Bab IV Analisa Revisi Ok

148
PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK L A P O R A N A K H I R IV-1 BAB IV ANALISA Untuk merumuskan Petunjuk Teknis Pemanfaatan dan Pengelolaan Kawasan Peruntukan Perumahan di Kabupaten Gresik, digunakan analisa kompilasi antara kajian regulasi dan standar, rencana tata ruang, kondisi empiris berdasarkan kondisi lapangan, dan literature, sebagaimana ditunjukkan pada Diagram 4.1. 4.1. KAJIAN REGULASI Analisa berdasarkan tinjauan regulasi dilakukan dengan cara mengkompilasikan ketentuan-ketentuan peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang digunakan sebagai referensi adalah : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman 4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 5. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Kawasan Perumahan 9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang 10. Peraturan Gubernur No. 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur. Sebelum melakukan kompilasi peraturan perundang-undangan yang bertautan dengan perumahan dan permukiman, terlebih dahulu dirumuskan ekstraksi peraturan perundangan yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini. 4.1.1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini adalah : 1. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. 2. Persyaratan Keselamatan a. Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannya merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan. b. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan

description

Analisa petunjuk teknis perumahan

Transcript of Bab IV Analisa Revisi Ok

Page 1: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-1

BAB IV

ANALISA

Untuk merumuskan Petunjuk Teknis Pemanfaatan dan Pengelolaan Kawasan Peruntukan Perumahan di Kabupaten Gresik, digunakan analisa kompilasi antara kajian regulasi dan standar, rencana tata ruang, kondisi empiris berdasarkan kondisi lapangan, dan literature, sebagaimana ditunjukkan pada Diagram 4.1. 4.1. KAJIAN REGULASI

Analisa berdasarkan tinjauan regulasi dilakukan dengan cara mengkompilasikan ketentuan-ketentuan peraturan perundangan. Peraturan perundangan yang digunakan sebagai referensi adalah :

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

5. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman

Kriteria Teknis Kawasan Budidaya 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan

Kawasan Perumahan

9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian

Berimbang

10. Peraturan Gubernur No. 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur.

Sebelum melakukan kompilasi peraturan perundang-undangan yang bertautan dengan perumahan dan permukiman, terlebih dahulu dirumuskan ekstraksi peraturan perundangan yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini. 4.1.1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini adalah :

1. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

2. Persyaratan Keselamatan a. Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban

muatannya merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan.

b. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan

Page 2: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-2

pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.

(1) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi

pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjaranya api dan asap kebakaran.

(2) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

3. Persyaratan Kesehatan

a. Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

b. Sistem penghawaan merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan.

c. Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat.

d. Sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.

4. Persyaratan Kenyamanan

a. Kenyamanan ruang gerak merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam

b. Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.

c. Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.

d. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya.

Page 3: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-3

Gambar 4.1 Alur pikir penyusunan Petunjuk Teknis Pemanfaatan dan Pengelolaan Kawasan Peruntukan Permukiman

Sumber : Tim Penyusun; 2013

Petunjuk Teknis

Persyaratan Lokasi

Persyaratan lokasi untuk

mendapatkan bantuan PSU

Persyaratan lokasi hunian

berimbang

Proporsi RTH

Penyediaan fasilitas perdagangan dan niaga, pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan dan bangunan umum, rekreasi, ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga.

Penyediaan jaringan listrik, air bersih, telepon, gas, sampah, drainase, penanggulangan kebakaran, jalan, limbah domestic, transportasi lokal

Regulasi Lembaga pelaksana

pembangunan rumah

Regulasi-Kompilasi I :

Undang-undang dan Peraturan

Standar Mengenai aspek-aspek : Persyaratan lokasi Penyediaan rumah dan RTH Penyediaan jaringan listrik,

telepon, air bersih, sampah, gas, penanggulangan kebakaran; jaringan jalan.

Proporsi pemanfaatan lahan

Kondisi Empiris :

Persyaratan lokasi Penyediaan rumah, fasilitas

pendukung, RTH. Penyediaan jaringan listrik, air

bersih, telepon, sampah, gas, penanggulangan kebakaran, jalan.

Proporsi pemanfaatan lahan.

Rencana Tata Ruang :

Persyaratan lokasi Penyediaan rumah dan RTH. Penyediaan jaringan listrik, air

bersih, telepon, sampah, gas, penanggulangan kebakaran, jalan,.

Proporsi pemanfaatan lahan.

Standar

SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

Kompilasi II :

Peraturan Perundangan dan Standar

Kompilasi III :

Regulasi, Standar, Kondisi Empiris, Rencana

Tata Ruang

Literatur

Page 4: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-4

5. Persyaratan Kemudahan

Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

4.1.2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

Ketentuan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini adalah ketentuan mengenai kategori sistem jaringan jalan, yaitu : 1. Sistem jaringan jalan terdiri dari jaringan jalan primer dan sekunder. 2. Fungsi jalan terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan.

4.1.3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Permukiman yang digunakan sebagai referensi dalam analisa adalah :

1. Ketentuan mengenai penyelenggaraan rumah.

Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau setiap orang untuk menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

2. Perumahan mencakup rumah atau perumahan beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum.

3. Ketentuan mengenai jenis dan bentuk rumah.

a. Jenis rumah berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian meliputi: (1) rumah komersial; diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat. (2) rumah umum; diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.

Rumah umum mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

(3) rumah swadaya; diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun berkelompok. Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan kemudahan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

(4) rumah khusus; diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk kebutuhan khusus.

(5) rumah negara. Rumah khusus dan rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

b. Bentuk rumah meliputi: (1) rumah tunggal; (2) rumah deret; dan (3) rumah susun. Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi.

4. Ketentuan Mengenai Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Meliputi: a. Rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari

permukiman. (1) Rencana penyediaan kaveling digunakan sebagai landasan perencanaan

prasarana, sarana, dan utilitas umum. (2) Rencana penyediaan kaveling tanah dimaksudkan untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna tanah bagi kaveling siap bangun sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Page 5: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-5

b. Rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan. (1) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi

persyaratan administratif, teknis, dan ekologis. (2) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi

persyaratan wajib mendapat pengesahan dari pemerintah daerah. (3) Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum dapat dilakukan oleh

setiap orang. (4) Setiap orang wajib memiliki keahlian di bidang perencanaan prasarana,

sarana, dan utilitas umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Ketentuan Mengenai Pembangunan Perumahan a. Pembangunan perumahan meliputi:

(1) pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau (2) peningkatan kualitas perumahan.

b. Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

c. Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang meliputi rumah sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah.

6. Ketentuan Mengenai Pembangunan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum a. Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dilakukan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. b. Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum wajib dilakukan sesuai

dengan rencana, rancangan, dan perizinan. c. Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi

persyaratan: (1) kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah; (2) keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan

hunian; dan (3) ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

d. Prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah selesai dibangun oleh setiap orang harus diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Ketentuan Mengenai Pemanfaatan Perumahan

a. Pemanfaatan perumahan digunakan sebagai fungsi hunian. b. Pemanfaatan perumahan di lingkungan hunian meliputi:

(1) pemanfaatan rumah; (2) pemanfaatan prasarana dan sarana perumahan; danumonline.com (3) pelestarian rumah, perumahan, serta prasarana dan sarana perumahan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.1.4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang digunakan sebagai referensi adalah :

1. Persyaratan Keselamatan

a. Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannya merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan.

Page 6: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-6

b. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.

(1) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi

pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjaranya api dan asap kebakaran.

(2) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

c. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir

merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. Sistem penangkal petir merupakan instalasi penangkal petir yang harus dipasang pada setiap bangunan gedung yang karena letak sifat geografis, bentuk dan penggunaannya mempunyai resiko terkena sambaran petir.

2. Persyaratan Kesehatan

a. Persyaratan kesehatan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

b. Sistem penghawaan merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan.

c. Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat.

d. Sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.

3. Persyaratan Kenyamanan

a. Kenyamanan ruang gerak merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam

b. Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.

c. Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.

d. Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya.

4. Persyaratan Kemudahan

Persyaratan kemudahan meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

Page 7: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-7

4.1.5. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini adalah :

1. Ketentuan mengenai sistem dan fungsi jalan, yang meliputi : jalan arteri primer, jalan

kolektor primer, jalan lokal primer, jalan lingkungan primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.

2. Ketentuan mengenai kecepatan dan lebar jalan. a. jalan arteri primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 60 km/jam dan

lebar badan jalan minimal 11 meter. b. jalan kolektor primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 40 km/jam dan

lebar badan jalan minimal 9 meter. c. jalan lokal primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan

lebar badan jalan minimal 6,5 meter. d. jalan lingkungan primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 15 km/jam

dan lebar badan jalan minimal 6,5 meter. e. jalan arteri sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 30 km/jam dan

lebar badan jalan minimal 11 meter. f. jalan kolektor sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam

dan lebar badan jalan minimal 9 meter. g. jalan lokal sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam dan

lebar badan jalan minimal 7,5 meter. h. jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling

rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter. 3. Ketentuan mengenai bagian jalan yang terdiri dari : rumaja, rumija dan ruwasja,

dengan ketentuan pengaturan sebagai berikut : a. Pada ruwasja : penyelenggara jalan dan instansi terkait berwenang mengeluarkan

larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan konstruksi jalan.

b. Pada rumija : pemanfaatan ruang di dalam Rumija diatur dalam Peraturan Menteri.

c. Pada rumaja : tinggi ruang bebas minimum 5 meter, kedalaman ruang bebas minimum 1,50 meter.

4. Ketentuan mengenai lebar rumija minimum, yaitu : a. jalan raya 25 meter; b. jalan sedang 15 meter; c. jalan kecil 11 meter. Jalan bebas hambatan tidak tercakup dalam studi ini.

5. Ketentuan mengenai gangguan dan hambatan terhadap rumija; dimana penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan pengguna jalan. Jenis gangguan dan hambatan fungsi ruang milik jalan antara lain : a. kejadian alam seperti longsoran, pohon tumbang, kebakaran; b. kegiatan manusia seperti pendirian bangunan antara lain : tugu, gapura, gardu,

rumah, pasar, tiang. 6. Ketentuan mengenai ruang pengawasan jalan bagi pandangan bebas pengemudi dan

pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. a. Pandangan bebas pengemudi adalah istilah yang digunakan dalam kaitan dengan

hambatan terhadap keamanan pengemudi kendaraan. Misalnya pandangan bebas terganggu karena tertutup bangunan dan/atau pohon sehingga jarak untuk melihat ke samping tidak cukup bebas.

b. Pengamanan konstruksi jalan adalah pembatasan penggunaan lahan agar tidak membahayakan konstruksi jalan. Misalnya air yang dapat meresap masuk ke bawah jalan atau keseimbangan berat di lereng galian/timbunan, erosi yang

Page 8: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-8

diakibatkan oleh kegiatan manusia, dan/atau akar pohon yang merusak pondasi/perkerasan jalan.

7. Ketentuan mengenai lebar ruang pengawasan jalan jika ruang milik jalan tidak cukup luas. Lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit, dengan ukuran sebagai berikut : a. jalan arteri primer 15 meter; b. jalan kolektor primer 10 meter; c. jalan lokal primer 7 meter; d. jalan lingkungan primer 5 meter; e. jalan arteri sekunder 15 meter; f. jalan kolektor sekunder 5 meter; g. jalan lokal sekunder 3 meter; h. jalan lingkungan sekunder 2 meter; dan i. jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu. Dalam studi ini, ketentuan di atas akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan GSB.

8. Ketentuan mengenai larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan konstruksi jalan. Dalam hal ini penyelenggara jalan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan. a. ”Kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi” adalah

kegiatan orang secara tetap atau tidak tetap, antara lain mendirikan bangunan yang menghalangi pandangan dan/atau menyilaukan pengemudi.

b. ”Perbuatan tertentu” antara lain pengendalian penggunaan ruang pengawasan jalan, pemberian peringatan, perintah pembongkaran, penghentian kegiatan tertentu, atau penghilangan benda-benda yang mengganggu pandangan pengemudi.

9. Ketentuan mengenai pemanfaatan rumaja. Pemanfaatan ruang manfaat jalan selain untuk badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya; serta pemanfaatan ruang milik jalan selain untuk ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan, wajib memperoleh izin. Izin pemanfaatan ruang milik jalan dapat diberikan sepanjang tidak mengganggu fungsi jalan, antara lain untuk : a. pemasangan papan iklan, hiasan, gapura, dan benda-benda sejenis yang bersifat

sementara. b. pembuatan bangunan-bangunan sementara untuk kepentingan umum yang

mudah dibongkar setelah fungsinya selesai seperti gardu jaga dan kantor sementara lapangan.

c. penanaman pohon-pohon dalam rangka penghijauan, keindahan ataupun keteduhan lingkungan yang berkaitan dengan kepentingan umum.

d. penempatan bangunan dan instalasi utilitas seperti tiang telepon, tiang listrik, kabel telepon, kabel listrik, pipa air minum, pipa gas, pipa limbah dan lainnya yang bersifat melayani kepentingan umum.

10. Ketentuan mengenai pemanfaatan rumaja dan rumija untuk bangunan. Pemanfaatan rumaja dan rumija, meliputi bangunan yang ditempatkan di atas, pada, dan di bawah permukaan tanah di rumaja dan rumija, dengan syarat : a. tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan pengguna jalan serta tidak

membahayakan konstruksi jalan; b. sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan

Page 9: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-9

c. sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri dan pedoman yang ditetapkan oleh menteri menyelenggarakan urusan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

4.1.6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman

Kriteria Teknis Kawasan Budidaya

Substansi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 yang digunakan sebagai referensi adalah : 1. Ketentuan mengenai karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan

a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%). b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara

dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi). d. Drainase baik sampai sedang. e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata

air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan. f. Tidak berada pada kawasan lindung. g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga. h. Menghindari sawah irigasi teknis.

2. Ketentuan mengenai kriteria dan batasan teknis:

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan;

b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai;

c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

d. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan: (1) Sistem pembuangan air limbah. (2) Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang

cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;

(3) Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;

(4) Sistem pembuangan sampah (5) Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan (lihat Tabel 4.1). (6) Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan (lihat Tabel 4.2). (7) Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga

(lihat Tabel 4.3). (8) Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga (lihat Tabel 4.4). (9) Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 – 2004

tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta

Page 10: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-10

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah.

Tabel 4.1 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana

Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 TK 1.250 216 500 0,28 500 Di tengah kelompok keluarga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Bergabung dengan taman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan

2 SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Disatukan dengan lapangan olah-raga.

Tidak selalu harus di pusat lingkungan.

4 SLTA 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000

5 Taman Bacaan

2.500 72 150 0,09 1.000 Di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan lingkungan.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tabel 4.2 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok keluarga.

Tidak menyeberang jalan raya.

2 Balai Pengobatan Warga

2.500 150 300 0,12 1.000

3 BKIA/Klinik Bersalin

30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum 4 Puskesmas

Pembantu dan Balai Pengobatan

30.000 150 300 0,006 1.500

Page 11: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-11

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Lingkungan

5 Puskesmas Dan Balai Pengobatan

120.000 420 1.000 0,08 3.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Tempat Praktek Dokter

5.000 18 - - 1.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Apotik 30.000 120 250 0,025 1.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tabel 4.3 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan lapangan Olah Raga pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jumlah penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)

1 Taman dan tempat bermain

250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga

2 Taman dan tempat bermain

2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan

3 Taman dan Lapangan Olah Raga

30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4 Taman dan Lapangan Olah Raga

120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama

Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

5 Jalur Hijau - - 15 Terletak menyebar

6 Kuburan/Pemakaman Umum

120.000 2.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan are ayang dilayani.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Page 12: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-12

Tabel 4.4 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Toko/Warung 250 50 100 0,4 300 Di tengah kelompok tetangga

Dapat merupakan bagian dari sarana lain.

2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat kegiatan sub lingkungan.

KDB 40% Dapat

berbentuk P&D

3 Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan

30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau kendaraan umum.

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko, pasar, bank, kantor)

120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan utama

Termasuk parkir sesuai ketentuan yang berlaku.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4.1.7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Ketentuan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan yang digunakan referensi dalam studi ini adalah :

1. Ketentuan mengenai penyediaan RTH a. Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: (1) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat. (2) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang

terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

(3) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan

Page 13: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-13

mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota.

b. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No Unit Lingkungan

Tipe RTH Luas Minimal/ unit (m2)

Luas Minimal/ kapita (m2)

Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 di tengah lingkungan RT

2 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 di pusat kegiatan RW

3 30.000 jiwa Taman Kelurahan

9.000 0,3 dikelompokan dengan sekolah/ pusat kelurahan

4 120.000 jiwa Taman Kecamatan

24.000 0,2 dikelompokan dengan sekolah/ pusat kecamatan

Pemakaman Disesuaikan 1,2 tersebar

5 480.000 Taman Kota 144.000 0,3 di pusat wilayah/ kota

Hutan Kota Disesuaikan 4,0 di dalam/kawasan pinggiran

Untuk fungsi tertentu

Disesuaikan 12,5 disesuaikan dengan kebutuhan

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

2. Ketentuan mengenai arahan penyediaan RTH

a. RTH Pada Bangunan/Perumahan (1) RTH Pekarangan

(a) Pekarangan Rumah Besar

Kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luas lahan di atas 500 m2;

Ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.

(b) Pekarangan Rumah Sedang Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luas

lahan antara 200 m2 sampai dengan 500 m2; Ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan

(m2) dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

Page 14: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-14

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2 (dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

(c) Pekarangan Rumah Kecil

Kategori yang termasuk rumah kecil adalah rumah dengan luas lahan dibawah 200 m2;

Ruang terbuka hijau minimum yang diharuskan adalah luas lahan (m2) dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai peraturan daerah setempat;

Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang sempit, tidak menutup kemungkinan untuk mewujudkan RTH melalui penanaman dengan menggunakan pot atau media tanam lainnya.

b. RTH Pada Lingkungan/Permukiman

(1) RTH Taman Rukun Tetangga

Taman Rukun Tetangga (RT) adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk dalam lingkup 1 (satu) RT, khususnya untuk melayani kegiatan sosial di lingkungan RT tersebut. Luas taman ini adalah minimal 1 m2 per penduduk RT, dengan luas minimal 250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayani. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman, juga terdapat minimal 3 (tiga) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

(2) RTH Taman Rukun Warga

RTH Taman Rukun Warga (RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas taman ini minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang dilayaninya. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70% - 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 10 (sepuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang.

(3) RTH Kelurahan

RTH kelurahan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kelurahan. Luas taman ini minimal 0,30 m2 per penduduk kelurahan, dengan luas minimal taman 9.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kelurahan yang bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 25 (duapuluhlima) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman aktif dan minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

(4) RTH Kecamatan

Page 15: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-15

RTH kecamatan dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kecamatan. Luas taman ini minimal 0,2 m2 er penduduk kecamatan, dengan luas taman minimal 24.000 m2. Lokasi taman berada pada wilayah kecamatan yang bersangkutan. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 80% - 90% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas. Pada taman ini selain ditanami dengan berbagai tanaman sesuai keperluan, juga terdapat minimal 50 (limapuluh) pohon pelindung dari jenis pohon kecil atau sedang untuk taman aktif dan minimal 100 (seratus) pohon tahunan dari jenis pohon kecil atau sedang untuk jenis taman pasif.

3. Ketentuan mengenai RTH Sempadan Rel Kereta Api Penyediaan RTH pada garis sempadan jalan rel kereta api dapat dilihat kembali pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Lebar Garis Sempadan Kereta Api

Jalan Rel kereta Api

Terletak di Obyek

Tanaman Bangunan

(1) (2) (3)

a. Jalan rel kereta api lurus

>11 m >20 m

b. Jalan rel kereta api belokan/lengkung

- Lengkung dalam >23 m >23m

- Lengkung luar >11 m >11 m Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

4. Ketentuan mengenai RTH Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai RTH adalah sebagai berikut: a. Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik

tengah jaringan tenaga listrik; b. Ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dan SUTET dengan

tanah dan benda lain sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Lebar Garis Sempadan SUTET, SUTT, SUTM da SUTR

No Lokasi SUTT SUTET

SUTM SUTR Saluran Kabel

66 KV 150 KV

500 KV

SKTM SKTR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Bangunan beton 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

2 Pompa bensin 20 m 20 m 20 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

3 Penimbunan bahan bakar

50 m 20 m 50 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

4 Pagar 3 m 20 m 3 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

5 Lapangan terbuka 6,5 m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

6 Jalan raya 8 m 20 m 15 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

7 Pepohonan 3,5 m 20 m 8,5 m 2,5 m 1,5 m 0,5 m 0,3 m

Page 16: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-16

No Lokasi SUTT SUTET

SUTM SUTR Saluran Kabel

66 KV 150 KV

500 KV

SKTM SKTR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

8 Bangunan tahan api 3,5 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m

9 Rel kereta api 8 m 20 m 15 m 20 m 20 m 20 m 20 m

10 Jembatan besi/ tangga besi/ kereta listrik

3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m

11 Dari titik tertinggi kapal 3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m

12 Lapangan olah raga 2,5 m 20 m 14 m 20 m 20 m 20 m 20 m

13 SUTT lainnya pengahantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi, televisi dan kereta gantung

3 m 20 m 8,5 m 20 m 20 m 20 m 20 m

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

5. Ketentuan mengenai RTH Sempadan Sungai

a. Sungai bertanggul: (1) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; (2) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan

sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; b. Sungai tidak bertanggul:

(1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut: (a) Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

(b) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

(c) Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

(2) Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, jalur hijau terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurangkurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

6. Ketentuan mengenai RTH Sempadan Pantai Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

7. Ketentuan mengenai RTH Sumber Air Baku/Mata Air

Untuk danau dan waduk, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk mata air, RTH terletak pada garis sempadan yang ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air.

Page 17: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-17

4.1.8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Kawasan Perumahan

Ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan Kawasan Perumahan yang digunakan sebagai referensi adalah : 1. Ketentuan mengenai pemgertian prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)

a. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, nyaman.

b. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

c. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. 2. Ketentuan mengenai tujuan dan sasaran bantuan PSU

a. Tujuan bantuan PSU untuk meningkatkan ketersediaan rumah yang layak huni bagi MBR melalui dukungan penyediaan PSU dalam rangka pembangunan baru dan peningkatan hunian perumahan dan kawasan permukiman.

b. Sasaran bantuan PSU untuk rumah tapak dan rusun sewa pada perumahan dan kawasan permukiman.

3. Ketentuan mengenai kriteria lokasi

a. Kriteria pemilihan lokasi, meliputi: (1) lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; (2) lokasi sudah memiliki rencana tapak; (3) status tanah tidak dalam sengketa; dan (4) luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung

rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah. b. Kriteria pemilihan lokasi diutamakan untuk kabupaten/kota yang sudah memiliki:

(1) rencana rinci tata ruang kawasan (RRTR); (2) rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan

permukiman (RP3KP); dan/atau (3) dokumen perencanaan perumahan lainnya.

4. Ketentuan mengenai komponen bantuan

a. Komponen bantuan PSU untuk rumah tapak meliputi sebagian dari salah satu atau lebih komponen : jalan; drainase; air limbah; persampahan; air minum; dan penerangan jalan umum.

b. Komponen bantuan PSU untuk rusun sewa meliputi sebagian dari salah satu atau lebih komponen: jalan; drainase; air limbah; persampahan; air minum; penerangan jalan umum; dan tempat parkir.

c. Komponen bantuan PSU dapat diberikan seluruh atau sebagian dari salah satu komponen.

5. Ketentuan mengenai persyaratan teknis a. Persyaratan teknis untuk jalan meliputi:

(1) pembangunan jalan baru untuk jalan lokal primer/sekunder kawasan; (2) peningkatan jalan lokal primer/sekunder kawasan yang sudah terbangun; (3) pembangunan baru jalan lingkungan atau penyediaan bangunan pelengkap

prasarana jalan lingkungan untuk rumah tapak atau rusun sewa; dan (4) kriteria teknis:

(a) lahan untuk daerah milik jalan telah tersedia; (b) jenis konstruksi jalan yang dapat dibantu berupa jalan dengan laburan

aspal atau jalan dengan lapis penetrasi makadam, beton atau paving blok; dan

b. Persyaratan teknis untuk drainase meliputi:

Page 18: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-18

(1) penyediaan prasarana drainase dan bangunan pelengkap pada perumahan dan kawasan permukiman;

(2) penyediaan saluran drainase lingkungan; dan (3) kriteria teknis:

(a) saluran drainase merupakan saluran terbuka dilengkapi dengan bangunan pelengkap;

(b) sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima, sehingga drainase dapat berfungsi dengan baik, dan stabilitas komponen penerima tidak terganggu;

(c) badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan; dan

c. Persyaratan teknis untuk air limbah meliputi: (1) penyediaan prasarana dan sarana air limbah pada perumahan dan kawasan

permukiman; (2) pembangunan prasarana air limbah komunal; (3) kriteria teknis:

(a) lahan untuk prasarana pembuangan air limbah komunal telah tersedia; (b) penempatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dapat ditempatkan

pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

(c) penyediaan sarana air limbah sistem terpusat, meliputi jaringan air limbah dan IPAL;

(d) prasarana dan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian; dan

(e) perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan sistem pembuangan air limbah sesuai pedoman teknis yang berlaku

d. Persyaratan teknis untuk persampahan meliputi: (1) penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala

lingkungan dan kawasan; (2) pembuatan tempat pengolahan sampah; (3) untuk rusun sewa tempat sampah/tempat pembuangan sementara (TPS)

berupa tempat pembuangan sampah komunal; dan e. Persyaratan teknis untuk air minum meliputi:

(1) tersedia jaringan air minum yang dapat melayani/tersambung dengan lokasi perumahan (tapping dari pipa PDAM);

(2) dalam hal tidak tersedia jaringan PDAM, maka dapat diberikan pada sumber air minum seperti pembuatan sumur bor;

(3) penyediaan sarana air minum komunal, meliputi jaringan distribusi, tangki penampungan, rumah pompa; dan

f. Persyaratan teknis untuk penerangan jalan umum (PJU) meliputi: (1) tersedia sumber listrik yang bersumber dari PT. PLN atau sumber listrik

lainnya; (2) konstruksi jaringan distribusi PJU di perumahan baru atau pengembangan

perumahan yang telah ada, meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

(3) penempatan PJU di dalam perumahan pada jalan lingkungan, jalan setapak dan taman;

(4) apabila di dalam perumahan sudah tersedia jaringan distribusi listrik, namun belum terdapat PJU, maka jaringan distribusi listrik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana penempatan PJU;

Page 19: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-19

(5) jarak penempatan antara PJU dapat memberikan penerangan yang cukup dengan daya listrik yang efisien; dan

g. Persyaratan teknis untuk tempat parkir pada rusun sewa meliputi: (1) lahan untuk tempat parkir telah dimatangkan; (2) tempat parkir ditujukan untuk parkir kendaraan roda dua; (3) tempat parkir kendaraan roda empat ditujukan hanya untuk parkir sementara; (4) pembangunan tempat parkir bisa menggunakan konstruksi beton atau paving

blok; dan h. Bantuan PSU dilengkapi dengan DED atau spesifikasi teknis.

