bipolar I

14
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kita semua dapat merasakan senang atau gembira oleh ide-ide baru, mengejar tujuan kita dengan semangat, menginginkan berkumpul dan bersenang- senang dengan teman-teman kita dan menikmati hidup. Ada juga saat dimana kita merasa sedih atau marah ketika hal-hal di sekitar kita tidak berjalan sesuai dengan rencana kita. Bagi seseorang dengan gangguan bipolar, terutama gangguan bipolar I, emosi yang normal ini dapat berubah secara drastis, sangat senang dan kemudian sangat sedih. Mood dikendalikan bukan oleh hal-hal yang terjadi dalam kehidupan, tetapi oleh usaha mereka sendiri. Gangguan bipolar I, yang juga dikenal dengan penyakit mania-depresi, merupakan gangguan otak yang menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, apabila perubahan mood terjadi sangat berat. Tetapi gangguan bipolar dapat diterapi, dan mereka dengan gangguan ini dapat hidup produktif kembali 1,3 . Gangguan bipolar mempengaruhi lebih dari 2 juta orang dewasa di Amerika. Gangguan bipolar I dan II mempengaruhi sekitar 2% populasi. Gangguan ini terjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan, dapat ditemukan pada semua usia, ras, etnis dan sosial. Gangguan ini cenderung diturunkan secara genetik pada keluarga pada banyak kasus 2,3 . Gangguan bipolar I biasanya muncul di akhir remaja atau di awal masa dewasa. Setidaknya setengah kasus muncul sebelum usia 25 tahun. Pada beberapa orang, simtom pertama muncul semasa kanak-kanak, beberapa muncul di usia lanjut, seperti usia 40-50 tahun. Gangguan bipolar I tidak mudah dikenali di awal timbulnya simtom. Beberapa orang telah mengalami gangguan ini selama beberapa tahun sebelum didiagnosis dengan gangguan bipolar I 2,3 . Dengan pemberian terapi yang tepat, bahkan sekitar 37% pasien kembali mengalami serangan depresi atau mania dalam 1 tahun, dan sekitar 60% dalam 2

description

bipolar tipe 1

Transcript of bipolar I

Page 1: bipolar I

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kita semua dapat merasakan senang atau gembira oleh ide-ide baru,

mengejar tujuan kita dengan semangat, menginginkan berkumpul dan bersenang-

senang dengan teman-teman kita dan menikmati hidup. Ada juga saat dimana kita

merasa sedih atau marah ketika hal-hal di sekitar kita tidak berjalan sesuai dengan

rencana kita.

Bagi seseorang dengan gangguan bipolar, terutama gangguan bipolar I,

emosi yang normal ini dapat berubah secara drastis, sangat senang dan kemudian

sangat sedih. Mood dikendalikan bukan oleh hal-hal yang terjadi dalam

kehidupan, tetapi oleh usaha mereka sendiri. Gangguan bipolar I, yang juga

dikenal dengan penyakit mania-depresi, merupakan gangguan otak yang

menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada mood, energi, level aktivitas, dan

kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, apabila perubahan mood

terjadi sangat berat. Tetapi gangguan bipolar dapat diterapi, dan mereka dengan

gangguan ini dapat hidup produktif kembali1,3

.

Gangguan bipolar mempengaruhi lebih dari 2 juta orang dewasa di

Amerika. Gangguan bipolar I dan II mempengaruhi sekitar 2% populasi.

Gangguan ini terjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan, dapat ditemukan

pada semua usia, ras, etnis dan sosial. Gangguan ini cenderung diturunkan secara

genetik pada keluarga pada banyak kasus2,3

.

Gangguan bipolar I biasanya muncul di akhir remaja atau di awal masa

dewasa. Setidaknya setengah kasus muncul sebelum usia 25 tahun. Pada beberapa

orang, simtom pertama muncul semasa kanak-kanak, beberapa muncul di usia

lanjut, seperti usia 40-50 tahun. Gangguan bipolar I tidak mudah dikenali di awal

timbulnya simtom. Beberapa orang telah mengalami gangguan ini selama

beberapa tahun sebelum didiagnosis dengan gangguan bipolar I2,3

.

