thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-00266-AK Bab4001.doc · Web viewHuman error...
Transcript of thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-00266-AK Bab4001.doc · Web viewHuman error...
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Evaluasi Pengendalian Intern Atas Sistem Pengelolaan Persediaan Pada
PT. IMP
PT. IMP merupakan perusahaan retail maka sangat penting bagi perusahaan
untuk menjalankan proses pengelolaan persediaan dengan seefektif dan seefisien
mungkin. Evaluasi pengendalian intern atas sistem pengelolaan persediaan pada PT.
IMP dimulai saat DC menerima persediaan yang dikirim supplier, lalu proses
warehousing dimana pengaturan atas penempatan dan pengambilan barang ke display,
hingga proses issuing yaitu pengiriman barang ke gerai-gerai yang dimiliki PT. IMP
untuk area Jakarta dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan penulis atas sistem pengelolaan
persediaan yang dilakukan di DC Jakarta 1, penulis mengidentifikasi beberapa kebaikan-
kebaikan dan kekurangan-kekurangan atas sistem pengelolaan persediaan yang
didasarkan pada lima komponen pengendalian intern, antara lain:
IV.1.1 Lingkungan Pengendalian
1. Integritas Dan Nilai Etika
Adapun kebaikan-kebaikan yang telah diterapkan atas sistem pengelolaan
persediaan berdasarkan integritas dan nilai etika yaitu:
a. Para manager dan petinggi di DC pun mengikuti standar integritas dan etika
yang tinggi, dimana manager DC tetap masuk pada hari Sabtu padahal hal
1
tersebut di luar jam kerja manager tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa
manager memiliki standar yang tinggi dalam tanggung jawab pekerjaannya.
b. Tidak terdapat godaan atas insentif karena pembayaran terhadap karyawan
tidak berdasarkan suatu target. Hal ini akan mengurangi potensi karyawan
untuk berlaku tidak jujur, tidak etis ataupun melawan hukum.
c. Karyawan juga menggunakan waktu istirahat secara bertanggungjawab dan
kembali bekerja tidak melebihi jam makan yang telah ditetapkan. Hal ini
menunjukkan integritas karyawan yang baik.
Terdapat juga kekurangan-kekurangan atas faktor integritas dan nilai etika
yaitu:
a. Tidak dikomunikasikannya kepada seluruh karyawan mengenai kewajiban
karyawan untuk melaporkan pelanggaran yang mereka ketahui. Seharusnya
pihak manajemen mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan baik secara
verbal maupun pernyataan tertulis mengenai tanggung jawab karyawan untuk
melaporkan pelanggaran yang mereka ketahui. Penyebab tidak
dikomunikasikannya hal tersebut karena belum adanya kebijakan perusahaan
secara tertulis mengenai pelaporan atas pelanggaran dalam kode etik prilaku
karyawan. Akibatnya karyawan tidak mengetahui akan tanggung jawab
mereka untuk melaporkan setiap tindakan pelanggaran yang dilakukan di DC
dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tidak dapat dideteksi secara cepat.
Rekomendasi penulis yaitu DC membuat kebijakan untuk melapor
kepada atasan jika mengetahui adanya pelanggaran dalam kode etik prilaku
karyawan secara tertulis dan dikomunikasikan secara langsung kepada setiap
karyawan.
2
b. Tidak diberikan bimbingan moral kepada karyawan. Bimbingan moral perlu
diberikan kepada karyawan untuk membina moral karyawan agar dapat
membedakan tindakan yang benar dan yang salah.
Penyebabnya karena pihak manajemen menilai kinerja karyawan
berdasarkan output yang dihasilkan seperti kecepatan proses picking, dsb. DC
tidak menilai karakter individu karyawan. Akibatnya karyawan tidak
memperdulikan mana tindakan yang baik maupun yang buruk. Karyawan
tidak menekankan pentingnya berprilaku etis dalam lingkungan kerja.
Rekomendasi dari penulis yaitu DC mengadakan bimbingan
moral secara rutin seperti: persekutuan doa, sholat bersama untuk
meningkatkan moral karyawan sehingga dapat berprilaku etis.
2. Komitmen Terhadap Kompetensi
Kebaikan-kebaikan yang dapat diidentifikasi penulis dari faktor
komitmen terhadap kompetensi yaitu:
Kompetensi karyawan sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja oleh DC.
Kebanyakan karyawan di DC adalah lulusan SMK/SMA, karena pekerjaan di DC
lebih banyak menggunakan tenaga fisik. Hal ini mencakup pertimbangan atas
biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan perusahaan, jika harus merekrut
tenaga kerja dengan pendidikan tinggi.
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat diidentifikasi penulis antara
lain yaitu:
Tidak dilakukannya pelatihan-pelatihan atau training terhadap karyawan.
Pelatihan penting dilakukan bagi karyawan untuk menambah skill dan
pengalaman dalam melakukan tugas dan tanggung jawab mereka. Penyebab
3
tidak dilakukan pelatihan adalah tidak dianggarkannya biaya untuk pelatihan
karyawan. Hal ini akan berakibat tidak adanya perkembangan dari ketrampilan
maupun keahlian karyawan sehingga kinerja karyawan tidak akan maksimal bagi
perusahaan.
Rekomendasi penulis adalah perusahaan menganggarkan biaya secara
efisien untuk pelatihan karyawan secara rutin untuk mengembangkan
ketrampilan dan kompetensi karyawan.
3. Dewan Direksi dan Komite Audit
Penulis mengidentifikasikan beberapa kebaikan-kebaikan berdasarkan
faktor tersebut yaitu:
a. Adanya internal audit dari head office yang melakukan audit secara rutin dan
berkala. Audit yang dijalankan meliputi seluruh kegiatan operasi dan
administrasi di DC.
b. Adanya audit secara mendadak. Audit dari cabang dilakukan secara
mendadak dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Tujuannya untuk
memeriksa kinerja karyawan apakah telah berjalan dengan efektif atau
belum. Observasi dan inspeksi secara langsung memberikan keunggulan
tersendiri dalam melaksanakan audit.
c. Setiap setahun sekali diadakan audit oleh pihak eksternal (external audit).
4. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Kebaikan-kebaikan yang dapat diidentifikasi penulis atas filosofi dan
gaya operasi manajemen yaitu:
a. Adanya budaya di DC yaitu “Menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,
kebenaran dan keadilan, kerja sama kelompok, kemajuan melalui inovasi
4
yang ekonomis serta mengutamakan kepuasan konsumen”. Dimana hal ini
memberikan gambaran kepada karyawan mengenai parameter atau dasar
pertimbangan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.
b. Target DC yang paling utama yaitu “One Day Service”, dimana ketepatan
waktu dan proses warehousing yang cepat sangat diperlukan. Oleh sebab itu
di setiap line picking ada kepala zona yang mengawasi kecepatan picking
karyawan/picker sehingga target DC dapat tercapai.
c. Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
karyawan secara sengaja yang dapat merugikan sesama rekan kerja maupun
perusahaan. Sanksi tersebut antara lain seperti pemberian surat peringatan
atau pemecatan secara langsung.
d. Karakter pimpinan DC yang terbuka dan ramah. Hal tersebut memberikan
pengaruh yang positif terhadap karyawan sehingga lebih berani
berkomunikasi dan melakukan interaksi langsung terhadap pimpinan.
