BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan...

26
NILAI ETIKA DALAM BISNIS KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARIAH PURWONO SUTOYO NIM: 55117110006 ABSTRAK Dalam ajaran Islam, bisnis yang berbasis syari’ah adalah bisnis yang dilakukan dengan memperhatikan cara memperolehnya dan menggunakan hasil yang telah diperoleh. Kegiatan bisnis seorang wirausaha muslim dilakukan dengan menjalankannya sesuai syari’at Islam. Aturan atau etika bisnis Islam yang menjadi indikator dalam bisnis berbasis syari’ah. Etika bisnis yang menjadi ukuran bagi bisnis berbasis syari’ah adalah Kesatuan (tauhid), Keseimbangan (keadilan), Tidak melakukan monopoli, Tanggungjawab, Jujur, Produk yang dijual halal, Tidak melakukan praktek mal bisnis. Kegiatan bisnis wirausaha muslim harus selalu pada koridor agama Islam agar cara dan hasil usaha yang digunakan mendapatkan ridho dan rahmat dari Allah SWT. Sehingga dalam semua kegiatannya, seorang muslim mampu mendapatkan kesejahteraan dunia dan akhirat. PENDAHULUAN Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al - ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedang secara istilah Syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, Syariah tidak saja komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa syariah dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda- bedakan antara kalangan Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169). Dengan mengacu pada pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. (Syariah Marketing, hal. 45). Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan

Transcript of BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan...

Page 1: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

NILAI ETIKA DALAM BISNIS KEWIRAUSAHAAN

BERBASIS SYARIAH

PURWONO SUTOYO

NIM: 55117110006

ABSTRAK

Dalam ajaran Islam, bisnis yang berbasis syari’ah adalah bisnis yang dilakukan dengan memperhatikan cara memperolehnya dan menggunakan hasil yang telah diperoleh. Kegiatan bisnis seorang wirausaha muslim dilakukan dengan menjalankannya sesuai syari’at Islam. Aturan atau etika bisnis Islam yang menjadi indikator dalam bisnis berbasis syari’ah. Etika bisnis yang menjadi ukuran bagi bisnis berbasis syari’ah adalah Kesatuan (tauhid), Keseimbangan (keadilan), Tidak melakukan monopoli, Tanggungjawab, Jujur, Produk yang

dijual halal, Tidak melakukan praktek mal bisnis. Kegiatan bisnis wirausaha muslim harus selalu pada koridor agama Islam

agar cara dan hasil usaha yang digunakan mendapatkan ridho dan rahmat dari Allah SWT. Sehingga dalam semua kegiatannya, seorang muslim mampu mendapatkan kesejahteraan dunia dan akhirat.

PENDAHULUAN

Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedang secara istilah Syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, Syariah tidak saja komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa syariah dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia. Keuniversalan ini terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-bedakan antara kalangan Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169). Dengan mengacu pada pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. (Syariah Marketing, hal. 45). Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan

Page 2: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

jauh dari kenyataan bisnis kini dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi trend bisnis masa depan.

Islam tidak membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan batil lainnya. Tetapi dalam Islam diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar dan salah serta yang halal dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah etika. Prilaku dalam berbisnis atau berdagang juga tidak luput dari adanya nilai moral atau nilai etika bisnis. Penting bagi para pelaku bisnis untuk mengintegrasikan dimensi moral ke dalam kerangka/ ruang lingkup bisnis.

Bersama dengan semakin besarnya kesadaran etika dalam berbisnis, orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika dalam bisnis. Sesungguhnya dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam pandangan ajaran Agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia termasuk dalam kaitannya pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi setiap muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah (aturan). Islam di segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan bermuamalah (usaha dan bisnis) yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan. Pada hakikatnya tujuan penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut khususnya perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkeadilan dan stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh dan distribusi pendapatan yang merata tanpa harus mengalami ketidakseimbangan yang berkepanjangan di masyarakat

Penerapan etika bisnis Islam tersebut juga harus mampu dilaksanakan dalam setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelenggaraan produksi, konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah dilakukan pada beberapa pelaku usaha kecil dengan menerapkan etika bisnis Islam dalam kegiatan mereka. Penelitian ini merupakan suatu resume dari hasil penelitian yang penah dilakukan sebelumnya sehingga nantinya konsep etika bisnis Islam ini dapat menjadi sebuah framework bagi pelaku usaha lainnya.

Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedang secara istilah Syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah (interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, Syariah tidak saja komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa syariah dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia.

Page 3: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

Keuniversalan ini terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-bedakan antara kalangan Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169). Dengan mengacu pada pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. (Syariah Marketing, hal. 45). Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan jauh dari kenyataan bisnis kini dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi trend bisnis masa depan.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Etika Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai

beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti, lugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencairan kehidupan yang baik secara moral (Tim Penulis Rasda Karya : 1995)

Etika memiliki dua pengertian: Pertama, etika sebagaimana moralitas, berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupan. Kedua, etika sebagai refleksi kritis dan rasional. Etika membantu manusia bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggung-jawabkan.

Etika itu sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia (Franz Magnis-Suseno :1999)

Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk

Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Page 4: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

Definisi bisnis secara umum Bisnis di dalam setiap macam bentuknya bisa terjadi di mana saja dan

kapan saja dalam kehidupan manusia setiap hari. Bahkan hampir setiap aktivitas kita bisa dikaitkan dengan bisnis, mulai dari tidur hingga bangun. Makanan, minuman, pakaian, sepeda, mobil, serta segala kebutuhan rumah tangga sebetulnya merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi, distribusi, jual, dan beli. Inilah yang dinamakan aktivitas ekonomi atau bisnis.