Dengan pemberian terapi yang tepat, bahkan sekitar 37% pasien kembali

mengalami serangan depresi atau mania dalam 1 tahun, dan sekitar 60% dalam 2

Page 2: bipolar I

2

tahun. Pada penelitian kohort STEP-BD, 58% pasien dengan gangguan bipolar

dapat pulih, tetapi 49% mengalami serangan ulangan dalam waktu 2 tahun;

serangan depresi (ditandai dengan mood yang sedih, kehilangan ketertarikan dan

lelah) terjadi 2 kali lebih banyak dari pada mania, (ditandai dengan mood yang

meningkat, grandiosity, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur)2,3

.

Pada 2009, biaya yang dikeluarkan untuk gangguan bipolar diperkirakan

sebesar US$ 151 juta. Pasien juga dapat mengalami gejala psikosis, gangguan

fungsi, kualitas hidup dan stigma dalam masyarakat. Oleh karena gangguan

bipolar ini dapat mengganggu fungsi kehidupan dan bahwa gangguan ini

sebenarnya dapat diterapi, maka ada baiknya jika kita mampu mengenal gangguan

bipolar ini sejak dini sehingga dapat diberikan terapi yang tepat pada waktu yang

tepat2.

1.2. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui defenisi, epidemiologi, etiologi, patofisiolohi, gambaran klinis,

diagnosis, diagnosis banding dan terapi gangguan bipolar I.

2. Sebagai tugas makalah yang diberikan selama menjalankan Program

Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Pembuatan Makalah

Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan mengenai

gangguan bipolar I.

Page 3: bipolar I

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Gangguan bipolar I, yang juga dikenal dengan penyakit mania-depresi,

merupakan suatu bentuk dari gangguan mental. Gangguan otak yang terjadi pada

gangguan bipolar I ini menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada mood,

energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan DSM-IV-TR, pasien dengan gangguan bipolar I, setidaknya

mengalami 1 kali episode mania dalam hidupnya. Episode mania merupakan

periode dimana terjadi peningkatan mood yang abnormal dan energi yang tinggi,

disertai dengan gangguan tingkah laku yang mengganggu hidup3,4

.

Kebanyakan mereka dengan gangguan bipolar I juga mengalami episode

depresi. Sering kali, ada perubahan siklik antara mania dan depresi. Dari sinilah

istilah mania-depresi berasal. Di antara episode mania dan depresi, banyak orang

dengan gangguan bipolar I dapat hidup normal.

2.2. Epidemiologi

The U.S. National Comorbidity Survey Replication menyatakan bahwa

gangguan bipolar I terjadi pada 1% warga dunia. Gangguan bipolar I

mempengaruhi sekitar 5.7 juta warga dewasa di Amerika, atau sekitar 2.6%

populasi Amerika yang berusia 18 tahun ke atas. Sekitar 20% pasien depresi yang

menemui dokter umum dan sekitar 40-60% pasien depresi yang menemui

psikiater memiliki bentuk gangguan bipolar I2,3

.

Rata-rata usia seseorang ketika onset gangguan bipolar I muncul adalah

17-21 tahun. NIH menyatakan bahwa onset munculnya gangguan bipolar I adalah

pada usia 25 tahun, meskipun gangguan ini juga dapat muncul pada usia 40-50

tahun. WHO sendiri menyatakan bahwa gangguan bipolar I merupakan penyebab

kematian ke-6 terbanyak pada usia 15-44 tahun. Gangguan ini terdapat pada pria

Page 4: bipolar I

4

dan wanita dengan prevalensi yang serupa. Gangguan ini juga dapat muncul pada

setiap usia, ras, etnis dan kelas sosial2,3

.

