BAB IV POA GAKY

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Mutu hidup yang rendah, produktivitas tenaga kerja yang berkurang, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak- anak, serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Beberapa penyakit yang menjadi tolak ukur kesehatan dan status gizi di masyarakat adalah kekurangan energi protein (KEP), anemia gizi zat besi, gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kekurangan vitamin A (KVA). Keempat penyakit ini merupakan masalah kesehatan gizi di masyarakat yang di tetapkan pemerintah dengan berbagai program. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan gondok endemik dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan dengan praktek kedokteran Cina yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai obat gondok. Akan tetapi, mulai tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah dari memandang 1

description

dd

Transcript of BAB IV POA GAKY

Page 1: BAB IV POA GAKY

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat. Mutu

hidup yang rendah, produktivitas tenaga kerja yang berkurang, angka kesakitan

dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, serta terganggunya

perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah

gizi kurang.

Beberapa penyakit yang menjadi tolak ukur kesehatan dan status gizi di

masyarakat adalah kekurangan energi protein (KEP), anemia gizi zat besi,

gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kekurangan vitamin A (KVA).

Keempat penyakit ini merupakan masalah kesehatan gizi di masyarakat yang di

tetapkan pemerintah dengan berbagai program.

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu

masalah yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan

gondok endemik dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan

dengan praktek kedokteran Cina yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan

Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai obat gondok. Akan tetapi, mulai

tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah dari

memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok endemik dan kretin

endemik saja ke perubahan yang lebih luas, yaitu seperti gangguan perkembangan

susunan saraf pusat termasuk intelegensia

Dengan demikian istilah ‘defisiensi yodium’ dahulu yang diidentikkan

dengan ‘gondok endemik’ degantikan dengan “gangguan akibat kekurangan

yodium (GAKY)” yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua segmen usia

sejak dikandungan ibu hingga orang dewasa.

WHO menyebutkan bahwa secara global defisiensi yodium adalah

penyebab tunggal yang paling terpenting yang bisa menyebabkan kerusakan otak.

Telah banyak diterbitkan buku dan publikasi yang melaporkan prevalensi serta

penyebaran gondok endemik di dunia. Terakhir dilaporkan dalam MDIS Working

Paper, 1993.

1

Page 2: BAB IV POA GAKY

Kekurangan yodium di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1927,

ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung utara (Aceh)

pulau Sumatera sampai ke Papua. Penanggulangannya telah diupayakan sejak

1927 dengan memperkenal garam beryodium dengan konsentrasi 5ppm di pulau

Jawa dan pada tahun 1928 di pulau Sumatera.

Kemudian pada survey konsumsi garam beryodium rumah tangga pada

tahun 2000 (SGY 2000), menunjukkan bahwa 83,7% dari rumah tangga

menkonsumsi garam, tetapi hanya 63,4% rumah tangga yang mengkonsumsi

garam dengan kadar yodium cukup (>30 ppm). Sedangkan mengenai pengetahuan

SGY 2000 menunjukkan 69,91% rumah tangga mengetahui manfaat garam

beryodium.

Di provinsi Sumatera Barat, pada SGY 2000 menunjukkan bahwa 90 %

masyarakat mengunakan garam dengan yodium cukup, 9.2% kurang dan 0.7%

tidak terkandung yodium. Sedangkan data random yang di dapat di puskesmas,

sekitar 20% warga memakai garam dengan konsentrasi kurang.

Di lain hal, pada tahun 1998, Total Goiter Rate (TGR) rata-rata Indonesia

adalah 9.8% yang mana provinsi Sumatera Barat mempunyai TGR 20.6%.

Kemudian pemetaan pada tahun 2003 TGR pada murid sekolah dasar adalah

10.8%. Sedangkan di kota Padang terjadi kenaikan TGR , yaitu 8.5% tahun1988

naik menjadi 16.8% pada tahun 1998, meningkat terus menjadi 21.5% pada tahun

2002 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 26.4 %.

Pada Puskesmas Lubuk Kilangan, terjadi peningkatan TGR yang sangat

bermakna dalam data yang hanya berjarak 3 tahun, yaitu 14.8 % pada tahun 2006

meningkat menjadi 29.9% pada tahun 2009.

