gangguan bicara pada anak.docx

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sebagian besar masalah bayi baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang lain Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan untuk mekanisme komunikasi. 1,2 Kemampuan berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara lain anak mungkin bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok tersebutl. Seperti perkembangan dalam bidang lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak, dimana dasar untuk perkembangan bicara berada dalam masa tersebut. 1,3 Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada anak. Menurut NCHS, berdasarkan laporan orang tua(diluar gangguan pendengaran serta palatoskisis), terdapat 0.9% kejadian pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1.94% pada anak usia sekolah, dimana angka 1

description

gangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anakgangguan bicara pada anak

Transcript of gangguan bicara pada anak.docx

Page 1: gangguan bicara pada anak.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebagian besar masalah bayi baru lahir berasal dari ketidakmampuan mereka

menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami orang

lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang lain

Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada waktu

anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan untuk mekanisme komunikasi.1,2

Kemampuan berbicara merupakan hal yang penting dalam kehidupan anak, yakni

kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara lain anak

mungkin bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu

berbicara dengan anggota kelompok tersebutl. Seperti perkembangan dalam bidang

lainnya, tahun-tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak,

dimana dasar untuk perkembangan bicara berada dalam masa tersebut.1,3

Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada

anak. Menurut NCHS, berdasarkan laporan orang tua(diluar gangguan pendengaran serta

palatoskisis), terdapat 0.9% kejadian pada anak dibawah umur 5 tahun dan 1.94% pada

anak usia sekolah, dimana angka kejadianya 3.8 kali lebih tinggi dibandingkan hasil

wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak

adalah sekitar 4-5%.4

Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dari gangguan bicara dapat segera

dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan sedini mungkin.

Contohnya, pada seorang anak dengan tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat

mendapat alat bantu pendengaran dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan

mengembangkan sistem komunikasi non verbal pada dirinya sendiri sebelum usia 3

tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya supaya bisa berbicara yang dapat

dimengerti, jelas dan terang telah hilang.4

Pengertian anak menurut UU No. 4 pasal 1 ( 2 ) tahun 1979, tentang kesejahteraan

anak, anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

1

Page 2: gangguan bicara pada anak.docx

Menurut UU No. 23 pasal 1 ( 1 ) tahun 2002, tentang perlindungan anak, anak adalah

seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang ada dalam kandungan.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui patogenesis, diagnosis, deteksi dini, dan intervensi gangguan

bicara pada anak.

1.3 Batasan Masalah

Referat ini membahas tentang patogenesis, diagnosis, deteksi dini, dan intervensi

gangguan bicara pada anak.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk kepada

berbagai literatur.

1.5 Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan

pengetahuan tentang patogenesis, diagnosis, deteksi dini, dan intervensi gangguan bicara

pada anak.

2

Page 3: gangguan bicara pada anak.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bicara dan bahasa merupakan dua istilah yang berbeda, yang mana penggunaan

istilah ini terkadang sering kali dipertukarkan. Bahasa mencakup setiap sarana

komunikasi dengan menyimpulkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan maksud

kepada orang lain, termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas

seperti : tulisan, bicara, bahasa, simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.1

Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakkan artikulasi atau kata untuk

menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling

efektif, maka penggunanya pun juga paling luas dan paling penting.1 Masalah   bicara  

dan bahasa   sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali tumpang tindih.2

Gangguan bicara adalah gangguan yang berhubungan dengan intensitas dan

penekanan bunyi dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau

gangguan dalam kualitas suara. Gangguan perkembangan ini berhubungan erat dengan

umur, jenis kelamin, dan latar belakang budaya.5

Gangguan bicara  terdiri   dari  masalah   artikulasi,  masalah   suara (resonance

disorders), masalah kelancaran  berbicara (fluency), dan afasia (kesulitan

dalam menggunakan katakata, biasanya akibat cedera otak). Masalah artikulasi mencakup

kesulitan memproduksi suara atau mengucapkan kata yang salah. Masalah kelancaran

bicara mencakup masalah gagap (stuttering) yang merupakan kondisi dimana kelancaran

bicara terganggu akibat abnormal stoppages, pengulangan (st-st-stuttering), atau suara

prolong (ssssstuttering). Sedangkan masalah resonansi mencakup masalah nada, volume,

atau kualitas suara anak.4

Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf

sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu

sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat

berupa gangguan dalam nada, volume atau kualitas suara.7

3

Page 4: gangguan bicara pada anak.docx

Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk katakata atau kehilangan

kemampuan untuk menangkap arti katakata sehingga pembicaraan tidak dapat

berlangsung dengan baik. Anakanak dengan afasia diduga memiliki riwayat

perkembangan bahasa awal yang normal, dan onset terjadi setelah trauma kepala atau

gangguan neurologis lain   (sebagai   contohnya kejang),7,8,9

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama

bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang

spasmodik, biasa terjadi spasme tonik dari otototot bicara seperti lidah, bibir, dan laring

dan dipengaruhi oleh adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat

disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan

lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.7,8,10

Dalam mengatasi masalah gangguan bicara diperlukan stimulasi, yaitu kegiatan

merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap

kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat

dalam kehidupan  seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang

menetap.4

2.2 Epidemiologi

Perkembangan normal bicara dan bahasa dapat diprediksi dengan kemampuan

anak untuk mendengar, melihat, mengolah, dan mengingat.2 Gangguan bicara dan bahasa

merupakan gangguan perkembangan yang banyak ditemukan pada anak usia 3-16 tahun.