2.3. Etiologi

Penyebab gangguan bipolar I belum jelas diketahui. Faktor genetik,

neurokimia dan lingkungan mungkin berinteraksi pada banyak level untuk

memainkan peran pada onset dan progresivitas dari gangguan bipolar I ini. Teori

yang berkembang saat ini menyatakan bahwa gangguan biologis terjadi pada

bagian tertentu di otak dan terjadi akibat malfungsi dari neurotransmitter. Hal ini

menyebabkan gangguan ini dapat menetap/dorman dan dapat diaktivasi secara

spontan atau dipicu oleh stressor dalam hidup1,3,6,7

.

Meskipun tidak ada satupun yang dapat dibuktikan dengan pasti menjadi

penyebab dari gangguan bipolar I, peneliti menemukan beberapa faktor penting

yang dapat menjadi etiologi gangguan ini, yaitu: faktor genetik, neurokimia,

lingkungan dan obat-obatan1,6,7

.

Lebih dari dua per tiga mereka dengan gangguan bipolar I setidaknya

memiliki 1 saudara /relasi dekat yang juga mengalami gangguan depresi. Hal ini

menyatakan bahwa sepertinya gangguan ini dapat diturunkan secara herediter.

Seseorang dengan salah satu orang tua nya memiliki gangguan bipolar I

mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan gangguan bipolar I juga sebesar

15-25%. Seseorang yang memilki kembaran nonidentik dengan gangguan bipolar

I cenderung menderita gangguan yang sama sebesar 25%. Seseorang dengan

kembaran identik yang memiliki gangguan bipolar I cenderung akan mengalami

gangguan yang sama lebih besar, yaitu sekitar 8 kali dari kembar nonidentik1,6

.

Gangguan bipolar I awalnya merupaka gangguan biologi yang terjadi pada

area spesifik di otak dan terjadi akibat disfungsi dari suatu neurotransmitter atau

messenger yang ada di otak. Zat kimia yang mempengaruhi neurotransmitter

tersebut adalah norepineprin, serotonin, dan mungkin ada banyak lagi1,6

.

Peristiwa yang terjadi dalam hidup dapat memicu episode mood pada

mereka yang memiliki predisposisi genetik untuk gangguan bipolar I. Meskipun

tanpa faktor genetik yang jelas, pengaruh kebiasaan, alkohol dan obat-obat, serta

Page 5: bipolar I

5

masalah hormonal juga dapat memicu perubahan mood. Di antara mereka dengan

faktor risiko tertentu, gangguan bipolar I biasanya terjadi di awal usia. Hal ini

dapat saja terjadi akibat faktor sosial dan lingkungan yang belum dimengerti

dengan jelas1,6

.

Meskipun penyalahgunaan obat-obat tidak diperhitungkan menjadi

penyebab dari gangguan bipolar I, hal ini dapat memperburuk penyakit dan

mengganggu proses pemulihan. Penggunaan alkohol dan transquilizer dapat

memicu fase depresi yang lebih berat1,6

.

Obat-obat seperti antidepresan dapat memicu episode mania pada mereka

yang memiliki kecenderungan gangguan bipolar I. Oleh sebab itu, obat antimania

juga direkomendasikan untuk mencegah episode mania. Beberapa obat seperti

penahan nafsu makan dapat memicu peningkatan energi, mengurangi kebutuhan

akan tidur dan peningkatan keinginan untuk berkomunikasi. Beberapa obat yang

dapat memicu episode seperi mania adalah kokain, ekstasi dan amfetamin. Obat

nonpsikiatri seperti obat untuk mengatasi ganguan tiroid dan kortikosteriod serta

kafein berlebihan juga dapat memicu timbulnya episode mirip seperti mania1,6,7

.

2.4. Patofisiologi Gangguan Bipolar I

Terdapat beberapa penemuan yang konsisten mengenai patofisiologi

gangguan bipolar I, meskipun hal ini belum dapat dijelaskan secara pasti.

