BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

39
BAB VI KAJIAN STUDI TERDAHULU Sebagai pembanding bahan dalam penyusunan tugas akhir ini, berikut beberapa tinjauan terhadap studi yang telah dilakukan sebelumnya antara lain : 7.1 Kajian Kinerja Tingkat Pelayanan BUS TMB Korior 2 Cicaheum - Cibeurem”. Penulis : Popon Dini ST ( Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan Bandung, Tugas Akhir, 2014). Latar Belakang Persoalan transportasi di Kota Bandung memang bukanlah hal yang baru, hal tersebut sudah sering terjadi cukup lama dan semakin lama dampak yang ditimbulkan itu semakin besar. Persoalan tersebut antara lain, kemacetan lalu lintas, sarana transportasi yang kurang memadai, polusi udara, masalah parkir dan lain sebagainya. Untuk memperbaiki sistem dan infrastruktur transportasi yang dapat mendukung kegiatan masyarakat serta mengurangi persoalan yang ada, maka di terbitkan surat keputusan Walikota Bandung yang menetapkan bahwa akan di operasikannya suatu moda transportasi baru di Kota Bandung yaitu Bus Trans Metro Bandung pada koridor I Cibeurem – 34

Transcript of BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Page 1: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

BAB VIKAJIAN STUDI TERDAHULU

Sebagai pembanding bahan dalam penyusunan tugas akhir ini, berikut beberapa

tinjauan terhadap studi yang telah dilakukan sebelumnya antara lain :

7.1 “Kajian Kinerja Tingkat Pelayanan BUS TMB Korior 2 Cicaheum - Cibeurem”.

Penulis : Popon Dini ST ( Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Pasundan Bandung, Tugas Akhir, 2014).

Latar Belakang

Persoalan transportasi di Kota Bandung memang bukanlah hal yang baru, hal tersebut

sudah sering terjadi cukup lama dan semakin lama dampak yang ditimbulkan itu

semakin besar. Persoalan tersebut antara lain, kemacetan lalu lintas, sarana transportasi

yang kurang memadai, polusi udara, masalah parkir dan lain sebagainya. Untuk

memperbaiki sistem dan infrastruktur transportasi yang dapat mendukung kegiatan

masyarakat serta mengurangi persoalan yang ada, maka di terbitkan surat keputusan

Walikota Bandung yang menetapkan bahwa akan di operasikannya suatu moda

transportasi baru di Kota Bandung yaitu Bus Trans Metro Bandung pada koridor I

Cibeurem – Cibiru, sedangkan untuk koridor baru Trans Metro Bandung yang saat ini

mulai operasi yaitu koridor 2 dengan rute Cicaheum - Cibeurem.

Trans Metro Bandung (TMB) adalah suatu transportasi angkutan massal yang menjadi

salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada

sektor transportasi darat di kawasan perkotaan di Kota Bandung dengan berbasis bus

mengganti sistem setoran menjadi sistem pelayanan dengan ciri pemberangkatan bus

terjadwal, berhenti pada halte khusus, aman, nyaman, handal, terjangkau,bebas hambatan

karena memiliki jalur khusus yang terbatas di gunakan hanya untuk moda TMB saja

dan ramah bagi lingkungan. Akan tetapi, seiring dengan telah dioperasikannya bus

Trans Metro Bandung pada koridor 2 ternyata terdapat berbagai perubahan terkait

34

Page 2: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

rencana awal pelayanan bus Trans Metro Bandung. Selain itu, berbagai keluhan dari

masyarakat yang menggunakan bus TMB mengenai kurangnya kualitas pelayanan yang

di berikan. Keluhan tersebut diantaranya, terlalu jauhnya jarak antar halte

(news.idfinroll.com/bisnis/transportasi/179615dishub – petugas – trans – metro -

bandung.hmtl), sehingga para pengguna harus berjalan jauh untuk menggunakan bus

TMB, perjalanan bus TMB yang tergabung dengan lalu lintas lain, buruknya kebersihan

bus dan persoalan lainnya.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan usulan guna meningkatkan atau

mengoptimalkan kinerja pelayanan bus Trans Metro Bandung dengan cara mengkaji

kinerja tingkat pelayanan bus Trans Metro Bandung pada koridor 2 dengan rute

Cicaheum - Cibeurem.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif

Kesimpulan

1. Bahwa bus Trans Metro Bandung dilihat rute trayek koridor 2 sudah melintasi

atau melewati pusat pelayanan kota (PPK) yaitu alun-alun Kota Bandung,

dilihat dari hirarki ruas jalan yang dilalui yaitu merupakan arteri primer serta

kolektor sekunder dimana merupakan jalan nasional dan kota bandung itu

sendiri sedangkan dilihat dari kebutuhan dan pemanfaatan ruang pada koridor 2,

jelas masih kurang prasarana pendukung halte dan fasilitas halte dimana

terdapat kantung-kantung penumpang yang cukup tinggi akan tetapi tidak

didukungnya oleh prasarana halte sehingga diharuskan adanya penambahan

35

Page 3: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

halte guna untuk memudahkan calon pengguna jasa TMB dilihat dari aktivitas

atau pemanfaatan ruang disepanjang koridor 2.