Uang yang dibelikan berbagai macam produk tersebut juga berasal dari bekerjanya suatu bisnis. Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha dagang, komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Dalam zaman modern sekarang ini dunia bisnis mengalami perkembangan dan bersifat kompleks, dan perlu waktu yang cukup relative lama bagi mereka yang ingin mempelajarinya serta mempraktekanya sampai berhasil.

Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien (Muslich, 2004: 46). Menurut Anoraga dan Soegiastuti dalam Yusanto (2002: 15), bisnis memiliki makna dasar sebagai ”the buying and selling of goods and services”. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. Sedangkan menurut Hughes dan Kapoor dalam Arifin (2009: 21) bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi pengertian bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, mencari profit, dan mencoba memuaskan keinginan para konsumen. Secara umum ada 4 input yang selalu digunakan oleh seluruh pelaku bisnis adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, entrepreneurship atau yang dikenal dengan bisnis.

Selain itu, di dalam dunia bisnis paling tidak ada 6 pokok aktivitas yang digarap oleh sebuah entitas bisnis, antara lain menciptakan/memproduksi suatu barang dan jasa, kemudian memasarkan produk kepada konsumen, membuat dan mempertanggungjawabkan transaksi keuangan, merekrut, mempekerjakan, melatih, dan mengevaluasi karyawan, memperoleh dan mengelola dana, serta memproses sistem informasi. Pengertian bisnis syariah Islam

Agama Islam sangatlah menganjurkan setiap umat untuk selalu bekerja. Tidak ada satu kata pun yang menyebut bahwa orang Islam yang beriman itu disarankan untuk menjadi pengangguran karena hal tersebut merupakan perilaku syaitan. Begitu pentingya perilaku yang menjunjung tinggi etos kerja

Page 5: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

agar manusia selalu bekerja, bekerja, dan bekerja, Rasululllah Muhammad SAW bersabda di dalam dalam suatu hadist yang artinya bahwa bekerja mencari rejeki yang halal merupakan kewajiban, setelah kewajiban ibadah. (HR. Ath Thabrani dan Baihaqi).

Hadis ini kemudian diperkuat dengan firman Allah dalam surah al-A’raff ayat 10, yang artinya: “Sesungguhnya, Kami menempatkan kalian sekalian di muka bumi dan Kami memberikan kalian di bumi itu (sumber) penghidupan." Ayat Al Quran di atas sudah sangat jelas dan gamblang meminta kepada manusia untuk bekerja mencari sumber penghidupan yang sudah disediakan oleh Allah Swt. Al Quran di atas kemudian dipertegas dalam hadis agar dalam mencari sumber rejeki haruslah dengan jalan yang halal karena mencari rezeki halal adalah wajib hukumnya.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa definisi pengertian bisnis syariah Islam adalah segala bentuk bisnis dengan dibatasi oleh cara mendapatkan dan memberdayakan harta agar selalu halal dan menolak hal-hal yang bersifat haram. Yusanto dan Wijayakusuma (2002) mendefisinikan lebih khusus tentang bisnis islami merupakan aktivitas bisnis-ekonomi dengan berbagai bentuk yang tidak ada batasan dalam hal kepemilikan harta baik itu jasa maupun barang, namun dibatasi dalam hal cara memperoleh dan pendayagunaan harta lantaran aturan haram dan halal menurut Islam. Setelah mengetahui makna atau pengertian dari kata”Etika”, ”Bisnis”, dan ”Islami” maka dapat digabungkan makna ketiganya adalah bahwa Etika Bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.

Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum dan standar untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab dan bermoral. Artinya, etika bisnis islami merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.

Dalam membicarakan etika bisnis islami adaah menyangkut “Bussines Form” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi. Berbisnis berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika bisnis islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Menurut Vincent Barry dalam bukunya “moral issue in business”, menyatakan bahwa Business ethics is the study of what constitutes good and bad human conduct, including related action and values, in a business context. (Etika bisnis adalah ilmu tentang baik buruknya terhadap suatu manusia, termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-nilai dalam kontak bisnis.

Page 6: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

Pengertian Etika Bisnis Dalam Islam Apabila etika dipahami sebagai seperangkat prinsip moral yang

membedakan antara yang benar dari apa yang salah, maka dalam Islam banyak padanan kata yang dekat dengan makna tersebut, antara lain: khuluq, khair, birr, adl, haq, dan taqwa. Dengan mengacu pada term tersebut, maka kajian tentang etika bisnis dalam Islam berakar pada dua sumber utama hukum Islam yaitu Al Qur’an dan al al Hadits (Muhammad, 2008: 62). Misal dalam Al Qur’an Allah SWT dengan tegas melarang seorang hamba memakan sebagian harta yang lain dengan cara yang batil. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al Baqarah ayat 188 :

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.

Ayat ini memberikan syarat boleh dilangsungkannya perdagangan dengan dua hal.Pertama, perdagangan itu harus dilakukan atas dasar saling rela antara kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak dengan merugikan pihak lain. Kedua, tidak boleh saling merugikan baik untuk diri sendiri(vested interest) maupun orang lain.