4.1.9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang

Ketentuan dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian Berimbang yang digunakan sebagai referensi dalam analisa selanjutnya, adalah :

1. Ketentuan mengenai pengertian umum a. Hunian berimbang adalah perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun

secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum dan rumah susun komersial.

b. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

c. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.

d. Rumah mewah adalah rumah komersial dengan harga jual lebih besar dari 4 (empat) kali harga jual rumah sederhana.

e. Rumah menengah adalah rumah komersial dengan harga jual lebih besar dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) kali harga jual rumah sederhana.

f. Rumah sederhana adalah rumah umum yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 60 m2 sampai dengan 200 m2 dengan luas lantai bangunan paling sedikit 36 m2 dengan harga jual sesuai ketentuan pemerintah.

g. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

h. Rumah susun umum adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

i. Rumah susun komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.

2. Ketentuan mengenai lokasi dan komposisi

a. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang dilaksanakan di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

b. Perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman dengan skala sebagai berikut: (1) perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)

sampai dengan 1.000 (seribu) rumah;

Page 20: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-20

(2) permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai dengan 3.000 (tiga ribu) rumah;

(3) lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah; dan

(4) kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) rumah.

3. Ketentuan mengenai lokasi

a. Persyaratan lokasi hunian berimbang dilaksanakan dalam satu kabupaten/kota pada: (1) satu hamparan; atau (2) tidak dalam satu hamparan.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 (seribu) rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 (lima puluh) rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, maka pembangunan rumah sederhana oleh setiap orang harus memenuhi persyaratan: (1) dibangun dalam satu wilayah kabupaten/kota; dan (2) penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat kerja.

4. Ketentuan mengenai komposisi

a. Komposisi berdasarkan: (1) jumlah rumah; atau (2) luasan lahan.

b. Komposisi jumlah rumah merupakan perbandingan jumlah rumah sederhana, jumlah rumah menengah, dan jumlah rumah mewah.

c. Perbandingan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3:2:1 (tiga berbanding dua berbanding satu), yaitu 3 (tiga) atau lebih rumah sederhana berbanding 2 (dua) rumah menengah berbanding 1 (satu) rumah mewah.

d. Dalam hal tidak dapat dibangun rumah sederhana dalam bentuk rumah tunggal atau rumah deret dapat dibangun dalam bentuk rumah susun umum.

e. Komposisi luasan lahan merupakan perbandingan luas lahan untuk rumah sederhana, terhadap luas lahan keseluruhan.

f. Luasan lahan rumah sederhana, sekurang-kurangnya 25% (dua puluh lima perseratus) dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah jumlah rumah menengah.

g. Hunian berimbang rumah susun merupakan perumahan atau lingkungan hunian yang dibangun secara berimbang antara rumah susun komersial dan rumah susun umum.

h. Hunian berimbang khusus untuk rumah susun umum sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh perseratus) dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

i. Rumah susun umum dapat dibangun pada bangunan terpisah dari bangunan rumah susun komersial.

j. Rumah susun umum dapat dibangun dalam satu hamparan dengan rumah susun komersial.

k. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, maka pembangunan rumah susun umum dilaksanakan oleh setiap orang harus memenuhi persyaratan: (1) dibangun dalam satu wilayah kabupaten/kota;dan

Page 21: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-21

(2) penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat kerja. 5. Ketentuan mengenai perencanaan

a. Perencanaan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian berimbang dilakukan oleh setiap orang.

b. Perencanaan dilakukan untuk lokasi baru dan/atau pada lokasi pengembangan yang sebagian sudah terbangun.

c. Perencanaan dapat disusun dalam satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan.

d. Perencanaan tidak dalam satu hamparan wajib diajukan oleh orang yang sama. 4.1.10. Peraturan Gubernur No. 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur

Ketentuan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam studi ini, adalah ketentuan mengenai kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak di kawasan pengendalian ketat. Kawasan pengendalian ketat yang berkaitan dengan studi ini adalah : 1. Kawasan yang berdasarkan status jalan merupakan jalan nasional dan jalan provinsi. 2. Kawasan yang berdasarkan fungsi jalan merupakan :

a. Jalan arteri primer b. Jalan kolektor primer c. Jalan lokal primer d. Jalan kolektor sekunder

3. Kawasan yang berdasarkan bagian-bagian jalan merupakan : a. Ruang manfaat jalan, selain peruntukan badan jalan, saluran tepi jalan dan

ambang pengaman jalan. b. Ruang milik jalan selain diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan dan pelebaran

jalan mauoun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

c. Ruang pengawasan jalan. d. Daerah di luar ruang pengawasan jalan.

4.1.11. Kompilasi Peraturan Perundangan

Kompilasi antar peraturan perudangan mencakup ketentuan lokasi, proporsi pemanfaatan lahan, penyediaan rumah, penyediaan RTH; penyediaan jaringan listrik, air bersih, telepon, gas, sampah, drainase, penanggulangan kebakaran dan jalan, antara :

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

5. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman

Kriteria Teknis Kawasan Budidaya 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 8. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2011 Tentang

Pedoman Bantuan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU) Perumahan dan

Kawasan Perumahan

9. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2012 Tentang

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dengan Hunian

Berimbang

Page 22: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-22

10. Peraturan Gubernur No. 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Provinsi Jawa Timur.

Kompilasi peraturan perundang-undangan ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Page 23: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-23

Tabel 4.8 Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Persyaratan lokasi

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Secara implisit menyebutkan persyaratan lokasinya adalah di luar kawasan lindung.

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

a.Topografi datar sampai bergelombang (lereng 0 - 25%).

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Drainase baik sampai sedang.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Tidak mengatur persyaratan lokasi peruntukan permukiman

Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak di kawasan pengendalian ketat

Persyaratan lokasi peruntukan kawasan permukiman : a.Topografi datar

sampai bergelombang (lereng 0 - 25%).

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Drainase baik sampai sedang.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel

Page 24: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-24

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

kereta api dan daerah aman penerbangan.

f. Tidak berada pada kawasan lindung.

g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

h. Menghindari sawah irigasi

teknis.

kereta api dan daerah aman penerbangan.

f. Tidak berada pada kawasan lindung.

g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

h. Menghindari sawah irigasi teknis.

Proporsi perumahan

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b.Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Tidak mengatur proporsi penggunaan untuk perumahan baru.

Proporsi penggunaan untuk perumahan : a. Penggunaan

lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b.Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan

Page 25: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-25

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dan daya dukung lingkungan;

daya dukung lingkungan;

Persyaratan kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Tidak mengatur kepadatan bangunan

Persyaratan kepadatan bangunan : Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

2 Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/

Kota; b. Lokasi sudah

memiliki rencana tapak;

c. Status tanah tidak dalam sengketa; dan

d. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Tidak mengatur persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU: a. Lokasi sesuai

dengan RTRW Kabupaten/

Kota; b. Lokasi sudah

memiliki rencana tapak;

c. Status tanah tidak dalam sengketa; dan

d. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar

Page 26: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-26

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

3 Persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu

hamparan (2) tidak satu

hamparan. b. Lokasi hunian

berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan

Tidak membahas persyaratan lokasi hunian berimbang

Persyaratan lokasi hunian berimbang : a. Dilaksanakan

dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu

hamparan (2) tidak satu

hamparan. b. Lokasi hunian

berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan

Page 27: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-27

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

sekurang-kurangnya menampung 1.000 (seribu) rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) dibangun

dalam satu wilayah kabupaten/ kota;

(2) penyediaan

sekurang-kurangnya menampung 1.000 (seribu) rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) dibangun

dalam satu wilayah kabupaten/ kota;

(2) penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat

kerja.

Page 28: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-28

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

akses ke pusat pelayanan dan tempat

kerja.

Persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan hunian berimbang

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

a. Perumahan dengan jumlah rumah 50-1.000 rumah.

b. Permukiman dengan jumlah 1.000- 3.000. rumah.

c.Llingkungan hunian dengan jumlah rumah 3.000-10.000 rumah.

d. kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 rumah.

Tidak membahas persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan ketentuan hukian berimbang.

Persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan hunian berimbang : a. Perumahan

dengan jumlah 50-1.000 rumah.

b. Permukiman dengan jumlah 1.000- 3.000. rumah.

c.Llingkungan hunian dengan jumlah 3.000-10.000 rumah.

d. kawasan permukiman dengan jumlah lebih dari 10.000 rumah.

Komposisi jumlah rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah pada hunian

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah pada hunian

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah pada hunian berimbang

Perbandingan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3:2:1,

Tidak mengatur komposisi jumlah rumah pada hunian

Komposisi jumlah rumah pada hunian berimbang :

Page 29: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-29

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

pada hunian berimbang

pada hunian berimbang

berimbang pada hunian berimbang

pada hunian berimbang

berimbang yaitu 3 atau lebih rumah sederhana berbanding 2 rumah menengah berbanding 1 rumah mewah.

berimbang Rumah sederhana sekurang-kurangnya : rumah menengah : rumah mewah, adalah 3 ; 2 : 1.

Komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang.

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Luasan lahan rumah sederhana, sekurang-kurangnya 25% dari luas lahan keseluruhan dengan jumlah rumah sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah jumlah rumah menengah.

Tidak mengatur komposisi luas rumah pada hunian berimbang

Komposisi luas rumah pada hunian berimbang : a. Komposisi luas

rumah pada hunian berimbang : rumah sederhana sekurangnya 25% dari luas lahan keseluruhan.

b. Jumlah rumah sederhana sekurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah rumah menengah.

Komposisi hunian berimbang

Tidak mengatur komposisi

Tidak mengatur komposisi

Tidak mengatur komposisi hunian

Tidak mengatur komposisi

Tidak mengatur komposisi

Tidak mengatur komposisi hunian berimbang pada

Tidak mengatur komposisi hunian berimbang pada

Tidak mengatur komposisi hunian berimbang pada

Hunian berimbang khusus untuk

Tidak mengatur komposisi hunian

Komposisi hunian berimbang pada rumah susun :

Page 30: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-30

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

pada rumah susun

hunian berimbang pada rumah susun

hunian berimbang pada rumah susun

berimbang pada rumah susun

hunian berimbang pada rumah susun

hunian berimbang pada rumah susun

rumah susun rumah susun rumah susun rumah susun umum sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

berimbang pada rumah susun

sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

4 Penyediaan RTH berdasarkan proporsi luas RTH pada wilayah perkotaan

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Proporsi RTH pada wilayah perkotaan minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Tidak membahas proporsi RTH pada wilayah perkotaan.

Proporsi luas RTH pada wilayah perkotaan : Minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tidak mengatur penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk : a. Mengikuti SNI

03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Page 31: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-31

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan 2)

Penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

a. Pekarangan

Rumah Besar :

minimal 3

pohon

pelindung

ditambah perdu

dan semak

serta penutup

tanah dan atau

rumput..

b. Pekarangan

Rumah Sedang

minimal 2

pohon

pelindung

ditambah

tanaman

semak dan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Tidak mengatur penyediaan RTH pekarangan

Penyediaan RTH Pekarangan : a. Pekarangan

Rumah Besar :

minimal 3 pohon

pelindung

ditambah perdu

dan semak serta

penutup tanah

dan atau rumput..

b. Pekarangan

Rumah Sedang

minimal 2 pohon

pelindung

ditambah

tanaman semak

dan perdu, serta

penutup tanah

Page 32: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-32

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

perdu, serta

penutup tanah

dan atau

rumput.

c. Pekarangan

Rumah Kecil :

minimal 1

pohon

pelindung

ditambah

tanaman

semak dan

perdu, serta

penutup tanah

dan atau

rumput.

dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Penyediaan RTH Sempadan Sungai di Dalam kawasan perkotaan

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

a. Sungai

bertanggul :

Minimal 3 m

dari kaki

tanggul terluar.

b. Sungai tidak

bertanggul :

dalamnya

sungai <3 m :

minimal 10

meter dari tepi

sungai;

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

Tidak mengatur RTH Sempadan Sungai

RTH Sempadan Sungai : a. Sungai

bertanggul :

Minimal 3 m dari

kaki tanggul

terluar.

b. Sungai tidak

bertanggul :

dalamnya sungai

<3 m : minimal

10 meter dari tepi

Page 33: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-33

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dalamnya

sungai 3-20 m:

minimal 15

meter dari tepi

sungai.

sungai; dalamnya

sungai 3-20 m:

minimal 15 meter

dari tepi sungai.

Penyediaan RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

Tidak mengatur RTH Sempadan Kereta Api

RTH Sempadan Kereta Api : Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

Perkotaan 3)

Penyediaan RTH Sempadan jaringan tegangan tinggi

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

Tidak mengatur RTH Jaringan tegangan Tinggi.

RTH Sempadan jaringabn Listrik tegangan Tinggi : 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

Penyediaan RTH

Tidak mengatur

Tidak mengatur

Tidak mengatur RTH Sempadan

Tidak mengatur

Tidak mengatur

Tidak mengatur RTH Sempadan

a. Lebar RTH sempadan

Tidak mengatur RTH Sempadan

Tidak mengatur RTH Sempadan

Tidak mengatur RTH Sempadan

Penyediaan RTH Sempadan Pantai :

Page 34: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-34

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Sempadan Pantai

RTH Sempadan Pantai

RTH Sempadan Pantai

Pantai RTH Sempadan Pantai

RTH Sempadan Pantai

Pantai pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Pantai Pantai Pantai a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

a. Untuk danau

dan waduk,

RTH garis

sempadan

sekurang-

kurangnya 50

meter dari titik

pasang

tertinggi ke

arah darat.

b. Untuk mata air,

sempadan

sekurang-

kurangnya 200

meter di sekitar

mata air.

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Tidak mengatur RTH Sempadan Danau, waduk dan Mata Air

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk dan Mata Air : a. Untuk danau dan

waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

Page 35: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-35

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

5 Penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Tidak mengatur penyediaan sarana perdagangan

Persyaratan penyediaan Fasilitas Komersial : Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 4)

6 Penyediaan sarana pendidikan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan.

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Tidak mengatur penyediaan sarana pendidikan

Persyaratan penyediaan Sarana Pendidikan : Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 5)

7 Penyediaan sarana kesehatan

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Tidak mengatur penyediaan sarana kesehatan.

Persyaratan penyediaan Sarana Kesehatan : Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 6)

Page 36: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-36

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

8 Penyediaan sarana ruang terbuka, olah raga, taman

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Persyaratan penyediaan Sarana Ruang terbuka, Olah Raga, Taman : Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 7)

9 Penyediaan jaringan listrik

Persyaratan kesehatan bangunan gedung, salah satunya adalah persyaratan pencahayaan,

Tidak membahas penyediaan jaringan listrik untuk kawasan permukiman.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan jaringan listrik

Tidak membahas penyediaan jaringan listrik untuk kawasan industri.

.Tidak mengatur penyediaan jaringan listrik.

Tidak mengatur penyediaan jaringan listrik

Persyaratan teknis untuk penerangan jalan umum (PJU) meliputi: a.Tersedia sumber

listrik PLN atau sumber listrik lainnya;

b.Konstruksi jaringan distribusi PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

Tidak membahas penyediaan jaringan listrik untuk kawasan permukiman.

Tidak membahas penyediaan jaringan listrik untuk kawasan permukiman.

Persyaratan Penyediaan jaringan Listrik : a. Pembangunan

perumahan juga

mencakup

pembangunan

prasarana,

sarana dan

utilitas umum.

b. Penyediaan PJU

dengan sumber

listrik dari PLN

atau sumber

lainnya.

c. Kelengkapan

PJU yang

meliputi: trafo,

Page 37: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-37

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

tiang, lampu, dan

kabel distribusi

listrik dari PLN

maupun sumber

listrik lainnya;

10 Penyediaan jaringan air bersih

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

a. Tersedia jaringan air minum yang tersambung dengan lokasi perumahan.

b. Bila tidak tersedia jaringan PDAM, maka dapat menggunakan sumur bor;

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Tidak mengatur penyediaan jaringan air bersih.

Persyaratan Penyediaan Air Bersih : a. Untuk air PDAM

suplai air antara 60-100 liter/org/hari.

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;

c. Tersedia sambungan dari PDAM.

d. Bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

11 Penyediaan jaringan telepon

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Tidak mengatur penyediaan jaringan telepon.

Persyaratan Penyediaan jaringan telpon : Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga

Page 38: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-38

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

utilitas umum. prasarana, sarana dan utilitas umum.

12 Penyediaan jaringan gas untuk permukiman

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Tidak mengatur penyediaan jaringan gas

Persyaratan Penyediaan Jaringan Gas : Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

13 Penyediaan jaringan persampahan

Tidak mengatur penyediaan jaringan persampahan.

Tidak mengatur penyediaan jaringan persampahan.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan jaringan persampahan.

Kawasan permukiman harus dilengkapi sistem pembuangan sampah.

Tidak mengatur

penyediaan

jaringan

persampahan

Persyaratan teknis untuk persampahan meliputi: a. Penyediaan

prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah;

c. untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal.

Tidak mengatur penyediaan jaringan persampahan

Tidak mengatur penyediaan jaringan persampahan

Persyaratan Penyediaan Sarana Persampahan : a. Penyediaan

prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah;

c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah

Page 39: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-39

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

komunal.

14 Penyediaan jaringan drainase.

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Kawasan permukiman harus dilengkapi jaringan drainase: a. Sistem

pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan.

b. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah.

c. Saluran ini

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Kawasan permukiman harus dilengkapi sa;luran drainase dengan ketentuan : a. Saluran drainase

merupakan saluran terbuka dilengkapi bangunan pelengkap;

b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima, sehingga drainase dapat berfungsi dengan baik, dan stabilitas komponen penerima tidak terganggu;

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Tidak mengatur penyediaan jaringan drainase.

Penyediaan Jaringan Drainase : a. Dilengkapi

saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap;

b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,.

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/

perkotaan. e. Sistem

pembuangan air

hujan harus

mempunyai

kapasitas

tampung yang

cukup.

Page 40: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-40

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup.

d. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;

dan drainase kawasan/perkotaan.

f. Dilengkapi

dengan sumur

resapan air hujan

dan penanaman

pohon.

15 Penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif.

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif.

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.

Tidak mengatur penyediaan sarana penanggulangan kebakaran.

Penyediaan Sarana penanggulangan Kebakaran : Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan

proteksi aktif 8)

16 Penyediaan jaringan Jalan

Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung,

Mengikuti ketentuan mengenai sistem dan fungsi jalan, yang meliputi : jalan arteri primer, kolektor primer, lokal

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung,

Mengikuti ketentuan mengenai sistem dan fungsi jalan, yang meliputi : jalan arteri primer, kolektor primer, lokal

Kawasan permukiman harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum.

Tidak mengatur tentang penyediaan jalan.

Persyaratan teknis untuk jalan meliputi: a. Pembangunan

jalan baru untuk jalan lokal primer/ sekunder kawasan;

b. Peningkatan jalan lokal primer/ sekunder

Tidak mengatur ketentuan tentang jalan.

Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak di kawasan pengendalian ketat

Persyaratan Penyediaan Jaringan Jalan : 1. Kemudahan

hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

2. Mengikuti system dan

Page 41: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-41

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

primer, lingkungan primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder

primer, lingkungan primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder

kawasan yang sudah terbangun.

fungsi jalan 9).

3. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak di kawasan pengendalian

ketat .

17 Penyediaan Sanitasi

Tidak mengatur penyediaan sanitasi

Tidak mengatur penyediaan sanitasi

Pembangunan perumahan meliputi pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum.

Tidak mengatur penyediaan sanitasi

Tidak mengatur penyediaan jaringan sanitasi.

Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah.

Tidak mengatur penyediaan jaringan sanitasi.

Penyediaan prasarana dan sarana air limbah : a. Pembangunan

prasarana air limbah komunal;

b. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

Tidak mengatur penyediaan sanitasi.

Tidak mengatur penyediaan sanitasi.

Persyaratan Penyediaan Sanitasi: a. Melalui

pembangunan prasarana air limbah komunal;

b. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan

Page 42: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-42

No

Aspek

Peraturan Perundang-undangan

Hasil Kompilasi

UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

UU No. 38 Tahun 2004

tentang Jalan

UU. No. 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan

dan Permukiman

PP. No. 36 Tahun

2005 tentang

Bangunan Gedung

PP. No 34 Tahun 2006

tentang Jalan

Permen PU. No. No.

41/PRT/M/2007 Tentang

Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya

Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman

Penyediaan RTH Perkotaan.

Permenpera No. 20 Tahun 2011

Tentang Pedoman Bantuan PSU

Permenpera No. 10 Tahun 2012 Tentang Hunian

Berimbang

Pergub Jatim No. 61/2006

tentang Pemanfaatan Ruang pada

Kawasan Pengendalian

Ketat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian.

konstruksi; c. Penyediaan

sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian.

Sumber : Tim Penyusun; 2013

Catatan :

1) Ketentuan mengenai Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan lapangan Olah Raga pada Peruntukan Permukiman menurut SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

No Jenis Sarana Jumlah penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)

1 Taman dan tempat bermain 250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga

2 Taman dan tempat bermain 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan

3 Taman dan Lapangan Olah 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan

Page 43: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-43

No Jenis Sarana Jumlah penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)

Raga sarana pendidikan

4 Taman dan Lapangan Olah Raga

120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama Sedapat mungkin berkelompok dengan

sarana pendidikan

5 Jalur Hijau - - 15 Terletak menyebar

6 Kuburan/Pemakaman Umum 120.000 2.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan are ayang dilayani.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

2) Ketentuan mengenai Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

No Unit Lingkungan Tipe RTH Luas Minimal/ unit (m2)

Luas Minimal/ kapita (m2)

Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 di tengah lingkungan RT

2 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 di pusat kegiatan RW

3 30.000 jiwa Taman Kelurahan

9.000 0,3 dikelompokan dengan sekolah/ pusat kelurahan

4 120.000 jiwa Taman Kecamatan

24.000 0,2 dikelompokan dengan sekolah/ pusat kecamatan

Pemakaman Disesuaikan 1,2 tersebar

5 480.000 Taman Kota 144.000 0,3 di pusat wilayah/ kota

Hutan Kota Disesuaikan 4,0 di dalam/kawasan pinggiran

Untuk fungsi tertentu

Disesuaikan 12,5 disesuaikan dengan kebutuhan

Sumber : Permen PU Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Page 44: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-44

3) Ketentuan mengenai RTH Sempadan Kereta Api

Jalan Rel kereta Api Terletak di Obyek

Tanaman Bangunan

(1) (2) (3)

c. Jalan rel kereta api lurus >11 m >20 m

d. Jalan rel kereta api belokan/lengkung

- Lengkung dalam >23 m >23m

- Lengkung luar >11 m >11 m

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

4) Ketentuan mengenai Penyediaan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Toko/Warung 250 50 100 0,4 300 Di tengah kelompok tetangga Dapat merupakan bagian dari

sarana lain.

2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat kegiatan sub lingkungan. KDB 40% Dapat berbentuk P&D

3 Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan

30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau kendaraan umum.

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko, pasar, bank, kantor)

120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan utama Termasuk parkir sesuai ketentuan

yang berlaku.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Page 45: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-45

5) Ketentuan mengenai Penyediaan Sarana Pendidikan pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana

Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 TK 1.250 216 500 0,28 500 Di tengah kelompok keluarga. Tidak menyeberang jalan raya. Bergabung dengan taman sehingga terjadi

pengelompokan kegiatan

2 SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau kendaraan umum. Disatukan dengan lapangan olah-raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan.

