BAKAT ANAK.docx

9
http://puskat.psikologi.ui.ac.id/index.php/artikel/Identifikasi- Keberbakatan.html Identifikas i Keberbakata n Tuesday, 15 September 2009 Masalah pokok dalam merencanakan pelayanan pendidikan bagi anak- anak yang memiliki bakat-bakat unggul ialah bagaimana menelusuri dan menemukan, atau mengidentifikasi anak-anak tersebut. Tujuan dari proses identifikasi anak berbakat ialah untuk mengetahui siapa yang mampu (memenuhi syarat) mengikuti program khusus sebagai pelayanan pendidikan bagi mereka yang memiliki bakat-bakat unggul dalam salah satu atau beberapa bidang (Utami Munandar, 1992). Dengan kata lain perlu dicari jawaban dari ‘siapa yang dikatakan sebagai anak berbakat?’, ‘bagaimana cara mengukur keberbakatan?’ dan ‘kriteria yang dibutuhkan apakah dibutuhkan alat bantu khusus?’. Menurut Utami Munandar (1992), setelah dilakukan pembatasan mengenai konsep anak berbakat kita perlu mengenal ciri-ciri anak berbakat untuk dapat menentukan dimensi-dimensi apa yang hendak kita nilai serta apa kriterianya. De Haan dan Wilson (1955 dalam Hawadi, 2004) menyebutkan adanya dua proses identifikasi, yaitu tahap penjaringan (screening) dan tahap penyaringan (selection). Diterangkan juga oleh Utami Munandar (1992) dalam bukunya Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, rencana untuk menelusuri anak berbakat perlu mempertimbangkan langkah-langkah: 1. Konsep anak berbakat 2. Ciri-ciri anak berbakat dan indikator keberbakatan 3. Penentuan alat ukur atau tes yang akan digunakan 4. Penentuan sumber-sumber informasi lainnya 5. Prosedur pelaksanaan penelusuran 6. Pengambilan keputusan berdasarkan data yang diperoleh 7. Pertemuan dengan orang tua

Transcript of BAKAT ANAK.docx

Page 1: BAKAT ANAK.docx

http://puskat.psikologi.ui.ac.id/index.php/artikel/Identifikasi-Keberbakatan.htmlIdentifikasi Keberbakatan Tuesday, 15 September 2009         Masalah pokok dalam merencanakan pelayanan pendidikan bagi anak-anak yang memiliki bakat-bakat unggul ialah bagaimana menelusuri dan menemukan, atau mengidentifikasi anak-anak tersebut. Tujuan dari proses identifikasi anak berbakat ialah untuk mengetahui siapa yang mampu (memenuhi syarat) mengikuti program khusus sebagai pelayanan pendidikan bagi mereka yang memiliki bakat-bakat unggul dalam salah satu atau beberapa bidang (Utami Munandar, 1992). Dengan kata lain perlu dicari jawaban dari ‘siapa yang dikatakan sebagai anak berbakat?’, ‘bagaimana cara mengukur keberbakatan?’ dan ‘kriteria yang dibutuhkan apakah dibutuhkan alat bantu khusus?’.

           Menurut Utami Munandar (1992), setelah dilakukan pembatasan mengenai konsep anak berbakat kita perlu mengenal ciri-ciri anak berbakat untuk dapat menentukan dimensi-dimensi apa yang hendak kita nilai serta apa kriterianya. De Haan dan Wilson (1955 dalam Hawadi, 2004) menyebutkan adanya dua proses identifikasi, yaitu tahap penjaringan (screening) dan tahap penyaringan (selection).

Diterangkan juga oleh Utami Munandar (1992) dalam bukunya Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, rencana untuk menelusuri anak berbakat perlu mempertimbangkan langkah-langkah:

 

1.       Konsep anak berbakat

2.       Ciri-ciri anak berbakat dan indikator keberbakatan

3.       Penentuan alat ukur atau tes yang akan digunakan

4.       Penentuan sumber-sumber informasi lainnya

5.       Prosedur pelaksanaan penelusuran

6.       Pengambilan keputusan berdasarkan data yang diperoleh

7.       Pertemuan dengan orang tua

 

Menurut Utami Munandar (1992) pengertian anak berbakat adalah “mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”. Ciri-ciri anak berbakat menurut Matinson (1974 dalam Munandar, 1992) sebagai berikut :