2. Dari hasil analisisi Indikator - indikator dan tolok ukur kajian tingkat pelayanan

bus Trans Metro Bandung dan persepsi pengguna diketahui bahwa indikator

atau variabel yang digunakan terdapat 7 indikator dimana masing – masing

variabel terdapat sub-sub variabel yaitu yang berkaitan dengan keamanan,

keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas, biaya, kesetaraan dan keteraturan. Dari

hasil analisis karakteristik pengguna jasa bus Trans Metro Bandung diketahui

bahwa jenis kelamin yang dominan menaiki jasa bus TMB yaitu perempuan,

sedangkan dilihat dari jenis pendidikan yang dominan adalah SMA, dari tingkat

pendapatan yang dominan adalah Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,- dengan

alasan utama mengunakan TMB yaitu bahwa tarif TMB lebih murah

dibandingkan dengan angkutan umum lainnya, dengan tujuan menggunakan

TMB yaitu untuk pergi ke sekolah dan bekerja pada jam – jam sibuk sedangkan

pada jam tidak sibuk lebih didominan dengan tujuan berbelanja.

Dari hasil analisis tingkat pelayanan bus Trans Metro Bandung dan persepsi

pengguna berdasarkan indikator dan tolok ukurnya :

Beberapa variabel yang kondisi eksisting dan menurut persepsi

penumpang masih rendah yaitu yang berkaitan dengan kenyamanan

seperti kondisi halte, yang berkaitan dengan cara memperoleh tiket untuk

menggunakan jasa angkutan massal bus TMB, yang berkaitan dengan

keselamatan yaitu pengemudi TMB yang selalu mengemudi dengan baik

atau tidak ugal – ugalan, pengemudi yang selalu mentaati peraturan lalu

– lintas serta menikan dan menurunkan penumpang ditempat yang telah

disediakan dalam variabel ini jelas dikarenakan kondisi halte yang

kurang baik serta adanya parkir didepan halte yang menyulitkan bus

36

Page 4: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

untuk berhenti pada tempat yang telah disediakan, tidak adanya

informasi dan jadwal bus di dalam halte bahkan sebagian halte tidak

terdapat tempat duduk untuk para calon penumpang untuk menunggu

kedatangan bus, lampu penerangan di dalam halte yang sebagian besar

tidak berfungsi dengan baik yaitu tidak menyala sama sekali serta

petugas keamanan yang seharusnya ada untuk keamanan di dalam halte

dan membantu calon penumpang pun kebanyakan tidak ada.

Kelemahan Studi

Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi

pelayanan angkutan umum

7.2 “Analisis Kinerja Angkutan Kota Magelang Jalur 2” Penulis : Sermatutar CZI

Mistry Pakar Rosnandi ( Jurusan Teknik Sipil Pertahanan Akademi Militer

Magelang 2012).

Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, Transportasi memegang peranan vital dalam berbagai aspek

kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang dimaksud di sini meliputi aspek politik,

ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Di negara-negara maju maupun

negara-negara berkembang seperti Indonesia, transportasi masih tetap menjadi masalah

yang harus dihadapi dan diatasi. Masalah-masalah transportasi mencakup masalah

kemacetan, kelambatan, polusi udara dan suara, serta pelayanan angkutan

umum yang kurang memadai. Masalah-masalah transportasi tersebut timbul akibat

tingginya pertumbuhan penduduk, cepatnya laju urbanisasi dan terjadinya

peningkatan kesejahteraan penduduk.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah transportasi tersebut adalah dengan cara

meningkatkan pelayanan angkutan umum perkotaan. Angkutan umum perkotaan

37

Page 5: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

sebagai urat nadi kehidupan ekonomi di perkotaan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan ekonomi manusia maupun barang sebagai komponen makro suatu

perekonomian. Oleh karena itu, transportasi harus mampu mendukung kelancaran

kegiatan perekonomian kota, karena transportasi yang lancar dan aman dapat

mencerminkan keteraturan kehidupan dalam perkotaan.Kota Magelang khususnya

Kecamatan Magelang Selatan, seperti kota-kota lain memiliki masyarakat yang

beranekaragam dalam aktifitasnya. Transportasi dapat menunjang kegiatan

perekonomian karena masih banyak masyarakat di Kota Magelang yang menggunakan

jasa angkutan kota ini sebagai kendaraan menuju pusat perbelanjaan dan ke sekolah,

khususnya ke pusat Kota Magelang.