2

Page 3: BAB IV POA GAKY

1.2 Perumusan Masalah

a. Apa faktor yang menyebabkan tingginya Total Goter Rate (TGR) di

wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan

b. Langkah–langkah apa saja yang dilakukan untuk menurunkan TGR di

wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Puskesmas Lubuk Kilangan.

b. Menemukan prioritas masalah yang terdapat pada Puskesmas Lubuk

Kilangan.

c. Mengidentifikasi masalah tingginya TGR di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan.

d. Mencari alternatif solusi untuk pemecahan masalah tingginya TGR di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

e. Menentukan Plan Of Action dari masalah tingginya TGR di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan

1.4 Manfaat Penulisan

a. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Lubuk Kilangan

sehingga dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam menurunkan TGR

di wilayah Lubuk Kilangan.

b. Sebagai bahan pembelajaran bagi dokter muda dalam menerangkan

problem solving cycle.

3

Page 4: BAB IV POA GAKY

BAB II

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Lubuk Kilangan ini didirikan diatas tanah wakaf yang

diberikan KAN yang pada tahun 1981 dengan Luas tanah 270 M2 dan Gedung

Puskesmas sendiri didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 M2

dimana saat itu Pimpinan Pusksmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida dan pada

tahun itu juga Puskesmas mempunyai 1 buah Pustu Baringin.

Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan yang

diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yang

ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantian

Pimpinan Puskesmas sebanyak 11 kali.

Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara maksimal,

karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu

dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah

permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, KIA, Gigi, Labor, KB,

Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 52 orang termasuk

Pustu. Walaupun demikian bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang

masih belum mempunyai gudang obat dan gudang gizi (PMT), ruangan khusus

Pelayanan Lansia.

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6

Pelayanan Dasar yaitu: Yankes, P2P, Kesga, Promkes, Kesling dan Program

inovatif (untuk Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang Program inovatif Belum

berjalan).

2.2 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah

Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7

kelurahan dengan luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

4

Page 5: BAB IV POA GAKY

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk

Kabung

5

Gambar 2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Page 6: BAB IV POA GAKY

2.3 Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 43.532 Jiwa yang

terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 11.172 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.211 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 10.669 jiwa dan 2.632 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.378 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 5.828 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 1.226 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.048 jiwa dan 439 KK

Dengan jumlah 42RW dan 161 RT dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Batu Gadang : 4 RW/ 18 RT

b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT

c. Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT

d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 40 RT

e. Kelurahan Koto Lalang : 7 RW/ 27 RT

f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT

g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT

Sasaran Puskesmas

a. Jumlah penduduk : 43.532 Jiwa

b. Bayi (0-11 Bulan) : 904 Jiwa

c. Bayi (6-11 Bulan) : 542 Jiwa

d. Anak Balita (24-60 Bulan) : 3506 Jiwa

e. Balita (0-60 Bulan) : 4410 Jiwa

f. Ibu Hamil (Bumil) : 995 Jiwa

g. Ibu Nifas (Bufas) : 949 Jiwa

h. Ibu Bersalin : 949 Jiwa

i. Ibu meneteki (Buteki) : 1808 Jiwa

6

Page 7: BAB IV POA GAKY

j. Lansia : 3138 Jiwa

k. WUS : 9287

2.4 Sarana dan Prasarana

a. Sarana Pendidikan

1. SMU/SMK: 3 Unit

2. SLTP : 4 Unit

3. SD : 23 Unit

4. TK : 15 Unit

b. Sarana Kesehatan

Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:

