Bagian II. ALIRAN INKOMPRESIBEL · Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 5.1 Pendahuluan...
Transcript of Bagian II. ALIRAN INKOMPRESIBEL · Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 5.1 Pendahuluan...
191
Bagian II. ALIRAN INKOMPRESIBEL
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 192
BAB
5 Teori Potensial Untuk Aliran
Inkompresibel
5.1 Pendahuluan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk aliran disekitar benda di mana harga
cukup tinggi, asumsi invisid dapat digunakan. Asumsi ini juga dapat digunakan untuk
kasus–kasus di mana
eR
u∇ sangat kecil sehingga ( )u∇= ττ menjadi sangat kecil
sehingga τ dapat diabaikan. Untuk kasus–kasus seperti ini maka persamaan (I.3) (lihat
sub bagian asumsi inkompresibel) menjadi lebih sederhana,
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++−∇=×+
∂∂ ψ
ρω
2
2uputu (MI)
Apabila aliran adalah aliran steady maka 0=∂∂t
sehingga,
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++−∇=× ψ
ρω
2
2upu
Sekarang kita ambil “dot product“ persamaan di atas dengan, le , unit vector di arah
kecepatan (searah dengan streamline), maka
)2
(02
ψρ
++∂∂
=up
l
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 193
atau
=++ ψρ 2
2up konstan sepanjang streamline
Catatan: Persamaan terakhir juga dapat diturunkan dari persamaan Bernoulli untuk
aliran kompresibel dengan e = konstan seperti telah dijelaskan di Bab 2.
Persamaan di atas memberikan hubungan antara p dan u. Jadi apabila solusi u telah
ditemukan, maka p dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bernoulli. Solusi
u dapat ditemukan dengan menyelesaikan persamaan vortisitas yang untuk kasus ini
adalah,
( )d udtω ω= ⋅∇
Apabila selain asumsi inviscid, aliran juga adiabatik maka entropy (S) tidak berubah
sepanjang pergerakan sebuah fluid elemen ( 0dSdt
= ) dan aliran menjadi aliran
isentropic (lihat sub-bagian 2.6 tentang asumsi-asumsi yang biasa digunakan).
Sehingga apabila asumsi-asumsi ini kita gunakan untuk mempelajari aliran
inkompresibel disekitar benda yang diletakkan pada aliran dengan freestram yang
seragam, harga S menjadi konstan diseluruh daerah fluida dimana asumsi-asumsi
tersebut dapat digunakan. Sebagaimana telah kita pelajari sebelumnya, ini berarti ω = 0
sehingga asumsi irotasional dapat digunakan dan aliran ini disebut aliran potensial.
5.2 Teori potensial untuk aliran inkompresibel
Seperti telah dijelaskan di bab sebelumnya, aliran disekitar benda di mana tinggi
pada umumnya adalah aliran irotasional kecuali di daerah di dekat permukaan (lapisan
batas). Oleh karena itu masalah aliran di luar lapisan batas dapat diselesaikan dengan
menggunakan teori potensial. Karena
eR
0=×∇= uω dan kita ketahui dari kalkulus
vektor bahwa 0=∇×∇ φ untuk setiap skalar φ , maka u dapat dinyatakan sebagai,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 194
φ∇=u
dan persamaan kontinuitas menjadi,
02 =∇=⋅∇ φu
02 =∇ φ (IP.1).
Persamaan di atas adalah persamaan Laplace. Persamaan ini dapat diselesaikan apabila
kondisi batasnya diberikan. Untuk aliran inviscid, kondisi batasnya adalah,
ˆ ˆsolidu n U n⋅ = ⋅ atau ˆ ˆsolidn U nφ∇ ⋅ = ⋅
sehingga
ˆsolidUn
nφ∂= ⋅
∂ (IP.2)
Kondisi batas lainnya adalah kondisi batas di freestream (daerah yang jauh dari benda).
Kondisi batas ini menyatakan bahwa φ∇=u didaerah ini adalah kecepatan freestream
atau,
( )( )u x Uφ ∞∞→ ∞ = ∇ = (IP.2.b).
Permasalahan aliran irotasional inkompresibel menjadi permasalahan untuk
mendapatkan solusi ( )φ dari persamaan (IP.1) dengan kondisi batas (IP.2) dan (IP.2.b).
Apabila φ telah ditemukan maka u didapatkan dari definisi φ∇=u . Setelah
u didapatkan maka tekanan p dapat ditemukan.
Untuk menemukan p, kita kembali ke persaman momentum untuk aliran inkompresibel
(MI) (lihat 5.1) dengan ω = 0 dan u = φ∇ .
02
22
2
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛Ψ+++
∂∂
∇
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛Ψ++−∇=∇
∂∂
upt
upt
ρφ
ρφ
atau
)(2
2
tfupt
=Ψ+++∂∂
ρφ .
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 195
f(t) yang didapatkan dari integrasi, dapat diikutsertakan kedalam φ karena φ tidak
didefinisikan secara unik. Sehingga apabila
)(' tf+= φφ
maka
uu =∇=∇= φφ ''
Dengan demikian maka persamaan di atas menjadi
tan2
2
konsupt
=Ψ+++∂∂
ρφ
(IP.3.a)
atau kasus steady,
tan2
2
konsup=Ψ++
ρ (IP.3.b)
Persamaan (IP.3.b) dapat diturunkan dari persamaan
tan2
2
konsuh =Ψ++ .
Dengan e = konstan untuk aliran inkompresibel, didapatkan persamaan Bernoulli
(IP.3.b).
5.3 Sifat-sifat umum dari solusi persamaan Laplace
Kita telah lihat permasalahan aliran inviscid inkompresibel berubah menjadi
permasalahan matematik, yaitu mendapatkan solusi persamaan Laplace, apabila asumsi
irrotasional dapat digunakan. Dalam subbagian ini kita akan mempelajari sifat-sifat
umum dari solusi persamaan Laplace. Karena sifat-sifat ini adalah sifat-sifat matematis
dari sebuah persamaan, maka apa yang kita dapatkan dalam subbagian ini berlaku
secara umum untuk segala macam fenomena fisis yang dijelaskan oleh persamaan
Laplace, termasuk aliran potensial untuk kasus inkompressible.
Sebelum kita mulai mempelajari sifat dari solusi persamaan Laplace lebih dalam,
diperlukan beberapa definisi dan teorema berikut ini. Definisi-definisi yang diperlukan
untuk mempelajari sifat-sifat persamaan Laplace adalah:
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 196
1. Reducible circuit: adalah sebuah sirkuit yang dapat “dikontraksikan” menjadi
sebuah titik tanpa melewati daerah yang dipelajari.
2. Reconciable circuit: adalah dua buah sirkuit yang dapat “dipertemukan” dengan
cara yang kontinyu tanpa melewati daerah yang dipelajari.
3. Daerah simply connected: daerah di mana semua sirkuit adalah reducible dan
reconcilable.
4. Daerah Doubly connected: daerah di mana didalamnya terdapat satu sirkuit yang
tidak reducible.
Contoh: daerah exterior dari benda 3 dimensi, daerah ini adalah daerah simply
connected karena semua sirkuit, C1 dan C2 misalnya, adalah sirkuit yang reducible
dan reconciable.
Contoh : daerah exterior dari benda 2 dimensi.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 197
Daerah exterior dari benda yang digambarkan di atas (a dan b) adalah daerah doubly
connected karena sirkuit C1 misalnya, adalah sirkuit yang tidak reducible. (C1 hanya
dapat dikontraksikan menjadi sebuah titik dengan cara “memotong” sayap dalam kedua
gambar di atas. Dengan kata lain, harus melewati daerah yang dipelajari (fluida).
Namun, pada kedua gambar di atas sirkuit C0 adalah reducible.
Berikut ini adalah teorema-teorema yang dibutuhkan:
Teorema Stokes:
Apabila l adalah sirkuit reducible maka,
( )∫∫∫ ⋅∇×∇==⋅∂∂
=ΓAll
dSnddll
φφφ (Teorema Stokes)
di mana l adalah batas dari permukaan A (seperti terlihat dalam sketsa dibawah).
Teorema Green:
( )2 ˆR S
dV ndSψ φ ψ φ ψ φ∇ + ∇ ⋅∇ = ∇ ⋅∫ ∫ (Teorema Green)
apabila φψ , adalah fungsi yang single valued.
Bukti untuk Teorema Green:
Kita mulai dari Teorema Gauss (*)
ˆV S
AdV A ndS∇ ⋅ = ⋅∫ ∫
sekarang kita definisikan φψ ∇≡A sehingga,
( ) 2A ψ φ ψ φ ψ∇ ⋅ = ∇ ⋅ ∇ = ∇ + ∇ ⋅∇φ
sekarang kita subsitusikan kedalam teorema Gauss,
( )2 ˆV
dV ndSψ φ ψ φ ψ φ∇ + ∇ ⋅∇ = ∇ ⋅∫ ∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 198
Perlu diingat bahwa (*) berlaku untuk A yang kontinyu (ψ & φ∇ haruslah kontinyu).
Jadi teorema ini berlaku apabila ψ & φ adalah fungsi yang single valued.
Bentuk lain dari Teorema Green adalah sebagai berikut, definisikan
A ψ φ φ ψ≡ ∇ − ∇ 2 2A ψ φ ψ φ φ ψ φ ψ∇ ⋅ = ∇ ⋅∇ + ∇ − ∇ ⋅∇ − ∇
Apabila kita subsitusikan kedalam teorema Gauss,
( )2 2
ˆ ˆ
ˆ ˆ. , .ˆ ˆ
V S
dV dSn n
n nn n
φ ψψ φ φ ψ ψ φ
φ ψφ ψ
∂ ∂⎛ ⎞∇ − ∇ = −⎜ ⎟∂ ∂⎝
∂ ∂∇ = ∇ =
∂ ∂
∫ ∫ ⎠ (Teorema Green Kedua)
5.3.1 Keunikan solusi persamaan Laplace dalam daerah Simply Connected
Untuk kasus ini teorema Stokes dapat digunakan sehingga,
0
ˆ 0l Α
Γ d ω n dsφ= = ⋅ =∫ ∫ .
Jadi untuk kasus ini Γ = 0 untuk setiap sirkuit. Karena Γ = 0 maka,
021 Clewat Clewat
=φ−φ=φ ∫∫ ∫B
A
B
A
ddd
sehingga,
[ ] [ ]1 2lewat Clewat C
(B) (A) (B) (A)φ φ φ φ− = − .
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 199
Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa ( )Bφ & ( )Aφ hanya mempunyai satu nilai
(“single valued”). Dengan kata lain hanya ada satu harga φ di setiap titik di daerah
simply connected yang merupakan daerah exterior dari benda B (daerah R).
Sekarang kita akan lihat apakah solusi dari persamaan (IP.1) dengan kondisi batas (IP.2)
(Problem ini disebut juga “Neumann exterior problem”) di daerah simply connected
adalah solusi yang unik. Misalkan ada dua φ , 1φ & 2φ , yang memenuhi persamaan
(IP.1) dan kondisi batas (IP.2) sehingga,
( )1 22 0φ φ∇ − = di R dan ( )1 2 0φ φ
n∂
− =∂ di S
di mana S adalah permukaan benda. Selain itu “turunan dari (φ1 – φ2)” di infinity adalah
nol karena ( ) ( )1 2φ x U φ x∞∇ → ∞ = = ∇ → ∞ .
Sekarang kita gunakan Teorema Green dengan ψ = φ1 – φ2 & φ = φ1 – φ2 (teorema ini
dapat digunakan karena daerah di luar benda adalah simply connected sehingga φ adalah
single valued).
( ) ( ) ( ) ( ) ( )1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
2ˆ
R Σ S
dV ndS dSn
φ φ φ φ φ φ φ φ φ φ∂⎡ ⎤∇ − = − ∇ − ⋅ − − −⎦⎣ ∂∫ ∫ ∫
Apabila kita ambil Σ yang berada di infinity maka ( ) 0 dS Σ
→∫ , karena
( )1 2 0n
φ φ∂− =
∂ di S sehingga,
( ) ( )1 2 1 2
20 0
R
dV φ φ φ φ⎡ ⎤∇ − = ⇒ ∇ − =⎦⎣∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 200
Jadi, 1 2 kφ φ= + di mana k adalah konstan atau fungsi waktu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa solusi dari di R (daerah
exterior dari S) dengan
02 =∇ φ
ˆ wallφ n U n∇ ⋅ = ⋅ ˆ di S adalah unik sampai dengan sebuah
additive k apabila R adalah daerah simply connected.
5.3.2 Keunikan solusi persamaan Laplace dalam daerah Doubly Connected
Untuk kasus ini Teorema Stokes hanya dapat digunakan untuk daerah-daerah seperti
yang dibatasi dengan sirkuit seperti yang dibatasi oleh C0. Untuk daerah-daerah yang
dibatasi dengan sirkuit seperti C2, C1, Teorema Stokes tidak berlaku. Oleh karena itu,
walaupun kita tahu bahwa ω = 0 di daerah di luar S, kita tidak tahu apakah atau
tidak (karena Teorema Stokes tidak dapat digunakan). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa,
02 =CΓ
“Di daerah doubly connected, Γ dari sirkuit yang tidak reducible tidak harus
sama dengan nol dan harga Γ tidak dapat ditentukan dengan menggunakan apa
yang telah kita pelajari selama ini.”
Teorema Stokes dapat digunakan di daerah σ yang dibatasi oleh sirkuit C1 & C2.
∫∫∫ =⋅=⋅−⋅σCC
dSnωlduldu 0ˆ21
sehingga . Oleh karena itu dapat disimpulkan, 21 CC ΓΓ =
“Γ di sepanjang sirkuit yang tidak reducible mempunyai harga yang sama.”
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 201
Sekarang kita akan lihat sifat dari φ di dalam daerah doubly connected.
B B B
A A A
u dl dl dlφ φ∂
⋅ = ⋅ =∂∫ ∫ ∫
Karena Teorema Stokes dapat digunakan di daerah σ12 maka,
[ ] [ ]121 2
1 2
ˆ 0lewat C lewat C
B B
A A σ
lewat C lewat C
d d ω n dS
(B) (A) (B) (A)
φ φ
φ φ φ φ
− = ⋅ =
− = −
∫ ∫ ∫
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “sepanjang reducible circuit φ adalah single
valued”.
Hal yang berbeda terjadi untuk sirkuit yang tidak reductible seperti C1 + C3. Untuk
sirkuit-sirkuit seperti ini Teorema Stokes tidak dapat digunakan sehingga,
3 1lewat C lewat C
B B
A A
d d Γφ φ− =∫ ∫
atau
[ ] [ ]2 1lewat C lewat C
(B) (A) (B) (A) Γφ φ φ φ− − − =
Jadi dapat disimpulkan bahwa
‘’Sepanjang sirkuit yang tidak reducible, φ multivalued kecuali untuk kasus Γ = 0.’’
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 202
Daerah doubly connected dapat diubah menjadi simply connected dengan memasukkan
“barrier” (lihat gambar!).
Daerah di dalam barrier tidak diikutsertakan di dalam daerah yang dipelajari. Sekarang
kita hitung sirkulasi untuk sirkuit dalam sketsa diatas,
( ) ( )1
11 1
lim limp
p
d pp p p p
φ φ φ p⎡ ⎤Γ = = −⎣ ⎦→ →∫
Maka dapat disimpulkan bahwa
“Apabila kita melompati pembatas (barrier) maka akan ada lompatan φ sebesar Γ ”
Sekarang kita akan lihat apakah solusi dari (IP.1) dengan (IP.2) adalah unik sampai
dengan sebuah “additive” k, sebagaimana kasus di daerah simply connected. Kemudian,
seperti sebelumnya, kita anggap ada dua φ (φ1 dan φ2), yang memenuhi (IP.1) dan (IP.2)
sehingga,
( )21 2 0φ φ∇ − = di R dan ( )1 2 0
nφ φ∂
− =∂
di S
Definisikan Φ ≡ φ1 – φ2 sehingga,
2 0∇ Φ = di R (daerah doubly connected) dan 0n
∂Φ=
∂ di S
Sama seperti kasus simply connected, kita akan gunakan Teorema Green untuk melihat
apakah φ adalah unik. Namun, untuk kasus ini R adalah daerah doubly connected
sehingga φ1, φ2, dan Φ adalah multivalued. Oleh karena itu, Teorema Green tidak dapat
digunakan. Untuk itu kita perlu menambahkan “barrier” membuat domain yang baru
Rb menjadi simply connected dan Teorema Green dapat digunakan.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 203
( )0
2
1 10
AB C CD C
dS dl dl dl dln n nσ
=
n∂Φ ∂Φ ∂Φ ∂
∇Φ = Φ + Φ − − Φ∂ ∂ ∂ ∂∫ ∫ ∫ ∫ ∫
Φ
Apabila kita ambil C yang berada di infinity maka ( ) 0C
dl →∫ dan
( )2
1 1 1AB CD b b
dS dl dl dl dln n nσ + −
∂Φ ∂Φ ∂Φ ∂Φ∇Φ = Φ − Φ ≡ Φ − Φ
∂ ∂ ∂ ∂∫ ∫ ∫ ∫ ∫1n
Walaupun Φ multivalued, 1n
∂Φ∂
adalah single valued karena kecepatan di sebuah titik
haruslah single valued. Jadi,
1 1b bn n+ −
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂Φ ∂Φ=⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
Dengan demikian,
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 21 1 2 2
1b b b b
barrier
dS dlnσ
φ φ φ φ− + − +
⎛ ⎞∂Φ⎡ ⎤ ⎡ ⎤∇Φ = − − − ⎜ ⎟⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ∂⎝ ⎠∫ ∫
Karena maka ( ) ( )lim
D AD A
φ φ⎡ ⎤− =⎣ ⎦→Γ
( ) ( )21 2
barrier
dS dlnσ
∂Φ∇Φ = Γ − Γ
∂∫ ∫
atau
( )( ) ( ) ( )21 2 1 2 1 2
barrier
dS dlnσ
φ φ φ φ∂∇ − = Γ − Γ −
∂∫ ∫ .
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 204
Jadi apabila Γ1 = Γ2 maka φ2 = φ1 + k tetapi apabila Γ1 ≠ Γ2 maka φ1 ≠ φ2. Dengan kata
lain, solusi unik untuk kecepatan hanya akan didapatkan apabila kedua solusi (1 dan 2)
mempunyai sirkulasi Γ yang sama. Ini berarti untuk kasus ini selain kondisi batas,
sirkulasi Γ juga harus dispesifikasikankan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Solusi dari di R (daerah doubly connected) dengan 2 0φ∇ = ˆ sn U nφ∇ ⋅ = ⋅ di S
adalah unik (sampai dengan sebuah konstanta k) apabila Γ diberikan. Untuk kondisi
batas di S dan ∞ yang sama, harga Γ yang berbeda akan memberikan solusi yang
berbeda.
Jadi untuk mendapatkan solusi yang unik untuk masalah aliran potensial
(inkompresibel) di daerah doubly connected Γ harus diberikan. Spesifikasi Γ
didapatkan dari pengertian fisis dari aliran yang dipelajari. Dalam permasalahan aliran
di sekitar airfoil, Γ dispesifikasikan oleh apa yang disebut dengan “Kutta condition”.
Kondisi Kutta menyatakan bahwa: aliran di permukaan airfoil harus meninggalkan
airfoil tepat di trailing edge.
5.3.3 Sifat-sifat lain dari φ
Sifat-sifat umum dari φ akan dibahas di sini. Sifat-sifat ini berlaku baik untuk R yang
simply connected walaupun R yang doubly connected.
Sifat-sifat ini adalah:
1. φ tidak mungkin mempunyai harga maksimum atau minimum di interior dari
fluida. Harga maksimum atau minimum hanya dapat dicapai di batas-batas
fluida.
Bukti: Misalkan sebuah titik P berada di interior fluida. δV adalah sebuah
volume element kecil yang mengelilingi P dengan permukaan δS.
( )
( )2
ˆ
0S S
dS ndS Vn
Vδ δ
φ φ φ δ
φ δ
∂= ∇ ⋅ = ∇ ⋅∇
∂
= ∇ =
∫ ∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 205
Ini artinya di sekitar P, nφ∂
∂ tidak mungkin seluruhnya negatif atau
positif. Jadi φ tidak mungkin mempunyai harga minimum atau
maksimum di titik P
2. Turunan “spatial” dari φ memenuhi persamaan Laplace.
Bukti: Turunan “spatial” dari φ adalah φ∇
u φ= ∇ , 2 0u φ∇ ⋅ = ∇ = , 0u φ∇× = ∇×∇ =
karena ( ) 2
0
u u=
⎛ ⎞∇× ∇× = ∇ ∇ ⋅ − ∇⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ ⎠u maka,
2 0u∇ = atau ( )2 0φ∇ ∇ =
atau turunan spatial φ menuruti persamaan Laplace. Oleh karenanya, maka φ∇
mempunyai sifat 3 dan 4 di bawah
3. Turunan spatial dari φ tidak bisa mencapai minimum atau maksimum di interior
dari fluida.
4. Komponen kecepatan tidak dapat mencapai minimum atau maximum di interior
fluida.
5. Besar kecepatan tidak dapat mencapai harga maksimum di interior fluida
Bukti: Kita gunakan Teorema Green dengan 1φψ =
( )22
0
ndS dVS V
φ φ φ φ φ=
⎛ ⎞∇ ⋅ = ∇ + ∇⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ ⎠∫ ∫
( )22
0
1 ˆ 02
ndS dVs v
φ φ>
⇒ ∇ ⋅ = ∇ >∫ ∫
Karena zyx ∂
∂∂∂
∂∂ φφφ ,, mematuhi persamaan Laplace (sifat 2) maka :
21 ˆ 02
u nds∇ ⋅ >∫ di mana 22 2
2ux y zφ φ φ⎛ ⎞∂ ∂ ∂⎛ ⎞ ⎛ ⎞= + +⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝ ⎠
Jadi di sekitar titik P, 2un∂
∂ tidak mungkin negatif sehingga u2 tidak mungkin
mencapai maksimum di dalam interior fluida.
6. Tekanan mencapai minimum di batas dari fluida
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 206
( )2
2up f t
tφρ
⎛ ⎞∂= − + +⎜ ⎟∂⎝ ⎠
2
22
0
0
ˆ ˆ2
2
S S S S
S
pdS p ndS ndS u ndSn t
uV dSt n
δ δ δ δ
ˆρρ φ
ρρ φ δ=
>
∂ ∂= ∇ ⋅ = − ∇ ⋅ − ∇ ⋅
∂ ∂
⎛ ⎞∂ ∂= − ∇ −⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
∫ ∫ ∫ ∫
∫
0S
pdSnδ
∂⇒ <
∂∫
Jadi disekitar titik P, pn
∂∂
tidak mungkin positif sehingga p tidak mungkin
mencapai minimum di dalam interior fluida.
5.3.4 Prinsip Superposisi
Persamaan Laplace (IP.1) adalah persamaan diferensial parsial yang linier. Oleh karena
itu, Prinsip Superposisi berlaku apabila kondisi batasnya dijelaskankan oleh persamaan
yang juga linier. Prinsip ini menyatakan bahwa :
Apabila , , , ,1 2 3 nφ φ φ φ… adalah solusi dari persamaan-persamaan :
21 0φ∇ = , 2
2 0φ∇ = , 2 0nφ∇ =
dengan
11a
nφ∂
=∂
, 22a
nφ∂
=∂
, nna
nφ∂
=∂
yang linier,
maka 1 2 ... nφ φ φ φ= + + + juga memenuhi persamaan Laplace
2 0φ∇ =
dengan kondisi batas
1 2 ... na a anφ∂
= + + +∂
Prinsip ini dapat dibuktikan dengan mudah dengan menggunakan kenyataan bahwa
(IP.1) dan (IP.2) adalah persamaan-persamaan yang linier.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 207
Jadi apabila kita mengetahui beberapa solusi dari persamaan Laplace, maka solusi-
solusi dapat digabungkan untuk mendapatkan solusi yang baru. Metode untuk
mendapatkan solusi dari (IP.1) (dengan(IP.2)) dengan cara menggabungkan beberapa
solusi adalah salah satu metode yang banyak digunakan. Metode lainnya adalah dengan
menggunakan “Methods of separation of variable’’.
5.4 Permasalahan aliran potensial ditinjau dari rangka acuan yang berbeda
Dalam praktik, sering sekali kita harus menyelesaikan permasalahan aliran potensial di
sekitar benda yang bergerak dengan kecepatan U(t) relatif terhadap fluida yang diam.
Untuk kasus ini permasalahan matematis yang harus diselesaikan adalah persamaan
(IP.1), (IP.2), (IP.2.b) yang untuk kasus ini menjadi,
( )( )
2 0ˆ ˆ( ) dim ( )
( ) 0b
b bSn U t n ana S S t
u x
φφ
φ∞
∇ =
∇ ⋅ = ⋅ =
→ ∞ = ∇ =
Sementara itu tekanan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk
kasus unsteady yaitu, 2
tan2
p u konstφ
ρ∂
+ + =∂
Hubungan matematis diatas adalah hubungan yang dituliskan dengan menggunakan
rangka acuan yang diam relatif terhadap ruang (K). Dari hubungan tersebut dapat
dilihat bahwa kita harus menjelaskan permukaan benda yang bergerak tersebut (Sb)
dengan menggunakan sebuah fungsi waktu walaupun benda tersebut adalah benda rigid.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 208
Namun, apabila kita gunakan rangka acuan yang bergerak dengan benda (K1), fungsi
yang menjelaskan permukaan benda menjadi “time independent’. Ini disebabkan
karena permukaan benda Sb tidak berubah terhadap waktu apabila kita jelaskan
permukaan tersebut dengan menggunakan K1. Jadi permasalahan akan menjadi lebih
sederhana apabila kita guanakan rangka acuan K1 yang bergerak bersama dengan benda.