Tujuan

Adapun tujuan dari diadakan penelitian ini adalah mengetahui tentang kinerja

operasi Angkutan Kota Magelang Jalur 2 yang meliputi:

a. Rute perjalanan

b. Jumlah penumpang

c. Angka Load Faktor

d. Headway dan frekuensi

e. Waktu sirkulasi

f. Jumlah kendaraan

g. Pendapatan

h. Biaya Operasi Kendaraan (BOK)

i. Operating Ratio

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif

38

Page 6: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan, analisis dan pembahasan data yang ada, maka dapat

diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:

1. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kinerja Angkutan Kota

Magelang Jalur 2 belum memadai, karena masih ada kekurangan. Hal itu

dikarenakan adanya indikator yang belum memenuhi sesuai dengan yang

diharapkan, diantaranya yaitu :

Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk Angkutan Kota Magelang

Jalur 2 adalah 34,32 %. Angka Load Factor ini belum memenuhi standar

Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun 1993 sebesar 70%.

Waktu tunggu rata-rata (w) adalah 0,66 menit, waktu ini belum

memenuhi Standart Pelayanan Angkutan Umum oleh World Bank dan

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yaitu antara 5 – 10 menit.

2. Jumlah masyarakat yang menggunakan Angkutan Kota Magelang Jalur 2

adalah 283 orang. Apabila dilihat dari nilai Load Factor yang belum memenuhi

standar, maka jumlah penumpang Angkutan Kota Magelang Jalur 2 perlu

ditingkatkan. Nilai Load Factor berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut:

Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk Angkutan Kota Magelang

Jalur 2 adalah 34,32 %. Angka Load Factor ini belum memenuhi standar

Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun 1993 sebesar 70%.

3. Pendapatan rata-rata tiap angkutan per hari adalah sebagai berikut:

Pendapatan kotor sopir = Rp. 190.500,00

Sopir = Rp. 50.500,00

Operator = Rp. 75.000,00

39

Page 7: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

4. Berdasarkan nilai Operating Ratio yang didapatkan dapat diketahui bahwa

tarif yang diberlakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Magelang sudah

memenuhi standar. Di mana standart Operating Ratio menurut Bank Dunia yaitu

1,05 – 1,08. Untuk itu belum perlu adanya kenaikan tarif selama BOK dan

Operating Ratio masih memenuhi standart . Dengan nilai BOK dan Operating

Ratio sebagai berikut :

Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dengan gaji awak kendaraan per

hari adalah = Rp. Rp. 164.602,00

Operating Ratio dari pihak operator adalah = 1,16.

Kelemahan Studi

Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi

pelayanan angkutan umum

7.3 “Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Umum Massal Trans Metro Bandung

(TMB) Berdasarkan Persepsi Penumpang” Penulis : Ervina Fariant (Jurusan

Teknik Planologi Universitas Pasundan Bandung 2010).

Latar Belakang

Peningkatan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota selalu berdampak pada

peningkatan pergerakan yang kemudian berdampak pada peningkatan kebutuhan akan

sarana pengangkutan. Salah satu sarana pengangkutan yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat kota adalah sarana perangkutan umum.

Kota bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, menjadi pusat perekonomian dan

pusat aktivitas dibidang lainnya yang berdampak besar terhadap peningkatan

pergerakan dan mobilitas. Jika peningkatan pergerakan tersebut tidak diimbangi

dengan adanya infrastruktur jalan yang baik, maka penyediaan saran prasarana jalan

dengan pertumbuhan kendaraan akan terjadi ketimpangan yang amat rentan.

40

Page 8: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Pembenahan dan peningkatan sektor transportasi merupakan salah satu perioritas

utama Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kota Bandung. Mengingat

besarnya kebutuhan akan Transportasi, maka sistem transportasi yang harus

dikembangkan adalah sistem transportasi massal yang berkapasitas banyak. Telah

diketahui bahwa Kota Bandung telah lama merencanakan pengoperasian TMB.

Namun, nampaknya hal ini tidak berpengaruh dalam mengurangi kemacetan di Kota

Bandung. Jalan raya yang relative berukuran kecil, kendaraan pribadi yang semakin

hari semakin bertambah, angkutan kota yang bermacam – macam tujuan dan jenisnya,

serta sistem angkutan umum yang identic dengan rendahnya mutu layanan dalam

kenyamanan, keselamatan, kemudahan mencapai tempat tujuan, menjadi alasan utama

bagi masyarakat untuk lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan angkutan umum.

Permasalahan–permasalahan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan.

Tujuan

Tujuan studi ini adalah melakukan identifikasi persepsi penumpang terhadap atribut

pelayanan TMB, sehingga dapat dirumuskan rekomendasi dalam memberikan usulan

guna mengoptimalkan kinerja pelayanan jasa TMB.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan kaitannya dengan tujuan dan sasaran studi, mngenai

evaluasi kinerja pelayanan jasa TMB maka dapat disimpulkan hasil studi adalah

sebagai berikut :

41

Page 9: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

1) Dari hasil analisis kinerja pelayanan TMB berdasarkan persepsi penumpang,

diketahui bahwa atribut yang berkaitan dengan biaya, kenyamanan, kemudahan,

dan keselamatan umumnya penumpang memberikan persepsi atau penilaian

rendah/buruk sehingga membutuhkan perbaikan. Seementara atribut yang

berkaitan dengan ketepatan dan kecepatan umumnya penumpang menilai baik

atas kinerja pelayanan yang diberikan.