Penulis juga mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang terdapat di DC
yaitu:
a. Belum adanya reward terhadap karyawan yang kinerjanya paling baik dalam
periode tertentu. Seharusnya reward diberikan kepada karyawan sebagai
suatu bentuk penghargaan perusahaan terhadap karyawan tertentu yang
memiliki performance paling baik diantara sesama rekan kerjanya. Hal
tersebut akan menjadi motivasi seluruh karyawan untuk saling berkompetisi
memberikan hasil yang outstanding dalam pekerjaannya. Tidak adanya
reward disebabkan belum terciptanya pikiran manajemen untuk menilai hasil
kinerja karyawan secara lebih jauh. Akibatnya karyawan kurang merasa
5
termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi dan hanya mengikuti standar yang
telah ada.
Rekomendasi penulis yaitu manajemen mengadakan suatu
program “employee of the month” sebagai bentuk penghargaan terhadap
karyawan yang memiliki performance paling baik diantara rekan kerjanya.
b. Adanya pemikiran manajemen puncak bahwa beban barang hilang tidak akan
bisa dihilangkan. Seharusnya manajemen selalu melakukan tindakan
perbaikan secara berkelanjutan untuk mengurangi beban barang hilang yang
menjadi beban DC. Penyebabnya dikarenakan manajemen berpikir bahwa
jumlah persediaan DC yang begitu besar dan tidak dapat dengan mudah di
monitor sehingga beban barang hilang akan tetap selalu ada. Akibatnya
jumlah barang hilang yang menjadi beban DC selalu ada setiap periode
perhitungannya/setiap bulan.
Rekomendasi penulis yaitu manajemen harus mengadakan
pertemuan secara rutin dengan pihak-pihak kunci untuk membahas masalah
penanggulangan barang-barang yang hilang yang menjadi beban DC.
Sekaligus manajemen juga harus mengubah pandangan bahwa jumlah beban
barang hilang dapat diminimalkan atau dihilangkan sama sekali.
5. Struktur Organisasi
Penulis mengidentifikasikan beberapa kebaikan-kebaikan yang telah
dilakukan oleh manajemen yaitu:
Telah terdapat struktur organisasi secara tertulis. Struktur organisasi penting
sebagai pedoman bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan mereka dan
pelaporan serta pertanggungjawaban terhadap atasan mereka. Jika tidak terdapat
6
struktur organisasi secara tertulis, rantai komando akan menjadi tidak jelas bagi
karyawan sehingga kinerja karyawan akan menjadi tidak maksimal. Struktur
Organisasi menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam
suatu perusahaan.
Namun masih terdapat kelemahan pada struktur organisasi Head Office
dimana Direktur Internal Audit berada sejajar dengan Direktur bagian
operasional lainnya. Seharusnya Direktur Internal Audit berada terpisah dengan
departemen lain dan langsung bertanggungjawab terhadap dewan komisaris.
Penyebab hal ini yaitu PT. IMP belum memiliki Dewan Komisaris dan semua
pertanggungjawaban kepada President Director. Hal ini mengakibatkan
kurangnya independensi Audit pada perusahaan sehingga masih bisa dipengaruhi
oleh kepentingan manajemen.
Rekomendasi penulis yaitu PT. IMP menyusun Dewan Komisaris yang
berfungsi sebagai kelompok independen dalam perusahaan dan bebas dari
kepentingan manajemen serta melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi.
6. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab
Penulis mengidentifikasikan beberapa kebaikan-kebaikan yang terdapat
dalam sistem pengelolaan persediaan yaitu:
a. Penetapan wewenang dan tanggung jawab telah secara jelas.
Garis pelaporan dan wewenang telah secara jelas digambarkan dalam struktur
organisasi perusahaan, sehingga setiap personel yang bertanggung jawab
dapat dengan mudah mengetahui kepada siapa mereka harus
mempertanggung jawabkan setiap pekerjaan.
7
b. Sistem wewenang desentralisasi. Sistem ini sangat efektif untuk suatu
perusahaan yang sudah memiliki banyak karyawan. Tentunya sistem
desentralisasi ini harus diimbangi dengan pemberian wewenang yang
disesuaikan dengan level dan kemampuan dari masing-masing karyawan.
Adapun kekurangan yang dapat diidentifikasi penulis adalah:
a. Belum terdapat job description secara tertulis terhadap seluruh karyawan.
Job description penting sebagai suatu gambaran sistematis yang berisikan
tugas dan tanggung jawab dari suatu jabatan serta wewenang yang diberikan
kepada orang yang memegang jabatan tersebut. Penyebabnya yaitu job
description yang telah ada hanya mencakup job description bagi para
supervisor tidak seluruh karyawan perusahaan. Perusahaan berpendapat
bahwa pemberitahuan secara lisan oleh masing-masing supervisor akan lebih
efektif terhadap karyawan. Akibatnya karyawan tidak mengetahui secara
jelas atas tugas dan tanggungjawab mereka sehingga dapat terjadi perebutan
pekerjaan atau sebaliknya. Perusahaan akan mengalami kesulitan dalam
menelusuri pihak yang bertanggung jawab atas suatu kesalahan.
Rekomendasi penulis yaitu dibuat job description secara tertulis
yang memuat tugas, tanggung jawab, acuan, serta batas wewenang atas
masing-masing personel karyawan, sehingga hal-hal seperti perebutan
tanggung jawab dan sebagainya dapat dihindari.
7. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Penulis mengidentifikasikan beberapa kebaikan dalam kebijakan dan
praktik SDM yaitu:
8
a. Pemberian kompensasi oleh perusahaan telah cukup baik, dimana selain
diberikan gaji tetap setiap bulan juga diberikan bonus tahunan setiap
tahunnya. Perusahaan juga memberikan uang lembur bagi karyawan gudang
yang bekerja di luar shift.
b. Telah diberlakukannya pemberian sanksi secara tegas bagi karyawan yang
melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan tidak etis, seperti
pencurian barang ataupun melakukan tindakan kekerasan.
c. Terdapat human resources policies and procedures secara tertulis bagi
karyawan DC. Human resources policies and procedures sangat penting
sebagai pedoman yang mengatur kedisiplinan karyawan. Setiap karyawan
harus mengetahui peraturan dan kebijakan SDM yang harus mereka patuhi.
