thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV...

75
BAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan merupakan salah satu wilayah yang berada dalam cakupan kawasan Segitiga Emas Setiabudi. Menurut RTRW Jakarta 2010-2030, kawasan Segitiga Emas Setiabudi merupakan salah satu fokus pembangunan kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui sektor pariwisata. Mega Kuningan disebut sebagai kawasan diplomatik karena letaknya yang dikelilingi oleh perkantoran dari perusahaan multinasional serta dekat dengan kedutaan besar. Dengan melihat keadaan tersebut, maka proyek ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan menginap bagi orang-orang yang berada di sekitar dengan penekanan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bisnis. 36

Transcript of thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV...

Page 1: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisa Aspek Lingkungan

IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak

Mega Kuningan merupakan salah satu wilayah yang berada dalam

cakupan kawasan Segitiga Emas Setiabudi. Menurut RTRW Jakarta 2010-

2030, kawasan Segitiga Emas Setiabudi merupakan salah satu fokus

pembangunan kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, salah

satunya melalui sektor pariwisata. Mega Kuningan disebut sebagai

kawasan diplomatik karena letaknya yang dikelilingi oleh perkantoran dari

perusahaan multinasional serta dekat dengan kedutaan besar. Dengan

melihat keadaan tersebut, maka proyek ini ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan menginap bagi orang-orang yang berada di sekitar dengan

penekanan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

Gambar 4.1 Peta kawasan Segitiga Emas Setiabudi

Agar terbentuk bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi

lingkungan, maka perlu ada timbal balik antara potensi tapak dengan

bangunan terutama dari faktor ekonomi. Ada beberapa elemen lingkungan

di sekitar tapak baik yang berbatasan langsung maupun tidak untuk

36

Page 2: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam merancangan hotel

bisnis.

Gambar 4.2 Peta potensi di sekitar tapak

No. Nama Keterangan

1. Hotel Ritz Carlton Jakarta Hotel Ritz Carlton merupakan hotel konvensi berbintang lima yang memiliki 327 kamar dengan fasilitas function room yang memadai.

Hotel Ritz Carlton merupakan pesaing hotel bisnis di daerah Kuningan. Keberadaannya di sebelah barat tapak, memberikan keuntungan berupa penghalangan dari sinar matahari sore.

37

Page 3: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

2. Menara Anugerah Menara Anugrah (Kantor Taman Mega Kuningan) yang terletak di sisi selatan tapak adalah gedung perkantoran 28 lantai dengan 34 tenant yang meliputi perusahaan nasional dan multinasional.

Keberadaan tenant dari perusahaan-perusahaan besar memberikan potensi terhadap proyek hotel bisnis untuk menjadi tamu hotel yang ingin menginap, makan, mengadakan training, atau untuk pertemuan informal. Perlu ada integrasi langsung terhadap gedung kantor ini dari segi aksesibilitas pejalan kaki.

3. Hotel JW Mariott Jakarta Hotel J.W Mariott adalah hotel konvensi berbintang lima bertaraf internasional dengan 287 kamar & 35 suites.

JW Marriott adalah pesaing hotel bisnis di kawasan Mega Kuningan.

4. Oakwood Premier Cozmo Oakwood Premier Cozmo adalah serviced apartment yang menyediakan 204 kamar hunian, diperuntukkan bagi orang yang ingin menginap dalam jangka waktu lama.

Oakwood Premier Cozmo memberikan potensi untuk menjadi tamu hotel bisnis, yang ingin mengadakan pertemuan dengan relasi atau untuk makan di restoran.

38

Page 4: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

5. ITC Kuningan ITC Kuningan adalah pusat bisnis dan perbelanjaan grosir yang terletak di Jl. Prof DR Satrio, Jakarta Selatan. ITC Kuningan dapat menampung 2.300 unit kios.

ITC Kuningan memberikan potensi terhadap lingkungan sekitar berupa penciptaan kawasan bisnis, namun tidak berpengaruh terhadap proyek hotel bisnis karena terdapat perbedaan target pasar.

6. Mal Ambasador Mal Ambasador merupakan pusat bisnis dan perbelanjaan yang serupa dengan ITC Kuningan. Sama dengan ITC Kuningan, Mal Ambasador memberikan potensi mengembangkan kawasan sekitarnya untuk menjadi kawasan bisnis, namun tidak memberikan keuntungan bagi hotel bisnis.

7. Kuningan City Kuningan City merupakan bangunan mix use yang memadukan mal dengan hunian (Denpasar Residence) dan gedung kantor (AXA).

Keberadaan bangunan mix use memberikan potensi terhadap proyek hotel bisnis berupa peluang tamu hotel untuk menginap atau untuk mengadakan rapat/training.

8. Kompleks Rumah Dinas Pejabat Tinggi Negara

Terdapat deretan perumahan rumah dinas pejabat negara, yang dapat menjadi potensi untuk hotel bisnis sebagai tamu yang membutuhkan tempat pertemuan dengan relasi atau untuk menikmati hiburan yang disediakan hotel.

39

Page 5: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

9. The Bellagio Mansion The Bellagio Mansion adalah apartemen 30 lantai yang menyediakan hunian yang diperuntukkan untuk orang yang ingin tinggal dalam jangka panjang. Letaknya yang dekat dengan tapak, memberi potensi berupa tamu hotel.

Tabel 4.1 Elemen Lingkungan

Lokasi tapak berada di dalam kompleks perkantoran Mega

Kuningan yang di dalamnya terdapat gedung-gedung kantor, hotel dan

apartemen kelas premium. Aktivitas utama di lingkungan ini adalah

kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pelaku yang berasal dari kalangan

menegah ke atas. Dari hasil analisa tabel diatas, dapat diketahui potensi

dan tantangan dari lingkungan terhadap proyek hotel bisnis bintang lima di

Kuningan. selain itu juga terdapat bangunan yang bersifat netral, yakni

ITC Kuningan dan Mal Ambasador. Sifat bangunan netral dikarenakan

adanya perbedaan target pasar antara hotel dengan kedua pusat bisnis

tersebut.

Potensi dari lingkungan terhadap proyek adalah tamu hotel yang

berasal dari bangunan-bangunan di sekitar yang ingin menginap,

mengadakan pertemuan, training atau untuk makan. Potensi terbesar

berasal dari perkantoran, diantaranya adalah Menara Anugrah dan AXA.

Sebagian besar tenant diisi oleh perusahaan nasional hingga multinasional

dengan jumlah karyawan yang banyak, sehingga peluang untuk menjadi

tamu hotel sangat besar.