2) Beberapa variabel yang berkaitan dengan atribut yang masih dinilai rendah oleh

penumpang TMB dan dirasakan perlu adanya perbaikan pelayanan, antara lain :

a. Variabel yang berkaitan dengan biaya, yaitu tarif TMB terjangkau.

b. Variabel yang berkaitan dengan kenyamanan, yaitu kondisi halte.

c. Variabel yang berkaitan dengan kemudahan/aksesbilitas, yaitu

banyaknya angkutan umum sebagai feeder dan tiket mudah didapat.

d. Variabel yang berkaitan dengan keselamatan, yaitu pengemudi TMB

selalu mengemudi dengan baik (tidak ugal-ugalan), pengemudi TMB

selalu mentaati peraturan lalu lintas, menaik dan menurunkan

penumpang di tempat yang telah disediakan dan aman, jauh dari

kriminalitas dalam bus TMB.

Kelemahan Studi

Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi

pelayanan angkutan umum

7.4 “Pelayanan Angkutan Kota Pada Wilayah Pinggiran Kota Bandung” Penulis :

Anggella Aosi NST ( Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung,

Tugas Akhir, 2008).

42

Page 10: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Latar Belakang

Angkutan Kota adalah moda transportasi umum yang paling banyak digunakan di Kota

Bandung mengingat karakteristik jalannya yang pada umumnya relative sempit dan

banyak persimpangan. Hampir sekitar 5.521 armada angkutan kota beroperasi pada

Kota Bandung dan digunakan secara luas oleh berbagai kalangan masyarakat baik yang

berada pada pusat Kota maupun wilayah pinggiran.

Untuk mengetahui pelayanan angkutan Kota di wilayah pinggiran maka dilakukan

penelitian tentang sediaan angkutan kota pada wilayah pinggiran yang dilihat dari

aspek jumlah trayek angkutan kota yang melayani, jumlah armada angkotan kota yang

beroperasi, serta frekuensi dan headway angkutan kota. Selain melihat sediaan

angkutan kota, pada penelitian ini juga dilihat keadaan demand terhadap angkutan kota

dengan melihat keadaan penumpang setiap angkutan kota yang melayani wilayah

pinggiran kota bandung bagian barat serta dilihat juga nilai indeks aksesibilitas setiap

kelurahan.

Tujuan

Mengkaji pelayanan angkutan umum diwilayah pinggiran bandung dalam melayani

kebutuhan penduduk dalam melakukan pergerakan.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif.

Kesimpulan

1. Sediaan angkutan kota pada lima kelurahan yang berada pada wilayah

pinggiran bandung bagian barat cukup tinggi, terlihat dari jumlah trayek,

jumlah armada dan frekuensi angkutan kota yang melayani setiap kelurahan.

43

Page 11: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Jumlah keseluruhan armada angkutan kota yang melayani kelima kelurahan

adalah 1010 armada.

2. Dari sisi permintaan angkutan kota, pada wilayah pinggiran bandung bagian

barat permintaan angkutan kota dapat dikatakan rendah, hal ini dilihat dari

jumlah penumpang angkutan kota yang relative sedikit. Jika dibandingkan

dengan sediaan angkutan kota pada wilayah pinggiran cukup tinggi. Hal ini

mengakibatkan ketidak merataan penumpang angkutan kota, sehingga

walaupun pada saat jam sibuk banyak juga angkutan kota yang tidak penuh

penumpangnya.

3. Pelayanan angkutan kota pada wilayah pinggiran kota bandung jika dilihat

dari 4 aspek yaitu headway, antrian penumpang, frekuensi serta jumlah

armada yang dapat disimpulkan bahwa pelayanan angkutan kota pada

wilayah pinggiran kota bandung bagian barat sudah baik dalam melayani

penduduk pinggiran karena memiliki nilai headway yang rendah, frekuensi

yang tinggi dan tidak terjadi antrian penumpang, walaupun jika dilihat dari

prilaku pengemudi angkutan kota dirasakan masih kurang baik karena masih

banyak angkutan kota yang melakukan ngetem.

Kelemahan Studi

Studi ini tidak disertai dengan analisis kepentingan sarana dan prasarana dalam segi

pelayanan angkutan umum.

7.5 “Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Tingkat Pelayanan Bus Way (Studi

Kasus : Bus Way Trans Jakarta Koridor I)” Penulis : Indri Nurvia Puspita Rini

(Jurusan Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang, Tesis, 2010 ).

44

Page 12: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

Latar Belakang

Pada satu sisi penggunaan kendaraan pribadi didorong oleh kurang baiknya pelayanan

kendaraan umum, baik dilihat dari sisi jaringan, sarana, prasarana, dan lain sebagainya.