4 SLTA 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000

5 Taman Bacaan

2.500 72 150 0,09 1.000 Di tengah kelompok warga. Tidak menyeberang jalan lingkungan.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

6) Ketentuan mengenai penyediaan Sarana Kesehatan pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Posyandu 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok keluarga. Tidak menyeberang jalan raya. 2 Balai

Pengobatan Warga

2.500 150 300 0,12 1.000

3 BKIA/Klinik Bersalin

30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

4 Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500

Page 46: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-46

No Jenis Sarana Jml. Pend Pendukung

(jiwa)

Kebutuhan per Satuan Sarana

Standar (m2/jiwa)

Kriteria

Luas Lantai

Min (m2)

Luas Lahan

Min (m2)

Radius Pencapaian

(m)

Lokasi dan Pencapaian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan

5 Puskesmas Dan Balai Pengobatan

120.000 420 1.000 0,08 3.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Tempat Praktek Dokter

5.000 18 - - 1.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Apotik 30.000 120 250 0,025 1.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

7) Ketentuan mengenai penyediaan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan lapangan Olah Raga pada Peruntukan Permukiman

No Jenis Sarana Jumlah penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)

1 Taman dan tempat bermain

250 250 1 100 Di tengah kelompok tetangga

2 Taman dan tempat bermain

2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan lingkungan

3 Taman dan Lapangan Olah Raga

30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4 Taman dan Lapangan Olah Raga

120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana

pendidikan

5 Jalur Hijau - - 15 Terletak menyebar

Page 47: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-47

No Jenis Sarana Jumlah penduduk

Pendukung (jiwa)

Kebutuhan Luas Lahan Min (m2)

Standar (m2/jiwa)

Radius Pencapaian

(m)

Kriteria Lokasi dan Penyelesaian

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)

6 Kuburan/Pemakaman

Umum

120.000 2.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan are

ayang dilayani.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

8) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran :

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjaranya api dan asap kebakaran.

b. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

9) Ketentuan mengenai kecepatan dan lebar jalan.

a. jalan arteri primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 60 km/jam dan lebar badan jalan minimal 11 meter. b. jalan kolektor primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 40 km/jam dan lebar badan jalan minimal 9 meter. c. jalan lokal primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan lebar badan jalan minimal 6,5 meter. d. jalan lingkungan primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 15 km/jam dan lebar badan jalan minimal 6,5 meter. e. jalan arteri sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 30 km/jam dan lebar badan jalan minimal 11 meter. f. jalan kolektor sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan lebar badan jalan minimal 9 meter. g. jalan lokal sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam dan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.

h. jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter.

Page 48: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-48

Hasil kompilasi dari peraturan perundangan-undangan adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan lokasi kawasan permukiman

a. Topografi datar sampai bergelombang; kemiringan lereng 0-25%.

b. Tersedia sumber air baik air tanah maupun air yang diolah. Untuk PDAM suplai

air 60-100 liter/orang/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Drainase baik sampai sedang.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata

air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

f. Tidak berada pada kawasan lindung.

g. Tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga.

h. Menghindari sawah irigasi teknis.

Proporsi penggunaan untuk perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan permukiman baru 40%-60% dari luas

lahan.

b. Penggunaan lahan untuk kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan

daya dukung lingkungan.

Persyaratan kepadatan bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

2. Persyaratan lokasi untuk mendapatkan bantuan PSU

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota. b. Lokasi sudah memiliki rencana tapak. c. Status tanah tidak dalam sengketa. d. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 Ha atau memiliki daya tampung rumah

sekurang-kurangnya 300 unit rumah. 3. Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/kota pada (1) satu hamparan, (2) tidak satu hamparan.

b. Lokasi permukiman pada satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan : (1) Dibangun dalam satu wilayah kabupaten/kota. (2) Penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat kerja.

Persyaratan jumlah rumah yang wajib menjalankan hunian berimbang.

a. Perumahan dengan jumlah 50-1.000 rumah. b. Permukiman dengan jumlah 1.000- 3.000. rumah. c. Llingkungan hunian dengan jumlah 3.000-10.000 rumah. d. Kawasan permukiman dengan jumlah lebih dari 10.000 rumah. Komposisi jumlah rumah pada hunian berimbang

Rumah sederhana sekurang-kurangnya : rumah menengah : rumah mewah, adalah 3 ; 2 : 1.

Page 49: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-49

Komposisi luas rumah pada hunian berimbang : a. Komposisi luas rumah pada hunian berimbang : rumah sederhana sekurangnya

25% dari luas lahan keseluruhan.

b. Jumlah rumah sederhana sekurangnya sama dengan jumlah rumah mewah

ditambah rumah menengah.

Komposisi hunian berimbang pada rumah susun :

Sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

4. Persyaratan penyediaan RTH

Proporsi luas RTH pada wilayah perkotaan : Minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk :

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2).

Penyediaan RTH Pekarangan :

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang : minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Penyediaan RTH Sempadan Sungai :

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar. b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi

sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

Penyediaan RTH Sempadan Kereta Api :

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 3). Penyediaan RTH Sempadan jaringabn Listrik tegangan Tinggi :

64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik; Penyediaan RTH Sempadan Pantai : a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke

arah darat. b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk dan Mata Air :

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

Page 50: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-50

5. Persyaratan penyediaan Sarana perdagangan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4).

6. Persyaratan Penyediaan jaringan Listrik a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan

utilitas umum. b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya.

Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya.

7. Persyaratan penyediaan air bersih

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari. b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; c. Tersedia sambungan dari PDAM. d. Bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

8. Persyaratan Penyediaan jaringan telpon

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum.

9. Persyaratan penyediaan jaringan gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

10. Persyaratan penyediaan sarana persampahan :

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah; c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal.

11. Persyaratan penyediaan jaringan drainase :

a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap; b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,. c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase

kawasan/ perkotaan. d. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup. e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

12. Persyaratan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran :

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 5).

13. Persyaratan penyediaan jaringan jalan

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung. b. Mengikuti system dan fungsi jalan 6). c. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak

di kawasan pengendalian ketat .

14. Persyaratan penyediaan sanitasi: a. Penyediaan sanitasi dilakukan melalui pembangunan prasarana air limbah

komunal (IPAL Komunal).

Page 51: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-51

b. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan

masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian.

4.2. KAJIAN STANDAR

4.2.1. Standar : SNI 03-1733-2004; Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Ketentuan dalam Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan yang dapat digunakan sebagai

referensi dalam penyusunan studi ini adalah :

1. Istilah dan Definisi a. Permukiman

Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan

perkotaan maupun perdesaaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

b. Perumahan

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

c. Rumah

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

d. Rumah inti

Unit rumah dengan satu ruang serbaguna yang selanjutnya dapat dikembangkan oleh penghuni.

e. Rumah tunggal (hunian tidak bertingkat) Rumah kediaman yang mempunyai persil sendiri dan salah satu dinding bangunan induknya tidak dibangun tepat pada batas persil

f. Rumah kopel ( hunian gandeng dua) Dua buah tempat kediaman lengkap, dimana salah satu sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi satu bangunan lain atau satu tempat kediaman lain, dan masing-masing mempunyai persil sendiri.

g. Rumah deret ( hunian gandeng banyak)

Beberapa tempat kediaman lengkap dimana satu atau lebih dari sisi bangunan induknya menyatu dengan sisi satu atau lebih bangunan lain atau tempat kediaman lain, tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri.

h. Rumah susun ( hunian bertingkat)

Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama, bendabersama dan tanah bersama.

i. Satuan Rumah Susun (Sarusun) Rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai hunian, yang mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.

j. Rumah susun sederhana Rumah susun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Page 52: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-52

k. Satuan rumah susun sederhana

Satuan rumah susun dengan luas lantai bangunan setiap unit rumah tidak lebih 45 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satun per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemrintah kelas C yang berlaku.

l. Rumah susun sederhana sewa Rumah susun sederhana yang dikelola oleh unit pengelola yang ditunjuk oleh pemilik RUSUNAWA dengan status penghunian sistem sewa.

m. Satuan rumah susun menengah

Satuan rumah susun dengan luas lantai setiap unit rumah 18 m2 – 100 m2 dan biaya pembangunan per m2 antara harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah kelas C sampai dengan harga harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan bertingkat pemerintah kelas A yang berlaku.

p. Satuan rumah susun mewah (apartemen)

Satuan rumah susun dengan biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan gedung bertingkat pemerintah kelas A yang berlaku dengan luas lantai bangunan setiap unit rumah lebih dari 100 m2.

q. Sarana dan prasarana lingkungan

Urutan penyusunan istilah dan definisi berikut ini berdasarkan lingkup bahasan umum hingga lingkup bahasan spesifik mengenai topik dan klasifikasi sarana dan prasarana lingkungan.

r. Prasarana lingkungan

Kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

s. Sarana lingkungan

Fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan engembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

t. Utilitas

Pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman.

u. Utilitas umum

Fasilitas umum seperti Puskesmas, taman kanak-kanak, tempat bermain, pos polisi, yang umumnya diperlukan sebagai sarana penunjang pelayanan lingkungan.

2. Persyaratan dasar perencanaan

a. Perencanaan lingkungan perumahan harus mengacu pada RTRW setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten.

b. Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang serasi, sehat, harmonis dan aman.

c. Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.

d. Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan (ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk) hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata terintegrasi dengan

Page 53: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-53

pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan.

e. Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan kemudahan bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan fisik atau mental seperti para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil, penderita penyakit tertentu atas dasar pemenuhan azas aksesibilitas (sesuai dengan Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu: kemudahan, kegunaan, keselamatan, kemandirian.

g. Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan penduduk.

h. Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu: (1) besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan

penduduk <200 jiwa/ha; (2) untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat

dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh;

(3) untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan

(4) perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan harus direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.

3. Persyaratan lokasi

a. Lokasi lingkungan perumahan harus memenuhi : (1) Kriteria keamanan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi

tersebut bukan merupakan kawasan lindung (catchment area), olahan pertanian, hutan produksi, daerah buangan limbah pabrik, daerah bebas bangunan pada area Bandara, daerah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi;

(2) Kriteria kesehatan, dicapai dengan mempertimbangkan bahwa lokasi tersebut bukan daerah yang mempunyai pencemaran udara di atas ambang batas, pencemaran air permukaan dan air tanah dalam;

(3) Kriteria kenyamanan, dicapai dengan kemudahan pencapaian (aksesibilitas), kemudahan berkomunikasi (internal/eksternal, langsung atau tidak langsung), kemudahan berkegiatan (prasarana dan sarana lingkungan tersedia);

(4) Kriteria keindahan/keserasian/keteraturan (kompatibilitas), dicapai

dengan penghijauan, mempertahankan karakteristik topografi dan lingkungan yang ada, misalnya tidak meratakan bukit, mengurug seluruh rawa atau danau/setu/sungai/kali dan sebagainya;

(5) Kriteria fleksibilitas, dicapai dengan mempertimbangkan kemungkinan

pertumbuhan fisik/pemekaran lingkungan perumahan dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana;

(6) Kriteria keterjangkauan jarak, dicapai dengan mempertimbangkan jarak

pencapaian ideal kemampuan orang berjalan kaki sebagai pengguna lingkungan terhadap penempatan sarana dan prasarana-utilitas lingkungan;

Page 54: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-54

(7) Kriteria lingkungan berjati diri, dicapai dengan mempertimbangkan

keterkaitan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, terutama aspek kontekstual terhadap lingkungan tradisional/lokal setempat.

b. Lokasi perencanaan perumahan harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

4. Persyaratan fisik

a. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

b. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar

landai dengan kemiringan 0-8%; (2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

5. Persyaratan hunian tidak bertingkat dan hunian bertingkat

a. Hunian tidak bertingkat Dalam merencanakan bangunan rumah harus memperhatikan keselamatan dan kenyamanan rumah dengan mengacu pada standar-standar sebagaimana diuraikan pada berbagai SNI dan peraturan lainnya yang telah diberlakukan.

b. Hunian bertingkat (rumah susun) Hunian bertingkat dapat dikembangkan pada kawasan-lingkungan perumahan yang direncanakan untuk kepadatan penduduk >200 Jiwa/ha, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah atau dokumen rencana lainnya, yaitu kawasan-kawasan: (1) pusat kegiatan kota; (2) kawasan-kawasan dengan kondisi kepadatan penduduk sudah mendekati

atau melebihi 200 jiwa/ha; dan (3) kawasan-kawasan khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun,

seperti kawasan-kawasan industri, pendidikan dan campuran.

6. Kebutuhan luas lantai minimum dan luas kaveling minimum

a. Kebutuhan luas lantai minimum hunian bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang; bagi anak 4,8 m2/orang.

b. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%; kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

7. Ketentuan mengenai asumsi jumlah penghuni dan jangkauan pejalan kaki

Jumlah penghuni rumah rata-rata : 5 jiwa Kecepatan rata-rata pejalan kaki : 4.000 m / jam Jarak ideal jangkauan pejalan kaki : 400 m

8. Ketentuan mengenai asumsi besaran lingkungan perumahan :

1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk 1 RW : (2.500 jiwa penduduk) terdiri dari 8 – 10 RT 1 kelurahan (≈ lingkungan) : (30.000 jiwa penduduk) terdiri dari 10 – 12 RW 1 kecamatan : 120.000 jiwa penduduk) terdiri dari 4 – 6

kelurahan / lingkungan

1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

Page 55: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-55

9. Ketentuan mengenai kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan

a. Kebutuhan Sarana, meliputi sarana pemerintahan dan pelayanan umum, pendidikan dan pembelajaran, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan niaga, kebudayaan dan rekreasi, RTH dan Lapangan Olah-raga.

b. Kebutuhan Prasarana, yang meliputi jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan persampahan, jaringan trasnportasi lokal.

10. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan sarana lingkungan

a. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum.

(1) Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah: (a) kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi

kependudukan; (b) kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih

(PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos; serta (c) pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan

dan pos pemadam kebakaran. (2) Standar kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum dapat dilihat

kembali pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

1 Balai Pertemuan

2.500 150 300 Berada di tengah kelompok bangunan warga.

Dapat berintegrasi dengan lingkungan lain

2 Pos Hansip 2.500 6 12 500 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Dapat berintegrasi dengan lingkungan lain.

3 Gardu Listrik

2.500 20 30 500 Lokasinya harus mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan sekitar.

4 Telepon Umum, Bis Surat

2.500 30 500 Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau di sekitar pusat lingkungan.

5 Parkir Umum

2.500 100 Ditempatkan sekitar balai pertemuan warga

Page 56: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-56

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas

Lantai (m2)

Luas

Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

II TINGKAT KELURAHAN

1 Kantor Kelurahan

30.000 500 1.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

2 Pos Kamtib 30.000 72 200 Dapat digabung dalam satu tapak dengan bangunan pelayanan umum lain.

3 Pos PMK 30.000 72 200 Idem

4 Agen Pos 30.000 36 72 Bisa digabung denganwarnet, warpostel, wartel.

5 Loket Pembayaran Air Bersih

30.000 21 60 Lebih baik saling bersebalahan dengan tempat pembayaran listrik

6 Loket Pembayaran Listrik

30.000 21 60 Lebih baik saling bersebalahan dengan tempat pembayaran air.

7 Telepon umum, Bis Surat, bak

sampah

30.000 80 Lokasinya disebar di tempat strategis atau sekitar pusat

lingkungan.

8 Parkir Umum

30.000 500 Ditempatkan sekitar gedung serba guna atau balai karang taruna.

III TINGKAT KECAMATAN

1 Kantor Kecamatan

120.000 1.000 2.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

Mudah dijangkau dari lingkungan luar.

2 Kantor Polisi

120.000 500 1.000

3 Pos PMK 120.000 500 1.000 Dapat digabung dengan kelompok bangunan lain dalam satu tapak.

4 Kantor Pos Pembantu

120.000 250 500

5 STO 120.000 500 1.000 3-5 km Mudah dijangkau dari lingkungan luar.

6 KUA/Balai 120.000 250 750 Lokasi strategis.

Page 57: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-57

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas

Lantai (m2)

Luas

Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

Nikah/BP4 Mudah dijangkau dari lingkungan luar

7 Telepon Umum, Bis Surat, Bak Sampah

120.000 80 Lokasinya disebar pada beberapa titik strategis, atau di sekitar pusat lingkungan.

8 Parkir Umum

120.000 200 Ditempatkan di sekitar balai pertemuan warga.

Sumber : SNI 03-1733-2004

b. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan sarana pendidikan

(1) Sarana pendidikan yang diuraikan dalam standar ini hanya menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal / umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak); tingkat dasar (SD/MI); tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU).

(2) Standar kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran dapat dilihat kembali pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian (m)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Taman Kanak-kanak

1.250 216 500 500 Terdiri dari 2 rombongan belajar @ 60 murid.

2 Sekolah Dasar

1.600 633 2.000 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Bergabung dengan taman.

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Tidak harus selalu di pusat lingkungan.

Dapat digabung dengan sarana pendidikan lain, missal SD, SMP, SMA dalam satu kompleks.

Page 58: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-58

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapa

ian (m)

Keterangan

4 Taman

Bacaan

2.500 72 150 1.000 Ditempatkan di

tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Sumber : SNI 03-1733-2004

c. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan sarana kesehatan

(1) Jenis sarana yang dibutuhkan adalah posyandu, balai pengobatan, puskesmas dan balai pengobatan, puskesmas pembantu, tempat praktek dokter, apotik.

(2) Standar kebutuhan Sarana Kesehatan (lihat kembali Tabel 4.11).

Tabel 4.11 Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Posyandu 1.250 36 60 500 Berada di tengah kelompok tetangga.

Tidak menyeberang jalan raya

Dapat bergabung dengan Balai Warga atau hunian.

2 Balai Pengobatan Warga

2.500 150 300 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Dapat bergabung dengan Balai Warga

3 BKIA/Klink Bersalin

30.000 1.500 3.000 4.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

4 Puskesmas Pembantu dan balai Pengobatan Lingkungan

30.000 150 300 1.500 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Dapat

Page 59: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-59

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Luas

Lantai (m2)

Luas

Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

bergabung dengan lokasi kantor kelurahan.

5 Puskesmas dan Balai Pengobatan

30.000 420 3.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Dapat bergabung dengan lokasi kantor kecamatan

6 Tempat Praktek Dokter

5.000 18 1.500 Dapat bersatu dengan rumah tinggal atau tempat usaha apotik.

7 Apotik 30.000 120 250 1.500 Dapat bersatu dengan tempat praktek dokter

Sumber : SNI 03-1733-2004

d. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan sarana peribadatan

(1) Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Jenis sarana ibadah untuk agama Islam adalah sebagai berikut; (a) kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar; (b) kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid; (c) kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan; dan (d) kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan. Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut: (a) Katolik mengikuti paroki; (b) Hindu mengikuti adat; dan (c) Budha dan Kristen Protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki

lembaga. (2) Standar kebutuhan Sarana Peribadatan dapat dilihat kembali pada Tabel

4.12.

Page 60: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-60

Tabel 4.12 Standar Kebutuhan Sarana Peribadatan

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Penca paian (M)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Musholla/ Langgar

250 45 100 100 Ditempatkan di tengah kelompok

tetangga. Dapat merupakan

bagian dari bangunan lainnya.

2 Masjid Warga

2.500 300 600 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

3 Masjid Lingkungan (Desa)

30.000 1.800 3.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

4 Masjid Kecamatan

120.000 3.600 5.400 1.000 Berdekatan dengan pusat lingkungan.

5 Sarana Ibadah Agama Lain

Tergantung sistem

kekerabatan/hirarki

lembaga.

Tergantung kebiasaan setempat.

Tergantung

kebiasaan setempat.

Sumber : SNI 03-1733-2004

e. Ketentuan perencanaan sarana perdagangan dan niaga

(1) Jenis sarana perdagangan dan niaga menurut skala pelayanannya adalah toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan dan/atau pasar lingkungan, pusat perbelanjaan dan niaga.

(2) Standar kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga dapat dilihat kembali pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencap

aian (M)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (3) (4) (5) (6)

1 Toko/Warung 250 50 (termasuk gudang)

100 (bisa

berdiri sendiri)

300 Ditempatkan di tengah kelompok tetangga.

Dapat merupakan bagian dari sarana lainnya.

2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 2.000 Di pusat kegiatan

Page 61: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-61

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencap

aian (M)

Keterangan

Luas

Lantai (m2)

Luas

Lahan (m2)

(1) (2) (3) (3) (4) (5) (6)

sub lingkungan.

3 Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan

30.000 13.500 10.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko, pasar, bank, kantor)

120.000 36.000 36.000 1.000 Terletak di jalan utama, termasuk sarana parkir.

Sumber : SNI 03-1733-2004

f. Ketentuan perencanaan sarana kebudayaan dan rekreasi

(1) Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor tata kehidupan penduduknya dan struktur sosial penduduknya. Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi: (a) balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW ≈ 2.500

penduduk); (b) balai serbaguna (skala pelayanan unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk); (c) gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan ≈

120.000 penduduk); (d) bioskop (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000 penduduk).

(2) Standar kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi dapat dilihat kembali pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Standar Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Lantai (M2)

Lahan (M2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Balai Warga/Balai Pertemuan

2.500 150 300 100 Berlokasi di tengah kelompok keluarga.

2 Balai Serba GUna/Balai Karang Taruna

30.000 250 500 100 Berlokasi di pusat kegiatan lingkungan.

3 Gedung

Serba Guna

120.000 1.500 3.000 100 Sedapat

mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

Page 62: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-62

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Lantai (M2)

Lahan (M2)

4 Gedung Bioskop/Gedung Pertunjukan

120.000 1.000 2.000 100 Terletak di jalan utama.

Berkelompok dengan sarana pendidikan.

Sumber : SNI 03-1733-2004

g. Ketentuan perencanaan RTH

(1) Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk. Keseluruhan jenis ruang terbuka hijau tersebut adalah : (a) setiap unit RT ≈ kawasan berpenduduk 250 jiwa dibutuhkan minimal 1

untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak;

(b) setiap unit RW ≈ kawasan berpenduduk 2.500 jiwa diperlukan sekurang-kurangnya satu daerah terbuka berupa taman, di samping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap kelompok 250 penduduk sebaiknya, yang berfungsi sebagai taman tempat main anak-anak dan lapangan olah raga kegiatan olah raga;

(c) setiap unit Kelurahan ≈ kawasan berpenduduk 30.000 jiwa diperlukan taman dan lapangan olahraga untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka, seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya;

(d) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) lapangan hijau terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olah raga (tenis lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang membutuhkan tempat yang luas dan terbuka;

(e) setiap unit Kecamatan ≈ kawasan berpenduduk 120.000 jiwa, harus memiliki sekurangkurangnya 1 (satu) ruang terbuka yang berfungsi sebagai kuburan/pemakaman umum; dan

(f) selain taman dan lapangan olah raga terbuka, harus disediakan jalur-jalur hijau sebagai cadangan/sumber-sumber alam, sekaligus berfungsi sebagai filter dari polusi yang dihasilkan oleh industri, dengan lokasi menyebar.

(g) diperlukan penyediaan jalur hijau sebagai jalur pengaman lintasan kereta api, dan jalur pengaman bagi penempatan utilitas kota, dengan lokasi menyebar;

(h) pada kasus tertentu, mengembangkan pemanfaatan bantaran sungai sebagai ruang terbuka hijau atau ruang interaksi sosial (river walk) dan olahraga.

(2) Standar kebutuhan RTH dapat dilihat kembali pada Tabel 4.15.

Page 63: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-63

Tabel 4.15 Standar Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, Lapangan Olah raga, Makam

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Lahan (M2)

Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Taman/ Tempat Bermain

250 250 100 Berlokasi di tengah kelompok keluarga.

2 Taman/Tempat Bermain

2.500 1.250 1.000 Berlokasi di pusat kegiatan lingkungan.

3 Taman dan Lapangan Olah raga

30.000 9.000 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4 Taman dan Lapangan Olah raga

120.000 24.000 Terletak di jalan utama.

Berkelompok dengan sarana pendidikan.

5 Jalur Hijau Disediakan untuk 15 m2/jiwa

6 Makam 120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian. .

Sumber : SNI 03-1733-2004

11. Ketentuan mengenai perencanaan kebutuhan prasarana/utilitas

a. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan jalan

Jenis prasarana dan utilitas pada jaringan jalan yang harus disediakan ditetapkan menurut klasifikasi jalan perumahan yang disusun berdasarkan hirarki jalan, fungsi jalan dan kelas kawasan/lingkungan perumahan. Klasifikasi jalan dapat dilihat kembali pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Klasifikasi Jalan di Perumahan

Hirarki Jalan

perumahan

Dimensi dari Elemen-elemenJjalan Dimensi Pada Daerah Jalan GSB Min (m)

(m)

Keterangan Perkerasan

(m) Bahu Jalan (m)

Pedestrian (m)

Trotoar (m)

Damaja (m)

Damija (m)

Dawasja (m)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lokal Sekunder I

3,00-7.00 (mobil-motor)

1.50-2.00 (darurat parkir)

1.50 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

0.50 10.00-12.00

13.00 4.00 10.50

Lokal Sekunder II

3.00-6.00 (mobil-motor)

1.00-1.50 (darurat parkir)

1.50 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

0.50 10.00-12.00

12.00 4.00 10.00

Lokal Sekunder

3.00 (mobil-

0.50 (darurat

1.20 (pejalan

0.50 8.00 8.00 3.00 7.00 Khusus pejalan

Page 64: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-64

Hirarki Jalan

perumahan

Dimensi dari Elemen-elemenJjalan Dimensi Pada Daerah Jalan GSB Min (m)

(m)

Keterangan Perkerasan

(m) Bahu Jalan (m)

Pedestrian (m)

Trotoar (m)

Damaja (m)

Damija (m)

Dawasja (m)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

III motor) parkir) kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

kaki

Lingkungan I

1.50-2.00 Pejalan kaki-penjual dorong

0.50 0.50 3.50-4.00

4.00 2.00 4.00 Khusus pejalan kaki

Lingkungan II

1.20 Pejalan kaki-penjual dorong

0.50 0.50 3.20 4.00 2.00 4.00 Khusus pejalan kaki

Sumber : SNI 03-1733-2004

b. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan drainase

Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Bagian dari jaringan drainase dapat dilihat kembali pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Bagian jaringan Drainase

Sarana Prasarana

(1) (2)

Badan penerima air

Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)

Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)

Bangunan

pelengkap

Gorong-gorong

Pertemuan saluran

Bangunan terjunan

Jembatan

Street inlet Pompa

Pintu air

Sumber : SNI 03-1733-2004

c. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan air bersih

(1) Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: kebutuhan air bersih, jaringna air bersih, kran umum dan hidran kebakaran.