Adapun kekurangan yang dapat diidentifikasi penulis yaitu:
a. Adanya karyawan yang tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan terlebih
dahulu. Dengan jadwal kegiatan operasional yang begitu ketat, maka sangat
penting bagi DC untuk karyawannya tetap lengkap. Setiap ketidakhadiran
karyawan di DC seharusnya dapat diberitahukan terlebih dahulu sehingga DC
dapat mencari karyawan pengganti dari shift berikutnya. Penyebab hal ini
yaitu tidak adanya tindakan tegas mengenai prilaku karyawan yang
menyimpang tersebut. Akibatnya karyawan mulai meremehkan mengenai
peraturan izin cuti jika hanya sehari dengan anggapan perusahaan akan
memaklumi hal tersebut.
Rekomendasi penulis yaitu tindakan tegas harus diambil
perusahaan mengenai pelanggaran tersebut. Jika karyawan sakit sehingga
tidak bisa mengabari perusahaan pada hari itu, bisa meminta saudara ataupun
9
keluarga untuk mengabari ke perusahaan ataupun atasan karyawan tersebut.
Kemudian saat karyawan masuk kembali, karyawan tersebut harus
memberikan bukti tertulis seperti surat keterangan dari rumah sakit ataupun
kwitansi pemeriksaan oleh dokter atau klinik.
IV.1.2 Penilaian Resiko
Penilaian resiko di DC telah cukup baik dinilai dari resiko yang telah diketahui
manager dan telah diantisipasi manager DC. Berikut merupakan resiko-resiko yang
telah di ketahui manager DC yaitu:
1. Resiko tidak tercapainya target DC
Target DC yang paling utama yaitu tercapainya “One Day service”
dimana DC dapat mensupply seluruh permintaan toko/gerai setiap harinya dalam
satu hari. Biasanya toko melakukan permintaan barang terhadap DC berdasarkan
stok barang yang keluar atau terjual hari tersebut. Cut off perhitungan penjualan
dilakukan oleh karyawan toko pada saat akan tutup toko. Berdasarkan data yang
diproses melalui DPS, DC akan melakukan proses pendistribusian barang
persediaan ke gerai pada keesokan harinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kosongnya stok di toko/gerai. Maka penting bagi DC untuk menjaga kecepatan
proses picking sesuai prosedur.
Tindakan pencegahan yang dilakukan DC untuk menghilangkan resiko
keterlambatan distribusi yaitu penerapan DPS (digital picking system) yang
mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pengambilan barang dari rak-
rak penyimpanan. Penggunaan tail gate pada mobil angkut barang juga berfungsi
sebagai peningkatan efisiensi pemuatan barang ke dalam mobil angkut. DC juga
10
menempatkan kepala zona-kepala zona pada setiap line barang untuk menjaga
kecepatan proses picking.
2. Resiko adanya kecurangan oleh karyawan
DC menyadari rawannya tindakan kecurangan oleh karyawan. Tindakan
kecurangan tersebut dapat berupa pencurian barang persediaan oleh karyawan.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut manajemen telah melakukan tindakan
pencegahan yaitu melakukan check body terhadap setiap personel karyawan yang
keluar dari gudang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan pencurian
barang dari gudang. Kemudian juga terdapat kepala zona di setiap line dimana
kepala zonaakan melakukan patroli secara terus menerus untuk memastikan
kinerja karyawan, sehingga dapat meminimalkan resiko kecurangan dari
karyawan. Setiapformulir dibuat rangkap agar tidak terjadi penggandaan atau
pemalsuan dokumen yang akhirnya dapat merugikan perusahaan.
3. Resiko terhadap human error/kesalahan karyawan yang tidak disengaja.
Human error merupakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
karyawan tanpa unsur kesengajaan. Biasanya berupa kesalahan pencatatan,
kesalahan penghitungan, dan kesalahan penggunaan dokumen. Human error
yang dapat terjadi di DC yaitu karyawan bagian penerimaan barang salah hitung
jumlah barang yang dikirim ke DC. Maka DC melakukan pemeriksaan kedua
atas barang yang diterima di gudang oleh checker warehouse. Hal ini dilakukan
manajemen untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai dengan
jumlah dan jenis barang yang tertera di dokumen. Manajemen juga memasang
CCTV di bagian scanner untuk memastikan bahwa scanner benar telah
11
mengeluarkan barang persediaan dari gudang sesuai dengan permintaan
toko/gerai.
4. Resiko kosongnya persediaan di DC
Kosongnya persediaan di gudang menjadi perhatian utama DC dalam
menentukan resiko operasionalnya. Dimana DC melakukan tindakan antisipasi
seperti menerapkan safety stock pada persediaan di display. Sedangkan untuk
permintaan barangnya DC menetapkan akan memproses permintaan barang
setiap hari berdasarkan PKM guna mengantisipasi kosongnya stok. Perusahaan
juga menerapkan sistem service level supplier untuk mengukur kemampuan
supplier dalam memenuhi kebutuhan DC.
Akan tetapi penilaian resiko DC masih memiliki kekurangan-kekurangan dimana
manajemen masih belum memperhitungkan beberapa resiko yang bisa menimbulkan
ketidakefektifan dan ketidakefisiensian dalam kegiatan operasional DC. Penulis
mengidentifikasi beberapa resiko yang masih belum diantisipasi manajemen antara lain
yaitu:
1. Resiko human error/kesalahan karyawan
Resiko human error yang belum diantisipasi manajemen yaitu kesalahan
pengeluaran jumlah barang dalam satuan karton/bulky oleh karyawan
warehouse. Seharusnya kamera CCTV dipasang tidak hanya di bagian scanner di
display atau dalam bentuk eceran, namun juga di bagian pengeluaran barang
dalam bentuk bulky atau karton utuh. Penyebab hal ini dikarenakan manajemen
berpikir bahwa pecurian barang dalam bentuk bulky atau karton akan riskan dan
kecil kemungkinan dapat dilakukan oleh karyawan. Akibatnya ketika toko
mengajukan proforma terhadap jumlah barang yang diterima dalam bentuk
12
karton/bulky, DC tidak bisa melacak kebenaran hal tersebut lewat kamera CCTV.
Hal tersebut hanya bisa dibuktikan oleh berita acara yang ditandatangani driver
sebagai pernyataan tertulis bahwa memang benar jumlah barang yang diterima
lebih sedikit dari jumlah permintaan barang oleh toko.
Rekomendasi penulis yaitu manajemen memasang kamera CCTV di
bagian scanner dalam satuan bulky seperti di display. Hal tersebut sebagai
tindakan pencegahan adanya kesalahan dalam pengeluaran barang dalam satuan
bulky/karton.
IV.1.3 Informasi dan Komunikasi
1. Informasi dan komunikasi menggunakan sistem Entreprise Development
Program (EDP) di DC.