Dengan demikian ayat ini memberikan pengertian, bahwa setiap orang tidak boleh merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Sebab hal demikian, seolah olah dia menghisap darahnya dan membuka jalan kehancuran untuk dirinya sendiri. Misalnya mencuri, menyuap, berjudi, menipu, mengaburkan, mengelabui, riba, pekerjaan lain yang diperoleh dengan jalan yang tidak dibenarkan (Qardhawi, 1993: 38).

Dengan dasar normatif di atas jelaslah bahwa urusan ekonomi dan bisnis dalam Islam tidak dapat dipandang sebagai sebuah entitas yang berdiri lepas dari nilai-nilai etika-religius yang bersumber dari wahyu Tuhan. Etika bisnis dalam perspektif Islam memadukan unsur-unsur yang bersifat profan dengan etika yang bersifat sakral secara seimbang (Muhammad, 2008: 63).

Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram (dalam. QS. 2:188, 4:29).

Bisnis Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. saat menjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Muhammad SAW., sebagai pedagang adalah, selain dedikasi dan keuletannya juga memiliki sifat shidiq, fathanah, amanah dan tabligh. Ciri-ciri itu masih ditambah Istiqamah.

Shidiq berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang diajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam iman dan nilai-nilai kebaikan, meski menghadapi godaan dan

Page 7: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

tantangan. Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan, kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menimbulkan kreatifitas dan kemampuan melakukakn berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Amanah, tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (kebajikan) dalam segala hal. Tablig, yang berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (berbagai sumber).

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dalam konteks corporate social responsibility (CSR), para pelaku usaha atau pihak perusahaan dituntut bersikap tidak kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan perbuatan dalam bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu memperbaiki kualitas barang atau jasa secara berkesinambungan serta tidak boleh menipu dan berbohong.

Pelaku usaha/ pihak perusahaan harus memiliki amanah dengan menampilkan sikap keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal, apalagi berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Dengan sifat amanah, pelaku usaha memiliki tanggung jawab untuk mengamalkan kewajiban-kewajibannya. Sifat tablig dapat disampaikan pelaku usaha dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang solid dan kuat.

Pengertian Wirausaha

Istilah wirausaha sering dipadankan dengan kata “entrepreneur” atau ada juga yang menyebutnya dengan wiraswasta.Wirausaha yang berasal dari kata wira yang berarti mulia, luhur, unggul,gagah berani, utama, teladan, dan pemuka; dan usaha yang berarti kegiatan dengan mengerahkan segenap tenaga dan

pikiran, pekerjaan, daya upaya, ikhtiar, dan kerajinan bekerja. Oleh LY Wiranaga wirausahawan diasumsikan sebagai sosok manusia utama, manusia unggul, dan manusia mulia karena hidupnya begitu berarti bagi dirinya maupun orang lain.

Richard Cantillon adalah orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18. Ia mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Lain lagi pandangan Jose Carlos Jarillo-Mossi yang menyatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang merasakan adanya peluang, mengejar peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat dicapai. Artinya, kewirausahaan adalah untuk setiap orang dan setiap orang berpotensi untuk menjadi wirausaha.

Wirausaha merupakan kemampuan untuk berpikir dan merupakan sebuah tindakan yang konstruktif dalam mewujudkan berbagai pola produksi dan

Page 8: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

layanan secara baru. Oleh sebab itu wirausaha merupakan potensi pembangunan baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.

Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berfikir lamban dan malas. Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu: 1. Pengenalan barang dan jasa baru 2. Metode produksi baru 3. Sumber bahan mentah baru 4. Pasar-pasar baru, dan 5. Organisasi industri baru

Ada beberapa kata kunci bagi upaya menjadi wirausahawan, antara lain sebagai berikut: 1. Memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa depan. 2. Memiliki fleksibilitas tinggi (kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan usaha). 3. Mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan mengubah aturan main. 4. Kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada sebelumnya.

METODE PENULISAN

Artikel ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Suatu penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan.

Penelitian deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun status kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988).

Menurut Whitney (1960) penelitian deskriptif ialah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Page 9: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

PEMBAHASAN

Ekonomi suatu bangsa akan baik, apabila akhlaq masyarakatnya baik. Antara akhlaq dan ekonomi memiliki kererkaitan yang tak dapat dipisahkan. Dengan demikian, akhlaq yang baik berdampak pada terbangunnya muamalah atau kerjasama ekonomi yang baik. Rasulullah SAW tidak hanya diutus untuk menyebarluaskan akhlak semata. Melainkan untuk menyempurnakan akhlak mulia baik akhlak dalam berucap, maupun dalam tingkah laku.

Agama islam mengandung tiga komponen pokok yang terstruktur dan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, yaitu: Aqidah atau Iman, Syariah dan Akhlak. 1) Aqidah atau Iman

Aqidah merupakan keyakinan akan adanya Allah dan Rasul yang dipilihnya untuk menyampaikan risalahnya kepada umat melalui malaikat yang dituangkan dalam kitab suci, yang mengajarkan adanya hari akhirat dan sebagainya. Aqidah akan selalu menuntun perilaku seorang muslim, agar berbuat baik, sesama, apalagi dalam kegiatan berbisnis aqidah yang tertanam dalam jiwa seseorang akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah, karena itu perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu dihindarkannya. Keyakinan terhadap aqidah ini akan berimplikasi dalam diri muslim, membentuk pribadi yang:

a) Tiada kekuatan lain diluar Allah. Keyakinan ini menumbuhkan jiwa merdeka bagi seorang muslim dalam pergaulan hidup, tidak ada manusia yang menjajah manusia lain, termasuk dia sendiri, tidak akan menjajah orang lain. b) Keyakinan terhadap Allah menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat, karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar printah Allah. Ia akan selalu bicara tentang keberanianselalu lurus, dan konsisten dalam perilakunya. c) Keyakinan ini akan membentuk rasa optimis menjalani kehidupan karena keyakinan tauhid menjamin hasil yang terbaik, yang akan dicapainya secara rohaniah, karena itu seorang muslim tidak pernah gelisah dan putus asa.

