Proposal Bipolar

23
SATUAN ACARA PENYULUHAN Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar I. IDENTITAS Topik : Gangguan Bipolar Sub topik : Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis dan Terapi Gangguan Bipolar Hari / tanggal : Jumat, 27 Juni 2014 Waktu : 09.00 – 10.00 WIB Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang datang ke poliklinik Tempat : Poliklinik II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dengan baik pentingnya pengetahuan tersebut. III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat : 1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Gangguan Bipolar 2. Edukasi tentang Gangguan Bipolar 3. Mendeteksi dini gejala dan tanda-tanda kegwatan psikiatri 4. Mengetahui penanganan atau tindakan segera yang harus dilakukan bila menemukan atau mengalami Gangguan Bipolar IV. MATERI (terlampir) 1. Pengertian Gangguan Bipolar 2. Tujuan penanganan Bipolar 1

description

Psikiatri Bipolar

Transcript of Proposal Bipolar

Page 1: Proposal Bipolar

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar

I. IDENTITASTopik : Gangguan BipolarSub topik : Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis dan Terapi Gangguan BipolarHari / tanggal : Jumat, 27 Juni 2014Waktu : 09.00 – 10.00 WIBSasaran : Pasien dan keluarga pasien yang datang ke poliklinikTempat : Poliklinik

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMSetelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang Pentingnya Pengetahuan tentang

Gangguan Bipolar diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami dengan baik pentingnya pengetahuan tersebut.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat :1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Gangguan Bipolar2. Edukasi tentang Gangguan Bipolar3. Mendeteksi dini gejala dan tanda-tanda kegwatan psikiatri4. Mengetahui penanganan atau tindakan segera yang harus dilakukan bila

menemukan atau mengalami Gangguan Bipolar

IV. MATERI (terlampir)1. Pengertian Gangguan Bipolar2. Tujuan penanganan Bipolar3. Contoh gangguan bipolar4. Penyebab gangguan bipolar5. Tanda dan gejala gangguan Bipolar6. Deteksi dini 7. Penanganan

V. MEDIA1. Laptop2. LCD3. Microphone4. Leaflet

1

Page 2: Proposal Bipolar

VI. METODE1. Ceramah2. Diskusi3. Tanya jawab

VII. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

No Kegiatan Penyuluhan Audience Waktu1 Pembukaan - Mengucapkan salam

- Memperkenalkan diri - Menjawab salam- Memperhatikan

penyuluh

5 menit

2 Isi 1. Pengertian gangguan bipolar

2. Tujuan penanganan 3. Penyebsb4. Tanda dan gejala

Gangguan Bipolar5. Deteksi dini

gangguan bipolar6. Penanganan

gangguan bipolar

- Menyampaikan pengetahuannnya

- Mendengarkan dan memperhatikan penyampaian materi

45 menit

3 Penutup - Menyimpulkan materi- Memberikan kesempatan

peserta untuk bertanya - Menutup dan

mengucapkan salam

- Mendengarkan dan memperhatikan

- Aktif mengajukan pertanyaan

- Menjawab salam

10 menit

2

Page 3: Proposal Bipolar

GANGGUAN BIPOLAR

DEFINISI

Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala

penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat

bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim

dapat menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi. 1,2

EPIDEMIOLOGI

Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan gangguan

depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan

prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan

bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata

usia yang terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.3

ETIOLOGI

Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor

genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola

asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan

berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.4

Faktor Genetik

Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu gangguan

mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara

derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama.

Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien

Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling

sering Gangguan depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat

kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu Gangguan mood. Jika kedua

3

Page 4: Proposal Bipolar

orangtua menderita Gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya

menderita Gangguan mood.3

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan bipolar dengan

kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom

tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16,

12q23-q24, 18 sentromer, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini,

ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) beresiko rendah menderita Gangguan bipolar.4

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti

mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan bipolar.

Neurotransmitter tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang

berhubungan dengan neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode

monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT),

dan serotonin transporter (5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan

dengan penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF).

BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis, dan

perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur

BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan

antara BDNF dengan Gangguan bipolar dan hasilnya positif.4

Faktor Biologis

Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat

perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui

pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),

didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal

subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan

volume yang kecil pada amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan

hippocampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan

afek).4

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila

4

Page 5: Proposal Bipolar

jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak

berjalan lancar.4

Faktor Lingkungan

Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam

Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan

psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress

yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan

biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan

perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal

intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam

kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada

resiko yang lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya

stressor eksternal.2,3

GEJALA KLINIS

Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan

episode mania.

Episode manic:

Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang elasi,

ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat

atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:

Grandiositas atau percaya diri berlebihan

Berkurangnya kebutuhan tidur

Cepat dan banyaknya pembicaraan

Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

Perhatian mudah teralih

Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor

5

Page 6: Proposal Bipolar

Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)

Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang

matang)

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik,

hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial

dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania

justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak

memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan

tidak memerlukan hospitalisasi.

Episode Campuran1

Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi

secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel, marah,

serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat,

grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang

gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain,

dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.

Siklus Cepat1

Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode – depresi, hipomania, atau

mania – dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan

biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan.