(2) Persyaratan, Kriteria dan Kebutuhan Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: (a) Penyediaan kebutuhan air bersih :

lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman.

(b) Penyediaan jaringan air bersih

Page 65: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-65

harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah;

pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass; dan

pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.

(c) Penyediaan kran umum satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; radius pelayanan maksimum 100 meter; kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991

tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Penyediaan hidran kebakaran

- untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter; - untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter; - jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter; - apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat

sumur-sumur kebakaran.

d. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan air limbah

(1) Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (a) septik tank; (b) bidang resapan; dan (c) jaringan pemipaan air limbah.

(2) Persyaratan, kriteria dan kebutuhan (a) Lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air

limbah yang memenuhi ketentuan perencanaan plambing yang berlaku. (b) Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan

perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

(c) Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

e. Ketentuan mengenai perencanaan prasarana persampahan

Kebutuhan prasarana persampahan mulai lingkup terkecil RW, Kelurahan, Kecamatan hingga lingkup Kota ditunjukkan pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Kebutuhan Prasarana Persampahan

Lingkup Prasarana Prasarana

Prasarana Keterangan

Sarana pelengkap

Status Dimensi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Rumah (5 jiwa)

Tong sampah

Pribadi - - -

RW (2500 jiwa)

Gerobak sampah

TPS 2 m3 Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian minimal 30m

Gerobak mengangkut 3x seminggu Bak

sampah kecil

6 m3

Page 66: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-66

Lingkup Prasarana

Prasarana

Prasarana Keterangan

Sarana

pelengkap

Status Dimensi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kelurahan (30.000 jiwa)

Gerobak sampah

TPS 2 m3 Gerobak mengangkut 3x seminggu Bak

sampah besar

12 m3

Kecamatan (120.000 jiwa)

Mobil sampah

TPS/TPA lokal

- Mobil mengangkut 3x seminggu Bak

sampah besar

25 m3

Kota (> 480.000 jiwa)

Bak sampah akhir

TPA - - -

Tempat daur ulang sampah

-

Sumber : SNI 03-1733-2004

f. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan listrik

(1) Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan listrik yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah : kebutuhan daya listrik; dan jaringan listrik.

(2) Persyaratan, Kriteria dan Kebutuhan (a) Penyediaan kebutuhan daya listrik

setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan

setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

(b) Penyediaan jaringan listrik disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki

pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun;

disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar.

disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;

penerangan jalan yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah;

daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan.

g. Ketentuan mengenai perencanaan jaringan telepon (1) Jenis prasarana dan utilitas jaringan telepon yang harus disediakan pada

lingkungan perumahan di perkotaan adalah: kebutuhan sambungan telepon; dan jaringan telepon.

(2) Persyaratan, kriteria, dan kebutuhan

Page 67: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-67

(a) Penyediaan kebutuhan sambungan telepon tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan

telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: - R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah - R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/

rumah - R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/ rumah

dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT tersebut;

ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;

penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan bangunan sarana lingkungan; dan

penempatan pesawat telepon harus terlindungi terhadap cuaca (hujan dan panas matahari) yang dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pemakai telepon umum tersebut.

(b) Penyediaan jaringan telepon tiap lingkungan rumah perlu dilayani jaringan telepon lingkungan dan

jaringan telepon ke hunian; jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan pergerakan

(jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain; tiang listrik yang ditempatkan pada area Damija (≈daerah milik jalan)

pada isi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar; dan

stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang

berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

h. Ketentuan perencanaan jaringan tranportasi lokal

(1) Perencanaan lingkungan permukiman dalam skala besar berpengaruh terhadap peningkatan pergerakan penduduk/warga, sehingga harus diimbangi dengan ketersediaan prasarana dan sarana jaringan transportasi umum lokal, jaringan sirkulasi pedestrian yang mendukung pergerakan dari menuju pusat kegiatan dan lingkungan hunian, serta jaringan parkir yang terintegrasi dalam daya dukung lingkungan yang disesuaikan dengan pusat kegiatan yang ada.

(2) Berbagai sarana dan prasarana yang harus direncanakan dan disediakan pada jaringan transportasi lokal adalah: (a) sistem jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum berikut

terminal /perhentiannya; (b) sistem jaringan sirkulasi pedestrian; dan (c) sistem jaringan parkir;

(3) Persyaratan, Kriteria dan Kebutuhan Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: (a) Penyediaan jaringan sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum

berikut terminal / tempat pemberhentian lainnya. (b) Penyediaan jaringan sirkulasi pedestrian c) Penyediaan jaringan parkir, meliputi :

Lahan parkir untuk area hunian

Page 68: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-68

Rumus Luas parkir untuk area hunian adalah : Luas lahan parkir (bruto) = 3% x luas daerah yang dilayani (Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota, Dirjen Cipta Karya, 1983).

Lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan Standar besaran yang umumnya dipakai adalah: - setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot parkir mobil - setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot parkir mobil Sedangkan pemilikan kendaraan adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk.

(3) Kebutuhan dan Persyaratan Jaringan Transportasi Lokal Pada Lingkungan

Perumahan dapat dilihat kembali pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Kebutuhan dan Persyaratan Jaringan Transportasi Lokal Pada Lingkungan Perumahan

No Kebutuhan Sarana Transportasi

Luas Lahan

Jangkauan Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Fasilitas sarana transportasi umum lokal

becak/andong - melayani jalan lokal sekunder/primer

Pertimbangan khusus: • jarak

jangkauan pejalan kaki

ideal ke titik transit

lain /daerah tujuan = 400 m

• jarak penempatan

elemen penunjang

fasilitas

ojek - melayani jalan lokal sekunder/primer

angkutan kota (roda 4, 2500 cc)

- melayani jalan kolektor sekunder

mini bus (roda 6, 3500 cc)

- melayani jalan kolektor primer

bus umum (roda 6, > 3500 cc)

- melayani jalan arteri

2

Fasilitas prasarana transportasi umum lokal

terminal wilayah (tiap

Kecamatan)

2000 m2 120.000 penduduk

terminal wilayah (tiap kelurahan)

1000 m2 30.000 penduduk

pangkalan oplet / angkot

500 m2 120.000 penduduk

pangkalan becak / andong

200 m2 30.000 penduduk

pangkalan ojek 200 m2 30.000 penduduk

halte - -

parkir - -

Sumber : SNI 03-1733-2004

Page 69: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-69

4.2.2. Kompilasi Antara Hasil Kompilasi I (Peraturan Perundang-undangan) dan Standar Pada tahap ini dilakukan kompilasi antara hasil kompilasi I (yaitu kompilasi

peraturan perundang-undangan) dengan standar kawasan permukiman.

1. Hasil kompilasi peraturan perundang-undangan mencakup ketentuan dari 19 aspek

yang terdiri dari persyaratan lokasi kawasan permukiman (proporsi perumahan,

persyaratan kepadatan bangunan); persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan

PSU; persyaratan lokasi hunian berimbang (persyaratan jumlah rumah, komposisi

jumlah rumah, komposisi hunian berimbang pada rumah susun); penyediaan RTH

(persyaratan berdasarkan proporsi luas RTH terhadap perkotaan, luas berdasarkan

jumlah penduduk, penyediaan RTH pekarangan, RTH sempadan sungai, RTH

sempadan KA, RTH sempadan jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan

pantai, RTH sekitar danau, waduk dan mata air); penyediaan sarana perdagangan;

sarana pendidikan; sarana kesehatan; sarana ruang terbuka, taman dan olah raga;

penyediaan jaringan listrik; jaringan air bersih; jaringan telepon; jaringan gas; saluran

drainase; prasarana persampahan; sarana penanggulangan kebakaran; jaringan

jalan; sanitasi; dan persyaratan jaringan transportasi lokal.

2. Standar yang digunakan merujuk pada SNI 03-1733-2004; Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Kompilasi antara hasil kompilasi I (peraturan perundang-undangan) dan standar ditunjukkan pada Tabel 4.20.

Page 70: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-70

Tabel 4.20 Kompilasi Antara Peraturan Perundang-undangan dan Standar

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

1

Persyaratan lokasi

a.Topografi datar sampai bergelombang (lereng

0 - 25%).

Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada

lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada

lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Drainase baik sampai sedang. d. Drainase baik sampai sedang.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

f. Tidak berada pada kawasan lindung f. Tidak berada pada kawasan lindung

g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

h. Menghindari sawah irigasi teknis. h. Menghindari sawah irigasi teknis.

Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri.

i. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri.

Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

j. Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air k. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air

Page 71: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-71

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis. setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

Proporsi penggunaan lahan perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b.Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan;

b.Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan;

Persyaratan kepadatan bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Kebutuhan luas lantai minimum

Kebutuhan luas lantai minimum hunian bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang; bagi anak 4,8 m2/orang.

Kebutuhan luas lantai minimum hunian : a. Bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang;

b. Bagi anak 4,8 m2/orang.

Kebutuhan luas kaveling minimum

Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%; kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%;

b. Kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

Ketentuan mengenai asumsi besaran lingkungan perumahan

1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk 1 RW : terdiri dari 8 – 10 RT (2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10 – 12 RW (30.000 jiwa) 1 kecamatan: terdiri dari 4 – 6 kelurahan (120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa penduduk 1 RW : terdiri dari 8 – 10 RT (2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10 – 12 RW (30.000 jiwa) 1 kecamatan: terdiri dari 4 – 6 kelurahan (120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

2

Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU:

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/ Kota;

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/ Kota;

b. Status tanah tidak dalam sengketa; dan b. Status tanah tidak dalam sengketa; dan

Page 72: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-72

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak. d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

3 Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 (seribu) rumah.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) dibangun dalam satu wilayah

kabupaten/ kota; (2) penyediaan akses ke pusat pelayanan

dan tempat kerja.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat

kerja.

Komposisi hunian berimbang pada rumah susun

Sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

Sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

4 Penyediaan RTH Minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka

Page 73: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-73

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

terhadap proporsi luas wilayah perkotaan

terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 1)

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 1)

Penyediaan RTH Pekarangan

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput

Penyediaan RTH Sempadan Sungai

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

RTH Sempadan Kereta Api

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka

Page 74: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-74

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2)

Hijau di Kawasan Perkotaan 2)

RTH Sempadan jaringabn Listrik tegangan Tinggi

64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

Penyediaan RTH Sempadan Pantai

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100

m dari batas air pasang tertinggi ke arah

darat.

Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan.

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknay tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

c. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk dan Mata Air

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

5 Persyaratan penyediaan Sarana Perdagangan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

6 Persyaratan Penyediaan Sarana Pendidikan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

7 Persyaratan penyediaan Sarana Kesehatan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

8 Persyaratan penyediaan Ruang terbuka, Taman

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Mengikuti persyaratan penyediaan ruang terbuka, taman dan lapangan olah aga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

Page 75: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-75

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

dan lapangan Olah Raga

Di Perkotaan (lihat kembali 1)

9 Persyaratan penyediaan Sarana pemerintahan dan Bangunan Umum

Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6)

Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6)

10 Persyaratan Penyediaan Sarana Peribadatan

Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7)

Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 7)

11 Persyaratan Penyediaan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8)

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8)

12 Persyaratan Penyediaan jaringan Listrik

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya.

Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya.

c. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

c. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

d. Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya

listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana

lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah

tangga.

Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan

e. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya

listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari

Page 76: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-76

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

umum. kegiatan umum.

Disediakan penerangan jalan yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.

f. Disediakan penerangan jalan yang memiliki kuat

penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka

tanah.

13

Penyediaan jaringan air bersih

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari.

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari.

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;

a. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

b. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;

c. Radius pelayanan maksimum 100 meter;

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; c. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250

jiwa; d. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30

liter/orang/hari; e. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter;

c. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

f. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

14

Persyaratan Penyediaan jaringan telpon

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum.

a. Pembangunan perumahan tidak hanya membangun

rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum.

a. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3

sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2

sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1

sambungan/ rumah

b. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3

sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-

2 sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1

sambungan/ rumah c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon

umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon

umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang

Page 77: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-77

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT. ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT.

d. ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus

memiliki jarak radius bagi pejalan kaki 200 - 400 m;

d. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus

memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m

e. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

e. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan

3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

15 Persyaratan Penyediaan Jaringan Gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

16

Penyediaan sarana persampahan

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah; b. Pembuatan tempat pengolahan sampah;

c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal.

c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal.

Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9)

d. Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9)

17

Penyediaan Jaringan Drainase

a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap;

a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap;

b. Sistem drainase harus dihubungkan

dengan badan air penerima,

b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air

penerima,

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan.

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/

perkotaan.

d. Sistem pembuangan air hujan harus

mempunyai kapasitas tampung cukup.

d. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai

kapasitas tampung yang cukup.

Page 78: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-78

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan

penanaman pohon. e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan

penanaman pohon. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase. f. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran

drainase 18

Penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 10)

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan

melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 10)

Penyediaan hidran kebakaran (1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran

100 meter; (2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum

200 meter;

b. Penyediaan hidran kebakaran (1) Uuntuk daerah komersial jarak antara kran

kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran

maksimum 200 meter;

Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter; c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter

Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran.

d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan

membuat sumur-sumur kebakaran.

19

Penyediaan jaringan jalan

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan 11). b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan 11).

c. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur

bagi pemanfaatan ruang yang terletak di

kawasan pengendalian ketat .

c. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi

pemanfaatan ruang yang terletak di kawasan

pengendalian ketat .

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 12)

d. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

12)

20

Persyaratan Penyediaan Sanitasi

a. Melalui pembangunan prasarana air limbah komunal;

a. Penyediaan sarana sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal;

b. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan

b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan

Page 79: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-79

No

Aspek

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

Standar SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Hasil Kompilasi Peraturan Perundang-undangan

dan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5)

dan keamanan konstruksi; keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada,

maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan

sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus

dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah

kota atau dengan cara pengolahan lain.

Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang

resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang

resapan bersama yang dapat melayani beberapa

rumah.

21 Persyaratan jaringan transportasi lokal

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 13)

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 13)

Sumber : Tim Penyusun; 2013

Page 80: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-80

Catatan :

1) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, Lapangan Olah raga, Makam

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Lahan

(M2)

Radius Pencapai

an (M’)

Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Taman/ Tempat Bermain

250 250 100 Berlokasi di tengah kelompok keluarga.

2 Taman/Tempat Bermain

2.500 1.250 1.000 Berlokasi di pusat kegiatan lingkungan.

3 Taman dan Lapangan Olah raga

30.000 9.000 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4 Taman dan Lapangan Olah raga

120.000 24.000 Terletak di jalan utama. Berkelompok dengan sarana pendidikan.

5 Jalur Hijau Disediakan untuk 15 m2/jiwa

6 Makam 120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian. . Sumber : SNI 03-1733-2004

2) Ketentuan mengenai RTH Sempadan Kereta Api

Jalan Rel kereta Api Terletak di Obyek

Tanaman Bangunan

(1) (2) (3)

e. Jalan rel kereta api lurus >11 m >20 m

f. Jalan rel kereta api belokan/lengkung

- Lengkung dalam >23 m >23m

- Lengkung luar >11 m >11 m Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

Page 81: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-81

3) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencap

aian (M)

Keterangan

Luas Lantai

(m2)

Luas Lahan

(m2)

(1) (2) (3) (3) (4) (5) (6)

1 Toko/Warung 250 50 (termasuk gudang)

100 (bisa

berdiri sendiri)

300 Ditempatkan di tengah kelompok tetangga.

Dapat merupakan bagian dari sarana lainnya.

2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 2.000 Di pusat kegiatan sub lingkungan.

3 Pusat Pertokoan dan Pasar Lingkungan

30.000 13.500 10.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko, pasar, bank, kantor)

120.000 36.000 36.000 1.000 Terletak di jalan utama, termasuk sarana parkir.

Sumber : SNI 03-1733-2004

4) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencap

aian (m)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Taman Kanak-kanak 1.250 216 500 500 Terdiri dari 2 rombongan belajar

@ 60 murid.

2 Sekolah Dasar 1.600 633 2.000 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Bergabung dengan taman.

Page 82: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-82

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencap

aian (m)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Tidak harus selalu di pusat lingkungan.

Dapat digabung dengan sarana pendidikan lain, missal SD, SMP, SMA dalam satu kompleks.

4 Taman Bacaan 2.500 72 150 1.000 Ditempatkan di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

Sumber : SNI 03-1733-2004

5) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Posyandu 1.250 36 60 500 Berada di tengah kelompok tetangga.

Tidak menyeberang jalan raya

Dapat bergabung dengan Balai Warga atau hunian.

2 Balai Pengobatan Warga

2.500 150 300 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan

Page 83: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-83

No Jenis Sarana

Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

raya. Dapat bergabung dengan

Balai Warga

3 BKIA/Klink Bersalin 30.000 1.500 3.000 4.000 Dapat dijangkau kendaraan umum.

4 Puskesmas Pembantu dan balai Pengobatan Lingkungan

30.000 150 300 1.500 Dapat dijangkau kendaraan umum.

Dapat bergabung dengan lokasi kantor kelurahan.

5 Puskesmas dan Balai

Pengobatan

30.000 420 3.000 Dapat dijangkau

kendaraan umum. Dapat bergabung dengan

lokasi kantor kecamatan

6 Tempat Praktek Dokter

5.000 18 1.500 Dapat bersatu dengan rumah tinggal atau tempat usaha apotik.

7 Apotik 30.000 120 250 1.500 Dapat bersatu dengan tempat praktek dokter

Sumber : SNI 03-1733-2004

6) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

1 Balai Pertemuan 2.500 150 300 Berada di tengah

kelompok bangunan

Page 84: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-84

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

warga. Dapat berintegrasi

dengan lingkungan lain

2 Pos Hansip 2.500 6 12 500 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Dapat berintegrasi dengan lingkungan lain.

3 Gardu Listrik 2.500 20 30 500 Lokasinya harus mempertimbangkan

keamanan dan kenyamanan sekitar.

4 Telepon Umum, Bis Surat

2.500 30 500 Lokasinya disebar pada titik-titik strategis atau di sekitar pusat lingkungan.

5 Parkir Umum 2.500 100 Ditempatkan sekitar balai pertemuan warga

II TINGKAT KELURAHAN

1 Kantor Kelurahan 30.000 500 1.000 Dapat dijangkau dengan

kendaraan umum

2 Pos Kamtib 30.000 72 200 Dapat digabung dalam satu tapak dengan bangunan pelayanan umum lain.

3 Pos PMK 30.000 72 200 Idem

4 Agen Pos 30.000 36 72 Bisa digabung denganwarnet, warpostel, wartel.

5 Loket Pembayaran Air Bersih

30.000 21 60 Lebih baik saling bersebalahan dengan

Page 85: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-85

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

tempat pembayaran listrik

6 Loket Pembayaran Listrik

30.000 21 60 Lebih baik saling bersebalahan dengan tempat pembayaran air.

7 Telepon umum, Bis Surat, bak sampah

30.000 80 Lokasinya disebar di tempat strategis atau sekitar pusat lingkungan.

8 Parkir Umum 30.000 500 Ditempatkan sekitar

gedung serba guna atau balai karang taruna.

III TINGKAT KECAMATAN

1 Kantor Kecamatan 120.000 1.000 2.500 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

Mudah dijangkau dari lingkungan luar.

2 Kantor Polisi 120.000 500 1.000

3 Pos PMK 120.000 500 1.000 Dapat digabung dengan

kelompok bangunan lain dalam satu tapak.

4 Kantor Pos Pembantu 120.000 250 500

5 STO 120.000 500 1.000 3-5 km Mudah dijangkau dari lingkungan luar.

6 KUA/Balai Nikah/BP4 120.000 250 750 Lokasi strategis. Mudah dijangkau dari

lingkungan luar

7 Telepon Umum, Bis

Surat, Bak Sampah

120.000 80 Lokasinya disebar pada

beberapa titik strategis, atau di sekitar pusat

Page 86: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-86

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(m2)

Kriteria

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I TINGKAT RW

lingkungan.

8 Parkir Umum 120.000 200 Ditempatkan di sekitar balai pertemuan warga.

Sumber : SNI 03-1733-2004

7) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Peribadatan

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Penca

paian (M)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Musholla/

Langgar

250 45 100 100 Ditempatkan di tengah

kelompok tetangga. Dapat merupakan bagian

dari bangunan lainnya.

2 Masjid Warga 2.500 300 600 1.000 Berlokasi di tengah kelompok warga.

Tidak menyeberang jalan raya.

3 Masjid Lingkungan (Desa)

30.000 1.800 3.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

4 Masjid Kecamatan 120.000 3.600 5.400 1.000 Berdekatan dengan pusat lingkungan.

5 Sarana Ibadah Agama Lain

Tergantung sistem

kekerabatan/

Tergantung

kebiasaan

Tergantung

kebiasaan

Page 87: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-87

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Penca

paian (M)

Keterangan

Luas Lantai (m2)

Luas Lahan (m2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

hirarki lembaga.

setempat. setempat.

Sumber : SNI 03-1733-2004

8) Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

No Jenis Sarana Jumlah Penduduk

Pendukung (Jiwa)

Kebutuhan Luas Radius Pencapaian

(M’)

Keterangan

Lantai (M2)

Lahan (M2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Balai Warga/Balai Pertemuan

2.500 150 300 100 Berlokasi di tengah kelompok keluarga.

2 Balai Serba GUna/Balai

Karang Taruna

30.000 250 500 100 Berlokasi di pusat

kegiatan lingkungan.

3 Gedung Serba Guna 120.000 1.500 3.000 100 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4 Gedung Bioskop/Gedung Pertunjukan

120.000 1.000 2.000 100 Terletak di jalan utama. Berkelompok dengan

sarana pendidikan. Sumber : SNI 03-1733-2004

Page 88: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-88

9) Ketentuan mengenai Kebutuhan Prasarana Persampahan

Lingkup Prasarana Prasarana

Prasarana Keterangan

Sarana pelengkap Status Dimensi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Rumah (5 jiwa) Tong sampah Pribadi - - -

RW (2500 jiwa) Gerobak sampah TPS 2 m3 Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian minimal 30m

Gerobak mengangkut 3x seminggu

Bak sampah kecil 6 m3

Kelurahan (30.000 jiwa)

Gerobak sampah TPS 2 m3 Gerobak mengangkut 3x seminggu

Bak sampah besar 12 m3

Kecamatan (120.000 jiwa)

Mobil sampah TPS/TPA lokal

- Mobil mengangkut 3x seminggu Bak sampah besar 25 m3

Kota (> 480.000 jiwa)

Bak sampah akhir TPA - - -

Tempat daur ulang sampah

-

Sumber : SNI 03-1733-2004

10) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran :

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasif meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjaranya api dan asap kebakaran.

b. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi aktif meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan memadamkan kebakaran, pengendalian asap, dan sarana penyelamatan kebakaran.

11) Ketentuan mengenai kecepatan dan lebar jalan.

a. jalan arteri primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 60 km/jam dan lebar badan jalan minimal 11 meter. b. jalan kolektor primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 40 km/jam dan lebar badan jalan minimal 9 meter. c. jalan lokal primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan lebar badan jalan minimal 6,5 meter. d. jalan lingkungan primer dirancang dengan kecepatan paling rendah 15 km/jam dan lebar badan jalan minimal 6,5 meter. e. jalan arteri sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 30 km/jam dan lebar badan jalan minimal 11 meter. f. jalan kolektor sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan lebar badan jalan minimal 9 meter. g. jalan lokal sekunder dirancang dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam dan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.

Page 89: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-89

h. jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter.

12) Ketentuan mengenai penyediaan sarana jaringan jalan di Perumahan

Hirarki Jalan

perumahan

Dimensi dari Elemen-elemenJjalan Dimensi Pada Daerah Jalan GSB Min (m)

(m)

Keterangan Perkerasan

(m) Bahu Jalan (m)

Pedestrian (m)

Trotoar (m)

Damaja (m)

Damija (m)

Dawasja (m)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lokal Sekunder I

3,00-7.00 (mobil-motor)

1.50-2.00 (darurat parkir)

1.50 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

0.50 10.00-12.00

13.00 4.00 10.50

Lokal Sekunder II

3.00-6.00 (mobil-motor)

1.00-1.50 (darurat parkir)

1.50 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

0.50 10.00-12.00

12.00 4.00 10.00

Lokal Sekunder III

3.00 (mobil-motor)

0.50 (darurat parkir)

1.20 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda)

0.50 8.00 8.00 3.00 7.00 Khusus pejalan kaki

Lingkungan I

1.50-2.00 Pejalan kaki-penjual dorong

0.50 0.50 3.50-4.00

4.00 2.00 4.00 Khusus pejalan kaki

Lingkungan II

1.20 Pejalan kaki-penjual dorong

0.50 0.50 3.20 4.00 2.00 4.00 Khusus pejalan kaki

Sumber : SNI 03-1733-2004

13) Ketentuan mengenai Kebutuhan dan Persyaratan Jaringan Transportasi Lokal

No Kebutuhan Sarana Transportasi

Luas Lahan

Jangkauan Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

becak/andong - melayani jalan lokal sekunder/primer

Pertimbangan khusus: • jarak jangkauan

Page 90: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-90

No Kebutuhan Sarana Transportasi

Luas Lahan

Jangkauan Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Fasilitas sarana transportasi umum lokal

ojek - melayani jalan lokal sekunder/primer

pejalan kaki ideal ke titik transit lain

/daerah tujuan = 400 m

• jarak penempatan elemen penunjang fasilitas

angkutan kota (roda 4, 2500 cc)

- melayani jalan kolektor sekunder

mini bus (roda 6, 3500 cc)

- melayani jalan kolektor primer

bus umum (roda 6, > 3500 cc)

- melayani jalan arteri

2

Fasilitas prasarana transportasi umum lokal

terminal wilayah (tiap Kecamatan)

2000 m2 120.000 penduduk

terminal wilayah

(tiap kelurahan)

1000 m2 30.000 penduduk

pangkalan oplet / angkot

500 m2 120.000 penduduk

pangkalan becak / andong

200 m2 30.000 penduduk

pangkalan ojek 200 m2 30.000 penduduk

halte - -

parkir - -

Sumber : SNI 03-1733-2004

Page 91: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-91

Hasil kompilasi peraturan perundang-undangan dan standar adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan lokasi a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan:

(1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%. b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai

air 60 - 100 liter/org/hari. c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi). d. Drainase baik sampai sedang. e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata

air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan. f. Tidak berada pada kawasan lindung. g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga. h. Menghindari sawah irigasi teknis. i. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan,

ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri. j. Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi

persyaratan administratif, teknis dan ekologis. k. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan

rekayasa/ penyelesaian teknis. Proporsi penggunaan lahan perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b. Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan;

Persyaratan kepadatan bangunan Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Kebutuhan luas lantai minimum hunian a. Bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang; b. Bagi anak-anak adalah 4,8 m2/orang Kebutuhan luas kaveling minimum

a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%;

b. Kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

Dasar asumsi besaran lingkungan perumahan a. 1 RW : terdiri dari 8-10 RT (2.500 jiwa)

b. 1 Kelurahan : terdiri dari 10-12 RW (30.000 jiwa)

c. 1 Kecamatan : terdiri dari 4-6 kelurahan (120.000 jiwa)

d. 1 Kota : terdiri dari sekurangnya 1 kecamatan.