Informasi dan komunikasi di DC dengan menggunakan sistem EDP sudah
berjalan dengan baik. Sistem ini dimulai ketika setiap akhir penjualan dalam satu
hari (cut off day), karyawan toko akan melakukan pengiriman data melalui
sistem EDP dari komputer toko ke DC mengenai permintaan atas barang
persediaan yang akan didistribusikan DC keesokkan harinya. Dimana DC akan
mengcluster pengiriman-pengiriman tersebut ke DPD tiap item yang akan
dikirim ke toko/gerai. Sehingga picker hanya perlu mengambil barang yang
DPDnya menampilkan angka permintaan tiap-tiap toko kemudian
memasukkannya ke dalam kontainer-kontainer. Hal ini memudahkan DC dalam
melakukan proses distribusi secara efektif dan efisien. EDP juga memudahkan
karyawan dalam mencetak rekapitulasi daftar stok, kartu stok, permintaan
barang, daftar retur barang, SLP (Slip Lokasi Penempatan), BPB (Bukti
13
Penerimaan Barang), Nota Pengiriman Barang, Service Level Supplier secara
komputerisasi.
Adapun kekurangan yang dapat diidentifikasi penulis yaitu dapat
terjadinya error saat melakukan pengolahan data sehingga data yang dibutuhkan
akan menjadi lama untuk diproses atau hilang. Seharusnya kecepatan proses data
menjadi perhatian yang paling penting bagi DC dalam menghasilkan laporan
pertanggungjawaban atas kegiatan operasionalnya. Data tersebut juga harus
selalu di back up agar tidak hilang. Penyebabnya adalah maintenance atas sistem
kurang baik dan tidak dilakukannya back up data atas server. Hal ini dapat
menimbulkan masalah dalam pengelolaan laporan sehingga data menjadi tidak
akurat atau bahkan hilang. Selain itu tidak digunakannya password dalam
mengakses data, sehingga data-data dapat dengan mudah diakses oleh karyawan
yang tidak berkepentingan. Seharusnya setiap komputer diberi password individu
sehingga data hanya dapat diakses oleh karyawan tersebut. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya kesadaran karyawan atas pentingnya data perusahaan agar tetap
confidential. Hal ini dapat mengakibatkan data perusahaan dicuri oleh pesaing
atau pihak lain yang dapat merugikan perusahaan.
Rekomendasi penulis yaitu DC melakukan maintenance untuk software
maupun hardware secara rutin, sehingga jika terdapat masalah dalam sistem
tersebut akan segera diketahui. DC juga lebih baik memback up data di server
secara rutin untuk data-data yang penting seperti arus barang masuk dan keluar
DC. Penulis juga menyarankan untuk setiap komputer memiliki password
sehingga data tidak dapat diakses oleh karyawan lain yang tidak berkepentingan.
14
2. Informasi dan komunikasi menggunakan sistem DPD di DC.
DC menggunakan Digital Picking System (DPS) yang merupakan sistem
teknologi informasi yang memungkinkan pelayanan permintaan dan suplly
barang dari pusat distribusi ke toko-toko dengan tingkat kecepatan yang tinggi
dan efisiensi yang optimal. DPS menggunakan alat yang bernama DPD (Digital
Picking Device) dalam proses pengambilan permintaan barang tiap toko. Setiap
permintaan dari toko akan di cluster berdasarkan lokasi toko, sehingga dapat
dibentuk daftar toko-toko yang terletak di daerah yang berdekatan. Setelah data
tersebut terbentuk kemudian akan didistribusikan ke DPD masing-masing
barang, dimana barang yang diminta toko akan memunculkan angka permintaan
pada layar DPDnya. Hal ini membuat pekerjaan picker sangat efisien.
Akan tetapi sistem DPS ini masih memiliki kekurangan yaitu jika DPD
suatu item rusak, maka DC akan kesulitan dalam menentukan jumlah yang
dipesan atas item tersebut oleh setiap toko. Hal ini akan membuat kinerja DC
menjadi terhambat. Seharusnya DC memiliki bagian IT yang dapat segera
memperbaiki jika terdapat DPD yang rusak. Hal ini disebabkan karena DC tidak
memiliki bagian IT sendiri, dimana IT berada di kantor pusat sehingga
menyebabkan penanganan terhadap DPD yang rusak akan memakan waktu. Hal
ini akan mengakibatkan kinerja picking yang tidak efisien.
Rekomendasi penulis yaitu DC harus memiliki bagian IT sendiri untuk
memudahkan penanganan terhadap alat-alat IT yang terdapat di DC. DC juga
harus melakukan maintenance secara rutin dengan periode yang lebih singkat.
Hal ini dapat dilakukan agar DC bisa mendeteksi adanya kerusakan terhadap
DPD lebih cepat.
15
3. Informasi dan komunikasi yang terjalin di DC
Saat ini informasi dan komunikasi yang terjalin di DC sudah cukup baik, dimana
data dapat dengan mudah diakses oleh karyawan yang berwenang. Hal ini
membuat akses informasi menjadi mudah sehingga kinerja karyawan menjadi
lebih efektif. Pembuatan dokumen juga dapat dengan mudah dilakukan secara
komputerisasi sehingga lebih efisien dan efektif dibandingkan secara manual.
Seperti pembuatan Bukti Penerimaan Barang, Permintaan Barang, Nota Retur
Barang, dan sebagainya. Hal ini merupakan kelebihan DC dalam sistem
informasi dan komunikasi. Komunikasi manager dengan para karyawan juga
baik dilihat manager selalu berinteraksi setiap hari dengan karyawan baik dalam
rapat maupun dalam percakapan sehari-hari. Karyawan juga dapat menanyakan
hal-hal pekerjaan dengan terbuka dengan manager.
IV.1.4 Aktivitas Pengendalian
1. Pemisahan Tugas dan Wewenang
Pemisahan tugas dan wewenang dalam proses pengelolaan persediaan di DC
sudah berjalan baik. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pekerjaan yang
rangkap oleh satu orang atau bagian yang sama. Tiap karyawan telah memiliki
Job Description secara terpisah, seperti misalnya karyawan bagian penerimaan
(receiving) tidak sama dengan karyawan bagian pengiriman (issuing). Hal ini
memberikan pengendalian yang efektif atas faktor Segregation of Duties.
Kemudian fungsi operasi dan penyimpanan telah terpisah dari fungsi akuntansi
dimana fungsi akuntansi berada di bawah kantor cabang sehingga terpisah dari
DC, DC hanya bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan operasional. DC
16
tidak berhubungan langsung dengan supplier sehingga dapat mengurangi resiko
perusahaan. Prosedur pemisahan tugas dan wewenang ini sesuai dengan
komponen pengendalian intern menurut COSO yaitu pemisahan tugas dan
wewenang.
2. Prosedur dokumen yang digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan oleh PT. IMP tersebut secara umum
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Perusahaan telah menggunakan pre-numbered form.