2) Syariah

Syariah merupakan aturan Allah tentang pelaksanaan dan penyerahan diri secara total melalui proses ibadah dalam hubungannya dengan sesame mahluk, secara garis besar syariah meliputi dua hal pokok, yaitu ibadah dalam arti khusus atau ibadah mahdah dan ibadah dalam arti umum atau muamalah atau ibadah ghair mahdah.

Secara estimologis syariah berarti jalan, aturan ketentuan atau undang-undang Allah SWT. Jadi ada aturan perilaku hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesame manusia dan alam sekitarnya untuk mencapai keridhaan Allah yaitu keselamatan dunia dan akhirat.

Page 10: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

Syariah mencakup dua hal pokok yaitu Ibadah mahdah yang pelaksanaannya dicontohkan oleh Rosulullah SAW, dan ibadah ghair mahdah yang tidak dicontohkan seluruhnya oleh nabi, seperti hubungan ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. 3) Akhlak

Yaitu pelaksanaan ibadah kepada Allah dan bermuamalah dengan penuh keikhlasan. Tiga komponen ajaran islam, akidah, syariat dan ahlak merupakan suatu kesatuan yang integral tidak dapat dipisahkan, ini digambarkan dalam firman Allah SWT yang artinya: “Tidak kah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin tuhannya. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.(QS Ibrahim ayat 24-25).

Ayat di atas dianalogikan dengan ajaran islam dengan sebuah pohon yang baik, tumbuh subur menjulang dan buahnya sangat lebat. Aqidah, syariat dan akhlak diumpamakan sebagai akar. Aqidah merupakan hal yang pokok yang menopang segenap perilaku muslim. Aqidah seseorang akan menentukan kualitas keimanannya. Jika aqidah kuat, maka syariatnyapun akan kuat, dan akhirnya perilakutindakannya, berupa amal soleh akan baik.

Perkembangan Ekonomi dan Bisnis Syariah Kontemporer

Pengembangan ekonomi dan bisnis syariah atau bisnis islami telah diadopsi kedalam kerangka besar kebijakan ekonomi Indonesia dewasa ini. Hal tersebut dipelopori oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air, dengan menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-bankink system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang lebih luas sesuai cetak biru perbankan syariah. Selain itu Departemen keuangan melalui badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (Bapepam-LK) telah mengakui keberadaan lembaga keuangan syariah non-banking seperti asuransi dan pasar modal syariah.

Tahun 1990 Majelis Ulama Indonesia (MUI) memprakarsai terselenggaranya Lokakarya Ekonomi Syariah. Lokakarya tersebut telah membuka pandangan kalangan ulama dan cendikiawan muslim bahwa Indonesia yang merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun sangat tertinggal dalam mengimplementasikan ekonomi syariah. Oleh karena itu, salahsatu rekomendasi yang dihasilkan dalam lokakarya ini adalah pendirian bank syariah.

MUI menyikapi hasil lokakarya ini sebagai momentum bagi berkembangnya ekonomi syariah. Hal ini mendorong MUI untuk bekerjasama dengan otoritas perbankan di Indonesia dalam pengembangan ekonomi syariah. Era itu ditandai dengan masuknya perbankan syariah dalam Undang-Undang

Page 11: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

No.2 Tahun 1992 tentang perbankan syariah, meskipun waktu itu masih disebutkan sebagai system bagi hasil.

Momen penting yang tercatat dalam perkembangan perbankan syariah diindonesia adalah dari pengalaman selama krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997/1998, ternyata fakta menunjukan bahwa perbankan syariah tidak terseret badai krisis dan menjadi salahsatu sektor perbankan yang tidak perlu dilakukan rekap oleh pemerintah.

Atas prestasi ini akhirnya pemerintah benar-benar meyakini bahwa lembaga keuangan syariah dapat diandalkan sebagai bagian dari system ekonomi dan perbankan nasional. Keyakinan pemerintah diwujudkan dengan memasukan perbankan syariah pada Undang-undang no. 10 tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perbankan.

Tanggal 10 februari 1999 MUI membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Dibentuk untuk menjawab kekhawatiran terjadinya perbedaan fatwa yang dikeluarkan oleh DPS dimasing-masing LKS. Oleh karena itu, DSN membawahi seluruh DPS/LKS di Indonesia.

Fungsi utama dari DSN adalah menggali, mengkaji dan merumuskan nilai dan prinsip hukum islam syariah untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan LKS serta mengawasi implementasinya dalam pengawasan inilah dimasing-masing LKS ditempatkan DPS.

Dengan dikembangkan produk-produk ekonomi syariah, diharapkan bisa mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi suatu market yang bisa menarik para investor yang ingin berinvestasi dengan memperhatikan kesesuaian produk dan atau instrument yang sejalan dengan kaidah-kaidah syariat islam. Prinsip Dasar Ekonomi Syariah

Ada tiga sistem ekonomi yang ada di muka bumi ini yaitu Kapitalis, Sosialis dan Mix Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi yang berkembang berdasarkan pemikiran barat. Selain itu, tidak ada diantara sistem ekonomi yang ada secara penuh berhasil diterapkan dalam perekonomian di banyak negara. Sistem ekonomi sosialis atau komando hancur dengan bubarnya Uni Soviet. Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-

Page 12: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian di Jazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.

Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’. Artinya, ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan atau dengan kata lain harus ada etika. Kegiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat adalah merupakan ibadah kepada Allah S.W.T. Semua kegiatan dan apapun yang dilakukan di muka bumi, kesemuannya merupakan perwujudan ibadah kepada Allah S.W.T. Dalam Islam, tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler yaitu, memisahkan kegiatan ibadah/ uhrowi’ dan kegiatan duniawi.

Dalam Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah, dan harta yang dimiliki oleh manusia sesungguhnya merupakan pemberian Allah, oleh karenanya harus dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah. Menurut Islam, orientasi kehidupan manusia menyangkut hakikat manusia, makna hidup, hak milik, tujuan penggunaan sumberdaya, hubungan antara manusia dan lingkungan, harus didasarkan pada Al-quran dan Hadist.

Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam Imamudin Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan ‘Adalah. Prinsip Tawhid menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan

Page 13: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT. Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah (Khalifah) dan ‘Adalah (keadilan).

Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti bahwa, dengan potensi yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam rangka mengaktualisasikan kepen-tingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah SWT.

Prinsip ‘Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak terpisahkan dengan Tawhid dan Khilafah, karena prinsip ‘Adalah adalah merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah). Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability). Dalam hal pemilikan sumberdaya atau faktor produksi, Sistem Ekonomi Syariah memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumberdaya yang ada yang berorientasi sosial dengan memberikan selft interest yang lebih panjang dan luas. Namun perlu diingat bahwa, segala sesuatu yang diperoleh merupakan pemberian Allah, karenanya harus digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan dikeluarkan zakat-nya dan sadaqah yang ditujukan bagi Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi. Selain itu, negara dan juga pemerintah berperan untuk menjaga keseimbangan yang dinamis untuk merealisasikan kesejahteraan masyarakat. Jadi, dalam Sistem Ekonomi Syariah, ada landasan etika dan moral dalam melaksanakan semua kegiatan termasuk kegiatan ekonomi, selain harus adanya keseimbangan antara peran pemerintah, swasta, kepentingan dunia dan kepentingan akhirat dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan.

Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi Sistem Ekonomi Dari penjelasan yang telah diungkapkan di atas menyangkut sistem ekonomi yang ada, maka ada tiga sistem ekonomi yang utama saat ini, yang diterapkan oleh negara-negara di muka bumi ini. Tiga sistem ekonomi utama tersebut adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi syariah. Ke tiga sistem ekonomi tersebut

Selanjutnya, sistem ekonomi syariah mempunyai paradigma bahwa, segala sesuatu yang ada dan kegiatan yang dilakukan harus didasarkan pada Al Qur’an dan Hadist atau syariah Islam. Dalam kegiatan ekonomi, dasar yang digunakan adalah bahwa, sebagai umat Muslim setiap orang mempunyai kewajiban untuk melakukan semua aktivitas sesuai dengan ajaran Islam. Filosofi

Page 14: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

yang diterapkan yaitu bahwa, semua manusia adalah makhluk Allah, karenanya harus selalu mengabdi kepada-Nya. Semua aktivitas yang dilakukan termasuk aktivitas ekonomi merupakan ibadah kepada Allah.

Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat sekali melandasi hukum-hukumnya. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat merujuk pada kitab Injil (Bible), dan etika ekonomi Yahudi banyak merujuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Qur’an.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Islam pemenuhan kebutuhan materil dan spiritual benar-benar dijaga keseimbangannya, dan pengaturan oleh negara, meskipun ada, tidak akan bersifat otoriter.

Terdapat beberapa prinsip dalam ekonomi syariah yang menjadi pembeda dengan system ekonomi lainnya. Prinsip tersebut antara lain berkaitan dengan kebebasan individu, hak terhadap harta, jaminan sosial, larangan memupuk harta dan pentingnya distribusi kekayaan, serta kesejahteraan hidup masyarakat. Selain itu, menurut Hidayat (2003), prinsip-prinsip yang mendasari ekonomi syarah antara lain adalah:

1) Keadilan, yaitu kegiatan ekonomi yang dijalankan harus secara transparan dan jujur serta tidak ada eksploitasi terhadap lawan transaksi atas dasar kontrak yang adil.

2) Menghindari kegiatan yang merusak, yaitu larangan untuk melakukan transaksi atas barang-barang yang dapat merugikan dan membahayakan manusia dimana termasuk proses pembuatan produk tersebut Etika Bisnis Syariah

Berikut adalah nilai-nilai etika islam yang dapat mendorong bertumbuhnya dan suksesnya bisnis yaitu: 1) Konsep Ihsan Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja keras tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju optimalisasi, sehingga memperoleh hasil maksimal. 2) Itqan Artinya berbuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa menjaga kualitas sehingga hasilnya maksimal. 3) Konsep hemat 4) Kejujuran dan Keadilan 5) Kerja Keras

Terdapat beberapa hal penting terkait dengan dasar etika dalam bisnis syariah, yaitu menyangkut: janji, utang piutang, tidak boleh menghadang orang desa ke perbatasan kota, kejujuran dalam jual beli, ukuran takaran dan

Page 15: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

timbangan, perilaku hemat, masalah upah, mengambil hak orang lain, memelihara bumi, perintah berusaha dan batasan pengumpulan harta.