Untuk melihat ini, kita transformasikan hubungan diatas yang dituliskan dengan
menggunakan dari K ke K1. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa posisi sebuah titik P
dijelaskan oleh x1 apabila diamati dari K1 dan x apabila diamati dari K. Hubungan
antara vektor x1 dan x adalah :
( ) ( )10
,t
x x t x U dτ τ= − ∫
Dari persamaan ini maka terlihat bawa kecepatan potensial dan tekanan relatif terhadap
K1 ( ( ) (1 1, , , )x t p x tφ ) adalah,
( ) ( )( ) ( )1 1, , , ,x t x x t t xφ φ φ= = t
( ) ( )( ) ( )1 1, , ,p x t p x x t t p x t= = ,
Ini tentunya sesuai dengan prinsip bahwa harga sebuah skalar tidak tergantung dari
rangka acuan yang digunakan. Selain itu hubungan-hubungan berikut juga berlaku:
11x
∂= ∇ = ∇
∂, 2 2
1∇ = ∇ (karena ( ) ( )0
t
U d f xτ τ ≠∫ )
( )1 11
1
,x t x Ut t t x t
φ φ φ φ φ∂ ∂ ∂ ∂ ∂
= + ⋅ = − ⋅∇∂ ∂ ∂ ∂ ∂
(3)
Jadi dengan menggunakan sistem koordinat yang bergerak bersama rangka acuan K1,
permasalahan aliran potensial disekitar benda yang bergerak dengan kecepatan U(t)
selesaikan dengan mencari solusi dari permasalahan,
( )( )
21
1
1
0ˆ ˆ( ) dim ( )
( ) 0b
b bSn U t n ana S S t
u x
φφ
φ∞
∇ =
∇ ⋅ = ⋅ ≠
→ ∞ = ∇ =
di mana sekarang ( )1,x tφ φ=
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 209
Hubungan ini menunjukkan bahwa ketergantungan φ terhadap waktu didapatkan hanya
melalui ( )U t dan apabila benda bergerak dengan kecepatan konstan maka permasalahan
ini dilihat dari K1 adalah permasalahan yang steady. Perlu ditekankan disini, bahwa Sb
dalam rangka acuan K1 bukan merupakan fungsi waktu karena Sb dijelaskan dengan
menggunakan x1 yang tidak berubah terhadap waktu apabila vektor ini berada didalam
benda. Dengan menggunakan rangka acuan K1, persamaan Bernoulli menjadi,
( ) ( )21 1 1
1, t2
p x t U konstφρ φ φ∂⎡ ⎤+ − ⋅∇ + ∇ =⎢ ⎥∂⎣ ⎦
an
Terakhir, permasalahan aliran disekitar benda yang bergerak didalam fluida yang diam
dapat pula dianggap sebagai permasalahan aliran disekitar benda yang diam. Ini dapat
dilihat dengan mendefinisikan,
1 1ˆ ( )U tφ φ∇ ≡ ∇ − .
Dengan kata lain, sekarang persoalan ini diamati oleh pengamat yang diam relatif
terhadap K1 dan 1φ∇ adalah kecepatan relatif. Dengan menggunakan definisi ini maka
hubungan persamaan Laplace dan kondisi batasnya menjadi,
( ) ( )
( ) ( )
21
1 1
1 1
ˆ 0ˆ ˆ ˆ( ) 0
ˆ ( ) ( )
bbSS
n U t
U t U t
φ
φ φ
φ φ∞∞
∇ =
∇ ⋅ = ∇ − ⋅ =
∇ = ∇ − = −
n
Ini menunjukkan bahwa permasalahan aliran benda yang bergerak dengan kecepatan U
relatif terhadap fluida yang diam ekuivalen dengan permasalah aliran disekitar benda
diam yang diletakkan didalam aliran dengan kecepatan freestream –U(t). Dengan kata
lain, permasalahan aliran potensial yang dihasilkan oleh benda yang bergerak relatif
terhadap fluida yang diam dapat diselesaikan dengan menyelesaikan permasalahan
relatif terhadap benda (mencari 1φ∇ ) kemudian menambahkan kecepatan relatif ini
dengan kecepatan benda atau,
1 1ˆ( )U tφ φ∇ = + ∇
Dalam literatur φ dikenal dengan sebutan pertubation potential atau potensial
gangguan.
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 210
Namun, dalam menggunakan ekuivalensi diatas kita perlu berhati-hati. Sebelumnya
kita perlu melihat apakah aliran ini tetap merupakan aliran potensial apabila kita amati
dari rangka acuan K1.
Secara umum, benda rigid dapat bergerak secara translasi dan rotasi ( tranU U r= + Ω× )
sehingga kecepatan disebuah titik didalam aliran dapat dinyatakan sebagai,
tran relu U r u= + Ω× +
dimana u adalah kecepatan fluida dititik tersebut relatif terhadap K dan relu kecepatan
fluida dititik tersebut dilihat oleh pengamat yang bergerak bersama K1. Untuk melihat
apakah aliran tetap merupakan aliran potensial di K1, kita hitung vortisitas di titik
tersebut.
( ) ( ) ( )3 2
tran rel rel
rel rel
u U r u r rω ω
ω ω
= ∇× = ∇× + Ω× + = Ω ∇ ⋅ − Ω⋅∇ +
= Ω − Ω + = Ω +
dimana rel reluω ≡ ∇× adalah vortisitas relatif terhadap K1. Dari hasil ini terlihat bahwa
aliran yang irotasional relatif terhadap K, belum tentu juga aliran yang irotasional
apabila dilihat dari K1. Aliran hanya akan irotasional relatif terhadap kedua rangka
acuan apabila benda tersebut tidak berputar atau 0Ω = .
5.5 Gaya-gaya yang beraksi di permukaan benda yang bergerak dalam aliran potensial tak terbatas
Misalkan B bergerak dengan kecepatan U(t) dalam fluida. Apabila S adalah permukaan
dari B maka gaya yang bekerja pada B (gaya-gaya fluida) adalah:
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 211
( ) ˆ,
S
F p x t nd= −∫ S (1)
( , )p x t dapat dituliskan dengan menggunakan potensial kecepatan φ dan hubungan
antara p dan φ didapatkan dari persamaan Bernoulli
( ) ( ) ( )2 ,2
p x t f t ptφ ρρ φ ∞
∂+ ∇ + = =
∂
Seperti telah dibahas disub-bagian sebelum ini permasalahan yang harus diselesaikan
akan menjadi lebih sederhana, secara matematis, apabila kita gunakan rangka acuan K1.
Persamaan Bernoulli yang dituliskan dengan menggunakan rangka acuan ini adalah,
( ) ( ) ( )21 1 1
1, ,2
p x t p U p x ttφρ φ φ∝
∂⎡ ⎤= − − ⋅∇ + ∇ =⎢ ⎥∂⎣ ⎦
Apabila persamaan ini kita substitusikan ke persamaan (1) maka, 2
2
ˆ ˆ2
ˆ ˆ2
S S
S S
I
qF ndS U q ndSt
qndS U q ndSt
φρ ρ
ρφ ρ
=
⎡ ⎤∂= ⋅ + − ⋅⎢ ⎥∂ ⎣ ⎦
⎡ ⎤∂= + − ⋅⎢ ⎥∂ ⎣ ⎦
∫ ∫
∫ ∫
di mana 1q φ≡ ∇ .
Karena ( ) ( ) ( )ˆ ˆU n q U q n U n× × = ⋅ − ⋅ ˆ q maka
( ) ( )2
ˆ ˆ ˆ2S S
II
I q n U n q dS U n q dSρ
=
⎡ ⎤= − ⋅ − × ×⎢ ⎥
⎣ ⎦∫ ∫ .
Karena 1 ˆ ˆn q n U n∇ ⋅ = ⋅ = ⋅ ˆ di S(x) maka
( )2
ˆ ˆ2S
qII n q n q dS⎡ ⎤
= − ⋅⎢ ⎥⎣ ⎦
∫
Di daerah di antara S dan Σ (daerah R0)
0 0
2
ˆ ˆ( ) ( ) ( )2S R
q n q n q dS q q q q dV⎡ ⎤ ⎡ ⎤− ⋅ ⋅ = ∇ ⋅ − ∇ ⋅ ⋅ =⎢ ⎥ ⎣ ⎦⎣ ⎦
∫ ∫ 0 .
Karena adalah permukaan dan maka, 0S Σ S
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 212
2 2
ˆ ˆ ˆ ˆ( ) ( )2 2S
q qII n q n q dS n q n q dSΣ
⎡ ⎤ ⎡ ⎤= − ⋅ ⋅ = − ⋅ ⋅⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ ⎦ ⎣ ⎦∫ ∫
Jadi, apabila kita pilih Σ di infinity, maka II = 0 karena ( )1( )u x qφ∞
→ ∞ = ∇ = = 0
apabila aliran adalah aliran tak terbatas yang tak mempunyai efek di infinity. Dengan
mensubtitusikan hasil-hasil ini ke persamaan untuk F didapatkan,
ˆ ˆ( )S S
F ndS U n q dSt
ρφ ρ∂= ⋅ − ⋅ × ×
∂ ∫ ∫ (4)
Sekarang kita akan lihat arti dari ∫ ×S
dSqn )ˆ( dan untuk itu kita akan lihat permasalahan
ini menggunakan sudut pandang alternatif yang diperkenalkan di akhir sub-bagian 5.3.5.
Seperti telah dijelaskan disub-bagian 5.3.5, permasalahan ini ekuivalen dengan
permasalahan aliran disekitar benda diam yang diletakkan didalam aliran dengan
kecepatan freestream –U(t). Apabila u adalah kecepatan absolut dari fluida dalam
sudut pandang ini, maka u U= − + q .
Karena ˆ ˆ 0S S
n U dS U n dS× ⋅ = − × ⋅ =∫ ∫ maka,
∫ ∫∫ =×=×S SS
udSedSundSqn ˆ)ˆ()ˆ(
di mana dengan e ⊥ un &ˆ . Apabila kita tuliskan dS dl= ×S , di mana S adalah span
dan adalah elemen sepanjang kontur benda maka, dl
ˆ ˆ ˆ ˆ( )S S l
n q dS e udS e udl e u dl e× = = = ⋅ = Γ∫ ∫ ∫ ∫ ˆS S S .
Dengan demikian maka suku ∫ ×S
dSqn )ˆ( menjelaskan sirkulasi Γ dari benda.
Akhirnya formula untuk gaya F dapat tuliskan seperti,
ˆ (S
F ndS U et
ρφ ρ∂= + ×
∂ ∫ Sˆ)Γ (F)
di mana S adalah span dan adalah unit vektor yang tegak lurus dengan e U dan . n
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 213
Apabila kita ingat bahwa ( , ) ( ; ( ))x t x U tφ φ= maka dUt U dtφ φ∂ ∂
= ⋅∂ ∂
. Jadi, apabila U
konstan, 0=∂∂
tφ , sehingga
ˆ 0S
ndSt
ρφ∂=
∂ ∫ (untuk U = konstan).
Dari hasil-hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ;
1) Apabila benda rigid 3-D bergerak dengan kecepatan yang konstan di dalam aliran
potensial yang tak terbatas (infinite), maka gaya fluida yang beraksi pada benda
tersebut adalah nol karena ini (3-D), 0=Γ .
2) Apabila benda rigid 2–D bergerak dengan kecepatan konstan di dalam aliran
potensial yang tak terbatas, maka pada benda tersebut tidak terdapat Drag (karena
benda adalah benda 2-D dan Γ tidak harus sama dengan nol. Namun, gaya
ˆ( U e)ρ ×Γ S adalah tegak lurus dengan U sedangkan drag sejajar dengan U ).
3) Aliran steady di sekitar benda 2-D yang mempunyai Γ menghasilkan gaya
sebesar ˆF Uρ= ×ΓS
e . Oleh karena gaya ini tegak lurus dengan U dan e , maka
gaya ini adalah lift per unit span (l) sehingga,
ˆ
l Uρ= Γ (Kutta-Joukowski Theorem)
Teorema ini sangatlah penting dalam Aerodinamika.
Kesimpulan 1) dan 2) dikenal sebagai D’Alembert’s Paradox. Sekali lagi diingatkan
bahwa hasil-hasil di atas didapatkan untuk aliran yang tak terbatas. Jadi, untuk aliran
yang terbatas (aliran di sekitar benda) dapat menghasilkan drag dan tidak terdapat
D’Alembert’s Paradox.
5.6 Solusi Elementer dari Persamaan Laplace 3D
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 214
Untuk mengenal lebih jauh solusi dari persamaan Laplace, kita akan memperhatikan
beberapa solusi yang disebut solusi elementer dari persamaan Laplace. Solusi-solusi
elementer yang akan dibaas didalam dua sub-bagian berikut ini adalah solusi-solusi
persamaan Laplace yang mempunyai singularitas di sebuah titik. Pertama-tama kita
akan bahas kasus 3-D, lalu di subbagian berikutnya kita bahas kasaus 2-D.
5.6.1 Source 3-D Source adalah sebuah singularitas yang menghasilkan aliran dengan streamline berupa
garis-garis lurus yang berasal dari sebuah titik pusat. Selain itu, kecepatan yang
dihasilkan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat (jarak dari titik pusat).
Misalkan terdapat sebuah potensial dengan bentuk,
cr
φ = −
di mana c adalah konstanta dan r adalah koordinat radial. Apabila kita gunakan
“spherical coordinate system” maka
2 ˆrcu e
r rφφ ∂
= ∇ = =∂
Dari hasil di atas maka terlihat bahwa cr
φ = − adalah potensial untuk source karena
kecepatan berbanding terbalik dengan r2 dan streamline-nya adalah garis-garis lurus
yang berasal dari titik pusat. Untuk mendapatkan harga konstanta c, kita evaluasi flux
massa ( ) yang keluar dari permukaan bola dengan radius r, yang pada titik pusatnya
terdapat sebuah source.
m
ˆS
m u ndρ= ⋅∫ S , ˆS
m M u ndSρ
≡ = ⋅∫
22 2
1 4 4S
cM c dS rr r
cπ π= = =∫
sehingga π4Mc =
Dengan demikian maka,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 215
4M
rφ
π= − dan 2 ˆ
4 rMu e
rπ=
dimana M biasanya disebut “source strength”.
5.6.2 Doublet 3-D Solusi elementer kedua yang kita pelajari adalah “doublet”. Doublet adalah sepasang
source dan sink (sink adalah source dengan M negatif) yang diletakkan dengan jarak
sangat dekat.
Apabila terdapat sebuah source dan sink yang berjarak l antara satu sama lain maka
potensial kecepatan di titik P adalah superposisi dari keduanya,
1 14 4P
r r lM Mr l r r r l
φπ π
⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −= − − = −⎜ ⎟ ⎜⎜ ⎟ ⎜− −⎝ ⎠ ⎝
⎟⎟⎠
Namun 0
lim cosl
r r l l θ→
− − = dan 2 2
0liml
r r l r r→
− = = .
Doublet adalah kasus di atas dengan 0liml→ dan sehingga M → ∞ lM µ→ di mana µ
adalah finite. Dengan demikian maka,
2 2
cos coslim4 4lM
Mlr rµ
θ µ θφπ π→
⎡ ⎤= − = −⎢ ⎥⎣ ⎦
Potensial ini dapat dituliskan dalam bentuk lain. Misalkan adalah vektor satuan yang
menunjukkan arah dan
le
l θ adalah sudut antara dan l r (lihat sketsa). Kita definisikan
leµ µ≡ dan dengan definisi ini maka
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 216
doublet 3
1 1ˆ4 4l
re
r r l 4 rµ
φ µ µπ π π
− ⋅ ∂⎛ ⎞ ⎛ ⎞= = ⋅∇ − = −⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
doublet sourceM lµφ φ∂
=∂
5.7 Solusi Elementer dari Persamaan Laplace 2D
Dalam subbagian ini, akan diberikan solusi-solusi elementer dari persamaan
untuk kasus 2-D. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk aliran 2-D, persamaan
kontinuitas
02 =∇ φ
0u∇⋅ = dipenuhi juga oleh
12
uxψ∂
=∂
, 21
uxψ∂
= −∂
di mana ψ adalah streamfunction yang juga mengikuti persamaan Laplace (untuk kasus
aliran potensial). Dalam subbagian ini, akan diberikan solusi-solusi elementer untuk φ
maupun untuk ψ.
5.7.1 Source 2D
Untuk kasus dua dimensi, source flow adalah aliran yang didefinisikan oleh :
rreuu ˆ=
0 ( )r
r r
u rur
Bru B ur
0∂∇ ⋅ = ⇒ =
∂
= ⇒ =
Kecepatan ini berlaku di mana pun kecuali di titik r = 0. Di titik ini menjadi infinite.
Sekarang kita akan mencari harga untuk B. Pertama-tama kita definisikan
ru
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 217
ˆr rm u e dl u d≡ ⋅ = l∫ ∫
di mana dl adalah segmen kecil sepanjang lingkaran. m disebut juga source strength.
Dari definisinya, dapat dilihat bahwa q adalah volume fluida yang keluar dari sebuah
kurva yang menutupi source tersebut. Apabila kita substitusikan , (ru θrddl = )
Bdlr
Bm ∫ == π21
Jadi, rrr euermu ˆˆ2
==π
Untuk mendapatkan ψ dan φ , kita tuliskan sebagai berikut. ru
1ru
r rψ φθ
∂ ∂= =
∂ ∂ , 1 0u
r rθψ φ
θ∂ ∂
= − = =∂ ∂
m konstan2
ψ θπ
= + , m log konstan2
rφπ
= +
di mana 21 2r x x= + 2 dan 1 2
1
tan xx
θ − ⎛ ⎞= ⎜ ⎟
⎝ ⎠.
5.7.2 Doublet 2D
Kita telah lihat bahwa, untuk kasus 3-D hubungan antara doublet dengan “kekuatan” µ
dan source dengan “kekuatan” M adalah
doublet sourceM lµφ φ∂
=∂
di mana l adalah vektor yang menghubungkan posisi “sink” dan “source”. Untuk kasus
doublet 2-D dengan “kekuatan” κ maka,
doublet ˆ ˆlog log2 2 2l lm r e r e
m l r rκ κφ
π π π∂ ⎛ ⎞= = ⋅∇ =⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠
ˆreκ⋅
sehingga,
doublet cos2 rκφ θπ
= 122
xr
κπ
=
di mana θ adalah sudut antara dan . Karena le ˆre
1ru
r rφ ψ
θ∂ ∂
= =∂ ∂
dan 1ur rθ
φ ψθ
∂ ∂= = −
∂ ∂
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 218
maka,
doublet sin2 rκψ θπ
= − 222
xr
κπ
= −
Streamline dari sebuah doublet didapatkan
dengan menyatakan ψ = konstan. Bentuk dari
streamline untuk doublet dapat dilihat dalam
sketsa di atas.
5.8 Solusi Umum Persamaan Laplace 3-D dan 2-D
Di dalam subbagian ini, kita akan memempelajari solusi umum dari persamaan Laplace
3-D. Secara umum persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut,
∇2φ = m
di mana m = 0. Apabila m ≠ 0 maka persamaan diferensial itu disebut persamaan
Poisson. Solusi umum ini didapatkan dengan menggunakan apa yang disebut dengan
“teorema Green”. Teorema ini didapatkan sebagai berikut. Kita mulai dari teorema
Gauss yaitu,
ˆ V S
A dV A n dS∇ ⋅ = ⋅∫ ∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 219
Apabila kita pilih A ψ φ= ∇ maka,
( ) 2A ψ φ ψ φ ψ∇⋅ = ∇⋅ ∇ = ∇ ⋅∇ + ∇ φ
∫
Sehingga,
( )2 ˆV S
dV ndSψ φ ψ φ ψ φ∇ ⋅∇ + ∇ = ∇ ⋅∫ ( L3D.1)
Apabila kita tukar variabel ψ dan φ (ψ φ) dalam (L3D.1),
( )2 ˆV S
dV ndSφ ψ φ ψ φ ψ∇ ⋅∇ + ∇ = ∇ ⋅∫ ∫ ( L3D.2)
Berikutnya kita kurangi (L3D.1) dengan ( L3D.2) didapatkan,
( ) ( )2 2 ˆ V S
dV ndSψ φ φ ψ ψ φ φ ψ∇ − ∇ = ∇ − ∇ ⋅∫ ∫ (Teorema Green)
Untuk mendapatkan solusi persamaan Poisson, kita pilih ψ = r1 dimana 1r x x= − (lihat
sketsa diatas). Dari definisi r terlihat bahwa, ∇2ψ = 0 di V kecuali di titik p di mana r =
0. Apabila kita tidak sertakan titik p, dengan membuat bola Sp dengan jari-jari R1 (lihat
sketsa dibawah sebelah kanan) maka ∇2ψ = 0 di volume yang baru ini (permukaan yang
baru adalah Σ, Sb, Sp). Dengan demikian maka teorema di atas menjadi,
21 1 ˆ V Sb Sp
dV ndSr r
φ φ φ∑+ +
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∇ = ∇ − ∇ ⋅⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫ ∫
1r
.
Apabila kita definisikan permukaan St yang merupakan gabungan permukaan Σ dan Sb
(dan permukaan lain yang merupakan batas-batas fluida) maka,
21 1 1 1 1ˆ ˆ t pV S S
dV ndS ndSr r r r r
φ φ φ φ φ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∇ = ∇ − ∇ ⋅ + ∇ − ∇ ⋅⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫ ∫ ∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 220
Sekarang kita ambil limit R1 → 0 sehingga,
1 1
1
210 0
1 1 1 1
101
1 1 1 1ˆlim lim 4
lim 4 4
pR RSp
p pR
ndS Rr r R R R R
RR
φφ φ φ
φ φ π πφ
→ →
→
⎛ ⎞⎛ ⎞∂ ∂⎛ ⎞∇ − ∇ ⋅ = −⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝⎛ ⎞∂
= + =⎜ ⎟∂⎝ ⎠
∫ π⎠ (p berada di dalam V)
Perlu diingat bahwa hasil terakhir didapatkan untuk titik p yang berada didalam domain
(fluida). Apabila titik p berada di permukaan St, tentunya kita tidak bisa membuat
sebuah bola. Yang bisa kita lakukan untuk kasus dimana titik p berada di permukaan St
adalah membuat setengah bola (lihat sketsa dibawah sebelah kiri) dan untuk kasus ini,
1 1
1
210 0
1 1 1 1
101
1 1 1 1 1ˆlim lim 42
lim 2 2
pR RSp
p pR
ndS Rr r R R R R
RR
φφ φ φ
φ φ π πφ
→ →
→
⎛ ⎞⎛ ⎞∂ ∂⎛ ⎞∇ − ∇ ⋅ = −⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝⎛ ⎞∂
= + =⎜ ⎟∂⎝ ⎠
∫ π⎠ (p berada di permukaan St)
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa,
1 1
21 2 3
( ) ( )
42
1 1 1 1 ˆ( ) ( , , ) ( )t
t
pV x S x
p didalam Vp dipermukaan S
x x x x dV ndSn r r r
n
φ φ φ φ φπ
⎡ ⎤= = ∇ ⋅ + ∇ − ∇ ⋅⎢ ⎥
⎢ ⎥⎣ ⎦
=
∫ ∫ (L3D.a)
Hasil di atas adalah solusi dari persamaan Poisson 3-D. Kita lihat bahwa apabila φ
& nnφ φ∂
= ∇ ⋅∂
diketahui di St maka φ di setiap titik dalam aliran dapat dihitung.
Untuk persamaan Laplace, ∇ sehingga, 02 =φ
SpSp
R1 R1
P P
St
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 221
1 1( ) ( )
42
1 1 1 1 1 1ˆ( ) ( )t t
t
S x S x
p didalam Vp dipermukaan S
x ndS dSn r r n n r r n
n
φφ φ φ φπ π
⎡ ⎤ ⎡ ∂ ∂= ⋅∇ − ∇ ⋅ = −⎢ ⎥ ⎢
∂ ∂⎢ ⎥ ⎢⎣ ⎦ ⎣
=
∫ ∫⎤⎥⎥⎦ (L3D.b)
Jadi untuk aliran irrotasional 3-D, solusi didapatkan dengan menggunakan (L3D.b) di
mana Sb dan Σ adalah batas-batas fluida (total kedua permukaan adalah St) dalam
permasalahan tersebut. Perlu diingat, bahwa integrasi dilakukan relatif terhadap
variabel 1x dan 1r x x= − .
Untuk kasus 2-D, solusi umum untuk persamaan Laplace didapatkan dengan memilih
ln rψ = untuk ψ di dalam teorema Green. Untuk kasus 2D, domain dari persamaan
Laplace bukanlah volume melainkan area. Dengan demikian maka kita perlu mengganti
integral volume dan area dalam kasus 3D menjadi integral area dan integral sepanjang
kurva. Sama seperti kasus 3-D, 2 0ψ∇ = di dalam domain (area) kecuali di titik P di
mana r = 0. Dengan membuat lingkaran Sp dengan jari-jari R1 maka di dalam
area yang dibatasi oleh kurva-kurva Σ, S
2 0ψ∇ =
b, Sp. Di dalam domain ini, teorema Green
menjadi,
( )2 ˆln ln lnb pS S S
r dS r r ndφ φ φΣ+ +
∇ = ∇ − ∇ ⋅∫ ∫ l
Seperti sebelumnya kita definisikan kurva St yang merupakan gabungan antara kurve Σ
dan Sb (dan kurva lain yang merupakan batas-batas fluida) sehingga,
( ) ( )2 ˆ ˆln ln ln ln lnt pS S S
r dS r r ndl r r ndφ φ φ φ φ∇ = ∇ − ∇ ⋅ + ∇ − ∇ ⋅∫ ∫ ∫ l
Apabila kita ambil limit R1→0
( )1 1
1
1 10 01 1
1 101
ˆlim ln ln lim ln ln 2
lim 2 ln 2
p
pR RS
p pR
r r ndl R RR R
R RR
φ1Rφ φ φ
φ
π
π φ π
→ →
→
⎛ ⎞∂ ∂∇ − ∇ ⋅ = −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
⎛ ⎞∂= −⎜ ⎟∂⎝ ⎠
∫
φ= −
( p berada di dalam S)
Seperti dalam kasus 3D, apabila p terdapat di kurva St maka,
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 222
( )1 1
1
1 10 01 1
1 101
1ˆlim ln ln lim ln ln 22
lim ln
p
pR RS
p pR
r r ndl R RR R
R RR
φ1Rφ φ φ
φπ φ π
→ →
→
⎛ ⎞∂ ∂∇ − ∇ ⋅ = −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
⎛ ⎞∂= − =⎜ ⎟∂⎝ ⎠
∫ π
φ−
(p berada di permukaan St).