1. Puskesmas Induk : 1 Unit

2. Puskesmas Pembantu : 3 Unit

- Pustu Indarung

- Pustu Batu Gadang

- Pustu Baringin

3. Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit

4. Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit

5. Motor Dinas : 4 Unit

6. Komputer : 2 Unit

7. Mesin Tik : 2 Unit

8. Laptop : 1 Unit

9. LCD/Infocus : 1 Unit

c. Prasarana Kesehatan

1. Posyandu Balita : 41 Buah

2. Posyandu Lansia : 11 Buah

3. Kader Kesehatan : 164 Orang

4. Praktek Dokter Swasta : 5 orang

7

Page 8: BAB IV POA GAKY

Praktek Bidan Swasta : 21 orang

Pos UKK : 3 Pos

Pengobatan Tradisional : 38 Buah

Toga : 27 Buah

2.5 Ketenagaan

Dokter Umum : 4 Orang

Dokter Gigi : 2 Orang

Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 Orang

Akper : 6 Orang

SPK : 6 Orang

Akbid : 6 Orang

Bidan (D I) : 13 Orang

Asisten Apoteker : 2 Orang

AKL : 1 Orang

AAK : 1 Orang

Perawat Gigi : 2 Orang

Pekarya Kesehatan : 3 Orang

SMA : 2 Orang

SMP : 1 Orang

2.6 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

a. Kondisi Sosial dan Budaya

Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang, juga

ada suku lainnya, yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya

adalah Islam( 43.451 Jiwa) dan Kristen dan Katolik (80 Jiwa).

b. Kondisi Ekonomi

Mata pencaharian penduduk umumnya adalah pegawai negeri, swasta, buruh, dan

tani.

8

Page 9: BAB IV POA GAKY

2.7 Struktur Puskesmas

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS LUBUK KILANGAN

TATA USAHAYESSI GUSMINARTI, SKM

PERENCANAANDrg. Euis Yoyo

Drg. Afridawati

Dr. Reni Angraini

Dr. Dezilia Arzie

KEUANGANHj. Afridawarni

HayatiYusmawarni

PERLENGKAPAN & Inventaris

Desmiavita.DHj. Fitri Dewi

KOORDINATOR YAN MEDIKDr. Dezilia Arzie

Pj. BP : Elva Nora

Pj. KIA Ibu : Nelwida

Pj. KIA Anak :Sefnita

Pj. BP Gigi :Drg. Afridawati

Pj. Apotik :Titin Haryani

Pj. Gudang Obat : Widani Yulesphina

Pj. Laboratorium : Esi Susanti,AmAk

Pj. MR :Yusmawarni

Pj. KB : Hj. Fitri Dewi

Pj. P3K/IGD: Damsiar

Pj. SP2TP : Yessi Gusminarti, SKM

Pj. Kesehatan Jiwa : Marini MS

Pj. Kesehatan Mata :Yumasnita Febri

KOORDINATOR YANKESMASDrg. Afridawati

Pj. Promkes:Frisna Devi,SKM

Pj. Kesehatan Lingkungan :Ernawati,AmKl

P2M Pj.

Imunisasi :Ermayani

Pj. DBD :Adsemar Tati Budi Pj. TB Paru dan Kusta :Damsiar Pj. Rabies : Marini MS, Amd.Kep Pj. Malaria :Adsemar Tati Budi Pj. Diare :Marina Yulia Ningsih Pj. Surveilans : Marry Denita Wati Pj. Campak : Marry Denita Wati

Pj. Kesehatan Olah Raga Marini MS, Amd.Kep

Pj. ISPA :Marry Denita Wati

Pj. Gizi : Renita, SKM

Pj. Lansia :Yusnidar

Pj. UKS : Hj. Afrdawarni, Amd.Kep

PUSTU INDARUNGMortianis

PUSTU BATU GADANGFitriani

PUSTU BARINGINHj. Erliza HB

DEWAN PENYANTUN PIMPINAN PUSKESMASDrg Euis Yoyo. CAMAT

9

Page 10: BAB IV POA GAKY

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Garam Beryodium

Garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk

membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan

kecerdasaan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar

30 – 80 ppm.

Yodium adalah salah satu mikro mineral yang amat penting dan dibutuhkan

sejak dalam kandungan, sehingga kekurangan yodium akan berakibat gangguan

pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat menyebabkan abortus, premature,

lahir mati, kretinisme, dan lain-lain.

3.2 Pentingnya Garam Beryodium

Berbagai studi dan eksperimen yang dilakukan di banyak Negara telah

membuktikan bahwa kekurangan yodium memberikan dampak yang sangat nyata

terhadap kualitas manusia masa depan khususnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Anak yang kekurangan yodium akan tumbuh dan berkembang tidak optimal ,

seperti pendek atau kecil, bodoh dan berbagai gangguan psikoemosional lainnya.