Rendahnya mutu pelayanan dari segi keamanan, kenyamanan, kelayakan, kemudahan

dan efisiensi angkutan umum, yang pada hakekatnya memberikan rasa kurang nyaman

dan aman kepada pengguna jasa transportasi perkotaan, mendorong masyarakat untuk

lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Penambahan kendaran pribadi yang

beroperasi di DKI Jakarta, (terutama pada koridor – koridor utama), meningkatkan

kepadatan lalu lintas yang berakibat waktu perjalanan menjadi lama, karena banyak

kendaraan dan kecepatan rendah. Intinya pemakaian kendaraan pribadi menimbulkan

kemacetan, ketidakefisienan dalam pemakaian ruang jalan, dan mengurangi kapasitas

jalan. Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat,

mendorong pula tingkat kepemilikan kendaran pribadi penduduk DKI Jakarta dan

wilayah JABODETABEK, hal itu menjadi penyebab bertambahnya kepadatan lalu

lintas kendaraan di jalan raya. Sistem angkutan umum di wilayah DKI Jakarta lebih

didominasi oleh sistem bus yang berbasis jaringan jalan raya. Tingkat pelayanannya

sangat tergantung pada kondisi lalu lintas dan jumlah armada angkutan umum yang

beroperasi.

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menemukenali faktor – faktor permasalahan yang mempengaruhi dan juga

memahami penilaian penumpang terhadap pelayanan bus way Trans Jakarta

sehingga dapat dirumuskan langkah – langkah perbaikan dan peningkatan mutu

pelayanannya.

2. Menganalisis tingkat pelayanan operator bus way berdasarkan persepsi

penumpangnya.

45

Page 13: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

3. Merumuskan suatu rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kepada operator

bus way Trans Jakarta untuk pelayanan yang diberikan kepada penumpangnya.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor untuk melihat pelayanan

bus way Trans Jakarta.

Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dengan 151 responden dan 46 variabel pertanyaan dapat

disimpulkan bahwa tingkat pelayanan ternyata merupakan faktor yang

mempengaruhi pengguna jasa terhadap preferensinya atas pelayanan operator.

Hasil dari ekstrasi faktor adalah Pelayanan fasilitas dan kinerja operator bus

way Trans Jakarta yang diberikan kepada penumpang bus way Trans Jakarta

tergambarkan sebesar 77,04416 % menghasilkan 10 (sepuluh) faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa.

2. Ke-sepuluh faktor yang mempengaruhi penilaian penumpang bus way adalah

gambaran kondisi di lapangan tentang tingkat pelayanan operator bus way

berdasarkan persepsi penumpangnya, adalah sebagai berikut :

a. Faktor keamanan, ketersediaan informasi, dan pelayanan petugas, adalah

faktor tertinggi pertama tingkat pelayanan tergambarkan sebesar

18,33138 %.

b. Faktor pelayanan armada bus, adalah faktor ketiga tingkat pelayanan

tergambarkan sebesar 9,22967 %. Analisis Persepsi Penumpang Terhadap

Tingkat Pelayanan Bus Way 98.

c. Faktor tiketing, adalah faktor keempat tingkat pelayanan tergambarkan

sebesar 6,61615 %.

46

Page 14: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

d. Faktor kebersihan dan kenyamanan, adalah faktor kelima tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 6,56297 %.

e. Faktor fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses keluar masuk halte,

adalah faktor keenam tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 5,46179 %.

f. Faktor aksesibilitas, adalah faktor ketujuh tingkat pelayanan

tergambarkan sebesar 5,11982 %.

g. Faktor keselamatan, adalah faktor kedelapan tingkat pelayanan

tergambarkan sebesar 5,02586 %.

h. Faktor pelayanan umum operator, adalah faktor kesembilan tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 4,35069 %.

i. Faktor pendukung, adalah faktor kesepuluh tingkat pelayanan

tergambarkan sebesar 3,87481 %.

Kelemahan Studi

Dalam penelitian ini hanya mengkaji dari persepsi pengguna saja.

Untuk melihat perbedaan atau membandingkan kajian atau studi terdahulu dengan

kajian atau studi kita maka dari kelima studi terdahulu tersebut dibuat matrik untuk

memudahkan atau lebih menjelaskan perbedaan kajian yang dilakukan dengan studi

terdahulu. dalam kajian ini peneliti meniliai kinerja pelayanan angkutan umum perdesaan

bukan hanya dari segi penilaian pengguna atau persepsi pengguna saja akan tetapi dilihat

dari kondisi eksisting dan menilai dari segi standar pelayanan minimal dengan atribut –

atribut dan variabel – variabel yang sudah ditentukan pada bab sebelumnya. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

47

Page 15: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

TabelVI.1Matrik Studi Terdahulu

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

1 Popon Dini ST

( Program Studi

Perencanaan Wilayah

dan Kota Universitas

Pasundan Bandung,

Tugas Akhir, 2014).

