Batuan Sedimen
-
Upload
paul-januar-banggung -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of Batuan Sedimen
Batuan Sedimen
PEMBAHASAN
2.1 PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi atau
pelarutan. Jadi asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, batuan metamorf
yang mengalami pelapukan, terkikis, tersangkut kemudian diendapkan ditempat lain,
sehingga mengalami proses sementasi dan litifikasi menjadi batuan sedimen yang keras.
Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan yang
melibatkan :
a. Pemampatan (Compaction)
b. Penyimenan (Cementation)
c. Penghabluran semula (Recrystallization) terutamanya sedimen karbonat)
2.1.1 Pemampatan (compaction)
Pemampatan menyebabkan butiran sedimen akan tertekan semasa tertimbus. Susunan
butiran akan tersusun semula dengan lebih padat. Jika banyak partikal yang lembut
seperti syal, sedimen lebih mudah mengalami pemampatan. Akibat daripada
pemampatan, lapisan menjadi lebih nipis, porositi berkurangan, terutama dalam sedimen
lumpur terrigenus.
Pengurangan porositi dan kehilangan air mencapai 60-80%. Air akan mengalir ke
kawasan yang berketelapan tinggi seperti pasir, dan akan memain perana penting dalam
pelarutan dan pemendapan kimia dalam pasir. Setelah tersusun semula, pemampatan
yang terterusan menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lain. Tempat sentuhan
mengalami tekanan yang tinggi dan perubahan fizikal berlaku, seperti proses larutan
tekanan (pressure solution). Silika yang terlarut akan masuk dalam rongga antara butiran
dan boleh membentuk simen.
2.1.2 Penyimenan (cementation)
Penyimenan merupakan proses dimana mineral baru yang berasal daripada cairan rongga
(pore fluids) akan terbentuk/termendap di permukaan butiran atau berlakunya tumbuh-
tambah atau tumbuh-lampau atau pertumbesaran (overgrowths) mineral yang sedia ada.
Jenis simen yang utama ialah kuarza dan kalsit.
Simen akan mengikat butiran menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan biasanya
berlaku diperingkat pertengahan diagenesis. Jika berlaku diperingkat awal, ia boleh
mengurangkan kesan pemampatan, yang mana simen yang keras boleh menahan tekanan.
Simen kuarza berasal daripada air liang yang tepu dengan silika, iaitu hasil daripada
pelarutan organisma bersilika, larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia mineral liat dan
lain-lain. Simen kalsit boleh terbentuk semasa sedimen terendap, iaitu di kawasan
sekitaran karbonat.
2.1.3 Penghabluran Semula (recrystallization)
Penghabluran semula ialah proses perubahan saiz dan/atau perubahan bentuk, tanpa
adanya perubahan kimia atau mineralogi. Biasanya saiz akan bertambah, tetapi
pengecilan saiz boleh berlaku. Penghabluran semula penting dalam batu kapur, yang
mana saiz kalsit menjadi bertambah besar, tekstur serta strukturnya mungkin musnah.
2.2 JENIS BATUAN SEDIMEN
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu :
1) terbentuk dalam lembangan pengendapan atau dengan kata lain ianya tidak mengalami
proses pengangkutan. Sedimen sebegini dikenali sebagai sedimen autochthonous. Antara
sedimen yang termasuk dalam kumpulan ini ialah evaporit, batu kapur, laterit.
2) mengalami proses angkutan, atau dengan kata lain, puncanya daripada kawasan luar
lembangan, dan proses luluhawa, hakisan dan angkutan membawa sedimen ini ke
lembangan pengendapan yang baru. Sedimen ini dipanggil sedimen allochthonous.
Antara yang termasuk dalam kumpulan ini ialah konglomerat, volkanoklastik.
Selain daripada pengelasan di atas, batuan sedimen boleh dikelaskan kepada beberapa
jenis, bergantung kepada cara dan proses pembentukannya. Antara klas batuan sedimen
yang utama ialah;
1- Terrigenous (detrital atau berklas / klastik - clastic). Batuan klastik merupakan batuan
yang puncanya berasal daripada suatu tempat lain, dan telah diendapkan dalam
lembangan baru setelah mengalami proses pengangkutan. Antara nama batuan utama
yang terdapat dalam kumpulan ini ialah;Konglomerat atau breksia, Batu pasir,Batu lodak,
& Syal.