Prevalensi dari gangguan ini berkisar antara 1-32% yang dipengaruhi oleh umur saat

ditemukan dan metode diagnosis yang digunakan.5

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Gangguan

keterlambatan bicara terjadi sebanyak 20% pada anak umur 2 tahun dan 19% pada anak

umur 5 tahun. Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-

laki memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita.2

4

Page 5: gangguan bicara pada anak.docx

2.3 Fisiologi bicara

Terdapat dua aspek dalam proses terjadinya bicara, yaitu aspek sensorik(input

bahasa) dan motorik(output bahasa). Aspek sensorik meliputi pendengaran, penglihatan,

dan rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat, dan dirasa.

Aspek motorik melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.11

Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat

reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta, satu pusat lainnya

bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahasa lisan dan tulisan. Ketiganya berada

di hemisfer dominan dari otak atau system susunan saraf pusat. Kedua pusat

bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area Wernicke, merupakan pusat

persepsi auditoroleksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang

berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 Broadman adalah pusat persepsi visuo-

leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan

dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Ketiga pusat

tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.4,11

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk

melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani.

Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga

bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang

disebut  koklea. Saat gelombang suara mencapai koklea maka impuls ini diteruskan oleh

saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area Wernicke. Kemudian

jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area

motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan

oleh vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paruparu sedangkan

bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langitlangit). Jadi untuk proses

bicara diperlukan koordinasi system saraf motoris dan sensoris dimana organ

pendengaran sangat penting.2,3,11

Untuk dapat mengucapkan katakata sebaikbaiknya, sehingga bahasa yang

didengar dapat ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata dapat terdengar secara terinci,

maka, mulut, lidah, bibir, palatum mole dan pita suara, serta otototot pernafasan harus

5

Page 6: gangguan bicara pada anak.docx

melakukan gerakan sempurna. Bila ada salah satu gerakan tersebut diatas terganggu,

timbullah cara berbahasa yang kurang jelas ada katakata yang seolaholah ”ditelan”

terutama pada akhir kalimat.12

2.4 Tahap perkembangan bicara

Tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak normal tampak pada table berikut:4

Umur

(bulan)

Bahasa reseptif

(bahasa pasif)

Bahasa ekspresif

(bahasa aktif)

1 Kegiatan anak terhenti

akibat suara

Vokalisasi yang masih

sembarang, terutama huruf

hidup

2 Tampak mendengarkan

ucapan pembicara, dapat

tersenyum pada

pembicaraan

Tanda-tanda vokal yang

menunjukkan perasaan

senang, senyum sosial

3 Melihat kearah pembicara Tersenyum sebagai jawaban

terhadap pembicara

4 Memberi tanggapan yang

berbeda terhadap suara

bernada marah/senang

Jawaban vokal terhadap

rangsang sosial

5 Bereaksi terhadap panggilan

namanya

Mulai meniru suara

6 Mulai mengenal kata-kata

”da da, papa, mama”

Protes vokal, berteriak

kerana kegirangan

7 Bereaksi terhadap kata-kata

naik, kemari, dada

Mulai menggunakan suara

mirip kata-kata kacau

8 Menghentikan aktifitas bila

namanya dipanggil

Menirukan rangkaian suara

9 Menghentikan kegiatan bila

dilarang

Menirukan rangkaian suara

6

Page 7: gangguan bicara pada anak.docx

10 Secra tepat menirukan

variasi suara tinggi

Kata-kata pertama mulai

muncul

11 Reaksi terhadap pertanyaan

sederhana dengan melihat

atau menoleh

Kata-kata kacau mulai

dapat dimengerti dengan

baik

12 Reaksi dengan melakukan

gerakan terhadap berbagai

pertanyaan verbal

Mengungkapkan kesadaran

tentang obyek yang telah

akrab dan menyebu

namanya

15 Mengetahui dan mengenali

nama-nama bagian tubuh

Kata-kata yang benar

terdengar diantara kata-kata

yang kacau, sering dengan

disertai gerakan tubuhnya

18 Dapat mengetahui dan

mengenali gambar-gambar

obyek yang sudah akrab

denganya jika obyek

tersebut disebut namanya

Lebih banyak menggunakan

kata-kata daripada gerakan

untuk mengungkapkan

keingingannya.

