promkes pada anak.docx
Transcript of promkes pada anak.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 memberikan batasan:
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih dinamis dibanding dengan
batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sempurna, baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat.
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, dan social saja tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Sedangkan untuk
yang belum memasuki usia kerja yaitu anak dan remaja atau bagi yang sudah
tidak bekerja (pension) atau usila (usia lanjut), berlaku produktif secara
social, yakni mempunyai kegiatan, misalnaya sekolah atau kuliah bagi anak
dan remaja dan kegiatan pelayanan sosial bagi usila.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang promosi kesehatan pada balita
dan apras. Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi
/nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, interaksi dan sosialisasi. Dengan
promosi kesehatan pada balita, bidan diharapkan mampu memberikan
penyuluhan kepada orang tua menyangkut perbaikan gizi, perbaikan
kesehatan lingkungan, pengawasan tumbuh dan kembang anak. Anggota
keluarga, guru, taman kanak-kanak atau pengasuh anak diikutsertakan dalam
kegiatan pembinaan kesehatan. Semua kegiatan dicatat dan dilaporkan ke
puskesmas. Kegitan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita akan
berhasil dengan baik jika didukung oleh pemerintah desa, pemimpin dan
orang terkemuka dimasyarakat, termasuk dukun. Para ibu juga perlu didorong
untuk memeriksakan kesehatan anaknya.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan balita dan apras?
2. Apa saja lingkup promosi kesehatan pada balita dan apras?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui lingkup promosi kesehatan pada balita dan
apras
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami tentang promosi kesehatan pada balita dan
apras serta diharapkan dapat memberikan penyuluhan dengan baik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita
dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 24-60 bulan.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong,
2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi
pertumbuhan dan perkembangannya.
Lingkup promosi kesehatan terhadap anak balita meliputi ASI, gizi/nutrisi,
pertumbuhan, perkembangan, interaksi dan sosialisasi
A. ASI
Untuk pertumbuhan balita dan apras dengan baik zat-zat gizi yang
sangat dibutuhkan yaitu:
1. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram BB
2. Calsium (Cl)
3. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini
tidak begitu menjadi masalah
4. Vitamin A dan K yang harus dierikan sejak postnatal
5. Fe (Zat besi) diperlukan, karena di dalam proses kelahiran sebagian Fe
ikut terbuang.
Peralihan ASI kepada makanan tambahan (PMT) harus dilakukan
sesuai dengan kondisi anatomi dan fisiologi pencernaan. Setelah masa
pemberian ASI eksklusif berakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi diberi
makanan tambahan, itupun makanan yang sangat halus. Kemudian umur 9
bulan sudah dapat diberikan makanan tambahan yang lunak, sampai dengan
umur 28 bulan. ASI tetap diteruskan, dan mulai berumur 18 bulan dapat
diberikan makanan tambahan agak keras (semi solid), sampai dengan umur 2
tahun. Akhirnya pada umur 2 tahun ASI dihentikan (anak disapih), dan sudah
3
dapat diberi makanan seperti makanan orang dewasa. Mengenai jumlah
makanan tambahan pun juga makin lama makin ditingkatkan, sesuai dengan
kebutuhan kalori yang diperlukan bayi/anak untuk berkembang.
B. Gizi/Nutrisi
Anak balita dan apras juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi
dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang
paling menderita akibat gizi, dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa
kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan
rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
1. Anak balita atau prasekolah baru berada dalam masa transisi dari
makanan bayi kemakanan orang dewasa.
2. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah
bekerja penuh, sehingga ibu sudah berkurang.
3. Anak balita sudah mulai main ditanah, dan sudah dapat main diluar
rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor
dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan bebagai macam
penyakit.
4. Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri termasuk dalam
memilih makanan. Dipihak lainibunya sudah tidak begitu memperhatikan
lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri.
Dengan adanya posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang sasaran
utamanya adalah anak balita dan apras adalah sangat tepat untuk
meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita dan apras.