40

Page 6: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Selain potensi dari lingkungan, terdapat tantangan berupa

keberadaan hotel Ritz Carlton dan hotel J.W Marriott yang merupakan

saingan hotel bisnis. Kedua hotel tersebut adalah hotel bertaraf

internasional dengan jaringan yang menyebar di seluruh dunia. Dalam

menghadapi persaingan dengan kedua hotel tersebut, maka proyek hotel

bisnis menekankan kepada aspek ekonomis. Sisi ekonomis ditonjolkan

melalui penyediaan akomodasi kamar dengan dimensi yang disesuaikan

dengan standar minimum hotel bintang lima. Penentuan dimensi kamar

hotel yang tidak terlalu besar juga didasarkan pada karakteristik tamu hotel

yang menginap dalam jangka waktu pendek. Dengan demikian biaya sewa

kamar dapat lebih rendah dengan kedua kompetitor tersebut.

IV.1.2 Analisa Orientasi Tapak

Gambar 4.3 Pola ruang Centralized Cluster

Pola sirkulasi lingkungan di tapak adalah kluster terpusat

(Centralized Cluster) yang terbentuk dari perletakan massa bangunan dan

tapak yang mengelompok secara simetris, dan berpusat pada tapak

berbentuk lingkaran di tengah. Oleh karena pusat lingkungan tersebut

berada di sisi kiri tapak sehingga orientasi tapak menghadap ke arah barat,

ke arah jalan Lingkar Mega Kuningan.

41

Page 7: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.1.3 Analisa Orientasi Terhadap Matahari

Bentuk tapak memanjang dari utara ke selatan menyebabkan

ekspos sinar matahari siang dalam intensitas yang tinggi ke dalam tapak.

Tingginya intensitas sinar matahari terutama datang dari arah timur. Pada

sisi barat tapak, sinar matahari sedikit terhalang oleh bangunan hotel Ritz

Carlton, sehingga paparan radiasi panas dari arah barat berkurang. Posisi

astronomis tapak pada 6°13 LS dan 106°49 BT, memungkinkan sinar

matahari bergerak dari timur ke barat dengan sudut kemiringan rotasi

matahari condong ke arah utara.

Gambar 4.4 Analisa Matahari

Jam Bulan Februari Bulan Juni

08.00

42

Hotel Ritz Carlton

Lokasi Tapak

Page 8: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

10.00

12.00

15.00

Tabel 4.2 Perbandingan Pembayangan Sinar Matahari

Berdasarkan analisa rotasi matahari pada tapak dalam dua bulan

berbeda (Februari dan Juni), didapati bahwa bangunan di sekitar tidak

banyak berpengaruh dalam pembayangan terhadap tapak.

Sisi selatan merupakan zona ternyaman, karena tidak terkena

radiasi matahari langsung, sedangkan sebaliknya sisi utara tapak

memperoleh sinar matahari yang melimpah. Sisi utara tapak terpapar sinar

matahari selama kira-kira 7 jam ( jam 8 pagi – 3 sore), sedangkan sisi

timur dan barat masing-masing memperoleh paparan sinar matahari selama

sekitar 4 jam.

43

Page 9: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Oleh karena itu dalam pengaturan orientasi bangunan di dalam

tapak terhadap sinar matahari, sisi utara perlu dijadikan pertimbangan

selain sisi timur-barat untuk meminimalkan permukaan bangunan terpapar

sinar matahari.

Alternatif A

+ Bentuk massa bangunan mengikuti

bentuk tapak

+ Bangunan memperoleh potensi

view dari arah Lingkar Mega

Kuningan dan Jl. Mega Kuningan

Bangunan terekspose banyak sinar

matahari dari timur dan barat

Alternatif B

+ Orientasi bangunan ke arah timur-

barat, meminimalkan permukaan

bangunan dalam menerima paparan

radiasi panas matahari timur dan

barat

Bentuk massa bangunan tidak sesuai

dengan bentuk tapak

View ke ke luar tapak kurang

maksimal, karena terhalang oleh

bangunan di sebelahnya

Massa bangunan memperoleh

paparan sinar matahari cukup banyak

dari utara

44

Page 10: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Alternatif C

+ Bentuk massa bangunan mengikuti

bentuk tapak

+ Orientasi bangunan dimiringkan

terhadap garis edar matahari,

sehingga meminimalkan paparan

sinar matahari langsung ke dalam

bangunan dari 3 arah (utara, timur,

barat)

Sudut kemiringan bangunan

menyebabkan terbentuknya ruang-

ruang yang tanggung dalam tapak

sehingga pengolahan tapak kurang

maksimal

Tabel 4.3 Alternatif orientasi massa bangunan

Berdasarkan analisa ketiga alternatif orientasi massa bangunan

pada tapak, maka alternatif yang dipilih untuk perancangan hotel adalah

alternatif C. Orientasi massa bangunan dimiringkan terhadap arah barat-

timur sehingga meminimalkan paparan langsung sinar matahari ke dalam

bangunan dan juga memperkecil bidang bangunan yang menghadap utara.

45

Page 11: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.1.4 Analisa Angin

Angin bergerak dari udara yang bertekanan tinggi ke tekanan yang

rendah dan banyaknya hembusan angin dipengaruhi kondisi lingkungan

sekitar. Berdasarkan kondisi tapak, angin banyak berasal dari arah

tenggara dan barat laut. Angin dari tenggara dikarenakan terdapat tanah

kosong yang cukup luas di sisi tenggara tapak, sedangan angin dari sisi

barat laut, dipengaruhi oleh deretan bangunan tinggi yang membentuk

lorong angin yang mengarah ke dalam tapak. Angin dapat dimanfaatkan

untuk menurunkan suhu udara lingkungan, karena dapat mendorong udara

panas. Angin juga dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami untuk

fasilitas hotel, yaitu restoran yang berkonsep tropis dengan letaknya pada

ruang terbuka.

Gambar 4.5 Arah angin

IV.1.5 Analisa Orientasi Terhadap View

Potensi view ke luar tapak ada 2 yaitu ke arah Lingkar Mega

Kuningan (barat) dan Jalan Mega Kuningan (selatan, tenggara). Keduanya

merupakan jalan utama di dalam kawasan Mega Kuningan yang ramai

dilewati kendaraan bermotor atau pejalan kaki. Pada sisi timur tapak,

terdapat perumahan pejabat dengan kondisi jalan yang sepi, sehingga view

menuju arah ini tidak maksimal.