21 Akan mengikuti petunjuk

yang berurutan (ambil

topimu dan letakkan di atas

meja)

Mulai mengkombinasikan

kata-kata (mobil papa,

mama berdiri)

24 Mengetahui lebih banyak

kalimat yang lebih rumit

Menyebut nama sendiri

Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan perkembangan bicara

yaitu coding, babbling, echolalia, jargon, kata dan kombinasi kata dan pembentukan

kalimat, seperti yang tercantum dalam tabel berikut 20:

Tabel perkembangan bicara normal

Pendengaran dan Pengertian Bicara

4-8 bulan:

7

Page 8: gangguan bicara pada anak.docx

mata bergerak ke arah suara

respons terhadap suara

perhatian terhadap mainan yang

mengeluarkan suara

pengertian terhadap musik

Babbling dengan berbagai huruf awal ”b”,

”p”p, ”m”

suara kegembiraan atau sedih

suara saat sendiri atau bermain

7 bulan – 1 tahun:

mengerti permainan ”ciluk-ba”

menoleh dan melihat ke arah suara

mendengarkan saat orang berbicara

mengerti beberapa kata: sepatu, gelas

respon terhadap permintaan sederhana

seperti ke sini, mau lagi

Babbling dengan kata panjang dan pendek

seperti ”tata”, ”bibibi”

menggunakan kata atau suara untuk

mendapat perhatian

mengucapkan 1-2 kata

1-2 tahun:

menunjuk anggota tubuh

mengikuti perintah dan permintaan yang

mudah

mendengar cerita sederhana, lagu dan

irama

menunjuk gambar sesuai dengan namanya

kata-kata bertambah tiap bulan

menggunakan 1-2 kata tanya

mengucapkan dua kata bersamaan

mengucapkan 10 kata saat usia 19 bulan

2-3 tahun:

mengerti perbedaan dengan artinya

mengikuti 2 tahap perintah: ambil buku itu

dan letakkan di meja

mempunyai kata untuk semua benda

berbicara dengan 2-3 kata dalam kalimat

2. 5 Etiologi dan Patogenesis Gangguan Bicara pada Anak

Penyebab kelainan bicara bermacam – macam yang melibatkan berbagai faktor

yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran,

kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya.4

Menurut Aram DM ( dalam Soetjiningsih ), mengatakan bahwa gangguan bicara

pada anak dapat disebabkan oleh kelainan berikut ini,4 :

8

Page 9: gangguan bicara pada anak.docx

1. Lingkungan sosial anak

Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara pada

anak.

2. Sistem masukan dan input

Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Anak

dengan gangguan pendengaran seperti otitis kronis dengan penurunan daya pendengaran

akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan bahasa.

Gangguan bicara juga terjadi pada tuli neurosensorial ( infeksi intra uterin ), tuli konduksi

akibat malformasi telinga luar, tuli persepsi / afasia sensorik ( terjadi kegagalan integrasi

arti bicara yang didengar ).

3. Sistem pusat bicara dan bahasa

Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental, misalnya

pada sindoma down.

4. Sistem produksi

Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut, dan

mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara,

bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,

faring, dan rongga mulut.

Beberapa penyebab gangguan bicara pada anak :

I. Keterlambatan bicara fungsional

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami

oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan

keterlambatan maturasi atau keterambatan maturitas ( maturity delay ) dari proses saraf

pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Biasanya hal

ini merupakan keterambatan bicara yang ringan dan prognosis baik.4

II. Retardasi mental

Berbeda dengan anak gangguan bicara atau emosional, anak dengan retadasi

mental terbelakang secara menyeluruh. Mereka tertinggal dalam perkembangan sosio-

emosional, intelektual dan persepsi motorik, demikian juga dalam bicara. Semakin berat

9

Page 10: gangguan bicara pada anak.docx

derajat retardasi, makin berat juga keterlambatan bicara. Anak dengan retardasi berat

mungkin tidak dapat berbicara sama sekali.3

Patogenesis terjadinya hambatan bicara pada anak dengan retardasi mental

dihubungkan dengan adanya disfungsi otak. Disfungsi otak terjadi akibat adanya

ketidaknormalan yang luas dari struktur otak, neurotransmiter atau mielinisasi.4

III. Gangguan Pendengaran

Pendengaran normal pada tahun pertama kehidupan, memegang peranan penting

dalam perkembangan bicara dan bahasa. Gangguan pendengaran pada awal

perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara yang berat. Oleh karenanya,

pemeriksaan fungsi pendengaran pada keterlambatan bicara, memegang peranan sangat

penting.22

Gangguan pendengaran dapat berupa tipe konduktif dan sensorineural. Gangguan

pendengaran tipe konduktif dapat disebabkan oleh otitis media dengan efusi. Adapun

gangguan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intra uterin, kern

icterus, meningitis bakterial, atau hipoksia. Gangguan pendengaran sebagai penyebab

keterlambatan bicara makin bertambah, tersering penyebab gangguan pendengaran

adalah kongenital.22

IV. Faktor Emosional

Faktor emosional memegang peranan penting dalam perkembangan bicara anak.