Perubahan struktur otak secara global dan perubahan pada ukuran ventrikel

terlihat jelas lewat MRI pada pasien dengan gangguan bipolar I. Pasien dengan

gangguan bipolar I yang berulang memiliki ukuran ventrikel lateralis yang lebih

besar jika dibandingkan dengan mereka yang baru saja mendapatkan serangan

pertama dan mereka yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan bipolar I

bersifat progresif dan berkontribusi terhadap perburukan jaringan otak3,6

.

Gejala klinis dari gangguan bipolar I tidak berhubungan dengan perubahan

fungsi atau struktur dari area spesifik di otak. Sebaliknya, gejala bipolar

bermanifestasi sebagai gangguan emosional, kognitif, tingkah laku, autonomik,

neuroendokrin, sistem imun dan irama sirkadian akibat gangguan interkoneksi

pada jaringan penghubung di otak. Bagian otak yang dikaitkan terganggu adalah

Page 6: bipolar I

6

prefrontal dan sistem limbik. Jaringan koneksi pertama, disebut

Automatic/Internal emotional regulatory network, yang terdiri dari iterative loop,

termasuk di dalamnya ventromedial prefrontal cortex (vmPFC), subgenual

anterior cingulate cortex, nucleus accumbens, globus pallidus, dan thalamus.

Jaringan koneksi yang lain adalah Volitional/External regulatory network, yang

terdiri dari ventrolateral prefrontal cortex (vlPFC), mid dan dorsal cingulate

cortex, ventromedial striatum, globus pallidus, dan thalamus3,6

.

vmPFC memilki banyak koneksi dengan formasio limbik dan hipotalamus.

Bersama dengan ACC dan amigdala, vmPFC akan mengatur informasi yang

berkaitan dengan proses emosi, yang berkoordinasi dengan sistem autonomik dan

endokrin yang mempengaruhi tingkah laku seseorang. Pasien mania cenderung

untuk merasakan senang berlebihan, sedangkan pasien depresi menunjukkan

gangguan homeostasis endokrin dan emosi3,6

.

Gambar 2.1. Etiopatogenesis gangguan bipolar

Berdasarkan patohistologi postmortem pasien dengan gangguan bipolar I,

didapati bahwa ketiga bentuk sel glia, yaitu astroglia, oligodendroglia dan

mikroglia berkurang jumlah dan kepadatannya. Perubahan pada glia dilaporkan

terdapat pada bagian otak pasien dengan gangguan bipolar I yang tidak ditangani.

Menariknya, satu penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan kerusakan

Page 7: bipolar I

7

sel glia yang signifikan sebesaar 29% pada pasien dengan gangguan bipolar I

yang diterapi dengan litium maupun valproate 2,3,6

.

2.5. Gambaran Klinis

Gejala klinis dari gangguan mania adalah3,4,5,7

:

- Peningkatan aktivitas dan energi baik fisik maupun mental.

- Peninggian mood, optimis berlebihan, dan penuh pecaya diri.

- Tingkah laku agresif dan iritabel berlebihan.

- Berkurangnya kebutuhan tidur tanpa mengeluhkan perasaan lelah.

- Waham grandiose/kebesaran, peningkatan rasa kepentingan dirinya

sendiri.

- Bicara cepat, pikiran cepat, dan flight of ideas ditemukan.

- Judgment buruk, distraktibilitas, dan kurang impulsive.

- Peningkatan aktivitas seksual.

- Pada beberapa kasus berat, dapat ditemukan waham dan halusinasi.

Gejala klinis dari gangguan depresi adalah3,4,5,7

:

- Perasaan sedih berlebihan atau tangisan yang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya.

- Perubahan signifikan pada pola tidur dan nafsu makan.

- Iritabel, mudah marah, cemas, gelisah dan sgitasi.

- Pesimis dan indiferen.

- Kehilangan energi dan letargi persisten.

- Nyeri dan rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan.

- Merasa bersalah, tidak berguna, dan tidak memiliki harapan.

- Tidak dapat berkonsentrasi.