46

Page 12: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Gambar 4.6 Analisa View

Alternatif A

+ Orientasi bangunan sesuai bentuk

tapak

+ Bangunan memperoleh view

maksimal ke arah jalan utama dan

ke arah lainnya

Tidak ada arah view terbaik, karena

elemen lingkungan sekitar tapak

yang sama

Alternatif B

+ Setiap ruangan memiliki view

yang berbeda-beda

View ke luar tapak terhalang,

karena posisi 2 massa yang

berdekatan

Tabel 4.4 Alternatif orientasi bangunan terhadap view

47

Page 13: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Berdasarkan analisa orientasi terhadap view, tidak didapati posisi

best view atau view terbaik karena bangunan di sekitar tapak bersifat netral

dan elemen lingkungan relatif sama. Penentuan orientasi bangunan

mengikuti orientasi tapak terhadap lingkungan, sehingga dipilih orientasi

bangunan alternatif A.

IV.1.6 Analisa Kebisingan

Gambar 4.7 Analisa Kebisingan

Sumber kebisingan terutama berasal dari bunyi mesin kendaraan

bermotor pada persimpangan jalan yang mempertemukan jalan Mega

Kuningan dengan Lingkar Mega Kuningan. Adapun pemecahan masalah

kebisingan adalah dengan pengaturan perletakan bangunan. Bangunan di

tempatkan mundur ke belakang tapak, menjauhi sumber kebisingan. Selain

itu juga dapat dilakukan dengan menempatkan vegetasi, ditempatkan di

dekat pinggir tapak, sebagai sound barrier.

Gambar 4.8 Vegetasi sebagai sound barrier

48

Page 14: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Tabel 4.5 Alternatif pemecahan masalah kebisingan

IV.1.7 Analisa Entrance dan Sirkulasi Kendaraan

Gambar 4.9Arus sirkulasi kendaraan lingkungan

Jalur entrance dipengaruhi oleh faktor sirkulasi kendaraan di

lingkungan. Seperti yang sudah diketahui, sirkulasi kendaraan di sekitar

tapak adalah jalur one way, yang mengitari Lingkar Mega Kuningan

searah jarum jam. Dalam menentukan perletakan pintu masuk (entrance),

terdapat 3 pola pencapaian ke dalam tapak:

Pola jalan masuk tunggal

Semua masuk melalui satu jalur

Pejalan kaki dan pengguna kendaraan meggunakan jalur

yang sama

Pola jalan masuk ganda

Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki terpisah

49

Page 15: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Pola masuk triplet

Pemisahan jalur masuk antara jalur kendaraan, jalur pejalan

kaki dan jalur servis

Dalam perancangan hotel, pola sirkulasi yang sesuai ialah pola

triplet. Pemisahan jalur masuk antara tamu dan servis bertujuan untuk

menghindari terjadinya cross circulation dan agar sirkulasi servis tidak

mengganggu sirkulasi kendaraan tamu.

Alternatif A

+ Pencapaian masuk melalui main

entrance dekat

+ Pintu masuk servis diletakkan di

belakang dan tidak menggangu

sirkulasi kendaraan tamu

Keberadaan main entrance yang

dekat dengan bangunan tinggi di

sebelah tapak, dapat menimbulkan

kebingungan pintu masuk antara 2

bangunan

Alternatif B

+ Keberadaan main entrance yang

terlihat jelas dari jalan Lingkar Mega

Kuningan

+ Pintu masuk servis diletakkan di

belakang dan tidak menggangu

sirkulasi kendaraan tamu

Pencapaian main entrance cukup

jauh

Tabel 4.6 Alternatif perletakan jalur entrance

50

In

In

Out

Out

Servis

Servis

Page 16: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Berdasarkan analisa kedua alternatif perletakan jalur entrance ke

dalam tapak, maka alternatif yang dipilih untuk perancangan hotel adalah

alternatif B. Main entrance diletakkan setelah pintu keluar, bertujuan

untuk menghindari kemungkinan pengemudi melewatkan pintu masuk ke

dalam hotel. Perletakan pintu masuk utama di depan dan servis di bagian

belakang memperjelas peruntukan jalur masuk sesuai pelaku kegiatan.

IV.1.8 Analisa Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki dalam Tapak

Alternatif A

+ Efisiensi jalur sirkulasi kendaraan , yakni hanya pada bagian depan bangunan+ Kejelasan arah kendaraan dan area drop off pada bangunan+ Sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier dekat dengan potensi arah pejalan kaki di sekitar tapak

Sirkulasi kendaraan di depan bangunan relatif padat

Alternatif B

+ Sirkulasi kendaraan berbentuk loop sehingga menghindari terjadinya cross circulation+ Sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier dekat dengan potensi arah pejalan kaki di sekitar tapak Jalur sirkulasi kendaraan tidak efisien

Tabel 4.7 Analisa sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki

Dari hasil analisa alternatif sirkulasi kendaraan makadipilih alternatif A. Jalur sirkulasi kendaraan membentuk pola grid sehingga efisien dalam pengolahan lahan untuk sirkulasi. Dengan pola sirkulasi grid, pola sirkulasi kendaraan jelas dengan area drop offnya sehingga memudahkan pengguna kendaraan.

51

Page 17: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Untuk sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier, dengan akses langsung masuk ke dalam bangunan utama dari luar tapak dengan melewati area publik.

IV.1.9 Analisa Zoning Tapak

Zoning tapak adalah pengaturan perletakan ruang-ruang

berdasarkan sifat ruang, yakni publik (lobby, entrance), ruang semipublik

(restoran dan fasilitas), ruang privat (kamar tidur ) dan ruang servis.

Alternatif A

+ Ruang privat terletak bagian

tengah, diapit ruang publik

(taman) sehingga jauh dari

kebisingan

+ Pemisahan ruang semipublik

menjadi 2, agar mudah dicapai

dari sisi utara maupun selatan

tapak

Sirkulasi ruang semipublik

terpecah, sehingga dapat

menimbulkan kebingungan arah

Alternatif B

+ Ruang semipublik terintegrasi

+ Ruang semipublik dekat

dengan ruang sevis, sehingga

tidak terjadi singgungan

kegiatan tamu dan servis

Ruang privat berada dekat

dengan sumber kebisingan

Tabel 4.8 Perbandingan zoning tapak

52

Servis

Publik Semi-publik

Privat

Semi-publik

ServisPublik

Semi-publik

Privat

Page 18: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Dari hasil analisa perbandingan perletakan tapak, dipilih alternatif

A. Ruang privat yakni kamar tidur diletakkan di bagian tengah sehingga

memudahkan pencapaian ke zona lainnya. ruang servis diletakkan di sisi

belakang tapak, menghadap sisi timur-utara, karena merupakan bagian

dalam tapak yang tidak memiliki keuntungan view dan terkena paparan

sinar matahari dalam intensitas tinggi.