2- Sedimen endapan kimia / biokimia (Chemical/biochemical). Batuan endapat kimia
merupakan batuan yang terbentuk hasil daripada pemendapan kimia daripada larutan,
ataupun terdiri daripada endapan hidupan bercangkang mineral karbonat atau bersilika
atau berfosfat dan lain-lain.. Antara batuan yang tergolong dalam kumpulan ini ialah;
Evaporit, Batuan sedimen karbonat (batu kapur dan dolomit), Batuan sedimen bersilika
(rijang), & Endapan organik (batu arang).
3- Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan volkanoklastik yang berasal
daripada aktiviti gunung berapi. Debu-debu daripada aktiviti gunung berapi ini akan
terendap seperti sedimen yang lain. Antara batuan yang ada dalam kumpulan ini ialah;
Batu pasir bertuf & Aglomerat.
2.3 PENGGOLONGAN BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan tenaga yang mengangakut hasil pelapukan / erosi, dapat digolongkan atas :
a. Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contoh: gosong
pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta, dan sebagainya.
b. Sedimen aeolis/aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin. Contoh : sand
dunes, tanah loss, dan sebagainya.
c. Sedimen glasial, yaitu sedimen yang diangkut oleh tenaga gletser Contoh : morena,
drumline.
Materi partikel ada yang kasar dua ada yang halus cara pengangkutan bermacam-macam,
ada yang terdorong (trection), terbawa secara melompat-lompat (saltion, terbawa dalam
duspensi, ada pula yang (solution). Berdasarkan terbentuknya (lingkungan
pengendapan ), batuan sedimen dibagi menjadi dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomit, napal,
dan sebagainya.
b. Sedimen darat (teristris/kontinen), prosesnya terjadi di darat, misalnya : endapan
sungai (aluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan
sebagainya.
c. Sedimen transisi, lokasi pembentukanya terletak antara darat dan laut, misalnya
endapan delta dan endapan rawa-rawa (limnis).
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli,
baik berdarkan genetis maupun diskriptif. Secara genetis disimpulkan dalam dua
golongan (Pettijohn, 1975 ddan W. T. Huang, 1962) :
a. Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk akibat proses
pengendapan secara mekanik ataupun litifikasi batuan-batuan yang telah ada sebelumnya.
Batuan sedimen klastik banyak mengandung Allogenic Minerals (mineral yang terbentuk
di lingkungan sedimenasi atau pada saat sedimenasi berlangsung). Allogenic mineral
mempunyai daya tahan yang tinggi. Mineral ini berasal dari bataun yang telah ada yang
telah mengalami tahap transportasi dan kemudian mengendap pada lingkungan
sedimenasi. Beberapa contoh mineral ini, antara lain kwarasa, hornblende, biotit,
plagioklas, kaolinite, montmorillonite, hydromuscovite, gypsum, kalsedon, hematit,
siderit, limonit, dan garnet.
b. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen non-klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk akibat proses
kimia baik dari larutan ataupun aktivitas organik. Didalam batuan sedimen non-klastik
banyak sekali dijumpai Authigenic mineral (mineral yang terbentuk di daerah cekungan
atau lingkungan sedimenasi). Beberapa contoh Authigenic mineral yaitu gypsum,
anhydrite, kalsit, dan halit. Selain tersusun atas mineral-mineral, batuan sedimen juga
tersusun atas fragmen batuan dan fosil. Kristal-kristal pada batuan sedimen juga memiliki
andil dalam pengklasifikasian batuan sedimen. Pengklasifikasian batuan sedimen
berdasarkan ukuran kristal dilakukan oleh Howell dan Hirschwald. Pengklasifikasiannya
sebagai berikut :
Makrokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran lebih dari
0,75mm.
Mesokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran 0,2mm
hingga 0,75mm.
Mikrokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran 0,01mm
hingga 0,2 mm.
Kriptokristalin, batuan dengan mineral yang kristal penyusunnya berukuran lebihkecil
dari 0,01 mm
2.4 TEKSTUR BATUAN SEDIMEN
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berkaitan dengan butir sedimen,
mulai dari ukuran butir, bentuk butir, hingga orientasi. Proses pembentukan batuan
sedimen dapat kita lihat pada strukturnya. Dari tekstur, kita juga dapat
mengintepretasikan lingkungan sedimenasi suatu batuan sedimen.