Kajian Kinerja Tingkat

Pelayanan BUS TMB

Korior 2 Cicaheum -

Cibeurem.

Tujuan dari penelitian ini adalah

memberikan usulan guna

meningkatkan atau mengoptimalkan

kinerja pelayanan bus Trans Metro

Bandung dengan cara mengkaji

kinerja tingkat pelayanan bus Trans

Metro Bandung pada koridor 2

dengan rute Cicaheum - Cibeurem.

Metode analisis yang

digunakan peneliti

adalah metode deskriptif

1. Bahwa bus Trans Metro Bandung dilihat rute trayek

koridor 2 sudah melintasi atau melewati pusat

pelayanan kota (PPK) yaitu alun-alun Kota Bandung,

dilihat dari hirarki ruas jalan yang dilalui yaitu

merupakan arteri primer serta kolektor sekunder

dimana merupakan jalan nasional dan kota bandung

itu sendiri sedangkan dilihat dari kebutuhan dan

pemanfaatan ruang pada koridor 2, jelas masih kurang

prasarana pendukung halte dan fasilitas halte dimana

terdapat kantung-kantung penumpang yang cukup

tinggi akan tetapi tidak didukungnya oleh prasarana

halte sehingga diharuskan adanya penambahan halte

guna untuk memudahkan calon pengguna jasa TMB

dilihat dari aktivitas atau pemanfaatan ruang

disepanjang koridor

2. Dari hasil analisisi Indikator - indikator dan tolok

ukur kajian tingkat pelayanan bus Trans Metro

Bandung dan persepsi pengguna diketahui bahwa

indikator atau variabel yang digunakan terdapat 7

indikator dimana masing – masing variabel terdapat

sub-sub variabel yaitu yang berkaitan dengan

keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas,

48

Page 16: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

biaya, kesetaraan dan keteraturan. Dari hasil analisis

karakteristik pengguna jasa bus Trans Metro

Bandung diketahui bahwa jenis kelamin yang

dominan menaiki jasa bus TMB yaitu perempuan,

sedangkan dilihat dari jenis pendidikan yang

dominan adalah SMA, dari tingkat pendapatan yang

dominan adalah Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-

dengan alasan utama mengunakan TMB yaitu bahwa

tarif TMB lebih murah dibandingkan dengan

angkutan umum lainnya, dengan tujuan

menggunakan TMB yaitu untuk pergi ke sekolah dan

bekerja pada jam – jam sibuk sedangkan pada jam

tidak sibuk lebih didominan dengan tujuan

berbelanja.

Dari hasil analisis tingkat pelayanan bus Trans Metro

Bandung dan persepsi pengguna berdasarkan indikator

dan tolok ukurnya :

Beberapa variabel yang kondisi eksisting dan menurut

persepsi penumpang masih rendah yaitu yang

berkaitan dengan kenyamanan seperti kondisi halte,

yang berkaitan dengan cara memperoleh tiket untuk

menggunakan jasa angkutan massal bus TMB, yang

berkaitan dengan keselamatan yaitu pengemudi TMB

49

Page 17: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

yang selalu mengemudi dengan baik atau tidak ugal –

ugalan, pengemudi yang selalu mentaati peraturan lalu

– lintas serta menikan dan menurunkan penumpang

ditempat yang telah disediakan dalam variabel ini jelas

dikarenakan kondisi halte yang kurang baik serta

adanya parkir didepan halte yang menyulitkan bus

untuk berhenti pada tempat yang telah disediakan,

tidak adanya informasi dan jadwal bus di dalam halte

bahkan sebagian halte tidak terdapat tempat duduk

untuk para calon penumpang untuk menunggu

kedatangan bus, lampu penerangan di dalam halte

yang sebagian besar tidak berfungsi dengan baik yaitu

tidak menyala sama sekali serta petugas keamanan

yang seharusnya ada untuk keamanan di dalam halte

dan membantu calon penumpang pun kebanyakan

tidak ada.

2 Sermatutar CZI

Mistry Pakar

Rosnandi ( Jurusan

Teknik Sipil

Pertahanan Akademi

Militer Magelang

Analisis Kinerja

Angkutan Kota

Magelang Jalur 2

Adapun tujuan dari diadakan

penelitian ini adalah mengetahui

tentang kinerja operasi Angkutan

Kota Magelang Jalur 2 yang meliputi:

a. Rute perjalanan

b. Jumlah penumpang

Metode analisis yang

digunakan peneliti

adalah metode deskriptif

Berdasarkan hasil pengumpulan, analisis dan

pembahasan data yang ada, maka dapat diambil

kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut di bawah ini:

1. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa kinerja Angkutan Kota Magelang Jalur 2 belum

memadai, karena masih ada kekurangan. Hal itu

50

Page 18: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

2012). c. Angka Load Faktor

d. Headway dan frekuensi

e. Waktu sirkulasi

f. Jumlah kendaraan

g. Pendapatan

h. Biaya Operasi Kendaraan (BOK)

i. Operating Ratio

dikarenakan adanya indikator yang belum memenuhi

sesuai dengan yang diharapkan, diantaranya yaitu :

• Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk

Angkutan Kota Magelang Jalur 2 adalah 34,32 %.