Melalui keterlibatannya di dalam aktivitas bisnis, seorang Muslim hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh masyarakat dan manusia secara keseluruhan. Cara-cara eksploitasi kepentingan umum, atau berlaku menciptakan sesuatu kebutuhan yang sangat artificial, sangat tidak sesuai dengan ajaran Al Quran. Agar seorang Muslim mampu menjadikan semangat berbakti mengalahkan kepentingan diri sendiri, maka ia harus selalu mengingat petunjuk-petunjuk berikut:

a) Mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan orang lain; b) Memberikan bantuan yang bebas bea dan menginfakkannya kepada orang

yang membutuhkannya; c) Memberikan dukungan dan kerjasama untuk hal-hal yang baik.

Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, meskipun dalam keadaan sedang sibuk oleh aktivitas mereka. Umat Islam hendaknya sadar dan responsive terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Prioritas-prioritas yang harus didahulukan adalah: a) Mendahulukan mencari pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia; b) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, meskipun akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar; c) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram; d) Mendahulukan bisnis yang bermanfaat bagi alam dan lingkungan sekitarnya daripada bisnis yang merusak tatanan yang telah baik dalam segala hal termasuk dalam bidang ekonomi/bisnis.

Marketing Syariah Syariah marketing is a strategic business discipline that directs the

process of creating, offering, and exchanging values from one inisiatorto its stakeholders and the whole process should be ai accordance with muamalah principles in islam.(Hermawan Kertajaya, 2006) lebih lanjut Hermawan menguraikan syariah marketing ini terdiri dari beberapa unsure yaitu:

1) Theisi (Rabbaniyah) 2) Etis (Akhlakiyah) 3) Realistis (Al-Waqiyyah) 4) Humanistis (Al-Insaniah)

Jika kita lihat dari ciri-ciri etika bisnis Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW, terlihat bahwa para pelaku usaha kecil di tiga tempat tersebut sebagian besar telah mempraktikkan etika bisnis Islam. Rasululah SAW, sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, Ciri-ciri Rasulullah SAW berbisnis diantaranya adalah:

Page 16: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

1) Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas

2) Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.

3) Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Zar, Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R. Muslim). Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

4) Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis. Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan Tarmizi).

5) Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk membeli).

6) Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).

7) Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.

Page 17: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

8) Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi ” (QS. Al-Muthaffifin: 1- 3).

9) Bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.

10) Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakuan.

11) Tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Ini dilarang dalam Islam.

12) Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena ia diduga keras, mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak esensi hubungan sosial yang justru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat.

13) Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung” (H.R. Jabir).

14) Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa: 29).

15) Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).

16) Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan

Page 18: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya” (H.R. Muslim).

17) Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. Al-Baqarah: 278) Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang kesetanan (QS. Al-Baqarah: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perang terhadap riba.

Dengan ciri-ciri etika bisnis Islam yang tersebut diatas, kita dapat mengetahui perbedaan bagaimana etika bisnis dalam Islam dengan etika bisnis kebanyakan budaya barat.

Para pelaku usaha terutama kewirausahaan, dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika dan moral, karena keduanya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki. Pelaku usaha kewirausahaan yang ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak akan berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam hubungan sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri.

Berikut ini merupakan penegasan dari Allah SWT. bahwa Islam memiliki sistem yang sempurna dalam rangka membahas berbagai persoalan bisnis yang ada di dunia baik yang bersifat materi maupun non materi. Termasuk dalam hal ini menyangkut mengenai bisnis, dalam usaha melakukan bisnis, Allah telah menegaskan dalam firman-firmannya, sebagai berikut :

1) Al-Baqarah : 282 "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika orang yang berutang itu orang kurang akalnya atau lemah (keadaanya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada saksi dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi yang ada, agar jika ada yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik utang itu kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dekat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dari begitu juga saksi. Jika kamu

Page 19: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

lakukan yang demikian, maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

2) An-Nisaa : 29 "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu".

Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memakan harta sesamanya dengan cara yang bathil dan cara mencari keuntungan yang tidak sah dan melanggar syari'at seperti riba, perjudian dan yang serupa dengan itu dari macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan sesuai dengan hukum syari'at tetapi Allah mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu hanya suatu tipu muslihat dari sipelaku untuk menghindari ketentuan hokum yang telah digariskan oleh syari'at Allah. Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta dengan jalan perdagangan (perniagaan) yang dilakukan atas dasar suka sama suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.

3) At-Taubah: 24 "Katakanlah jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasulnya dan dari berjihad di jalan Allah maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik"

Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin menjauhi orang-orang kafir, walaupun mereka itu bapak-bapak, anak-anak, atau saudara-saudara mereka sendiri, dan melarang untuk berkasih sayang kepada mereka yang masih lebih mengutamakan kekafiran mereka daripada beriman.

4) An-Nur : 37 "Bertasbih dan bertahmidlah Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang"

Allah SWT berfirman menceritakan tentang hamba-hamba-Nya dan memperoleh pancaran cahaya iman dan takwa di dada mereka, bahwa mereka itu tekun dalam ibadahnya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu beri'tikaf di dalam masjidbertasbih, bertahmid dan bertahlil. Mereka sekali-kali tidak tergoda dan tidak akan dilalaikan dari ibadah itu, kegiatan yang mereka lakukan untuk mencari nafkah, berusaha dan berdagang (berniaga). Mereka itu benar-benar cakap membagi waktu di antara kewajiban ukhrawi dan kewajiban duniawi, sehingga tidak sedikitpun tergesr amal dan kewajiban ukhrawi mereka oleh usaha duniawi mereka.