7 Cara Menggugah Selera Makan Anak
Membuat anak menyenangi berbagai macam makanan memang terasa
sulit. Tentu hal ini akan mengganggu perolehan nutrisi pada anak yang
menyebabkan kurang optimalnya tumbuh kembang si buah hati. Bila anda
mengalami hal semacam ini, anda dapat mencoba beberapa kiat ini.
4
1. Jangan ada distraksi
Biasakan anak untuk menikmati waktu makannya tanpa ada
gangguan sehingga anak lebih berkonsentrasi pada piring di depannya.
Karena itu matikan televisi atau singkirkan mainannya saat memberi
makan pada anak.
2. Jangan terlalu lama
Waktu maksimum dalam pemberian makan pada anak sebaiknya
tidak lebih dari 30 menit. Menurut dr.Aryono Hendarto, Sp.A (K), secara
oral motorik, mulut akan capek jika terus mengunyah lebih dari 30 menit.
Biasanya anak akan diam dan membiarkan makanan lumat dengan
sendirinya atau diemut. Karena itu jika dalam 30 menit makanan tidak
habis, sudahi saja. Satu atau dua jam kemudian tawarkan lagi pada anak
apakah sudah lapar lagi.
3. Suasana yang nyaman
Selezat apa pun masakan yang dibuat, seorang anak bisa
kehilangan selera makan jika orangtua memaksa anak untuk makan.
Temani balita makan dengan cara makan bersama. Lakukan kontak mata
dan berikan suasana makan yang menyenangkan, tidak memaksa dan
tidak terburu-buru.
4. Aktivitas menyenangkan
Balita biasanya mudah bosan. Karena itu Anda bisa menggali ide-
ide kreatif untuk membuat suasana makan jadi menyenangkan. Misalnya
mencelup makanan sebelum dimasukkan ke mulut atau menggunakan
sedotan untuk hidangan jus buah atau smoothies. Bunyi sruput sedotan
akan menimbulkan sensasi yang membuat balita bersemangat.
5. Berikan dalam porsi kecil
Lambung balita memang masih kecil, karena itu tak perlu
memaksanya untuk menghabiskan satu porsi penuh.
5
6. Berikan pilihan
Biarkan balita memilih makanan yang ingin dikonsumsinya.
Misalnya sebelum memasak, ibu bisa menanyakan si kecil makanan apa
yang ingin dimakannya untuk sarapan.
7. Dihias
Makanan yang dihias menarik atau alat makan figur kartun tentu
bisa menggugah selera makan balita Anda. Untuk lebih menarik
minatnya, Anda juga bisa mengajak si kecil menyiapkan makanan
bersama-sama di dapur.
C. Pertumbuhan dan perkembangan
1. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai
jurang dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500
kata atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100
kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat
menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga
sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
2. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan
makan sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis
kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri
tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung
mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan
verbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak
rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,
lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam
permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
6
3. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikankonsep tentang ruang,dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu
lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian muncul
berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih
tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan
karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah
anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu
tentang factual dunia.
4. Perkembangan fisik
Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini
terjadi karena anak menggunakan banyak energi untuk bergerak.
5. Psikomotor
Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor anak
yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih
kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat,
berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna untuk
mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.
Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga
mulai terlatih seperti menulis, menggambar, menggunakan gerakan
pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk
dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang
sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.
6. Balita dan Apras Mempunyai Rasa Ingin Tahu Yang Tinggi
Bagaimana cara untuk mengatasi balita yang sangat aktif di usianya
yang baru menginjak 2 tahun, mereka yang umumnya sedang
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
7
Balita sedang berada pada tahap perkembangan sensori motorik
yang sangat pesat. Umumnya balita 2 tahun memiliki rasa ingin tahu
yang besar terhadap lingkungannya. Itu sebabnya, ia tampak sangat aktif
mengeksplorasi apa saja yang ada di sekitarnya.
Ada baiknya balita tidak dilarang atau dibatasi ruang geraknya,
sehingga dia dapat memuaskan rasa ingin tahunya. Balita akan terbantu
apabila Anda memberikan aktivitas fisik yang terarah, sehingga
melatihnya mengotrol diri.
Namun perlu dicermati, sejalan dengan perkembangan usianya,
apakah aktivitas anak sesuai atau tidak dengan situasi yang ada.