- Tidak dapat merasa bahagia atau senang akan ha-hal yang menarik, dan

menarik diri dari lingkungan sosial.

- Mengkonsumsi alcohol dan zat-zat kimia secara berlebihan.

- Berpikir untuk bunuh diri dan kematian berulang-ulang.

Page 8: bipolar I

8

2.6. Diagnosis

Diagnosis gangguan bipolar I dapat ditegakkan berdasarkan PPDGJI-III

dan DSM-IV.

Kriteria diagnostik gangguan bipolar I menurut PPDGJI-III5:

- Terdapat kelainan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah

depresi (dengan atau tanpa anxietas) atau ke arah elasi (suasana perasaan

yang meningkat). Perubahan afek disertai dengan suatu perubahan pada

keseluruhan tingkat aktivitas.

- Episode mania harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan

cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan

dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

- Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga

terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan

tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan

terlalu optimistik.

- Dapat disertai dengan waham kebesaran, waham kejar, ataupun waham

lain dan halusinasi yang sesuai dengan afek tersebut.

- Untuk episode depresi, gejala utamanya adalah afek depresif, kehilangan

minat dan kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja

sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

- Gejala lainnya adalah: konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan

kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak

berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistik, gagasan atau

perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu

makan berkurang.

- Diperlukan masa setidaknya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan

tetapi periode lebih pendek daapt dibenarkan jika gejala luar biasa

beratnya dan berlangsung cepat.

Page 9: bipolar I

9

Kriteria diagnostik gangguan bipolar I menurut DSM-IV-TR:

Kriteria diagnostik untuk episode mania3,4

:

A. Periode yang jelas adanya abnormalitas dan mood yang meningkat,

ekspansi, atau iritabel menetap yang berakhir setidaknya 1 minggu (atau

durasi beberapa waktu jika pasien dirawat inap)

B. Selama periode gangguan mood, terdapat 3 atau lebih gejala di bawah ini

yang menetap (4 jika mood iritabel saja):

1. Percaya diri meningkat atau waham kebesaran

2. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur (tidur 3 jam saja sudah cukup)

3. Banyak bicara dari biasanya

4. Flight of ideas

5. Distraktibilitas (perhatian mudah dialihkan ke arah yang tidak

berhubungan)

6. Peningkatan aktivitas sosial, pekerjaan dan seksual.

7. Keterlibatan berlebih pada aktivitas yang menyenangkan tanpa

memperhatikan konsekuensi terhadap dirinya.

C. Gejala tidak cocok untuk episode campuran

D. Gangguan mood 1) cukup berat untuk menyebabkan gangguan nyata pada

fungsi pekerjaan, aktivitas sosial, hubungan dengan orang lain, 2) perlunya

rawat inap agar tidak membahayakan dirinya atau orang lain, 3) memilikki

gambaran psikosis.

E. Gejala bukan berasal dari efek obat/zat kimia tertentu atau akibat kondisi

medis tertentu.

Kriteria diagnostik untuk episode depresi mayor3,4

:

A. Lima atau lebih dari gejala di bawah ini yang muncul hampir setiap hari

dalam periode 2 minggu.

1. Mood depresi hampir setiap hari dilihat oleh orang lain

2. Berkurangnya ketertarikan terhadap semua hal dan aktivitas

3. Penurunan berat badan signifikan meski tidak dalam program diet

4. Insomnia atau hipersomnia

5. Agitasi atau retardasi psikomotor

Page 10: bipolar I

10

6. Lelah atau kehilangan energi

7. Merasa tidak berharga

8. Kehilangan konsentrasi

9. Ide untuk bunuh diri berulang

B. Gejala tidak cocok untuk episode campuran.

C. Gejala menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dll.

D. Gejala bukan berasal dari efek obat/zat kimia tertentu atau akibat kondisi

medis tertentu (hipotiroid).

E. Gejala tidak membaik jika kehilangan saudara dan menetap lebih dari 2

bulan ditandai dengan gangguan fungsi, ide bunuh diri, gejala psikosis dan

retardasi psikomotor.