Angka Load Factor ini belum memenuhi standar

Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun

1993 sebesar 70%.

• Waktu tunggu rata-rata (w) adalah 0,66 menit, waktu

ini belum memenuhi Standart Pelayanan Angkutan

Umum oleh World Bank dan Direktorat Jenderal

Perhubungan Darat yaitu antara 5 – 10 menit.

2. Jumlah masyarakat yang menggunakan Angkutan

Kota Magelang Jalur 2 adalah 283 orang. Apabila

dilihat dari nilai Load Factor yang belum memenuhi

standar, maka jumlah penumpang Angkutan Kota

Magelang Jalur 2 perlu ditingkatkan. Nilai Load

Factor berdasarkan penelitian adalah sebagai berikut:

• Angka Load faktor rata-rata kendaraan untuk

Angkutan Kota Magelang Jalur 2 adalah 34,32 %.

Angka Load Factor ini belum memenuhi standar

Departemen Perhubungan yaitu PP No. 23 Tahun

1993 sebesar 70%.

3. Pendapatan rata-rata tiap angkutan per hari adalah

51

Page 19: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

sebagai berikut:

• Pendapatan kotor sopir = Rp. 190.500,00

• Sopir = Rp. 50.500,00

• Operator = Rp. 75.000,00

4. Berdasarkan nilai Operating Ratio yang didapatkan

dapat diketahui bahwa tarif yang diberlakukan oleh

Dinas Perhubungan Kota Magelang sudah memenuhi

standar. Di mana standart Operating Ratio menurut

Bank Dunia yaitu 1,05 – 1,08. Untuk itu belum perlu

adanya kenaikan tarif selama BOK dan Operating

Ratio masih memenuhi standart . Dengan nilai BOK

dan Operating Ratio sebagai berikut :

• Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dengan gaji

awak kendaraan per hari adalah = Rp. Rp. 164.602,00

• Operating Ratio dari pihak operator adalah = 1,16.

3 Ervina Fariant

(Jurusan Teknik

Planologi Universitas

Pasundan Bandung

2010).

Evaluasi Kinerja

Pelayanan Angkutan

Umum Massal Trans

Metro Bandung

(TMB) Berdasarkan

Persepsi Penumpang

Tujuan studi ini adalah melakukan

identifikasi persepsi penumpang

terhadap atribut pelayanan TMB,

sehingga dapat dirumuskan

rekomendasi dalam memberikan

usulan guna mengoptimalkan kinerja

pelayanan jasa TMB.

Metode analisis yang

digunakan peneliti

adalah metode deskriptif

Berdasarkan hasil analisis dan kaitannya dengan tujuan

dan sasaran studi, mngenai evaluasi kinerja pelayanan

jasa TMB maka dapat disimpulkan hasil studi adalah

sebagai berikut :

1) Dari hasil analisis kinerja pelayanan TMB berdasarkan

persepsi penumpang, diketahui bahwa atribut yang

berkaitan dengan biaya, kenyamanan, kemudahan, dan

keselamatan umumnya penumpang memberikan

52

Page 20: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

persepsi atau penilaian rendah/buruk sehingga

membutuhkan perbaikan. Seementara atribut yang

berkaitan dengan ketepatan dan kecepatan umumnya

penumpang menilai baik atas kinerja pelayanan yang

diberikan.

2) Beberapa variabel yang berkaitan dengan atribut yang

masih dinilai rendah oleh penumpang TMB dan

dirasakan perlu adanya perbaikan pelayanan, antara

lain :

a. Variabel yang berkaitan dengan biaya, yaitu tarif TMB

terjangkau.

b. Variabel yang berkaitan dengan kenyamanan, yaitu

kondisi halte.

c. Variabel yang berkaitan dengan

kemudahan/aksesbilitas, yaitu banyaknya angkutan

umum sebagai feeder dan tiket mudah didapat.

d. Variabel yang berkaitan dengan keselamatan, yaitu

pengemudi TMB selalu mengemudi dengan baik

(tidak ugal-ugalan), pengemudi TMB selalu mentaati

peraturan lalu lintas, menaik dan menurunkan

penumpang di tempat yang telah disediakan dan aman,

jauh dari kriminalitas dalam bus TMB.

4 Anggella Aosi NST Pelayanan Angkutan Mengkaji pelayanan angkutan umum Metode analisis yang 1. Sediaan angkutan kota pada lima kelurahan yang

53

Page 21: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

( Jurusan Teknik

Planologi, Institut

Teknologi Bandung,

Tugas Akhir, 2008).