Dokumen dengan nomor urut tercetak merupakan salah satu poin penting
dalam pengendalian intern perusahaan. Pre-numbered form telah digunakan
untuk dokumen seperti Purchase Order, Permintaan Barang, Bukti
Penerimaan Barang, Nota Pengiriman Barang, Nota Retur Barang. Hal ini
mencegah terjadinya penggandaan maupun pemalsuan dokumen yang tidak
diotorisasi serta memudahkan penelusuran kembali atas dokumen tersebut.
b. Perusahaan telah menggunakan sistem yang computerized untuk mencetak
formulir.
Formulir-formulir seperti kartu stok, nota retur barang, permintaan barang
telah dicetak secara komputerisasi sehingga meminimalkan resiko kesalahan
pencatatan oleh karyawan/human error.
c. Terdapat otorisasi yang jelas di setiap dokumen.
Terdapat kolom tanda tangan yang jelas di setiap formulir, sehingga otorisasi
atas dokumen dapat secara mudah diketahui.
d. DC memiliki laporan rekapitulasi atas jumlah stok persediaan, rekapitulasi
atas jumlah permintaan barang, rekapitulasi atas jumlah barang yang di retur.
17
Selain kelebihan-kelebihan di atas juga terdapat beberapa kelemahan-
kelemahan yang diidentifikasi penulis yaitu:
a. Kurangnya rangkap BPB (Bukti Penerimaan Barang) yang dicetak oleh
admin bagian receiving sebagai bukti telah diterimanya barang oleh bagian
receiving. Seharusnya copy BPB juga harus dikirim ke bagian Merchandising
(MD) atau accounting cabang sebagai dasar untuk melakukan proses
pembayaran kepada supplier. Hal ini sesuai dengan komponen pengendalian
intern yaitu prosedur dokumen. Hal ini disebabkan manajemen melakukan
proses pembayaran berdasarkan BPB yang di bawa supplier saat mengirim
invoice. Akibatnya bisa terjadi kesalahan pembayaran terhadap supplier
karena keliru atau pemalsuan BPB.
3. Kebijakan retur
Kebijakan retur untuk barang yang rusak terhadap supplier sudah cukup baik,
dimana DC menetapkan setiap supplier yang datang untuk mengirimkan barang
diharuskan mengambil barang retur yang ditujukan terhadap supplier tersebut,
sebelum supplier menerima Bukti Penerimaan Barang atas barang yang
dikirimkannya. Hal ini memberikan pengendalian yang efektif terhadap barang
retur agar dapat langsung diretur kepada supplier yang bersangkutan dan
meminimalkan resiko kecurangan karyawan saat mengantarkan barang retur
terhadap supplier. Hal tersebut sesuai dengan komponen pengendalian intern
menurut COSO yaitu aktivitas pengendalian.
Kebijakan retur dari toko/gerai ke DC telah cukup baik, dimana telah
terdapat dokumen pendukung yaitu Nota Retur barang yang diletakkan ke dalam
kontainer beserta barang retur tersebut, sehingga driver tidak mengetahui isi
18
kontainer tersebut. Hal ini telah sesuai dengan komponen pengendalian intern
menurut COSO yaitu aktivitas pengendalian.
4. Perusahaan telah memiliki daftar rekanan supplier
Proses pembelian yang baik adalah pembelian yang dilakukan kepada supplier
yang telah memiliki catatan (record) yang baik. Dalam hal ini, perusahaan telah
memiliki daftar rekanan supplier sehingga service level supplier dapat diukur
berdasarkan kemampuan supplier dalam memenuhi permintaan barang
perusahaan. Service level supplier dilaporkan dalam laporan service level
supplier.
Penulis juga mengidentifikasi adanya kekurangan manajemen dalam
mengelola laporan service level supplier, dimana DC hanya mengukur service
level supplier berdasarkan kemampuan supplier dalam memenuhi jumlah
kuantitas permintaan DC. Sedangkan waktu pemenuhan atau pengiriman barang
dari supplier tidak diukur. Seharusnya service level supplier tidak hanya
mengukur jumlah kuantitas pemenuhan supplier saja, namun juga ketepatan
waktu pemenuhan. Hal ini disebabkan adanya ketergantungan DC terhadap
supplier sehingga DC tidak bisa memberikan tindakan tegas terhadap supplier
yang waktu pengirimannya telat. Akibatnya DC sering kehabisan stok atas
barang yang pengirimannya terlambat.
Rekomendasi penulis yaitu DC melakukan antisipasi terhadap supplier
yang waktu pengirimannya sering terlambat, sehingga dapat dilakukan
permintaan pembelian sebelum waktunya pemesanan atau memesan dengan
jumlah yang lebih besar untuk menghindari resiko kosongnya stok saat
menunggu pengiriman supplier.
19
5. Pengendalian fisik
Pengendalian secara fisik atas persediaan sudah cukup baik dimana aktivitas
pengendalian yang dilakukan yaitu:
a. Adanya aktivitas check body (pemeriksaan fisik) setiap akan meninggalkan
gedung DC atau pertukaran shift kerja. Hal ini menghindari resiko pencurian
barang di gudang oleh karyawan.
b. Lalu ada kamera CCTV yang secara rutin memantau kegiatan proses
warehousing sehingga dapat mengawasi kegiatan para karyawan saat bekerja.
Hal ini untuk menghindari resiko pencurian barang ataupun pelaksanaan
tugas secara tidak bertanggungjawab.
c. DC melakukan permintaan barang berdasarkan Persediaan Kuantitas
Maksimal (PKM).
DC melakukan permintaan barang ke supplier setiap hari berdasarkan
Persediaan Kuantitas Maksimal (PKM), dimana hal ini merupakan kebaikan
DC. Setiap hari jumlah barang yang keluar per item akan di rekapitulasi
sehingga keesokkan hari permintaan barang akan dibuat berdasarkan jumlah
barang keluar atau harus memenuhi Persediaan Kuantitas Maksimal (PKM).
Hal ini dapat menghindari terjadinya kosongnya stok DC.
d. Telah terdapat pencocokan fisik secara periodik
Stock opname (pemeriksaan fisik) dilakukan secara rutin oleh staf yang selalu
ditukar, sehingga memberikan pengendalian yang lebih baik. Stock opname
dilakukan untuk mengupdate data persediaan perusahaan sehingga jumlah
persediaan secara database dan fisik adalah sama.