Padahal, sudah diketahui bahwa hanya orang-orang yang sehat dan bergizi baik yang

akan mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Jadi kesehatan dan gizi

adalah investasi jangka panjang dalam sebuah perjalanan panjang membangun

bangsa. Anak-anak yang hari sehat dan bergizi baik akan memimpin pembangunan

bangsa dalam 20-30 tahun ke depan.

Anak-anak yang tidak sehat dan bergizi kurang pada hari ini justru akan

menjadi beban masyarakat kelak, karena rendahnya kualitas hidupnya. Dampak

keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi tidak bias dinilai hari ini, besok-lusa

10

Page 11: BAB IV POA GAKY

atau setahun-dua tahun ke depan, akan tetapi 20-25 tahun ke depan. Dari kacamata

managemen pembangunan yang dapat dinilai hari ini atau esok-lusa adalah proses

dan jangkauan pencapainya atau dalam istilah managemen disebut output, sedangkan

dampaknya terhadap kehidupan bangsa baru kelihatan 10-20 tahun kemudian.

Pertumbuhan dan perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan.

Untuk keperluan tumbuh kembang itu dibutuhkan sejumlah zat gizi makro seperti

hidrat arang, protein, lemak dan sejumlah mineral. Disamping itu, tidak kalah

pentingnya adalah zat gizi mikro, seperti mineral yodium, selenium, tembaga, zink,

vitamin A dan sejumlah vitamin lainnya.

Rendahnya asupan sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium pada air dan

tanah mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, sehingga terjadinya

pembesaran kelenjar gondok di berbagai daerah di tanah air. Pada awal tahun 1970-an

begitu rendahnya asupan yodium penduduk sehingga hampir disemua provinsi

terdapat kecamatan endemic sedang dan berat.

3.3 Epidemiologi Kekurangan Yodium

Gangguan akibat kekurangan yodium, disingkat GAKY adalah sekelompok

gejala sebagai akibat dari kekurangan intake yodium yang berlangsung lama,gejala-

gejala yang dapat diamati antara lain :

1. Penurunan IQ

2. Keguguran kandungan

3. Gangguan perkembangan saraf

4. Kretinisme, menyebabkan orang ceboldan bodoh

Di Indonesia sendiri masalah GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan yang

amat penting karena beberapa hal, antara lain karena :

1. Berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia

2. Luas daerah yang terkena sangat luas dan meliputi hampir 100 juta penduduk

di Indonesia

11

Page 12: BAB IV POA GAKY

3. Upaya penanggulangan yang dilakukan hampir 30 tahun belum mampu

menuntaskan masalahnya

4. Berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan secara luas di seluruh

wilayah Republik Indonesia, mulai dari suntikan, kapsul, yodisasi garam,

yodisasi air dan lain-lain.

Kekurangan yodium di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1927, ditemukan

hampir di seluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung utara pulau sumatera sampai ke

papua. Penanggulangannya telah diupayakan sejak 1927 itu dengan memperkenalkan

garam beryodium dengan konsentrasi 1:200.000 atau 5 ppm, khususnya di daerah

pegunungan Dieng dan tengger di pulau Jawa. Kemudian, tahun 1928 diperluas ke

daerah Gayo Alas di Aceh dan tahun 1933 juga meliputi keresidenan Kediri di pulau

Jawa.

Simons tahun 1939 menulis bahwa pencegahan gondok dengan yodisasi

garam kecil sekali resikonya. Pada saat itu garam briket/balok mulai diproduksi di

pulau Madura. Di pulau Sumatera pada literature lama itu ditulis daerah gondok

mulai dari Aceh, Siantar Binjai, Padang panjang dan sekitar danau Singkarak. Pada

tahun 1939 atau sekitar tahun 1940 kadar yodium dalam garam ditingkatkan menjadi

1: 100.000 atau 10 ppm. Uji coba dilakukan oleh van veen di Kintamani.