Kota Pada Wilayah

Pinggiran Kota

Bandung

diwilayah pinggiran bandung dalam

melayani kebutuhan penduduk dalam

melakukan pergerakan.

digunakan peneliti

adalah metode deskriptif.

berada pada wilayah pinggiran bandung bagian barat

cukup tinggi, terlihat dari jumlah trayek, jumlah

armada dan frekuensi angkutan kota yang melayani

setiap kelurahan. Jumlah keseluruhan armada

angkutan kota yang melayani kelima kelurahan adalah

1010 armada.

2. Dari sisi permintaan angkutan kota, pada wilayah

pinggiran bandung bagian barat permintaan angkutan

kota dapat dikatakan rendah, hal ini dilihat dari jumlah

penumpang angkutan kota yang relative sedikit. Jika

dibandingkan dengan sediaan angkutan kota pada

wilayah pinggiran cukup tinggi. Hal ini

mengakibatkan ketidak merataan penumpang

angkutan kota, sehingga walaupun pada saat jam sibuk

banyak juga angkutan kota yang tidak penuh

penumpangnya.

3. Pelayanan angkutan kota pada wilayah pinggiran kota

bandung jika dilihat dari 4 aspek yaitu headway,

antrian penumpang, frekuensi serta jumlah armada

yang dapat disimpulkan bahwa pelayanan angkutan

kota pada wilayah pinggiran kota bandung bagian

barat sudah baik dalam melayani penduduk pinggiran

karena memiliki nilai headway yang rendah, frekuensi

54

Page 22: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

yang tinggi dan tidak terjadi antrian penumpang,

walaupun jika dilihat dari prilaku pengemudi angkutan

kota dirasakan masih kurang baik karena masih

banyak angkutan kota yang melakukan ngetem.

5 Indri Nurvia Puspita

Rini (Jurusan Teknik

Sipil, Universitas

Diponegoro

Semarang, Tesis,

2010 ).

Analisis Persepsi

Penumpang Terhadap

Tingkat Pelayanan Bus

Way (Studi Kasus :

Bus Way Trans Jakarta

Koridor I)

Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Menemukenali faktor – faktor

permasalahan yang

mempengaruhi dan juga

memahami penilaian penumpang

terhadap pelayanan bus way

Trans Jakarta sehingga dapat

dirumuskan langkah – langkah

perbaikan dan peningkatan mutu

pelayanannya.

2. Menganalisis tingkat pelayanan

operator bus way berdasarkan

persepsi penumpangnya.

3. Merumuskan suatu rekomendasi

perbaikan kualitas pelayanan

kepada operator bus way Trans

Jakarta untuk pelayanan yang

diberikan kepada penumpangnya.

Metode analisis yang

digunakan peneliti

adalah analisis faktor

untuk melihat pelayanan

bus way Trans Jakarta.

1. Dari hasil penelitian dengan 151 responden dan 46

variabel pertanyaan dapat disimpulkan bahwa tingkat

pelayanan ternyata merupakan faktor yang

mempengaruhi pengguna jasa terhadap preferensinya

atas pelayanan operator. Hasil dari ekstrasi faktor

adalah Pelayanan fasilitas dan kinerja operator bus

way Trans Jakarta yang diberikan kepada penumpang

bus way Trans Jakarta tergambarkan sebesar 77,04416

% menghasilkan 10 (sepuluh) faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna jasa.

2. Ke-sepuluh faktor yang mempengaruhi penilaian

penumpang bus way adalah gambaran kondisi di

lapangan tentang tingkat pelayanan operator bus way

berdasarkan persepsi penumpangnya, adalah sebagai

berikut :

a. Faktor keamanan, ketersediaan informasi, dan

pelayanan petugas, adalah faktor tertinggi pertama

tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 18,33138 %.

b. Faktor pelayanan armada bus, adalah faktor ketiga

55

Page 23: BAB VI Kajian Studi Terdahulu OK

No Penulis Judul Tujuan Metode Pendekatan

Studi

Hasil Studi

tingkat pelayanan tergambarkan sebesar 9,22967 %.

Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Tingkat

Pelayanan Bus Way 98.

c. Faktor tiketing, adalah faktor keempat tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 6,61615 %.

d. Faktor kebersihan dan kenyamanan, adalah faktor

kelima tingkat pelayanan tergambarkan sebesar

6,56297 %.

e. Faktor fasilitas tempat penyeberangan dan jalan akses

keluar masuk halte, adalah faktor keenam tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 5,46179 %.

f. Faktor aksesibilitas, adalah faktor ketujuh tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 5,11982 %.

g. Faktor keselamatan, adalah faktor kedelapan tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 5,02586 %.

h. Faktor pelayanan umum operator, adalah faktor

kesembilan tingkat pelayanan tergambarkan sebesar

4,35069 %.

i. Faktor pendukung, adalah faktor kesepuluh tingkat

pelayanan tergambarkan sebesar 3,87481 %.

Sumber : Kajian Literatur, 2015

56