Misalnya, jika berada di dalam kamar dan hendak tidur balita masih
berlarian, ajak dia “membaca” buku cerita dengan memperagakan
beberapa gerakan yang berkaitan dengan isi cerita. Selain itu, perhatikan
ketika dia bermain dengan beberapa anak seusianya, apakah perilakunya
kurang lebih sama atau sangat berbeda dengan kebanyakan anak lain.
Jika berbeda, Anda dapat menyampaikan pada ahli, seperti psikolog atau
dokternya.
D. Interaksi
Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan
lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama
berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak
bersama-sama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita,
bermain bersama berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan
melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.
Anak mulai memahami dirinya sebagai individu yang memiliki atribut
tertentu seperti nama, jenis kelamin, mulai merasa berbeda dengan orang lain
dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk
membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang
tinggi terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada
usia ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain. Proses pembedaan
8
diri dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan anak pada usia tiga
atau empat tahun memasuki periode negativistik sebagai salah satu bentuk
latihan untuk mandiri.
E. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Memberikan bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan
kedalam tubuh manusia yang berguna untuk mencegah penyakit tersebut.
2. Tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
a. Polio
b. Campak
c. Difteri
d. Pertusis atau batuk rejan
e. Tetanus
f. TBC
g. Hepatitis
3. Jadwal pemberian imunisasi
a. Polio
Imunisasi Polio diberikan sebanyak tiga kali yaitu polio1, polio2,
polio3. Selang waktu antara pemberian imunisasi polio adalah selama
4 minggu / satu bulan. Pemberian dapat dimulai ketika anak berusia 2
bulan sampai 11 bulan. Tidak perlu mengulang polio pertama jika
ada keterlambatan.
b. Campak
Imunisasi campak diberikan sebanyak satu kali dan dapat dimulai
ketika anak berusia 9 bulan sampai 11 bulan. Jika diberikan pada
umur kurang dari 9 bulan, kemungkinan besar pembntukan zat
kekebalan dalam tubuh anak dihambat karena masi ada zat kekebalan
yang berasal dari darah ibu.
9
c. DPT
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali yaitu DPT1, DPT2, DPT3
dan dapat dimulai ketika anak berusia 2 bulan sampai 11 bulan.
Selang waktu antara pemberian imunisasi DPT adalah 4 minggu.
Tidak perlu mengulang DPT pertama jika ada keterlambatan.
d. BCG
Imunisasi BCG diberikan hanya sekali saja dan diberikan pada ketika
anak berusia 0 sampai 11 bulan tetapi akan lebih baik jika diberikan
segera setelah lahir.
e. Hepatitis
Imunisasi diberikan sebanyak 3 kali
4. Efek samping dari pemberian imunisasi
a. Polio
Umumnya tidak ada
b. Campak
Anak mungkin akan panas selama 1 – 3 hari setelah satu minggu
penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak
ringan, bila 1 minggu panasnya tinggi berikan ¼ tablet obat panas
untuk anak-anak.
c. DPT
1) Panas
2) Rasa sakit didaerah suntikan
3) Peradangan
d. BCG
1) Terdapat bekas luka, merupakan reaksi normal.
2) Pembengkakan
e. Hepatitis
Rasa sakit pada daerah penyuntikan
10
5. Akibat dari tidak diberikannya imunisasi
a. Polio
Dapat menyebabkan kelumpuhan.
b. Campak
Dapat menyebabkan penyakit campak.
c. DPT
Dapat menyebabkan penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan, batuk
seratus hari), Tetanus.
d. BCG
Dapat menyebabkan penyakit TBC.
e. Hepatitis
Dapat menyebabkan penyakit hepatitis (penyakit kuning).
F. Sosialisasi
Anak prasekolah senang berteman dan bersosialisasi. Hanya saja, tak
semua anak nyaman dan mudah memulainya. Ada yang butuh dukungan dan
stimulasi terlebih dahulu. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk
memberi dukungan.