Adapun zona ruang semipublik dibagi menjadi 2 yaitu function

room pada sisi utara dan restoran & cafe pada sisi selatan. Pemisahan

kedua zoning ruang ditujukan agar function room memiliki sirkulasi

sendiri dan terpisah, dan untuk memudahkan pencapaian dari parkir ke

ruang pertemuan, disediakan lobby khusus untuk function room.

53

Page 19: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.2 Analisis Aspek Manusia

IV.2.1 Analisa Target Pasar

Lokasi tapak untuk perancangan hotel berada di daerah Kuningan

yang merupakan kawasan bisnis primer di Jakarta Selatan. Potensi

lingkungan sekitar tapak yang dikelilingi oleh perkantoran, pusat bisnis,

pemukiman eksklusif serta dekat dengan kantor kedutaan besar memberi

peluang target pasar hotel berasal dari kalangan menegah ke atas. Kondisi

sosial lingkungan secara langsung berpengaruh terhadap karakter manusia

di dalam kawasan. Kegiatan manusia di kawasan Kuningan didominasi

oleh kegiatan bisnis sehingga desain hotel ditujukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar sehingga dirancang hotel bisnis

berbintang lima. Tamu terbesar yang akan menggunakan hotel ini adalah :

a. Pebinis/pengusaha lokal dan mancanegara, baik individu maupun

kelompok

b. Pejabat pemerintah

c. Peserta suatu pertemuan

d. Pegawai dari perkantoran sekitar

IV.2.2 Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan

Pelaku kegiatan di dalam hotel dibedakan menjadi 2 kelompok,

diantaranya:

1. Tamu hotel

Tamu merupakan pelaku kegiatan utama dalam hotel. Sesuai

dengan kegiatan dan tujuannya kedatangannya, tamu dipisahkan ke

dalam dua golongan yaitu tamu yang menginap dan tamu yang tidak

menginap.

54

Page 20: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

a. Tamu yang menginap

Merupakan tamu yang datang ke hotel dengan tujuan menginap.

Berikut adalah skema kegiatan tamu

Gambar 4.10 Analisa Kegiatan tamu menginap

b. Tamu yang tidak menginap

Merupakan tamu yang datang untuk menghadiri suatu pertemuan

saja atau datang untuk makan dan menikmati hiburan/fasilitas.

Gambar 4.11 Analisa Kegiatan tamu tidak menginap

55

Page 21: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

2. Pengelola hotel

Pengelola hotel dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan letak

pekerhjaannya yaitu front of the house dan back of the house. Letak

perbedaan berada pada lokasi kantor. Front of the house diletakkan di

bagian depan hotel yang bersinggungan langsung dekat dengan tamu hotel.

Sedangkan back of the house merupakan bagian belakang yang digunakan

untuk kegiatan servis

a. Front of the house

Gambar 4.12 Analisa Kegiatan staf front office

b. Back of the house

Gambar 4.13 Analisa Kegiatan staf back office

56

Page 22: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang

Setelah melakukan analisa target pasar dan kegiatan pelaku, didapatkan

ruang-ruang yang dibutuhkan didalam hotel

A. Tamu

Kegiatan Ruang Sifat Ruang

Memarkir kendaraan Ruang parkir PublikDatang, bertemu relasi Lobby, seating area SemipublikCheck-in, mengurus administrasi, mencari informasi

Front desk, resepsionis , kasir

Semipublik

Menginap, istirahat Unit kamar tamu PrivatMakan/minum Coffee shop Semipublik

Restoran SemipublikLounge SemipublikBar Semipublik

Buang air Toilet Privat, servisPertemuan/meeting Ballroom Semipublik

Ballroom Lobby SemipublikMeeting room Semipublik

Olahraga & hiburan Fitness center PrivatLapangan Tenis PrivatKolam renang PrivatRuang ganti & bilas Privat

Berbelanja Retail PrivatBisnis Business center Semipublik

Tabel 4.9 Kebutuhan ruang untuk tamu

B. Front of the house staf

Kegiatan Ruang Sifat Ruang

Memarkir kendaraan Ruang parkir PublikMelayani administrasi tamu Resepsionis, front

desk, kasirSemipublik

Mengurus manajemen hotel, administrasi, makanan, sales & catering

Front office Privat

Menyimpan data, fotokopi Gudang PrivatMakan/minum Kantin Staf SemipublikBuang air Toilet karyawan Privat, servis

Tabel 4.10 Kebutuhan ruang untuk staf front of the house

57

Page 23: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

C. Back of the house staf

Kegiatan Ruang Sifat RuangMemarkir kendaraan Ruang parkir PublikAbsen Timekeeper SemipublikMengganti pakaian, istirahat Ruang staf, loker PrivatMakan & minum Kantin staf SemiprivatBuang air Toilet staf Privat, servisLoading barang Loading dock SemiprivatMendata barang masuk Ruang penerima

barangPrivat

Membuang sampah Trash holding SemiprivatMenyimpan perlengkapan kamar

Linen Semiprivat

Menyimpan perlengkapan Gudang PrivatMencuci pakaian tamu Laundry PrivatMemasak, membuat minuman

Dapur Privat

Menyimpan persediaan makanan dan minuman

Gudang F & B Privat

Tabel 4.11 Kebutuhan ruang untuk staf back of the house

D. Mekanikal

Kegiatan Ruang Sifat RuangMengoperasikan kebutuhan mekanikal dan elektrikal

Ruang mekanikal: Privat, servisRuang pompa Privat, servisRuang chiller Privat, servisRuang boiler Privat, servisRuang genset Privat, servisRuang panel Privat, servis

Tabel 4.12 Kebutuhan ruang untuk mekanikal

IV.2.4 Luasan Ruang

Menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata(1988) jumlah kamar

yang disediakan oleh hotel bintang lima adalah minimal 100 kamar dan 4 suite;

dengan luas kamar standar minimum 26m² dan luas suite minimum 52m². Dalam

58

Page 24: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

pembagiannya terdapat 3 tipe kamar yang umumnya disediakan yakni standard

room, deluxe room dan suite.