Dengan demikian maka,
( ) ( )( )
2
21
1 1 ˆln ln lnt
t
pS S
p didalam Sp dikurva S
x r dS r r ndn n
n
φ φ φ φπ π
= − ∇ + ∇ − ∇ ⋅
=
∫ ∫ l
Apabila maka 2 0φ∇ =
( )
1( )
21
1 llnt
t
pS x
p didalam Sp dikurva S
rnx r dn n
n
φφ φπ
∂ ∂⎛ ⎞= −⎜ ⎟∂ ∂⎝
=
∫ ln ⎠ (L2D)
Sekali lagi diingatkan bahwa integrasi dilakukan terhadap variabel 1x dan 1r x x= − .
5.8.1 Solusi umum sebagai superposisi dari source dan doublet Dalam sub-bagian ini, akan diperlihatkan bahwa solusi umum dari persamaan Laplace,
baik 3D maupun 2D, adalah superposisi dari source dan doublet yang terdapat di
permukaan banda atau batas-batas fluida. Bentuk solusi umum yang akan kita dapatkan
ini adalah bentuk yang dapat digunakan untuk mendapatkan solusi secara numerik.
Solusi umum untuk persamaan Laplace, baik 3-D maupun 2D, dapat dituliskan seperti
(untuk kasus 2D integral area tentunya diubah menjadi integral sepanjang kurva),
( )1( )t
ss
S x
x dSn n
φφφ φ φ⎡ ⎤∂∂⎛ ⎞= −⎜ ⎟⎢ ⎥∂ ∂⎝ ⎠⎣ ⎦∫ (MP.1)
di mana φs adalah,
1 ( 3
ln ( 2 )
kasus Dn r
s r kasus Dn
π
π
φ− −
− −=
)
dan harga n tergantung dari letak titik x didalam domain atau dibatas domain (lihat
persamaan (L3D.b) dan (L2D)). Jadi harga φ di setiap titik di dalam aliran dapat
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 223
dihitung apabila kita mengetahui harga φ dan nφ∂
∂ di permukaan St. n
φ∂∂
tentunya
diketahui dari kondisi batas tetapi bagaimana dengan harga φ di St?
Untuk itu, pertama-tama kita perluas “domain perhitungan” dengan mengikutsertakan
daerah di luar aliran seperti daerah di dalam St dan kita nyatakan harga φ yang
dihasilkan oleh aliran didaerah ini dengan simbol φ .
Untuk melihat kontribusi dari “aliran imajiner” ini, di sebuah titik P di dalam aliran, kita
kembali ke teorema Green dan gunakan teorema ini di “daerah baru” (volume daerah ini
adalah Vt)
( )2 2
t tV S
dV dSn nφ ψψ φ φ ψ ψ φ
⎛ ⎞∂ ∂∇ − ∇ = −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
∫ ∫
Karena aliran di daerah baru ini adalah aliran (imajiner) potensial maka .
Selain itu, karena kita pilih titik P yang berada di luar V
2 0φ∇ =
t maka apabila 1r
ψ = kita tidak
akan menemui kesulitan dengan kasus r = 0 (r tidak akan sama dengan nol karena P di
luar Vb, lihat sketsa) sehingga di V2 0ψ∇ = b dan
0t
ss
S
dSn n
φφφ φ⎡ ⎤∂∂
= −⎢ ⎥∂ ∂⎣ ⎦∫ (MP.2)
Karena maka apabila kita jumlahkan (MP.1) dan (MP.2) didapatkan ˆn = −n
( ) ( )t
ss
SA B
x dSn n nφ φ φφ φ φ φ
⎡ ⎤⎢ ⎥⎛ ⎞∂ ∂ ∂
= − − + −⎢ ⎥⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎢ ⎥⎝ ⎠⎢ ⎥⎣ ⎦
∫
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 224
Karena untuk kasus 3D, misalnya, source 4M
rφ
π−
= dan doublet1
4l rφ µ
π∂ ⎛= −⎜∂ ⎝ ⎠
⎞⎟
)
maka
jelaslah bahwa suku A pada integral di atas menjelaskan sebuah doublet dengan
kekuatan (µ φ φ= − − . Sedangkan suku B menjelaskan sebuah source dengan
kekuatan Mn nφ φ∂ ∂
= −∂ ∂
. Oleh karena itu, maka solusi umum persamaan Laplace 3-D
dapat dituliskan seperti
1( )
1 ( 3 ), 4 ( ) 2 (
ln ( 2 ), 2 ( ) 1 ( )
( )t
t
t
s sS x
kasus D n untuk x yang berada di V atau n untuk x yan )g berada di Sn r
s r kasus D n untuk x yang berada di S atau n untuk x yang berada di Sn
x M dSn
π
π
φ φ µ φ
φ− − = =
− − = =
∂⎛ ⎞= +⎜ ⎟∂⎝ ⎠
=
∫(MP.3)
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa solusi umum dari persamaan Laplace
3-D adalah superposisi dari source dan doublet pada permukaan benda. Berbeda
dengan (MP. 1) dimana solusi ditentukan oleh harga potensial φ di St, dapat dilihat
bahwa dengan menggunakan persamaan (MP.3) kita mendapatkan kebebasan untuk
memilih bentuk dari potensial φ . Ini disebabkan karena baik φ maupun turunannya
diarah normal belum dispesifikasikan. Dengan kata lain, distribusi dari source dan
doublet di permukaan St bukan merupakan distribusi yang unik sehingga kita dapat
memilih suatu distribusi source dan doublet yang mempermudah perhitungan. Selain
itu (MP.3) menunjukkan bahwa solusi persamaan Laplace didapatkan apabila harga µ
dan M di permukaan diketahui. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagaimana
mendapatkan harga µ dan M di permukaan?
Solusi umum persamaan Laplace dalam bentuk (M.P.3) memberikan kita kebebasan
untuk memilih bentuk dari potensial φ maupun turunannya diarah normal. Misalnya,
kita dapat memilih φ φ= di permukaan St sehingga harga µ di St adalah nol dan (M.P.3)
menjadi,
( )1( )
( )t
sS x
x M dSφ φ= ∫ .
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 225
Dengan pilihan ini, persamaan solusi Laplace didapatkan dengan menggunakan
distribusi source.
Apabila kita dapat memilih n nφ φ∂ ∂
=∂ ∂
di permukaan St, harga Μ di St menjadi nol dan
(M.P.3) menjadi,
1( )
( )t
sS x
x dn
φ µ φ∂⎛ ⎞= ⎜ ⎟∂⎝ ⎠∫ S
Dengan pilihan ini, persamaan solusi Laplace didapatkan dengan menggunakan
distribusi doublet.
Secara umum, harga µ dan M di permukaan didapatkan dengan mengevaluasi ( )xφ di
permukaan St dan biasanya ini dilakukan secara numerik dengan menggunakan metoda
yang dikenal dengan sebutan Metoda Panel. Metoda ini akan kita pelajari lebih lanjut
di BAB 7.
5.9 Solusi dengan Menggunakan Vortex
xr
x1
Dalam subbagian ini kita akan mempelajari medan kecepatan yang dihasilkan oleh
vortex. Kemudian kita akan melihat bagaimana vortex digunakan untuk mendapatkan
solusi dari persamaan Laplace 3-D.
Apabila terdapat vortisitas pada sebuah titik dalam aliran inkompresibel maka pada titik
tersebut,
u ω∇× = dan 0u∇ ⋅ =
Dari analisis vektor kita ketahui bahwa apabila
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 226
u A= ∇× (V.1)
di mana A adalah vektor potensial, maka persamaan 0u∇ ⋅ = akan terpenuhi. Apabila
(V.1) kita substitusikan ke hubungan u ω∇× = maka didapatkan,
( ) ( ) 2A A Aω = ∇× ∇× = ∇ ∇ ⋅ − ∇
Berikutnya kita anggap, 0A∇ ⋅ = (nanti kita akan lihat konsekuensi dari pilihan ini)
sehingga, 2 Aω− = ∇ (V.2)
Persamaan (V.2) adalah persamaan Poisson yang mana solusinya telah kita lihat
sebelumnya (L3D. a) yang untuk kasus ini adalah (aliran tak batas),
( )1 1
2 1
( ) ( )
1 1 1 ( )4 4V x V x
xA x AdV dVr r
ωπ π
= ∇ =∫ ∫ (V.3)
Dari (V.3), kita dapat gunakan (V.1) untuk menghitung kecepatan yang disebabkan
adanya vortisitas di titik tersebut. Kecepatan itu adalah,
1
1
( )
1 (4 V x
xu A dr
) Vωπ
= ∇× = ∇× ∫ (V.4)
di mana, sekali lagi, 1r x x= − dangan x1 adalah titik yang mempunyai vortisitas
sehingga ω = ω(x1) dan x adalah titik yang harga kecepatannya kita hitung dan volume
dalam integrasi (V.4) adalah volume yang “membungkus” titik-titik yang mempunyai
vortisitas, sehingga kita melakukan integrasi pada variabel x1 dan x dianggap konstan
dalam proses integrasi tersebut. Selain itu perlu diingat bahwa x
∂∇ ≡
∂.
5.9.1 Vortex Filament: Biot-Savart Law
Sekarang kita akan gunakan (V.4) untuk menghitung
kecepatan pada sebuah titik P yang dihasilkan oleh
sebuah “vortex filament” dengan kekuatan Γ. Apabila
adalah area cross section dari “vortex filament”
dan d
ndS
l adalah panjang filamen (lihat sketsa) maka,
( )ˆdV ndS dl= ⋅
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 227
Karena ndSωΓ = ⋅ dan dl dlωω
= ,
( )ˆ dldV ndS dl dlωω ω ωω ω
= ⋅ = Γ = Γ .
Dengan demikian maka (V.4) menjadi,
34 4dl dl ru
rπ π rΓ Γ ×
= ∇× =∫ ∫ (Biot-Savart)
Γ dapat dikeluarkan dari integral karena harganya konstan sepanjang dl dan bahkan
menurut Helmholtz Vortex Theorem juga konstan sepanjang vortex filament (lihat sub-
bagian 3.2). Hukum Biot-Savart juga dijumpai pada elektromagnetik.
5.9.2 Vortex Sheet
“Vortex sheet” adalah daerah tipis/ lembaran yang
mempunyai vortisitas. Biasanya vortex sheet
dimodelkan dengan menggunakan vortex filament
yang sangat kecil yang membentuk sebuah lembaran
(lihat sketsa). Misalkan titik P berada di tengah-
tengah lembaran, maka
P PdV dSω ω= ∈
Vortex sheet didapatkan dengan mengambil lim ∈ → 0dan ωp → ∞ sehingga Ω∈ adalah
konstan atau
0lim P dS dS
ωω γ
ω γ
∈
∈→→∞
→
∈ =
di mana γ disebut “vortex sheet strength”, adalah finite.
Sekarang kita akn hubungkan harga γ dengan harga u dengan menggunakan definisi dari
. ∇×
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 228
1 2
1 20
ˆ
ˆ ˆ ˆlimS
S S
dV udV n udS
dS n udS n u dS n u dSδ
δ δ
ω
γ∈→
= ∇× = ×
= × = × + ×
∫
∫ ∫ ∫
di mana 0
ˆlim 0n udS∈→
∈
× =∫ telah digunakan. Dengan demikian maka,
( )1 2ˆdS n u u dSγ = × −
karena . 2 1ˆ ˆn n= − = −n
Hubungan di atas dapat pula dituliskan seperti,
1 2 ˆu u nγ− = × (V.5)
sehingga
( ) ( )( )
1 2
1 2
ˆ ˆ ˆ 0
ˆ
u u n n n
u u t
γ
γ
− ⋅ = × ⋅ =
− ⋅ = (V.S).
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa “vortex sheet” menghasilkan kecepatan di
arah normal yang kontinyu dan terdapat diskontinuitas kecepatan di arah tangensial.
Karena sifat-sifat ini vortex sheet biasanya digunakan sebagai model untuk wake dan
airfoil dalam aerodinamika, karena keduanya menghasilkan diskontinuitas kecepatan di
arah tangensial. Karena vortex sheet merupakan superposisi dari banyak vortex
filament maka kecepatan induksi (kecepatan yang dihasilkan oleh) vortex sheet
didapatkan dengan mengintegrasikan kecepatan induksi dari vortex-vortex filament
tersebut. Kecepatan induksi dari vortex sheet didapatkan dengan mensubtitusikan
dV dSω γ= kedalam (V.4) yang hasilnya adalah,
( ) ( ) ( )1 1 1
1 1
3( ) ( ) ( )
1 1 14 4 4V x S x S x
x x ru A dV dS dS
r r
ω γ
π π π
×= ∇× = ∇× = ∇× = −∫ ∫ ∫
1x
r
γ
5.9.3 Solusi Persamaan Laplace dengan Menggunakan Vortex
Sekarang kita lihat kembali hukum Biot-Savart yang menjelaskan kecepatan yang
dihasilkan oleh sebuah “vortex filament”
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 229
1
1 1( ) ( )
1 ˆ4 4 x
l x S x
dlu ndSr rπ π
Γ Γ ⎛ ⎞= ∇× = − ∇× ∇ ×⎜ ⎟⎝ ⎠∫ ∫ ,
11
x x∂
∇ ≡∂
di mana telah digunakan analog dari teorema Stokes’ untuk kuantitas skalar yang
diintegrasikan sepanjang kurva tertutup. Sekarang kita perhatikan kuantitas berikut,
( )1 1
1 1ˆ ˆx xn nr r
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∇× ∇ × = ⋅∇ ∇ − ∇ ⋅ ∇⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝ ⎠1
1 ˆx nr
dimana kita telah gunakan sifat dari triple product 3 buah vector. Tetapi karena
1
1 1x r r
⎛ ⎞∇ = −∇⎜ ⎟⎝ ⎠
dan 2 1 0r
∇ = maka,
1
21 1 1ˆ ˆ 0x n nr r r
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∇ ⋅ ∇ = − ∇ ⋅∇ = − ∇ =⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎝ ⎠
n .
Dengan demikian maka u dapat dituliskan menjadi,
( )1
1 1ˆ4 4xu n dS dS
r nπ πΓ Γ⎛ ⎞ ⎛ ⎞= − ⋅∇ ∇ = − ∇⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠∫ ∫ r
∂
4u dS
n rπ∂ Γ⎛ ⎞= −∇ ⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠∫ ,
1ˆ xn
n∂
≡ ⋅∇∂
Daerah di luar vortex filament adalah daerah di mana ω = 0 sehingga u = ∇φ. Dengan
demikian maka,
vortex1
4dS
n rφ
π∂ ⎛ ⎞= Γ −⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠∫ (V.6)
Apabila hasil ini kita bandingkan dengan suku pada (L-3D.b) yang menjelaskan
distribusi doublet yaitu,
( )doublet1
4dS
n rφ φ
π∂ ⎛ ⎞= − −⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠∫
maka jelaslah bahwa φ vortex adalah φ doublet dengan “kekuatan” Г.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa vortex filament dapat digunakan untuk
menggantikan doublet pada metode penyelesaian persamaan Laplace. (Inilah mengapa
kita membahas vortex filament yang tentunya ω ≠ 0 di dalam bab ini yang membahas
aliran irrotasional)
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 230
5.9.4 Konsekuensi dari 0A∇ ⋅ =
Sebelum kita akhiri subbagian ini marilah kita kembali ke bagian awal dari subbagian
ini di mana kita memilih 0A∇ ⋅ = untuk mendapatkan (V.2) yang solusinya telah
dibahas panjang lebar.
Kita akan gunakan (V.3) untuk mendapatkan syarat yang harus dipenuhi agar pilihan
kita 0A∇ ⋅ = terpenuhi. Dengan menggunakan (V.3),
1
1 104 4
ˆ1 14 4x
A dVr r
ndV dSr r
ω ωπ πω ω
dV
π π
⎛ ⎞= ∇ ⋅ = ∇ ⋅ = ∇ ⋅⎜ ⎟⎝ ⎠
⋅= − ∇ ⋅ = −
∫ ∫
∫ ∫
di mana sekali lagi kita telah gunakan
1
1 1xr r
∇ = −∇ .
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa 0A∇ ⋅ = akan terpenuhi apabila
ˆ 0nω ⋅ = di seluruh batas-batas fluida.
5.9.5 2D vortex
Sama seperti dalam kasus 3-D, kita dapat menggunakan vortex untuk mendapatkan
solusi persamaan Laplace 2-D. Vortex yang digunakan di sini disebut “point vortex”
yang didapatkan dengan mengintegrasikan hokum Biot-Savart untuk vortex filament
yang lurus yang terbentang dari -∞ ke +∞. Tetapi untuk pembahasan di sini kita akan
gunakan cara lain, yang lebih mudah, untuk mendapatkan potensial untuk point vortex.
Streamline yang dihasilkan oleh point vortex mempunyai bentuk
seperti sketsa di atas. Dari sketsa ini kita ketahui bahwa u
haruslah seperti,
( ) ˆu u r eθ θ=
Teori Potensial Untuk Aliran Inkompresibel 231
Dengan ω = 0 maka,
( )10 0du rur dr θ= ∇× = =
sehingga, kurθ =
Untuk mencari konstanta k, kita hitung Γ sepanjang salah satu garis r = konstan.
∫∫ ==⋅=Γ krdrkldu πθ 2
sehingga,
ˆ2
u er θπ
Γ=
Untuk mendapatkan ψ dan φ kita gunakan,
1 0rur r
ψ φθ
∂ ∂= = =
∂ ∂ dan 1
2u
r r rθψ φ
θ π∂ ∂ Γ
= − = =∂ ∂
Hasilnya adalah
log konstan2
= konstan2
rψπ
θφπ
Γ= − +
Γ+
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 232
BAB
6 Aliran Potensial Inkompresibel
2D
6.1 Superposisi dari Solusi Elementer dan potensial untuk aliran seragam
Dari hasil yang telah kita dapatkan, kita ketahui bahwa solusi dari persamaan Laplace,
baik 3-D maupun 2-D, dapat dinyatakan sebagai superposisi dari source, doublet, dan
vortex. Sebelum kita gunakan kesimpulan ini untuk menyelesaikan permasalahan
praktis, kita perlu mempelajari lebih dalam sifat-sifat dari setiap solusi elementer
tersebut. Untuk menyederhanakan permasalahan, kita akan memfokuskan pada kasus 2-
D dan melihat apa yang dihasilkan oleh distribusi dari setiap solusi elementer sepanjang
sebuah axis (lihat sketsa).
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 233
6.1.1 Distribusi Source
Apabila kita letakkan beberapa source dengan kekuatan (per unit panjang diarah x1), m,
yang berbeda pada garis x1 , maka didapatkan,
( ) ( )1
2 221 2
1 ln2
m t x t x dtφπ
⎡= − +⎣∫ ⎤⎦ (i)
( ) ( )( )
11 2 2
1 1 2
12
x tu m t
xdt
x t xφ
π−∂
= =∂ − +∫ (ii)
( )( )
22 2 2
2 1 2
12
xu m tx
dtx t x
φπ
∂= =
∂ − +∫ (iii)
Apabila kita perhatikan (iii), maka jelaslah bahwa u2 = 0 pada x2 = 0 kecuali pada titik
di mana x1 = t. Dengan demikian maka harga dari integral tersebut hanya ditentukan
oleh titik tersebut. Oleh karenanya, m(t) dapat kita ganti dengan m(x1) dan dikeluarkan
dari integral. Selain itu, limit dari integrasi dapat kita ubah menjadi ±∞ karena ini tidak
akan mengubah harga dari integral. Sehingga apabila kita mendekati garis x2 = 0 (axis
x1 di mana sama-sama diletakkan), dari arah atas (+) maka,
( ) ( )( )2
1 22 1 2 20
1 2
,0 lim2x
m x xu x dtx t xπ+
+∞+
→−∞
=− +∫
Perkenalkan
1
2
x tx
ξ −= ,
2
dtdx
ξ = −
sehingga,
( ) ( ) ( ) ( )
( )2
1 1 12 1 20
12
,0 lim tan2 1 2
2
x
m x m xdu x
m xu
ξ ξπ ξ π+
+∞+ −
→−∞
+
∞= =
−∞+
= ≡
∫
Dengan cara yang sama maka dapat ditunjukkan bahwa apabila kita mendekati garis x2
= 0 dari arah bawah (-) didapatkan
( ) ( )12 1 2,0
2m x
u x u− −= − ≡
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 234
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa distribusi source menghasilkan
diskontinuitas kecepatan di arah normal sebesar,
( )2 2 1u u m x+ −− =
Sedangkan kecepatan di arah tangensial adalah kontinyu sehingga,
1 1u u+ −=
sebagaimana terlihat pada (ii).
6.1.2 Distribusi Doublet
( x1, x2)
x2
θ Source ( + )
(x1-t)
Sink ( - )
Apabila kita letakkan doublet-doublet kekuatan κ (per unit panjang diarah x1), m, yang
berbeda pada axis x1 dengan arah vektor l (vektor yang menghubungkan source dan
sink) sejajar dengan sumbu x2 maka,
2
1
xcosx t
θ =−
karena θ adalah sudut antara l dan r (vektor yang menghubungkan doublet dengan titik
(x1, x2)). Dengan demikian maka,
( )( )
( ) ( )( )
( ) ( )( )
22 2
1 2
1 21 22 2
1 2
21 2
2 2 21 2
12
1
12
xt dx t x
x t xu t
x t x
x t xu t
x t x
φ κπ
κπ
κπ
= −− +
−=
⎡ ⎤− +⎣ ⎦− −
=
t
dt
dt⎡ ⎤− +⎣ ⎦
∫
∫
∫
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 235
Dari hasil ini terlihat bahwa bentuk integral dari φ serupa dengan u2 untuk source (iii).
Dengan demikian maka distribusi doublet menghasilkan diskontinuitas φ sebesar,
( )1xφ φ κ+ −− = −
Karena 11
uxφ∂
=∂
maka distribusi doublet menghasilkan diskontinuitas kecepatan
tangensial (u1).
1 11
du udx
κ+ −− = −
Sedangkan kecepatan di arah normal (u2) tidak berubah atau,
2 2u u+ −= .
6.1.3 Distribusi Vortex Apabila yang diletakkan di garis x1 adalah vortex dengan kekuatan ( )1xγ yang
merupakan sirkulasi per unit panjang (definisi ini diperkenalkan untuk memastikan agar
unit dari potensial kecepatan tetap m2/sec) maka,
( )
( )( )
( )( )
1 2
1
21 2 2
1 2
12 2 2
1 2
1 tan2
12
12
xt dx t
xu tx t x
x tu t
t
dt
dtx t x
φ γπ
γπ
γπ
− ⎛ ⎞= ⎜ ⎟−⎝ ⎠
=− +
−= −
− +
∫
∫
∫
Dari hasil ini terlihat bahwa u1 serupa dengan u2 untuk source (iii). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa distribusi vortex menghasilkan diskontinuitas kecepatan di
arah tangensial (x1) sebesar,
( )1 1u u xγ+ −− =
Sedangkan kecepatan di arah normal tidak berubah (kontinyu),
2 2u u+ −=
Catatan:
Untuk kasus 2-D seperti yang dibahas di sini, terlihat bahwa distribusi doublet dan
distribusi vortex menghasilkan aliran yang serupa. Dengan kata lain, aliran yang
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 236
dihasilkan oleh distribusi doublet dapat dimodelkan dengan menggunakan distribusi
vortex yang mempunyai kekuatan
( )11
dxdx
κγ =
Kesimpulan bahwa distribusi doublet dapat digantikan oleh distribusi vortex ini
serupa dengan apa yang kita telah lihat pada kasus 3-D.
6.1.4 Potensial untuk aliran seragam
U∞
V∞
Kasus aliran seragam adalah kasus yang paling sederhana. Untuk kasus ini komponen
kecepatan baik di x1 maupun di x2 tidak berubah terhadap posisi. Dari definisi fungsi
arus dan potensial kecepatan,
1 2
Ux xφ ψ
∞∂ ∂
= =∂ ∂
, 2 1
Vx xφ ψ
∞∂ ∂
= = −∂ ∂
Oleh karenanya, potensial kecepatandan fungsi arus adalah, 1 2
1 2
V x U xU x V x
ψφ
∞ ∞
∞ ∞
= − += +
6.2 Contoh penerapan: Kasus Aliran Disekitar Silinder 2-D
Disubbagian ini kita akan melihat contoh penerapan prinsip superposisi dari solusi-
solusi elementer 2-D. Sebagai contoh, kita akan pelajari aliran di sekitar silinder.