Anak yang memiliki ibu yang tertekan dan gangguan serius dalam keluarga berefek

serius terhadap gangguan bicara pada anak, misalnya gagap. Gagap merupakan suatu

gangguan dalam arus ritme bicara atau artikuasi kata – kata dimana terdapat pengulangan

suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik. Sering disertai kontraksi

otot – otot muka, tics, dan bunyi tambahan sebagai usaha anak untuk memperbaiki

bicaranya atau akibat tekanan emosi. Walaupun demikian maka sering dapat bernyanyi

atau mengucapkan sajak tanpa kesukaran.4,10

V. Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan sikap badan yang tidak

progresif, oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel – sel motorik pada

susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya. Pada

cerebral palsy gangguan bicara disebabkan karena kerusakan yang tidak hanya terjadi

10

Page 11: gangguan bicara pada anak.docx

pada korteks cerebelaris, tetapi dapat juga mengenai ganglia basalis, pontina dan pada

pusat – pusat subkortikal midbrain atau serebellum hal ini bisa menyebabkan gangguan

bicara berupa disfonia, disritmia, disartria, disfasia dan bentuk campuran.4

2.6 Deteksi Dini Gangguan Bicara Pada Anak

Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara komprehensif

untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal

faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan

tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan

serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh

kembang. Upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan

demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Penilaian pertumbuhan

dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan

penilaian perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan

alat ukur tersendiri.13,14 Deteksi dini terhadap gangguan bicara merupakan bagian dari

deteksi dini mengenai penilaian penyimpangan perkembangan.15

Deteksi yang sedini mungkin terhadap gangguan bicara pada anak perlu

dilakukan, agar bisa sesegera mungkin memastikan penyebab terjadinya gangguan bicara

tersebut dan untuk menentukan langkah pengobatan selanjutnya yang tepat dan sesuai.

Umumnya jika gangguan bicara ini semakin dini terdeteksi, maka semakin baik

kemungkinan pemulihan gangguan tersebut.2,4 Deteksi dini keterlambatan bicara harus

dilakukan oleh semua individu. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga,

bila memungkinkan dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan tentunya

dokter anak yang merawat anak tersebut. Kegiatan deteksi dini ini dapat juga dilakukan

oleh kader kesehatan BKB (Bina Keluarga Balita) terlatih, petugas tempat penitipan anak

terlatih, petugas PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) terlatih, kemudian di Puskesmas

oleh dokter, bidan, maupun perawat. Instrumen dan metode skrining yang bisa digunakan

antara lain: KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) menurut umur, Tes Daya

Lihat, dan Tes Daya Dengar15

11

Page 12: gangguan bicara pada anak.docx

Orang tua sebagai lini pertama yang biasanya mengetahui bila terjadi sesuatu

yang aneh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya sebelum

akhirnya memutuskan untuk berobat ke dokter, sebaiknya memperoleh sosialisasi

mengenai metode deteksi dini gangguan tumbuh kembang yang bisa mereka lakukan

khususnya terhadap gangguan bicara, sehingga penanganan terhadap kasus gangguan

bicara ini bisa dilakukan lebih awal. Pada dasarnya deteksi dini adalah kegiatan

menggunakan seluruh kemampuan dan panca indera orang tua untuk mengamati proses

perkembangan putra-putrinya, sebaiknya orang tua juga mengetahui fase-fase normal

yang seharusnya terjadi dalam periode tumbuh kembang.15

Gangguan bicara yang diawali oleh gangguan perkembangan bahasa serta

pengucapan yang terdapat pada anak-anak usia pra sekolah dapat diamati melalui

berbagai tanda-tanda berikut2,4:

a. pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhadap

suara yang datang dari belakang atau samping

b. pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya

sendiri

c. pada umur 15 bulan anak tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata-

kata jangan, da-da, dan sebagainya

d. pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal

e. pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,

kemari, berdiri)

f. pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh

g. pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapa yang terdiri dari 2

buah kata

h. setelah 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat sedikit/tidak

mempunyai kata-kata huruf z pada frase

i. pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarganya

j. pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana

k. pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang

sederhana

l. pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang di luar keluarganya

12

Page 13: gangguan bicara pada anak.docx

m. pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba

untuk ban, dan lain-lain)

n. setelah berusia 4 tahun tidak lancar berbicara/gagap

o. setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan

p. pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau

mempunyai suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat di

dengar serta terus menerus memperdengarkan suara yang serak.

Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini

gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau panduan skala

khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test – II),

Child Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik

halus, Ages and Stages Questionnaire, Parent’s Evaluations of Developmental Status.

Dan alat-alat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language

Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai

untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3

tahun. 20

USPSTF (US Preventive Task Force) merekomendasikan untuk dilakukan

skrining universal gangguan pendengaran pada bayi baru lahir pada kelompok yang

berisiko tinggi untuk menderita gangguan pendengaran kongenital bilateral permanen

dengan kriteria:

1. bayi sempat dirawat di NICU selama lebih dari sama dengan 2 hari

2. riwayat keluarga atau keturunan dengan kelainan pendengaran sensorineural

3. abnormalitas kraniofasial

4. sindrom kongenital tertentu dan infeksi

program skrining yang direkomendasikan oleh USPSTF adalah dengan

menggunakan langkah pertama atau kedua dari sebuah protokol yang sah. 2 langkah

skrining yang lazim digunakan meliputi pemeriksaan OAE (Otoaccoustic Emission) dan

BERA, yang dilakukan pada bayi baru lahir bila gagal pada tes skrining pertama. Bayi

yang mendapatkan hasil tes skrining yang positif harus mendapatkan evaluasi audiologik

yang tepat. Semua bayi dengan risiko tinggi untuk mendapatkan gangguan pendengaran

13

Page 14: gangguan bicara pada anak.docx

harus melalui skrining pendengaran sebelum usia 1 bulan, sementara bayi yang gagal

skrining harus dievaluasi audiologik dan kesehatan sebelum usia 3 bulan.21

2.7 Diagnosis Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder (DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.2

1. Gangguan bahasa ekspresif

2. Gangguan bahasa reseptifekspresif

3. Gangguan phonological

4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti

perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami

kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki

kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa

anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak

tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan

gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara,

defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y.

Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung

diagnosis.8,13

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif reseptif, selain ditemukan gejala-

gejala gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan

kalimat. Ciri klinis penting dari gangguan tersebut adalah gangguan yang bermakna pada

pemahaman bahasa dan ekspresi bahasa. Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4

tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai

usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa reseptif ekspresif campuran

memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu memproses simbol visual seperti

arti suatu gambar. Mereka memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbol auditorik

maupun visual, contohnya mengenali atribut dasar yang umum untuk mainan truk dan

14

Page 15: gangguan bicara pada anak.docx

mainan mobil penumpang. Anak dengan gangguan bahasa campuran reseptif ekspresif

biasanya tampak tuli.9,13

Anak dengan kesulitan bebicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu

berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi

suara.2

Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi

pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata dan sangat sering disertai

mengedipkan mata dan menggoyangkan kepala.2

Secara lebih spesifik lagi gangguan bicara motorik dibagi antara lain berupa:

disartria, verbal apraxia, gangguan fonologik, gangguan bicara yang disebabkan oleh

gangguan pendengaran, serta gagap. Untuk penegakan diagnosis gangguan bicara

didasarkan dari hasil pengumpulan dan analisis data-data yang diperoleh selama

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan bila diperlukan dari pemeriksaan penunjang.2

2. 7. 1. Anamnesis

Anamnesis yang holistik meliputi keluhan utama yang jelas dan dapat langsung

mengarah pada kemungkinan diagnosis, riwayat penyakit dahulu (infeksi susunan saraf,

trauma kepala, kejang, obat-obatan), riwayat keturunan atau penyakit anggota keluarga

lainnya, riwayat kehamilan ibu (infeksi TORCH, penyakit ibu, obat-obatan), riwayat

perinatal (trauma perinatal, infeksi atau asfiksia, perdarahan intrakranial) dan persalinan

(adakah trauma perinatal, infeksi atau asfiksia saat hamil), psikososial, riwayat

pengobatan. Kemudian riwayat imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan anak

terutama motorik dan bicara, yaitu perkembangan bicara pada anak dikategorikan dalam

kondisi bahaya, bila ditemukan.22

a. 4–6 Bulan

Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;

Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak

b. 8-10 Bulan

Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.

Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.

15

Page 16: gangguan bicara pada anak.docx

Usia 9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

c. 12-15 Bulan

12 bulan, belum menunjukkan mimik.

12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti “mama”, “dada”.

12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.

15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”.

15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.

16 bulan, belum dapat mengucapkan 13 kata.

d. 18-24 Bulan

18 bulan, belum dapat mengucapkan 610 kata.

18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.

18-21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.

24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.

24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dantelepon.

24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata orang lain.

24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

e. 30-36 Bulan

30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.

36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat

dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.

f. 3-4 Tahun

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak

memiliki minat bermain dengan sesamanya.

3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”.

4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

2. 7. 2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan

bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar,

otitis media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan

jantung, langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor

16

Page 17: gangguan bicara pada anak.docx

dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan

lidah, dan mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka.4,5

Pada bayi diperhatikan respon pendengaranya dalam ingkah laku sehari-hari,

tingkh laku pre linguistik buruk, seperiti respon visual yang buruk dan gagal terhadap tes

dasar yang dilakukan harus diwaspadai sebagai tanda akan terjadinya gangguan bicara5

2. 7. 3. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan audiometri18

Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan

untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori

pengukuran dengan audiometri :

a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan

dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Mulai dapat

dilakukan pada bayi usia 4-7 bulan dimana kontrol neuromotor berupa

kemampuan mencari sumber bunyi sudah berkembang. Respon yang

diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber

bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang atau kedap suara dan

menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian dilakukan terhadap

respon yang diperlihatkan anak.

b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan

sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada

tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat dilakukan pada usia 2-5

tahun bila anak cukup kooperatif.

c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam

silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List).

Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape

recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c,

h, ch. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam

pembicaraan sehari-hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar

(hearing aid).

d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.

17

Page 18: gangguan bicara pada anak.docx

2. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)

Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem

auditorik, bersifat obyektif, tidak invasif. Dapat dilakukan pada bayi dan anak yang tidak

kooperatif yang sulit diperiksa dengan pemeriksaan konvensional.18

BERA merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang

dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon

terhadap stimulus auditorik. Stimulus bunyi yang digunakan berupa bunyi click atau

toneburst yang diberikan melalui headphone,insert probe, bone vibrator. 18

3. Timpanometri

Digunakan untuk menilai kondisi telinga tengah (mengukur kelenturan membrana

timpani dan sistem osikular). Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau

tekanan negative di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya angguan pendengaran

konduktif.18

Melalui probe tone (sumbat liang telinga) yang dipasang pada liang telinga dapat

diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang dipantulkan

kembali (ke arah luar) oleh gendang telinga. Pada bayi berusia di atas 7 bulan digunakan

probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk bayi di bawah usia 6 bulan tidak digunakan

probe tone 226 Hz karena akan terjadi resonansi pada liang telinga sehingga harus

digunakan probe tone frekuensi tinggi (668, 678 atau 1000 Hz).18

4. Otoacoustic Emission (OAE)

Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang

obyektif, otomatis, tidak invasif, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis

sehingga sangat efisien untuk program skrining pendengaran bayi baru lahir (Universal

newborn Hearing Screening). Pemeriksaan tidak harus di ruang kedap suara, cukup di

ruangan yang tenang. Untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan pemilihan probe