2. Persyaratan lokasi mendapat bantuan PSU

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/ Kota b. Status tanah tidak dalam sengketa c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung

rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah. d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

Page 92: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-92

3. Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat kerja.

Komposisi hunian berimbang pada rumah susun

Sekurang-kurangnya 20 % dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

4. Penyediaan RTH pada lingkup kota

RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 1)

b. b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan

dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 1)

Penyediaan RTH pekarangan

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan

semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman

semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak

dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Penyediaan RTH Sempadan Sungai di kawasan perkotaan

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi

sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

Penyediaan RTH Sempadan Kereta Api

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2)

Penyediaan RTH jaringan Listrik Tegangan Tinggi

Lebar 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik.

Page 93: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-93

Penyediaan RTH Sempadan Pantai

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknay tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen.

c. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%. Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk, Mata Air

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air. 5. Penyediaan sarana perdagangan dan niaga

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

6. Penyediaan sarana pendidikan

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

7. Penyediaan sarana kesehatan

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5).

8. Penyediaan sarana ruang terbuka, taman, lapangan olah raga

Mengikuti persyaratan penyediaan ruang terbuka, taman dan lapangan olah aga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan (lihat kembali 1).

9. Penyediaan sarana pemerintahan dan bangunan umum

Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6)

10. Penyediaan sarana peribadatan

Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7)

11. Penyediaan sarana kebudayaan dan rekreasi

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8)

12. Penyediaan jaringan listrik

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum

b. Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

c. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.

d. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya. e. Disediakan penerangan jalan yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan

tinggi > 5 meter dari muka tanah.

Page 94: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-94

f. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

13. Penyediaan jaringan air bersih

a. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor. b. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari. c. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; d. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; e. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; f. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter.

14. Penyediaan jaringan telepon

a. Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum, termasuk jaringan telepon.

b. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa, atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/ rumah

c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT.

d. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m.

15. Penyediaan jaringan gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prasarana, sarana dan utilitas umum.

16. Penyediaan prasarana persampahan

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah; c. Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang

Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9)

d. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal.

17. Penyediaan saluran drainase

a. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase b. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap; c. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima, d. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase

kawasan/perkotaan. e. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang

cukup. f. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

18. Penyediaan prasarana penanggulangan kebakaran

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 10)

b. Penyediaan hidran kebakaran (1) Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;

Page 95: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-95

(2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter; c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur

kebakaran.

19. Penyediaan prasarana jaringan jalan a. Penyediaan jaringan jalan untuk memudahan hubungan di luar dan di dalam

bangunan gedung.

b. Penyediaan jalan mengikuti sistem dan fungsi jalan 11).

c. Penyediaan jalan di lingkungan perumahan mengikuti SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 12)

d. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang

terletak di kawasan pengendalian ketat .

20. Penyediaan sanitasi a. Penyediaan sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal; b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi

yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

.d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

21. Persyaratan jaringan transportasi lokal

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 13).

Hasil kompilasi antara regulasi dan standar selanjutnya dikompilasikan lagi dengan kondisi empiris, teori dan rencana tata ruang, sebagaimana dipaparkan pada Tabel 4.18. Kondisi empiris yang digunakan sebagai refersnai adalah Kawasan Permukiman Gresik Kota Baru, Perumahan Green Hill Gresik dan Town House Emerald. Sedangkan rencana tata ruang yang digunakan sebagai referensi adalah RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030. 4.3. TINJAUAN EMPIRIS DAN RENCANA TATA RUANG

4.3.1. Tinjauan Kondisi Empiris

Kondisi empiris yang digunakan sebagai referensi adalah Kawasan Perumahan

Gresik Kota Baru (GKB), Perumahan Green Hill dan Perumahan Town House Emerald.

Aspek yang ditinjau adalah luas lingkungn hunian, luas kaveling minimum, luas bangunan

minimum, proporsi pemanfaatan lahan, penyediaan RTH, penyediaan fasilitas komersial,

penyediaan jaringan air bersih, telepon, gas, saluran drainase, jaringan jalan.

Page 96: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-96

Kompilasi kondisi empiris untuk masing-masing aspek ditunjukkan pada Tabel 4.18. 4.3.2. Tinjauan Rencana Tata Ruang

Rencana Tata Ruang yang digunakan sebagai referensi dalam studi ini adalah

RTRW Kabupaten Gresik Tahun 2011-2030.

Aspek-aspek yang diidentifikasikan merujuk pada strategi pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Gresik, yaitu : 1. Kebijakan pengembangan kawasan peruntukan permukiman

Kebijakan kawasan peruntukan permukiman berupa pengembangan kawasan permukiman yang nyaman, aman, seimbang, serta mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

2. Penyediaan lahan

Mengembangkan kasiba dan lisiba mandiri. 3. Penyediaan rumah

Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat.

4. Penyediaan prasarana dan sarana

a. Memanfaatkan dan mengelola kawasan peruntukan permukiman yang didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan,penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan,pendidikan, agama);

b. Menyediakan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan perkotaan. 5. Inovasi teknologi

Mengembangkan dan menerapkan inovasi teknologi tepat guna bidang perumahan; 6. Regulasi

Meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.

7. Peran pihak swasta dan masyarakat

a. Meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan b. Mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang bertumpu

pada keswadayaan masyarakat. 4.3.3. Kompilasi Antara Hasil Kompilasi II (Peraturan dan Standar) Dengan

Kondisi Empiris dan Rencana Tata Ruang

Kompilasi antara peraturan perundang-undangan dan standar, kondisi empiris lapangan dan rencana taat ruang, mencakup : 1. Hasil kompilasi II, yaitu peraturan perundang-undangan dan standar yang mencakup

15 aspek terdiri dari persyaratan lokasi kawasan industri; proporsi pemanfaatan lahan;

persyaratan penyediaan rumah; penyediaan RTH, penyediaan fasilitas komersial;

penyediaan jaringan listrik; jaringan air bersih; jaringan telepon; jaringan gas industri;

sarana persampahan; saluran drainase; penyediaan jaringan jalan; penyediaan IPAL;

dan penyediaan limbah cair.

2. Kajian empiris yang mencakup aspek persyaratan lokasi, proporsi pemanfaatan lahan,

penyediaan RTH, penyediaan fasilitas komersial, penyediaan jaringan air bersih,

telepon, gas, saluran drainase, jaringan jalan dan penyediaan IPAL.

Page 97: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-97

3. Tinjauan rencana tata ruang yang mencakup strategi penempatan lokasi industri, luas

kawasan industri, penyediaan RTH dan fasilitas komersial, penyediaan jaringan listrik,

air bersih, telepon, persampahan, saluran drainase dan IPAL; serta strategi

penyediaan jaringan jalan.

Selanjutnya kompilasi antara peraturan perundang-undangan dan standar dengan kondisi empiris dan rencana tata ruang ditunjukkan pada Tabel 4.19.

Page 98: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-98

Tabel 4.21 Kompilasi Antar Kondisi Empiris pada Lingkungan Hunian

No Aspek Kawasan permukiman Kompilasi Kondisi Empiris

Perumahan Gresik Kota Baru Perumahan Green Hill Perumahan Town House Emerald

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Proporsi pemanfaatan lahan di dalam lingkungan hunian

a. Kaveling siap bangun

(perumahan) 59,66%.

b. Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial 9,17%

c. Sarana dan prasarana jalan

dan saluran 31,17%

Proporsi pemanfaatan lahan : a. Perumahan Gresik Kota Baru

(1) Perumahan 59,66%. (2) Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial

9,17% (3) Sarana dan prasarana jalan dan

saluran 31,17% b. Perumahan Green Hill : tidak ada data

c. Perumahan Emerald : tidak ada data

2 Luas lingkungan hunian

135,9137 Ha. 0,6837 Ha Luas lingkungan hunian : a. Perumahan Gresik Kota Baru 1.359.137

m2. b. Perumahan Green Hill : tidak ada data. c. Perumahan Emerald : 6.837 m2.

3 Luas kaveling minimum 60 m2 Luas kaveling minimum : a. Perumahan Gresik Kota Baru : tidak ada

data. b. Perumahan Green Hill : tidak ada data c. Perumahan Emerald : 60 m2

4 Luas bangunan minimum

21 m2 30 m2 32 m2 Luas bangunan minimum : a. Perumahan Gresik Kota Baru : 21 m2 b. Perumahan Green Hill : 30 m2. c. Perumahan emerald : 32 m2.

5 Penyediaan RTH

a. Taman dan lapangan

terbuka luas 60.386 m2

(4,442%).

b. Makam luas 4.386 m2

(0,0325)

Taman bermain, taman, lapangan olah raga.

Penyediaan RTH : a. Gresik Kota Baru :

(1) Taman dan lapangan terbuka luas 60.386 m2 (4,442%).

(2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325) b. Perumahan Green Hill : taman bermain,

taman, lapangan olah raga.

Page 99: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-99

No Aspek Kawasan permukiman Kompilasi Kondisi Empiris

Perumahan Gresik Kota Baru Perumahan Green Hill Perumahan Town House Emerald

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

c. Perumahan emerald : tidak ada data.

6 Penyediaan fasilitas komersial

Pertokoan luas 6.285 m2 (0,046%).

Ruko luas 48 m2/unit Penyediaan fasilitas komersial : a. Perumahan Gresik Kota baru : 6.285%

(0,046%). b. Perumahan Green Hill ; tidak ad adata. c. Perumahan Emerald : ruko luas 48

m2/unit.

7 Penyediaan fasilitas umum

TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi, tempat ibadah, balai pertemuan, puskesmas pembantu, rumah sakit, apotik; luas total 58.806 m2 (4,32%).

Masjid, musholla, balai pertemuan, jogging track, square, pos keamanan

Penyediaan fasilitas umum : a. Perumahan Gresik Kota baru : TK, SD,

SMP, SMU, Perguruan Tinggi, tempat ibadah, balai pertemuan, puskesmas pembantu, rumah sakit, apotik; luas total 58.806 m2 (4,32%).

b. Perumahan Green Hill : Masjid, musholla, balai pertemuan, jogging track, square, pos keamanan.

c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

8 Penyediaan jaringan listrik

Jaringan listrik PLN : jaringan SUTM 20 KV dan SUTR 220/380 V.

Jaringan listrik PLN Jaringan listrik PLN Penyediaan jaringan listrik : a. Perumahsn Gresik Kota Baru : listrik PLN b. Perumahan Green Hill : listrik PLN. c. Perumahan Emerald ; listrik PLN.

9 Penyediaan jaringan air bersih

PDAM Jaringan air bersih PDAM Jaringan air bersih PDAM Penyediaan air bersih : a. Perumahan Gresik Kota Baru ; air bersih

dari PDAM. b. Perumahan Green Hill : air bersih dari

PDAM. c. Perumahan Emerald : air bersih dari

PDAM. 10 Penyediaan jaringan

telepon Tidak ada data

11 Penyediaan sarana persampahan

Tersedia 4 TPS dengan luas 213,09 m2.

TPS Penyediaan sarana persampahan : a. Perumahan Gresik Kota baru : 4 TPS

luas 213,09 m2.

Page 100: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-100

No Aspek Kawasan permukiman Kompilasi Kondisi Empiris

Perumahan Gresik Kota Baru Perumahan Green Hill Perumahan Town House Emerald

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

b. Perumahan Green Hill : TPS c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

12. Penyediaan jaringan jalan

Jalan utama lingkungan hunian berupa jalan kembar dengan median di tengahnya.

Ada 5 klasifikasi lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7 meter, ROW 8 meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

Penyediaan jaringan jalan : a. Perumahan Gresik Kota Baru : jalan

utama berupa jalna kembar. b. Perumahan Green Hill : Ada 5 klasifikasi

lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7 meter, ROW 8 meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

13 Akses utama Sistem one gate yang dilengkapi security

Sistem one gate Akses utama : a. Perumahan Gresik Kota baru : tidak ada

data. b. Perumahan Green Hill : sistem one gate. c. Perumahan Emerald : sistem one gate.

Sumber : Tim Penyusun; 2013

Page 101: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-101

Tabel 4.22 Kompilasi Antara Regulasi dan Standar, Dengan Kondisi Empiris dan Rencana Tata Ruang.

No

Aspek Kompilasi II

Regulasi dan Standar Empiris

Perumahan Gresik Kota baru, Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Persyaratan lokasi a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang

terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan

yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Drainase baik sampai sedang. d. Drainase baik sampai sedang.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

h. Tidak berada pada kawasan lindung i. Tidak berada pada kawasan lindung

h. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

i. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

h. Menghindari sawah irigasi teknis. h. Menghindari sawah irigasi teknis.

i. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri.

i. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri.

j. Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan

j. Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan

Page 102: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-102

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

ekologis. ekologis.

k. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

k. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

Penyediaan rumah Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat.

Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat.

Proporsi penggunaan lahan perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

a. Perumahan Gresik Kota Baru (1) Perumahan 59,66%. (2) Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial 9,17% (3) Sarana dan prasarana jalan

dan saluran 31,17% b. Perumahan Green Hill : tidak ada

data c. Perumahan Emerald : tidak ada

data

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : (1) Perumahan 59,66%. (2) Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial

9,17% (3) Sarana dan prasarana jalan dan

saluran 31,17%

b.Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan;

c. Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan;

Penyediaan lahan Mengembangkan kasiba dan lisiba mandiri.

Mengembangkan kasiba dan lisiba mandiri.

Persyaratan kepadatan bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Luas lingkungan hunian

a. Perumahan Gresik Kota Baru 1.359.137 m2.

b. Perumahan Green Hill : tidak ada data.

c. Perumahan Emerald : 6.837 m2.

a. Perumahan Gresik Kota Baru 1.359.137 m2.

b. Perumahan Green Hill : tidak ada data. c. Perumahan Emerald : 6.837 m2.

Page 103: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-103

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kebutuhan luas lantai minimum

Kebutuhan luas lantai minimum hunian : a. Bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang;

b. Bagi anak 4,8 m2/orang.

a. Perumahan Gresik Kota Baru : 21 m2

b. Perumahan Green Hill : 30 m2. Perumahan Emerald : 32 m2.

a. Kebutuhan luas lantai minimum hunian :

(1) Bagi orang dewasa adalah 9,6

m2/orang;

(2) Bagi anak 4,8 m2/orang.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : 21 m2 c. Perumahan Green Hill : 30 m2. d. Perumahan Emerald : 32 m2.

Kebutuhan luas kaveling minimum

a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%;

b. Kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

a. Perumahan Gresik Kota Baru : tidak ada data.

b. Perumahan Green Hill : tidak ada data

c. Perumahan Emerald : 60 m2

a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%;

b. Kebutuhan ruang untuk pelayanan 50%

dari total kebutuhan luas lantai).

c. Perumahan Emerald : 60 m2

Ketentuan mengenai asumsi besaran lingkungan hunian

1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8 – 10 RT (2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10 – 12 RW (30.000 jiwa) 1 kecamatan: terdiri dari 4 – 6 kelurahan (120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

1 RT : terdiri dari 150 – 250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8 – 10 RT (2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10 – 12 RW (30.000 jiwa) 1 kecamatan: terdiri dari 4 – 6 kelurahan (120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang- kurangnya 1 kecamatan

2 Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU:

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/

Kota;

a. Lokasi sesuai dengan RTRW

Kabupaten/ Kota;

b. Status tanah tidak dalam sengketa; dan b. Status tanah tidak dalam sengketa; dan

c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak. d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

Page 104: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-104

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

3 Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

a. Lokasi hunian berimbang dalam satu

hamparan wajib dilaksanakan pada

permukiman, lingkungan hunian, kawasan

permukiman.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu

hamparan wajib dilaksanakan pada

permukiman, lingkungan hunian,

kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu

hamparan sekurang-kurangnya

menampung 1.000 rumah.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu

hamparan dapat dilaksanakan pada

perumahan yang sekurang-kurangnya

menampung 50 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah

kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat pelayanan

dan tempat kerja.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah

kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat

pelayanan dan tempat kerja.

4 Proporsi penyediaan RTH pada lingkup kota

RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Proporsi penyediaan RTH pada satu lingkungan hunian

a. Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan terbuka

luas 60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2

(0,0325) b. Perumahan Green Hill : taman

a. Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan terbuka luas

60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325)

b. Perumahan Green Hill : taman bermain, taman, lapangan olah raga.

Page 105: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-105

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

bermain, taman, lapangan olah raga.

c. Perumahan emerald : tidak ada data.

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 1)

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang

Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 1)

Penyediaan RTH Pekarangan

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput

Penyediaan RTH Sempadan Sungai

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

RTH Sempadan Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Page 106: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-106

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kereta Api

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2)

Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2)

RTH Sempadan jaringabn Listrik tegangan Tinggi

a. 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknay tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen.

a. 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknay tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen.

Penyediaan RTH Sempadan Pantai

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

a.Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk dan Mata Air

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

a.Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

b.Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

5 Persyaratan penyediaan Sarana Perdagangan

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

a. Perumahan Gresik Kota baru : 6.285 m2 (0,046%).

b. Perumahan Green Hill ; tidak ad adata.

c. Perumahan Emerald : ruko luas 48 m2/unit.

a.Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 3)

b.Perumahan Gresik Kota baru : 6.285 m2 (0,046%).

c. Perumahan Emerald : ruko luas 48 m2/unit.

6 Persyaratan Penyediaan Sarana Pendidikan

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 4)

a. Perumahan Gresik Kota baru : TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi.

b. Perumahan Green Hill : tidak ada

a.Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

Page 107: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-107

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

sarana pendidikan c. Perumahan Emerald : tidak ada

data.

b.Perumahan Gresik Kota baru : TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi.

7 Persyaratan penyediaan Sarana Kesehatan

Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 5)

a. Perumahan Gresik Kota baru : puskesmas pembantu, rumah sakit, apotik.

b. Perumahan Green Hill : tidak ada c. Perumahan Emerald : tidak ada

data.

a.Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

b.Perumahan Gresik Kota baru : puskesmas pembantu, rumah sakit, apotik.

8 Persyaratan penyediaan Ruang terbuka, Taman dan lapangan Olah Raga

Mengikuti persyaratan penyediaan ruang terbuka, taman dan lapangan olah aga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

Di Perkotaan (lihat kembali 1)

a. Perumahan Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan terbuka

luas 60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2

(0,0325) b. Perumahan Green Hill : jogging

track, square. c. Perumahan Emerald : tidak ada

data.

a.Mengikuti persyaratan penyediaan ruang

terbuka, taman dan lapangan olah aga

menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata

Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan (lihat kembali

1)

b.Perumahan Gresik Kota Baru :

(1) Taman dan lapangan terbuka luas 60.386 m2 (4,442%).

(2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325) c. Perumahan Green Hill : jogging track,

square.

9 Persyaratan penyediaan Sarana pemerintahan dan Bangunan Umum

Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6)

a. Perumahan Gresik Kota Baru : balai pertemuan

b. Perumahan Green Hill : balai pertemuan, pos keamanan.

c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

a.Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 6)

b.Perumahan Gresik Kota Baru : balai pertemuan

c. Perumahan Green Hill : balai pertemuan, pos keamanan.

Page 108: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-108

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 Persyaratan Penyediaan Sarana Peribadatan

Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 7)

a. Perumahan Gresik Kota Baru : tempat ibadah

b. Perumahan Green Hill : Masjid, musholla

c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

a.Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 7)

b.Perumahan Gresik Kota Baru : tempat ibadah

c. Perumahan Green Hill : Masjid, musholla

11 Persyaratan Penyediaan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 8)

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8)

12 Persyaratan Penyediaan jaringan Listrik

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

a.Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya.

a. Perumahan Gresik Kota Baru : listrik PLN

b. Perumahan Green Hill : listrik PLN.

c. Perumahan Emerald ; listrik PLN.

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya. Perumahan Gresik Kota Baru : listrik PLN; Perumahan Green Hill : listrik PLN; Perumahan Emerald ; listrik PLN.

c. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

c. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

a. Setiap unit rumah tangga harus dapat

dilayani daya listrik minimum 450 VA per

jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar

40% dari total kebutuhan rumah tangga.

d. Setiap unit rumah tangga harus dapat

dilayani daya listrik minimum 450 VA per

jiwa dan untuk sarana lingkungan

sebesar 40% dari total kebutuhan rumah

tangga.

e. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200

KVA daya listrik yang ditempatkan pada

lahan yang bebas dari kegiatan umum.

e. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200

KVA daya listrik yang ditempatkan pada

lahan yang bebas dari kegiatan umum.

f. Disediakan penerangan jalan yang f. Disediakan penerangan jalan yang

Page 109: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-109

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

memiliki kuat penerangan 500 lux dengan

tinggi > 5 meter dari muka tanah.

memiliki kuat penerangan 500 lux

dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.

13

Penyediaan jaringan air bersih

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100

liter/org/hari.

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100

liter/org/hari.

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;

c. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

d. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;

e. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter;

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/ orang/hari;

c. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

d. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;

d. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter;

f. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

a. Perumahan Gresik Kota Baru ; air bersih dari PDAM.

b. Perumahan Green Hill : air bersih dari PDAM.

c. Perumahan Emerald : air bersih dari PDAM.

f. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor. Perumahan Gresik Kota Baru ; air bersih dari PDAM. Perumahan Green Hill : air bersih dari PDAM. Perumahan Emerald : air bersih dari PDAM.

14

Persyaratan Penyediaan jaringan telpon

a. Pembangunan perumahan tidak hanya

membangun rumah tetapi juga prasarana,

sarana dan utilitas umum.

a.Pembangunan perumahan tidak hanya

membangun rumah tetapi juga

prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan

tinggi : 2-3 sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan

menengah : 1-2 sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan

b.Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan

tinggi : 2-3 sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan

menengah : 1-2 sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan

Page 110: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-110

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

rendah : 0-1 sambungan/ rumah rendah : 0-1 sambungan/ rumah

c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT.

c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT.

d. Ketersediaan antar sambungan telepon

umum ini harus memiliki jarak radius bagi

pejalan kaki yaitu 200 - 400 m

d. Ketersediaan antar sambungan telepon

umum ini harus memiliki jarak radius

bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m

e. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan

3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

e. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan

3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

15 Persyaratan Penyediaan Jaringan Gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prsarana, sarana dan utilitas umum.

16

Penyediaan sarana persampahan

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan.

a. Perumahan Gresik Kota baru : 4 TPS luas 213,09 m2.

b. Perumahan Green Hill : TPS c. Perumahan Emerald : tidak ada

data.

a.Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan. Perumahan Gresik Kota baru : 4 TPS luas 213,09 m2. Perumahan Green Hill : TPS

b. Pembuatan tempat pengolahan sampah; b.Pembuatan tempat pengolahan sampah; c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat

pembuangan sampah komunal. c. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat

pembuangan sampah komunal.

d. Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 9)

d.Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 9)

17 Penyediaan Jaringan a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau

Page 111: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-111

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Drainase tertutup beserta bangunan pelengkap; tertutup beserta bangunan pelengkap;

b. Sistem drainase harus dihubungkan

dengan badan air penerima,

b. Sistem drainase harus dihubungkan

dengan badan air penerima,

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/

perkotaan.

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/

perkotaan.

d. Sistem pembuangan air hujan harus

mempunyai kapasitas tampung yang

cukup.

d. Sistem pembuangan air hujan harus

mempunyai kapasitas tampung yang

cukup.

e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

f. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase

f. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase

18

Penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran

dilakukan melalui proteksi pasif dan

proteksi aktif 10)

a. Pengamanan terhadap bahaya

kebakaran dilakukan melalui proteksi

pasif dan proteksi aktif 10)

b. Penyediaan hidran kebakaran (1) Uuntuk daerah komersial jarak antara

kran kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak

antara kran maksimum 200 meter;

b. Penyediaan hidran kebakaran (1) Uuntuk daerah komersial jarak

antara kran kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak

antara kran maksimum 200 meter;

c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter

c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter

d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran

diharuskan membuat sumur-sumur

kebakaran.

d. Apabila tidak dimungkinkan membuat

kran diharuskan membuat sumur-sumur

kebakaran.