59

Page 25: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Berikut adalah analisa ratio tipe kamar hotel bintang 5:

Tipe Kamar JW Marriott Pan Pacific

Hotel

(%)

Standar 207 220 55-70

Deluxe 90 118 +

57 (superior)

27-44

Suite 36 5 1,25-5.5

Tabel 4.13 Perbandingan jumlah kamar berdasarkan tipe kamar hotel bintang lima

Kesimpulan luas ruang terkait dengan tipe dan jumlah kamar:

Jumlah unit kamar:

Luasan Ruang Kamar Hotel

Ruang Standar

Ruang

(m²)

Ratio Jumlah

Unit

Luas per

Unit

Total (m²)

Standar Min. 24

13 204 32.4 6.609,6

Deluxe Min. 24

4 64 34.56-

48.7

2.211,84

Suite Min. 52

1 16 64.8 1.036,8

Total 284 9.858,24

Sirkulasi 15% 1.478,736

Total 11.336,976

60

Page 26: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Tabel 4.14 Luas kamar hotel berdasarkan tipe kamar

Lobby

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Front desk 30 1 30

Concierge 3x4.3 12.9 1 12.9

Sitting area 100 2 200

Business center 8,4 x 14 117.6 1 117.6

Retail shop 36 3 108

Toilet

Pria 0,1 m² 30 30

Wanita 0,1 m² 30 30

Disable 1,8 x 2 3,6 2 7.2

Area lift 3x3 9 6 54

Jumlah 589,7

Sirkulasi (20%) 117,94

Total 707,64

Tabel 4.15 Program ruang area lobby

Function Hall

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Function room 2m²/ kursi

(kapasitas 500)

1.000 1 1.000

Pre-function

room/ Lobby

300 1 300

Dapur Function 140 1 140

Banquet

kitchen

0,2 m²/ kursi 33 1 33

Meeting room 1,8 m²/ kursi 100 3 300

61

Page 27: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

(kapasitas 55)

Gross factor

(toilet, gudang)

20% luas

function room

200 1 200

Jumlah 1.973

Sirkulasi (20%) 394.6

Total 2.367,6

Tabel 4.16 Program ruang area function hall

Front Office

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Operator

telepon

14 1 14

Reservasi 11 1 11

Safe deposit 4 1 4

Manager 11 1 11

F&B Manager 14 1 14

General

Manager

11 1 11

Accounting 14 1 14

Sales manager 6 2 6

Copy center 9 1 9

Security Min. 8 m² 10 1 10

Jumlah 110

Sirkulasi (20%) 22

Total 132

Tabel 4.17 Program ruang area front office

Resto & Bar

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Restaurant 2 m²/ kursi 100 2 200

62

Page 28: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

(kapasitas 50)

Coffee shop Kapasitas 124

orang

245 1 245

Executive

lounge

1,6 m²/kursi

(kapasitas 48)

76.8 1 76.8

Bar 300 1 300

Jumlah 821,8

Sirkulasi (20%) 164,36

Total 986,16

Tabel 4.18 Program ruang area restora & bar

Food & Service

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Dapur 40% Luas

restaurant &

coffee shop

178 1 178

Gudang basah 28,8 1 28,8

Gudang kering 48,6 1 48,6

Gudang dingin 44,8 1 44,8

Receiving

room

52.5 1 52.5

Trash holding 10,6 1 10,6

Jumlah 363,2

Sirkulasi (20%) 72,64

Total 435,84

Tabel 4.19 Program ruang area servis dapur hotel

63

Page 29: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Back Office

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Time keeper 6 2 12

HRD 20 1 20

Training room 1,8 m²/kursi 64 1 64

Loker pria 0,03 m² 24 1 24

Loker wanita 0,03 m² 24 1 24

Kantin staf 126 1 126

Dapur staf 30% luas

kafetaria

37.8 1 37.8

Laundry 100 1 100

Lena room 45 1 45

Housekeeping 4.6x3 13.8 17 234.6

Toilet 20 2 40

Jumlah 727,4

Sirkulasi (20%) 145,48

Total 878,88

Tabel 4.20 Program ruang area back office

Mechanical & Electrical

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Rg. Pompa 4.8x3.5 16.8 1 16.8

Rg. Pompa

Kolam

1x2 2 1 2

Rg. Chiller 60 1 60

Rg. Boiler 100 1 100

Rg. Panel 32 1 32

64

Page 30: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Rg. Genset 9.5x7.2 68.4 1 68.4

Jumlah 279,2

Sirkulasi (20%) 55,84

Total 335,04

Tabel 4.21 Program ruang area mekanikal elektrikal

Olahraga

Nama Ruang Standar

(m²)/kamar

Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total

(m²)

Fitness 100 1 100

Kolam renang 350 1 350

Lapangan tenis 23.8x10.9 259.42 1 259.42

Loker dan

ruang bilas

57.6 2 115.2

Rg. Adm 40 1 40

Jumlah 864,62

Sirkulasi (20%) 172,924

Total 1.037,5

Tabel 4.22 Program ruang area fasilitas olahraga

Luas Lantai yang Dibutuhkan

Akomodasi 11.336,976 m²

Lobby 707,64 m²

Function Hall 2.367,6 m²

Front office 132 m²

Resto & Bar 986,16 m²

Back Office 878,88 m²

Food & Service 435,84 m²

ME 335,04 m²

Olahraga 1.037,5 m²

Total 18.217,636 m²

Tabel 4.23 Luas area yang dibutuhkan

65

Page 31: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.2.5 Analisa Kebutuhan Parkir

A. Parkir Mobil

Jumlah parkir mobil dihitung berdasarkan regulasi parkir untuk

bangunan hotel dan function hall. Function hall pada perancangan hotel

bisnis di kawasan Kuningan melayani tamu di luar hotel, sehingga

dilakukan perhitungan jumlah parkir kendaraan khusus pengguna function

hall diluar kebutuhan parkir tamu hotel.

Berikut adalah data regulasi kebutuhan parkir berdasarkan jenis

bangunan dan klasifikasi hotel.

Parking Ratio Regulasi DKI Jakarta

Ballroom 1Lot/ 4 Orang

Hotel 1 Lot/ 5 Kamar

Tabel 4.24 Perhitungan Regulasi Parkir

1. Setiap 5 kamar hotel disediakan 1 lot parkir. Jumlah kamar yang

disediakan oleh perancangan hotel bisnis ini adalah 284 unit.