2.7. Dianosis Banding3

Gangguan Kriteria gejala mania Kriteria gejala depresi

Gangguan bipolar I Riwayat episode mania

atau campuran

Episode depresi mayor

tipikal tanpa perlu

diagnosis

Gangguan bipolar II 1 atau lebih episode

hipomania, tanpa mania

atau episode campuran

Riwayat episode depresi

mayor

Gangguan depresi mayor Tidak ada riwayat mania

atau hipomania

Riwayat episode depresi

mayor

Ganguan distimik Tidak ada riwayat mania

atau hipomania

Mood depresi, setidaknya

2 tahun, tetapi tidak

cocok untuk kriteria

depresi mayor

Gangguan siklotimik Setidaknya dalam 2

tahun, sering terdapat

gejala hipomania

Banyak periode dengan

gejala depresi yang tidak

cocok dengan kriteria

depresi mayor

Gangguan bipolar tidak

spesifik

Gejala mania muncul,

tetapi tidak cocok untuk

bipolar I, bipolar II, atau

gangguan siklotimik

Tidak butuh diagnosis

Page 11: bipolar I

11

2.8. Penatalaksanaan

Terapi pada pasien dengan gangguan mood harus mencapai beberapa

sasaran. Yang pertama, keamanan pasien harus dijamin. Yang kedua, evaluasi

diagnosis secara lengkap. Yang ketiga, rencana terapi tidak hanya berpusat pada

gejala awal yang tampak, sehingga diperlukan terapi farmakoterapi dan

psikoterapi. Kita perlu mengetahui jumlah dan tingkat keparahan stressor

psikososialnya karena hal ini dapat meningkatkan kejadian berulangnya

serangan1,7

.

Pasien yang memiliki risiko untuk bunuh diri atau melukai orang lain,

serta mereka yang tidak mampu makan perlu di rawat di rumah sakit. Biasanya

pasien dengan mania akut merasa bahwa dirinya tidak sakit, sehingga

menganggap bahwa dirinya tidak perlu memakan obat, sehingga perlu dirawat di

rumah sakit1,7

.

Sasaran penanganan gangguan bipolar I berfokus pada serangan akut dan

profilaksis. Pada serangan akut, obat yang dapat diberikan adalah mood stabilizer,

seperti asam valproate. Selain untuk fase akut, beberapa peneliti setuju jikalau

asam valproat dapat juga diberikan sebagai profilaksis. Beberapa contoh asam

valproate adalah divalproex sodium (Epival), carbamazepine (Tegretol) dan

lamotrigine (Lamictal), gabapentin (Neurontin) dan topiramate (Topamax). Litium

karbonat dipercaya sebagai prototype mood stabilizer. Tetapi karena onset

antimania dari litium karbonat lambat, biasanya litium diberikan sebagai

profilaksis. Antikonvulsi juga dapat digunakan sebagai mood stabilizer1,2,3,7

.

Untuk pasien pada fase mania diperlukan antipsikotik untuk mengontrol

gejala psikotik yang timbul. Antipsikotik yang biasa digunakan adalah olanzapine

(Zyprexa), risperidone (Risperdal), ziprasidone (Zeldox – baru saja diperbolehkan

di Canada untuk gangguan bipolar) dan quetiapine (Seroquel, original formula dan

Seroquel XR, extended release – satu-satunya obat yang diperbolehkan pada fase

mania dan depresi untuk gangguan bipolar I1,2,3,7

.

Page 12: bipolar I

12

Antidepresan sering digunakan bersama dengan obat mood stabilizer. Obat

yang sering digunakan adalah fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline

(Zoloft), citalopram (Celexa), venlafaxine (Effexor), bupropion (Wellbutrin SR).

