makalah anak.docx

24
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK “RETARDASI MENTAL” Disusun oleh : Mirna noveria A (20101660045) Sry jumiyatun (20101660030) Halima tussadiyah (20101660051) Muchammad rizky z. (20101660035) Muhammad atwan (201016600) PRODI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Transcript of makalah anak.docx

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

RETARDASI MENTAL

Disusun oleh : Mirna noveria A Sry jumiyatun Halima tussadiyah Muchammad rizky z. Muhammad atwan (20101660045) (20101660030) (20101660051) (20101660035) (201016600)

PRODI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat nikmat, maunah dan hidayahnya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam kami haturkan pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk menegakkan syiar Islam, yang pengaruh dari manfaatnya hingga kini masih terasa. Selanjutnya makalah yang berjudul RETARDASI MENTAL telah kami susun dalam rangka memenuhi Tugas mata kuliah yang sesuai dengan stabilitas yang telah ditentukan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dari segi isi, bahasa, analisis dan sebagainya. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat memenuhi pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca dan semoga bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Surabaya 23 oktober 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di lingkungan sekitar kita, tak jarang kita menemui seorang anak penderita retardasi mental. Mereka yang kita temui itu biasanya bersama dengan pengasuhnya atau mungkin dengan orang tuanya sendiri. Memang seorang anak penderita retardasi mental membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang di lingkungannya (sekitarnya). Hal ini tak jarang menimbulkan rasa iri pada saudaranya, atau bahkan lebih besar lagi yaitu keretakan hubungan keluarga. Keadaan tidak menyenangkan tersebut juga dipicu oleh depresi karena memilii anak/anggota keluarga yang menderita retardasi mental. Apalagi jika terjadi pada keluarga yang tinggal di kota besar. Hidup seorang penderita retardasi mental di kota besar jauh lebih berat dibanding dengan penderita di pedesaan.

Retardasi Mental (RM) bukan penyakit.Kita tidak mendapatkan Retardasi Mental dari siapapun.Juga bukan tipesakit mental seperti depresi.Tidak ada obat untuk Retardasi Mental.Namun, kebanyakan anak dapat belajaruntuk melakukan banyak hal. Itu membutuhkan usaha dan waktu lebih dibandingkan yang lain.

Dengan jumlah penderita yang mencapai 6 juta orang ini, menjadi salah suatu pertanyaan penting bagi kita tentang apakah retardasi mental itu? Apa penyebabnya hingga mencapai jumlah yang memprihatinkan itu? Bagaimana karakteristiknya? Apa saja jenisnya? Bagaimana pula menanganinya sehingga tidak terjadi hal seperti perpecahan hubungan keluarga? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis mencoba menjabarkan pembahasan masalah retardasi mental seperti berikut ini.

1.2 Rumusan masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Retardasi mental ? 2. Faktor- factor apa saja yang mempengaruhi Retardasi mental ? 3. Bagaimana penatalaksanaan pada anak yang mengalami Retardasi mental ?

1.3 Tujuan 1. Tujuan Tujuan umum a. untuk mengetahui askep pada anak retardasi mental. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya retardasi mental. b. Untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul pada anak retardasi mental. c. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan pada anak retardsi mental

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konse pre school: Pertumbuhan: bb, tb Perkembangannya: bahasa, motorik halus dan kasar, teori perkembangan (psikoseksual, psikososial, kognitif, moral) 2.2 Konsep konsep Retardasi mental

A. Pengertian Retardasi mental

Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).

Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation (MR) is a generalized disorder, characterized by significantly impaired cognitive functioning and deficits in two or more adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has historically been defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term mental retardation is a diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental functioning such as idiot, imbecile, and moron derived from early IQ tests, which acquired pejorative connotations in popular discourse. Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri. B Manifestasi Klinis 1. Ganguan kognitif 2. Lambatnya keteramplan mengungkapkan dan menangkap bahasa

3. Gagal melewati tahap perkembangan yang penting 4. Lingkar kepala di atas atau di bawah normal 5. Kemungkinan keterlambatan pertumbuhan 6. Kemungkinan tonus otot abnormal 7. Kemungkinan gambaran dismorfik 8. Keterlambatan perkembangan motorik halus dan kasar. C Patofisilogi

D Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu : Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental. a. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental. b. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental. c. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

E Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Retardasi Mental Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya(simpleks).keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkanoleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak . Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut:

1) Infeksi dan atau intoksinasi Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya racun atau obat yang semestinya dibutuhkan.

1) Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.

2) Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan

memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.

3) Penyakit otak yang nyata Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.

4) Penyakit atau pengaruh prenatal Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.

5) Kelainan kromosom Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.

6) Prematuritas Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.

7) Akibat gangguan jiwa yang berat Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.

8) Deprivasi psikososial Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.