Contoh ini sangatlah penting karena, walaupun relatif cukup sederhana namun contoh
ini memberikan petunjuk bagaimana menyelesaikan permasalahan yang lebih rumit.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 237
6.2.1 Superposisi dari aliran seragam + sebuah source Misalkan kita mempunyai aliran seragam diarah x1. Fungsi arus untuk kasus ini adalah,
2xUu ∞+=ψ
Kemudian kepada aliran ini kita tambahkan sebuah source yang fungsi arusnya adalah,
πθψ
2m
so =
Apabila kita gunakan koordinat sistem (r,θ) seperti
digambarkan di atas maka,
2 sinx r θ= , 1 cos x r θ=
Dalam koordinat sistem ini uψ menjadi,
θψ sinrUu ∞=
Aliran yang dihasilkan oleh superposisi dari aliran uniform dan sebuah source
mempunyai ψ ,
πθθψψψ
2sin mrUsou +=+= ∞
Streamline dari aliran ini didapatkan dengan menuliskan
konstan sin2mU r θψ θ
π∞= = +
Berikutnya kita lihat kecepatan,
rmU
rur .2
cos1π
θθψ
+=∂∂
= ∞
θψθ sin∞−=
∂∂
−= Ur
u
Titik-titik stagnasi atau titik-titik di permukaan benda di mana u = 0 untuk kasus ini
adalah titik di mana
cos 02mU
rθ
π∞ + = & 0sin =∞ θU
Apabila kita selesaikan persamaan di atas untuk r & θ maka hasilnya adalah,
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
∞
ππ
θ ,2
),(Umr ss
dengan rs = r stagnasi; dan θs = θ stagnasi.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 238
Dengan demikian maka titik stagnasi berjarak ∞U
mπ2
di depan source. Apabila
koordinat titik stagnasi kita substitusikan kedalam persamaan konstanψ = maka
didapatkan,
sin konstan2 2 2
mU m mU
πψ ππ π
∞
∞
= + = =
Dengan demikian maka permukaan benda dijelaskan oleh persamaan, (streamline
dijelaskan oleh persamaan konstanψ = )
πθθ
2sin
2mrUm
+= ∞ atau ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+= −
∞1
212 tan
22 xxmxUm
π
Apabila kita gambarkan fungsi ini maka didapatkan,
Jadi dari contoh ini dapat dilihat bahwa superposisi dari aliran seragam dengan sebuah
source merepresentasikan aliran disekitar benda tumpul yang panjangnya tak berhingga.
6.2.2 Aliran di sekitar silinder bundar
Sekarang ktia akan lihat bahwa superposisi dari aliran uniform dengan sebuah doublet
menghasilkan aliran yang merupakan representasi dari aliran potensial (incompressible)
di sekitar sebuah silinder bundar.
Fungsi arus untuk aliran yang merupakan superposisi dari aliran seragam dan sebuah
doublet adalah
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 239
doublet
2
sinsin2
sin 12
u U rr
U rU r
κ θψ ψ ψ θπ
κθπ
∞
∞∞
= + = −
⎛ ⎞= −⎜ ⎟
⎝ ⎠
Karena ∞Uπ
κ2
mempunyai unit m2 maka kita dapat definisikan
∞
≡U
Rπκ
22
sehingga
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−= ∞ 2
2
1sinrRrU θψ .
Berikutnya, kita lihat komponen-komponen dari kecepatan (ur dan uθ).
θθψ cos11
2
2
∞⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
∂∂
= UrR
rur
θψθ sin1 2
2
∞⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+−=
∂∂
−= UrR
ru
Untuk menentukan bentuk dari benda yang direpresentasikan oleh superposisi ini, kita
cari titik-titik stagnasi karena titik-titik ini berada di permukaan benda.
0sin10
0cos10
2
2
2
2
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⇒=
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⇒=
∞
∞
θ
θ
θ UrRu
UrRur
Solusi dari kedua persamaan terakhir di atas adalah
( ) ( )0,, Rr SS =θ dan ( ) ( )πθ ,, Rr SS =
Apabila ktia substitusikan ( )SSr θ, ini ke ( )θ,r dalam persamaan untuk ψ maka untuk
kedua-duanya dan ( 0,R ) ( )π,R , 0ψ = .
Dengan demikian, maka permukaan benda dijelaskan oleh persamaan ψ = 0 atau
( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−= ∞ 2
2
1sin0rRrU θ
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 240
Persamaan ini akan selalu terpenuhi untuk setiap harga θ apabila r2 = R2 = konstan.
Dengan demikian maka benda yang aliran di sekitarnya direpresentasikan adalah sebuah
silinder bundar dengan radius
∞
==U
Rrπκ
2
Apabila kita lihat streamline-streamline lainnya maka aliran di sekitar benda ini terlihat
seperti digambarkan di bawah.
Karena aliran di sekitar silinder bundar ini
adalah aliran yang simetris, maka distribusi
tekanannya juga simetris. Dengan kata lain
silinder bundar ini tidak akan mempunyai
“lift”. Drag sudah pasti sama dengan nol
karena aliran ini adalah aliran potensial. Jadi
aliran di sekitar silinder ini tidak menghasilkan gaya apa pun.
Observasi ini tentunya dapat dibuktikan dengan mengintegrasikan distribusi tekanan di
sekitar silinder tersebut. Untuk itu pertama-tama kita cari Cp.
( )2 2 2
2 22
112
U up p uCpU UUρ
∞∞
∞ ∞∞ ∞
− ⎛ ⎞−= = = −⎜ ⎟
⎝ ⎠
di mana telah digunakan persamaan Bernoulli,
2 21 12 2
p U p uρ ρ∞ ∞ ∞+ = + .
Di permukaan benda r = R,
0=ru dan θθ sin2 ∞−= Uu
sehingga,
θ222 sin4 ∞= Uu
Oleh karena itu, maka Cp di permukaan benda,
θ2sin41−=Cp
Apabila Cp tersebut diintegrasikan di permukaan maka akan didapatkan Cℓ = 0 dan Cd =
0.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 241
Dari contoh ini kita dapat observasikan sesuatu yang penting yaitu,
“Distribusi dari source dan sink yang diletakkan pada garis yang sejajar dengan
freestream memrepresentasikan aliran di sekitar benda yang simetris terhadap
garis tersebut. Oleh karena aliran yang dihasilkan adalah aliran yang simetris,
maka aliran di sekitar benda ini tidak menghasilkan ‘lift’.”
6.2.3 Aliran di sekitar silinder bundar yang dengan sirkulasi Γ
Telah kita lihat di iii) bahwa aliran di sekitar silinder bundar tidak menghasilkan gaya
angkat/ lift. Sekarang kita akan lihat apabila silinder yang sama berputar (“spinning”),
apakah aliran di sekitar benda tersebut menghasilkan lift.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana merepresentasikan aliran ini. Kita akan
coba merepresentasikan aliran ini dengan menambahkan sebuah vortex ke dalam aliran
di sekitar silinder bundar. Apabila kita lakukan ini maka fungsi arus untuk aliran ini
adalah
rrRruvortexdoubu log
21sin 2
2
πθψψψψ Γ
+⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=++= ∞
Di mana vortex yang ditambahkan sedemikian rupa sehingga alirannya berputar searah
jarum jam.
Seperti sebelumnya, langkah berikutnya adalah mendapatkan ur dan uθ.
2
2
2
2
1 1 cos
1 sin2
rRu U
r r
Ru Ur rθ
ψ θθ
ψ θrπ
∞
∞
⎛ ⎞∂= = −⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠
⎛ ⎞∂ Γ= − = − + −⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠
Dengan maka kita dapat temukan titik-titik stagnasi dipermukaan benda. θuur &
2
21 cosR Ur
θ∞
⎛ ⎞0− =⎜ ⎟
⎝ ⎠ (cc.1)
2
21 sin2
R Ur r
θπ∞
⎛ ⎞ Γ+ +⎜ ⎟
⎝ ⎠0= (cc.2)
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 242
Dari persamaan yang pertama kita dapatkan solusi r = R. Apabila solusi ini kita
substitusikan ke persamaan yang kedua maka didapatkan,
1sin4 U R
θπ
−
∞
⎛ ⎞Γ= −⎜
⎝ ⎠⎟ (cc.3)
Karena maka θ haruslah berada di kuadran ketiga dan keempat. Jadi dari hasil
ini dapat dilihat bahwa titik-titik stagnasi tergantung dari harga
0>Γ
Γ . Dengan kata lain,
aliran di sekitar benda ini hanya akan menjadi aliran yang unik apabila harga
Γ ditentukan. Ini sesuai dengan hasil yang telah kita dapatkan sebelumnya bahwa solusi
dari persamaan Laplace untuk aliran disekitar benda 2-D yang mempunyai adalah
solusi yang unik hanya untuk kasus-kasus di mana
0≠Γ
Γ dispesifikasikan.
Dari ekspresi untuk θ, dapat disimpulkan bahwa titik-titik stagnasi berada di permukaan
benda apabila 4 U Rπ ∞Γ ≤ . Apabila 4 U Rπ ∞Γ > maka sin θ>1 dan persamaan tersebut
tidak mempunyai arti.
Untuk kasus 4 U Rπ ∞Γ > , kita kembali ke persamaan (cc.1). Selain persamaan ini
terpenuhi untuk r = R, persamaan ini juga terpenuhi untuk 2πθ = atau
2πθ −= .
Apabila kita substitusikan 2πθ −= ke dalam (cc.2) maka didapatkan
22
4 4r R
U Uπ π∞ ∞
⎛ ⎞Γ Γ= ± −⎜ ⎟
⎝ ⎠
Jadi untuk kasus ini terdapat 2 titik stagnasi yang salah satunya berada di dalam silinder.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 243
Berikutnya kita lihat apakah aliran ini menghasilkan lift. Untuk itu kita perlukan
distribusi tekanan di permukaan. Seperti sebelumnya (lihat (iii)), adalah pc
2
21puc
U∞
= −
Untuk kasus ini distribusi kecepatan di permukaan adalah
0ru = dan 2 sin2
u Urθ θ
π∞Γ
= − −
2 22ru u u u 2
θ θ= + =
Dengan didapatkannya di permukaan maka Cpc d dan Cl dapat dihitung dan hasilnya
adalah,
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+−=
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−=
∫ ∫
∫ ∫π
π π
π
π
π
θθθθ
θθθθ
2 0
,.
0 2
,,
)(sin)(sin21
)(cos)(cos21
dcdcC
dcdcC
uplpl
lpupd
di mana : di permukaan bawah lpc , pc
upc , : di permukaan atas pc
Apabila kita integrasikan maka akan didapatkan,
0dC = dan lCRU∞
Γ=
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa aliran ini menghasilkan lift. Dari
contoh ini kita dapat observasikan sesuatu yang penting yaitu :
“Apabila kita tambahkan distribusi vortex kepada aliran yang awalnya simetris
maka aliran yang dihasilkan menjadi tidak simetris relatif terhadap garis yang
sejajar dengan freestream dan gaya angkat/lift akan dihasilkan.”
6.3 Complex Potensial dan Conformal Mapping untuk Aliran Potensial 2-D
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran potensial yang incompressible memenuhi
persamaan Laplace (1P.1) yang untuk kasus 2-D menjadi,
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 244
022
2
21
2
=∂∂
+∂∂
xxφφ
Apabila solusi dari persamaan ini telah didapatkan maka kecepatan u1 & u2 dapat
ditentukan.
11
uxφ∂
=∂
, 22
uxφ∂
=∂
Namun, telah dijelaskan pula bahwa persamaan kontinuitas untuk aliran incompressible
2-D dapat dipenuhi secara otomatis apabila kita definisikan fungsi arus (ψ) seperti,
12
uxψ∂
=∂
, 21
uxψ∂
= −∂
Dengan demikian maka fungsi φ dan ψ dihubungkan dengan persamaan,
1 2x xφ ψ∂ ∂
=∂ ∂
dan 2 1x x
φ ψ∂ ∂= −
∂ ∂ (cp.1)
Dalam “teori bilangan komplex”, (cp.1) dikenal sebagai persamaan “Cauchy-Riemann”.
Persamaan ini menjelaskan kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah fungsi F(z) apabila
fungsi tersebut adalah fungsi “analytic” di mana,
21
2121 ),(),()(ixxz
xxixxzF+=
+= ψφ
dari (cp.1) dapat dilihat pula bahwa ψ juga memenuhi persamaan Laplace,
022
2
21
2
=∂∂
+∂∂
xxψψ
Dengan demikian maka kita dapat gunakan hasil-hasil dari “teori bilangan kompleks”
untuk mendapatkan solusi dari aliran inkompresible potensial 2-D dan ini sangat
memudahkan secara matematis. Kelemahannya adalah metode ini “metode inverse”.
Dengan kata lain, dalam metode ini kita tentukan sebuah fungsi F(z) yang analytic
kemudian kita lihat aliran apa yang direpresentasikan oleh F(z). Namun, dengan
metode ini kita tidak perlu menyelesaikan persamaan diferensial parsial dan ini tentunya
sangat membantu.
Apabila fungsi analytic F(z) telah ditentukan, kecepatan u1 dan u2 didapatkan dengan
mengambil turunan dari F(z),
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 245
21111
iuux
ixx
FdzdFW −=
∂∂
+∂∂
=∂∂
=≡ψφ
atau karena 21 x
FixF
dzdF
∂∂
−=∂∂
= (ini hasil dari teori bilangan komplex),
21222
iuux
ix
ixFiW −=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
+∂∂
−=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
−=ψφ
Apabila kita gunakan koordinat polar seperti
digambarkan di atas maka,
θθθθ
θ
θ
cossinsincos
2
1
uuuuuu
r
r
+=−=
Karena cos maka, θθθ iei −=− sinθ
θieiu −− )ruiuuW =−= (21
Sekarang kita lihat integral tertutup dari W.
( )( )
( ) (
1 2 1 2
1 1 2 2 1 2 2 1
dFWdz dz u iu dx idxdzu dx u dx i u dx u dx
Wdz im
= = − +
= + + −
= Γ +
∫ ∫ ∫∫ ∫
∫)
di mana Γ adalah sirkulasi dan m adalah “source strength”. Namun, “Residue theorem”,
salah satu teorema penting dalam teori bilangan komplex menyatakan:
Apabila W adalah fungsi analytic kecuali di beberapa titik dalam domain maka,
∫ ∑Π=k
kAiWdz 2
di mana Ak adalah residue dari W (Ak bisa “real” atau “komplex”).
Dengan demikian maka,
2 kk
im i AΓ + = Π ∑ (cp.2)
Jadi apabila F(z) telah ditentukan, Ak dapat dicari dan oleh karenanya Γ dan m dapat
ditentukan. Karena Γ telah didapatkan maka L(lift) dapat dihitung dengan
menggunakan teorema Kutta-Joukowski.
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 246
contoh-contoh untuk F(z) :
a) Uniform flow : F(z) = Uz (uniform flow di arah x1)
b) Source flow :
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
Π==
Π=
zm
dzdFW
zmzF
12
log2
)(
*
*
Sehingga A1 (residue dari W) adalah *2m
π. Dengan menggunakan (cp.2),
*2 *2mim i imπ
π⎛ ⎞Γ + = =⎜ ⎟⎝ ⎠
Sehingga untuk aliran ini Г = 0 dan m = m*. Hasil ini sesuai dengan source flow.
c) Vortex flow: ( ) * log2
F z i zπ
Γ= −
* 12
dF W idz zπ
Γ ⎛ ⎞= = − ⎜ ⎟⎝ ⎠
sehingga A1 adalah *2i
πΓ . Dari (cp.2),
2 *2iim iππ
− Γ⎛ ⎞Γ + = = Γ⎜ ⎟⎝ ⎠
sehingga untuk aliran ini Γ = Γ* dan m = 0 sesuai dengan vortex flow.
Keuntungan lain dari penggunaan metode bilangan kompleks dalam menyelesaikan
permasalahan aliran potensial yang inkompresibel untuk kasus 2-D adalah dapat
digunakannya “conformal mapping”. Dengan menggunakan “mapping” ini, kita dapat
selesaikan permasalahan aliran di sekitar benda yang mempunyai geometri yang rumit
dengan menyelesaikan permasalahan aliran di sekitar benda dengan geometri yang lebih
sederhana. Dengan kata lain, kita gunakan sebuah transformasi
( )f zζ = (cp.3)
yang mentransformaskan geometri dari benda yang sesungguhnya di “z-plane” menjadi
benda dengan geometri yang lebih sederhana di “ζ-plane”. Kedua bidang ini adalah
bidang kompleks (ζ dan z adalah complex plane) di mana,
1 2z x ix= + , iζ ξ η= +
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 247
Karena φ dan ψ haruslah memenuhi Laplace Equation di z-plane maka kita harus lihat
apakah φ juga memenuhi persamaan Laplace di ζ-plane.
Pertama-tama kita transformasikan φ(z) menjadi φ(ζ).
( ) ( )( )
( ) ( ).3
1 2, ,cp
z x xφ φ φ ζ φ= = = ξ η
Kemudian kita lihat 2
21xφ∂
∂ dan
2
22xφ∂
∂. Karena φ(ξ,η) maka
1 1 1x x xφ ξ φ η φ
ξ η∂ ∂ ∂ ∂ ∂
= +∂ ∂ ∂ ∂ ∂
dan 2 2 2x x x
φ ξ φ η φξ η
∂ ∂ ∂ ∂ ∂= +
∂ ∂ ∂ ∂ ∂
2 22 2 2 2 2 2
2 2 2 21 1 1 1 1 1 1
2x x x x x x x2
φ ξ φ η φ ξ η φ ξ φ η φξ η ξ η ξ
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂= + + + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠ η
2 22 2 2 2 2 2
2 2 2 22 2 2 2 2 2 2
2x x x x x x x2
φ ξ φ η φ ξ η φ ξ φ η φξ η ξ η ξ
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂= + + + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠ η
Karena 2 2
2 21 2
0x xφ φ∂ ∂
+ =∂ ∂
maka apabila kita tambahkan 2 persamaan terakhir hasilnya
adalah, 2 2 2 22 2
2 21 2 1 2 1 1 2 2
2 2 2 2
2 2 2 21 2 1 2
2
0
x x x x x x x x
x x x x
2ξ ξ φ η η φ ξ η ξ η φξ η ξ
ξ ξ φ η η φξ η
⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎢ ⎥+ + + + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦ ⎣ ⎦⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂
+ + + + =⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
η∂ (cp.4)
“Conformal transformation” adalah tranformasi dari z ke ζ di mana ξ dan η memenuhi
persamaan Laplace atau 2 2
2 21 2
0x xξ ξ∂ ∂
+ =∂ ∂
dan 2 2
2 21 2
0x xη η∂ ∂
+ =∂ ∂
Dengan demikian maka ξ dan η harus memenuhi Cauchy-Riemann Equation (cp.1),
1 2x xξ η∂ ∂
=∂ ∂
dan 2 1x x
ξ η∂ ∂= −
∂ ∂ (cp.5)
Dengan ini maka persamaan (cp.4) menjadi,
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 248
2 2 2 22 2
2 21 2 1 2
0x x x xξ ξ φ η η φ
ξ η
⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎢ ⎥+ + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦ ⎣ ⎦=
Apabila kita guakan (cp.5) maka persamaan ini menjadi, 2 2 2 2
2 21 2
0x xη η φ φ
ξ η
⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥+ + =⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎝ ⎠⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦
atau 2 2 2 2
2 21 2
0x xξ ξ φ φ
ξ η
⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥+ + =⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂⎢ ⎥ ⎝ ⎠⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦
Kedua persamaan terakhir akan selalu terpenuhi apabila, 2 2
2 2 0φ φξ η
∂ ∂+ =
∂ ∂ juga
2 2
2 2 0ψ ψξ η
∂ ∂+ =
∂ ∂
(kita tinggal ganti φ dengan ψ dalam penurunan di atas)
Jadi “conformal transformation” memastikan bahwa φ dan η di z-plane dan di ζ-plane
memenuhi persamaan Laplace. Karena itu F(z) di z-plane juga berlaku di ζ-plane.
Dengan kata lain apabila solusi dari aliran di sekitar sebuah benda sederhana diketahui
di ζ-plane maka solusi untuk aliran di sekitar benda yang lebih kompleks didapatkan
dengan mensubstitusikan ζ = f(z) ke dalam kompleks potensial F(ζ).
Sekarang kita lihat hubungan antara kecepatan di z-plane dengan kecepatan di ζ-plane.
( ) ( ) ( )dF z dF dW zdz d dz
ζ ζζ
= =
atau
( ) ( )dW z Wdzζ ζ= (cp.6)
Jadi kecepatan di z-plane tidak dapat dihitung dengan mensubstitusikan ζ = f(z) saja
tetapi harus ditentukan dengan menggunakan (cp.6).
Berikutnya kita lihat hubungan antara Γ dan m di kedua plane yang berbeda tersebut.
( ) ( ) ( ) ( )z z
dF zim W z dz dz dF z dF
dzζΓ + = = = =∫ ∫ ∫ ∫
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 249
atau
z zim imζ ζΓ + = Γ + (cp.7)
dimana Γz : Γ di z-plane, mz : m di z-plane
Γζ : Γ di ζ-plane, mζ : m di ζ-plane
Jadi “conformal transformation” tidak mengubah harga Γ dan m (vortex strength dan
source strength). Dengan demikian, apabila F(ζ) diketahui maka F(z) untuk aliran di
sekitar benda yang sesuai dengan “conformal transformation” ζ = f(z) didapatkan
dengan mensubstitusikan ζ = f(z) ke dalam F(z). W(z) didapatkan dengan menggunakan
(cp.6) sedangkan Γ dan m mempunyai harga yang sama.
Dalam aerodinamika, metode ini digunakan untuk mempelajari aliran di sekitar airfoil.
Biasanya dicari ζ = f(z) yang mentransformasikan geometri airfoil di z-plane menjadi
silinder di ζ-plane. Dengan demikian maka aliran di sekitar airfoil dapat dipelajari
dengan melihat aliran di sekitar silinder yang solusinya telah kita pelajari sebelum ini.
Salah satu transformasi yang penting adalah “Joukowski Transformation”. Dengan
menggunakan transformasi ini kita bisa dapatkan solusi untuk aliran di sekitar “family of
airfoils”.
Transformasi Joukowski mempunyai bentuk, 2cz ζ
ζ= +
di mana c adalah konstan yang biasanya dianggap sebagai bilangan riil. Di Bab 6 kita
akan pelajari transformasi ini lebih dalam.
Dalam aerodinamika, sering kali kita perlu mengetahui moment yang dihasilkan oleh
aliran di sekitar sebuah benda. Moment ini dapat dihitung sebagai berikut. Gaya-gaya
yang bekerja di permukaan benda adalah tekanan dikalikan dengan area permukaan
tersebut. Dari sketsa di bawah dapat dilihat bahwa moment (dM0) yang dihasilkan oleh
aliran di permukaan ds adalah
( ) ( ) ( )0 1 1 2 2 1 1 2dM pdx x pdx x p x dx x dx= + = + 2
Aliran Potensial Inkompresibel 2D 250
Namun
1 2z x ix= + dan 1 2dx idx= −d z
( z adalah kompleks konjugate dari z)
Dengan demikian maka,
( )( ) ( ) ( )1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2zd z x ix dx idx x dx x dx i x dx x dx= + − = + + −
Sehingga, 0 RedM pzd z= di mana Re adalah bagian riil dari entitas di dalam .
Dari persamaan Bernoulli, 21konstan2
p uρ= − . Karena ( )2 2 21 2u u dan
p=konstan tidak memberikan kontribusi maka
u WW= + =
2p WWρ
= − . Dengan demikian maka
0 Re2
dM WW zd zρ⎧= −⎨⎩ ⎭
⎫⎬ . Namun di permukaan benda W W= (buktikan!). Oleh
karena itu, 20 Re
2dM W zdzρ⎧ ⎫= −⎨ ⎬
⎩ ⎭ atau
20 Re
2c
M W zdzρ⎧ ⎫⎪ ⎪= − ⎨ ⎬⎪ ⎪⎩ ⎭∫
Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan (lakukan ini sebagai latihan) bahwa, apabila
X1 dan X2 adalah gaya-gaya diarah x1 dan x2, hubungan di bawah ini berlaku.
21 2 Re
2 c
X X i W dzρ ⎧ ⎫⎪ ⎪− = ⎨ ⎬⎪ ⎪⎩ ⎭∫
Hubungan untuk momen dan gaya-gaya diatas dikenal dengan sebutan “Blasius
Relation”. Hubungan kedua (untuk gaya-gaya) dapat digunakan untuk mendapatkan
kembali teorema Kutta-Joukowski yang telah kita dapatkan di Bab 5.
Aerodinamika Inkompresibel 251
BAB
7 Aerodinamika inkompresibel
7.1 Kondisi Kutta untuk kasus aliran disekitar airfoil Didalam bab ini kita akan menggunakan aliran potensial untuk mempelajari aliran
disekitar airfoil dan sayap. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, solusi dari persamaan
Laplace 2-D tidaklah unik apabila sirkulasi Γ tidak diberikan. Untuk aliran disekitar
airfoil, Γ dispesifikasikan dengan menggunakan “kondisi Kutta”.
Asal mula dari kondisi ini dapat dijelaskan dengan memperhatikan kasus aliran disekitar
benda bundar dengan sirkulasi Γ . Kasus ini telah dibahas di BAB 6 dan menurut hasil
yang didapatkan, aliran potensial disekitar benda ini mempunyai solusi dimana titik-titik
stagnasi berada dilokasi yang berbeda-beda untuk harga Γ yang berbeda, walaupun
kondisi batasnya sama. Hal yang sama tentunya juga akan dialami dalam kasus aliran
di sekitar airfoil yang menghasilkan gaya angkat. Untuk kasus ini harga Γ tidak sama
dengan nol.
Γ1 Γ2
Γ3
Aerodinamika Inkompresibel 252
Aliran untuk kasus ini terlihat didalam sketsa diatas, dimana telah digambarkan aliran
disekitar airfoil yang sama (kondisi batas yang sama) namun mempunyai harga Γ yang
berbeda. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah kasus mana yang terjadi dalam
aliran yang sesungguhnya? Hasil experimen menunjukan bahwa aliran dengan harga
sirkulasi Γ3 adalah pola aliran yang benar untuk kasus ini. Dengan kata lain pada aliran
disekitar airfoil yang menghasilkan gaya angkat, aliran akan ”lepas” dari permukaan
airfoil di trailing edge. Dengan demikian maka,
Kondisi Kutta:
”Harga Γ yang harus dispesifikasikan adalah Γ yang menghasilkan aliran yang
meninggalkan” permukaan airfoil di trailing edge”.
