Gillian dkk, mendapatkan gejala diare dengan 85%,
kemudian nafsu makan menurun dengan 66%, mual atau muntah
dengan 58% dan yang lainnya.(13)
Penelitian ini didapatkan bahwa rawat inap hanya 19% dari
sampel yang ada. Berbeda jika dibandingkan beberapa penelitian yang
mengatakan bahwa sebagian besar penderita gastroenteritis
mendapatkan rawat inap. Hal ini terjadi karena keterbatasan tempat
rawat inap.
19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sesuai dengan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
penderita gastroenteritis di puskesmas batua periode Juli sampai Desember
2014;
1. Tercatat paling banyak terjadi pada rentang usia 0 sampai 4 tahun
yaitu sebanyak 48,24% kasus.
2. Tercatat perbandingan laki-laki dengan perempuan yaitu 59,65% :
40,35%.
3. Tercatat diare terjadi pada 100% kasus, 67% mengeluhkan mual atau
muntah, 53% mengeluhkan demam, 19% mengeluhkan lesu atau
lemah dan 15% mengeluhkan nyeri perut.
4. Tercatat 81% menerima rawat jalan dan 19% menerima rawat inap.
B. Saran
1. Diperlukan pendidikan sejak dini bagi anak-anak usia dini atau
penyuluhan mengenai gastroenteritis bagi para orang tua murid,
sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya gastroenteritis pada
usia muda.
2. Diperlukan penyuluhan kesehatan yang baik dari penyedia-penyedia
layanan kesehatan, seperti dokter keluarga, puskesmas, maupun
rumah sakit, terkait gastroenteritis, yang masih menjadi penyakit
yang banyak terjadi di masyarakat.20
DAFTAR PUSTAKA
1. Noerasid, H.S. Gastroenteritis (Diare) Akut. In: Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 1988. p. 47-9
2. Suraatmaja, S., 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. In: Sagung Seto, Jakarta;2007. p. 1-5, 11-12
3. Kemenkes, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Vol.2, 1,6, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. In: Text book of Gastroenterology, 4th edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams & Wiekeins Philadelphia. USA. 2003.
5. Levine, adam. 2008. Pediatric Gastroenteritis. (on-line) http://emedicine.medscape.com/emergency_medicine [17 maret 2015].
6. Simadibrata M, Daldiyono. Diare Akut. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th edition. Jakarta; 2009. p.548-556
7. Thielman, N.M., dan Guerrant, R.L., 2004, Clinical Practice: Acute Infectious Diarrhea, The New England Journal of Medicine, Massachusetts Medical Society.
8. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2011.
9. World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta: WHO;2009.
10. Wyllie R. Clinical manifestations of gastrointestinal disease. In: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J. Schor N, Behrman RE. Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders;2011.
11. Lynn JB. 2014. Bacterial Gastroenteritis. (on-line) http://emedicine.medscape.com/article/176400-overview [14 April 2015]
12. Igoe D, Collins C, etc. Acute Gastroenteritis in Ireland. National Disease Surveillance Centre Ireland. Ireland;2003
13. Gillian Hall. National Gastroenteritis Survey. The National Centre for Epidemiology & Population Health. Australia;2004. p. 22-24
14. Mughini LG, Graziani C, etc. Surveillance of Acute Infectious Gastroenteritis (1992-2009). Surveillance and Outbreak Report. Italy;2012
21