Obat dari golongan ini harus digunakan dalam pengawasan karena dapat memicu

mania dan perubahan mood yang naik turun. Selain itu, dapat juga diberikan obat

anticemas, seperti benzodiazepine, lorazepam, dan clonazepam dan waktu singkat

untuk menenangkan pasien pada fase akut. Terapi baru yang sedang diteliti,

meskipun belum dapat diuji dalam RCT adalah atypical antipsychotics quetiapine

dan aripiprazole; antiepileptics zonisamide, acamprosate, dan levetiracetam; dan

omega-3 fatty acids1,2,3,7

.

Terapi yang efektif untuk gangguan bipolar I juga memerlukan kombinasi

terapi, seperti pengetahuan tentang gangguan bipolar, tanda dan gejalanya, serta

terapi dan pencetusnya. Hal ini penting untuk mencegah relaps. Psikoterapi yang

penting dalam penanganan gangguan bipolar I misalnya terapi interpersonal

(terapi pola hubungan diri terhadap orang lain), cognitive-behavioral (terapi

bagaimana pikiran dan mood mempengaruhi tingkah laku), dan terapi keluarga

(terapi bagaimana hubungan yang dekat dapat mendukung kesehatan) 1,2,3,7

.

Page 13: bipolar I

13

BAB 3

KESIMPULAN

Gangguan bipolar I, yang juga dikenal dengan penyakit mania-depresi,

merupakan gangguan otak yang menyebabkan pergantian yang tidak biasa pada

mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-

hari. Gangguan bipolar I mempengaruhi sekitar 2% populasi. Gangguan ini terjadi

seimbang antara laki-laki dan perempuan, dapat ditemukan pada semua usia, ras,

etnis dan sosial, dan cenderung diturunkan secara genetik pada keluarga pada

banyak kasus.

Penyebab pasti dari gangguan bipolar I ini belum diketahui, tetapi

diperkirakan merupakan interaksi dari faktor genetik, neurokimia, lingkungan dan

obat-obatan. Bagian otak yang dikaitkan terganggu adalah prefrontal dan sistem

limbik, yang mengatur informasi yang berkaitan dengan proses emosi, yang

berkoordinasi dengan sistem autonomik dan endokrin yang mempengaruhi

tingkah laku seseorang. Pasien mania cenderung untuk merasakan senang

berlebihan, sedangkan pasien depresi menunjukkan gangguan homeostasis

endokrin dan emosi. Diagnosis gangguan bipolar I dapat ditegakkan berdasarkan

PPDGJI-III dan DSM-IV.

Terapi untuk gangguan bipolar I terdiri dari farmakologi dan psikoterapi.

Trapi farmakologis terdiri dari: mood stabilizer, seperti asam valproate dan litium,

antipsikotik, antidepresan, antikonvulsi dan beberapa obat baru lainnya. Terapi

psikoterapi berupa terapi interpersonal, terapi cognitive-behavioral (CBT), dan

terapi keluarga. Dengan pemberian terapi yang tepat, bahkan sekitar 37% pasien

kembali mengalami serangan depresi atau mania dalam 1 tahun, dan sekitar 60%

dalam 2 tahun.

Page 14: bipolar I

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Bressert S. The causes of Bipolar Disorder (Manic Depression). Psych

Central.2007;3-11.

2. Geddes R, Miklowitz DJ. Treatment of Bipolar Disorder.NIH Public Access.

Lancet. 2013 May 11; 381(9878):. doi:10.1016/S0140-6736(13)60857-0.

3. APA Practice Guideline for the Treatment of Patients with Bipolar Disorder

second edition. 2010;26-30

4. Sadock BJ, Alcott V. Depression and Bipolar Disorder. In: Kaplan H, Sadock

BJ. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p.

535-41.

5. Rusli. 2003. PPDGJ III. UNIKA Atmajaya : Jakarta, p. 60-5.

6. Maletic V, Raison C. Integrated neurobiology of bipolar disorder. Frontiers in

psychiatry. Review article. published: 25 August 2014. doi:

10.3389/fpsyt.2014.00098.

7. DBSA Guide to Depression and Bipolar Disorder. 2009; 6-12.