Jumlah parkir : 284 Unit x 1 lot/ 5 unit = 56.8 = 57 lot parkir

2. Function hall (menggunakan regulasi untuk ballroom)

Jumlah parkir : 1000 orang x 1 lot/4 orang = 250 lot parkir.

Total jumlah parkir mobil yang perlu disediakan adalah 307 lot parkir.

B. Parkir Motor

Parkir motor untuk staf

Jumlah staf yang bekerja di hotel dihitung dengan perhitungan 1.6

orang/kamar. Jumlah kamar hotel 284 unit, maka jumlah staf

adalah 1.6 orang/kamar × 300 kamar = 454 orang.

66

Page 32: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Jumlah lot parkir motor yang disediakan sejumlah staf yang

bekerja dalam satu shift kerja. Diasumsikan terdapat 3 shift waktu,

maka dalam 1 shift terdapat 150 orang staf yang bekerja.

Jadi, jumlah parkir motor yang disediakan untuk staf adalah 150 lot

parkir motor.

Total jumlah lot parkir motor yang perlu disediakan adalah 150 lot parkir.

67

Page 33: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.2.6 Analisa Hubungan Ruang

1. Hubungan Ruang Makro

Gambar 4.14 Flow-chart hubungan ruang makro

2. Hubungan Ruang Mikro

a. Lobby

Gambar 4.15 Flow-chart hubungan ruang lobby

68

Page 34: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

b. Front office

Gambar 4.16 Flow-chart hubungan ruang front office

c. Function

Gambar 4.17 Flow-chart hubungan ruang function room

69

Page 35: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

d. Restoran

Gambar 4.18 Flow-chart hubungan ruang restoran

e. Loading

Gambar 4.19 Flow-chart hubungan ruang service (loading dock)

70

Page 36: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

f. Ruang Staf

Gambar 4.20 Flow-chart hubungan ruang staf back house

71

Page 37: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.3 Analisa Aspek Bangunan

IV.3.1 Analisa Gubahan Massa Bangunan

Gubahan Massa Keterangan

Gubahan A

Bentuk bangunan condong ke

arah luar, memberi kesan

megah

Orientasi bangunan sesuai

dengan orientasi tapak

Gubahan B

Bentuk bangunan simetris

Bentuk bangunan disesuaikan

dengan orientasi tapak

Ada kesatuan antara massa

podium dan hunian

Tabel 4.25 Alternatif gubahan massa bangunan

Bentuk gubahan massa bangunan yang dipilih sebagai bentuk

bangunan adalah alternatif gubahan A. Gubahan A memiliki bentuk

bangunan hunian berbentuk L dengan siku bangunan yang menghadap ke

luar, sehingga berkesan megah dan terbuka. Bagian podium mengikuti

bentuk bangunan di atasnya sehingga ada kesatuan dan keselarasan

bangunan pada bagian atas dan bawah. Kemiringan permukaan bangunan

terhadap sinar matahari mampu menjawab permasalahan sinar matahari

dari arah barat dan timur.

72

Page 38: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.3.2 Analisa Elemen Fasad

Fasad memiliki pengertian tampak depan bangunan yang

menghadap lingkungan. Fasad dapat berupa elemen dekoratif dan juga

bukaan pada bangunan seperti bentuk jendela atau pintu.

Permasalahan utama di daerah beriklim tropis adalah sinar matahari

dengan intensitas tinggi. Sinar matahari selain menyilaukan, juga

membawa radiasi panas. Salah satu bentuk pemecahan dari masalah sinar

matahari adalah melalui desain fasad bangunan, yakni pengaplikasian

elemen pelindung matahari berupa shading device pada sisi bangunan

yang menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Beberapa contoh

shading device yang dapat diterapkan pada desain fasad bangunan, seperti

pada tabel di bawah ini:

Shading device Keterangan

Cantilever (overhang)

+ Menahan sinar matahari dari

atas

Tidak dapat menahan sinar

matahari yang datang dari sudut

rendah

Louver Overhang

(Horizontal)

+ Mampu menyaring intensitas

cahaya dari atas, disesuaikan

dengan kebutuhan

Tidak dapat menahan sinar yang

datang dari sudut rendah

Tidak dapat diaplikasikan pada

bangunan tinggi

73

Page 39: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Panels/awning

+ Menghalangi sinar matahari

pada sudut rendah (arah

horizontal)

Menghalangi pandangan ke luar

Turut menghalangi cahaya langit,

sehingga ruangan menjadi gelap

Horizontal Louver

Screen

+ Dapat mengatur intensitas

matahari yang ingin diperoleh

+ Menghalangi masuknya sinar

matahari langsung

Tidak dapat diaplikasikan pada

bangunan tinggi

Egg Crate

+ Mampu menghalangi sinar

matahari dari sudut kedatangan

yang rendah

Fasad bangunan menjadi

terkotak-kotak (kaku)

Vertical Louver

+ Menghalangi sinar matahari

yang berasal dari samping dengan

sudut kedatangan cahaya yang

rendah

Masih memungkinkan masuknya

cahaya matahari dalam jumlah

banyak apabila sudut kedatangan

sinar yang tinggi

Tabel 4.26 Shading Device

(Sumber : Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975)

74

Page 40: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Dari keenam bentuk pelindung matahari, diambil 2 jenis yaitu

cantilever dan vertical lover untuk di bandingkan kelebihannya masing-

masing:

Jam Cantilever Vertical Louver

07.45

08.45

09.45

10.45

Tabel 4.27 Perbandingan shading device cantilever dan vertical louver

Dari hasil perbandingan kedua shading device, diketahui kelebihan

dari masing-masing jenis shading. Shading jenis cantilever (horizontal)

efektif menahan sinar matahari dari sudut yang tinggi , sedangkan vertical

louver efektif menahan sinar matahari dari sudut rendah dan dari sisi

samping.

Posisi Jakarta yang berada di bagian bawah (selatan) garis

khatulistiwa, menyebabkan rotasi matahari dari timur ke barat berpindah

dengan kemiringan (condong) ke arah utara. Sudut kedatangan matahari

tidak tegak lurus terhadap bangunan, tetapi miring sekitar 10° ke utara

nenyebabkan ketinggian matahari dari permukaan tanah berubah-ubah

dalam 1 hari, sehingga dalam penerapan elemen shading device pada

bangunan perlu di kombinasikan antara shading vertikal dan horizontal.