 

-          Membaca pada usia lebih muda

-          Membaca lebih cepat dan lebih banyak

-          Memiliki perbendaharaan kata yang luas

-          Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat

Page 2: BAKAT ANAK.docx

-          Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah dewasa

-          Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri

-          Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal

-          Memberi jawaban-jawaban yang baik

-          Dapat memberikan banyak gagasan

-          Luwes dalam berpikir

-          Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan

-          Mempunyai pengamatan yang tajam

-          Dapat berkonsentrasi dalam waktu yang panjang, terutama dalam bidang tugas yang diminati

-          Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri

-          Senang mencona hal-hal baru

-          Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah

-          Cepat menangkap hubungan sebab akibat

-          Berperilaku terarah pada tujuan

-          Mempunyai daya imajinasi yang kuat

-          Mempunyai banyak kegemaran (hobi)

-          Mempunyai daya ingat yang kuat

-          Tidak cepat puas dengan prestasinya

-          Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)

-          Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

 

Tidak semua anak berbakat memiliki semua ciri tersebut. Daftar di atas merupakan kumpulan ciri-ciri yang ditemukan pada sejumlah besar orang-orang berbakat. Indikator keberbakatan yang dipakai untuk penelusuran anak berbakat menurut Utami Munandar (1992) ada baiknya kembali pada konsep Renzuli tentang keberbakatan sebagai perpautan antara tiga kelompok (cluster) ciri, dengan menyusun suatu kuesioner penilaian ciri-ciri anak berbakat yang harus diisi oleh guru kelas (Munandar, S.C.U., 1982 dalam Munandar 1992) yaitu:

 

1.       Matra ciri-ciri intelektualitas

 

Page 3: BAKAT ANAK.docx

-          Mudah menangkap pelajaran

-          Ingatan baik

-          Perbendaharaan kata luar

-          Penalaran tajam

-          Daya konsentrasi baik

-          Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik

-          Senang dan sering membaca

-          Pengamat yang cermat

-          Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedia

-          Cepat memecahkan soal

-          Dll

 

2.       Matra ciri-ciri kreativitas

 

-          Dorongan ingin tahu besar

-          Seringa mengajukan pertanyaan yang baik

-          Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah

-          Bebas dalam menyatakan pendapat

-          Dll

 

3.       Matra ciri-ciri motivasi

 

-          Tekun menghadapi tugas

-          Ulet mengahadapi kesulitan

-          Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi

-          Ingin mendalami bidang yang diberikan

-          Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin

Page 4: BAKAT ANAK.docx

-          dll

 

Menurut Munandar (1992) sesuai dengan konsep Renzuli tentang keberbakatan anak maka alat ukur yang dipakai meliputi :

 

1.       Tes inteligensi untuk mengukur kemampuan intelektual

2.       Tes kreativitas untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif

3.       Tes prestasi belajar untuk mengukur hasil belajar yang mencerminkan motivasi dalam belajar serta tanggung jawab dalam tugas

 

Miller (1981 dalam Hawadi, 2004) mengingatkan bahwa ada kecenderungan dari orang tua anak berbakat yang menggunakan keberbakatan anaknya untuk memenuhi hasrat narsistik mereka. Bukan pula bertujuan sebagaimana dugaan kebanyakan orang untuk melakukan kategorisasi kemampuan anak berbakat. Colangelo dan Davis (1980 dalam Hawadi, 2004) menggarisbawahi bahwa jika tujuan menemukan anak berbakat dengan dua alasan tersebut, program pendidikan yang dibuat seharusnya tidak perlu ada.

Disebutkan oleh Brandwein (1980 dalam Hawadi, 2004) identifikasi merupakan suatu proses ketika kita berupaya untuk menyadari bahwa siswa dengan kemampuan, motivasi dan kapabilitas kreatif yang melampaui rata-rata anak sebayanya membutuhkan pelayanan pendidikan berdiferensiasi untuk memenuhi kemajuan pendidikannya secara optimal. Sedangkan Hawadi (2004) menyampaikan kekeliruan juga terjadi karena para guru, para administrator, dan sering kali para orang tua merasa bahwa dimasukkannya seorang siswa dalam program anak berbakat (AB) sebagai suatu reward atas prestasi dan perilaku baik, yang secara operasional didefinisikan sebagai konformitas terhadap sekolah dan mampu memenuhi harapan seorang pengikut tes. Jadi pendidik lebih melihat keinginan melakukan proses identifikasi untuk memastikan kembali bahwa nilai-nilai yang ada dalam sistem sekolah mencerminkan adanya komitmen terhadap kemampuan mereka.