Kondisi Kutta dapat dinyatakan dengan menggunakan beberapa pernyataan matematis.
Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang sering digunakan:
a) Untuk kasus dimana trailing edge mempunyai sudut tertentu, aliran hanya akan
meninggalkan permukaan airfoil apabila trailing edge adalah titik stagnasi
(kecepatan ditrailing edge mempunyai harga nol). Dari definisi γ terlihat bahwa
pernyataan ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai 0triling edgeγ = .
p-
p+
Kasus c)
Kasus b)
Kasus a)
u-
u+
γtrailing edge = (u+-u-) trailing edge
u trailing edge =0
Aerodinamika Inkompresibel 253
b) Untuk kasus dimana trailing edge mempunyai sudut nol (cusp trailing edge),
aliran akan meninggalkan permukaan airfoil apabila kecepatan ditrailing edge
bagian atas dan bawah mempunyai harga yang sama ( triling edge triling edgeu u+ −= ,
dimana + menjelaskan permukaan atas dan - menjelaskan permukaan bawah).
Dari definisi γ terlihat bahwa pernyataan ini secara matematis juga dinyatakan
sebagai 0triling edgeγ = .
c) Kondisi Kutta yang lebih umum didapatkan dengan mengingat bahwa aliran
akan meninggalkan airfoil di trailing edge apabila tekanan di trailing edge
bagian atas sama dengan tekanan di trailing edge bagian bawah (tidak ada beda
tekanan yang menyebabkan fluida mengalir dari atas ke bawah (atau sebaliknya)
di trailing edge). Dengan demikian maka kondisi Kutta akan selalu dipenuhi
(termasuk kondisi yang diberikan di a) dan b) ) apabila,
( ) ( )trailing edge trailing edgep p+ −=
Kondisi ini dapat digunakan untuk kasus airfoil umum, seperti kasus dimana
trailing edge tidak lancip atau airfoil bergerak.
Secara fisis, asal dari kondisi Kutta ini adalah lapisan batas. Dalam analisi aliran
potensial 2-D efek viskositas, yang selalu ada didalam lapisan batas, diabaikan.
Konsekuensinya adalah solusi aliran potensial 2-D menjadi tidak unik. Dengan
menambahkan kondisi Kutta, kita sebenarnya memasukkan efek lapisan batas kedalam
teori potensial.
Hal yang sama juga terjadi didalam kasus 3-D. Sebagaimana telah kita lihat
sebelumnya aliran potensial 3-D menghasilkan harga Γ= 0 yang berarti aliran ini tidak
akan menghasilkan gaya apapun. Apabila kita menggunakan analisa aliran potensial
disekitar sayap, tentunya kita mengharapkan sayap tersebut menghasilkan gaya angkat.
Nanti akan ditunjukkan bahwa aliran potensial disekitar sayap akan menghasilkan gaya
angkat apabila kita menambahkan sebuah permukaan diskontinuitas (yang dapat
dimodelkan dengan sebuah vortex sheet). Sama dengan kasus 2-D, dengan
Aerodinamika Inkompresibel 254
menambahkan pemukaan diskontinuitas ini kita pada dasarnya memasukkan efek
viskositas (yang ada didalam lapisan batas) ke dalam teori potensial.
7.2 Teori Airfoil dengan Menggunakan “Conformal Mapping”
Di subbagian ini kita akan mempelajari aliran di sekitar airfoil dengan menggunakan
conformal mapping. Metode ini cukup popular beberapa waktu yang lalu namun saat
ini jarang lagi digunakan. Oleh karena itu, kita hanya akan mengambil salah satu
contoh “conformal mapping” untuk mendapatkan ide bagaimana metode ini digunakan.
Contoh yang akan kita pelajari adalah conformal mapping dengan menggunakan
Joukowski Transformation:
2cz ζ
ζ= + (CM.1)
di mana c adalah konstanta.
Transformasi macam ini mempunyai beberapa sifat umum
1. Apabila harga 1ζ >> maka 2
0cζ
→ dan transformasi menjadi z→ζ. Dengan
demikian maka apabila freestream yang seragam “mendekati” sebuah benda
dengan sudut serang α di z-plane maka freestream yang sama dengan α yang
sama “mendekati” transformasi dari benda tersebut di ζ-plane.
2. Apabila kita ambil turunan dari z terhadap z maka, 2
21dz cdζ ζ
= −
Jadi pada titik-titik di mana ζ = ±c, 0dzdζ
= . Titik-titik ini disebut “critical
points”. Pada titik-titik ini, transformasi (CM.1) tidak konformal. Untuk
mengatasi hal ini, biasanya kita pilih sedemikian rupa agar salah satu dari
critical point ini berada di permukaan silinder di ζ-plane sedangkan critical
point lainnya berada di dalam silinder.
Aerodinamika Inkompresibel 255
3. Transformasi (CM.1) adalah double-valued. Dengan kata lain, titik-titik yang
exterior (di luar) silinder di z-plane ditransformasikan ke seluruh titik di z-plane.
Sedangkan titik-titik di dalam silinder juga ditransformasikan ke seluruh titik di
z-plane. Ini dapat dilihat sebagai berikut:
Apabila kita pilih 2
0
cr
ζ = di mana r0 adalah radius dari lingkaran, maka di z-
plane titik ini akan ditransformasikan ke titik, 2 2 2
020 0
0
c c cz rcr rr
= + = +
Namun titik yang sama di z-plane akan kita dapatkan apabila kita pilih ζ = r0.
Apabila silinder mempunyai radius c maka lingkaran 0r cζ = > berada di luar
silinder sedangkan lingkaran 2
0
cr
ζ = berada di dalam lingkaran. Maka menurut
hasil di atas, kedua lingkaran ini akan ditransformasikan ke titik-titik yang sama
di z-plane. Untuk mengatasi permasalahan double-valued ini, biasanya
diperkenalkan “branch cut” sepanjang x1-axis di z-plane antara titik z = -2c
sampai titik z = 2c. Namun masalah double-valued ini bukanlah masalah yang
cukup serius karena titik-titik di dalam silinder biasanya ditransformasikan ke
dalam benda di z-plane sehingga berada di luar medan aliran.
4. Airfoil yang dijelaskan oleh Jukowski Transformation mempunyai “cusped
trailing edge” (trailing edge yang sangat lancip sehingga sudut antara
permukaan atas dan bawah airfoil di trailing edge sama dengan nol) dan ini akan
kita buktikan nanti.
Karena transformasi Joukowski mentransformasikan bentuk-bentuk seperti airfoil di z-
plane menjadi silinder di ζ-plane, kita memerlukan fungsi F(ζ) untuk aliran di sekitar
benda bundar. Kita ketahui bahwa aliran di sekitar benda bundar (silinder) dapat
direpresentasikan dengan mensuperposisikan aliran uniform +doublet+vortex. Dari
contoh-contoh sebelumnya, F(ζ) untuk aliran uniform dan vortex adalah, (arah vortex
searah jarum jam)
Aerodinamika Inkompresibel 256
( )uniformF Uζ ζ∞= , ( )vortex log2
F iζ ζπΓ
= +
Sedangkan F(ζ) untuk doublet adalah,
( ) ( )doublet doublet doublet1 1cos sin
2 2 iF i ir r θ 2e
κ κ κζ φ ψ θ θπ π πζ
= + = − = =
Dengan demikian maka F(ζ) untuk silinder dengan sirkulasi adalah,
( ) log2 2
F U i Cκζ ζ ζπζ π∞
Γ= + + +
di mana C adalah sebuah konstanta. Harga C didapatkan dengan melihat harga F di
permukaan silinder. Dengan 2R Uκ
π ∞≡ dan iR e θζ = ,
2 cos log2 2
iF UR R Cθθπ π
Γ Γ= − + +
Karena F adalah konstanta di permukaan dan kita dapat pilih harga konstanta tersebut
sama dengan nol (F = 0) dan harga C dapat ditentukan. Dengan harga C ini maka,
( )2
log2
RF U iRζζ ζ
ζ π∞
⎛ ⎞ Γ= + +⎜ ⎟
⎝ ⎠
Perlu diingat bahwa hasil di atas didapatkan untuk silinder dengan titik pusat di (0,0)
dan freestream seragam di arah Re(ζ) atau ξ.
Untuk kasus yang lebih umum, di mana freestream membentuk sudut α dengan Re(ζ)
dan titik pusat silinder berada di ζ = µ, kita perlu mentransformasikan F(ζ)
dengan menggunakan ( ) ie αζ ζ µ −→ − (lihat sketsa).
Dengan transformasi ini maka,
( ) ( )2
log2
i ii
U RF U e e iae
α αα
ζ µζ ζ µζ µ π
− ∞∞
Γ −= − + +
−
Aerodinamika Inkompresibel 257
dan
( ) ( )( ) ( )
2
21
2
iidF U R eW U e i
d
ααζ
ζζ π ζ µζ µ
− ∞∞
Γ= = − +
−−
Harga Γ di persamaan di atas ditentukan dengan menggunakan kondisi Kutta. Menurut
kondisi Kutta , harga kecepatan di trailing edge haruslah “finite” dan “kontinyu”.
Secara matematis, ini berarti
( ) ( )TETE
TE
WW z z finite
dzd ζ
ζ ζ
ζ =
== = =
⎛ ⎞⎜ ⎟⎝ ⎠
(TE = trailing edge)
Tetapi kita telah lihat sebelumnya (sifat umum 2) bahwa terdapat satu critical point di
permukaan benda dan kita akan lihat nanti bahwa critical point ini adalah trailing edge.
Dengan demikian maka,
0TE
dzd ζζ =
⎛ ⎞=⎜ ⎟
⎝ ⎠
Oleh karena itu, maka untuk memenuhi kondisi Kutta,
( ) 0TEW ζ ζ= =
( ) ( )
2
210
2
ii
TETE
U R eU e iα
α
π ζ µζ µ− ∞
∞Γ
= − +−−
(CM)
(agar finite). Kondisi ( TEW z z= ) ( ) 0TEW ζ ζ= = memberikan kita harga Γ yang
spesifik yang ditentukan oleh posisi trailing edge. Sekarang kita telah siap untuk
mempelajari kasus-kasus berikut ini.
7.2.1 Kasus Silinder dengan ζ = R eiθ di mana R = c
Aerodinamika Inkompresibel 258
Untuk kasus ini,
2 2
2 cosii
c cz ce cce
θθζ θ
ζ= + = + = (CM.2)
Jadi titik-titik (c,0) dan (c,π) di ζ-plane ditransformasikan ke titik-titik (2c,0) dan (-
2c,0). Juga titik-titik di permukaan silinder ditransformasikan ke daerah sepanjang x1
karena (CM. 2) adalah riil. Dengan demikian maka transformasi ini menjelaskan aliran
di sekitar pelat datar di z-plane. Panjang “pelat datar” ini adalah 4c atau 4R.
Sekarang misalkan di ζ-plane terdapat aliran freestream yang seragam di depan silinder
dengan sudut serang α. Titik-titik stagnasi di ζ-plane terdapat di s1 dan s2 seperti
terlihat di sketsa di atas. Oleh transformasi (CM. 2) titik-titik tersebut
ditransformasikan ke titik-titik,
2 2 coss c α= dan ( )1 2 coss c α π= + di z-plane
Titik s1 tidak bermasalah namun titik s2 di z-plane bermasalah karena tidak sesuai
dengan kenyataan fisik untuk aliran ini. Dalam aliran yang sebenarnya, titik s2 selalu
berada di titik A di z-plane. Dengan kata lain, titik A adalah titik stagnasi di z-plane dan
ini adalah Kutta Condition untuk kasus ini. Kita telah lihat bahwa kondisi Kutta
menspesifikasikan Γ sehingga aliran 2-D ini menjadi unik.
Untuk memenuhi kondisi Kutta tersebut, titik stagnasi s2 harus berada di posisi A dalam
ζ-plane, dimana θ = 0 atau ζTE = c. Tetapi dari sifat umum transformasi Joukowski
yang ke 2, titik ini adalah titik kritis dari transformasi sehingga persamaan (CM) berlaku
agar kondisi Kutta terpenuhi. Dengan mensubtitusikan ζTE = c pada persamaan (CM)
didapatkan,
0 2 s2
Uc
inαπ ∞Γ
= − atau 4 sin 4 sincU RUπ α π∞ ∞ αΓ = =
Lift dari silinder dapat dihitung dengan menggunakan teorema Kutta Joukowski, 24 sil U R U nρ π ρ α∞ ∞ ∞ ∞= Γ =
Sekarang kita lihat aliran seperti apa yang dihasilkan oleh transformasi ini di z-plane.
Kita telah lihat bahwa dengan transformasi ini, “silinder” di ζ-plane ditransformasikan
Aerodinamika Inkompresibel 259
in
menjadi pelat datar di z-plane. Aliran di z-plane adalah aliran di sekitar silinder dengan
uniform freestream yang mempunyai sudut serang α. Karena sifat (1) dari Joukowski
Transformation maka aliran freestream yang sama terdapat di z-plane dengan demikian
maka kasus ini merepresentasikan kasus aliran di sekitar “pelat datar” yang mempunyai
sudut serang α. Karena harga Γ tidak berubah dalam conformal mapping maka Γ untuk
pelat datar ini sama dengan Γ untuk silinder di ζ-plane. Karena ρ∞, U∞ juga sama di
kedua plane ini maka lift yang dihasilkan oleh aliran di sekitar pelat datar juga sama
yaitu,
24 sl R Uπ ρ∞ ∞= α sehingga ( )21 chord
2
llC
Uρ∞ ∞
=
dengan chord = 4R untuk kasus ini atau,
( )2
2 2 sin4l
lCU R
π αρ∞ ∞
= =
sehingga untuk pelat datar,
2 sinlC π α=
7.2.2 Kasus Silinder dengan z = R eiθ di mana R > c
Untuk kasus ini,
2 2 2
1 2
cos sini ic c cz R e e R i RR R R
z x ix
θ θ θ θ− ⎛ ⎞ ⎛ ⎞= + = + + −⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠= +
Maka 2
1 coscx RR
θ⎛ ⎞
= +⎜ ⎟⎝ ⎠
, 2
2 sincx RR
θ⎛ ⎞
= −⎜ ⎟⎝ ⎠
Aerodinamika Inkompresibel 260
=Karena maka, 2 2sin cos 1θ θ+
2 21 2
2 22 21x x
c cR RR R
+ =⎛ ⎞ ⎛ ⎞
+ −⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎝ ⎠ ⎝ ⎠
Namun ini adalah persamaan untuk elips yang mempunyai semi-axis major dengan
panjang 2cR
R⎛ ⎞
+⎜⎝ ⎠
⎟ di x2 axis. Jadi kasus ini (R > c) menjelaskan aliran di sekitar elips.
7.2.3 Airfoil yang Simetris
Sekarang kita akan lihat transformasi untuk kasus silinder dengan radius R yang
mempunyai titik pusat lingkaran di titik ζ = -M. Apabila di dalam lingkaran ini kita
gambarkan lagi sebuah lingkaran dengan radius c yang berpusat di (0,0) maka radius R
dapat dituliskan sebagai
R c M= +
Karena titik A di permukaan silinder bersinggungan dengan titik di permukaan
lingkaran dengan radius c maka di z-plane garis di sekitar A akan serupa dengan garis
yang ditransformasikan oleh lingkaran dengan radius c. Kita telah lihat bahwa
lingkaran dengan radius c ditransformasikan menjadi pelat datar. Oleh karena itu, garis
di sekitar A akan ditransformasikan seperti ujung dari pelat datar (cusp). Langkah
berikutnya adalah membuat lingkaran yang berpusat di z = (0,0) dengan radius
sedemikian sehingga lingkaran ini bersinggungan dengan titik B di permukaan silinder
Aerodinamika Inkompresibel 261
L. Karena lingkaran ini mempunyai jari-jari R’ yang lebih besar dari c (R’ > c) maka
lingkaran ini akan ditransformasikan menjadi elips di z-plane. Oleh karena itu, garis di
sekitar titik B akan ditransformasikan menjadi lengkungan di ujung sebelah kiri dari
elips tersebut.
Dari observasi ini maka jelaslah bahwa lingkaran dengan radius R yang berpusat di titik
ζ= - M akan ditransformasikan menjadi sebuah bentuk yang simetris terhadap x1 dan
mempunyai ujung yang tumpul di ujung kiri dan ujung yang sangat lancip di ujung
kanan. Dengan kata lain, kasus ini merepresentasikan sebuah airfoil yang simetris.
Selain itu kita juga telah buktikan sifat umum (4) dari Joukowski transformation yaitu
airfoil yang dihasilkan mempunyai ujung yang sangat lancip (“cusp”).
7.2.4 Airfoil yang tidak simetris
Di contoh sebelum ini kita telah lihat bahwa sebuah lingkaran dengan titik pusat di ζ=-
M ditransformasikan menjadi sebuah airfolil yang simetris. Oleh karena itu sangat
masuk akal apabila kita mempunyai sebuah lingkaran dengan titik pusat di c ciζ ξ η= +
( 0ξ ≠ dan 0η ≠ ), lingkaran ini akan ditransformasikan mejandi sebuah airfoil yang
tidak simetris di z-plane. Selain itu airfoil ini akan mempunyai trailing edge yang
sangat lancip (cusp)
Lift yang dihasilkan airfoil ini apabila airfoil tersebut diletakkan dengan sudut serang α
dapat dihitung sebagai berikut. Pertama-tama untuk memenuhi “Kutta condition”, titik
Aerodinamika Inkompresibel 262
stagnasi di permukaan silinder harus dipindahkan dari titik A’ ke A. Dari sketsa di atas
terlihat bahwa posisi ζTE adalah (karena TE M cζ − = ),
iTE M ceζ − Φ= + .
Dengan mensubtitusikan ζTE pada persamaan (CM) didapatkan,
4 (U R Sin )π α∞Γ = + Φ
Dari geometri dalam sketsa di atas dapat dilihat bahwa
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
=Φ −
c
c
c ξη1tan dan ( ) 222
cccR ηξ +−=
untuk silinder yang berpusat di titik (-ξc, ηc). Dengan demikian maka,
( )24 sinl U R Uρ π ρ α∞ ∞ ∞ ∞= Γ = Φ +
( )( )
( )chordR
chordV
lclαπ
ρ
+Φ==
∞∞
sin8
21 2
(CM.3)
Persamaan (CM.3) adalah persamaan umum untuk Cl dari benda yang digenerasikan
dari Joukowski transformation (CM.1).
Contohnya : untuk pelat datar, (ξc,ηc) = (0,0) sehingga 0cossin
=ΦΦ atau Φ = 0. Selain itu
untuk pelat datar telah kita lihat bahwa chord = 4R. Dengan harga-harga
ini maka dari (CM.3),
2 sinlC π α=
dan hasil ini sama dengan hasil yang kita dapatkan beberapa saat yang lalu.
Apabila kita mempunyai sebuah airfoil dengan “cusps trailing edge”, maka kita dapat
mentransfromasikan airfoil ini menjadi sebuah silinder bundar dengan menggunakan
(CM.1). Lift atau Cl dari airfoil ini dapat dihitung dengan menggunakan (CM.3). Dari
(CM.3) terlihat bahwa untuk mendapatkan Cl kita perlukan harga R dan Φ. Karena R
dan Φ adalah fungsi dari ξc, ηc, dan c maka kita perlu menentukan posisi dari pusat
silinder di ζ-plane dan harga dari konstanta c untuk menghitung Cl. Jadi yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah bagaimana menentukan ξc, ηc, dan c atau posisi titik pusat
Aerodinamika Inkompresibel 263
dan jari-jari silinder yang merepresentasikan airfoil tersebut. Prosedur penentuan ξc, ηc,
dan c adalah sebagai berikut:
a) Apabila kita mempunyai sebuah airfoil maka kita mengetahui harga-harga z
untuk airfoil tersebut. Dari harga-harga z, kita dapat menentukan harga c
sebagai berikut.
“chord” dari airfoil tentunya kita ketahui dan harganya adalah,
A Bchord z z= +
Karena titik A berada di titik ζ = c di ζ-plane maka titik ini akan berada di tititk
z=2c di z-plane. Dengan demikian maka,
2 Bchord c z= + atau 2
Bzchordc
−=
Karena “chord” dan “zB” diketahui maka c dapat dihitung.
b) Dengan diketahuinya harga c, harga-harga z untuk airfoil dapat
ditransformasikan menjadi ζ dengan menggunakan inverse dari
transformasi (CM.1) atau ζ = f(z,c).
c) Hasil dari b) adalah sebuah silinder bundar di ζ-plane. Tentunya titik pusat dari
silinder ini (ξc,ηc) dapat ditentukan.
d) Karena (ξc,ηc) dan c diketahui maka R dan Φ dapat dihitung. Dengan demikian
maka kita telah siap untuk menggunakan (CM.3) untuk menghitung Cl airfoil
tersebut.
Perlu diketahui bahwa transformasi Joukowski bukan satu-satunya transformasi yang
digunakan untuk mempelajari airfoil. Selain transformasi ini, terdapat pula
transformasi-transfromasi lain seperti “Karman-Trefftz transformation”. Transfromasi
Aerodinamika Inkompresibel 264
ini bahkan dapat digunakan untuk airfoil yang mempunyai “finite trailing edge” (trailing
edge mempunyai sudut yang finite).
7.3 Teory Airfoil Tipis (Incompressible)
Di bagian 7.2 kita telah pelajari bagaimana menghitung lift dari sebuah airfoil dengan
menggunakan metode “Conformal mapping”. Sekarang, kita akan mempelajari metode
alternatif untuk mempelajari aliran di sekitar airfoil. Walaupun metode yang akan kita
pelajari adalah metode aproximasi, namun metode ini telah terbukti cukup sukses dan
ide yang digunakan dalam metode ini telah ditingkatkan menjadi metode-metode
modern yang dipecahkan dengan menggunakan komputer.
Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah :
• Airfoil yang tipis
• Sudut serang “α” yang kecil
Selain itu juga asumsi lainnya seperti inviscid, adiabatic, dan uniform freestream
sehingga aliran di luar lapisan batas dapat diasumsikan sebagai aliran irrotasional dan
teori aliran potensial dapat kita gunakan.
Secara matematis permasalahan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Dapatkan solusi dari persamaan :
02 =∇ φ
dengan kondisi batas : ˆ( . ) 0nnφ∇ = dan ( ) Uφ ∞∇ ∞ =
Selain itu juga diperlukan “Kondisi Kutta” karena kasus ini
adalah kasus 2-D
(T.A.T.1)
Aerodinamika Inkompresibel 265
Catatan: Kondisi Kutta diperlukan agar solusi yang didapatkan adalah solusi yang unik.
Perlu diingat bahwa kasus 2-D dan solusi persamaan Laplace adalah unik
apabila Г dispesifikasikan.
Karena airfoil diasumsikan sebagai airfoil yang tipis, maka kita dapar nyatakan :
u U vφ ∞∇ ≡ = + , 1
1
ˆ
xv
∂∂
=φ ,
22
ˆ
xv
∂∂
=φ
, di mana v adalah “gangguan” kecil yang disebabkan oleh adanya airfoil. Apabila kita
substitusikan u kedalam persamaan (T.A.T.1) hasilnya adalah :
0ˆ2 =∇ φ (T.A.T.2)
dengan kondisi batas ˆ ˆ ˆn U nφ ∞∇ ⋅ = − ⋅ 0)(ˆ =∞∇φ, ditambah kondisi Kutta.
Sekarang kita akan mulai dengan menuliskan kondisi batas dipermukaan airfoil.
Apabila permukaan airfoil kita nyatakan sebagai berikut,
1 2 2 1( , ) ( ) 0F x x x h x= − =
maka adalah n
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
+∂∂
∇=
∇∇
= 22
11
ˆˆ||||
1||||
ˆ xxFx
xF
FFFn .
Dengan demikian kondisi batas di permukaan airfoil,
1 21 2
ˆ ˆ ˆ0 ( cos ) ( sinF Fn U n U v U v )x x
φ α α∞ ∞ ∞∂ ∂
= ∇ ⋅ + ⋅ = + + +∂ ∂
.
Karena 1 1
F dhx dx
∂= −
∂ dan 1
2
=∂∂xF maka,
2 11
( cos ) sindhv U v Udx
α α∞ ∞= + − .
Dengan asumsi 1<<α , αα ≈sin & 1cos ≈α sehingga
2 1 1 11
( , ( )) ( ) dhv x h x U v Udx
α∞ ∞= + −
Karena airfoil diasumsikan sebagai airfoil tipis, maka kita dapat gunakan ekspansi
Taylor untuk menuliskan . 2v
Aerodinamika Inkompresibel 266
...)(|)0,())(,( 1)0,(2
212112 1
+∂∂
+≈ xhxv
xvxhxv x
Selain itu, sehingga kondisi batas di permukaan airfoil menjadi, 1U v U∞ + ≈ ∞
2 11
( ,0) dhv x U Udx
α∞ ∞= −
Sekarang kita tuliskan h dengan menggunakan definisi berikut ini,
)(21),(
21
lutluc hhhhhh −≡+≡
tcu hhh += & tcl hhh −≡
Dengan definisi hc dan ht kondisi batas di permukaan airfoil menjadi
2 11 1 2
3 1
( ,0 ) c tdh dhv x U U Udx dx
α±∞ ∞= ± − ∞
di mana 0+ adalah permukaan atas dan 0- adalah permukaan bawah.