Pada tahun 1953 diketahui pula adanya daerah gndok endemic yang luas di pulau

Kalimantan, bahkan sampai ke daerah pantai di Brunei. Di daerah itu ditemukan

prevalensi goiter yang bervariasi sekali, umumnya dari 1% sampai 25%, bahkan

terdapat pula daerah dengan prevalensi waktu itu yaitu 33,6%.

Perkembangan studi lebih lanjut diketahui bahwa pada penderita dengan

pembesaran kelenjar gondok ditemui pula beberapa keadaan seperti kretinisme

dengan berbagai bentuk dan variasi, seperti tuli bisu dan berbagai bentuk gangguan

pertumbuhan kecerdasan mulai dari idiot sampai ke tingkat kecerdasan yang sedikit

lebih rendah dari anak normal. Banyak dan luasnya variasi akibat kekurangan

yodium, maka dikelompokkan menjadi GAKY.

12

Page 13: BAB IV POA GAKY

Kenapa terjadi perubahan dan variasi prevalensi GAKY dari waktu ke waktu.

Konsep yang paling umum dikenal tantang kesehatan adalah konsep dari HL. Bloom,

yang mengidentifikasikan tiga factor utama penyebab perubahan status kesehatan,

yaitu factor lingkungan, perilaku manusia, akses ke pelayanan kesehatan dan factor

keturunan. Berkaitan dengan GAKY factor utama penyebab terjadinya kekurangan

yodium adalah :

Gangguan Akibat kekurangan Yodium ( GAKY ) terjadi sebagai akibat dari

rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya

kandungan yodium dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang

sangat mudah larut dalam air, sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah

maka semakin besar resiko untuk penduduknya menderita GAKY. Keadaan ini

diperburuk oleh berbagai factor sebagai berikut :

1. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan :

a. Pencemaran tanah sumber-sumber air dengan kotoran manusia, dan

sampah, seperti yang dilapotkan oleh Mc Carisson di India (1917)

b. Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari

sumber-sumber makanan dari laut seperti yang dilaporkan oleh kung

Penanggulangan GAKY :Yodisasi garamDis Kaps minyak beryodiumPenyuluhan, supervisiMonitoring dan evaluasiKoord Lintas Sektor

PREVALENSI GAKY

KETURUNAN

Lingkungan yang Buruk

PERILAKU MANUSIA

13

Page 14: BAB IV POA GAKY

(1996) berkaitan dengan rendahnya kadar yodium di laut China

Selatan akibat pencemaran dari limbah pabrik di sekitarnya

c. Timbulnya pemukiman-pemukiman baru yang padat dengan tingkat

pengelolaan lingkungan yang kurang baik

d. Rendahnya kadar selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu

bahan pembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormone

thyroxin di kelenjar Thyroid

2. Perilaku manusia

Perilaku mansia terutama yang berhubungan dengan :

a. Ketidak pedulian terhadap kebersihan lingkungan

b. Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam

beryodium

c. Rendahnya kepedulian industry, distributor dan pedagang garam

terhadap resiko dan akibat garam yang tidak beryodium yang

dijualnya terhadap kualitas hidup bangsa di masa depan

d. Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi

kayu, kol dan lain-lain dengan ketersediaan yodium dalam garam dan

lain-lain

3. Pelayanan

Yang diberikan oleh Institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol,

pendistribusian kapsul beryodium, forifikasi garam dan lain-lain.

4. Faktor keturunan

Menurut Prof. Dr. dr. Djokomulyanto, ketua tim penanggulangan

GAKY nasional pada pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001, kadar yodium

rendah dapat engurangi IQ hingga 10 poin dan kekurangan yodium berat

menghilangkan 50 poin IQ. Padahal intelegensi adalah modal utama

seseorang. Masalah penurunan tingkat kecerdasan intelegensi ini merupakan

14

Page 15: BAB IV POA GAKY

akibat GAKY yang tidak anyak disorot. Fenomenanya seperti gunung es.

GAKY biasanya hanya identik dengan penyakit gondok atau kretinisme,

padahal banyak masalah lain yang tidak kelihatan.

