Bismillah HSDx

26
BAB I STATUS PASIEN I. ANAMNESIS A. Identitas Pasien Nama : Tn. J Umur : 63 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Swasta, kuli bangunan Alamat : Jl Puspowarno Tengah IX no 8 Semarang No. CM : 115244 Ruang : Anggrek 9.3 Tanggal Masuk : 29 Juli 2015 B. Keluhan utama Benjolan di kantong pelir kanan C. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke Poli bedah umum RSUD Tugurejo Semarang pukul 10.00 WIB dengan keluhan ada benjolan di kantong pelir kanan. Benjolan dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan terdapat di lipat paha sebelah kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar bahkan sampai masuk ke kantung pelir sebelah kanan. Benjolan dapat masuk kembali apabila 1

description

hsd

Transcript of Bismillah HSDx

Page 1: Bismillah HSDx

BAB I

STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. J

Umur : 63 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta, kuli bangunan

Alamat : Jl Puspowarno Tengah IX no 8 Semarang

No. CM : 115244

Ruang : Anggrek 9.3

Tanggal Masuk : 29 Juli 2015

B. Keluhan utama

Benjolan di kantong pelir kanan

C. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poli bedah umum RSUD Tugurejo Semarang

pukul 10.00 WIB dengan keluhan ada benjolan di kantong pelir kanan.

Benjolan dirasakan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu. Awalnya

benjolan terdapat di lipat paha sebelah kanan, namun makin lama benjolan

semakin membesar bahkan sampai masuk ke kantung pelir sebelah kanan.

Benjolan dapat masuk kembali apabila didorong dengan tangan dan

muncul apabila dibuat batuk, mengejan atau angkat-angkat barang berat.

Benjolan makin lama terasa nyeri. Aktivitas sehari- hari sebagai kuli

bangunan, sering mengangkat berat. Tidak didapatkan riwayat trauma

pada daerah buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya. Tidak ada

keluhan mual, muntah dan demam. Buang air kecil dan buang air besar

seperti biasa, tidak ada keluhan.

1

Page 2: Bismillah HSDx

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan serupa : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal

Riwayat penyakit kencing manis : disangkal

Riwayat operasi disangkal : disangkal

E. Riwayat penyakit keluarga

Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang serupa.

F. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Biaya pengobatan menggunakan

BPJS NON PBI.

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15

2. Status Gizi

BB: 50 kg

TB: 160 cm

Kesan : gizi cukup

3. Tanda Vital

Tensi : 130/80mmHg

Nadi : 84x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Respiratory rate : 20x/menit

Suhu : 36,7° C (peraxiller)

4. Kulit

Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, kulit hiperemis (-)

5. Kepala

Bentuk mesochepal, rambut warna hitam

6. Mata

Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),

reflek cahaya (+/+) normal

2

Page 3: Bismillah HSDx

7. Telinga

Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi

pendengaran (-/-)

8. Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

9. Mulut

Sianosis (-), gusi berdarah (-), coated tongue (-)

Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)

10. Leher

Simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-)

11. Thoraks

Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-), pernafasan

thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke medial linea

midclavicularis sinistra.

Perkusi

Batas jantung kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Batas jantung kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Batas jantung kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra.

Batas jantung kiri bawah SIC IV linea media clavicularis sinistra.

Kesan : konfigurasi jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas normalreguler,

bising (-)

Pulmo

Depan

Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang tertinggal

Sterm fremitus kanan = kiri

3

Page 4: Bismillah HSDx

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki basah

kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)

Belakang:

Inspeksi : Simetris statis dinamis, retraksi (-)

Palpasi : Simetris, ICS melebar (-), tidak ada yang tertinggal

Sterm fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki basah

kasar(-/-), ronki basah halus (-/-)

12. Abdomen

Inspeksi : Simetris,datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, pekak sisi (-),

pekak alih (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan inguinal dekstra (+), Hepar dan lien

tidak teraba

13. Genitourinaria

Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

14. Punggung

Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebra (-)

15. Ekstremitas

Keterangan Superior Inferior

Akral dingin

Edema

Capilary refill

Kekuatan

(-/-)

(-/-)

< 2 “

555/555

(-/-)

(-/-)

< 2 “

555/555

4

Page 5: Bismillah HSDx

Status Lokalis : Scrotalis dextra

Inspeksi :

Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang.