F Karakteristik Retardasi Mental Dari dua rumusan definisi retardasi mental yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan dan batasan (karakteristik) retardasi mental sebagai berikut; Bahwa orang yang menderita retardasi mental adalah sebagai berikut : a. b. Tingkat kecerdasannya berada di bawah rata-rata anak normal. Disertai dengan adanya kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam bertingkah laku atau beradaptasi.

c.

Terjadi pada masa perkembangan. Selain batasan di atas retardasi mental juga dapat dilihat dari karakteristik/ciri:

a. Fisik/tanda-tanda ilmiah Wajah dan segala sesuatu yang terdapat padanya Biasanya anak penyandang cacat mental mempunyai bentuk muka ya ng bundar. Kalau dilihat dari samping, mukanya cenderung mempunyai tampang yang pipih. Hal ini seperti dikenal dengan Brachycephaly (kepala pendek dan lebar).

Mengenai mata, dari hampir semua anak maupun orang dewasa yang cacat mental cenderung sipit atau miring ke atas. Selain itu, sering juga ada lipatan kecil dari kulit (Epicanthic Fold) yang timbul tegak lurus antara bagian sudut dalam dari mata dan jembatan hidung.

Rongga mulutnya sedikit lebih kecil dan lidanya lebih besar dari yang biasa. Inilah yang mendorong anak untuk mempunyai kebiasaan mengeluarkan lidahnya pada waktu-waktu tertentu.

Anggota tubuh Tangan penderita cacat mental ini cenderung lebar dengan jari-jari yang pendek. Sedangkan kaki cenderung pendek dan tebal serta mempunyai sela yang lebar antara jempol kaki dan jari-jari di sebelahnya.

Koordinasi anggota tubuh Adakalanya koordinasi antara tangan dan kaki juga kurang baik. Hal ini bisa terlihat pada anak yang ragu-ragu melangkah dan menggerakkan tangannya. Gaya duduk Biasanya kedua lututnya mengarah lebar ke depan, sedangkan bagian lutut ke bawah sampai telapak kaki terlipat mengarah ke belakang, masing-masing di sebelah kanan dan kiri pinggang.

b.

Sikap dan tingkah laku

Ada yang terlalu apatis (diam) dan adapula yang terlalu hiper-aktif.

c.

Perkembangan anak cacat mental

Anak cacat mental tertentu, selain yang berat cacat mentalnya, masing akan dapat berkembang da belajar sepanjang hidupnya. Dari seorang bayi yang baru dilahirkan dan seluruhnya tergantung dari keluarganya, mereka akan berkembang jasmani, daya pikir dan perasaannya.

Perkembangan anak cacat mental, tidak hanya lebih lambat atau bahkan jauh tertinggal dari mereka yang tanpa cacat, tetapi yang dicapai juga tidak lengkap. Dan dalam masa dewasanya, mereka yang cacat mental akan lebih memerlukan bantuan dari rata-rata orang dewasa pada umumnya.

G. Jenis Retardasi Mental Retardasi mental terbagi menjadi 5 jenis (menurut PPDGJ-I), yaitu: a. Retardasi mental taraf perbatasan IQ 68 85. Beberapa kali tidak naik kelas di SD, tidak dapat bersaing dalam mencari nafkah. b. Retardasi mental ringan IQ 52 67. Dapat mencari nafkah secara sederhana dalam keadaan baik. Dapat dilatih dan dididik di sekolah khusus. c. d. e. Retardasi mental sedang IQ 36 51. Retardasi mental berat IQ 20 35. Retardasi mental sangat berat IQ < 20. Untuk lebih jelas mengenai ciri-cirinya dapat dilihat pada tabel terlampir. Penggolongan di atas adalah berdasarkan kemampuan mental, perilaku penyesuaian dan pengembangan jasmani. Sedangkan penggolongan secara klinis terbagi menjadi 3 jenis retardasi mental yaitu:

a.

Idiocy (idiot) IQ-nya kurang dari 25, karena cacat jasmani dan rohaninya begitu berat, pada umumnya mereka tidak mampu menjaga diri sendiri. Intelegensinya tidak bisa berkembang, tidak bisa mengerti dan tidak bisa diajari apa-apa. Idiocy ini terbagi atas : Idiocy Pardhal atau Incomplete (tidak total)

Beberapa dari mereka mempunyai fisik yang berbeda atau aneh dan sering sakit-sakitan. Adakalanya dibarengi dengan paralysa atau kelumpuhan total dan paresis atau kelumpuhan sebagian pada anggota badanya. Di antara mereka ini ada yang sangat rakus sekali dan tidak dapat membedakan rasa apa-apa, sehingga mereka memakan apa saja yang ada dalam jangkauannya. Sering defensiasi atau perbedaan kelamin lelaki dengan kelamin perempuannya tidak jelas.