3.4 Sejarah Dan Perkembangan Kekurangan Yodium

Referensi tertua dikenal buku yang paling awal menulis tentang gondok

diterbitkan pada zaman Dinasty Shen Nung (2838-2698), yaitu buku Pen Tsao Tsing

(pengobatan dengan daun (rumput) dan akar). Di buku itu ditulis bahwa rumput laut

sargassum sangat efektif untuk pengobatan goiter.

Secara global masalah gondok atau kekurangan yodium sebenarnya sudah

dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Upaya penanggulangannya sudah dilakukan di

berbagai belahan dunia sejak ribuan tahun yang lalu.

Kekurangan yodium di Indonesia sudah diketahui sejak tahun 1927,

ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia. Penanggulangannya telah diupayakan

sejak 1927 itu dengan memperkenalkan garam beryodium dengan konsentrasi

1:200.000 atau 5 ppm, khususnya didaerah pegunungan Dieng dan Tengger di Pulau

Jawa. Kemudian diperluas kedaerah Gayo Alas di Aceh.

3.5 Yodium Dan Fungsinya Dalam Tubuh

Endemik goiter atau gondok endemic adalah istilah yang dikenal didunia

kedokteran adalah suatu keadaan dimana di suatu daerah terdapat sejumlah penduduk

dengan berbagai tingkat pembesaran kelenjar gondok (Thyroid enlargement) dan

keadaan itu menetap sepanjang tahun. Pembesaran itu merupakan hyperplasia dari

sel-sel kelenjar gondok untuk menangkap yodium agar kebutuhan tubuh terhadap

hormone thyroxin terpenuhi.

Pada fase awal hyperplasia kelenjar Thyroid berlangsung cepat sampai

terpenuhi kebutuhan yodium untuk mencukupi produksi hormone Thyroxin. Setelah

15

Page 16: BAB IV POA GAKY

itu keadaannya menetap. Di daerah non endemic keadaan seperti itu biasa terjadi pada

awal usia pubertas, akan tetapi keadaan itu tidak melebihi 4% remaja.

Pembesaran kelenjar gondok sangat berkaitan dengan kebutuhan tubuh akan

hormone Thyroxin, sehingga insiden pembesaran kelenjar gondok bervariasi

berdasarkan umur dan jenis kelamin. Yodium adalah salah satu mineral teramat

penting untuk tubuh, disamping puluhan mineral penting lainnya. Tubuh setiap

harinya hanya membutuhkan sekitar 150-200 mikrogram, jadi kebutuhannya sangat

kecil sekali.

Di dalam tubuh, yodium diperlukan sebagai bahan baku untuk pembuatan

hormone Thyroxin oleh kelenjar gondok. Thyroxin adalah salah satu hormone

penting yang mengatur metabolism tubuh, khususnya metabolisme ditingkat sel,

sehingga kekurangan yodium akan mengancam fungsi berbagai organ tubuh. Oleh

karena itu, akibat kekurangan yodium akan berbeda antara satu kelompok umur

denagn kelompok umur lainnya, Karena berkaitan dengan tingkat pertumbuhan yang

sedang berkangsung pada setiap individu.

Apa yang akan terjadi apabila kekurangan yodium terjadi pada wanita hamil ?

Gangguan terjadi pada proses tumbuh kembang janin, terutama hambatan

pertumbuhan otak dan organ lainnya secara permanen. Bentuk yang paling sering

ditemukan disamping kretinisme adalah bisu tuli sejak lahir. Pada anak-anak yang

menderita kretinisme kecerdasan seolah-olah terhenti saat anak berusi 4-5 tahun atau

bahkan kurang, rahim dan kelenjar-kelenjarnya.

3.6 Penanggulangan GAKY Di Indonesia

Banyak Negara di dunia yang berhasil dalam penanggulangan GAKY, seperti

Amerika Serikat, Negara-negara di Eropa Timur, RRC dan lain-lain, akan tetapi

banyak pula Negara yang berhasil, pada umumnya di Negara berkembang terutama di

16

Page 17: BAB IV POA GAKY

Asia dan Afrika. Indonesia termasuk yang belum berhasil dalam penanggulangan

GAKY, keadaan ini tampak pada pemetaan GAKY Nasional tahun 2003 dengan

meningkatnya prevalensi GAKY pada anak Sekolah Dasar dari 8,5% menjadi 10,8%

dan di beberapa propinsi terlihat daerah-daerah endemic sedang dan berat yang baru.