Jadi permasalahan aliran disekitar airfoil tipis dengan sudut serang “α” yang kecil
secara matematis dijelaskan oleh persamaan,
0ˆ2 =∇ φ , 12 1 1
ˆ( ,0 ) c tdh dhx U U
x dx dxφ α±
∞ ∞
⎛ ⎞∂= − ±⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠
0)(ˆ
2
=∂
∞∂x
φ ,
ditambah kondisi Kutta.
(T.A.T.3)
Kita ketahui bahwa yang membedakan antara solusi dari persamaan Laplace adalah
kondisi batasnya. Kondisi batas yang terdapat dalam permasalahan ini merupakan
superposisi dari dua macam aliran, yaitu
1. 2 1 11 2
ˆ( ,0 ) ( ,0 )tdhU v x x
dx xφ ±
∞∂
± = ± =∂
Apabila kita perhatikan bentuk persamaan di atas, maka terlihat bahwa
2 1 2 2 1 2( , ) ( , )v x x v x x= − − atau ),(ˆ
),(ˆ
212
212
xxx
xxx
−∂∂
−=∂∂ φφ .
Dari hasil di atas, maka terlihat bahwa untuk kasus ini,
),(ˆ),(ˆ 2121 xxxx −= φφ
Aerodinamika Inkompresibel 267
Dengan kata lain, persoalan ini adalah persoalan yang simetris terhadap sumbu
x1. Jadi kondisi batas ini menjelaskan aliran di sekitar airfoil yang simetris
dengan ketebalan tertentu. Secara intuitif kita dapat memprediksi bahwa aliran
ini tidak akan menghasilkan gaya angkat (karena kasus ini α = 0)
2. ( ) ( )2 1 11 2
ˆ,0 ,0cdhU v x
dx xφα ± ±
∞
⎛ ⎞ ∂− = =⎜ ⎟ ∂⎝ ⎠
x
Apabila kita perhatikan bentuk persamaan di atas maka terlihat bahwa :
( ) ( )212212 ,, xxvxxv −= atau ( )12
ˆ,0x
xφ ±∂
∂
Dari hasil di atas maka terlihat untuk kasus ini φ mempunyai bentuk :
( ) ( )1 2 2 2ˆ ˆ, ,x x xφ φ= − −x
Dengan kata lain, persoalan ini adalah persoalan aliran yang “antisimetris“
terhadap sumbu x. Jadi kondisi batas ini menjelaskan aliran-aliran seperti :
• Aliran disekitar pelat datar dengan sudut serang ( )( )2 1,0U v xα α∞− = ±
• Aliran disekitar “cambered airfoil“ dengan ketebalan = 0 dan α = 0
( )2 11
,0 cdhv x Udx∞
⎛ ⎞± =⎜ ⎟
⎝ ⎠
Biasanya dalam permasalahan di sekitar airfoil, yang kita cari adalah “lift“ atau ”Cl“
yang dihasilkan airfoil tersebut. Untuk itu, kita cukup memperhatikan kondisi batas (2).
Dengan demikian maka secara matematis permasalahan ini dapat dituliskan seperti :
1 2
ˆ ˆ0
x xφ φ∂ ∂
+ =∂ ∂
dengan kondisi batas
2
ˆ( ) 0
xφ∂
∞ =∂
, ( )12 1
ˆ,0 cdhx U
x dφ
xα±
∞
⎛ ⎞∂= −⎜∂ ⎝ ⎠
⎟ & kondisi Kutta
(TAT 4)
Solusi (TAT 4) dapat dicari dengan menggunakan superposisi dari doublet atau vortex
2D seperti yang telah kita pelajari di BAB 5. Namun, dalam sub-bagian ini kita akan
gunakan metoda lain yaitu dengan meggunakan analisa bilangan kompleks. Sedangkan
Aerodinamika Inkompresibel 268
2'
solusi yang didapatkan dari superposisi doublet atau vortex akan kita pelajari nanti di
sub-bagian Metoda Panel.
Karena persoalan ini adalah persoalan 2-D, maka kita dapat menggunakan teknik
analisa bilangan kompleks untuk menyelesaikan persamaan Laplace di atas. Salah satu
teorema penting dalam teori bilangan complex adalah “Cauchy’s integral formula“.
Teorema ini menyatakan bahwa apabila f(z1) adlah fungsi yang analitik di bidang
maka, 1 1'z x ix≡ +
11
1 ( )( )2 c
f zf z dz zπ
=−∫ z
di mana c adalah kurva tertutup yang menutupi titik 1zz = .
Sekarang kita akan aplikasikan teorema ini untuk mendapatkan solusi dari (TAT.4).
Pertama-tama kita lihat,
( ) ( )212211 ,,)( xxivxxvdzdFzW −==
di mana ψφ iF += . Karena W(z) adalah fungsi analitik maka kita dapat menggunakan
“Cauchy’s integral formula“ sehingga,
∫ ∫+++ −
=−
=c cccc
dzzz
zWi
dzzz
zWi
zW 11
11
1
1
4321
)(21)(
21)(
ππ.
di mana c adalah kurva tertutup seperti dalam sketsa di bawah.
ix2’
C3 C4
x1’ C2
R1
Airfoil berada di z = z1 dengan panjang c C1
Aerodinamika Inkompresibel 269
Apabila kita pilih R1→∞ maka kontribusi dari integral c1 = 0 karena 0)( =∞∇φ
sehingga W(∞) =0. Kontribusi dari integral c2 dan c4 saling menghilangkan sehingga,
( )3
1 1 1 11 1
1 1 10 0
1 11
10
1 ( ) 1 ( ' ,0 ) ( ' ,0 )( ) ' '2 2 ' '
( ' ,0 ) ( ' ,0 )1 '2 '
c c
c
c
W z dz W x W xW z dx dxi z z i x z x z
W x W xdx
i x z
π π
π
+ −
+ −
⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞= = −⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟− − −⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦
−=
−
∫ ∫ ∫
∫
( ) ( )1 11 1 1 1 2 1 1 1 2 1( ' ,0 ) ( ' ,0 ) ( ' ,0 ) ( ,0 ( ,0 ) ( ' ,0 )W W x W x v x iv x v x iv x+ − + + −∆ ≡ − = − − − − .
Karena maka, 2 1 2 1( ' ,0 ) ( ' ,0 )v x v x+ −=
1 1 1 21
10
1 ( ' ,0 ) ( ' ,0 ) '2 '
c v x v xW di x zπ
+ −−∆ =
−∫ x
Apabila kita definisikan
1 1 1 1 1( ' ) ( ' ,0 ) ( ' ,0 )x v x v xγ + −≡ −
maka,
1 1
1 1 20
1 ( ' ) '( )2 ' (
c
)x dxW x
i x x ixγ
π=
− +∫ (TAT.5)
Dari hasil di atas, solusi dari (TAT.4), yaitu 21)( ivvzW −= , harganya tergantung dari
harga γ . Jadi permasalahan ini belum selesai karena harga γ belum diketahui. Untuk
menghitung γ , kita ambil harga imaginer dari (TAT.5) di permukaan airfoil .
Bagian imaginer tersebut adalah :
)0( 2 ≈x
12 1 1
1 10
( ' )( ,0 ) ''
c xv x dxx xγ± = −
−∫
Karena kita ketahui dari kondisi batas maka, )0,( 12±xv
11
1 1 10
1 ( ' ) ' (2 ( ' )
ccdhx dx U )
x x dγ α
π ∞= −−∫ x
(L)
Kondisi Kutta untuk kasus ini adalah W(z) = 0 di trailing edge atau
0)( =TEγ (K)
Aerodinamika Inkompresibel 270
Sekarang kita perhatikan persamaan (L) lebih mendalam apabila bentuk airfoil diketahui
maka 1dx
dhc diketahui sehingga untuk setiap kasus dengan U∞ dan α tertentu, persaman
(L) dengan kondisi kutta (K) dapat digunakan untuk menghitung γ . Dengan
diketahuinya γ maka kecepatan di setiap titik dalam aliran dapat dihitung dengan
menggunakan (TAT.5) (ingat: kecepatan ini adalah kontribusi dari bagian yang
asimetrik saja. Kecepatan yang sebenarnya didapatkan dengan menambahkan solusi
yang didapatkan dari permasalahan airfoil yang simetris dengan kondisi batas (1)).
Selain itu, bagian riil dan imaginer dari (TAT.5) adalah :
2 11 12 2
1 1 20
1 ( ' ) '2 ( ' )
c x xv dxx x x
γπ
=− +∫ & 1 1 1
2 12 21 1 2
1 ( ' ) ( ' ) '2 ( ' )
c
o
x x x xx x x
γπ
−=
− +∫v d
Namun, ini adalah distribusi kecepatan yang dihasilkan oleh “line vortex distribution“.
Dengan demikian maka,
11
( ' )'
dxdx
γ Γ≡
Sehingga apabila γ telah didapatkan maka Γ dapat dihitung dan “lift“ dapat ditentukan
dengan menggunakan “ teorema Kutta-Joukowski “.
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mendapatkan solusi:
a) Gunakan transformasi (1' 1 cos2cx )θ= − sehingga
1' sin2cdx dθ θ= dan ( )1 101 cos '
2cx x= −
θ(TE) = 0, θ(LE) = π (LE: Leading Edge)
b) Subtitusikan (1) ke dalam persamaan (L). Solusi dari persamaan tersebut
adalah:
( ) 01
(1 cos )2 ssin n
nU A A nθ inγ θ θ
θ
∞
∞=
+⎛ ⎞= +⎜ ⎟
⎝ ⎠∑
c) Subtitusikan kembali ke dalam persamaan ( L ) dan hasilnya adalah
( )011
coscn
n
dh A A ndx
α θ∞
=
= − + ∑
Aerodinamika Inkompresibel 271
d) Persamaan di atas adalah “Fourrier Series” dari 1
cdhdx
. Dengan menggunakan
hasil dari “Fourrier Series” kita dapatkan
0 01
0 010
1
2 cos
c
cn
dhA ddx
dhA ndx
π
π
d
α θπ
θ θπ
= −
=
∫
∫ Sehingga apabila hc = hc(x1) diketahui An dan A0 dapat ditentukan dan γ (θ) dapat
kita hitung.
e) Hitung ( ) ( ) 11 1 00
0
' ' sin2 2
cc c Ax dx d cU A πγ γ θ θ θ π∞
⎛ ⎞Γ = = = +⎜ ⎟⎝ ⎠∫ ∫
l Uρ∞ ∞= Γ dan ( )0 1221
2l
lC AU c
πρ ∞
= = A+
atau
( )0 001
12 cos 1cl
dhC ddx
ππ α θ
π⎛ ⎞
= + −⎜ ⎟⎝ ⎠
∫ θ , 2ldCdα
π=
Apabila kita nyatakan ( ) ( )0 02ll L
dCCd
α α π α αα = == − = − L maka
( )0 001
1 cos 1cL
dh ddx
π
0α θ θπ= = − −∫
Sehingga dengan menggunakan teori ini kita dapat memprediksikan sudut
serang di mana lift adalah nol.
f) Sekarang kita dapat tentukan pitching moment coefficient. Dari definisinya
pitching moment di leading edge adalah,
1 1 11
' ' ''LE
ddM x dL x U d U x dxdx
ρ ρ∞ ∞ 1'Γ
= − = − Γ = −
Apabila kita integrasikan maka,
( )1 10' 'LE 1'M U x x dx
πρ γ∞= − ∫
dan
( ), 121 4 42
lLEm LE
CMC AU cS
πρ ∞
⎛ ⎞= = − + −⎜ ⎟⎝ ⎠
2A
Aerodinamika Inkompresibel 272
Apabila kita hitung moment coefficient di posisi 1 4cx =
( ), 2, 4
14 4c m LE lm
C C C A Aπ⎛ ⎞= + = −⎜ ⎟⎝ ⎠
1
Karena A1 dan A2 bukan merupakan fungsi α maka dapat disimpulkan bahwa
4c adalah “Aerodynamic Center” (posisi dimana harga momen tidak
bergantung α).
g) Posisi “center of pressure” (posisi efektif di mana total lift bereaksi) dapat
ditentukan sebagai berikut. Dari definisinya,
LE cpM x L= − sehingga ,m LEcp
Cx c
C= − atau, ( )1 21
4cpl
cx A ACπ⎛ ⎞
= + +⎜ ⎟⎝ ⎠
Catatan: γ(θ) di langkah “2” memenuhi kondisi kutta (k) karena
( ) ( ) 00
"L'Hospital's Rule"
2 sin(1 cos )2 0sin cos
U ATE U Aγ γ ππ π
∞∞
⎛ ⎞= = = =⎜ ⎟⎝ ⎠
ππ+
7.4 Teory Sayap
7.4.1 Induced Drag
Pada 7.2 dan 7.3 kita telah menggunakan teori potensial untuk mempelajari aliran di
sekitar airfoil. Sekarang kita akan melihat bagaimana teori potensial digunakan untuk
mempelajari aliran di sekitar sayap.
Aliran di sekitar sayap adalah aliran di sekitar benda 3-D. Dari pembahasan kita
sebelum ini telah kita lihat bahwa aliran irrotasional benda 3-D tidak menghasilkan Γ
(circulation) dan oleh karenanya tidak akan menghasilkan lift. Jadi jelaslah bahwa
Aerodinamika Inkompresibel 273
dalam mempelajari aliran di sekitar sayap, kita tidak dapat hanya mengandalkan teori
potensial, kita harus mengamati fenomena fisik untuk aliran ini lebih dalam.
Pertama-tama kita ketahui bahwa aliran di belakang sebuah benda terdapat apa yang
disebut dengan “wake”. Untuk benda “slender” seperti sayap, daerah “wake“ ini
sangatlah tipis. Di dalam wake aliran tentunya tidak dapat diasumsikan sebagai aliran
irrotasional. Namun, di luar wake (yang sangat tipis ini) aliran dapat diasumsikan
sebagai aliran irrotasional
x3
Sekarang kita hitung di mana 3 3v dx∞
−∞∫
1ˆxu Ue v= + dan 0v = di ∞
karena wake ini sangat tipis dan kecepatan u3 di dalam wake tidak terlalu jauh dengan
hanya u3 di luar wake, maka,
333333
31
32
dxvdxvdxvx
x
∫∫∫∞
∞−
∞
∞−
+=
Daerah di luar wake alirannya irrotasional sehingga,
33
vxφ∂
=∂
Dengan mengingat bahwa v3 = 0 di ∞ sehingga kita dapat menyatakan φ = konstan = 0
di ∞ sehingga,
U∞ Wake x1
13x
23x
Aerodinamika Inkompresibel 274
( )3 3 2 1v dx φ φ∞
−∞
= −∫
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat diskontinuitas dalam harga φ . Dengan kata lain
wake adalah surface of discontinuity (wake dapat dimisalkan sebagai surface of
discontinuity). Karena dalam asumsi ini, fluida di luar wake tidak dapat menembus
wake,
3 31 2x xφ φ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂
= ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
atau 3x
φ∂∂
kontinyu.
Dengan kata lain diskontinuitas ini adalah “tangential discontinuity”. Satu lagi properti
iskontinuitas e ini adalah (lihat bab tentang shock wave), p’1 = p’2. Karena di
luar wake
dari d tip
( ) ( )221 1'0 02 2p U p p U vρ ρ+ = + + +
1'p Uvρ≈ − atau dapat pula dilihat bahwa
( ) ( )1 11 21 11 2x x
φ φ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂=⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
v v= atau
sehingga 1x
φ⎛ ⎞∂⎜ ⎟∂⎝ ⎠
juga kontinyu.
adalah diskontinuitas adalah pada harga Jadi satu-satunya kemungkinan 2x
φ∂∂
. Namun,
ari apa yang telah kita pelajari sebelumnya, diskontinuitas ini akan dihasilkan oleh d
sebuah vortex sheet. Dengan kata lain wake pada belakang sayap dapat dimodelkan
sebagai “vortex sheet” yang menghasilkan diskontinuitas harga 2x
φ∂∂
(lihat gambar di
Aerodinamika Inkompresibel 275
nol sehingga sayap akan menghasilkan gaya angkat.
ngan apa yang harus kita lakukan
ada kasus 2-D, yaitu menambahkan kondisi Kutta. Penambahan ini adalah
engan airfoil, sayap mempunyai dua ”wingtip”, atau ujung
bawah). Dengan menambahkan vortex sheet ini maka harga Γ tidak lagi sama dengan
Penambahan vortex sheet ini pada dasarnya serupa de
p
konsekuensi dari diabaikannya efek viskositas yang selalu ada pada aliran
sesungguhnya. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagaimana membuat sistem vortex
sheet ini?
Selain apa yang telah dibicarakan di atas ada lagi satu hal yang penting dalam aliran di
Vortex Sheet
x1
x2
x3
sekitar sayap. Berbeda d
sayap. Di wing tip ini, aliran dari bagian bawah sayap (dengan tekanan yang tinggi)
bertemu dengan aliran atas sayap (dengan tekanan yang lebih rendah). Jadi fluida
mengalir dari bagian bawah ke bagian atas sayap. Ini mengakibatkan terjadinya
perubahan sudut serang apabila dilihat secara lokal dari setiap airfoil section.
Aerodinamika Inkompresibel 276
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ini mengakibatkan arah lift vektor berubah dan
menghasilkan komponen yang sejajar dengan sumbu x3(lift) dan sumbu x1(drag). Drag
ini disebut juga “induced drag”. Dari geometri di atas dapat dilihat bahwa,
eff iα α α= − (W.T.I)
Untuk mempelajari induced drag lebih lanjut kita perhatikan apa yang terjadi apabila
sebuah sayap bergerak melintasi suatu daerah didalam fluida yang diam pada saat
e ini
bergerak karena adanya wak
volume berbeda dari nol. Menurut hukum kekekalan energi, penambahan
engakibatkan berkurangnya (disipasi) energi dari gerakan
Bidang A dan B adalah bidang-bidang yang berada jauh didepan dan jauh dibalakang
sayap. Selain itu posisi bidang B cukup jauh dari sayap sehingga didalam wake hanya
ada pergerakan udara yang mempunyai arah sejajar dengan bidang B (hanya ada v2 dan
sebelum dilintasi oleh sayap. Apabila kita pilih sebuah volume tertentu, maka sebelum
sayap melewati volume ini energi kinetik dari fluida didalam volume ini adalah nol.
Setelah sayap tersebut melewati daerah ini, sebagian dari fluida didalam volum
e, dan ini tentunya menyebabkan energi kinetik fluida
didalam
energi kinetik fluida ini m
sayap. ”Hilangnya” energi dari sayap inilah yang menyebabkan adanya drag. Drag ini,
yang tentunya berbeda dengan drag yang diakibatkan oleh gaya gesek (skin friction
drag), disebut induced drag.
Sekarang penjelasan diatas akan kita gunakan untuk mendapatkan formula untuk
menghitung besarnya induced drag. Untuk itu kita perhatikan situasi yang digambarkan
pada sketsa dibawah ini. Pada sketsa terlihat sebuah sayap yang bergerak menuju udara
diam.
U
C B A
X = U ∆t Wake (vortex sheet)
Aerodinamika Inkompresibel 277
v C
Dari sketsa terlihat bahwa bertambahnya energi kinetik fluida didalam volume atur yang
dibatasi oleh A dan B disebabkan oleh ”masuknya” wake yang sebelumnya berada
diantara B dan C kedalam volume atur tadi. Dari penjelasan diparagraf sebelumnya
bertambahnya energi kinetik ini sama dengan kerja yang dilakukan oleh drag. Dengan
ikian maka secara matematis kita dapat nyatakan bahwa,
3 sedangkan v1 = 0). Bidang ini juga dikenal dengan sebutan Trefftz Plane. Bidang
sejajar dengan bidang B dan berjarak U ∆t dibelakang B.
dem
2 22 3
1 1( ) ( ) ( )2 2V
D U t dV U tdx dxρ φ ρ φ∆ = ∇ = ∇ ∆∫ ∫∫
atau
22 3
1 ( )2
wakeS
D dx dxρ φ= ∇∫∫
Dengan menggunakan teorema green (GT) integral diatas dapat dituliskan menjadi,
2 2
2 23 3
2 2
12
b b
b b
D dx dxx xφ φρ φ φ
+ −
+ −
− −
⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂⎢ ⎥= −⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎢ ⎥∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
dan – adalah harga pada
bagian bawah. Sedangkan b adalah panjang dari sayap dan ujung-ujung sayap berada
pada posisi x2 = ±b/2.
Sekarang kita akan modelkan wake dengan menggunakan vortex sheet. Vortex sheet
adalah sebuah diskontinuitas tangensial (tangential discontinuity) maka dari sub bagian
ang membahas diskontinuitas dalam fluida kita ketahui bahwa
⎢ ⎥⎣ ⎦∫ ∫
dimana superscript + menyatakan harga pada bagian atas wake
y3 3x x
φ φ+ −
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂=⎜ ⎟ ⎜ ⎟
sehingga,
∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
2
23
2−
1 ( )2
b
b
D dxxφρ φ φ+ −
⎡ ⎤⎛ ⎞∂⎢ ⎥= − ⎜ ⎟⎢ ⎥∂⎝ ⎠⎢ ⎥⎣ ⎦
Dari sifat-sifat sebuah v
∫
ortex sheet kita ketahui bahwa,
Aerodinamika Inkompresibel 278
2
3 22
1 ( ') 1 '4 ' 'b
d z dzx dz x zφ
π−
b
⎛ ⎞∂ Γφ φ+ −Γ = − dan =⎜ ⎟∂ −
Akhirnya, dengan mensubtitusikan persamaan-persamaan terakhir kedalam hubungan
⎝ ⎠∫
untuk drag didapatkan
222
222
2
2
2 2
2
1 ( ) ( ') '2 ' '
( )
bb
bb
b
b
x d zD dx z dz
L U x dx
ρ
ρ
−−
−
z dx⎡ ⎤Γ Γ⎛ ⎞= ⎢ ⎥⎜ ⎟− ⎝ ⎠⎢ ⎥⎣ ⎦
= Γ
∫ ∫
∫
dimana formula untuk lift didapatkan dari teorema Kutta-Joukouski.
Dalam praktek, formula untuk lift dan drag di transformasikan dengan menggunakan
transformasi,
2 (1 cos )2bx θ= − dimana 0 θ π≤ ≤
Kemudian Γ adalah fungsi yang kontinyu sehingga dapat diexpansikan dengan
menggunakan deret Fourier,
n( )1
2 sin
bU An nθ θ∞
=
Γ = ∑
Apabila deret ini kita subtitusikan ke dalam formula untuk lift dan drag maka
R
didapatkan,
1LC A Aπ= dan 2
1Di n
nC AR nAπ
∞
=
= ∑
2bAR =dimana S
dan (c = panjang chord). Koefisien-koefisien An didapatkan
denan menyelesaikan persamaan
S bc=
2 0φ∇ = berikut kondisi batasnya. Ini akan kita
Dari expresi untuk CDi terlihat jelas bahwa induced drag yang minimum akan dihasilkan
apabila semua An, kecuali A1, adalah nol. Untuk kasus m mum induced drag ini,
lakukan disub bagian setelah ini.
ini
Aerodinamika Inkompresibel 279
2
2 LC1DiC ARA
ARπ
π= =
dan ini akan dihasilkan oleh distribusi Γ,
3 34 ( )LC x b xARπ
Γ = −
Distribusi ut ell l distribution karena akan dihasilkan oleh sayap yang
berbentuk seperti ellips.
Γ diseb iptica
.4.2 Penyelesaian dengan menggunakan teori potensial
ekitar
sayap diasumsikan sebagai aliran irrotational maka untuk darah di luar sayap dan wake ,
7
Sekarang kita akan lihat permasalahan ini secara matematis. Karena aliran di s
0 φ =∇2
Dengan kondisi batas:
a) di sayap, ( )3 1 21 1x x
, ,0 t c
simetris antisimetris
h hv x x U U α±∞ ∞
⎛ ⎞∂ ∂= ± + −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
b) di wake, ( ) ( )3 1 2 3 1 2, ,0 , ,0v x x v x x± −=
c) di ∞, ˆ 0v φ= ∇ =
di mana kondisi batas disayap yang digunakan di sini adalah kondisi batas yang sama
dengan yang digunakan untuk airfoil tipis alpha kecil. Jadi asumsi yang telah kita
gunakan di sini sama dengan yang digunakan sebelum ini yaitu sayap tipis dengan sudut
serang kecil.
Untuk mendapatkan φ dalam kasus ini, kita dapat gunakan solusi persamaan Laplace 3-
D (L3D.b). Namu kasus ini, lebih mudah apabila kita mencari solusi untuk v1
terlebih dah bbagian “sifat-sifat dari
n dalam
φulu. Dari su ”, kita ketahui bahwa v memenuhi
persamaan Laplace ( 2 0v∇ = ) sehingga 21 0v∇ = . Oleh karena itu, solusi untuk v1 bisa
kita dapatkan juga dengan menggunakan (L3D.b) yaitu,
Aerodinamika Inkompresibel 280
( )b
11 1
1 1 14
wakeS S
vv x v dSn r r nπ +
∂ ∂⎛ ⎞= −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠∫
Di Sb dan Swake,
3 03
1 1xn r x r
±=
∂ ∂= ±
∂ ∂
Karena, dari pemb hasan sebelumnya di awal bab ini, kita ketahui bahwa
( ) ( )1 1 2 1 1 2, ,0 , ,0v x x v x x+ −= di Swake sehingga,
a
11
wakeS
0v dSn r∂
=∂
∫
Selain itu dari kondisi irrotational menyatakan bahwa,
( )0u∇× = , 31
3 1
vvx x
∂∂=
∂ ∂
sehingga
31 1
3 1
1 1 1
b wake b wake b wakeS S S S S S
vv vdS dS dSr n r x r x+ + +
∂∂ ∂= =
∂ ∂∫ ∫ ∫ ∂.