Palpasi :

Teraba testis 2 buah, benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal,

dapat dikembalikan, tes transiluminasi (-).

Auskultasi : Bising Usus (+)

Tes Khusus : Finger test (+) teraba pada ujung jari, Zienman test (+) teraba

pada ujung jari telunjuk

III. DIAGNOSIS BANDING

Hernia Scrotalis Dextra Reponibel

Hidrokel

Varicocel

Orchitis

Tumor testis

IV. DIAGNOSIS

Hernia Scrotalis Dextra Reponibel

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Hasil Nilai Normal

Darah Rutin

Leukosit

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

Trombosit

9.33 10^3/ul

4.63 10^6/ul

14.40 gr/dl

44.00 %

398 10^3/ ul

3.8-10.6 10^3/ul

4.4-5.9 10^6/ul

13.2-17.3 gr/dl

40-52 %

150-440 10^3/ ul

Kimia Klinik

Glukosa sewaktu

Ureum

Creatinin

Kalium

Natrium

95 mg/dl

27.0

1.04

4.50

136

<125

10.0 – 50.0

0.70 – 1.10

3.5 – 5.0

135 – 145

5

Page 6: Bismillah HSDx

Chlorida

Albumin

107

3.8

95.0-105

3.2 – 5.2

Clotting Time

Bleeding Time

3 : 00

1: 00

3-5 (menit:detik)

1-3 (menit:detik)

VI. INITIAL PLAN

Hernia Scrotalis Dextra Reponibel

IP.Dx : S : Anamnesis sistem

O : -

IP.Tx : Operasi hernioraphy elektif

IP.Mx :

Monitoring keadaan umum.

Monitoring tanda vital.

Monitoring hasil pemeriksaan penunjang.

IP.Ex :

Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang

penyakit..

Memberi penjelasan mengenai tindakan yang dilakukan

VII. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanam : ad bonam

BAB II

6

Page 7: Bismillah HSDx

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI

Gambar. Anatomi Dinding Abdomen

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis

internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan

aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum

pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian

terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis

m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale. Kanalis

ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum

pada perempuan.1

7

Page 8: Bismillah HSDx

Gambar . Kanalis inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,

karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari

pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis

inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.

Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis.

Kantong hernia terletak di dalam m.kremaster, anteromedial terhadap vas

deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial

menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang

dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral

dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk

oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses

abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk

menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya

tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.

8

Page 9: Bismillah HSDx

Gambar . Bagian Dalam Regio Inguinal

II. HERNIA

A. Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia

dan muskulo aponeurotik) yang memberi jalan keluar pada alat tubuh

selain yang biasa melalui dinding tersebut. Hernia terdiri atas 3 hal :

cincin, kantong dan isi hernia.

Hernia Scrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium

melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

epigastrika inferior kemudian hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis

dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternum dan

sampai ke scrotum. 1,2

B. Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas :

1) Kongenital

Kanalis inguinalis normal pada fetus : Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi

desensus testis, yaitu masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis

inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan

terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir

akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup

pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi)

menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.

2) Acquired/ didapat

Disebabkan oleh :

Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka

Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui

kantong dan isi hernia

9

Page 10: Bismillah HSDx

Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen yang kronik

(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong

isi hernia ke annulus inguinalis internus

Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan

n.illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas :

1) Reponibel

Bila isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan

tangan.

2) Ireponibel

Bila isi kantung tidak bisa direposisi kembali. Biasanya hernia ireponibel

disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang

disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus. Bila

terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka

disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan

gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1

C. Etiologi.

Hernia scrotalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain

yang didapat (akuistik). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak

pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis

eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena

perjalanan embriologisnya di mana testis pada pria turun dari rongga abdomen

melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna

setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk

hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh

kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong

isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. 1,3,4,5

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia

inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.

10

Page 11: Bismillah HSDx

ablikus internus yangmenutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia

transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.1

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis

yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan

otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intra abdomen keluar melalui

celah tersebut, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum

disebut hernia scrotalis.1,3

Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,

mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau

konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului

hernia inguinalis.1,6

D. Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus

intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan

kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya jika otot dinding perut

berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus

inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis

inguinalis. Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian

tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia

dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar.

Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan

pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar tersebut.1,7

Bila cincin hernia sempit, kurang elastik atau lebih kaku maka akan terjadi

jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada

permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur

di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem

11

Page 12: Bismillah HSDx

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya

peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong

hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.1

E. Manifestasi klinis

Gejala dan tanda klinis banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha

sampai ke scrotum yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau

mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai,

bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa

nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus

halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,

afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau

strangulasi karena nekrosis atau gangren.

F. Diagnosis

1) Anamnesis

Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan

di lipat paha sampai ke skrotum yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin,

mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring.

Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.

Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah

epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong.

Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6

2) Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri

dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio

inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Hernia scrotalis

terjadi apabila penonjolan dari hernia inguinalis lateralis berlanjut sampai

12

Page 13: Bismillah HSDx

ke scrotum. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,

skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta

mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat

dilihat.1,2,4

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila

hernia dapat direposisi, berarti hernia scrotalis reponibel, sementara jika

tidak dapat direposisi, berarti hernia scrotalis ireponibel. Kalau kantong

hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet)

atau ovarium. Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan

dengan pemeriksaan klinis yang teliti.1,2

G. Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus

ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.

Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis. Dapat pula terjadi isi hernia

tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadistrangulasi yang menimbulkan

gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti

pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau

kaku,sering terjadi jepitan parsial. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan

gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan

vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia. Timbulnya

udem mengakibatkan jepitan semakin bertambah sehingga suplai darah

terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi

cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi

perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai

dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,

elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat

13

Page 14: Bismillah HSDx

gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh

nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang

peroitoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat

dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda

peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hernia strangulata merupakan

kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

H. Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi

dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan

kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan

mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang

tetap sampai terjadi reposisi.1

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan

vitalitas lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin

hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan

menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas

hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari

berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera. Pemakaian penyangga

hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah

menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak

dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan

sedangkan strangulasi tetap mengancam. Yang penting diperhatikan untuk

memperoleh keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan

tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk

kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain. Dan defek yang ada

direkonstruksi. Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip

dasar operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.2

Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,

14

Page 15: Bismillah HSDx

kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu

dipotong. Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.

Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal

berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis

internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat

fasiatransversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus

abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke

ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia

transversa, m. transverses abdominis, m. oblikusinternus abdominis ke

ligamentum cooper menurut McVay.1

Gambar. Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya

regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan

metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis

15

Page 16: Bismillah HSDx

yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama

dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai

apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan

anastomosis.1,2

I. Prognosis

Prognosis untuk perbaikan dengan diagnosis dan penatalaksanaan

yang tepat hernia umumnya baik. Prognosis tergantung pada jenis dan

ukuran hernia juga pada kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang

berkaitan dengan perkembangan hernia.

BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis hernia scrotalis reponible dextra didapatkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, auskultasi

serta finger test serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan maupun tindakan

operasi. Berdasarkan autoanamnesis dari Tn.J datang dengan keluhan ada

benjolan di kantong pelir kanan sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah

sakit. Benjolan berbentuk lonjong, dengan permukaan yang rata dan warna sama

seperti warna kulit sekitarnya dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.

Menurut OS ukuran benjolan berubah-ubah, jika OS sedang batuk atau mengedan,

maka benjolan akan keluar dan semakin membesar, dan bila OS sedangberbaring,

maka ukuran benjolan mengecil. OS tidak pernah mengalami trauma pada daerah

buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya.

Keluhan batuk lama disangkal pasien namun pasien sering angkat barang

berat karena bekerja sebagai kuli bangunan di mana ini akan meningkatkan

tekanan intra abdomen dan menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya

hernia. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis

hernia scrotalis reponible dextra di mana pada daerah inguinal kanan ditemukan

benjolan dari inguinal kanan ke scrotum, berbentuk lonjong di mana ini

16

Page 17: Bismillah HSDx

menandakan hernia inguinalis lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger

test teraba benjolan di ujung jari pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna kulit

di sekitarnya. Dari pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya kelainan

sehingga diagnosis hernia scrotalis dextra reponible bisa ditegakkan dan dapat

dilakukan penanganan berupa operasi hernioraphy. Prognosis pasien ini baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC

2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta : Erlangga Medical Series.

4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia

5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia.

6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health. Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm

7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515

17