1. Bimbing di awal
Sebagai awal, tak ada salahnya Anda melibatkan diri saat anak
bermain bersama temannya. Untuk batita sungguh membingungkan
bermain bersama teman pertama kali. Anak usia 1 – 3 tahun belum
mampu bermain bersama secara sosial. Mereka biasanya main sendiri-
sendiri secara paralel. Nah, kehadiran Anda di masa-masa awal tentu
berguna untuk menjembatani situasi asing yang dihadapi anak. Saat anak
sedang bermain dengan teman, kehadiran Anda membantu mengarahkan
lalu lintas komunikasi dan merangsang mereka beraktivitas bersama.
Tapi ini hanya diperlukan di masa-masa awal. Selebihnya, anak tentu
lebih terampil bersosialisasi dan permainan mengalir dengan sendirinya.
11
2. ‘Pemanasan’ dulu
Sebelum anak nyaman berinteraksi dengan orang-orang di
lingkungan baru, misalnya prasekolah, ia butuh kesempatan mengenal
lingkungannya terlebih dahulu. Setelah familiar dengan lingkungan
barunya, dan merasa aman, biasanya anak-anak usia 3 – 5 tahun dengan
nyaman memulai interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Apabila
anak didaftarkan di kelompok bermain dan TK, ada baiknya seminggu
sebelumnya diajak ke sekolah baru. Tujuannya, agar ia tidak lagi merasa
asing terutama di hari dan minggu pertama bersekolah.
3. Kenalan dulu
Apabila anak akan masuk kelompok bermain atau TK di tahun
ajaran baru, tak ada salahnya Anda mencari tahu siapa saja calon teman-
teman sekelasnya. Mungkin saja di antara orang tua mereka yang telah
Anda kenal. Ajaklah anak berkenalan dengan teman barunya sebelum
praselokah dimulai. ‘Curi start’ semacam ini sangat membantu anak
sehingga ia tak kagok ketika masuk kelompok bermain atau TK untuk
pertama kali.
4. Support dan reward
Tentu saja keberhasilan anak menghalau hambatan berinteraksi
dengan teman perlu diberi imbalan berupa penghargaan dan pujian.
Apabila anak ‘gagal’ di kesempatan pertama, tak perlu sedih. Berikan ia
dukungan dan dorongan untuk mencoba lagi di kesempatan lain. Tentu
saja peran Anda saat memberi contoh dalam bersosialisasi juga penting,
karena Anda adalah panutannya.
5. Trik Agar Balita Gemar Gosok Gigi
Membiasakan membersihkan atau menggosok gigi sebaiknya
ditanamkan sejak dini, karena kebiasaan ini akan membawanya hingga
dewasa kelak, sehingga kesehatan gigi dan mulutnya senantiasa terjaga
dengan baik.
12
Ciptakan suasana yang menyenangkan saat mengajak balita gosok
gigi dengan menggunakan cara-cara yang kreatif. Balita pun lebih
semangat menggosok giginya.
a. Libatkan dan ajak balita saat membeli serta memilih peralatan gosok
gigi yang akan dipakainya. Mulai dari sikat gigi, pasta gigi, penutup
kepala asikat, gelas plastik untuk kumur dan tempat menyimpan sikat
gigi.
b. Sediakan jam pasir berbentuk lucu untuk menghitung lamanya balita
gosok gigi. Umumnya, cukup 2 menit.
c. Dampingi balita gosok gigi, sambil melakukan hal-hal yang disukai
balita agar tercipta suasana yang menyenangkan selama gosok gigi.
Misalnya, menyanyikan lagu yang disukainya, bercerita tentang
sosok kartun yang rajin gosok gigi sehingga bila tersenyum membuat
semua temannya senang.
d. Sambil mengajarkan balita gosok gigi, jelaskan manfaat gosok gigi
terhadap kesehatannya sampai dia besar nanti, serta jenis-jenis
makanan yang membantu pertumbuhan serta menguatkan giginya.
Misalnya, minum susu bukan hanya menyehatkan tubuhnya tapi juga
membuat gigi dan tulangnya jadi kuat.
e. Sesekali gunakan sikat gigi elektrik sebagai selingan agar kegiatan
gosok gigi bervariasi dan menyenangkan.