Page 20: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

5) Fatir : 29 "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi"

Allah SWT berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang mukmin yang selalu membaca kitab Allah dengan tekunnya, beriman bahwasanya kitab itu adalah wahyu dari sisi-Nya kepada Rasul-Nya dan mengerjakan apa yang terkandung di dalamnya seperti perintah shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Allah karuniakan kepadanya untuk tujuan-tujuan yang baik yang membawa ridha Allah dan restu-Nya, menafkahkan secara diam-diam tidak diketahui orang lain atau secara terang-terangan, mereka itulah dapat mengharapkan perdagangan (perniagaan) yang tidak akan merugi dan akan disempurnakanlah oleh Allah pahala mereka serta akan ditambah bagi mereka karunia-Nya berlipat ganda. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri amal-amal baik hamba-hamba-Nya yang sekecil-kecilnya pun.

6) As-Shaff : 10 "Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab pedih?"

7) Al-Jum’ah : 11 "Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggallah engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah , "Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan," dan Allah pemberi rezeki yang terbaik".

Konsep Islam tentang Kewirausahaan Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja

keras. Dalam kerja keras itu, tersembunyi kepuasan batin, yang tidak dinikmati oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian prestise, buka sebaliknya. Generasi muda yang mengutamakan prestise dulu, mereka tidak akan mencapai kemajuan, karena setiap kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi dimulai dengan kerja keras, dalam semua bidang. Kemauan keras (azam) dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.

Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada peluang bagi orang yang beriman untuk menganggur. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam al-Qur‟an (Al-Jumuah: 10) yang artinya: “Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung”.

Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat

Page 21: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda. Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.

Berwirausaha memberi peluang kepada seseorang untuk banyak banyak berbuat baik, bukan sebaliknya. Berbuat baik dalam wirausaha perdagangan, misalnya membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, kemudahan memperoleh alat pemenuhan kebutuhan, pelayanan cepat, memberi potongan, memuaskan hati konsumen dan sebagainya.

Berusaha dan bekerja keras sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW., kita tidak boleh berpangku tangan, mengharap rizki hanya dengan berdoa saja. Berdoa tanpa usaha tidak ada gunanya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab selesai shalat menjumpai sekelompok orang yang membenamkan dirinya di masjid, dengan alasan tawakkal dan berdoa kepada Allah, maka beliau memperingatkan: “Janganlah sekali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk malas mencari rizki dan membaca doa Ya Allah limpahkanlah rizki kepadaku, padahal mereka mengetahui bahwa dari langit tidak akan turun hujan emas dan perak”.

Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya adalah para pedagang dan entrepreneur mancanegara yang piawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke-13 M, oleh para pedagang muslim.

Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat telah merubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan. Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innalla>ha yuhibbul muhtarif ” (Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.

Ada beberapa motif berwirausaha dalam bidang perdagangan menurut ajaran agama Islam, antara lain: 1. Berdagang buat Cari Untung Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang dalam agama Islam. Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll. 2. Berdagang adalah Hobi Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan

Page 22: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window display (melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat). 3. Berdagang adalah Ibadah Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja. Berwirausaha memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekuensi perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan orang lain. 4. Perintah Kerja Keras Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha. 5. Perdagangan/Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam. Dalam QS. Al-Baqarah: 275, Allah berfirman yang artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan

Page 23: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.

SIMPULAN DAN SARAN

Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil, sehingga seluruh bentuk transaksi yang menimbulkan ketidakadilan dilarang, yaitu:

1. Talaqqi rukban dilarang karena pedagang yang menyongsong di pinggir kota akan memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari daerah pinggiran atau kampung akan harga yang berlaku di kota. Mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier), akan menimbulkan pasar yang tidak kompetitif.

2. Mengurangi timbangan dilarang, karena barang dijual dengan harga yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit.

3. Menyembunyikan barang cacat karena penjual mendapatkan harga yang baik untuk kualitas yang buruk.

4. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar tersebut.

5. Menukar satu takaran kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang dilarang, karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya.

6. Transaksi Najasy dilarang, karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.

7. Ikhtikar dilarang, karena bermaksud mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.

8. Ghaban Fahisy dilarang, karena menjual di atas harga pasar.

Ciri Khas Bisnis Syari’ah

Bisnis syariah merupakan implementasi/ perwujudan dari aturan syari’at Allah. Sebenarnya bentuk bisnis syari’ah tidak jauh beda dengan bisnis pada umumnya, yaitu upaya memproduksi/mengusahakan barang dan jasa guna