(sumbat liang telinga) sesuai ukuran liang telinga.18

18

Page 19: gangguan bicara pada anak.docx

2.8 Tatalaksana

Gangguan bicara biasanya pertama kali dikenal pasti oleh orang tua pasien atau

pengasuh anak. Jika dicurigai gangguan bicara perlu dilakukan tes pendengaran oleh ahli

bicara dan bahasa sebagai langkah pertama. Jika memang gangguan bicara disebabkan

oleh gangguan pendengaran, dapat dipasang alat bantu dengar.16

Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat

berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa.

Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sulit karena

diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua

baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada

anaknya, sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan

rehabilitatif dibandingkan preventif. Tatalaksana dini terhadap gangguan ini akan

membantu anak-anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan

dimasa sekolah.2,6,10

2.8.1 Terapi bicara

Terapi bicara melibatkan dokter ahli bicara bersama anak secara perorangan

dalam sebuah kelompok kecil atau secara langsung didalam sebuah kelas untuk

mengatasi gangguan tertentu. Terapi bicara menggunakan berbagai cara termasuk

intervensi bahasa dan terapi artikulasi. Seorang terapis mungkin menggunakan objek-

objek, gambar, buku atau peristiwa penting untuk merangsang perkembangan bicara.

Terapis juga merupakan contoh terhadap pengucapan yang benar dan menggunakan

latihan mengulang sebutan untuk membangun keterampilan berbicara dan berbahasa.6

2.8.2 Terapi artikulasi

Terapi artikulasi melibatkan ahli terapis sebagai model yang benar terhadap

pengucapan yang benar untuk anak, selama kegiatan bermain. Tingkatan permainan

tersebut adalah berdasarkan umur dan sesuai dengan kebutuhan anak. Terapi ini

melibatkan fisik anak tentang bagaimana membuat suara tertentu seperti “R”. Seorang

19

Page 20: gangguan bicara pada anak.docx

terapis bicara seharusnya menunjukkan bagaimana cara menggerakkan lidah untuk

menghasilkan suara tertentu.6

2.8.3 Terapi perilaku

Terapi perilaku adalah terapi yang bertujuan untuk merubah atau menghilangkan

tingkah laku anak yang dianggap tidak layak. Terapi perilaku ini lebih dikenal dengan

nama ABA (Applied Behavior Analysis) yang dilakukan dengan metode Lovas, yang

dalam prakteknya menggunakan prinsip stimulus respons. Terapi ini disukai karena

terstruktur, terarah dan terukur. Yang ingin dipacu pada terapi ini adalah peningkatan

pemahaman dan kepatuhan akan aturan. Terapi ini diberikan pada anak autisme,

gangguan perkembangan pervasive, anak dengan ADD, anak dengan gangguan

emosional, dan sebagainya.22

2.8.4 Terapi sensori integrasi

Terapi sensori integrasi adalah suatu pendekatan untuk menilai dan melakukan

terapi pada anak-anak yang menunjukkan masalah perilaku atau kesulitan belajar. Dalam

terapi ini, anak dibimbing untuk melakukan berbagai aktivitas yang dapat memberikan

masukan berbagai informasi sensorik, yang penting adalah partisipasi aktif dari anak agar

timbul perubahan positif yang dapat memperbaiki struktur halus pada otak anak yang

masih mempunyai daya plastisitas yang baik. Dalam memberikan terapi, anak didukung

untuk memilih kegiatan yang disukainya dan terapis akan mengarahkan agar kegiatan

yang dilakukan dapat memberikan tantangan yang tepat. Dengan tantangan ini, maka

perlahan-lahan kemampuan anak akan bertambah. Diharapkan dengan ini fungsi otak

yang lebih kompleks, seperti berfikir secara emotif, kreatif, dan fleksibel serta

pemahaman terhadap konsep-konsep abstrak seperti berbahasa akan berkembang lebih

baik. Terapi ini dirancang untuk dapat memberikan rangsangan vestibuler, proprioseptif,

taktil auditori, visual, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan individual anak.22

2.8.5 Terapi okupasi

Terapi okupasi adalah penggunaan aktivitas yang bertujuan mengintervensi,

sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi perkembangan ke tingkat yang

lebih tinggi dari seseorang yang mengalami keterbatasan yang disebabkan penyakit fisik,