75

Page 41: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Terdapat beberapa alternatif bentuk shading device yang dapat diterapkan pada bangunan disesuaikan dengan arah mata angin dan intensitas sinar matahari dari setiap arah ke dalam bangunan sebagai berikut:

Bentuk Shading Device Gambar Egg crate

Panels/awning

Sirip horizontal/ Cantilever

Kombinasi vertikal- horizontal

Tabel 4.28 Bentuk-bentuk shading device

76

Page 42: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Utara

Jam Egg Crate (alt 1) Panels/ Awning (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)

10.00

12.00

13.00

15.00

Tabel 4.29 Perbandingan jenis shading device sisi utara

Pada sisi utara, bangunan menerima paparan sinar matahari yang melimpah dari arah samping dan atas, dimulai dari waktu matahari terbit hingga terbenam. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi utara. Sirip vertikal yang diletakkan rapat dengan bukaan mampu menahan masuknya sinar yang datang dari samping pada saat sudut kedatangan sinar matahari yang rendah. Sirip horizontal menahan sinar dari atas, sehingga dapat meminimalkan masuknya cahaya matahari langsung (radiasi) ke dalam bangunan.

77

Page 43: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Timur

Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)

08.00

10.00

12.00

15.00

Tabel 4.30 Perbandingan jenis shading device sisi timur

Pada sisi timur, sinar matahari mulai masuk ke dalam bangunan pada jam 8 pagi. Pada siang hari (jam 12 siang), posisi matahari naik hingga berada di atas bangunan sehingga tidak ada sinar yang masuk. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, ketiganya memiliki kemampuan untuk menahan masuknya sinar matahari, oleh karena itu penerapan dalam desain bangunan akan mengikuti pertimbangan bentuk shading device pada sisi bangunan lainnya.

78

Page 44: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Selatan

Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)

08.00

10.00

12.00

15.00

Tabel 4.31 Perbandingan jenis shading device sisi selatan

Sisi selatan menerima sinar matahari yang paling sedikit. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi selatan, karena meminimalkan bentuk shading yaitu hnya horizontal untuk sebagai tampias air hujan, shingga menghemat penggunaan material yang tidak diperlukan.

79

Page 45: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Barat

Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)

10.00

13.00

15.00

16.00

Tabel 4.32 Perbandingan jenis shading device sisi barat

Pada sisi barat, sinar matahari mulai masuk ke dalam bangunan pada jam 1 siang. Semakin sore, posisi matahari semakin turun, sehingga sinar matahari yang diradiasikan menyilaukan dan panas. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi barat. Sirip horizontal dan vertikal yang diletakkan rapat dengan bukaan meminimalkan masuknya sinar matahari ke dalam bangunan.

80

Page 46: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.3.3 Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan

Sistem sirkulasi dalam bangunan dibedakan menjadi sirkulasi

horizontal dan sirkulasi vertikal.

A. Sirkulasi Horizontal

Jenis Koridor Kelebihan Kekurangan

Single loaded (linear) *Koridor mendapat

cahaya penghawaan

alami secara

maksimal

*Persentase sirkulasi

bangunan lebih besar

*Bentuk bangunan

tipis dan panjang

Double Loaded (linear) *Presentase sirkulasi

bangunan lebih kecil

*Bentuk bangunan

compact dan jumlah

kamar lebih banyak

*Koridor memperoleh

sedikit cahaya alami

Tabel 4.33 Perbandingan jenis koridor

Berdasarkan kedua perbandingan jenis koridor di atas, jenis

koridor untuk unit kamar yang paling tepat untuk digunakan dalam

perancangan hotel bisnis ini adalah double loaded corridor. Pemilihan

double loaded corridor berdasarkan pertimbangan jarangnya aktivitas

diselasar hotel, sehingga melalui efisiensi luas sirkulasi dalam bangunan,

jumlah unit kamar per lantainya dapat dimaksimalkan hingga 70%.

81

Page 47: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Selain sirkulasi di koridor kamar, terdapat beberapa alternatif bentuk

sirkulasi horizontal, diantaranya:

Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Keterangan

Linier

Linier menerus Jelas dan terarah

Mudah

disesuaikan

dengan bentuk

bangunan

Mudah dalam

pencapaian

Mudah dalam

pengklasifikasi

fungsi dalam

bangunan

Kurang efisien

karena

persentase

sirkulasi yang

besar

Penerapan

linear

menerus

diterapkan

pada

sirkulasi

pejalan

kaki

Linier Bertekuk -

Linier

Berpotongan

Penerapan

di ruang

servis

Linier Bercabang Penerapan

di koridor

kamar dan

lobby

Linier Berbelok -

Linier Melingkar -

82

Page 48: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Radial

Memusatkan

kegiatan/orientasi

Efisiensi tinggi

Kemudahan

dalam

pencapaian

Arah sirkulasi

terpusat

sehingga

perhatian ke

arah lainnya

berkurang

Penerapan

radial pada

sirkulasi

fasilitas

olahraga

Grid

-Pencapaian

mudah

- Efisien

Sirkulasi

membingungkan

Penerapan

grid pada

sirkulasi

kendaraan

dan parkir

Tabel 4.34 Bentuk sirkulasi dalam bangunan

B. Sirkulasi Vertikal

Pada perancangan bangunan hotel bisnis, menggunakan 2 jenis sirkulasi

vertikal, diantaranya:

a. Lift

Menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi (Jimmy S. Juwana,

2005), kriteria lift untuk bangunan hotel adalah:

Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan 1 lift barang,

Untuk pelayanan yang memuaskan, setiap 75 kamar dilayani oleh

1 lift,

Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 16 orang,

Lift yang digunakan harus mampu mengangkat barang bawaan

tamu yang berat (koper atau meja saji makanan) ,

Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lift.

83

Page 49: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Berikut adalah perhitungan kebutuhan lift:

284 kamar / 75 = 4 unit lift tamu

284 kamar / 100 = 2 unit lift barang

b. Tangga

Tangga meupakan sirkulasi vertikal yang digunakan selain lift, untuk

transportasi vertikal pada bangunan podium. Tangga juga digunakan

pada waktu keadaan darurat, yaitu tangga darurat.

Sirkulasi untuk kebutuhan darurat, membutuhkan lebar pintu keluar

sebesar 80 cm. Tangga darurat di letakkan dengan jarak maksimal 30

m (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 m (untuk bangunan

dengan sprinkler).