2.4.1 Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik, adalah sebagai berikut :
Fragmen, butiran yang berukuran lebih besar daripada pasir.
Matrik, butiran yang ukurannya lebih kecil daripada fragmen, dan mengisi sela- sela
diantara fragmen, serta diendapkan bersama fragmen.
Semen, material halus yang berperan sebagai pengikat. Semen diendapkan setelah
fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat, atau oksida besi.
Untuk mengukur ukuran butir pada batuan sedimen klastik digunakan skala Wentworth
(1922).
Ukuran Butir (mm) Nama Butir
>256 Bongkah
64-256 Brangkal
4-64 Kerakal
2-4 Kerikil
1-2 Pasir Sangat Kasar
½-1 Pasir Kasar
¼-½ Pasir Sedang
1/8-1/4 Pasir Halus
1/16-1/8 Pasir Sangat Halus
1/16-1/256 Lanau
<> Lempung
Skala Wentworth
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran butir. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Jenis Pelapukan
b. Jenis Transportasi
c. Waktu / jarak Transport
d. Resistansi
Bentuk Butir
Bentuk butir batuan sedimen yang utama terdiri atas dua macam. Pertama, membulat
(konglomerat). Dan kedua adalah meruncing (Breksi). Tingkat kebundaran butir batuan
sedimen klastik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
- Komposisi butir
- Ukuran butir
- Jenis proses transprtasi
- Jarak transport
Butiran dari mineral yang resisten akan berbentuk kurang bundar dibandingkan batuan
yang kurang resisten. Butiran yang ukurannya diatas 64 mm akan lebih bundar
dibandingkan yang berukuran lebih kecil. Jarak transport berpengaruh pada tingkat
kebundaran. Semakin jauh jarak transport, maka akan semakin bundar.
Pemilahan atau Sortasi
Terdiri atas sortasi baik dan sortasi buruk.
- Sortasi baik, jika ukuran butir merata atau sama besar.
- Sortasi buruk, jika ukuran butir tidak merata, terdapat fragmen dan matrik.
Kemas
Kemas pada batuan sedimen klastik terdiri atas :
- Kemas terbuka, biila butiran tidak saling bersentuhan.
- Kemas tertutup, jika butiran saling bersentuhan.
2.4.2 Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik
Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis mineral atau yang biasa
disebut monomineralik. Pembagian jenis-jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik
biasanya dengan memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam
tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :
Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau berupa koloid, non-
kristalin
Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau elipsoid. Berkoloni atau
berkumpul, ukuran butirnya berkisar 0,25 mm - 2mm
Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki ukuran butir yang
lebih besar, lebih dari 2mm
Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran yang
sama besar
Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar
Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas :
- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm
- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm
2.5 STRUKTUR BATUAN SEDIMEN
Secara umum, struktur batuan sedimen terbagi atas 2 macam
• Struktur Syngenetik, struktur ini terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan
sedimen, kerap kali disebut sebagai struktur primer batuan.
• Struktur Epiginetik, struktur ini terbentuk setelah terbentuknya kekar, sesar, dan lipatan.
Struktur Sygenetik batuan sedimen terklasifikasikan atas dua bagian, karena proses fisik
dan karena proses biologi.
Karena Proses Fisik
1. Struktur Eksternal, kenampakan struktur batuan sedimen yang terlihat secara
keseluruhan di lapangan. Contoh struktur eksternal, antara lain sheet, lensa, wedge, dan
prisma tabular.
2. Struktur Internal, kenampakan struktur ini terdapat pada bagian dalam batuan sedimen.
Macam-macam struktur internal adalah sebagai berikut :
Perlapisan dan Laminasi
Perlapisan dan laminasi terbentuk karena terjadi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Jika
tebalnya lebih dari 1 cm, maka disebut perlapisan. Jika tebalnya kurang dari 1 cm, maka
disebut laminasi. Macam-macam laminasi dan perlapisan:
a. Perlapisan / laminasi sejajar, lapisan / laminasi tersusun secara horisontal dan saling
sejajar satu dengan yang lainnya.
b. Perlapisan / laminasi silang siur, lapisan / laminasi saling memotong satu dengan yang
lainnya.
c. Gradaed Bedding, dimana butiran-butiran berubah secara gradual.