Siklus Ultra Cepat1

Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam

beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia dan

sangat sulit diatasi.

Sindrom Psikotik1,,3

Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling sering

yaitu:

Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)6

Page 7: Proposal Bipolar

Waham

Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham

nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi dengan

mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik

biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar.

Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode

yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat

penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiiki penerapan

terapi yang penting, pasien dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti

psikotik di samping anti depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi

antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.

KRITERIA

Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria:

Gangguan bipolar I

Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak

diperlukan untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

Gangguan bipolar II

Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa

episode manik.

Siklotimia

Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi

yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

Gangguan bipolar YTT

Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan

II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga

tidak dapat didiagnosa Gangguan bipolar I dan II.2,5

7

Page 8: Proposal Bipolar

DIAGNOSIS

Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari

keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat dalam

DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

symptom Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID).

The Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom

sesuai dengan ICD-10.

Pembagian menurut DSM-IV:

Gangguan mood bipolar I1

Gangguan mood bipolar I, episode manic tunggal

A. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi mayor

sebelumnya.

B. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,

Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan.

C. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic

umum

D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting

lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode manic sekarang ini

A. Saat ini dalam episode manic

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,

depresi, atau campuran.

C. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang

tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan

Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

8

Page 9: Proposal Bipolar

D. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum.

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting

lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini

A. Saat ini dalam episode campuran

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau

campuran

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif

dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan

waham, atau Gangguan psikotik yang tidak diklasifikasikan

D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi

medik umum

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting

lainnya.

Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini

A. Saat ini dalam episode hipomanik

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau

campuran

C. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau

hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya

D. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,

Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan.

9

Page 10: Proposal Bipolar

Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini

A. Saat ini dalam episode depresi mayor

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,

Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan.

D. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik

umum

E. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting

lainnya.

Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini

A. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,

campuran atau episode depresi.

B. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau

campuran.

C. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,

Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat

diklasifikasikan di tempat lain.

D. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting

lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II1

Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode

hipomanik.

10

Page 11: Proposal Bipolar

Gangguan Siklotimia1

A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala

hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi

criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling

sedikit satu tahun.

B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada

kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.

C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua

tahun Gangguan tersebut

Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manic

atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau

episode depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat

ditegakkan)

D. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan

skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang

tidak dapat diklasifikasikan.

E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic

umum

F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna

atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

Pembagian menurut PPDGJ III:7

F31 Gangguan Afek bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode)

dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu

terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau

hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi

dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan

sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan

11

Page 12: Proposal Bipolar

berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung

lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada

orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup

yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk

penegakan diagnosis).

Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif

Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)

F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik

Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif,

atau campuran) di masa lampau.

F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

(F30.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif,

atau campuran) di masa lampau.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik

(F30.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif

atau campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0)

atau pun sedang (F32.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

di masa lampau

12

Page 13: Proposal Bipolar

F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa

gejala psikotik (F32.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

di masa lampau

F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan

gejala psikotik (F32.3);dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

dimasa lampau

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif

yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif

yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang

sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran

di masa lampau

F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir

ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,

manik atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode

afektif lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran)

F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya

F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT

Gangguan Bipolar pada Anak-anak

13

Page 14: Proposal Bipolar

Kebanyakan kasus gangguan bipolar didiagnosis pada usia dewasa, tetapi penelitian

membuktikan bahwa sebagian anak yang didiagnosa dengan depresi sebenarnya menderita

gangguan bipolar. Anak-anak dengan gangguan bipolar sebaiknya tidak diberikan “label”

tertentu yang dapat membuat mereka terhindar dari pergaulannya. Anak-anak tersebut juga

beresiko tinggi menderita gangguan kecemasan dan juga Attention Deficit-Hyperactivity

Disorder (ADHD).6

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Terdapat beberapa gangguan mental lainnya yang memiliki gejala yang sama dengan

gangguan bipolar seperti skizofrenia, skizoafektif, intoksikasi obat, gangguan skizofreniform,

dan gangguan kepribadian ambang.2

Psikoterapi

Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi yang efektif

untuk gangguan bipolar. Terapi ini memberikan dukungan, edukasi, dan petunjuk untuk

seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:

1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar untuk

mengubah pola pikir dan perilaku negative.

2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga memfokuskan

pada komunikasi dan pemecahan masalah.

3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan bipolar

meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian

mereka.

4. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit

yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu

penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga

mereka bisa mendapatkan terapi sedini mungkin.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat,

pengetahuan komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif dengan

dokter dan therapist, kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke prognosis bagus.

14

Page 15: Proposal Bipolar

Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk dibandingkan dengan

pasien dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien gangguan bipolar I

memiliki episode manik Kedua dalam waktu dua tahun setelah episode pertama. Kira-kira

7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak menderita gejala rekurensi, 45% menderita

lebih dari satu episode, dan 40% menderita gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki 2

sampai 30 episode manik, walaupun angka rata-rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40%

dari semua pasien menderita lebih dari 10 episode.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI

Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:

Airlangga University Press.

15

Page 16: Proposal Bipolar

Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams &

Wilkins.

Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.

16