Gambar 4.21 Tangga kebakaran

(Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi)

84

Page 50: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

IV.3.4 Analisa Material Bangunan

Material merupakan elemen yang berpengaruh terhadap tampilan banguann yang berkaitan dengan identitas bangunan. dalam pemilihan jenis material, perlu pertimbangan terhadap estetika, daya tahan, dan juga terhadap iklim.

Material untuk

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Keterangan

Dinding Bata Ringan

+ Pengerjaan cepat (modul yang besar)

+ Kedap suara

Dinding precast

+ Pengerjaan cepat (sudah difabrikasi sesuai pesanan)+ Lebih efisien untuk bangunan dengan modul per lantai yang sama

Biaya mahal

Batako

+ Mudah didapat

Daya tahan terhadap gempa kecil

Berdasarkan ketiga alternatif material disamping, material yang digunakan adalah dinding precast, yang paling sesuai dengan karakter bangunan yang bertingkat tinggi.

Atap Dak beton

+ Mudah dibentuk+ Tahan api+ Bentuk minimalis yang modern

Berat dan mudah retak karena pemuaian Rentan terhadap kebocoran Menyerap panas

Genteng

+ Tahan terhadap cuaca panas+ Memungkinkan adanya pergerakan udara di bawah atap sehingga dapat menurunkan suhu udara di dalam ruangan

Mudah pecahTidak cocok untuk bangunan tinggi

- Berdasarkan analisa disamping, material yang digunakan untuk atap adalah dak beton, karena paling cocok untuk diaplikasikan pada bangunan tinggi. Pemecahan masalah kebocoran dapat diselesaikan dengan waterproofing serta sudut

85

Page 51: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

kemiringan dak agar air dapat mengalir.

Kusen Kayu

+ Mudah didapat+ Lentur

Mudah terbakar Dapat lapuk karena air

Alumunium

+ Ringan+ Mudah dalam pemasangan dan fabrikasi yang cepat

Menyerap panas

- Berdasarkan analisa disamping, material yang digunakan untuk kusen adalah alumnium, karena mudah dalam pemasangan dan memiliki tampilan yang modern

Tabel 4.35 Perbandingan jenis material bangunan

IV.3.5 Analisa Struktur Bangunan

Sistem struktur merupakan pendukung utama dari sebuah bangunan, sebagai penentu kekuatan, kestabilan dan kekakuan banguan. Sistem struktur dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Sub-structure

Jenis Pondasi Penggunaan Pertimbangan

Pondasi tiang pancang Untuk bangunan bertingkat dengan kedalaman tanah keras tidak terlalu dalam

Pelaksanaan yang cepat dan mudah , dengan kemampuan menahan beban vertikal yang baik

Pondasi Bored pile Untuk tanah keras terletak jauh di dalam/dibawah permukaan tanah

Waktu pelaksanaan yang cukup lama

Tabel 4.36 Perbandingan jenis struktur pondasi bangunan

Dengan pertimbangan perbandingan kedua jenis pondasi, maka dipilih pondasi tiang pancang untuk diaplikasikan pada proyek hotel di Kuningan

86

Page 52: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

2. Upper-structure

Sistem Struktur Kelebihan KekuranganSistem plat dan balok + menyalurkan beban ke

kolom melalui balok sehingga ketebalan lantai berkurang+ Bentang yang dihasilkan cukup besar (7,5-12 m)

Makin besar bentang, makin tinggi balok Terdiri dari plat dan balok baik satu arah maupun dua arah

Sistem balok induk dan balok anak

+ Dapat menggunakan beton pre stressed+ Balok anak digunakan untuk memperkecil dimensi plat sehingga lebih efisien

Makin besar bentang, makin tinggi balok

Tabel 4.37 Perbandingan jenis struktur atas bangunan

Dengan pertimbangan diatas maka sistem struktur yang dipilih adalah sistem plat dan balok dengan struktur rangka beton bertulang.

IV.3.6 Analisa Zoning dalam Bangunan

Pengaturan zoning dalam bangunan dibagi menjadi dua yaitu

zoning horizontal dan zoning vertikal.

A. Zoning Horizontal

Pengaturan zoning ruang dalam bangunan dibagi menurut jenis

ruang yaitu publik, semipublik, privat dan servis. Pada lantai dasar dan

podium, pembagian zoning dalam bangunan dibagi menjadi 3 yaitu area

publik, semipublik dan servis. Area publik meliputi lobby, front desk,

restoran, retail, business center,dll. Area semipublik diantaranya front

office, fasilitas olahraga, function room dan meeting room, sedangkan

area servis meliputi back office, dapur, dll. Perletakan ruang semipublik

sebagai peralihan dan sebagai penghubung dari ruang luar ke ruang

yang lebih bersifat privat.

87

Page 53: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Pada lantai atas, bangunan didominasi oleh unit-unit kamar

dengan area sirkulasi serta beberapa area servis seperti ruang AHU,

housekeeping, dll.

Zoning Lt. Dasar Zoning Lt. Atas

Keterangan : SP = Semi publik; Pb = Publik; S = Servis; P=Privat

Tabel 4.38 Zoning horizontal

B. Zoning Vertikal

Pengaturan zoning vertikal juga dibagi menurut jenis ruang

antara publik/semipublik, privat dan servis. Ruang yang berisfat publik

dan semipublik diletakkan di lantai ground, sebagai ruang penghubung

dengan ruang luar. Ruang yang bersifat privat diletakkan di atas (lantai

tipikal). Ruang servis terdapat di semua lantai yang umumnya berfungsi

sebagai ruang untuk utilitas.

88

Sp

Sp

PbS

S

P

Page 54: thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4Doc/2011-2-01130-AR Bab4001.doc · Web viewBAB IV ANALISA IV.1 Analisa Aspek Lingkungan IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak Mega Kuningan

Gambar 4.22 Skema zoning vertikal

Jumlah lantai bangunan yang dibutuhkan dalam perancangan hotel bintang lima di

Kuningan adalah:

2 lantai basemen untuk area parkir dan area servis

3 lantai podium yang terdiri atas lobby, kantor pengelola, retail, ruang function,

ruang meeting, restoran, bar, sport facility dan ruang servis

12 lantai yang terdiri dari 14 unit kamar standar, 4 unit kamar deluxe, 4 lift

tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat

4 lantai yang terdiri dari 8 unit kamar standar, 4 unit kamar deluxe dan 3 unit

kamar suite, 4 lift tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat

1 lantai yang terdiri dari 1 unit president suite, 3 unit suite dan 4 unit kamar

standar , executive lounge, 4 lift tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat

1 lantai untuk servis mekanikal di atap

89

Masuk