Masif, Bila di dalam struktur sedimen tidak ada kenampakan mengenai struktur
sedimen.
3. Kenampakan Pada Permukaan Lapisan
- Ripple Mark, bentuk permukaan bergelombang, karena adanya arus.
- Flute Cast, bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas arus.
- Mud Cracks, bentuk retakan pada lapisan lumur, pada umumnya memiliki bentuk
poligonal.
- Rain Marks, kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan.
4. Struktur Yang Terjadi Karena Deformasi
- Load Cast, lekukan yang timbul pada permukaan lapisan akibat beban yang ada
diatasnya.
- Convolute Structure, liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.
- Sandstone Dike and Siil, timbul karena pasir dapat terinjeksi pada lapisan sedimen yang
di atasnya.
Karena Proses Biologi
- Jejak (Track and Trail)
Track, merupakan jejak yang berupa tapak organisme. Sedangkan Trail adalah jejak yang
berupa seretan bagian tubuh organisme.
- Galian (Burrow)
Merupakan lubang akibat dari akitivitas organisme.
- Cetakan (Cast and Mold)
Mold merupakan cetakan bagian tubuh organisme. Sedangkan Cast adalah cetakan dari
Mold.
2.6 STRUKTUR SEDIMEN
Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimenasi dapat
merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain.
(Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika
batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur
primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang
tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimenasi, sebelum atau pada waktu diagenesa.
Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang
lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
2.7 PETUNJUK BATUAN SEDIMEN
1- Kehadiran perlapisan atau stratification
2- Adanya struktur sedimen di atas satah atau di dalam perlapisan
3- Terjumpanya fosil
4- Kehadiran butiran yang telah mengalami proses angkutan (klas)
5- Kehadiran mineral yang asalan sedimen (glaukonit, chamosite)
BATUAN
Batuan tersusun atas bahan yang disebut mineral, yang merupakan senyawa kimia padat
yang terbentuk secara alami. Jadi mineral adalah bahan pembentuk batuan. Batuan dapat
tersusun oleh satu mineral atau campuran beberapa macam mineral.
Batuan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Batuan bekuan disusun oleh mineral hasil pembekuan magma.
2. Batuan endapan sebagai hasil pengendapan rombakan batuan yang diangkut oleh air
(sungai) dan terendapkan pada suatu cekungan seperti laut, danau, sungai atau rawa.
3. Batuan malihan berasal dari batuan bekuan dan batuan endapan yang termalihkan
susunan mineralnya atau batuan malihan yang termalihkan ulang. Pemalihan susunan
mineral disebabkan karena peningkatan suhu dan tekanan
STUKTUR BATUAN BEKU
1. Masif, struktur ini tidak menunjukkan adanya suatu sifat aliran atau fragmen batuan
lain yang tertanam.
2. Pillow lava merupakan struktur yang terbentuk seperti bantal atau berbentuk bantal
3. Joint, dibagi dua yaitu :
a. Columnar jointing, berbentuk seperti tiang-tiang atau tegak lurus terhadap permukaan
bumi.
b. Sheeting jointing, bila kekar berbentuk seperti lembaran-lembaran sejajar dengan
permukaan bumi.
4. Vesikuler, apabila struktur tersebut terlihat suatu lubang-lubang bekas keluarnya gas
dan lubang-lubang tersebut teratur.
5. Skoria merupakan struktur yang menampakkan lubang-lubang namun arahnya tidak
teratur.
6. Amigdaloidal, struktur yang berlubang, akan tetapi lubang tersebut telah terisi mineral
skunder.
7. Xenolit, struktur yang memperlihatkan fragmen dari batuan yang tertanam dalam masa
batuan. Ini akibat peleburan yang tidak sempurna dari batuan samping di dalam magma
yang mengintrusi.
8. Autobrecchia, struktur yang memperlihatkan adanya fragmen lava yang tertanam pada
lava.
STUKTUR BATUAN SEDIMEN
1. StrukturSedimenPrimer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat
merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain.
(Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika
batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur
primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang
tersingkap, terutama dalam batuan sedimen. Struktur yang terbentuk sewaktu proses
pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan
silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya
kesan riak. (Mohamed, 2007).
2. StrukturSedimenSekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa.
Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang
lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
STUKTUR BATUAN METAMORF
Struktur batuan ini terbagi menjadi dua yaitu
a. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Slatycleavage
- Struktur Gneissic
- Struktur Phylitic
- Struktur Schistosity
b. Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran
mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Hornfelsik
- Struktur Milonitik
- Struktur Kataklastik
- Struktur Flaser
- Struktur Pilonitik
- Struktur Augen
- Struktur Granulosa
- Struktur Liniasi
SESAR DAN KEKAR
- Kekar merupakan rekahan tanpa atau tidak mengalami pergeseran pada bidang
rekahannya.
- Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran (D.M. Ragen,
1973).
Jadi biasanya kekar terjadi terlebih dahulu kemudian terbentuk sesar.
Seperti gambar pembentukan sesar turun dibawah ini :
Macam-macam sesar
1. Sesar normal
Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai kemiringan
yang besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun
2. Sesar mendatar
Pergerakan dari sesar ini horizontal. Sesar mendatar ditentukan dengan menghadap
bidang sesar, bila bidang didepan bergerak kekiri seperti diagram disebut mendatar
sinistal, dan sebaliknya sesar mendatar dekstral.
3. Sesar oblique
Pergerakan dari sesar ini gabungan antara horizontal dan vertikal. Gaya-gaya yang
bekerja menyebabkan sesar mendatar dan sesar normal.
4. Sesar translasi
Sesar ini mengalami pergeseran sepanjang garis lurus. Biasanya Hanging wall relatif naik
terhadap foot wall, dengan kemiringan bidang sesar besar. Sesar ini biasanya disebut juga
sesar naik. Umumnya sesar normal dan sesar naik pergerakannya hanya vertikal, jadi
sering disebut sebagai sesar dip-slip.
5. Sesar gunting
Pergerakan dari sesar ini juga sama dengan sesar oblique yaitu horizontal dan vertikal.
Sesar yang pergeserannya berhenti pada titik tertentu sepanjang jurus sesar. Gaya yang
bekerja sama dengan sesar normal.
KLASIFIKSI SESAR
Berdasarkan orientasi pola tegasan utama yang menyebabkannya (Anderson, 1951) :
• Thrust fault, jika pola tegasan utama maksimum dan intermediet adalah horizontal.
• Normal fault, jika pola tegasan utama maksimum adalah vertikal.
• Wrench fault (strike slip fault), jika suatu pola tegasan utama maksimum dan minimum
adalah gorizontal.
Berdasarkan besar rake dari net slip (Billinge 1977).
1. Strike dip fault, jika net slip sejajar dengan strike sesar tidak ada komponen dip slip.
Besar rake net slip 0o.
2. Dip slip fault, jika rake net slip adalah 90o sehingga tidak ada komponen strike dip.
3. Diagonal slip fault, jika rake net slip lebih besar 0o dan lebih kecil dari 90o. Sehingga
disini mempunyai komponen dip slip.
Klasifikasi Sesar oleh E.W.Spencer, 1977”
Sesar translasi yaitu Sesar ini mengalami pergeseran sepanjang garis lurus
Sesar rotasi yaitu jenis sesar yang pergeserannya mengalami perputaran
MACAM-MACAM KEKAR
Kekar atau rekahan berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Mikro joint
b. Master joint
Berdasarkan bentuknya kekar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Kekar sistematik
b. Kekar tak sistematik
Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Kekar pengkerutan
b. Kekar lembaran
c. Kekar tektonik
Berdasarkan genesanya kekar tektonik ini dibagi lagi menjadi dua yaitu :
a. Kekar gerus (shear joint)
b. Kekar tarik (Tension joint ) dibagi atas :
1. Extension joint
2. Release joint
Berdasarkan kedudukan bidang lapisan batuan, kekar ini dibedakan menjadi :
- Dip joint
- Strike joint
- Bedding joint
- Diagonal joint
Struktur Sedimen (Pettijohn, 1975)
Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn, 1975 ), dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi dapat
merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya seperti perlapisan, gelembur
gelombang, perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun, dan lain-lain.
(Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan dan ketika
batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan yang terlihat. Struktur
primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang
tersingkap, terutama dalam batuan sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung termasuk
lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), yaitu adanya kesan riak. (Mohamed, 2007).
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa.
Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya. Antara lain : beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing atau binatang
lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.