Dari pembahasan di awal b pulkan bahwa
ab ini kita telah sim 33
ˆv
xφ∂
=∂
adalah kontinyu
di Swake sehingga 3
1
vx
∂∂
juga kontinyu. Dengan demikan maka, 1
3
1 0wakeS
v dSr x
∂=
∂∫ . Oleh
karena itu,
( ) 31 1
3 1
1 1 14
bS
vv x v dSx r r xπ
⎛ ⎞∂∂= −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
∫
Seperti halnya dengan kasus airfoil, kita akan menggunakan teori ini untuk menghitung
ft. Oleh karenanya, kita akan lanjutkan pembahasan di sini untuk kasus sayap dengan
kondisi batas yang antisimetris (kondisi batas simetris tidak memberikan kontribusi
menandakan posisi di permukaan sayap),
li
apapun terhadap lift). Untuk kasus antisimetris kita ketahui bahwa (subscript Sb
( ) ( ) ( )( ) ( )
1 1 2 1 1 2 1 2
3 1 2 3 1 2
, ,0 , ,0 ,
, ,0 , ,0b b b b b b
b b b b
S S S S S S
S S S S
v x x v x x x x
v x x v x x
γ+ −− ≡+ −=
Aerodinamika Inkompresibel 281
sehingga
( ) ( )3 31 2 1 2
1 1
, ,0 , ,0b b b bS S S S
v vx x x x
x x+ −
∂ ∂=
∂ ∂
Dengan demikian maka,
( ) ( )1 2
1 2 1 21 133
1 1 1 1 ,4 4 b b b b
bS Sb b
S S S SSx x
b
x dS x x dx dxv v r x rxSγ
π π∂ ∂
= =∫∂ ∂∫∫
Seperti dalam kasus airfoil, kita perlukan harga γ untuk mendapatkan solusi, yang
dalam kasus ini adalah v1. Harga γ n oleh kondisi batas
)S± , sehingga kita perlukan persamaan untuk v3. Karena,
tentunya ditentukka
(3 1 2,Sv x x ,0b b
11
vxφ∂
=∂
dan 33
=vxφ∂
∂
aka, m
( ) ( ) ( )1x 1
1 2
2
3 1 0 2 3 0 1 2 1 223 3
1 1, , ,4 b b b b
S Sb b
x
S S S S cx x
v x v x x x dx x x dx dx dxx x r
γπ−∞ −∞
⎡ ⎤∂∂ ⎢ ⎥= = −∂ ∂⎢ ⎥⎣ ⎦
∫ ∫ ∫∫
i mana telah digunakan 3 3bSx x∂ ∂
= −∂ ∂
. d
Untuk 3lim 0x → , persamaan di atas menjadi (Ashley-Landahl,1965),
( ) ( )( ) ( )
( )1 2
2
1 1 2 23 1 2 1 2
2 2 2 1
1 1, ,04
b b
b b
bS S b bb b
S SS S
Sx x S S
x x x xv x x dx dx
x x x xγ
π
⎤− + −∂ ⎢ ⎥= − ⎥∂ − − ⎥⎣ ⎦∫∫
Persamaan ini dapat disederhanakan lagi seperti dibawah ini.
2⎡
1
1x
+⎢⎢
( ) ( )
( )
1 2 2 bS Sb bbSx x
b
−
( )2 Sbx=Γ
21 2
1 2202 2 2 22
2
1 22 02 22
1
1
b b
b b
bb b
b b
bb
b cS S
S SSS S
c
S Sb SS
dx dxdx dx
x xx x x x
d dx dxdxx x
γ γ
γ−
⎡ ⎤∂ ∂= ⎢ ⎥
∂ ∂− − ⎢ ⎥⎣ ⎦
⎡ ⎤= ⎢ ⎥
− ⎣ ⎦
∫∫ ∫ ∫
∫ ∫
Aerodinamika Inkompresibel 282
Jadi
( ) ( )( ) ( )
( )(( ))1 2
/ 22
3 1 22/ 2 2 2
2 2
21 2
2 1 1 2 2
1
1, , 0 [4
]
sb
sb sb
sb1 1 2sb
sb
sbsb sb sb sb
b
b
sbx x
c
d xdv x xd x x x
x x x xd x d x
hUx
π
γ
α
−
∞
− Γ=
−
− + −∂
⎛ ⎞∂= −⎜ ⎟∂⎝ ⎠
∫
x x x x x+
∂ − −∫∫ (WT.*)
di mana Hubungan terakhir adalah persamaan yang harus di selesaikan
mendapatkan
∫=Γc
sbdx
01γ
untuk γ apabila U∞ , , ( )1 2,c x xh α diberikan. Apabila γ telah diketahui
maka persoalan aliran di sekitar sayap yang menghasilkan lift terselesaikan.
7.4.3 Teori garis angkat Prandt`L (Prandt’l Lifting Line)
Persamaan (WT.*) sangatlah sulit disesuaikan secara analitis. Karena itu permasalahan
aliran disekitar sayap biasanya dimodelkan dengan sistem vortex yang meliputi vortex
yang mempresentasikan sayap dan vortex sheet yang mempresentasikan wake. Sistem
a harus mini tentuny emenuhi teorema helmholtz tentang vortex, yaitu vortex line tidak
dapat muncul & berakhir di fluida.
bawah ini.
Dalam model di bawah terlihat bahwa vortex line dimulai dan berakhir di fluida
hingga memenuhi teorema Helmholtz.
Model yang memenuhi syarat-syarat di atas dapat dilihat dalam gambar di
se
Aerodinamika Inkompresibel 283
Vortex line yang berada “di dalam“ sayap sayap disebut “bound vortex” karena vortex
ini tidak bergerak bersama fluida seperti vortex line yang berada di luar sayap. Selain
model di atas terdapat pula model-model lainya seperti dalam gambar di bawah ini.
Model ini dikenal dengan sebutan”lifting surface”
Model-model di atas umumnya tidak memberikan solusi
yang analitik dan biasanya diselesaikan dengan
menggunakan komputer. Alternatif lainnya adalah
menggunakan model yang disebut “Prandtl lifting line”.
Dengan menggunakan model ini kita dapat
menyelesaikan permasalahan ini secara analitik walaupun model ini tidak seakurat
model-model sebelumnya. Dalam model ini “bound vortex lines” yang terlihat dalam
gambar (wt.1) “disatukan” di dalam satu garis yang disebut “lifting line”.
Dengan model ini kita dapat melakukan perhitungan untuk mendapatkan CL dan CDi.
Pertama-tama kita lihat bahwa “vortex sheet” ini menghasilkan downwash sebesar,
( ) ( )/ 2
23 1 2 2 3 line vortex distribution
2 2/ 2
1 1 1, ,02 2 2
sb
sb
sb
b
b
ddx
v x x dx vx xπ −
Γ⎡ ⎤⎢ ⎥= =⎢ ⎥−⎢ ⎥⎣ ⎦
∫
Dengan menggunakan model ini, kondisi batas yang sebelumnya tidak lagi berlaku
(sekarang tidak ada lagi hc karena sayap telah diganti dengan lifting line). Sekarang kita
lihat (gambar x). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa,
Aerodinamika Inkompresibel 284
1 3tani
vU
α − ⎛ ⎞= ⎜ ⎟⎝ ⎠
Karena pada umumnya v3 << U maka,
3i
vU
α atau 2
23 2
2 22
14
sb
sb
sb
b
ib
ddx
v U dxx x
απ −
Γ
= =−∫
Dari definisi untuk Cl,
2
212
lLC
UcU cρ
Γ= =
Namun, kita dapat juga menyatakan bahwa,
dan ( )02l eff LC π α α == − ieff ααα −= (dari W.T.I)
sehingga,
30L
vUCU
π α α =⎛ ⎞Γ = − −⎜ ⎟⎝ ⎠
Dengan mensubstitusikan v3 ke dalam persamaan di atas didapatkan,
/ 22
0 22 2/ 2
14
sb
sb
sb
b
Lb
ddx
UC dxU x x
π α απ=
−
Γ⎛⎜
⎞⎟Γ = − −⎜ ⎟−⎜ ⎟
⎝ ⎠∫ (WT)
c, U, αL=0, dan b diketahui maka (WT) adalah persamaan differensial
(intregro-differential) untuk Γ.
Persamaan (WT) dapat pula diturunkan langsung dari persamaan (WT*), tanpa perlu
menggunakan model seperti diatas, dengan menggunakan asumsi “high-aspect ratio”
Karena α,
atau b/c >>1. Apabila asumsi ini dapat digunakan maka,
Aerodinamika Inkompresibel 285
( ) ( )
( )( )( )sbsb
sbsb
xxxx
xxxx
2211
222
211
−−
−+− ≅
( )( )( ))(
sbsb
sb
xxxx
xx
2211
22
−−
−
karena xx − <<
( )2 ( )211 sb 2sb2 xx − untuk kasus b/c>>1. Dengan demikian maka suku
( ) ( )( )( )( )1 2
1 22 1 1 2 2
sb
sbsb sb sb sb
sbx x x x x x x
2 2
1 1 2 2sb sbx x x x
d x d x Iγ − + −∂≡
∂ − −
pada (WT*) menjadi,
∫∫
( )( )( )( )
( )( )
( ) ( ) ( )
( )1 2 2
2
2
2 2 2 21 2 2 1
2 1 1 20 2 21 1 2 2
/ 21 2
2 2/ 2 2 2
1
,
sb sb
12 2 1
1 10 01 1
2
sb sb b
sb sb sbsbsb sb sbsb sb
sb
sb sb
c
sb sb
sbsb
sb Sx x x
xc b c
b x
x x x x
sbs
b b
I dx dx dx dxx x x xx xx x x x
x xdxdx x
γ γ
γγ γ
⎡ ⎤− −∂ ∂⎢ ⎥⎢ ⎥∂ − ∂−− − ⎣ ⎦
⎡ ⎤∂ ∂
= ∫
x dx dxx xx x γ γ −− =
= −∂ ∂
∫∫ ∫
∫ ∫
sehingga,
=⎢ ⎥−−⎢ ⎥⎣ ⎦
∫ ∫ b
( ) ( )( )/ 2
1 221 2 4 b
12 1 1 1/ 2 02 2
,1, ,0 2 sbsb
sb sbsb
b cc
sb
x xdx hdv x x dx Udx x x xx x
γα
π −⎢⎣∞
⎡ ⎤ ⎛ ⎞∂− Γ⎢ ⎥= + = −⎜ ⎟− ∂− ⎥ ⎝ ⎠⎦∫ ∫ ( WT.**)
Apabila (WT*) dikalikan dengan 1
1
xc x−
lalu diintegrasikan diarah x1 maka akan
didapatkan kembali persamaan (WT) (lihat Ashley-Landahl,1965). Penurunan cara
kedua ini memperlihatkan bahwa Teori garis angkat Prandt’l layak digunakan untuk
sayap-sayap yang mempunyai Aspect Ratio yang tinggi.
Solusi dari persamaan (WT) adalah Γ yang dapat gunakan untuk menghitung gaya
angkat dan gaya hambat induksi dengan menggunakan hubungan-hubungan berikut :
2Γ/ 2 / 2 / 2
2 2/ 2 / 2 / 2
cosb b b
ib b b
L l dx ldx U dxα ρ− − −
= =∫ ∫ ∫
Aerodinamika Inkompresibel 286
dan
b b b
ut
untuk menghitung gaya angkat dan gaya hambat induksi. Berikut ini adalah langkah-
langkah praktis untuk mendapatkan L & Di;
1. Solusi dari persamaan (W.T) dapat di tuliskan sebagai berikut,
n
/ 2 / 2 / 2
2 2 2/ 2 / 2 / 2
sini i i ib b b
D l dx l dx U dxα α ρ α− − −
= = Γ∫ ∫ ∫
Dengan demikian jelaslah prosudur penyelesaian permasalahan aliran disekitar sayap
yang mempunyai aspect ratio yang tinggi. Pertama-tama kita selesaikan persamaan
(WT) untuk mendapatkan distribusi Γ. Κemudian, kita gunakan distribusi terseb
( )1
2 sin
bU An nθ θ∞
=
Γ = ∑
Apabila kita subtitusikan ke dalam persamaan (W.T) maka,
( ) ( ) ( ) ( )( )
00 0 0
1 10 0
sin2 sinsinn L n
n n
nb A n nAC
θα θ θ α θ
π θ θ
∞ ∞
== =
= + +∑ ∑ (W.T.2)
Persamaan (W.T.2) adalah satu persamaan untuk N variabel yang tidak diketahui
(A1, …,AN). Namun, apabila kita pilih N titik sepanjang lifting line (1oθ , … , Noθ )
diselesaikan. Jadi
apabila kita lakukan ini maka kita akan dapatkan harga untuk A1, …,AN.
2. Hitung
maka kita akan dapatkan N persamaan yang tentunya dapat
22
1 12
22 b
−
21
b
lL bC dy A A AR
US SU Sπ π
ρ⎛ ⎞
= = Γ = =⎜ ⎟⎝ ⎠
∫
Di mana SbAR
2
≡ , R1LC A Aπ=
3. Hitung ( ) ( ) ( )2
21
2
2 1
b
Di ib
C y y dy AR AUS
α π δ−
= Γ = +∫
Aerodinamika Inkompresibel 287
Di mana ∑=
δ ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛≡
N
n
n
AA
n2
2
1
, 2
(1 )LDi
CCAR
δπ
= +
7.5 Metoda Panel
Didalam bab ini kita telah lihat beberapa contoh tentang bagaimana menggunakan teori
potensial untuk menyelesaikan permasalahan aliran incompressible disekitar airfoil
(kasus 2-D) dan sayap (kasus 3-D). Namun, penyelesaian secara analitis seperti yang
dipaparkan disub-bagian 7.1-7.4 hanya berlaku untuk kasus-kasus tertentu. Misalnya,
n dengan menggunakan conformal mapping hanya dapat digunakan untuk
airfoil dengan geometri tertentu yang dapat ditransformasikan menjadi silinder dengan
sebuah transformasi, seperti transformasi Joukowski. Selain itu solusi analitis juga
didapatkan untuk kasus airfoil dan sayap dimana benda-benda tersebut dianggap
ngatlah tipis (dan mempunyai Aspect Ratio yang tinggi untuk kasus sayap). Tentunya
lusi-solusi tersebut berlaku sangat terbatas, karena pada umumnya asumsi yang
digunakan untuk mendapatkan solusi-solusi tersebut hanya terpenuhi oleh airfoil atau
g sederhana. Untuk kasus-kasus yang lebih umum,
ermasalahan ini tidak dapat diselesaikan secara analitis. Kasus-kasus ini, hanya dapat
penyelesaia
sa
so
sayap dengan geometri yan
p
diselesaikan secara numerik dan salah satu metoda numerik yang populer untuk
menyelesaikan permasalahan aliran potensial incompressible adalah Metoda Panel.
Metoda ini mencari solusi dengan menggunakan solusi umum dari persamaan Laplace
dengan cara yang telah kita pelajari sebelumnya di sub-bagian 5.6.3.
Sekali lagi permasalahan matematis yang harus diselesaikan untuk aliran
incompressible potensial disekitar airfoil atau sayap yang diletakkan dibelakang aliran
seragam adalah mencari solusi dari,
2 0φ∇ = ,
dengan kondisi batas ˆ 0nφ∇ ⋅ = dan ( ) Uφ ∞∇ ∞ = , ditambah dengan kondisi Kutta
untuk kasus airfoil (2-D).
Aerodinamika Inkompresibel 288
7.5.1 Dekomposisi dengan menggunakan potensial gangguan
Seperti biasa, permasalahan matematis ini diselesaikan dengan menggunakan
dekomposisi ˆφ φ φ= + di mana ∞ φ∞ adalah potensial dari aliran freestream dan φ
disturbance potential) yang juga memenuhi persamaan adalah potensial gangguan (
Laplace 2 ˆ 0φ∇ = . Kondisi batas yang harus dipenuhi φ didapatkan dari (IP.2),
ˆ ˆˆ ˆ0 u n n ˆU n
n n n nφ φ φ φ∞
∞∂ ∂ ∂ ∂
= + = ⋅ +φ= ⋅ = ∇ ⋅ =∂ ∂ ∂ ∂
sehingga
ˆˆ
bS
U nnφ⎛ ⎞∂
∞= − ⋅⎝ ⎠
⎜ ⎟⎜ ⎟∂
ˆSelain itu, untuk aliran tak terbatas ˆlim 0r
φ→∞
∇ = (karena dari definisinya, φ φ∞= φ+ ->
φ φ∞= pada permukaan Σ). Dengan m nggunakan dekomposisi ini, permasalahan
dengan kondisi batas
e
matematis yang harus diselesaikan menjadi,
0ˆ2 =∇ φ ,
ˆ∞ˆ ˆn Uφ n∇ ⋅ = − ⋅ , 0)( =∞∇φ
ditambah kondisi Kutta untuk kasus airfoil (2-D).
ˆ
Apabila φ telah didapatkan maka φ dapat dihitung dengan menggunakan,
1 2
ˆ
( cos sin ), ln 2U x x misa ya untuk kasus Dφ φ φφ α α
∞
∞ ∞
= += +
perma encari
kekuatan source dan doublet di St. Namun, karena sehingga
pada permukaan Σ, kontribusi dari integral permukaan Σ adalah nol
dan St = Sb pada (MP.3). Dengan demikian maka solusi didapatkan dengan mencari M
dan µ dari persamaan MP.3 yang untuk kasus ini adalah,
Dari 5.8.1, kita ketahui bahwa solusi dari salahan ini didapatkan dengan m
0)(ˆ =∞∇φ
ˆ tan 0konsφ = =
Aerodinamika Inkompresibel 289
1
b
( 3 ), 4 ( ) 2 ( )
)
ˆ( )
t
t
s sS
kasus D n untuk x yang berada di V atau n untuk x yan
ln ( 2 ), 2 ( ) 1 (
g berada di S
sS
n
x M dSn
π
φ φ µ φ
φ− − = =
− −
∂⎛ ⎞= +⎜ ⎟∂⎝ ⎠
=
∫ ( MP.3.a)
basan dalam
memilih
n rr kasus D n untuk x yang berada di S atau n untuk x yang beradadi
π
= =
Harga µ dan M didapatkan dengan mengingat bahwa kita mempunyai kebe
φ maupun nφ∂
∂. Untuk kasus ini, kita pilih 0
nφ∂
=∂
sehingga harga dari energi
kinetik fluida imaginer didalam benda adalah,
1 1 1 1ˆ 02 2 2 2
t t tV V S
KE u udV dV ndS dSφρ ρ φ φ ρ φ φ ρ φtS n
∂∂∫ ∫ ∫ ∫≡ ⋅ = ∇ ⋅∇ = ∇ ⋅ = =
dimana telah d
igunakan hubungan (L3D.1) (dengan 2 0φ∇ = dan ψ = φ ) untuk
mengubah integral volume menjadi integral area.
Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan aliran “imajiner” di dalam benda sama dengan
nol sehingga φ
dengan nol sehingga
adalah konstan di dalam benda. Harga dari konstanta ini dapat kita pilih
sama dan, 0φ =
ˆ ˆ ˆˆb b
b b
S S
S S
M U n dann n nφ φ φ µ φ∞
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂≡ − = = − ⋅ =⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
.
Karena M diketahui, maka (MP.3.a) dapat digunakan untuk mencari harga µSb apabila
persamaan integral tersebut kita evaluasi dipermukaan benda Sb. Dengan ditemukannya
harga M dan µ di permukaan Sb maka harga φ di mana pun di dalam fluida dapat
dihitung dengan menggunakan (MP.3.a).
Aerodinamika Inkompresibel 290
Dalam
Sa)
dan perm Sw) ( akan dijelaskan diparagraf selanjutnya bahwa
permukaan ini adalah barrier untuk kasus airfoil da rtex sheet untuk kasus sayap).
Selain itu integral area dS da kasus 2D tentuny enjadi integral sepanjang garis
permukaan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk kasus 2-D (airfoil), kita per nambahkan
barrier agar harga
(MP.3.a), Sb adalah permukaan benda dan batas-batas internal lainnya. Baik
untuk kasus airfoil maupun kasus sayap, Sb terdiri dari permukaan airfoil atau sayap (
ukaan diskontinuitas (
n vo
pa a m
lu me
φ menjadi single valued. Namun, Barrier ini menghasilkan
diskontinuitas dari harga φ sebesar
φ φ+ −− = Γ
dimana superscript + dan – menunjukkan harga di permukaan atas dan bawah
diskontinuitas. Sedangkan untuk kasus 3-D (sayap) kita harus memodelkan wake
(dengan sebuah vortex sheet) karena tanpa wake maka solusi dari aliran 3-D ini tidak
akan menghasilkan lift. Vortex sheet yang ditambahkan ini adalah permukaan
diskontinuitas karena menghasilkan diskontinuitas dari harga u2 sebesar,
2 22
du udx
+ − Γ− =
S∞
S-
S+ Sa
wS S S+ −= ∪
x1
x3
Aerodinamika Inkompresibel 291
a kontinuitas tangensial sehingga kecepatan diarah
normal kontinyu) sehingga kondisi batas pada permukaan Sw adalah,
Namun, baik barrier maupun vortex sheet tidak menghasilkan diskontinuitas kecepatan
di arah normal (barrier tidak menghasilkan diskontinuitas kecepatan di arah manapun
sedangkan vortex sheet dalah dis
( ) ( )
( ) ( )
ˆ ˆw w
w w
w w
S SS S
S S
atau M Mn n
p p
φ φ+ −
+ −
+ −
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂⎜ ⎟ ⎜ ⎟= =⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
, juga
berarti kontinuitas tekanan. Sedangkan untuk kasus sayap, kontinuitas tekanan adalah
kondisi batas yang harus dipenuhi oleh vortex sheet yang merupakan diskontinuitas
skontinuitas dalam fluida).
⎝ ⎠
=
Kondisi tentang kesamaan tekanan di permukaan atas dan bawah Sw untuk kasus airfoil
disebabkan oleh kontinuitas kecepatan di Sw yang, menurut persamaan Bernoulli
tangensial (lihat bagian di
Dengan demikian maka,
( ) ( ) ( ) ( )w
s s s sS S S S
M dS M dS M dS M Mφ φ φ φ+ − +
+ − + −= + = −∫ ∫ ∫ ∫ 0dS =
Sehingga hanya ada satu suku yang tersisa didalam integral permukaan Sw yang
merupakan distribusi dari doublet dengan kekuatan µ. Dengan demikian maka, baik
untuk kasus 2-D maupun 3-D, persamaan (MP.3.a) dapat dituliskan menjadi,
1 ( 3 ), 4 ( ) 2 ( )
ln ( 2 ), 2 ( )
ˆa w
t
s s sS S
kasus D n untuk x yang berada di V atau n untuk x yan
1 ( )
ˆt
g berada di Sn r
s r kasus D n untuk x yang berada di Sn
M dS dSn n
π
π
φ φ µ φ µ φ
φ− − = =
− − =
∂ ∂⎛ ⎞
a
atau n untuk x yang berada di S
M φ
=
S n⎜ ∂⎝ ⎠
⎛ ⎞= + +⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
⎛ ⎞∂≡ ⎜ ⎟
⎝ ⎠
=
∫ ∫
(PN)
ˆU n∞= − ⋅
Tujuan kita sekarang adalah mencari µ dengan mengevaluasi persamaan diatas
ukaan Sb dimana µ=φ. Dalam Metoda panel, pencarian harga µ dilakukan secara
numerik.
aS⎟
diperm
Aerodinamika Inkompresibel 292
ang harus
diberikan agar kecepatan yang didapatkan mempunyai harga yang unik. Seperti yang
telah dijelaskan di 7.1, kondisi Kutta dapat dinyatakan secara matematis sebagai,
7.5.2 Metoda panel untuk kasus 2-D (airfoil)
Untuk kasus airfoil, Sw ditambahkan untuk memenuhi kondisi Kutta, y
0trailing edgeγ =
Namun, dari sub-bagian 6.1.3 diketahui bahwa hubungan antara kekuatan doublet dan
vortex adalah,
1
0trailing edgetrailing edgex
µγ⎛ ⎞∂
= =⎜ ⎟∂⎝ ⎠
sehingga
( )wU L Strailing edge
µ µ µ µ= − = .
imaD na &U Lµ µ
trailing edge. Sekarang bagaim
adalah kekuatan doublet di bagian atas (upper) dan bawah (lower) dari
Sw? Karena harga kecepatan
w adalah unit vektor
ana harga µ di permukaan
di sepanjang S kontinyu maka dapat disimpulkan bahwa apabila s
diarah yang sejajar (paralel) dengan Sw,
( )0s s s s
φ φ φ φ+ −
+ −⎛ ⎞∂ ∂ ∂ ∂= − = − = Γ⎜ ⎟∂ ∂ ∂ ∂⎝ ⎠
Dengan demikian maka Γ adalah konstan sepanjang Sw sehingga,
wStan ( )w wS Skons φ φ µ+ −= Γ = − = −
Dengan kata lain, untuk kasus ini kekuatan doublet di Sw adalah konstan.
Untuk mendapatkan harga µ, kita evaluasi (PN) di titik-titik di permukaan airfoil. Oleh
karena itu maka permasalahan matematis yang harus diselesaikan untuk kasus airfoil
ngan menggunakan (MP.3.a) dimana n = 1 karena potensial dievaluasi di
permukaan),
adalah (de
ˆ ˆ( ) ln ( ) ln ( ) lna w
U LS S
x r U n r dS rdSn n
µ µ µ∞= − ⋅ + −⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠∫ ∫ πφ ∂ ∂⎛ ⎞−
Aerodinamika Inkompresibel 293
o
yelesaikan integral diatas (mencari φ) secara
numerik. Untuk itu geometri airfoil di aproksimasikan dengan menggunakan Polygon
sebanyak N seperti terlihat digambarkan dalam sketsa dibawah ini. Titik-titik didalam
k disebut “panel”.