20

Page 21: gangguan bicara pada anak.docx

kondisi fungsional, gangguan kognitif, disfungsi psikososial, gangguan mental, disabilitas

perkembangan. Terapi okupasi bertujuan membuat individu mandiri dalam aktifitasnya

sehari-hari, memiliki produktifitas, dan pengisian waktu luang yang sesuai usia individu

tersebut. Terapi ini meliputi pengajaran keterampilan dalam aktivitas sehari-hari (makan,

minum, mandi, berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan), pengembangan

keterampilan motorik, keterampilan sensori integrasi, keterampilan bermain dan kapasitas

kerja, maupun memanfaatkan waktu luang. Selain itu, terapi okupasi berperan dalam

menyediakan fasilitas untuk meningkatkan dan memperbaiki fungsi sensorimotor,

neuromuskular, emosional, kognitif, dan kinerja psikososial.22

2.8.6 Fisioterapi

Fisioterapi digunakan sebagai metode untuk membantu rehabilitasi terhadap anak-

anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang, seperti keterlambatan dalam gerak

motorik kasar (tengkurap, duduk, berdiri, dan berjalan) dan motorik halus (menggunakan

fungsi tangan). Metode yang digunakan adalah metode Bobath yaitu terapi yang

berdasarkan pada perkembangan normal saraf, sehingga disebut juga neurodevelopmental

treatment. Metode ini menggunakan sensori-motor dari indera (taktil perabaan,

penglihatan, pengecapan, dan penciuman), juga perkembangan neuropsikososial.22

2.8.7 Stimulasi floor time

Floor time merupakan cara berinteraksi antara orang dewasa dengan anak dalam

suasana yang dapat membentuk emosi yang sehat, sosial, dan intelektual. Mengerti emosi

anak merupakan kunci yang efektif dalam memberikan pengajaran. Para profesional

(dokter, terapis, psikolog, pedagogik) membantu orang tua menganalisis, memberi umpan

balik, dan ide bagaimana orangtua melakukannya. Prinsip utama floor time adalah

memanfaatkan setiap kesempatan yang muncul untuk berinteraksi dengan cara yang

disesuaikan dengan tahap perkembangan emosi anak. Interaksi yang terjadi diharapkan

bermula dari inisiatif anak, pengasuh atau orang tua mengikuti anak dan memanfaatkan

emosi sebagai titik awal interaksi, diperluas dan dikembangkan menjadi lebih bermakna

dan timbal balik.22

21

Page 22: gangguan bicara pada anak.docx

Untuk membantu anak dalam mencapai terapi yang maksimal, selain dibutuhkan

berbagai macam terapi, orangtua juga berperan penting untuk terapi di rumah. Beberapa

hal yang dapat dilakukan orangtua di rumah adalah :22

1. Selalu berbicara dengan anak

2. Berikan dorongan pada anak untuk bertanya, memilih dan menjawab pertanyaan

dengan kemampuan bahasanya.

3. Dengarkan anak

4. Berikan dorongan untuk bermain. Diharapkan anak dapat bermain cukup lama

dengan orangtua

5. Ajarkan anak lagu baru yang dia sukai

6. Rencanakan berjalan-jalan dengan anak

7. Bacakan cerita pada anak. Ajarkan mengucapkan kata atau ide

8. Setiap mengajarkan kata, tunjukkan benda objeknya

Pemilihan terapi yang tepat

Pemilihan terapi yang tepat tergantung dari tiap anak, sesuai etiologi dan

kebutuhannya. Anak dengan gangguan pendengaran, bisa menggunakan alat bantu

dengar atau implant koklea yang dikombinasikan dengan terapi bicara. Anak yang

mempunyai perilaku agresif sebaiknya diberikan lebih dahulu terapi perilaku atau sensori

integrasi. Bila anak telah mulai berinteraksi cukup baik barulah diberikan terapi bicara.

Pemakaian beberapa bahasa di rumah, sebaiknya diseragamkan lebih dulu. Keadaan ini

diharapkan dapat membantu anak untuk menguasai satu bahasa dahulu dengan baik.

Karena terapi yang diberikan bukan pengobatan, hasil terapi biasanya baru terlihat setelah

anak menjalaninya beberapa waktu. Perlu dilakukan evaluasi setiap 3-6 bulan untuk

melihat hasil terapi yang telah diberikan. Apakah perlu ditambah, dikurangi, atau diubah,

disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak saat itu.22

2.9 Prognosis

Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Sebagian

besar anak memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan. Untuk

gangguan yang berhubungan dengan kelainan organik seperti pada tuli konduksi,

22

Page 23: gangguan bicara pada anak.docx

perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan perkembangan bahasa normal pada

anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan

anak yang intelegensinya baik. Demikian juga dengan anak yang memiliki gangguan

perkembangan multiple, membutuhkan penanganan ekstra agar tidak meninggalkan

kelainan sisa. Lingkungan yang beresiko tinggi dan usia terdeteksinya gejala turut

memperburuk prognosis.2,4

Beberapa anak yang mengalami keterlambatan berbahasa dini dapat mengalami

“periode sembuh ilusi” selama bertahun-tahun usia prasekolah, tetapi secara berturut-

turut memiliki kesulitan belajar untuk membaca selama tingkat sekolah dasar awal karena

adanya maslaah fonetik (yaitu kesulitan mengenali setiap bagian kata, misal suara atau

suku kata). Sebagian besar gagap sembuh pada akhir masa kanak-kanak, pada 1 %

populasi dengan masalah jangka panjang ke dalam tahun-tahun dewasa. Sayangnya

terdapat data yang terbatas untuk membantu menyususn prognosis spesifik utnuk setiap

anak.17

23

Page 24: gangguan bicara pada anak.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bicara dan bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dan beradaptasi

dengan lingkungan. Gangguan bicara pada anak akan menghambat interaksi dan

komunikasi anak terhadap lingkungan.