20
e. Metode persediaan yang digunakan yaitu metode FIFO
Metode pengeluaran barang dari gudang berdasarkan metode FIFO (First In
First Out) yaitu barang yang masuk di gudang terlebih dahulu akan keluar
terlebih dahulu, sehingga persediaan yang masih ada di gudang dianggap
berasal dari pembelian barang terakhir. Hal ini juga menjadi pengendalian
terhadap tanggal expired persediaan, dimana barang dengan tanggal expired
lebih dulu akan keluar dari gudang lebih dulu.
f. Terdapat Safety Stock di display
Safety stock untuk barang-barang yang di display sebesar 20% sehingga jika
barang yang berada di display kurang dari 20% akan muncul permintaan
pada layar brecket untuk didistribusikan atas barang tersebut. Safety stock
berfungsi sebagai pengendalian atas barang sehingga tidak terjadi stok
kosong.
g. Ruang barang persediaan terpisah sesuai kebutuhan
Ruang barang dipisah-pisah sesuai kebutuhan seperti ruang untuk cokelat,
dimana ruangan tersebut harus bersuhu rendah untuk tetap menjaga kualitas
cokelat. Lalu persediaan dalam bentuk coly dan pieces dipisah, dimana dalam
bentuk pieces akan ditaruh di display. Hal ini akan memudahkan dalam
pengambilan barang dalam proses picking, sehingga kinerja karyawan
menjadi lebih efisien dan efektif.
h. Telah terdapat job rotation
Perputaran jabatan dapat dilakukan antara para karyawan gudang secara
rutin, seperti antara scanner dengan picker. Perputaran jabatan yang
dilaksanakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam
21
melaksanakan tugasnya, sehingga persengkongkolan di antara mereka dapat
dihindari.
Namun penulis juga mengidentifikasikan beberapa kekurangan-
kekurangan yang terdapat atas pengendalian fisik DC yaitu:
a. Adanya barang hilang di gudang
Terdapat beban barang hilang yang cukup banyak di DC setiap bulannya.
Seharusnya beban barang hilang dapat diminimalkan atau dihilangkan untuk
menghindari kerugian perusahaan. Barang yang hilang dari gudang dapat
disebabkan bermacam-macam hal seperti: human error (kesalahan karyawan
yang tidak di sengaja), bagian receiving yang salah menghitung saat
menerima barang datang karena padatnya lalu lintas barang datang di
gudang. DC menjawab proforma toko atas barang retur dari toko namun
barang retur tidak dikirim toko. Kemudian dapat terjadi kesalahan stock
opname karena barang tidak diletakkan pada raknya, sehingga saat
dibandingkan oleh admin dengan database terdapat selisih yang dimasukkan
ke dalam beban barang hilang. Hal-hal tersebut akan mengakibatkan beban
barang hilang DC tinggi.
Rekomendasi penulis yaitu DC tidak perlu menjawab proforma dari toko
sebelum terdapat NRB yang telah ditandatangani oleh officer retur. Hal ini
untuk menghindari adanya proforma yang terjawab sebelum barang diterima
oleh DC. DC juga bisa menambah karyawan bagian checker warehouse yang
akan memeriksa kembali barang yang telah diterima oleh officer receiving
sehingga double check lebih efektif.
22
b. Kosongnya stok Distribution Centre (DC)
Hal ini sangat penting mengingat PT. IMP merupakan perusahaan retail,
dimana pemasukan utamanya berasal dari kemampuan perusahaan
mensupply kebutuhan konsumen melalui gerai-gerainya. Jika stock di DC
kosong, maka gerai-gerai akan kehabisan barang yang seharusnya dijual ke
konsumen yang secara tidak langsung akan mengakibatkan kerugian
perusahaan. Penyebabnya antara lain yaitu:
1. Supplier terlambat mengirimkan barang
Seharusnya supplier mengirimkan barang sesuai dengan ketentuan
tanggal pengiriman di PO. Hal ini dapat mengakibatkan kosongnya
persediaan DC atas barang tersebut, sehingga tidak dapat didistribusikan
ke gerai yang melakukan permintaan.
Rekomendasi penulis yaitu DC menegaskan pentingnya tanggal
pengiriman kepada supplier dan jika record supplier tersebut buruk
dalam waktu pengiriman, DC dapat melakukan permintaan sebelum
mendekati batas safety stock atau melakukan permintaan dengan jumlah
lebih besar.
2. Persediaan Kuantitas Maksimal (PKM) Distribution Centre untuk barang
baru kecil
DC menerapkan PKM (Persediaan Kuantitas Maksimal) yang kecil
terhadap produk baru. Hal ini dikarenakan DC belum mengetahui tren
permintaan toko atas barang tersebut. Jika barang baru tersebut laku dan
banyak peminatnya, toko akan melakukan permintaan ke DC sehingga
DC belum sempat melakukan permintaan kembali ke supplier atau
23
sedang dalam lead time/waktu tunggu. Sehingga stok di DC akan kosong
untuk produk tersebut karena banyaknya permintaan dari toko.
Penulis merekomendasikan agar DC lebih cepat tanggap terhadap
penjualan produk baru, sehingga dapat lebih cepat melakukan permintaan
barang dan menaikkan jumlah Persediaan Kuantitas Maksimal (PKM)
atas produk baru tersebut.
3. Ada item promosi sehingga permintaan melonjak
Item promosi biasanya memang digemari dan laku di toko, sehingga
permintaan toko naik seiring melonjaknya penjualan toko. Kenaikan
permintaan toko tidak dapat dipenuhi oleh DC, sehingga menyebabkan
kosongnya persediaan DC. Hal ini disebabkan DC tidak meningkatkan
stok atas barang promosi tersebut, sehingga pengeluaran persediaan
dengan penerimaan persediaan DC tidak seimbang. Seharusnya DC dapat
mengantisipasi adanya kenaikan permintaan atas item promosi.
Penulis merekomendasikan DC untuk meningkatkan persediaan
DC atas barang/item promosi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan
toko.
4. Service level supplier kurang baik
Service level supplier dalam pemenuhan permintaan barang DC
diharapkan 100%. Namun supplier tidak selalu mengirimkan barang
sejumlah yang tertera di PO. Hal ini disebabkan kemampuan supplier
dalam memproduksi atau distribusi barang sesuai pesanan kurang baik.
Hal tersebut mengakibatkan jumlah yang dipesan DC tidak terpenuhi
sehingga persediaan DC menjadi berkurang. Dengan permintaan toko
24
yang rutin setiap hari maka dapat menyebabkan kosongnya persediaan
DC atas barang tersebut.
Rekomendasi penulis yaitu DC dapat melakukan permintaan atas
barang tersebut dengan kuantitas yang lebih banyak untuk antisipasi tidak
terpenuhinya jumlah permintaan.
c. Terdapat barang rusak di gudang
Kualitas persediaan juga menjadi perhatian yang penting agar persediaan DC
tetap memiliki nilai jual. Namun terdapat beberapa barang dengan kondisi
tidak baik di DC. Seharusnya karyawan menjaga kondisi persediaan agar
tetap baik sehingga tetap layak dijual. Barang rusak dapat terjadi ketika
penanganan karyawan atas barang persediaan kurang baik, seperti
melempar/membanting barang yang mudah pecah. Human error juga
berperan seperti karyawan yang tanpa sengaja menjatuhkan barang yang
mudah pecah dan bagian receiving yang tidak memperhatikan kualitas barang
yang diterima. Hal ini dapat mengakibatkan kerugian perusahaan karena
menurunnya nilai persediaan DC atas barang yang rusak dan meningkatnya
beban barang hilang.