19

Penyediaan jaringan jalan

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan 11). b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan 11).

c. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur c. Kewajiban mendapatkan izin dari

Page 112: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-112

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

bagi pemanfaatan ruang yang terletak di

kawasan pengendalian ketat .

Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang

terletak di kawasan pengendalian ketat .

d. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 12)

d. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 12)

a. Perumahan Gresik Kota Baru : jalan utama berupa jalan kembar.

b. Perumahan Green Hill : Ada 5 klasifikasi lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7 meter, ROW 8 meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

c. Perumahan Emerald : tidak ada data.

e. Perumahan Gresik Kota Baru : jalan utama berupa jalan kembar.

f. Perumahan Green Hill : Ada 5 klasifikasi lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7 meter, ROW 8 meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

Akses utama a. Perumahan Gresik Kota Baru : lebih dari satu pintu masuk/akses.

b. Perumahan Green Hill : sistem one gate.

c. Perumahan Emerald : sistem one gate.

a. Perumahan Gresik Kota Baru : lebih dari satu pintu masuk/akses.

b. Perumahan Green Hill : sistem one gate. c. Perumahan Emerald : sistem one gate.

20

Persyaratan Penyediaan Sanitasi

a. Penyediaan sarana sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal;

a. Penyediaan sarana sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal;

b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air c. Penyediaan sarana pembuangan air

Page 113: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-113

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki

septik tidak ada, maka lingkungan

perumahan harus dilengkapi dengan

sistem pembuangan air limbah lingkungan

atau harus dapat disambung pada sistem

pembuangan air limbah kota atau dengan

cara pengolahan lain.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki

septik tidak ada, maka lingkungan

perumahan harus dilengkapi dengan

sistem pembuangan air limbah

lingkungan atau harus dapat disambung

pada sistem pembuangan air limbah

kota atau dengan cara pengolahan lain.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk

membuat bidang resapan pada setiap

rumah, maka harus dibuat bidang resapan

bersama yang dapat melayani beberapa

rumah.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk

membuat bidang resapan pada setiap

rumah, maka harus dibuat bidang

resapan bersama yang dapat melayani

beberapa rumah.

21 Persyaratan jaringan transportasi lokal

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan

Di Perkotaan 13)

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 13)

22 Penyediaan sarana dan prasarana

a. Memanfaatkan dan mengelola kawasan peruntukan permukiman yang didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa,

a. Memanfaatkan dan mengelola kawasan peruntukan permukiman yang didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan,penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial

Page 114: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-114

No

Aspek

Kompilasi II Regulasi dan Standar

Empiris Perumahan Gresik Kota baru,

Green Hill, Town House Emerald

Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Gresik

2011-2-30

Hasil Kompilasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

perkantoran, sarana air bersih, persampahan,penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan,pendidikan, agama);

b. Menyediakan sarana dan prasarana permukiman perkotaan.

(kesehatan,pendidikan, agama); b. Menyediakan sarana dan prasarana

permukiman perkotaan.

23 Regulasi Meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan pengelolaan bangunan gedung

dan rumah Negara.

Meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah Negara.

24 Peran pihak swasta dan masyarakat

a. Meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan

b. Mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

a. Meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan

b. Mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

Sumber : Tim Penyusun; 2013.

Page 115: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-115

Hasil kompilasi peraturan perundang-undangan dan standar, kondisi empiris dan rencana tata ruang adalah sebagai berikut : 1. Persyaratan lokasi

a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar

landai dengan kemiringan 0-8%; (2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah) Untuk air PDAM suplai air 60 - 100 liter/org/hari.

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi). d. Drainase baik sampai sedang. e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata

air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan. f. Tidak berada pada kawasan lindung. g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga. h. Menghindari sawah irigasi teknis. i. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan,

ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri. j. Harus berada pada lahan yang jelas status kepemilikannya, dan memenuhi

persyaratan administratif, teknis dan ekologis. k. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan

rekayasa/ penyelesaian teknis.

Penyediaan lahan perumahan

Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat.

Proporsi penggunaan lahan perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : (1) Perumahan 59,66%. (2) Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial 9,17% (3) Sarana dan prasarana jalan dan saluran 31,17%

c. Penggunaan lahan perumahan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan.

Luas lingkungan hunian

a. Perumahan Gresik Kota Baru 1.359.137 m2. b. Perumahan Green Hill : tidak ada data.

c. Perumahan Emerald : 6.837 m2.

Penyediaan rumah Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat. Persyaratan kepadatan bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah/ha dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai.

Kebutuhan luas kaveling minimum a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah

100 m2 (asumsi KDB 50%; Kebutuhan ruang untuk pelayanan 50% dari total kebutuhan luas lantai).

Page 116: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-116

b. Perumahan Emerald : 60 m2.

Kebutuhan luas lantai minimum

a. Bagi orang dewasa adalah 9,6 m2/orang; bagi anak 4,8 m2/orang.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : 21 m2 c. Perumahan Green Hill : 30 m2. d. Perumahan Emerald : 32 m2. Ketentuan mengenai asumsi besaran lingkungan hunian

1 RT : terdiri dari 150-250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8-10 RT (2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10-12 RW (30.000 jiwa) 1 kecamatan : terdiri dari 4-6 kelurahan (120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

2. Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/ Kota. b. Status tanah tidak dalam sengketa. c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6 (enam) hektar atau memiliki daya tampung

rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah. d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

3. Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan.

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat pelayanan dan tempat kerja.

4. Proporsi penyediaan RTH pada lingkup kota

RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Proporsi penyediaan RTH pada lingkup lingkungan hunian

a. Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan terbuka luas 60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325)

b. Perumahan Green Hill : taman bermain, taman, lapangan olah raga.

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 1)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 1).

Page 117: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-117

Penyediaan RTH pekarangan

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan

semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman

semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak

dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

Penyediaan RTH Sempadan Sungai

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m dari kaki tanggul terluar.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi

sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

Penyediaan RTH Sempadan kereta Api Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2).

Penyediaan RTH Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi a. 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknay tidak digunakna untuk tempat tinggal

atau kegiatan yang permanen

Penyediaan RTH Sempadan Pantai

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk, dan Mata Air

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari

titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

5. Persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 3)

b. Perumahan Gresik Kota baru : sarana komersial seluas 6.285 m2 (0,046%).

c. Perumahan Emerald : ruko luas 48 m2/unit.

6. Persyaratan penyediaan sarana pendidikan

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

b. Perumahan Gresik Kota baru : sarana pendidikan yang tersedia terdiri dari TK, SD,

SMP, SMU, Perguruan Tinggi.

7. Penyediaan sarana kesehatan

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : sarana yang tersedia adalah puskesmas pembantu,

rumah sakit, apotik.

Page 118: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-118

8. Persyaratan penyediaan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga

a. Mengikuti persyaratan penyediaan ruang terbuka, taman dan lapangan olah aga

menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan (lihat kembali 1)

b. Perumahan Gresik Kota Baru :

(1) Taman dan lapangan terbuka luas 60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325)

c. Perumahan Green Hill : jogging track, square.

9. Persyaratan penyediaan sarana pemerintahan dan bangunan umum a. Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-

2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : balai pertemuan

c. Perumahan Green Hill : balai pertemuan, pos keamanan.

10. Persyaratan penyediaan sarana peribadatan

a. Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : tempat ibadah

c. Perumahan Green Hill : Masjid, musholla

11. Persyaratan penyediaan sarana kebudayaan dan rekreasi

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang

Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8).

12. Peresyaratan penyediaan jaringan listrik

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya. Perumahan Gresik Kota Baru : listrik PLN; Perumahan Green Hill : listrik PLN; Perumahan Emerald listrik PLN.

c. Kelengkapan PJU yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

d. Setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.

e. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.

f. Disediakan penerangan jalan yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan

tinggi > 5 meter dari muka tanah.

13. Persyaratan persyaratan penyediaan jaringan air bersih a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari. b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/ orang/hari; c. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; d. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; e. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter;

f. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

g. Perumahan Gresik Kota Baru ; air bersih dari PDAM. Perumahan Green Hill : air

bersih dari PDAM. Perumahan Emerald : air bersih dari PDAM.

14. Persyaratan penyediaan jaringan telepon

a. Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum.

Page 119: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-119

b. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah (2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/ rumah (3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/ rumah

c. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT

d. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m

e. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan

3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali

jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

15. Persyaratan penyediaan jaringan gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prasarana, sarana dan utilitas umum.

16. Persyaratan penyediaan sarana persampahan

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan. Perumahan Gresik Kota baru : 4 TPS luas 213,09 m2 Perumahan Green Hill : b. Pembuatan tempat pengolahan sampah;

b. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah komunal. c. Kebutuhan prasarana persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang

Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9).

17. Persyaratan penyediaan saluran drainase a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap; b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan.

d. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup. e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

f. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase.

18. Persyaratan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan

proteksi aktif 10) b. Penyediaan hidran kebakaran

(1) Uuntuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;

c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur

kebakaran. 19. Persyaratan penyediaan jaringan jalan

a. Kemudahan hubungan di luar dan di dalam bangunan gedung.

b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan 11).

c. Kewajiban mendapatkan izin dari Gubernur bagi pemanfaatan ruang yang terletak

di kawasan pengendalian ketat .

Page 120: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-120

d. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 12)

e. Perumahan Gresik Kota Baru : jalan utama berupa jalan kembar. f. Perumahan Green Hill : Ada 5 klasifikasi lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7

meter, ROW 8 meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

20. Persyaratan penyediaan sarana sanitasi

a. Penyediaan sarana sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal; b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi

yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank; (2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

21. Persyaratan penyediaan jaringa transportasi lokal

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 13).

22. Regulasi

Meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.

23. Peran swasta dan masyarakat

a. Meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan b. Mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang bertumpu

pada keswadayaan masyarakat. 4.4. TINJAUAN LITERATUR 4.4.1. Literatur

Literatur yang dimaksudkan di sini adalah literatur hasil penelitian dan handbook

yang digunakan untuk mengkaji lebih lanjut hasil kompilasi regulasi dan standar, kondisi

empiris dan rencana tata ruang.

4.4.1.1. Penurunan Tanah

Dalam penelitian mengenai Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Kota Surabaya, disebutkan bahwa permukaan tanah di pesisir Kota Surabaya (termasuk Surabaya Timur) mengalami penurunan rata-rata antara 3-14 mm per tahun (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya; 2011). Salah satu penyebab penurunan tanah yang relevan dengan studi ini adalah : 1. Penurunan tanah disebabkan oleh eksploitasi air tanah berlebihan. Secara alamiah

air tanah mengisi rongga-rongga atau pori-pori di bebatuan dan tanah. Ketika

Page 121: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-121

dipompa ke permukaan tanah dalam batas tertentu, secara alamiah rongga akan

terisi kembali oleh air hujan. Pengambilan air tanah yang berlebihan, dalam hal ini

penyedotan air tanah yang melebihi kemampuan pengisian kembali, akan

menyebabkan terjadinya penurunan tanah.

2. Penurunan tanah bisa terjadi lebih cepat jika permukaan tanah mengalami

pembebanan tinggi.

Penurunan tanah diindikasikan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir pada suatu kawasan kota. Spot-spot yang mengalami penurunan mengakibatkan wilayah

tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya, karena membentuk cekungan yang berpotensi banjir pada musim hujan. 4.4.1.2. Intrusi Air Asin

Dalam penelitian mengenai Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Kota Surabaya disebutkan bahwa, instrusi air asin telah masuk jauh ke dalam Kota Surabaya dan telah manjangkau bagian kota yang tidak termasuk wilayah pesisir (Badan Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya; 2011). Intrusi atau menyusupnya air asin ke daratan adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah pantai; atau proses terdesaknya air tawar bawah tanah oleh air asin atau air laut yang masuk ke dalam akuifer pada daerah pantai (http://www.heruhendrayana.staff.ugm.ac.id, diakses tgl. 1 Oktober 2012 jam 21.34). 1. Intrusi air asin terjadi jika keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan

air bawah tanah asin pada daerah pantai terganggu, sehingga menyebabkan pergerakan air bawah tanah asin menuju ke daratan.

2. Intrusi air asin terjadi jika pengambilan air bawah tanah telah mengganggu keseimbangan hidrostatik. Antara lain disebabkan oleh (1) penurunan muka air bawah tanah atau bidang psikometrik di daerah pantai; (2) pemompaan air tanah yang berlebihan di daerah pantai; (3) masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa atau cekungan lainnya. Intrusi air asin menyebabkan air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum mengalami degradasi mutu sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.

Dampak intrusi air asin selain menyebabkan air tawar bawah tanah yang sebelumnya layak minum menjadi tidak layak minum, adalah rusaknya bangunan gedung karena terjadi korosi pada konstruksi bangunan (Badan Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya; 2011). 4.4.1.3. Keselamatan Terhadap Bahaya Kebakaran

Di Indonesia, kewajiban untuk memasukkan pertimbangan keselamatan

bangunan dan lingkungan dalam setiap kegiatan pembangunan diatur melalui regulasi.

Regulasi yang mengatur keselamatan terhadap bahaya kebakaran adalah Peraturan

Pemerintah No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28

Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

1. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran perlu dipertimbangkan terhadap jarak dan

kemudahan aksesnya terhadap pos-pos Pemadam Kebakaran.

2. Kawasan terbangun harus mendapat perlindungan mobil PMK yang pos terdekatnya berjarak 2,5 km sampai 3,5 km (Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan,

Page 122: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-122

4.4.1.4. Pengembangan Kawasan Permukiman

Menurut Rangwala (1977) untuk mengembangkan kawasan permukiman diperlukan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Persyaratan lokasi kawasan perumahan

a. Kemudahan pencapaian ke taman dan tempat bermain anak. b. Potensi lahan karena dapat ditanami.

c. Kemudahan terhadap pelayanan utilitas publik, khususnya air bersih, listrik, dan pembuangan sampah.

d. Biaya pembangunan ditinjau dari kondisi kontur. e. Harga tanah. f. Jarak dari tempat kerja. g. Kemudahan aliran drainase. h. Kedekatan lokasi dengan sarana pendidikan, perguruan tinggi dan bangunan

umum. i. Jenis penggunaan lahan dari wilayah yang berdekatan. j. Fasilitas transportasi. k. Arah dan kecepatan angin.

2. Pertimbangan dalam merencanakan kawasan permukiman a. Estetika

Tatanan bangunan rumah tinggal bukan hanya sekedar untuk mengisi ruang yang belum terbangun. Dibutuhkan juga estetika yang indah melalui tampilan berbagai variasi rancangan bangunan rumah tinggal yang menarik.

b. Sarana dasar Sarana dasar yang dibutuhkan dalam pembangunan kawasan perumahan adalah bangunan-bangunan, lahan dimana bangunan akan dibangun, jalan kendaraan dan jalur pejalan kaki penghubung antar bangunan. Rancangan kawasan permukiman mencakup penataan lansekap, arsitektur dan rancangan jalan. Keberhasilan rancangan akan dicapai apabila tampilan bangunan harmoni dengan lingkungan sekitarnya.

c. Unit rumah tinggal Sebaiknya unit rumah tinggal dirancang untuk menampung jumlah populasi yang tidak terlalu besar, yaitu antara 300 sampai 1000 jiwa untuk setiap kawasan permukiman.

d. Tata letak Tujuan utama penataan kawasan permukiman adalah untuk mendapatkan pola yang mampu menggerakkan kegiatan kawasan agar menjadi hidup secara organis bukan pola yang kaku atau rigid, melalui penataan unit rumah tinggal,

tempat rekreasi, sekolah, pusat komunitas dan sistem jaringan jalan. e. Bentuk dan ukuran

Bentuk dan ukuran kawasan permukiman ditentukan oleh populasi yang akan ditampung dan ketersediaan lahan yang ada. Sebaiknya sebuah kawasan permukiman dibatasi dengan jumlah populasi antara 3000 sampai 12000 jiwa.

f. Sistem jaringan jalan

Tatanan jaringan jalan suatu kawasan perumahan harus seminimal mungkin dan efisien sebagai penghubung antar unit rumah tinggal, ke pusat pelayanan publik dan menuju jalan utama kota. Jika kawasan tersebut memiliki kelompok hunian yang unik, maka sebaiknya juga memiliki pola jaringan jalan yang unik. Jika dirancang berdasarkan kondisi topografi, maka sebaiknya menggunakan kurva lengkung sederhana mengikuti kontur. Jika berada pada lokasi datar, sebaiknya menggunakan pola kurva untuk mendapatkan kontras dengan bentuk rumah yang empat persegi panjang dan agar lebih menarik secara visual.

Page 123: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-123

3. Klasifikasi atau tipe bangunan rumah

Ada lima tipe, yaitu : a. Detached House

Detached house atau rumah tunggal adalah jenis rumah dimana hanya terdapat

satu unit bangunan rumah tinggal di dalam satu kaveling. Rumah tunggal mempunyai jarak di bagian depan, samping dan belakang bangunannya.

b. Semi Detached House

Di Indonesia dikenal dengan terminologi rumah kopel, yaitu jenis rumah dimana hanya terdapat satu unit bangunan rumah di dalam satu kaveling, tetapi salah satu sisi dinding bangunannya berimpit dengan dinding rumah tetangga. Bangunan kopel memiliki satu atap bersama.

c. Row Houses Row houses atau rumah deret adalah bangunan rumah yang terdiri dari beberapa unit rumah tinggal yang dirancang berderet. Row houses deret dapat berupa bangunan satu lantai atau dua lantai. Row houses lebih sesuai untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

d. Apartemen Apartemen atau flat adalah unit rumah tinggal yang dibangun ke arah vertikal,

terdiri dari 3 sampai 7 lantai dan tiap lantai terdiri dari 2 sampai 4 unit rumah tinggal. Tanah dan fasilitas apartemen merupakan fasilitas yang digunakan secara bersama oleh penghuni.

e. Skyscrapers Skyscrapers atau pencakar langit muncul karena harga tanah semakin mahal

sedangkan kebutuhan rumah meningkat. Unit rumah tinggal dibangun ke arah vertikal berdasarkan konsep bangunan bertingkat banyak.

4. Lembaga yang melaksanakan pembangunan rumah

Ada tiga lembaga yang mempunyai tautan dengan pembangunan rumah, yaitu : a. Pemerintah

Untuk pengadaan rumah dalam skala besar, lembaga yang paling bertanggung jawab dan berwenang dalam pengadaan rumah adalah pemerintah, badan semi pemerintah atau departemen. Termasuk pemerintah pusat, pemerintah Negara bagian, departemen yang menangani pajak dan pendapatan, pemerintah lokal, departemen pos, kereta api, dan lainnya.

b. Cooperative housing societies

Adalah lembaga di India yang menangani pembangunan perumahan melalui keanggotaan yang berasal dari kelompok perorangan, lembaga berbadan hukum atau kombinasi keduanya. Kelompok ini bekerja dibawah peraturan yang disusun oleh para anggota yang pelaksanaannya diawasi oleh pemerintah melalui departemen terkait.

c. Individual Rumah dan apartemen dibangun oleh perusahaan individu dengan modal yang dimilikinya sendiri, serta menjualnya kepada masyarakat.

4.4.2. Kajian Antara Hasil Kompilasi III (Peraturan dan Standar, Kondisi Empiris,

Rencana Tata Ruang, dengan Literatur) Dengan Literatur Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil kompilasi III (yaitu kompilasi peraturan dan

standar, kondisi empiris, rencana tata ruang) terhadap literatur.

1. Hasil kompilasi III mencakup ketentuan mengenai 24 aspek yang terdiri dari

persyaratan lokasi perumahan; persyaratan bantuan PSU; persyaratan hunian

berimbang; penyediaan RTH; penyediaan sarana perdagangan dan niaga, sarana

pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana ruang terbuka, taman

dan lapangan olah raga, sarana kebudayaan dan rekreasi, sarana pemerintahan dan

Page 124: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-124

bangunan umum; persyaratan penyediaan jaringan listrik, air bersih, jaringan telepon,

gas, persampahan, drainase, sanitasi, penanggulangan kebakaran, jaringan jalan;

sarana dan prasarana; regulasi; peran swasta dan masyarakat.

2. Literatur yang digunakan untuk mengevaluasi hasil kompilasi III adalah literatur yang

berkaitan dengan teori penurunan tanah, instrusi air asin, keselamatan kebakaran

dan teori pengembangan permukiman.

Evaluasi hasil kompilasi III terhadap literatur ditunjukkan pada Tabel 4.23.

Page 125: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-125

Tabel 4.23 Kajian Hasil Kompilasi Terhadap Literatur

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1

Persyaratan lokasi

a. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: (1) Tanpa rekayasa untuk

kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8%;

(2) Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15%.

b. Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah).

c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

d. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/ danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

e. Tidak berada pada kawasan lindung.

f. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

g. Menghindari sawah irigasi teknis. i. Harus berada pada lahan yang

jelas status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

j. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/

Berdasarkan hasil kompilasi III dan literatur; persyaratan lokasi permukiman dapat dikelompokkan menjadi : a. Kondisi fisik :

(1) Kemiringan lahan tidak melebihi 15%

dengan ketentuan :

(a) Untuk kemiringan 0-8% tidak

perlu rekayasa.

(b) Untuk kemiringan 8-15% perlu

rekayasa (penataan kontur

melalui cut and fill).

(2) Memperhitungkan arah dan kecepatan angin, khususnya yang berdekatan dengan kawasan industri.

(3) Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah).

(4) Potensi lahan karena dapat ditanami. (5) Ketinggian lahan (peil permukaan

lahan) tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

(6) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

b. Lingkungan : (1) Tidak berada pada kawasan lindung. (2) Tidak berada pada wilayah

sempadan sungai/pantai/waduk/ danau/mata air/saluran pengairan/rel

Persyaratan lokasi permukiman dikelompokkan menjadi tujuh aspek : a. Kondisi fisik :

(1) Kemiringan lahan tidak melebihi

15% dengan ketentuan :

(a) Untuk kemiringan 0-8% tidak

perlu rekayasa.

(b) Untuk kemiringan 8-15% perlu

rekayasa (penataan kontur

melalui cut and fill).

(2) Memperhitungkan arah dan kecepatan angin, khususnya yang berdekatan dengan kawasan industri.

(3) Tersedia sumber air (air tanah maupun air yang diolah).

(4) Potensi lahan karena dapat ditanami.

(5) Ketinggian lahan (peil permukaan lahan) tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis.

(6) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi).

b. Lingkungan : (1) Tidak berada pada kawasan lindung.

Page 126: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-126

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

penyelesaian teknis. kereta api dan daerah aman penerbangan.

(3) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

(4) Tidak berada/menghindari sawah irigasi teknis.

(5) Kesesuaian dengan jenis penggunaan lahan dari wilayah yang berdekatan.

c. Sarana dan prasarana : (1) Kemudahan terhadap pelayanan

utilitas publik, khususnya air bersih, listrik, dan pembuangan sampah.

(2) Memiliki kemudahan aliran drainase; kondisi drainase baik sampai sedang.

(3) Kemudahan pencapaian ke taman dan tempat bermain anak.

d. Biaya : (1) Harga tanah yang masih terjangkau

untuk pembangunan rumah. (2) Biaya pembangunan ditinjau dari

kondisi kontur. e. Kemudahan aksesbilitas

(1) Ketersediaan fasilitas transportasi. (2) Kedekatan lokasi dengan sarana

pendidikan, perguruan tinggi dan bangunan umum.

(3) Jarak ke tempat kerja. (4) Keterjangkauan jarak.

f. Keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri, laras dengan lingkungan.

(2) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/ danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan.

(3) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/ penyangga.

(4) Tidak berada/menghindari sawah irigasi teknis.

(5) Kesesuaian dengan jenis penggunaan lahan dari wilayah yang berdekatan.

c. Sarana dan prasarana : (1) Kemudahan terhadap pelayanan

utilitas publik, khususnya air bersih, listrik, dan pembuangan sampah.

(2) Memiliki kemudahan aliran drainase; kondisi drainase baik sampai sedang.

(3) Kemudahan pencapaian ke taman dan tempat bermain anak.

d. Biaya : (1) Harga tanah yang masih terjangkau

untuk pembangunan rumah. (2) Biaya pembangunan ditinjau dari

kondisi kontur. e. Kemudahan aksesbilitas

(1) Ketersediaan fasilitas transportasi. (2) Kedekatan lokasi dengan sarana

pendidikan, perguruan tinggi dan bangunan umum.

(3) Jarak ke tempat kerja. (4) Keterjangkauan jarak.

k. Drainase baik sampai sedang. k. Kemudahan aliran drainase (Shirvani; 1977)

l. Memenuhi kriteria keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, berjatidiri.

l. Harmoni dengan lingkungan, estetis (Shirvani; 1977),

m. Keterjangkauan jarak Syarat lokasi permukiman menurut Shirvani (1977) : m. Kemudahan pencapaian ke

taman dan tempat bermain anak.

n. Kemudahan terhadap pelayanan utilitas publik, khususnya air bersih, listrik, dan pembuangan sampah.

o. Biaya pembangunan ditinjau dari kondisi kontur.

p. Harga tanah. r. Kedekatan lokasi dengan

sarana pendidikan, perguruan tinggi dan bangunan umum.

s. Jenis penggunaan lahan dari wilayah yang berdekatan.

t. Fasilitas transportasi.

u. Arah dan kecepatan angin. v. Potensi lahan karena dapat

ditanami. w. Jarak dari tempat kerja

Page 127: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-127

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

g. Regulasi Harus berada pada lahan yang jelas

status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

f. Keamanan, kesehatan, kenyamanan, keindahan, keselarasan, ketertiban, fleksibilitas, keterjangkauan jarak, berjatidiri, laras dengan lingkungan.

g. Regulasi Harus berada pada lahan yang jelas

status kepemilikannya, dan memenuhi persyaratan administratif, teknis dan ekologis.