2. Gangguan bicara pada anak merupakan keluhan yang serig dijumpai pada praktek

sehari-hari. Deteksi dan intervensi dini terhadap gangguan ini akan memperbaiki

prognosis.

3. Gangguan bicara merupakan masalah yang terdiri dari artikulasi, suara,

kelancaran bicara, afasia, dan keterlambatan bicara yang dapat berhubungan

dengan gangguan pendengaran dan tanpa gangguan pendengaran.

4. Gangguan bicara dipengaruhi oleh lingkungan, hambatan pendengaran, ganguan

perfasif dan keterlambatan perkembangan.

5. penatalaksanaan dan prognosis gangguan bicara pada anak berdasarkan pada

penyebabnya.

3.2 Saran

1. Perlu peningkatan pengetahuan bagi dokter dalam mendiagnosis dan

menatalaksana gangguan bicara pada anak sehingga dapat dilakukan deteksi dini

dan intervensi dini yang adekuat.

2. Perlu informasi kepada masyarakat mengenai gangguan bicara pada anak

sehingga dapat dideteksi secara dini dan anak dengan gangguan bicara dapat

diterapi sehingga prognosisnya lebih baik.

24

Page 25: gangguan bicara pada anak.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Santrock WJ. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi ke11. Jakarta : Erlangga,

2005.h.252-80

2. Simms MD, Schum RL. Language development and communication disorder.

Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson textbook of

paediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders, 2007. h.152-61.

3. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adams, Boies highler. Gangguan bicara dan

bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok.Edisi 6. Jakarta : EGC,

1997. h 397-410

4. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta. EGC 1995. h.237-40

5. Busari JO, Weggelaar NM. How to Investigate and Manage the Child who is

Slow to Speak. BMJ 2004, 328 : 272-6

6. Levine A. David. Growth and development. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,

Jenson HB, Marcdante JK. Nelson essentials of paediatrics. Edisi ke-5.

Philadelphia: Saunders, 2006. h.56-57.

7. Kaplan, Harold I. Gangguan Komunikasi. Dalam : I Made Wiguna, editor.

Sinopsis Psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997.h. 766-82

8. Vade – Mecum, Pediatri, Edisi 13, Erlangga, EGC, 2003

9. Heidi M. Feildman Evaluation and Management of Speech and Language

disorder in Preschool Children. Pediatric in Review. 2005.h.131-42

10. Markum AH. Buku ajar ilmu kesehatan jilid 1. Jakarta. FKUI. 1991. h.56-69.

11. Guyton AC, Hall JE. Dalam : Irawati Setyawan, penyunting. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC, 1997.h. 909- 19

12. Ngoerah I. Dasar dasar Ilmu Penyakit Saraf. Denpasar : Airlangga University

Press, 1990

13. Chamidah, A Nur. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak. Diakses dari www. Journal_UMY.ac.id. Diunduh tanggal 04 November

2010

14. Tim Dirjen Pembinaan Kesmas. 1997. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Balita. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

25

Page 26: gangguan bicara pada anak.docx

15. Departemen Kesehatan RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, deteksi dan

intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ditingkat Pelayanan Kesehatn Pasar.

16. Lissauer Tom, Clayden Graham. Developmental problems and tha child with

special needs. Illustrated textbook of paediatrics. Edisi ke-3. London,UK: Mosby,

2007. h.45-46.

17. Shankoff J. Language delay: late talking to communication disorders. Dalam:

Rudolph CD, Rudolph AM, Hostetter MK, Lister G, Siegel N, penyunting.

Rudolph’s pediatric. Edisi ke-21. mc Grawhill, 2003.h.505-12.

18. Suwento R, Zizakausky S, Hendrawan H. Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan

Anak. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala

dan Leher. Edisi ke 6. Jakarta : FKUI, 2007.h.31-42

19. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

dalam : Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh

Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Sumatera Barat : Dinkes

Prov Press, 2007. h. 48

20. UKK Neurologi IDAI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.

Diagnosis Banding Keterlambatan Bicara : Pendekatan etiologi pada praktik

sehari – hari dalam : A Journey to Child Neurodevelopment : Application in Daily

Practice. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010. h. 55

21. Busari JO, Weggelaar NM. How to Investigate and Manage the Child who is

Slow to Speak. BMJ 2004, 328 : 272-6

22. US Preventive Services Task Force. Universal Screening for Hearing Loss in

Newborns, US Preventive Services Task Force Recommendation Statement.

Pediatrics 2008, vol 122. h. 143-4

23. Mangunatmadja, Irawan. Keterlambatan Bicara : Deteksi Dini dan Tatalaksana

dalam Unit Kerja Neurologi, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.Jakarta : IDAI

Jaya, 2003. h.7-14

26