 

Hawadi (2004) dalam bukunya Akselerasi mengemukakan pokok-pokok identifikasi anak berbakat, diantaranya :

 

1.       Validitas dan Kesesuaian

 

Proses identifikasi seharusnya appropriate untuk menyeleksi siswa yang membutuhkan dan akan beruntung dengan adanya pelayanan program tersebut. Flack dan Feldhusen (1983 dalam Boska, 1998) mengembangkan The Future Problem Solving Program untuk anak yang mempunyai kemampuan dan keterampilan verbal, motivasi yang tinggi, kapasitas kreativitas dan kemampuan belajar mandiri. Hawadi (2004) mengemukakan, secara singkat proses identifikasi haruslah menyeleksi siswa-siswa dengan kebutuhan-kebutuhan, kemampuan-kemampuan dan karakteristik yang fit dengan goals dari pelayanan program yang ditawarkan. Prosedur identifikasi berawal dari adanya definisi tentang keberbakatan itu sendiri.

 

Page 5: BAKAT ANAK.docx

2.       Input dari Orang Tua

 

Orang tua memiliki sejumlah pengetahuan yang relevan bagi proses identifikasi. beberapa orang tua berpikir bahwa anaknya tergolong AB atau menginginkan label bahwa anaknya berbakat. Akan tetapi kemungkinan orang tua tidak mengetahui jargon keberbakatan akan tetapi tahu atau memahami kemampuan, motivasi, konsep diri dan kapasitas kreatif dari anaknya. Skala yang dikembangkan di Michigan adalah ASSETS.

 

3.       Kombinasi Data Assesment

 

Dalam melakukan identifikasi terhadap AB tidak bisa melakukan kriteria tunggal. Pengambilan keputusan ditunda sampai seluruh data yang berkaitan dengan siswa selesai dipelajari dengan cermat. Akan tetapi disini akan ditemui kendala karena tidak bisa menjumlahkan skor-skor yang berasal dari tipe skala yang berbeda. Cara untuk mengatasi hal tersebut menurut Badwin (1978 dalam Hawadi, 2004) dengan membuatnya menjadi matriks dan seluruh skor dikonversikan dalam skala yang terdiri dari lima tingkatan (skor 1-5). Baru dijumlahkan untuk mendapat skor total keberbakatan.

Penelitian yang dilakukan Hawadi (1992 dalam Hawadi, 2004) membuktikan bahwa alat identifikasi skala nominasi oleh guru, skala nominasi oleh teman sebaya dan skala nominasi oleh diri sendiri dapat membedakan kelompok anak berbakat dan kelompok anak tidak berbakat.

 

4.       Assesment Berkesinambungan

 

Anak akan tumbuh, berkembang dan berubah. Untuk itu identifikasi bukan hanya dilakukan dalam sekali proses saja, namun harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Bersamaan dengan masuknya anak dalam jenjang pendidikan dasar membuat kemampuan siswa akan mengalami proses diferensiasi dan spesialisasi.

 

5.       Reliabilitas

 

Skor-skor yang diperoleh dari tes inteligensi dan tes prestasi belajar kemungkinan reliabilitasnya tinggi. Namun pengukuran lain seperti prosedur nominasi, skala rating, tes kreativitas, inventori konsep diri reliabilitasnya sangat rendah. Jadi terdapat kemungkinan skor yang berbeda jika assesmen ini diulang oleh pemeriksa lainnya.

 

6.       Ceiling Effect dan Off-Grade Level Testing

 

Page 6: BAKAT ANAK.docx

Untuk mengatasi ceiling effect (tes dikerjakan dengan mudah oleh anak dengan tingkat usia tertentu) dilakukan off-grade level testing dengan cara anak diberi suatu tes dengan derajat kesulitannya lebih tinggi dari usia anak.

 

7.       Kinerja

 

Proses identifikasi anak berbakat terutama berdasarkan pada assesmen yang mutakhir dari seberapa baik kinerja siswa dalam tugsa-tugas yang relevan di dalam keberbakatan.