Penyediaan lahan perumahan

Meningkatkan penyediaan hunian serta penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi rumah sederhana sehat.

Persyaratan ini sudah tercakup dalam persyaratan ketersediaan sarana dan prasarana (butir 1c).

Asumsi besaran lingkungan hunian

1 RT : terdiri dari 150-250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8-10 RT

(2.500 jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10-12 RW

(30.000 jiwa) 1 kecamatan : terdiri dari 4-6

kelurahan (120.000 jiwa)

1 kota : terdiri dari sekurang-kurangnya 1 kecamatan

a. Sebaiknya unit rumah tinggal

dirancang untuk menampung

jumlah populasi yang tidak

terlalu besar, yaitu antara

300 sampai 1000 jiwa untuk

setiap kawasan permukiman

(Rangwala; 1977).

b. Perry, C (1975) dalam teori

neighbourhood menyatakan

bahwa suatu lingkungan

permukiman memiliki daya

tampung tertentu dan

memiliki batas yang jelas

serta dilengkapi dengan

fasilitas pelayanan yang

memadai.

Besaran lingkungan permukiman berdasarkan hasil kompilasi antara regulasi dan standar telah menunjukkan besaran yang sesuai untuk kondisi di Indonesia pada umumnya dan Gresik pada khususnya. Tingkatan unit lingkungan yang berjenjang mulai dari RT sampai Kota menunjukkan kesesuaian dengan rumusan Rangwala maupun Perry. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembangunan lingkungan hunian, disarankan tetap menggunakan hirarki unit lingkungan sebagai berikut : 1 RT : terdiri dari 150-250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8-10 RT (2.500

jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10-12 RW (30.000

jiwa) 1 kecamatan : terdiri dari 4-6 kelurahan

(120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-

Besaran lingkungan hunian : 1 RT : terdiri dari 150-250 jiwa 1 RW : terdiri dari 8-10 RT (2.500

jiwa) 1 kelurahan : terdiri dari 10-12 RW

(30.000 jiwa) 1 kecamatan : terdiri dari 4-6 kelurahan

(120.000 jiwa) 1 kota : terdiri dari sekurang-

kurangnya 1 kecamatan. Unit terkecil adalah RT dengan jumlah penduduk antara 150-250 jiwa, atau terdiri dari 30-50 unit rumah (dengan asumsi 1 kk terdiri dari 5 orang). Bentuk dan ukuran kawasan

permukiman ditentukan oleh populasi yang akan ditampung dan ketersediaan lahan yang

Page 128: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-128

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

ada. Sebaiknya sebuah kawasan permukiman dibatasi dengan jumlah populasi antara 3000 sampai 12000 jiwa (Rangwala; 1977).

kurangnya 1 kecamatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan hunian terkecil adalah tingkat RT dengan jumlah penduduk 150-250 jiwa. Jika satu rumah ditempati 5 orang, maka dalam satu lingkungan hunian terdapat 30-50 unit rumah.

Proporsi penggunaan lahan perumahan

a. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : (1) Perumahan 59,66%. (2) Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial 9,17% (3) Sarana dan prasarana jalan

dan saluran 31,17% c. Penggunaan lahan perumahan

untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik dan daya dukung lingkungan.

Hasil studi Kawasan Permukiman Sidoarjo (2004) menggunakan proporsi 60% untuk hunian : 40% untuk non hunian. a. Penggunaan untuk

perumahan (60%) terdiri dari 55% untuk rumah dan 5 % untuk komersial.

b. Penggunaan untuk non perumahan (40%) terdiri dari 5% untuk fasilitas umum; 5% untuk RTH; 30% untuk jalan dan saluran.

Pada prinsipnya harus ada kejelasan proporsi penggunaan lahan pada sebuah lingkungan hunian. Regulasi, kondisi empiris dan hasil studi menunjukkan, bahwa proporsinya adalah 60% untuk hunian : 40% untuk non hunian. a. Pengembang diizinkan menetapkan

proporsinya sendiri dengan syarat proporsi untuk hunian tidak boleh lebih dari 60%.

b. Pengembang diizinkan membagi sendiri proporsi penggunaan lahan yang lebih rinci sesuai konsep yang dikembangakannya (setiap pengembang berbeda konsepnya), dengan syarat harus menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Proporsi penggunaan lahan di dalam lingkungan hunian : a. Pemanfaatan untuk hunian (lahan yang

dijual) : non hunian (lahan yang tidak dijual) adalah 60% : 40%.

b. Proporsi pemanfaatan lahan yang lebih rinci disesuaikan dengan konsep dan kebutuhan lingkungan hunian, namun demikian proporsi untuk RTH ditetapkan minimal 5% dan fasilitas umum minimal 5 % 1).

Persyaratan

kepadatan

bangunan

Maksimum 50 bangunan rumah/Ha

dilengkapi dengan utilitas umum yang

memadai.

Unit lingkungan paling kecil adalah RT dengan jumlah penduduk antara 150-250 jiwa.

Jika tiap kk terdiri dari 5 orang, maka jumlah bangunan rumah adalah 30-50 unit.

Kepadatan bangunan : Antara 30-50 bangunan/Ha.

Luas lingkungan

hunian

a. Perumahan Gresik Kota Baru 1.359.137 m2.

b. Perumahan Emerald : 6.837 m2.

a. Kondisi lapangan

menunjukkan bahwa luas

lingkungan hunian yang

dibangun pengembang

sangat bervariasi. Di

a. Belum ada regulasi yang menetapkan

batas minimum luas lahan untuk sebuah

lingkungan hunian.

b. Merujuk pada sistem unit lingkungan

yang digunakan di Indonesia (RT, RW,

Luas lingkungan hunian : a. Unit lingkungan paling rendah

tingkatannya adalah RT yang

menampung 150-250 jiwa atau 30-50

unit rumah.

Page 129: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-129

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Surabaya dijumpai

pengembang yang hanya

membangun 4-5 rumah

(dibangun secara individu).

b. Khusus bagi lingkungan hunian yang ingin mendapatkan bantuan PSU disyaratkan luas lokasi sekurangnya 6 Ha atau daya tampung sekurangnya 300 unit rumah.

Kelurahan, Kecamatan, Kota), besaran

sebuah unit lingkungan minimal adalah

tingkat RT yang menampung 150-250

jiwa atau 30-50 unit rumah. Berdasarkan

persyaratan kepadatan bangunan, yaitu

30-50 bangunan/Ha, maka luas minimal

lingkungan hunian adalah 1 Ha.

Luas lingkungan hunian terdiri dari luas seluruh unit rumah (30-50 unit) ditambah luas sarana tingkat RT ditambah luas jalan dan prasarana lingkungan.

c. Lingkungan hunian yang tidak mencapai minimal 1 RT wajib memperhitungkan kebutuhan sarananya sebagai bagian dari lingkungan hunian di sekitarnya atau lingkungan hunian yang lebih besar.

b. Luas minimal lingkungan hunian sebagai unit lingkungan terkecil adalah 1 Ha. Luas lingkungan hunian terdiri dari luas seluruh unit rumah (30-50 unit) ditambah luas sarana tingkat RT ditambah luas jalan dan prasarana lingkungan.

c. Lingkungan hunian yang tidak mencapai minimal 1 RT wajib memperhitungkan kebutuhan sarananya sebagai bagian dari lingkungan hunian di sekitarnya atau lingkungan hunian yang lebih besar.

Apabila pengembang unit hunian tidak membangun PSU sendiri karena lahan tidak mencukupi, dan menggunakan PSU milik lingkungan hunian lain, maka pengembang bersangkutan wajib memberikan kontribusi kepada unit lingkungan lain yang PSU-nya digunakan. Kontribusi antara lain dapat berbentuk pembiayaan untuk perluasan PSU yang digunakan tersebut.

Luas kaveling minimum

a. Kebutuhan luas kaveling minimum untuk keluarga dengan anggota 5 orang adalah 100 m2 (asumsi KDB 50%;

b. Kebutuhan ruang untuk pelayanan

50% dari total kebutuhan luas

lantai).

c. Perumahan Emerald : 60 m2.

d. Rumah sederhana mempunyai luas

Luas kaveling dipengaruhi oleh luas lantai bangunan, KDB yang ditetapkan rencana tata ruang, dan peluang perluasan lantai bangunan.

a. Bangunan rumah tinggal harus diberi kelonggaran untuk dapat dikembangkan atau diperluas sendiri oleh pemiliknya, karena jumlah anggota keluarganya juga semakin bertambah.

b. Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumah di kawasan perkotaan ditetapkan mempunyaui luas kaveling minimal 60 m2 sesuai Permenpera No. 10 Tahun 2012.

Luas kaveling minimum : a. Rumah di kawasan perkotaan; luas

kaveling sekurangnya 60 m2.

b. Rumah di kawasan pinggiran kota; luas

kaveling sekurangnya 100 m2.

Page 130: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-130

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

kaveling antara 60-200 m2

(Permenpera No. 10 Tahun 2012

Tentang Hunian berimbang).

Sedangkan rumah di kawasan pinggiran kota ditetapkan mempuyai luas kaveling sekurangnya 100 m2.

Luas lantai

minimum

a. Bagi orang dewasa adalah 9,6

m2/orang; bagi anak 4,8 m2/orang.

b. Perumahan Gresik Kota Baru : 21 m2

c. Perumahan Green Hill : 30 m2. d. Perumahan Emerald : 32 m2.

a. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) mensyaratkan luas lantai minimum adalah 30 m2.

b. Hunan berimbang mensyaratkan luas lantai minimum adalah 36 m2 (Permenpera No. 10 Tahun 2012).

Dalam praktek, luas minimum bangunan ditentukan oleh kemampuan daya beli masyarakat. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sulit membeli rumah dengan luas lantai 36 m2. Inilah salah satu argumentasi pengembang membangun rumah dengan luas lantai di bawah 36 m2. Dalam praktek di lapangan, faktor yang paling mementukan adalah harga, bukan luas. Banyak pengembang membangun rumah dengan luas kurang dari 36 m2 tetapi harganya mencapai ratusan juta rupiah.

Luas lantai minimum : a. Untuk FLPP luas minimum 30 m2. b. Untuk hunian berimbang luas lantai

minimum 36 m2. c. Untuk rumah yang tidak masuk

kategori FLPP dan hunian berimbang, luas lantai ditentukan oleh harga tanah. Di kawasan perkotaan, luas lantai sekurangnya 30 m2, sedangkan di kawasan peinggiran kota luas lantai sekurangnya 36 m2.

2 Persyaratan lokasi untuk mendapat bantuan PSU

a. Lokasi sesuai dengan RTRW Kabupaten/ Kota.

b. Status tanah tidak dalam sengketa. c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6

(enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

Dalam Permenpera No 20 Tahun 2011 disebutkan bahwa : a. Bantuan Prasarana Sarana

dan Utilitas Umum (PSU) perumahan dan kawasan permukiman adalah pemberian sebagian dari komponen PSU yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan PSU perumahan dan kawasan permukiman.

b. Tujuan bantuan PSU adalah untuk meningkatkan ketersediaan rumah layak huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Bantuan PSU diberikan pada rumah tapak dan rusun sewa dengan tujuan untuk meningkatkan ketersediaan rumah layak huni bagi MBR. Persyaratan lokasi untuk mendapatkan bantuan PSU adalah : .a. Lokasi sesuai dengan RTRW

Kabupaten/ Kota. b. Status tanah tidak dalam sengketa. c. Luas lokasi sekurang-kurangnya 6

(enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

d. Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

Bantuan PSU : a. Sasaran :

Bantuan PSU diberikan pada rumah tapak dan rusun sewa.

b. Tujuan : Untuk meningkatkan ketersediaan rumah layak huni bagi MBR.

c. Persyaratan mendapatkan PSU : (1) Lokasi sesuai dengan RTRW

Kabupaten/ Kota. (2) Status tanah tidak dalam sengketa. (3) Luas lokasi sekurang-kurangnya 6

(enam) hektar atau memiliki daya tampung rumah sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) unit rumah.

(4) Lokasi sudah memiliki rencana tapak.

Page 131: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-131

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

c. Sasaran bantuan PSU adalah rumah tapak dan rusun sewa pada perumahan dan kawasan permukiman.

3. Persyaratan lokasi hunian berimbang

a. Dilaksanakan dalam satu kabupaten/ kota pada: (1) satu hamparan (2) tidak satu hamparan

b. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan wajib dilaksanakan pada permukiman, lingkungan hunian, kawasan permukiman.

c. Lokasi hunian berimbang dalam satu hamparan sekurang-kurangnya menampung 1.000 rumah.

d. Lokasi hunian berimbang tidak dalam satu hamparan dapat dilaksanakan pada perumahan yang sekurang-kurangnya menampung 50 rumah.

e. Dalam hal tidak dalam satu hamparan, harus memenuhi persyaratan: (1) Dibangun dalam satu wilayah

kabupaten/ kota; (2) Penyediaan akses ke pusat

pelayanan dan tempat kerja. f. Luas lantai minimum adalah 36 m2.

Permenpera No. 10 tahun 2012 : a. Hunian berimbang adalah

perumahan dan kawasan

permukiman yang dibangun

berimbang dengan

komposisi tertentu dalam

bentuk rumah tunggal dan

rumah deret, antara rumah

sederhana, rumah

menengah dan dan rumah

mewah, atau dalam bentuk

rumah susun, antara rumah

susun umum dan rumah

susun komersial.

b. Perbandingan jumlah rumah

sekurang-kurangnya 3 : 2 :

1, yaitu 3 atau lebih rumah

sederhana berbanding 2

rumah menengah

berbanding satu rumah

mewah.

c. Dalam hal tidak dapat

dibangun rumah sederhana

dalam bentuk rumah tunggal

atau rumah deret dapat

dibangun dalam bentuk

rumah susun umum.

a. Usulan pengembang :

(1) Menurut pengembang, sulit

menerapkan pembangunan rumah

dengan komposisi 3 rumah

sederhana : 2 rumah menengah: 1

rumah mewah dalam satu wilayah

kota/kabupaten. Hal ini disebabkan

karena harga tanah di wilayah

perkotaan dan kabupaten yang

berdekatan dengan perkotaan sudah

sangat mahal, sehingga tidak

memungkinkan dikembangkan untuk

rumah murah.

(2) Untuk membangun rumah sederhana

dengan harga jual yang ditetapkan

pemerintah (sebesar Rp. 108 juta),

harga tanah harus di bawah Rp.

200.000,-/m2.

(3) Berkaitan dengan hal tersebut

pengembang mengusulkan agar

komposisi 3 : 2 : 1 diterapkan dalam

satu provinsi. Rumah mewah

dibangun di kawasan perkotaan,

rumah memengah dibangun di

kawasan pinggiran kota, dan rumah

sederhana dibangun di kawasan

periferi yang harga tanahnya di

Hunian berimbang : a. Dikembangkan dengan komposisi 3

rumah sederhana : 2 rumah

memengah : 1 rumah mewah.

b. Dikembangkan dalam satu hamparan atau tidak satu hamparan, dengan syarat dibangun di dalam satu wilayah kabupaten/kota.

c. Untuk Kabupaten Gresik : (1) Rumah menengah dan rumah

mewah dikembangkan di kawasan perkotaan Gresik.

(2) Rumah sederhana dikembangkan di kawasan periferi yang harga tanahnya di bawah Rp. 200.000,-/m2.

d. Luas lantai minimum 36 m2.

Page 132: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-132

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

d. Permenpera N0. 10 tahun

2012 diperbarui dengan

Permenpera No. 7 Tahun

2013 yang esensinya adalah

pengembang wajib

membangun rumah

sederhana, rumah

menengah dan rumah

mewah dengan

perbandingan 3 : 2 : 1 dalam

satu kota/kabupaten dan

menyediakan 20% rumah

susun umum dari total luas

lantai rusun komersial.

bawah Rp. 200.000,-/m2.

b. Di kecamatan-kecamatan sekitar Kota Gresik atau perkotaan Gresik (Manyar, Cerme, Menganti, Duduk Sampeyan, Benjeng, Driyorejo, Wringinanom) sudah sulit mencari tanah yang harganya di bawah Rp. 200.000,-/m2. Harga tanah berdasarkan harga pasar sudah di atas Rp. 350.000,-/m2. Kemungkinan yang dapat dilakukan adalah :

(1) Rumah menengah dan rumah mewah dikembangkan di kawasan perkotaan Gresik.

(2) Rumah sederhana dikembangkan di kawasan periferi yang harga tanahnya di bawah Rp. 200.000,-/m2.

4 Proporsi penyediaan RTH pada lingkup kota

RTH minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat.

Pada lingkup kota, proporsi RTH minimal 30% dari luas kota, terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat.

Proporsi penyediaan RTH pada lingkup kota : Pada lingkup kota, proporsi RTH minimal 30% dari luas kota, terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat.

Proporsi penyediaan RTH pada lingkup lingkungan hunian

a. Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan terbuka

luas 60.386 m2 (4,442%). (2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325)

b. Perumahan Green Hill : taman bermain, taman, lapangan olah raga.

Pada lingkup lingkungan hunian, proporsi RTH Publik sekurang-kurangnya 5%. Jenis RTH disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian.

Proporsi penyediaan RTH pada lingkup lingkungan hunian : a. Pada lingkup lingkungan hunian,

proporsi RTH Publik sekurang-

kurangnya 5%.

b. Jenis RTH disesuaikan dengan

kebutuhan lingkungan hunian.

Penyediaan RTH berdasarkan

a. Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Penyediaan RTH pada lingkup lingkungan hunian :

Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk :

Page 133: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-133

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

jumlah penduduk

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 2)

b. Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2).

a. Jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan

standar RTH dalam SNI 03-1733-2004,

dan Permen PU No. 05/PRT/M/2008

Tentang Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di

Kawasan Perkotaan 2).

b. Proporsi RTH sekurang-kurangnya 5%

dari luas lingkungan hunian.

a. Jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan standar RTH dalam SNI 03-1733-2004, dan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 2).

b. Proporsi RTH sekurang-kurangnya 5% dari luas lingkungan hunian.

Penyediaan RTH

pekarangan

a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput..

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah dan atau rumput.

RTH Pekarangan adalah ruang terbuka alamiah di dalam kaveling setelah dikurangi luas lantai bangunan. Proporsi RTH Pekarangan adalah : ½(100% - KDB) atau minimal 10% dari luas kaveling. Di dalam RTH Pekarangan wajib ditanami : a. Pekarangan Rumah Besar : minimal 3

pohon pelindung ditambah perdu, semak serta penutup tanah dan atau rumput.

b. Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta rumput.

c. Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta rumput.

Penyediaan RTH Pekarangan : a. Proporsi :

Proporsi RTH Pekarangan : ½ (100% -KDB) atau minimal 10% dari luas kaveling.

b. RTH Pekarangan wajib ditanami : (1) Pekarangan Rumah Besar :

minimal 3 pohon pelindung ditambah perdu, semak serta penutup tanah dan atau rumput.

(2) Pekarangan Rumah Sedang minimal 2 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta rumput.

(3) Pekarangan Rumah Kecil : minimal 1 pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta rumput.

Penyediaan RTH

Sempadan Sungai

a. Sungai bertanggul : Minimal 3 m

dari kaki tanggul terluar.

b. Sungai tidak bertanggul : dalamnya

sungai <3 m : minimal 10 meter

dari tepi sungai; dalamnya sungai

Lingkungan hunian yang dilewati sungai wajib mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu : a. Untuk sungai bertanggul : Minimal 3 m

Persyaratan RTH Sempadan Sungai : a. Untuk sungai bertanggul : Minimal 3 m

dari kaki tanggul terluar. b. Untuk sungai tidak bertanggul :

(1) Dalamnya sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai;

Page 134: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-134

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

3-20 m: minimal 15 meter dari tepi

sungai.

dari kaki tanggul terluar. b. Untuk sungai tidak bertanggul : dalamnya

sungai <3 m : minimal 10 meter dari tepi sungai; dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

(2) Dalamnya sungai 3-20 m: minimal 15 meter dari tepi sungai.

Penyediaan RTH Sempadan kereta Api

Mengikuti Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 3).

Lingkungan hunian yang dilewati rel KA wajib mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 3)

Persyaratan RTH Sempadan rel KA : Mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan 3)

Penyediaan RTH Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

a. 64 m yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik;

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen

Lingkungan hunian yang dilewati jaringan listrik tegangan tinggi, wajib mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu : a. Berjarak 64 m yang ditetapkan dari titik

tengah jaringan tenaga listrik; b. Daerah di bawah tegangan tinggi

sebaiknya tidak digunakna untuk tempat

tinggal atau kegiatan yang permanen

Persyaratan RTH Sempadan Jaringan Listrik Tegangan Tinggi : Mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu : a. Berjarak 64 m yang ditetapkan dari titik

tengah jaringan tenaga listrik;

b. Daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak digunakna untuk tempat tinggal atau kegiatan yang permanen.

Penyediaan RTH

Sempadan Pantai

a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman

(ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Lingkungan hunian yang terletak di kawasan pantai, wajib mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu : a. Lebar RTH sempadan pantai minimal 100

m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang

Persyaratan RTH Sempadan Pantai : a. Lebar RTH sempadan pantai minimal

100 m dari batas air pasang tertinggi ke arah darat.

b. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) seluas 90% - 100%.

Page 135: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-135

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

hijau) seluas 90% - 100%.

Penyediaan RTH Sempadan Danau, Waduk, dan Mata Air

a. Untuk danau dan waduk, RTH garis sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

Lingkungan hunian yang lokasinya berdekatan dengan danau, waduk dan mata air, wajib mengikuti ketentuan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu : a. Untuk danau dan waduk, RTH garis

sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

Persyaratan RTH Sempadan Danau, Waduk, dan Mata Air : a. Untuk danau dan waduk, RTH garis

sempadan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

b. Untuk mata air, sempadan sekurang-kurangnya 200 meter di sekitar mata air.

5. Persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4)

b. Perumahan Gresik Kota baru : sarana komersial seluas 6.285 m2 (0,046%).

c. Perumahan Emerald : ruko luas 48 m2/unit.

Penyediaan sarana perdagangan dan niaga pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4). Jenis, jumlah dan proporsi sarana perdagangan dan niaga disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan.

Persyaratan penyediaan sarana perdagangan dan niaga : a. Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 4).

b. Jenis, jumlah dan proporsi sarana perdagangan dan niaga disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan.

6. Persyaratan penyediaan sarana pendidikan

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana pendidikan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5)

b. Perumahan Gresik Kota baru :

sarana pendidikan yang tersedia

terdiri dari TK, SD, SMP, SMU,

Perguruan Tinggi.

Penyediaan sarana pendidikan pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5). Jenis dan jumlah sarana pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

Persyaratan penyediaan sarana pendidikan : a. Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 5).

b. Jenis dan jumlah sarana pendidikan disesuaikan dengan jumlah dan karakteristik penduduk serta

Page 136: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-136

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan.

7 Penyediaan sarana kesehatan

a. Mengikuti persyaratan penyediaan sarana kesehatan menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6).

b. Perumahan Gresik Kota Baru : sarana yang tersedia adalah puskesmas pembantu, rumah sakit, apotik.

Penyediaan sarana kesehatan pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6). Jenis dan jumlah sarana kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

Persyaratan penyediaan sarana kesehatan : a. Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 6).

b. Jenis dan jumlah sarana kesehatan disesuaikan dengan jumlah dan karakteristik penduduk serta kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan.

8. Persyaratan penyediaan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga

a. Mengikuti persyaratan penyediaan ruang terbuka, taman dan lapangan olah aga menurut SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan (lihat kembali 2)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : (1) Taman dan lapangan

terbukaluas 60.386 m2 (4,442%).

(2) Makam luas 4.386 m2 (0,0325) c. Perumahan Green Hill : jogging

track, square.

a. Ketentuan mengenai penyediaan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga didasarkan pada penyediaan RTH di dalam lingkungan hunian bersangkutan, yaitu sekurang-kurangnta 5% dari luas lingkungan hunian. Jenis RTH disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan.

b. Makam diperhitungkan sebagai bagian dari RTH dengan proporsi 2% dari luas lingkungan hunian. Lokasi makam diizinkan berada di luar lingkungan hunian bersangkutan, dengan alternatif : (1) Merupakan makam yang berdiri

sendiri di lokasi yang sama sekali baru.

(2) Merupakan makam gabungan dari beberapa pengembang.

(3) Merupakan perluasan makam desa yang sudah ada.

Persyaratan penyediaan sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga: RTH sekurangnya 5% dari luas lingkungan hunian, yang dibagi menjadi : a. RTH untuk ruang terbuka, taman,

lapangan olah raga dengan proporsi

3% dari luas lingkungan hunian.

Jenis RTH disesusikan dengan

kebutuhan lingkungan hunian

bersangkutan.

b. Makam disediakan 2% dari luas

lingkungan hunian, dengan alternatif :

(1) Merupakan makam yang berdiri sendiri di lokasi yang sama sekali baru.

(2) Merupakan makam gabungan dari beberapa pengembang.

(3) Merupakan perluasan makam desa yang sudah ada.

Page 137: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-137

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

9. Persyaratan penyediaan sarana pemerintahan dan bangunan umum

a. Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : balai pertemuan

c. Perumahan Green Hill : balai pertemuan, pos keamanan.

Penyediaan sarana pemerintahan dan bangunan umum pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7). Jenis dan jumlah sarana pemerintahan dan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

Persyaratan penyediaan sarana pemerintahan dan bangunan umum :

a. Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 7).

b. Jenis dan jumlah sarana pemerintahan dan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

10.