Idiocy Komplit (mutlak, absolut). Tidak mempunyai kemampuan jiwa dan unsur intelegensinya seperti anak umur 2,5 tahun. Tidak bisa berbicara dan tidak bisa membedakan nalurinya. Ada gerakan-gerakan muskuler atau otot, tetapi tanpa koordinasi. Sama sekali tidak mempunyai intersse terhadap lingkungannya. Tidak dapat dilatih sesuatupun, tidak bisa menolong diri sendiri. Kebanyakan dari mereka hanya terlentang saja di tempat tidur, tidur melingkar di pojok seperti dalam keadaan antenatal. Banyak dari idiocy ini mati sangat muda.

b.

Imbecillity (imbisil) Memiliki IQ 25 49. Seperti kanak-kanak yang berumur 3 7 tahun. Ukuran tinggi dan bobot badannya kurang, sering badannya cacat atau mengalami Anomali (kelainan). Gerakangerakannya tidak stabil dan lamban. Ekspresi mukanya kosong dan tampak dungu. Kurang mempunyai daya tahan terhadap penyakit, perkembangan jasmaninya sangat lamban da kurang sambutannya jika diajak berbicara. Pada umumnya mereka masih bisa mengerjakan tugas yang sederhana di bawah pengawasan. Anak-anak imbisil juga banyak yang mati muda.

c.

Debil Mempunyai IQ 50 70. Seperti anak umur 7 16 tahun. Gejala lemah ingatan sudah tampak sebelum tahun-tahun masa sekolah. Tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol diri, mengadakan koordinasi dan adaptasi yang wajar. Pada penderita memerlukan perlindungan khusus dalam masyarakat, karena mereka kurang nalar dan kurang pikiran untuk bisa mengatur dan mengurus dirinya sendiri.

Menurut pembagian secara klinis, ada 2 macam tipa debil :

Tipe Stabil Berpembawaan tanang, mempunyai minat terhadap lingkungannya serta rajin. Mentalnya seimbang, bertingkah laku baik serta tidak menimbulkan banyak kesulitan bagi orang lain.

Tipe Instabil Sangat ribut, kurang pengontrolan diri, selalu gelisah dan selalu bergerak aktif dan tanpa koordinasi.

H . Tingkatan Retardasi Mental Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah: 1. Intelligence Quotient (IQ), 2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih, dan 3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional). Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-ringannya retardasi mental yang menurut GPPDGJ 1 (W.F. Maramis, 2005: 390-392) adalah : 1. Retardasi Mental Taraf Perbatasan (IQ = 68 85), 2) Retardasi Mental Ringan (IQ = 52 67), 3. Retardasi Mental Sedang (IQ = 36 51), 4. Retardasi Mental Berat (IQ = 20 35), dan 5. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ = kurang dari 20).

I.Epidemiologi Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadangkadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.

Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

J. Penatalaksanaan medis 1. Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan primer, dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran. Pencegahan sekunder, meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, dan kraniostenosis. Pencegahan tersier, pendidikan penderita atau latihan khusus, sebaiknya di Sekolah Luar Biasa. Diberi neroleptika pada yang gelisah, hiperaktif, atau destruktif. Amfetamine dan kadang-kadang juga antihistamin berguna juga pada hiperkinesa. Dapat dicoba juga obat-obat yang memperbaiki mikrosirkulasi di otak, atau yang langsung memperbaiki metabolisme sel-sel otak. Akan tetapi hasilnya, kalau ada, tidak segera dapat dilihat. Disertai juga konseling pada orang tua dengan tujuan membantu mereka dalam mengatasi frustasi karena mempunyai anak dengan retardasi mental.

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka

mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu. Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental 1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki dengan sebaikbaiknya. 2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah. 3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang. Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.

b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu: 1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst., 2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social, 3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan

4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

K Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu: 1. Kromosom kariotipe 2. EEG (Elektro Ensefalogram) 3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) 4. Titer virus untuk infeksi congenital 5. Serum asam urat (Uric acid serum) 6. Laktat dan piruvat 7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang 8. Serum seng (Zn) 9. Logam berat dalam darah 10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin 11. Serum asam amino atau asam organik 12. Plasma ammonia 13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit: 14. Urin mukopolisakarida 15. Urin reducing substance 16. Urin ketoacid 17. Urin asam vanililmandelik

Diagnosis dan Gejala klinis Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil

evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak. Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu : 1. Kelainan pada mata : a. Katarak b. Bintik cherry-merah pada daerah macula c. Kornea keruh

2. Kejang : a. Kejang umum tonik klonik b. Kejang pada masa neonatal

3. Kelainan pada kulit : a. Bintik-caf-au-lait 4. Kelainan rambut : a. Rambut rontok b. Rambut cepat memutih c. Rambut halus 5. Kepala : a. Mikrosefali b Makrosefali 6. Perawakan pendek : a. Kretin b. Sindrom prader-willi 7. Distonia : a. Sindrom hallervorden

ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETARDASI MENTAL Teori