BAB V

7
BAB V PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH A. PERMASALAHAN Permasalahan yang dihadapi dalam program gizi tahun 2014: 1. Partisipasi masyarakat masih kurang 2. Kegiatan sangat terlambat intervensinya, sehingga mempengaruhi kegiatan yang lainnya, banyaknya kasus gizi buruk disebabkan oleh lambatnya intervensi yang diberikan sehingga ketika ada PSG Intervensi PMT baru berjalan. 3. Masalah gizi adalah masalah yang kompleks, yang tidak bisa ditanggulangi hanya pada sektor kesehatan saja akan tetapi harus terintegrasi (kompherensif). 4. Pola asuh keluarga balita tidak mendukung. 5. Kurangnya pengetahuan kader mengenai berbagai hal terkait dengan posyandu. 6. Infeksi penyakit dan penyakit penyerta dari penderita gizi buruk.

Transcript of BAB V

BAB V

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

A. PERMASALAHAN

Permasalahan yang dihadapi dalam program gizi tahun 2014:

1. Partisipasi masyarakat masih kurang

2. Kegiatan sangat terlambat intervensinya, sehingga mempengaruhi kegiatan yang

lainnya, banyaknya kasus gizi buruk disebabkan oleh lambatnya intervensi yang

diberikan sehingga ketika ada PSG Intervensi PMT baru berjalan.

3. Masalah gizi adalah masalah yang kompleks, yang tidak bisa ditanggulangi

hanya pada sektor kesehatan saja akan tetapi harus terintegrasi (kompherensif).

4. Pola asuh keluarga balita tidak mendukung.

5. Kurangnya pengetahuan kader mengenai berbagai hal terkait dengan posyandu.

6. Infeksi penyakit dan penyakit penyerta dari penderita gizi buruk.

7. Kesadaran keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif masih rendah

8. Pencatatan pelaporan belum optimal.

9. Lokasi/Geografis/Iklim pada saat kegiatan tidak mendukung.

10. Bayi balita gizi buruk masih ada, BGM serta KEK masih ada.

11. Masih banyak garam tidak beryodium yang beredar di pasar baik yang ada merk

atau tidak ada merk, masih banyak penjual garam yang menjual garam krosok,

masih ada produsen yang menipu konsumen dengan kemasan label beryodium

akan tetapi setelah diuji sama sekali tidak beryodium.

12. Hasil sosialisasi belum optimal tentang pelarangan peredaran garam tidak

beryodium di kabupaten Serang, dan sifatnya masih social enforcement dan

belum adanya ketegasan sehingga belum ada tindakan tegas baik untuk

distributor maupun pabrik yang tidak menggunakan yodium dalam garam yang

diproduksi.

B. PEMECAHAN MASALAH

a. Peningkatan kualitas dan frekuensi penyuluhan.

b. Pembinaan/Pelatihan dan Penyegaran Kader Posyandu

c. Perlu revitalisasi Posyandu

d. Perbaikan Gizi dengan pendekatan positif deviance

e. Pemberian PMT dengan cara makanan formula dan blended food atau

modifikasi makanan formula.

f. Melakukan intervensi dengan pendekatan pemberdayaan keluarga KADARZI.

g. Sosialisasi norma kadarzi & konseling gizi secara kompherensif terutama untuk

keluarga-keluarga yang bermasalah.

h. Mensosilaisasikan Perda tentang peredaran garam di masyarakat terutama di

posyandu.

i. Mengkoordinasikan tim lintas sektor dan lintas program terkait dalam kegiatan

program.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan :

Penyebab langsung yang mempengaruhi masalah gizi adalah ketidakseimbangan antara

asupan makanan yang berkaitan dengan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makanan membuat

daya tahan tubuh sangat lemah, memudahkan terkena penyakit infeksi karena iklim tropis,

sanitasi lingkungan buruk sehingga menjadi kurang gizi.

1. Pemantauan Status Gizi

Berdasarkan BB/TB atau PB (<-3 SD) :

Status gizi baik : 5500 Anak (95%)

Status gizi buruk : 3 Anak (0,4%)

Status gizi kurang : 238 Anak (4 % )

Status gizi lebih : 40 Anak (1 %)

Berdasarkan BB/U :

Status gizi baik : 5416 Anak (94%)

Status gizi buruk : 41 Anak (1%)

Status gizi kurang : 284 Anak (5%)

Status gizi lebih : 40 Anak (1%)

2. Dari 3 balita gizi buruk yang diintervensi dengan pemberian PMT-P selama 90 hari belum

didapat hasil perkembangan/perubahan status gizinya karena pemberian PMT nya belum

selesai.

3. Pemantauan Garam di Masyarakat

Dari hasil pemantauan garam di masyarakat yang dilakukan di semua desa yaitu 15 desa

dengan sampelnya 26 KK, didapat yang menggunakan garam beryodium atau cukup

beryodium sebesar 89%. dan yang tidak beryodium masih cukup tinggi sebesar 11%.

Sedangkan yang kurang beryodium tidak ada.

4. Cakupan Partisipasi Masyarakat ke Posyandu (D/S) sebesar 89%. Bila melihat dari target

tahun 2014 sebesar 82%, hasil cakupan ini mencapai target yang ditetapkan.

5. Cakupan Kelangsungan Program Posyandu (K/S) sebesar 100%. bila melihat dari target

tahun 2014 sebesar 82%, hasil ini cukup mencapai target yang ditetapkan.

6. Cakupan Efektifitas Program Posyandu (N/S) sebesar 77%. Bila melihat dari target tahun

2014 sebesar 82%, hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan.

7. Persentase kecenderungan status gizi N/D sebesar 87%. Bila melihat dari target tahun

2014 sebesar 82%, hasil ini mencapai target yang ditetapkan.

8. Persentase kecenderungan status gizi (D/K) sebesar 89%, targetnya 82%.

9. Hasil cakupan BGM/D sebesar 0,4%, targetnya 82%.

10. Hasil cakupan pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas naik yaitu sebesar 107%

sedangkan targetnya adalah 86%.

11. Hasil cakupan pemberian tablet besi ibu hamil FE I cukup tinggi yaitu sebesar 128%

sedangkan targetnya adalah 82%.

12. Hasil cakupan pemberian tablet besi ibu hamil FE III masih rendah yaitu sebesar 104%

sedangkan targetnya adalah 82%.

13. Cakupan ASI Eksklusif Tahun 2014 sebesar 78% sedangkan targetnya 64%

14. Cakupan strata posyandu untuk tingkat kemandirian posyandu di kecamatan Ciruas adalah

3% pratama, 82% madya, 12% purnama, dan 3% mandiri.

B. PENUTUP

Semoga apa yang telah Penulis sampaikan dalam Laporan Tahunan Gizi tahun 2014 ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, dan apabila terdapat banyak kesalahan baik dalam

penulisan maupun tutur kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.