Untuk menanggulangi GAKY itu di Indonesia sejak tahun 1976 secara

Nasional telah dilaksanakan berbagai upaya seperti penyuntikan yodium dalam

minyak (suntikan lipiodol), fortifikasi garam konsumsi dengan yodium.

Pendistribusian kapsul yodium dalam minyak. Dari target penyuntikan sebanyak

3.952.796 jiwa selama Repelita IV telah dapat diberikan suntikan untuk 3.547.796

penduduk atau sekitar 90% dari target.

Mulai periode tahun 1990 an diperkenalkan pemberian kapsul minyak

beryodium dalam sekali dalam setahun untuk kelompok rawan didaerah endemic

berat dan sedang, disamping itu dilakukan pula penyempurnaan monitoring dan

evaluasi yodisasi garam.

Walaupun penanggulangan GAKY sudah dimulai sejak tahun 1976 yang lalu,

atau lebih dari 30 tahun yang lalu, akan tetapi prevalensi GAKY tetap saja tinggi,

atau setidaknya turun naik dari waktu ke waktu.

Rendahnya kemampuan pemerintah daerah dalam mengkoordinasikan

program lintas sektoral berkaitan :

1. Rendahnya kualitas supervise, monitoring dan evaluasi dalam

program penanggulangan GAKY

2. Tidak adanya perda yang menjadi payung hukum dalam memberikan

sanksi kepada pedagang yang nakal

3. Tidak adanya evaluasi tentang intensitas koordinasi lintas sektoral

dalam penanggulangan GAKY

17

Page 18: BAB IV POA GAKY

3.7 Prevalensi GAKY Dan Sebarannya

Saat ini di dunia diperkirakan 1,6 miliar penduduk dunia memiliki resiko

kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan

yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 12.000 bayi

kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.

Di Indonesia berdasarkan data survey pada tahun 1980-1982, diperkirakan

75.000 menderita ktreinisme, 3,5 juta orang dengan gangguan mental, bahkan di

beberapa desa 10-15% menderita kretin. Telah dilakukan penelitian pada anak

Sekolah Dasar antara tahun 1980-1982 di 26 propinsi, didapatkan prevalensi goiter

lebih dari 10 % pada 68,3% dari 966 kecamatan yang diperiksa, dan di beberapa desa

lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.

Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari

878 kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data

terdahulu prevalensi gondok yang terlihat menurun sekitar 37,2% sampai 50%.

Survei yang sama diulangi 5 tahun kemudian, pada tahun 2003, seperti yang dapat

dilihat pada peta berikut :

Gambar 3.1. Peta GAKY di Asia Tenggara

Sumber : Pemetaan GAKY Kota Padang Tahun 2009

18

Page 19: BAB IV POA GAKY

Dari peta diatas tampak bahwa propinsi Sumatera Barat berada pada posisi

daerah endemik sedang dengan prevalensi antara 20-29,9% bersama propinsi lainnya

seperti Sulawesi Barat, Jawa Timur dan lain-lain.

Dengan dilaksanakannya berbagai program penanggulangan GAKY maka

prevalensi GAKY di Indonesia menurun sejalan dengan usaha penanggulangan yang

semakin intensif. Namun demikian di beberapa daerah justru terjadi peningkatan yang

signifikan.

Seseorang dikatakan normal apabila kelenjar gondok tidak teraba, sedangkan

grade 1 apabila kelenjar gondok terlihat sewaktu ekstensi leher dan teraba lebih besar

dari ibu jari orang yang bersangkutan. Seseorang dikatakan menderita GAKY grade 2

apabila kelenjar gondoknya teraba dan tampak membesar dari jarak beberapa meter.

Prevalensi GAKY diukur berdasarkan perhitungan tingkat pembesaran

kelenjar gondok, yaitu :

a. Total Goiter Rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjar

gondok (grade 1 plus 2) dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa.

b. Visible Goiter Rate (VGR) adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi

dengan semua anak yang diperiksa.