Selanjutnya terdapat beberapa metode untuk mendiskritisasikan persamaan integral
Sekali lagi dalam kasus airfoil dS adalah integral sepanjang garis pr fil dari permukaan-
permukaan. Sekarang kita harus men
sketsa disebut “node” sedangkan garis yang menghubungkan 2 titi
3 2
4 1
N N-1
Sw
U∞
α
x2
x1
diatas. Salah satu yang paling sederhana adalah mengasumsikan bahwa harga µ disetiap
panel adalah konstan atau
tani konsµ = untuk setiap panel i
Dengan demikian maka untuk kasus ini,
( )
( )
11 1 1
11 1 1
ˆln ( ) ln ( ) lnwakeNN N
r dS U n r dS rdSπµ µ µ µ∂ ∂⎛ ⎞− = − ⋅ + −∑ ∑ ∑∫ ∫ ∫
ˆln ( ) ln ( ) ln
j j nb body wake
wake
j n jbody wake body
i j j j N jj j j NS S S
NN N
j j i N j jj j N jS S S
n n
atau
r dS rdS U n r dSn n
µ πµ µ µ
∞= = = +
∞= = + =
⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
∂ ∂⎛ ⎞ + + − = ⋅⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠∑ ∑ ∑∫ ∫ ∫
Dengan demikian maka terdapat N harga µi yang harus ditemukan untuk me
perm lahan aliran disekitar airfoil tersebut. Persam ral diatas adalah
pernyataan kondisi batas yang harus dipenuhi disetiap titik di permukaan benda. Untuk
tiap titik dipermukaan benda harga r berbeda-beda. Dengan menuliskan persamaan
definisikan,
ody
nyelesaikan
asa aan integ
se
integral diatas dititik tengah setiap panel, didapatkan N persamaan untuk N harga µi
yang harus ditemukan. Ke N persamaan ini dapat dituliskan dengan menggunakan
notasi matriks apabila kita
Aerodinamika Inkompresibel 294
( )
1
1
1,0,
ln ( )πδ δ µ+ − ln
ˆ( ) ln
nwake
jbody
ij ij j ij jN j ij jS
N
i ij jj S
i jij i j
A r dS r dSn
B U n r dS
δ
∞=
=≠
∂ ∂⎛ ⎞≡ +⎜ ⎟ ∂
≡ ⋅
=
∫ ∫
∑ ∫
dimana rij adalah jarak antara titik tengah panel “i” dengan panel-panel lainnya.
Dengan diperkenalkannya definisi-definisi tersebut, persamaan integral dapat dituliskan
bagai,
jbodyS n∂⎝ ⎠
se
[ ] A Bµ =
dimana matriks A dan vektor B mempunyai harga yang dapat dihitung dari geometri
panel, sudut serang, dan besar kecepatan U∞. Untuk menghitung matriks A diperlukan
bentuk dari Swake. Namun, karena untuk kasus airfoil Swake adalah barrier, suatu
permukaan imaginer yang ditambahkan agar harga potensial kecepatan menjadi unik,
maka kita dapat menganggap Swake adalah garis lurus yang menghubungkan permukaan
airfoil dan S . Dengan demikian matri∞ ks A dapat dihitung dan kita dapat menggunakan
metode aljabar linier (seperti metoda Gauss-Seidell) untuk mendapatkan harga dari
vektor µ.
7.5.3 Metoda panel untuk kasus 3-D (Sayap)
enambahkan Swake. Namun, berbeda dengan kasus airfoil, dimana
Swake hanya menghasilkan diskontinuitas potensial kecepatan, untuk kasus sayap
permukaan ini juga menghasilkan diskontinuitas kecepatan diarah panjang sayap
merupakan model dari wake, yang terbentuk di trailing edge sayap. Ini berarti
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kasus sayap yang menghasilkan gaya
angkat, kita perlu m
(spanwise). Jadi untuk kasus sayap Swake adalah benar-benar permukaan dari wake
yang dimodelkan sebagai sebuah vortex sheet. Dengan demikian, sebelum kita
menyelesaikan permasalahan ini seara numerik kita perlu menspesifikasikan “kekuatan”
dan “bentuk” dari vortex sheet tersebut.
a) Kekuatan Vortex sheet
Seperti telah kita lihat sebelumnya, Swake adalah sebuah vortex sheet, yang
Aerodinamika Inkompresibel 295
b-bagian 7.1, kita ketahui bahwa ini adalah pernyataan kondisi Kutta. Oleh
karena itu, maka cara yang paling sederhana untuk menspesifikasikan kekuatan
vortex sheet adalah dengan memberikan “kondisi Kutta” pada trailing edge dari
aliran harus lepas dari permukaan sayap ditrailing edge Namun, dari pembahasan
di su
sayap tersebut sehingga,
( ) 2 2( ) ( )trailing edge U Lwakex xµ µ µ µ= = −
Namun, berbeda dengan kasus airfoil, kekuatan doublet di wake ini adalah fungsi
dari x2.
b) Bentuk Vortex sheet
Untuk kasus ini bentuk dari Swake (vortex sheet) sangat penting karena permukaan
ini merepresentasikan wake, sesuatu yang memang ada dalam aliran yang
sesungguhnya. Dari kondisi batas diketahui bahwa harga tekanan di permukaan
vortex sheet adalah kontinyu, sehingga permukaan ini tidak dapat menghasilkan
ma Kutta-Joukowski ini berarti, gaya angkat. Dari teore
ˆ0 ( )F F u e uρ ρ γ+ −= − = ×Γ ×S =
dimana F+ dan F- adalah gaya di permukaan atas dan bawah Swake dan γ adalah
kekuatan dari vortex sheet. Dari pembahasan di akhir BAB 5, kita ketahui bahwa
distribusi vortex ekuivalen dengan distribusi doublet dengan kekuatan,
µΓ −= sehingga γ µ= −∇
Oleh karena itu maka,
0 u uγ µ= × = − ×∇ .
Hubungan diatas menunjukkan bahwa axis dari vortex sheet tersebut harus sejajar
dengan arah vektor kecepatan. Syarat ini agak sulit untuk diterapkan karena u
baru dapat hitung apabila γ sudah ditentukan. Dalam praktik, biasanya vortex
sheet dianggap “meninggalkan” trailing edge dengan sudut 2
trailing edgeδ. Bentuk
dari vortex sheet ini diketahui sangat mempengaruhi akurasi dari hasil
perhitungan.
an dispesifikasikannya kekuatan dan bentuk dari vorteDeng x sheet, kita dapat mulai
mendiskritisasi persamaan integral dengan menggunakan panel-panel seperti
Aerodinamika Inkompresibel 296
sebel
panel
dima
umnya. Dengan menganggap bahwa kekuatan doublet adalah konstan pada setiap
, seperti dalam kasus airfoil maka didapatkan (dengan menggunakan (MP.3.a)
na n = 2 karena potensial dievaluasi di permukaan),
1jbody
j S n= ∂⎝ 1 1
1 1 12 ( )
1 1 1
wake
j nbody wake
wake
NN N
i j j j j jj j NS S
NN N
dS dS dSr r n r
atau
πµ µ µ∞= = +
∂ ∂⎛ ⎞ ⎞− = −⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ∂⎠ ⎝ ⎠
∂ ∂⎛ ⎞ ⎛ ⎞1 1 1
ˆ2 ( )j n jbody wake body
j j i j j jj j N jS S S
dS dS U n dSn r n r r
µ πµ µ ∞= = + =
+ + = ⋅⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂
ˆU n⎛ ⋅ +
⎝ ⎠
∑ ∑ ∑∫ ∫ ∫
dima
menuliskan persamaan integral diatas dititik tengah setiap panel, didapatkan N
persa ti telah
sebel
⎝ ⎠∑ ∑ ∑∫ ∫ ∫
na sekarang dSj adalah permukaan panel j. Seperti kasus airfoil, dengan
maan untuk N harga µi yang harus ditemukan. Seper dijelaskan
umnya kekuatan doublet di wake didapatkan dari“kondisi Kutta” untuk kasus ini,
( ) 2 21( ) ( )trailing edge U Lj Nx xµ µ µ µ
≥ += = −
sehingga harga µwake adalah fungsi dari x2 dan tidak berubah diarah x1 (searah dengan
Ke N persamaan ini juga dapat dituliskan dalam bentuk matriks sehingga persamaan
yang harus diselesaikan adalah,
panjang wake). Dengan kata lain, harga µwake dari panel-panel di vortex sheet yang
berurutan diarah x1 adalah konstan. Harga konstanta in adalah sama dengan selisih
harga µ di atas dan bawah dari kedua panel ditrailing edge yang sejajar (diarah x1)
dengan panel-panel di vortex sheet tersebut.
[ ] 3dA Bµ =
dimana B adalah vektor yang serupa dengan B untuk airfoil (namun, kali ini integrasi dS
adalah integrasi area dan , tentunya, ln r diganti dengan 1/r) dan A3d matriks yang
sejenis dengan matriks A untuk kasus airfoil. Jadi sekali lagi, persamaan matriks diatas
dapat digunakan untuk mendapatkan harga kekuatan doublet disetiap panel.
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 297
8 Topik Lain Dalam Aliran
BAB
inkompresibel
8.1 Konveksi Termal
Fluida dapat berada dalam keadaan setimbang (equilibrium) secara mekanik atau diam
walaupun temperatur dari bagian-bagian fluida tersebut tidak homogen, apabila kondisi
ini tidak terpenuhi, keadaan equilibrium tersebut menjadi tidak stabil dan terjadilah
gerakan dalam fluida. Gerakan yang “mencampur-adukkan“ bagian-bagian fluida yang
mempunyai perbedaan temperatur tersebut terus berlangsung hingga perbedaan
temperatut tersebut hilang. Gerakan ini disebut gerakan convection atau konveksi.
8.1.1 Kondisi untuk equilibrium yang stabil
Sebelum kita pelajari gerakan konveksi, kita lihat dulu kondisi yang harus dipenuhi agar
terjadi kesetimbangan mekanik di dalam fluida yang mempunyai temperatur yang tidak
homogen. Untuk itu, kita perhatikan sebuah fluida element di ketinggian x3 yang
mempunyai massa jenis ρ ( p,s ) di mana p dan s adalah tekanan dan entropi di
ketinggian tersebut. Kemudian kita pindahkan fluid element ini ke atas ketinggian x3+ξ
di mana ξ adalah sangat kecil. Untuk kondisi equilibrium yang stabil harus ada
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 298
kecenderungan untuk mengembalikan fluid element ini ke posisinya semula. Ap
perpindahan tersebut adalah isentropik, maka ρ (p’,s) di mana p’ adalah
ketinggian yang baru. Kondisi yang harus terpenuhi untuk kesetimba
adalah:
abila proses
tekanan di
ngan yang stabil
( ) ( )', ', ' 0p s p sρ ρ− >
atau fliud element yang dipindahkan tersebut lebih berat dari fluid element-flui
lainnya yang berada d
kembali ke tempat sem
arena ξ sangat kecil maka s′ dapat dituliskan dengan menggunakan expansi taylor,
d element
i x3+ξ sehingga ada kecenderungan dari fluid element ini untuk
ula.
K
3
' dss sdx
ξ= + dan ( ) ( )3
', ' ' , s dsp s p ρ
ps dxρ ρ ξ∂⎛ ⎞= +
⎝ ⎠
hingga kondisi untuk equilibrium yang stabil adalah
⎜ ⎟∂
se
3
0ps d⎜ ⎟∂⎝ ⎠
dsx
ρ ξ∂⎛ ⎞− > atau 3
0p
dss dxρ∂⎛ ⎞ <⎜ ⎟∂⎝ ⎠
.
Namun dari termodinamik,
p p p
Ts T sρ ρ∂ ∂ ∂⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞=⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠
dan p
p
sC TT
∂⎛ ⎞≡ ⎜ ⎟∂⎝ ⎠
sehingga
3
0pp
T dsC T dx
ρ∂⎛ ⎞ <⎜ ⎟∂⎝ ⎠ atau
3
0p
dsT dxρ∂⎛ ⎞ <⎜ ⎟∂⎝ ⎠
arena T > 0 dan Cp > 0. Kebanyakan material mempunyai hubungan ρ dan T seperti k
1~ρ sehingga 0ρ∂⎛ ⎞ <⎜ ⎟ . Dengan demikian makaT p∂⎝ ⎠
kondisi kesetimbangan yang T
stabil menjadi 3
0dsdx
> atau entropi bertambah bersama ketinggian.
Sekarang kita ingin lihat hubungan antara temperature T dan x3 untuk itu kita tuliskan
3
dsdx
sebagai,
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 299
3 3 3 3 3
p
p T T
Cds s dT s dp dT s dpdx T dx p dx T dx p dx
⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂ ∂ ∂⎛ ⎞= + = +⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠
Dengan hubungan ini maka kodisi equilibrium yang stabil menjadi,
3 3p T
dT T s dpdx C p dx
⎛ ⎞∂> − ⎜ ⎟∂⎝ ⎠
Namun, persaman x3-momentum untuk fluida yang diam adalah, 3
0 dp gdx
ρ= − − dan
dari termodinamik (hubungan Maxwell),
1
pT
p
s vT Tρ
ρ⎛ ⎞
⎛ ⎞⎛ ⎞∂⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂⎛ ⎞⎝ ⎠⎜ ⎟− = =⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ⎜ ⎟⎟
⎠
∂⎝ ⎠ di mana
ρ1
≡v
⎜⎝
coefficient of thermal expansion” (β), dimana Selain itu kita perkenalkan “
1 1
P P Pv
v vT T
β ρρ T
ρ≡ = = −
∂ ∂ ∂⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠
.
engan demikian maka kondisi untuk equilibrium yang stabildari fluida dengan
ogen adalah,
D
temperature yang tidak hom
3
dT g Tdx Cp
β⎛ ⎞−> ⎜ ⎟
⎝ ⎠
8.1.2 Konveksi bebas (free conve )
ction
Apabila kondisi 3
dT di atas tidak terpenuhi maka fluida akan mulai bergerak dan
. Untuk mendapatkan persamaan yang menjelaskan
perubahan ρ yang disebabkan oleh perubahan p dapat diabaikan. N
dx
gerakan ini disebut free convection
gerakan fluida ini, kita misalkan tekanan (p) hanya berubah sedikit sehingga sehingga
amun perubahan ρ
ang disebabkan variasi T tidak dapat diabaikan karena inilah yang menyebabkan
Sekarang kita menyatakan T, ρ, p sebagai berikut:
y
konveksi.
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 300
0 'T T T= + , 0 'p p p= + , 0 'ρ ρ ρ= +
Di mana subscript “0” menyatakan harga equilibrium dan “ ′ “ adalah perubahan yang
T′ << T0, ρ′ << ρ0, p′ << p0
Tekanan p0 memenuhi persamaan momentum,
disebabkan oleh konveksi. Selain itu T′, ρ′, p′ memenuhi kondisi.
0 0 3p geρ∇ = − atau 0 0 3 konstanp gxρ= − + (TC. 1)
dimana ρ′ adalah perubahan ρ yang disebabkan oleh T′ sehingga,
0
0p
T TTρρ ρ β∂⎛ ⎞′ ′= = −⎜ ⎟∂⎝ ⎠
′ (TC.2).
Karena perubahan ρ yang disebabkan oleh perubahan p dapat diabaikan kita dapat
ikian maka
persamaaan momentum adalah
gunakan persamaan-persamaan, untuk aliran inkompresible. Dengan dem
21u u u p G vt ρ
∂+ ⋅∇ = − ∇ + +
∂u∇
di mana 3ˆG ge= − . Kemudian substitusikan p dan ρ,
( )( )
( )( )
( )0 0 0 0 0 02
0 0 0
' ' '' '
p p p p pp 'ρ ρ ρ ρ ρρ ρ ρ ρ ρ ρ
∇ + − ∇ + ∇ − ∇∇= × ≈
+ −
di mana perkalian antar “ ′ “ telah diabaikan alam suku terakhir. Dengan (TC.1) dan
(TC.2) hubungan terakhir menjadi,
0
1 'p G p G Tβρ ρ
∇ ′≅ + ∇ + .
makDengan demikian a persamaan momentum untuk kasus ini,
2
0
'1du p G T v udt
βρ
′= − ∇ + + ∇ , 3ˆG ge= −
Untuk persamaan energi kita gunakan persamaan (i) di mana untuk kasus ini 0Tp
ρ⎛ ⎞∂=⎜ ⎟∂⎝ ⎠
dan Q = 0.
( )2PC k T
dtρ τdT u= ∇ + ⋅∇ ⋅
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 301
Untuk kasus free convection yang dibahas di sini, dapat ditunjukan bahwa ( ) uτ ⋅∇ ⋅
jauh lebih kecil dibanding suku-suku lainnya. Karena T0 adalah konstan maka
persamaan energi menjadi,
2T ′d Tdt
χ ′= ∇ di mana p
kC
χρ
≡ .
Persamaan energi ini dibutuhkan karena adanya T′ dalam persama
Karena kasus ini dapat dianggap sebagai kasus aliran inkompresible maka persamaan
ontinuitasnya adalah,
an momentum untuk
kasus ini.
k
0u∇ ⋅ = .
Dengan demikian maka sistem persamaan yang harus diselesaikan dalam persoalan
konveksi bebas adalah:
0u∇ ⋅ =
2
0z
1 ˆ'du p T ge v uβ ′= − ∇ − + ∇ dt ρ
2dT Tdt
χ′
′= ∇ , p
kC
χρ
≡
(TC)
Contoh-contoh aliran konveksi bebas terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
asap rokok yang selalu bergerak ke atas. Demikian juga asap di sekitar permukaan
cangkir teh yang juga bergerak ke atas.
Gelombang Permukaan (surface waves)
pir selalu
terdapat gelombang-gelombang di permukaan. Gelombang2 ini disebabkan oleh gaya
bang-gelombang seperti inilah yang akan kita bahas di bab ini.
8.2
Apabila kita lihat permukaan air, seperti permukaan danau atau kolam, ham
gravitasi dan gelom
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 302
ngga dalam analisis di bawah ini kita akan
abaikan suku
8.2.1 Gelombang di Fluida yang Dalam
Apabila kita perhatikan gelombang-gelombang permukaan, maka dapat kita lihat bahwa
biasanya kecepatan fluida sangat kecil. Sehi
u u⋅∇ dalam persamaan m . Syarat yang harus dipenuhi untuk
i
periode dari osilasi). Sedangkan karakteristik jarak adalah
omentum
penggunaan asumsi ini adalah sebagai berikut. Karakteristik waktu dalam kasus in
adalah T ( λ . Apabila A
dalah amplitudo dari gelombang, maka kecepatan karakteristik adalah AT . Dalam a
asumsi ini kita anggap u∂⋅∇ <<u u
t∂ sehingga
2TT ⎠⎝λ
21 AA<<⎟
⎞⎜⎛ atau λ<<A
Dengan kata lain asumsi di atas dapat digunakan dalam kasus di mana amplitudo dari
gelombang jauh lebih kecil dibandingkan panjang gelombangnya. Dengan asumsi ini,
maka persamaan momentum menjadi
put ρ
⎛ ⎞∂= −∇⎜ ⎟∂ ⎝ ⎠
di mana telah kita tuliskan persamaan unt presible, asumsi-
sumsi yang tentunya dapat digunakan di sini. Sekarang kita ambil dari
uk aliran inviscid inkom
( )∇×a
persamaan di atas.
0ut t
ω∂ ∂∇× = =
∂ ∂ sehingga konstanω =
Namun, “time average” dari kecepatan untuk sesuatu yg berosilasi adalah nol. Dengan
emikian maka: d
0uω = ∇× =
Sehingga aliran dapat dianggap sebagai aliran potensial.
Kita ketahui bahwa persamaan-persamaan untuk aliran potensial (incompressible)
adalah: 2
3
0
konstan2
p gxt
φφ φ φρ
∇ =∂ ∇ ⋅∇
+ + + =∂
(GW.1)
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 303
Karena φ∇=u sangat kecil maka,
3 konstan 0p gxtφρ ρ ∂
+ + = =∂
(persamaan Bernoulli)
= x3
Apabila kita evaluasi persamaan Bernoulli di permukaan fluida, maka
3x =
0op gt η
φρ η ρ ∂⎛ ⎞+ + =⎜ ⎟∂⎝ ⎠ (GW.2)
Permukaan fluida dapat direpresentasikan dengan menggunakan persamaan
( )3 1 2, ,x x x tη= atau 3 0x η− = . Sekarang kita lihat gerakan permukaan dengan
mengambil turunan waktu,
( )3 0d xdt
η− = atau ( ) ( )3 3 0x u xt
η η∂− + ⋅∇ − =
∂.
Karena x3 adalah koordinat yang bukan fungsi t, x1, x2, maka,
1 2
0u v wt x xη η η∂ ∂ ∂
− − − + =∂
atau 1 2
w u vt x x 3xη η η φ∂ ∂ ∂ ∂
= + + =∂ ∂ ∂ ∂ ∂ ∂
Karena u, 1x
η∂∂
, 2x
η∂∂
, dan v sangat kecil, m aan di atas menjadi aka persam
33 x
x tη
φ η⎛ ⎞
=
∂ ∂≈⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
(GW3)
Apabila kita ambil turunan parsial t dari (GW.2) maka,
( )3 3
21η φ φ⎛ ⎞⎛ ⎞∂ ∂ ∂2
.3 3GWx xt g t xη η= =
= − = ⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠ ⎝ ⎠
sangat kecil, maka sehingga 33
lim0
0x
xη = =
→Karena η
3
2
23 0
1 0x
x g tφ φ
=
⎛ ⎞∂ ∂+ =⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠
(GW4)
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 304
amaan ikan untuk kasus ini adalah (GW.1) dengan kondisi
batas (GW.4).
Untuk kasus fluida yang sangat dalam, ada satu lagi kondisi batas yang harus dipenuhi
yaitu,
Jadi pers yang harus diselesa
( )3 0.xφ → −∞ →
Karena kasus ini adalah kasus gelombang, maka φ haruslah berbentuk :
( ) ( )3 1cosf x kx tφ ω= −
agam di arah x2. Apabila kita Untuk gelombang yang merambat di arah x1 dan ser
substitusikan ke dalam persamaan (GW.1) hasilnya 2
22
3
0k fx
f∂− =
∂
maan in3 3kx
dan solusi persa i adalah: 3kx kxf Ae= Be Ae−+ = karena ( )3 0xφ → −∞ =
( )31coskxJadi solusi untuk kasus ini adalah Ae kx tφ ω− .
Sekarang kita masukkan solusi ini ke dalam (GW.4) kita dapatkan
=
kg±=ω (GW)
“di ersi a dapat hitung
kecepatan dari rambatan gelombang ini (group velocity, C
Ini adalah sp on relation” untuk gelombang ini. Dengan (GW), kit
g)
kg
kCg
21
±=∂∂
≡ω
Jadi gelombang merambat lebih cepat di daerah di mana kπλ 2
= tinggi.
ang Dan
Sekarang kita akan pelajari rambatan gelombang di permukaan yang dangkal. Dalam
pembahasan di sini diasumsikan bahwa ketinggian pe
8.2.2 Gelombang di Fluida y gkal
rmukaan adalah fungsi dari x1
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 305
z = x3x = x1
Untuk mendapatkan persamaan kontinuitas untuk kasus ini, kita perhatikan sketsa di
kanan atas. Mass flux yang keluar masuk volume atur adalah:
1. sisi kiri; Ketinggian adalah ( )η+h sehingga massa flux adalah ( )ηρ +hu
2. sisi kanan; Untuk sisi ini kita dapat gunakan expansi Taylor sehingga mass flux-
nya adalah ( ) ( )( ) 1u h u h xρ η ρ η∂+ + + ∆
1x∂
3. sisi atas; Untuk sisi ini kecepatan permukaan yang juga kecepatan fluida di
1xtηρ ∂
∆∂
permukaan adalah t∂
∂η sehingga, mass fluxnya adalah
aka Karena aliran adalah aliran inkompresible, m
0mass flux masuk mass flux keluar− =∑ ∑
Dengan demikian maka,
( ) ( ) ( ))( 1 1 0x x1x t
u h u h u h ηρ η ρ η ρ η ρ∂ ∂∆ + ∆ = + − + + +
Karena u dan η sangat kecil, maka uη ≈ 0. Dengan demikian persamaan kontinuitas
menjadi (ρ dan h adalah konstan),
∂ ∂
1
0h ut xη∂ ∂
+ =∂ ∂
(GW.5)
Sekarang kita lihat persamaan x1 dan x3 momentum. Karena dalam kasus ini u dianggap
x1 dan x3 momentum menjadi,
memenuhi kriteria u >> v dan u >> w maka persamaan
1t xρ1u p∂ ∂
= −∂ ∂
dan 3
gxρ
1 p∂= −
∂
Topik Lain Dalam Aliran Inkompresibel 306
Dalam persamaan di atas 1
uux
∂∂
juga diabaikan seperti biasa. Persamaan x3-momentum
dapat diintegrasikan sehingga,
( )0 3p p g xρ η= + −
Di mana p0 adalah p di permukaan. Apabila kita substitusikan hasil ini ke dalam
persamaan x1-momentum maka karena ( )1,x tη η=
1
u gt x
η∂ ∂= −
∂ ∂ (GW.6)
Sekarang kita gabungkan (GW ∂.5) dan (GW.6) dengan mengambil t∂
(GW.5) dan 1x
∂∂
(GW.6) hasilnya adalah, 2 2
221
0ght xη η∂ ∂
− =∂ ∂
ersamaan di atas adalah persamaan gelombang. Seperti persamaan acoustic, P gh
adalah kecepatan dari hambatan gelombang tersebut (koefisien di depan 2
21x
∂∂
adalah
adrat). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
dalam fluida yang dangkal gelombang merambat dengan kecepatan,
kecepatan gelombang ku
gC gh C= =
Karena Cg adalah konstan maka tidak ada dispersi/ penyebaran gelombang dalam kasus
ini.