Page 24: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

memenuhi kebutuhan konsumen. Namun aspek syariah inilah yang membedakannya dengan bisnis pada umumnya. Sehingga bisnis syariah selain mengusahakan bisnis pada umumnya, juga menjalankan syariat dan perintah Allah dalam hal bermuamalah. Untuk membedakan antara bisnis syariah dan yang bukan, maka kita dapat mengetahuinya melalui ciri dan karakter dari bisnis syariah yang memiliki keunikan dan ciri tersendiri. Beberapa cirri itu antara lain: 1. Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai Ruhiyah. Nilai ruhiyah adalah kesadaran setiap manusia akan eksistensinya sebagai ciptaan (makhluq) Allah yang harus selalu kontak dengan-Nya dalam wujud ketaatan di setiap tarikan nafas hidupnya. Ada tiga aspek paling tidak nilai ruhiyah ini harus terwujud , yaitu pada aspek : (1) Konsep, (2) Sistem yang di berlakukan, (3) Pelaku (personil). 2. Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram. Seorang pelaku bisnis syariah dituntut mengetahui benar fakta-fakta (tahqiqul manath) terhadap praktek bisnis yang Sahih dan yang salah. Disamping juga harus paham dasar-dasar nash yang dijadikan hukumnya (tahqiqul hukmi). 3. Benar Secara Syar’iy Dalam Implementasi. Intinya pada masalah ini adalah ada kesesuaian antara teori dan praktek, antara apa yang telah dipahami dan yang di terapkan. Sehingga pertimbangannya tidak semata-mata untung dan rugi secara material. 4. Berorientasi Pada Hasil Dunia dan Akhirat. Bisnis tentu di lakukan untuk mendapat keuntungan sebanyak-banyak berupa harta, dan ini di benarkan dalam Islam. Karena di lakukannya bisnis memang untuk mendapatkan keuntungan materi (qimah madiyah). Dalam konteks ini hasil yang di peroleh, di miliki dan dirasakan, memang berupaharta. 5. Namun, seorang Muslim yang sholeh tentu bukan hanya itu yang jadi orientasi hidupnya. Namun lebih dari itu. Yaitu kebahagiaan abadi di yaumil akhir. Oleh karenanya. Untuk mendapatkannya, dia harus menjadikan bisnis yang dikerjakannya itu sebagai ladang ibadah dan menjadi pahala di hadapan Allah . Hal itu terwujud jika bisnis atau apapun yang kita lakukan selalu mendasarkan pada aturan-Nya yaitu syariah Islam.

Jika semua hal diatas dimiliki oleh seorang pengusaha muslim, niscaya dia akan mampu memadukan antara realitas bisnis duniawi dengan ukhrowi, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupannya di dunia maupun akhirat. Akhirnya, jadilah kaya yang dengannya kita bisa beribadah di level yang lebih tinggi lagi.

Dapat di bedakan beberapa perbedaan antara bisnis Islami dengan bisnis non-Islami, sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:

No Karakteristik Bisnis

Bisnis Islam Bisnis Non Islam

1 Asas Akidah Islam (nilai-nilai transedental)

Sekularisme (nilai-nilai materialisme)

2 Motivasi Dunia Akhirat Dunia

3 Orientasi Profit, zakat dan benefit Profit, pertumbuhan dan

Page 25: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

(non materi), pertumbuhan, keberlangsungan dan keberkahan

keberlangsungan

4 Etos kerja Tinggi, bisnis adalah bagian dari ibadah

Tinggi, bisnis adalah kebutuhan duniawi

5 Sikap Mental Maju dan produktif, konsekuensi keimanan dan manifestasi kemusliman

Maju dan produktif sekaligus konsumtif, konsekuensi aktualisasi diri.

6 Keahlian Cakap dan ahli di bidangnya, konsekuensi dari kewajiban seorang Muslim

Cakap dan ahli di bidangnya, konsekuensi dari motivasi punishmen dan reward

7 Amanah Terpercaya dan bertanggung jawab, tujuan tidak menghalalkan segala cara

Tergantung kemauan individu (pemilik kapital), tujuan menghalalka segala cara

8 Modal Halal Halal dan haram

9 Sumber Daya Manusia

Sesuai dengan akad kerjanya

Sesuai dengan akad kerjanya, atau sesuai dengan keinginan pemilik modal

10 Sumber Daya Halal Halal dan haram

11 Manajemen Strategis

Visi dan misi organisasi terkait erat dengan misi penciptaan manusia di dunia

Visi dan misi organisasi ditetapkan berdasarkan pada kepentingan material belaka

12 Manajemen Operasional

Jaminan halal dari setiap masukan, proses dan keluaran, mangedepankan produktivitas dalam koridor syariah

Tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran, mengedepankan produktivitas dalam koridor manfaat

13 Manajemen Keuangan

Jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan, mekanisme keuangan dengan bagi hasil

Tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan, mekanisme keuangan dengan bunga

14 Manajemen Pemasaran

Pemasaran dalam koridor jaminan halal

Pemasaran menghalalkan segala cara

15 Manajemen SDM profesional dan SDM profesional, SDM

Page 26: BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, tugas UTS, etika bisnis, nilai etika dalam bisnis kewirausahaan berbasis syariah, Universitas Mercu Buana, 2017, PDF

SDM berkepribadian Islam, SDM adalah pengelola bisnis, SDM bertanggung jawab pada diri, majikan dan Allah

adalah aktor produksi, SDM bertanggung jawab pada diri dan majikan

Sumber: Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2012)

Sumber Pustaka:

Riyaturruddin, https://www.kompasiana.com/riyat/apa-itu-etika-bisnis-islam_5908bc00f37e61f81165fd78

Saleh Uddin http://hawafiq.blogspot.co.id/2012/12/konsep-etika-bisnis-syariah.html

Lismanto, http://www.islamcendekia.com/2014/12/pengertian-bisnis-dalam-ajaran-syariah-islam-dan-umum.html

http://nizaryudharta.blogspot.com/2014/01/pengertian-bisnis-syariah.html

Fitri Amalia, http://download.portalgaruda.org/article.php?article=321868&val=6183&title=Etika%20Bisnis%20Islam:%20Konsep%20dan%20Implementasi%20pada%20Pelaku%20Usaha%20Kecil.

https://idtesis.com/metode-deskriptif/

http://digilib.uinsby.ac.id/3119/4/Bab%202.pdf