6. Cegah Gigi Berlubang Pada Anak
Perawatan gigi sangat penting untuk dimulai sejak kecil. Salah satu
caranya adalah dengan memperhatikan asupan makanannya. Konsumsi
minuman manis dan kegemukan diduga menjadi penyebab utama
meningkatnya kasus gigi berlubang pada anak.
Dalam penelitian terhadap 65 anak usia 2-5 tahun yang
mendapatkan perawatan gigi berlubang pada gigi susu mereka, diketahui
28 persen anak-anak itu mengalami kegemukan, bahkan obesitas. Selain
itu diketahui pula 71 persen anak mendapatkan asupan kalori 1200 lebih
tinggi daripada anak lain dengan berat badan normal.
13
"Kami menduga nutrisi yang kurang tepat bukan hanya
menyebabkan anak kegemukan tapi juga menyebabkan gigi berlubang.
Sayangnya jarang ada penelitian yang mengaitkan dua hal tersebut," kata
Dr.Kathleen Bethin, direktur endokrinologi pediatrik dan diabetes dari
Amerika.
Ia menambahkan, dari hasil riset diketahui secara umum tidak ada
perbedaan total kalori yang dikonsumsi antara anak yang obesitas dan
normal, namun masalahnya adalah pemilihan jenis makanan yang diasup.
Misalnya terlalu banyak konsumsi minuman manis atau susu.
Penyebab utama kerusakan gigi adalah asam yang dibuat oleh
kuman yang ada dalam rongga mulut. Kuman tersebut akan
menghasilkan asam bila ada sisa makanan yang mengandung gula dan
tepung, yang lengket pada gigi dalam waktu lama.
Untuk menghindari terjadinya lubang pada gigi anak, jangan
biasakan anak minum susu dari botol sampai tertidur agar cairan manis
tersebut tidak akan menggenangi gigi terlalu lama. Bila gigi si kecil
mulai tumbuh, ajari anak untuk menyikat giginya. Tidak lupa, periksakan
gigi anak setiap enam bulan sekali.
G. Keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Keamanan dan
pencegahan cedera sangat penting diberikan pada orangtua atau anak untuk
meminimalkan kecelakaan / bahaya pada anak. Metode pemberian
keamanan / safety berbeda sesuai usia dan perkembangan anak.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan
salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia
balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun
(Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam
segi pertumbuhan dan perkembangannya. Lingkup promosi kesehatan
terhadap anak balita meliputi :
1. ASI
2. Gizi /nutrisi
3. Pertumbuhan dan perkembangan
4. Interaksi
5. Imunisasi
6. Sosialisasi
7. Keamanan
B. Kritik Dan Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan
keterbatasan, sehingga diperlukan masukan untuk kesempurnaannya dari para
pembaca. Dengan masukan itu kami bisa menyusun makalah yang lebih baik
lagi. Kami menunggu kritik dan saran untuk memperbaikinya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin,..
15
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekijdo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekijdo.2003.Ilmu Kesehatan masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta
Heni Puji, dkk. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
http://ibuprita.suatuhari.com/5-trik-agar-balita-gemar-gosok-gigi/
http://ibuprita.suatuhari.com/balita-mempunyai-rasa-ingin-tahu-yang-tinggi/
http://ibuprita.suatuhari.com/7-cara-menggugah-selera-makan-anak/
http://ibuprita.suatuhari.com/cegah-gigi-berlubang-pada-anak-balita/
16
MAKALAH
PROMOSI KESEHATAN PADA BALITA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
Disusun Oleh:
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
2013
17
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang PROMOSI KESEHATAN PADA BALITA yang akan sangat berguna
terutama untuk mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
Sukabumi, April 2013
Penulis
18i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan ................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. ASI .....................................................................................................................3
B. Gizi/Nutrisi .........................................................................................................4
C. Pertumbuhan dan perkembangan .......................................................................6
D. Interaksi ..............................................................................................................8
E. Imunisasi ............................................................................................................9
F. Sosialisasi ...........................................................................................................11
G. Keamanan ...........................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................15
B. Saran ...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
19ii