Persyaratan penyediaan sarana peribadatan

a. Kebutuhan Sarana Peribadatan Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8)

b. Perumahan Gresik Kota Baru : tempat ibadah

c. Perumahan Green Hill : Masjid,

musholla

Penyediaan sarana peribadatan pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8). Jenis dan jumlah sarana pemerintahan dan bangunan umum disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

Persyaratan penyediaan sarana peribadatan : a. Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 8).

b. Jenis dan jumlah sarana peribadatan disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan hunian bersangkutan

11. Persyaratan penyediaan sarana kebudayaan dan rekreasi

Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9).

Penyediaan sarana kebudayaan dan rekreasi pada lingkungan hunian mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9).

Persyaratan penyediaan kebudayaan dan rekreasi : Mengikuti ketentuan SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 9).

12 Peresyaratan penyediaan listrik

a. Pembangunan perumahan mencakup pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Penyediaan PJU dengan sumber listrik dari PLN atau sumber lainnya. Perumahan Gresik Kota Baru : listrik PLN; Perumahan Green Hill : listrik PLN; Perumahan

a. Disediakan jaringan litrik yang mencukupi melalui jaringan SUTM dan SUTR dengan sumber listrik dari PLN.

b. Disediakan gardu listrik untuk setiap

200 KVA daya listrik yang ditempatkan

pada lahan yang bebas dari kegiatan

umum.

c. Daya listrik untuk setiap jenis rumah

Peresyaratan penyediaan listrik : a. Pada lingkup lingkungan hunian

disediakan jaringan litrik yang mencukupi melalui jaringan SUTM dan SUTR dengan sumber listrik dari PLN.

b. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.

Page 138: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-138

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Emerald listrik PLN. c. Kelengkapan PJU yang meliputi:

trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya;

d. Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum.

e. Disediakan penerangan jalan yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.

adalah sebagai berikut :

(1) Rumah sederhana dilayani daya listrik minimum 450 VA.

(2) Rumah menengah dilayani daya listrik minimal 900 VA.

(3) Rumah mewah dilayani daya listrik minimal 1300 VA.

d. Lingkungan hunian dilengkapi dengan

PJU beserta kelengkapannya yang

meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel

distribusi listrik dari PLN maupun

sumber listrik lainnya.

e. Disediakan PJU yang memiliki kuat

penerangan 500 lux dengan tinggi > 5

meter dari muka tanah.

c. Daya listrik untuk setiap jenis rumah adalah sebagai berikut :

(4) Rumah sederhana dilayani daya listrik minimum 450 VA.

(5) Rumah menengah dilayani daya listrik minimal 900 VA.

(6) Rumah mewah dilayani daya listrik minimal 1300 VA.

d. Lingkungan hunian dilengkapi dengan PJU beserta kelengkapannya yang meliputi: trafo, tiang, lampu, dan kabel distribusi listrik dari PLN maupun sumber listrik lainnya.

e. Disediakan PJU yang memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah.

f. Setiap unit rumah tangga harus

dapat dilayani daya listrik minimum

450 VA per jiwa dan untuk sarana

lingkungan sebesar 40% dari total

kebutuhan rumah tangga.

Kondisi empiris berdasarkan tipe rumah pada umumnya adalah : (7) Rumah sederhana dilayani

daya listrik minimum 450 VA. (8) Rumah menengah dilayani

daya listrik minimal 900 VA. (9) Rumah mewah dilayani daya

listrik minimal 1300 VA. 13. Persyaratan

penyediaan air bersih

a. Untuk air PDAM suplai air antara 60-100 liter/org/hari.

b. Untuk sambungan kran umum 30 liter/ orang/hari;

c. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;

d. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari;

e. Radius pelayanan kran umum maksimum 100 meter;

f. Perumahan Gresik Kota Baru ; air bersih dari PDAM. Perumahan

a. Disediakan jaringan air bersih dengan

sumber dari PDAM.

b. Standar kebutuhan air bersih untuk

sambungan rumah adalah 60-100

liter/orang/hari.

c. Disediakan kran umum :

(1) Standar kebutuhan air bersih untuk

kran umum adalah 30

liter/orang/hari.

(2) Satu kran umum disediakan untuk

250 jiwa.

Persyaratan penyediaan air bersih : a. Disediakan jaringan air bersih dengan

sumber dari PDAM.

b. Standar kebutuhan air bersih untuk sambungan rumah adalah 60-100 liter/orang/hari.

c. Disediakan kran umum : (1) Standar kebutuhan air bersih untuk

kran umum adalah 30 liter/orang/hari.

(2) Satu kran umum disediakan untuk

Page 139: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-139

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Green Hill : air bersih dari PDAM. Perumahan Emerald : air bersih dari PDAM.

(3) Radius pelayanan kran umum

maksimum 100 meter.

250 jiwa. (3) Radius pelayanan kran umum

maksimum 100 meter. d. Tidak disarankan menggunakan sumur

bor, karena : (1) Pengambilan air tanah berpotensi

menyebabkan penurunan tanah terutama di kawasan pesisir.

(2) Penurunan tanah memudahkan masuknya air laut ke daratan (intrusi air laut).

g. Tersedia sambungan dari PDAM, bila tidak, dapat menggunakan sumur bor.

g. Dalam penelitian Badan Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya; (2011), salah satu penyebab penurunan tanah terutama di kawasan pesisir, adalah eksploitasi air tanah berlebihan.

d. Kegiatan perumahan dan permukiman termasuk salah satu kegiatan yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Jika sebagian besar perumahan mengambil air tanah, maka potensi terjadinya penurunan tanah akan lebih besar, terutama di kawasan pesisir (pesisir Kota Surabaya rata-rata mengalami penurunan 14 mm/tahun).

h. Jika terjadi penurunan tanah, maka akan terjadi intrusi air asin, khususnya di kawasan pesisir.

e. Pengambilan air tanah berpotensi menyebabkan penurunan tanah. Penurunan tanah memudahkan masuknya air laut ke daratan.

14. Persyaratan penyediaan sambungan telepon

a. Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga prasarana, sarana dan utilitas umum.

b. Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap 250 penduduk (RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan lingkungan RT.

c. Ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m

d. Dibutuhkan stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari

a. Disediakan STO untuk setiap 3.000-

10.000 sambungan dengan radius

pelayanan 3-5 km dari copper center,

yang berfungsi sebagai pusat pengendali

jaringan dan tempat pengaduan

pelanggan.

b. Tipa lingkunga rumah perlu dilayani

sambungan telepon dengan ketentuan

sebagai berikut :

(1) R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah.

(2) R-2 , rumah tangga berpenghasilan menengah : 1 sambungan/rumah

(3) R-3 , rumah tangga berpenghasilan rendah : 1 sambungan/4-5 rumah.

c. Disediakan telpon umum dengan

Persyaratan penyediaan sambungan telepon : a. Disediakan STO untuk setiap 3.000-

10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3-5 km dari copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

b. Tipa lingkunga rumah perlu dilayani sambungan telepon dengan ketentuan sebagai berikut : (1) R-1, rumah tangga berpenghasilan

tinggi : 2-3 sambungan/rumah. (2) R-2 , rumah tangga

berpenghasilan menengah : 1 sambungan/rumah

(3) R-3 , rumah tangga

Page 140: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-140

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

copper center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.

ketentuan : (1) Sekurang-kurangnya 1 sambungan

telepon untuk setiap 250 jiwa (lingkup RT).

(2) Jarak antar sambungan telepon umum antara 200-400 meter yang dapat dijangkau pejalan kaki.

berpenghasilan rendah : 1 sambungan/4-5 rumah.

c. Disediakan telpon umum dengan ketentuan : (1) Sekurang-kurangnya 1 sambungan

telepon untuk setiap 250 jiwa (lingkup RT).

(2) Jarak antar sambungan telepon umum antara 200-400 meter yang dapat dijangkau pejalan kaki.

e. Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut: (1) R-1, rumah tangga

berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/rumah

(2) R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/ rumah

(3) R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/ rumah

Kondisi empiris berdasarkan tipe rumah, pada umumnya adalah : (4) R-1 : 2-3 sambungan/rumah. (5) R-2 : 1 sambungan/rumah (6) R-3 : 1 sambungan/4-5

rumah.

15. Persyaratan penyediaan jaringan pipa gas

Pembangunan perumahan tidak hanya membangun rumah tetapi juga membangun prasarana, sarana dan utilitas umum.

Belum tersedia jaringan pipa gas. Kebutuhan gas dipenuhi dari tabung LPG 3 kg dan tabung 12 kg.

Persyaratan penyediaan jaringan pipa gas : a. Belum tersedia jaringan pipa gas.

b. Kebutuhan gas dipenuhi dari tabung

LPG 3 kg dan 12 kg.

16. Persyaratan penyediaan sarana persampahan

a. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang melayani skala lingkungan dan kawasan. Perumahan Gresik Kota baru : 4 TPS luas 213,09 m2 Perumahan Green Hill : Pembuatan tempat pengolahan sampah;

b. Untuk rusun sewa, TPS berupa tempat pembuangan sampah

a. Kebutuhan sarana dan prasarana persampahan merujuk pada pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 10).

b. Lingkungan hunian perlu dilengkapi dengan TPS komunal.

Persyaratan penyediaan sarana persampahan : a. Kebutuhan sarana dan prasarana

persampahan merujuk pada pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 10).

b. Lingkungan hunian perlu dilengkapi dengan TPS komunal.

Page 141: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-141

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

komunal. c. Kebutuhan prasarana

persampahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 10).

17. Persyaratan penyediaan saluran drainase

a. Dilengkapi saluran drainase terbuka atau tertutup beserta bangunan pelengkap;

b. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,

c. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan.

d. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup.

e. Dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

f. Lingkungan perumahan harus dilengkapi saluran drainase.

Lingkungan hunian harus dilengkapi saluran drainase yang terpisah dengan saluran pembuangan limbar cair domestik. a. Sistem pembuangan air hujan harus

mempunyai kapasitas tampung yang cukup.

b. Dapat berupa saluran terbuka atau tertutup.

c.Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,

d. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan.

e. Lingkungan hunian dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

f. Penyediaan saluran drainase merujuk pada SNI 02-2406-1991 Tentang tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.

Persyaratan penyediaan saluran drainase : a. Lingkungan hunian harus dilengkapi

saluran drainase yang terpisah dengan saluran pembuangan limbar cair domestik.

b. Sistem pembuangan air hujan harus mempunyai kapasitas tampung yang cukup.

c. Dapat berupa saluran terbuka atau tertutup.

d. Sistem drainase harus dihubungkan dengan badan air penerima,

e. Badan air penerima dapat merupakan sungai, laut, kolam, danau dan drainase kawasan/perkotaan.

f. Lingkungan hunian dilengkapi dengan sumur resapan air hujan dan penanaman pohon.

g. Penyediaan saluran drainase merujuk pada SNI 02-2406-1991 Tentang tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan.

18. Persyaratan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran

a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 11)

b. Penyediaan hidran kebakaran

Menurut Kepmen PU. No. 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di

Lingkungan hunian harus mendapat mobil PMK yang pos terdekatnya berjarak 2,5 -3,5 km. a. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran

Persyaratan penyediaan sarana penanggulangan kebakaran : a. Lingkungan hunian harus mendapat

mobil PMK yang pos terdekatnya

Page 142: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-142

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(1) Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;

(2) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;

c. Jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter

d. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran.

Perkotaan, kawasan terbangun harus mendapat perlindungan mobil PMK yang pos terdekatnya berjarak 2,5 -3,5 km .

dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 11).

b. Penyediaan hidran kebakaran dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Untuk daerah komersial jarak antara

kran kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak

antara kran maksimum 200 meter; (3) Jarak dengan tepi jalan minimum

3.00 meter. c. Apabila tidak dimungkinkan membuat

kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran.

berjarak 2,5 -3,5 km. b. Pengamanan terhadap bahaya

kebakaran dilakukan melalui proteksi pasif dan proteksi aktif 11).

c. Penyediaan hidran kebakaran dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Untuk daerah komersial jarak

antara kran kebakaran 100 meter; (2) Untuk daerah perumahan jarak

antara kran maksimum 200 meter; (3) Jarak dengan tepi jalan minimum

3.00 meter. d. Apabila tidak dimungkinkan membuat

kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran.

19 Persyaratan penyediaan jalan

a. Kemudahan hubungan di luar dan

di dalam bangunan gedung.

b. Mengikuti sistem dan fungsi jalan

12).

c. Kewajiban mendapatkan izin dari

Gubernur bagi pemanfaatan ruang

yang terletak di kawasan

pengendalian ketat .

d. Mengikuti SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di

Perkotaan 13)

e. Perumahan Gresik Kota Baru : jalan utama berupa jalan kembar.

f. Perumahan Green Hill : Ada 5 klasifikasi lebar jalan : ROW 6 meter, ROW 7 meter, ROW 8

Pola jaringan jalan menurut Rangwala (1977) : a. Tatanan jaringan jalan suatu

kawasan perumahan harus seminimal mungkin dan efisien sebagai penghubung antar unit rumah tinggal, ke pusat pelayanan publik dan menuju jalan utama kota.

b. Jika kawasan tersebut memiliki kelompok hunian yang unik, maka sebaiknya juga memiliki pola jaringan jalan yang unik.

c. Jika dirancang berdasarkan kondisi topografi, maka sebaiknya menggunakan kurva lengkung sederhana

a. Lingkungan hunian yang memiliki pola

jaringan jalan efisien lebih

menguntungkan karena pemanfaatan

lahannya minimal.

Pada lahan dengan kondisi topografi

datar, efisiensi diperoleh jika

menggunakan pola grid.

Pada lahan berkontur, efisiensi diperoleh

jika jika pola jalan mengikuti kontur.

Pada lingkungan hunian yang unik

(misalnya mempunyai gaya arsitektur

yang khas), rancangan jalan disesuaikan

dengan keunikan bangunannya.

b. Sistem jaringan jalan pada lingkungan

hunian mengkuti sistem dan fungsi jalan

menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentag

Jalan 12).

Persyaratan penyediaan jalan : a. Lingkungan hunian yang memiliki pola

jaringan jalan efisien lebih

menguntungkan karena pemanfaatan

lahannya minimal.

(1) Pada lahan dengan kondisi

topografi datar, efisiensi diperoleh

jika menggunakan pola grid.

(2) Pada lahan berkontur, efisiensi

diperoleh jika jika pola jalan

mengikuti kontur.

(3) Pada lingkungan hunian yang unik

(misalnya mempunyai tipologi atau

gaya arsitektur yang khas, berada

pada jalur utama, cluster yang

khas), rancangan jalan disesuaikan

dengan keunikan bangunannya;

Page 143: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-143

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

meter, ROW 10 meter, dan ROW 14 meter.

mengikuti kontur. d. Jika berada pada lokasi

datar, sebaiknya menggunakan pola kurva untuk mendapatkan kontras dengan bentuk rumah yang empat persegi panjang dan agar lebih menarik secara visual.

c. Dimensi jalan mengikuti SNI 03-1733-

2004 Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

13).

antara lain berbentuk bouleverd,

dilengkapi perabot ruang luar yang

laras dengan bangunan, tanaman

penghijauan yang bertema).

b. Sistem jaringan jalan pada lingkungan hunian mengkuti sistem dan fungsi jalan menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentag Jalan 12).

c. Dimensi jalan mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 13).

20. Persyaratan penyediaan sarana sanitasi/buangan limbah cair domestik

a. Penyediaan sarana sanitasi melalui pembangunan prasarana air limbah komunal;

b. Pengelolaan sanitasi menggunakan IPAL. IPAL dapat ditempatkan pada lokasi yang telah direncanakan atau pada lokasi ruang terbuka hijau (RTH), atau pada badan jalan, dengan memperhatikan kekuatan dan keamanan konstruksi;

c. Penyediaan sarana pembuangan air limbah harus berorientasi pada kebutuhan masyarakat, kelestarian lingkungan dan kemudahan dalam pengoperasian

d. Jenis-jenis elemen jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: (1) septik tank;

a. Sistem pembuangan limbah cair domestik

terpisah dengan sistem saluran drainase.

b. Pengelolaan sanitasi lingkungan

menggunakan IPAL komunal yang

ditempatkan pada RTH atau badan jalan

dengan memperhatikan kekuatan dan

keamanan konstruksinya.

c. Instalasi IPAL menggunakan IPAL

Biofilter atau Biofilm Anaerob dan Aerob

Plus dengan konstruksi dari bahan

fiberglass/FRP dan beton, dengan ukuran

yang dapat disesuaikan dengan

kebutuhan (kapasitas 5 m3 sampai di

atas 100 m3 per hari).

d. Penyediaan sarana pembuangan air

limbah harus berorientasi pada

kebutuhan masyarakat, kelestarian

lingkungan dan kemudahan dalam

pengoperasian

Persyaratan penyediaan sarana sanitasi/buangan limbah cair domestic : a. Sistem pembuangan limbah cair

domestik terpisah dengan sistem

saluran drainase.

b. Pengelolaan sanitasi lingkungan

menggunakan IPAL komunal yang

ditempatkan pada RTH atau badan

jalan dengan memperhatikan kekuatan

dan keamanan konstruksinya.

c. Instalasi IPAL menggunakan IPAL

Biofilter atau Biofilm Anaerob dan

Aerob Plus dengan konstruksi dari

bahan fiberglass/FRP dan beton,

dengan ukuran yang dapat disesuaikan

dengan kebutuhan (kapasitas 5 m3

sampai di atas 100 m3 per hari).

Keunggulan sistem ini adalah :

(1) Lahan yang dibutuhkan relatif

Page 144: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-144

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(2) bidang resapan; dan (3) jaringan pemipaan air limbah.

e. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah kota atau dengan cara pengolahan lain.

f. Apabila tidak memungkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat bidang resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah.

e. Tidak lagi menggunakan septic tank dan

sumur resapan.

sedikit.

(2) Pemeliharaan mudah dan murah.

(3) Tahan lama dan dapat

dipindahkan.

(4) Dapat ditambah dan di-upgrade

sesuai kebutuhan.

(5) Harga relatif lebih murah dibanding

sistem konvensional.

d. Penyediaan sarana pembuangan air

limbah harus berorientasi pada

kebutuhan masyarakat, kelestarian

lingkungan dan kemudahan dalam

pengoperasian

e. Tidak lagi menggunakan septic tank

dan sumur resapan.

21. Persyaratan penyediaan jaringan transportasi lokal

Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang

Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan Di Perkotaan 14).

Penyediaan jarigan transportasi lokal dan

sarananya mengikuti SNI 03-1733-2004

Tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 14).

Persyaratan penyediaan jaringan transportasi lokal : Mengikuti SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan 14).

22 Regulasi

Meningkatkan implementasi regulasi jasa konstruksi, pembangunan, dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.

Regulasi yang tampaknya sulit diimplementasikan adalah Permenpera No. 10 Tahun 2012 yang telah diperbarui dengan Permenpera No. 7 Tahun 2013, yaitu tentang Penyelengaraan Perumahan dan Kawasan permukiman Dengan Hunian Berimbang. Hal penting yang perlu mendapat kejelasan adalah tautannya dengan tata ruang dan pertanahan. a. Dikaitkan dengan rencana tata ruang,

hunian berimbang perlu mendapat

Aspek regulasi : Ada kecenderungan Permenpera No. 10 Tahun 2012 yang telah diperbarui dengan Permenpera No. 7 Tahun 2013, yaitu tentang Penyelengaraan Perumahan dan Kawasan permukiman Dengan Hunian Berimbang, sulit diterapkan di lapangan. Untuk itu diperlukan keluwesan peraturan terutama yang berkaitan dengan : a. Proporsi 1 rumah mewah : 2 rumah

menengah : 3 rumah sederhana agar

Page 145: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-145

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

penjelasan definitif apakah perbandingan 1 rumah mewah : 2 rumah menengah : 3 rumah sederhana dalam satu kabupaten/kota mempunyai pijakan yang rasional. Setidaknya perlu dilakukan kajian akademis untuk membuat simulasi menetapkan proporsi yang pas untuk semua daerah.

b. Dikatkan dengan aspek pertahanan, pembangunan rumah mewah, rumah menengah dan rumah sederhana dalam satu wilayah kabupaten/kota membutuhkan persiapan awal dalam bentuk penyediaan lahan melalui bank tanah. Jika tidak, maka pembangunan rumah sederhana tidak akan dapat diwujudkan karena diserahkan pada harga pasar.

tidak diberlakukan sama di semua daerah.

b. Ketersediaan tanah dengan harga yang masih memungkinkan untuk membangun rumah sederhana.

23 Lembaga yang melaksanakan pembangunan rumah

Ada tiga lembaga yang mempunyai tautan dengan pembangunan rumah, yaitu : a. Pemerintah

Untuk pengadaan rumah dalam skala besar, lembaga yang paling bertanggung jawab dan berwenang dalam pengadaan rumah adalah pemerintah, badan semi pemerintah atau departemen. Termasuk pemerintah pusat, pemerintah Negara bagian, departemen yang

Di Indonesia, lembaga yang melaksanakan pembangunan rumah terdiri dari pemerintah, pengembang, dan individu. a. Pemerintah berperan dalam

penyusunan kebijakan, program dan strategi pengadaan rumah dalam skala besar. Lembaga pemerintah yang berperan dalam pengadaan rumah antara lain adalah Kementrian Perumahan Rakyat, Kementrian Pekerjaan Umum, dan Perum Perumnas.

b. Pengembang yang melaksanakan pembangunan rumah secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok,

Lembaga yang melaksanakan pembangunan rumah terdiri dari : a. Pemerintah melalui instansi dan

lembaga yang berwenang dalam pengadaan rumah.

b. Pengembang berbadan hukum (REI, APERSI, Koperasi).

c. Individu yang membangun untuk digunakan sendiri.

Pengadaan rumah oleh pengembang berbadan hukum dapat dikendalikan melalui regulasi dan perizinan. Sedangkan pengadaan rumah oleh pengembang yang tidak berbadan hukum sangat sulit pengendaliannya,

Page 146: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-146

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

menangani pajak dan pendapatan, pemerintah lokal, departemen pos, kereta api, dan lainnya.

b. Cooperative housing societies

Adalah lembaga di India yang menangani pembangunan perumahan melalui keanggotaan yang berasal dari kelompok perorangan, lembaga berbadan hukum atau kombinasi keduanya. Kelompok ini bekerja dibawah peraturan yang disusun oleh para anggotanya yang pelaksanaannya diawasi oleh pemerintah melalui departemen yang terkait.

f. Individual Rumah dan apartemen dibangun oleh perusahaan individu dengan modal yang dimilikinya sendiri, serta menjualnya kepada masyarakat.

yaitu pengembang berbadan hukum dan pengembang tidak berbadan hukum. (1) Pengembang berbadan hukum di

Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten Sidoarjo dan Gresik) terdiri dari Real Estate Indonesia, (REI), Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana (APERSI) dan Koperasi. Dulu di Surabaya ada yayasan yang melaksanakan pengadaan rumah bagi masyarakat (Yayasan Kas Pembangunan), tetapi sekarang telah menjadi badan hukum berbentuk PT.

(2) Pengembang yang tidak berbadan hukum. Kelompok ini biasanya dilakukan oleh perorangan yang melakukan pengaplingan tanah milik satu orang atau lebih dari satu orang yang kemudian di atasnya dibangun rumah.

c. Individu adalah perorangan yang membangun rumah untuk ditempati sendiri.

Permasalahan yang muncul biasanya terjadi pada perumahan yang dibangun oleh pengembang yang tidak berbadan hukum.

terutama yang berkaitan dengan : a. Pengawasan dan pengendalian

proporsi penggunaan lahan lingkungan hunian.

b. Penyediaan sarana dan prasarana lingkungan hunian.

c. Kesesuaan dengan rencana tata ruang.

d. Legalitas site plan.

24 Peran swasta dan masyarakat

a. Meningkatkan peran pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan perumahan

b. Mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman yang

Sudah tercakup dalam lembaga yang melaksanakan pembangunan rumah.

Page 147: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-147

No Aspek Hasil Kompilasi III Literatur (Teori, kondisi empiris lokasi

lain yang sejenis)

Pembahasan Hasil Pembahasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

Sumber : Tim Penyusun; 2013

Keterangan :

1) Proporsi lingkungan hunian yang lebih rinci :

a. Pemanfaatan untuk hunian (umumnya disebut lahan yang dijual) maksimum 60%, dapat terdiri dari : (1) Pemanfaatn untuk rumah 50%. (2) Pemanfaatan untuk sarana komersial 5%. (3) Pemanfaatan untuk lahan yang dijual lainnya (misalnya gedung pertemuan, sekolah swasta, rumah sakit swasta) 5%.

b. Pemanfaatan untuk non hunian (umumnya disebut lahan yang tidak dijual) maksimum 40%, dapat terdiri dari : (1) Pemanfaatan untuk fasilitas umum 5%. (2) Pemanfaatan untuk RTH 5%. (3) Pemanfaatan untuk jalan dan utilitas 30%.

2) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, Lapangan Olah raga, Makam.

3) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai RTH Sempadan Kereta Api.

4) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa

5) Dapat dilihat kembakli pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran

6) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Kesehatan

7) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum.

8) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Peribadatan

9) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Standar Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

10) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Kebutuhan Prasarana Persampahan

Page 148: Bab IV Analisa Revisi Ok

PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PERUNTUKAN PERUMAHAN KABUPATEN GRESIK

L A P O R A N A K H I R IV-148

11) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran

12) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Kecepatan dan Lebar Jalan.

13) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Penyediaan Sarana Jaringan Jalan di Perumahan

14) Dapat dilihat kembali pada Ketentuan mengenai Kebutuhan dan Persyaratan Jaringan Transportasi Lokal