Rekomendasi penulis yaitu karyawan diberitahukan tentang larangan
membanting ataupun melempar barang di DC. Jika terjadi pelanggaran dan
menyebabkan barang rusak, karyawan yang bersangkutan harus mengganti
biaya kerugian DC. Bagian receiving dan checker warehouse juga dapat
dihimbau untuk memperhatikan juga kualitas barang yang diterima, bukan
hanya kuantitas.
25
d. Terdapat item mati di gudang (item promotional)
Item-item promotional antara lain seperti item promosi lebaran, imlek, atau
natal. Seharusnya DC tidak memiliki lagi persediaan atas item-item
promotional yang telah lewat periodenya. Namun item-item yang menjadi
sisa dari toko akan diretur oleh toko kemudian menumpuk di gudang tanpa
bisa digunakan lagi. Hal ini membuat ruang penyimpanan atas item tersebut
menjadi tidak efektif.
Rekomendasi penulis yaitu toko dapat mengadakan penjualan secara
murah atas barang-barang promo yang telah lewat periode promonya tersebut
sehingga tidak perlu diretur ke DC lagi. Hal ini akan membuat ruang
penyimpanan DC lebih efektif.
e. CCTV tidak dipasang di gudang bagian bulky
CCTV digunakan agar dapat mengawasi kegiatan operasional DC dan
mengawasi kinerja karyawan. CCTV seharusnya tidak hanya dipasang pada
bagian display saja, namun juga untuk bagian bulky. CCTV yang hanya
dipasang di bagian display saat picking dengan asumsi bahwa picking
merupakan proses yang rentan kecurangan. Namun di bagian bulky tidak
dipasang CCTV karena manajemen berpikir bahwa barang yang masih
berupa satu kardus utuh tidak mungkin hilang. Akan tetapi terdapat kasus
barang yang dikirim tidak sesuai permintaan dalam bentuk bulky. Jika DC
tidak memasang CCTV di bagian bulky maka proforma yang diajukan gerai
akan menjadi beban DC tanpa ada pengecekan melalui CCTV.
Rekomendasi penulis yaitu DC dapat memasang kamera CCTV juga pada
bagian scanner bulky agar dapat dilakukan pengecekan atas proforma toko.
26
f. Kurangnya ruang penyimpanan barang
Seiring meningkatnya permintaan toko, permintaan barang DC juga
meningkat, sehingga ruang penyimpanan pun berkurang. Seharusnya ruang
penyimpanan ditambah atau diperbesar sesuai meningkatnya permintaan DC.
Hal ini disebabkan kurangnya perhatian manajemen dan sibuknya arus lalu
lintas DC setiap hari, sehingga mengakibatkan ruang penyimpanan DC
berkurang. Hal ini akan berdampak negatif bagi DC selain penyimpanan
barang akan berantakan, officer SLP juga akan meletakan barang tidak pada
tempat yang seharusnya di rak penyimpanan, karena kurangnya ruang
penyimpanan, sehingga saat melakukan stock opname karyawan akan
kesulitan menghitung jumlah fisik barang.
Penulis merekomendasikan agar manajemen menambah ruang
penyimpanan DC agar kebutuhan ruang DC tercukupi. Hal ini juga
menghindari kesalahan pendataan jumlah fisik barang.
6. Pengendalian prosedur pengelolaan persediaan
a. Prosedur PO 2 minggu
PO yang dikirimkan dari MD ke supplier memiliki masa aktif selama 2
minggu terhitung dari hari dikeluarkannya PO tersebut. Jika supplier tidak
melakukan pengiriman dalam jangka waktu tersebut, maka PO akan menjadi
tidak valid atau mati. Hal ini memberikan pengendalian terhadap waktu
pengiriman dari supplier agar tidak terlambat yang dapat menyebabkan
kosongnya stok di DC.
27
b. Prosedur atas permintaan barang oleh DC sudah cukup baik
Dikarenakan bagian pembelian dilakukan oleh bagian MD yang terpisah dari
DC, sehingga DC tidak berhubungan langsung dengan supplier. Hal ini
cukup baik dalam langkah mencegah terjadinya fraud dalam proses
pembelian barang. Setiap hari PB akan dicetak DC berdasarkan jumlah
persediaan yang dibutuhkan dan kemudian akan direview DC Manager untuk
memastikan jumlah PB sudah sesuai kebutuhan.
c. Dalam proses receiving dicocokan dengan PO, faktur surat jalan, dan jumlah
fisik barang yang dikirim.
Dalam proses receiving, admin akan memeriksa PO yang dibawa dari pihak
supplier apakah masih aktif dan terdata dalam sistem. Jika cocok, admin akan
memeriksa PO dengan faktur surat jalan yang dibawa apakah terdapat
perbedaan. Jika ada perbedaan seperti kuantitas yang berkurang, admin akan
update data di sistem. Kemudian officer receiving akan memeriksa jumlah
fisik barang dengan PO yang telah update dari admin menggunakan
handheld, sehingga double check.
d. Dalam proses scanning terdapat CCTV
Di bagian scanner terdapat kamera CCTV yang secara rutin memantau
kegiatan proses scanning, sehingga jika terdapat proforma dari toko, DC
dapat menyelidiki hal tersebut dari rekaman CCTV. Hal ini sebagai
pengendalian atas barang yang kurang kirim ke toko dan beban barang hilang
DC.
Namun penulis juga mengidentifikasikan beberapa kekurangan yang
terdapat atas prosedur warehousing DC yaitu:
28
a. Belum ada SOP tertulis
SOP secara tertulis penting sebagai pedoman karyawan yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakkan karyawan untuk mencapai standarisasi
proses yang diinginkan oleh perusahaan. SOP penting karena salah satu
komponen untuk menjalankan perusahaan secara efektif adalah sistem.
Dengan sistem yang baik, (termasuk SOP) maka terhindarlah penafsiran
secara pribadi dan one man show. Hal ini juga dapat meningkatkan kinerja
karyawan secara efektif. SOP juga merupakan alat komunikasi yang efektif
antara top management, pelaksana dan pengawas. Jadi tidak ada saling
menyalahkan karena SOP yang sudah jelas dan tertulis. Namun di DC belum
terdapat SOP secara tertulis. Hal ini disebabkan karena perusahaan berpikir
bahwa pemberitahuan secara lisan kepada karyawan lebih efektif daripada
secara tertulis. Hal tersebut dapat mengakibatkan kinerja karyawan yang
tidak efektif karena tidak mengetahui secara jelas bagaimana cara prosedur
pelaksanaan tugas dan kewajiban karyawan. Selain itu bisa terjadi salah
penafsiran atas prosedur kerja karyawan secara pribadi.
Jadi rekomendasi penulis yaitu DC membuat SOP tertulis yang
bisa dibaca dengan mudah oleh seluruh karyawan yang bersangkutan. DC
juga dapat membuat flowchart agar alur pekerjaan serta prosedur dapat lebih
mudah dipahami karena dalam bentuk gambar.
b. Tidak ada job description secara tertulis
Perusahaan tidak memiliki job description secara tertulis terhadap karyawan.