 

8.       Uji Coba sebagai Identifikasi

 

Mengamati kinerja para siswa dalam program uji coba merupakan data tambahan yang berharga untuk mengakses keberbakatan yang potensial. Siswa yang dapat mencapai hasil baik dalam program, kebanyakan secara langsung mendemonstrasikan satu kriteria yang diinginkan dalam program anak berbakat. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk identifikasi anak berbakat dengan memberikan pelatihan kepada guru tentang karakteristik anak berbakat dan pelatihan membuat struktur dalam aktivitas kelas sehingga memberikan kesempatan pada anak berbakat untuk mendemonstrasikan keberbakatannya secara optimal. Efektif untuk mengidentifikasi anak berbakat yang berasal dari berbgai latar belakang yang berbeda.

 

Hawadi (2004) dalam bukunya Akselerasi juga mengemukakan proses pengumpulan informasi. Alexander dan Muia (1982) membedakan dua kategori umum proses pengumpulan informasi dan analisis untuk pengambilan keputusan tentang siapa yang akan masuk dalam program anak berbakat.

 

1.       Strategi informasi data objektif

Hasil tes dengan data yang bersifat kuantitatif. Misalnya; tes inteligensi, tes prestasi belajar, nilai prestasi akademik. Dilihat skor, ranking dan presentase.

2.       Strategi informasi data subjektif

Dari check list perilaku, nominasi oleh orang tua, guru, teman sebaya dan diri sendiri. Kelemahannya pada ketepatan, konsistensi dan keadilan dalam pengambilan keputusan.

 

Model identifikasi yang dikemukakan oleh Hawadi (2004) sebagai berikut :

 

1.       Individual education plan model (IEP)

Dengan tujuan menemukan anak yang memiliki bakat khusus yang spesifik. Metode seleksi yang

Page 7: BAKAT ANAK.docx

digunakan studi kasus, tes IQ, dan staffing.

2.       The general intellectual ability model

Dengan tujuan menjaring siswa yang mempunyai IQ tertentu. Metode yang digunakan adalah tes IQ, tes kecakapan dan check list.

3.       The spesific academic aptitude model

Dengan tujuan mengidentifikasi anak berdasarkan pada prestasi akademiknya dalam bidang studi tertentu. Metode yang digunakan adalah tes baku dalam bidang studi dan rekomendasi guru.

4.       Revolving door identification model (RDIM) dikembangkan oleh Renzuli (1981)

Setiap anak yang mencapai skor tinggi pada tes prestasi baku tertentu dimasukkan ke dalam talent pool untuk diberikan berbagai program yang sesuai dengan minatnya. Jika anak mampu menunjukkan prestasi dan pengikatan diri terhadap tugas secara menonjol maka anak akan memasuki tahap selanjutnya yaitu resource program. Yang nantinya anak akan dieksploitasi oleh guru. Metode bervariasi.

Proses identifikasi yang dilakukan dalam Hawadi (2004) sama seperti yang dikemukan oleh Utami Munandar (1992), yaitu tahap penjaringan (screening) dan tahap penyaringan (selection).

 

1.   Tahap penjaringan (screening)

Keseluruhan dari populasi dari sekolah yang akan menyelenggarakan program khusus untuk anak berbakat diikutsertakan. Digunakan alat-alat ukur/tes sederhana seperti PM, pemberian tugas secara berkelompok, nominasi oleh guru dan angka rapor terakhir.

2.   Tahap penyaringan (selection)

Terdiri dari  anak yang dinyatakan lulus pada tahap penjaringan saja. Digunakan alat tes yang lebih lengkap seperti; TIKI dengan 11 subtes, Wechsler Inteligence Scale for Children-adaptasi Indonesia dengan 10 subtes dan baterei tes kreativitas verbal dengan 6 subtes.

 

 

 

 

Sumber Lain:

 

 

Boska, Joyce Vantasel (1998). Gifted & Talented Learners. Love Publishing Company. Denver

Page 8: BAKAT ANAK.docx

Penulis adalah Mahasiswa Program Magister Profesi Psikologi Pendidikan di Fakultas Psikologi UI. Angkatan 2007

Munandar, S.C.U (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah.  Rasindo. Jakarta

Hawadi, Reni Akbar (2004). Akselerasi. Gramedia. Jakarta

Barbe, Walter B. And Joseph S. Renzulli (1975). Psychologi and Education of the Gifted. Irvington Publisher, Inc. New York