Job description secara tertulis penting sebagai uraian tanggung jawab
karyawan dalam melakukan tugasnya. Jadi perusahaan hanya
29
memberitahukan kepada karyawan tugas yang harus dikerjakan dan tanggung
jawab mereka secara lisan. Hal ini dapat menyebabkan penghindaran
tanggung jawab atau perebutan tanggung jawab yang mengakibatkan
aktivitas karyawan menjadi tidak efektif.
Penulis merekomendasikan agar DC membuat job description
secara tertulis untuk masing-masing bagian pekerjaan yang terdapat dalam
DC.
c. Overtime karyawan
Terkait dengan target “One Day Service” maka saat waktu picking menjadi
lebih lama dari target karena adanya lonjakan permintaan ataupun kinerja
karyawan yang lambat, secara tidak langsung akan menimbulkan overtime
karyawan/lembur. Hal tersebut dilakukan agar target “One Day Service”
dapat tercapai. Masalah overtime tersebut akan berdampak pada biaya gaji
karyawan yang membengkak sehingga menimbulkan inefficiency.
Penulis merekomendasikan agar manager DC dapat melakukan tindakan
antisipasi terhadap lonjakan sales seperti beberapa saat sebelum hari raya
ataupun hari besar agama. Tindakan antisipasi berupa peningkatan jumlah
stok di toko dan di DC atas item-item yang biasanya mengalami lonjakan
sales pada hari raya. Sehingga jauh-jauh hari DC telah mempersiapkan
jumlah persediaan yang akan disupply berdasarkan data penjualan tahun
sebelumnya. Hal ini akan membuat karyawan tidak perlu lembur pada saat-
saat terjadi lonjakan sales sehingga lebih efisien.
30
IV.1.5 Aktivitas Pemantauan / Controlling
1. Verifikasi Antar Bagian
Kegiatan pemantauan di DC sudah cukup baik, dimana terdapat bagian lain yang
dapat memonitor kinerja suatu bagian. Seperti setiap beberapa line dipantau oleh
kepala zona yang bertanggung jawab untuk memastikan kinerja karyawan tetap
stabil sehingga target ”one day service” dapat tercapai. Kemudian para kepala
zona juga dipantau oleh clerk floor yang bertugas menjaga kecepatan picking
seluruh line dan terdapat warehouse supervisor yang bertugas memantau seluruh
kegiatan warehousing di DC. Selain itu checker bagian warehousing juga dapat
memantau kinerja officer bagian receving saat menerima barang masuk dengan
memastikan jumlah yang diterima sama dengan yang terdapat pada sticker SLP.
Hal ini merupakan kebaikan DC dalam sistem pemantauannya.
2. Pemantauan oleh manager DC
Manager DC melakukan pemantauan atas keluar masuknya barang di DC setiap
hari. Selain itu manager juga mereview setiap permintaan barang ke MD yang
dilakukan DC setiap harinya. Manager juga memantau kondisi gudang secara
rutin, seperti mengontrol barang yang menumpuk dipinggir-pinggir ruangan agar
tidak menghalangi kegiatan warehousing. Hal ini merupakan salah satu kebaikan
kegiatan pemantauan DC.
3. Telah adanya internal audit
Internal audit membantu perusahaan dalam memberikan keyakinan yang
memadai bahwa pelaksanaan kegiatan operasional DC telah sesuai dengan
prosedur dan kebijakan yang berlaku. Selain itu juga untuk memastikan
keamanan aset perusahaan dan adanya perbaikan- perbaikan dari waktu ke waktu
31
secara rutin. Audit cabang dilakukan rutin dengan jadwal mendadak sehingga
audit lebih efektif. Kemudian juga terdapat audit dari kantor pusat secara rutin
dan audit eksternal setiap tahun. Hal ini memberikan nilai lebih dalam kegiatan
pemantauan perusahaan.
4. Service Level supplier
Service level supplier digunakan sebagai kegiatan pemantauan atas kompetensi
supplier dalam memenuhi kebutuhan DC. Hal ini diperlukan agar dapat
memantau arus barang masuk dan keluar DC, sehingga DC dapat menilai dan
memutuskan apakah diperlukan barang substitusi dengan merek lain dari
supplier lain untuk memenuhi permintaan customer.
Namun penulis juga mengidentifikasi adanya kelemahan yaitu:
a. Services Level supplier yang buruk tidak dikenakan tindakan yang tegas
Services Level supplier hanya diukur dari kemampuan supplier dalam
memenuhi permintaan DC berdasarkan kuantitas tidak bedasarkan ketepatan
waktu. Jadi jika PO telah mati karena batas waktu pengiriman barang oleh
supplier telah lewat, MD hanya akan mengirim PO kembali untuk mengganti
PO yang telah mati tersebut. Jika service level supplier buruk karena tidak
mampu memenuhi permintaan DC, supplier hanya akan ditegur tanpa ada
tindakan yang tegas. Seharusnya jika supplier memiliki service level yang
buruk, pihak MD harus memberikan tindakan yang tegas seperti penahanan
pembayaran terhadap supplier atau bahkan pemutusan hubungan kerja. Hal
ini disebabkan DC terlalu bergantung dengan supplier yang mereknya sudah
dikenal masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan DC tidak memiliki kontrol
atas pengiriman supplier dan sistem persediaan DC menjadi tidak efektif.
32
Penulis merekomendasikan agar DC selain mengukur kemampuan
supplier dalam memenuhi permintaan barang DC berdasarkan kuantitas,
namun juga berdasarkan waktu pemenuhannya. Sehingga services level
supplier dapat lebih efektif dalam upaya memantau kompetensi supplier.
Juga diberikan tindakan tegas atas services level supplier yang buruk, dapat
berupa teguran, penundaan pembayaran atau bahkan pemutusan hubungan
kerja.
5. Belum ada indeks penilaian kinerja karyawan
Setelah karyawan diterima, ditempatkan dan dipekerjakan maka tugas seorang
manajer selanjutnya adalah melakukan penilaian prestasi atas para karyawan.
Penilaian prestasi karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi
yang dapat dicapai setiap karyawan, apakah prestasi yang dicapai setiap
karyawan baik, sedang, atau kurang. Hal ini disebabkan manajemen tidak
memperhatikan dan mengukur kinerja karyawan secara individu dan tidak ada
bonus/reward terhadap karyawan yang kinerjanya bagus. Akibatnya perusahaan
tidak memiliki record kinerja karyawan dan seberapa baik kualitas karyawan.
Penulis merekomendasikan agar manajemen membuat indeks kinerja
karyawan yang akan direview oleh atasan atau kepala bagian masing-masing. Hal
ini dilakukan agar perusahaan dapat memantau kinerja para karyawan dan
memiliki dasar untuk melakukan promosi karyawan ataupun pemberian bonus.
33