Tabel 1.Klasifikasi Endemisitas GAKY menurut % TGR berdasarkan warna Peta

TGR Endemicity Warna

< 5 % Non Endemik Hijau

5 – 19.9 % Endemik ringan Kuning

20 – 30 % Endemik sedang Merah

> 30 % Endemik Berat Hitam

Sumber : Pemetaan GAKY Kota Padang Tahun 2009

Pada survey pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 diperoleh sebaran GAKY

yang sangat bervariasi antar propinsi dan kabupaten kota di Indonesia, dan pada

survey itu ternyata propinsi Sumatera Barat termasuk kelompok endemic sedang

dengan TGR propinsi 20,5%.

19

Page 20: BAB IV POA GAKY

Dari peta diatas tampak bahwa 4 propinsi dengan endemic berat berwarna

hitam dan dua propinsi yaitu Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat dengan endemic

sedang dengan warna merah. Dengan pemberian kapsul minyak beryodium sekali

dalam setahun untuk kelompok rawan di daerah endemic berat dan sedang, disamping

itu dilakukan pula penyempurnaan monitoring dan evaluasi yodisasi garam.

Hasilnya jelas sekali, telah terjadi penurunan prevalensi GAKY, dan

penurunan jumlah anak yang dilahirkan dengan gejala kretinisme, hampir disemua

daerah. Akan tetapi dalam 5-10 tahun terakhir terjadi fenomena yang menarik,

dimana penurunan prevalensi GAKY yang sangat lambat, bahkan gejala

meningkatnya TGR di beberapa daerah pesisir dan kepulauan, seperti Maluku, Nusa

tenggara Barat, Kota Padang dan lain-lain.

20

Page 21: BAB IV POA GAKY

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan

wawancara dengan staf puskesmas dan menganalisis laporan tahunan puskesmas dan

laporan pemetaan GAKY Kota Padang. Beberapa potensi masalah yang didapatkan

di puskesmas Lubuk Kilangan adalah:

1. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta

diskusi dengan pemegang program, pencapaian D/S di posyandu bayi masih rendah

di banding target yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota Padang. Jumlah

sasaran yang ditetapkan DKK adalah sebesar 904 bayi (65%) sedangkan angka

pencapaian D/S bayi di Puskesmas lubuk Kilangan tahun 2009 adalah 505 bayi

(56%). Dari data ini didapatkan kesenjangan sebesar 9 %.

Tabel 4.1 Hasil Pencapaian program PROMKES Tahun 2009

NO URAIAN PENCAPAIAN (%) TARGET (%) KESENJANGAN (%)

1 D/S 56 65 -9

2PENYULUHAN DALAM GEDUNG 96 100 -4

3PENYULUHAN LUAR GEDUNG 93 100 -7

4PEMBENTUKKAN DESA SIAGA 4 KEL 7 KEL -3 KEL

5 POSYANDU AKTIF 41 (100%) 41 (100%) -

6 POSYANDU LANSIA AKTIF 11 BUAH 7 BUAH +4

7 KADER AKTIF 87 90 -3

8 JUMLAH TOGA 28 - -

9 JUMLAH POD - - -Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009

21

Page 22: BAB IV POA GAKY

2. Rendahnya cakupan penemuan TB Paru (CDR= Case Detection Rate) di

kecamatan Lubuk Kilangan

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta

diskusi dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, pencapaian CDR TB

Paru masih jauh di bawah target yaitu sebesar 22% (15 orang), sedangkan target

sasaran CDR TB Paru yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kota yaitu sebesar 70 % (68

orang). Dengan demikian didapatkan kesenjangan yang cukup jauh yaitu sebesar

48%.

Tabel 4.2. Data CDR TB Paru di Puskesmas Lubuk Kilangan 2008-2009

NO Kinerja Puskesmas Target /

Sasaran

% Hasil

Pencapaian

% Kesenjangan

A TB Paru

1. Angka Penemuan

BTA + 2008

68 70 13 19 -51

2. Angka Penemuan

BTA + 2009

68 70 15 22 -48

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2008-2009

3. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Lubuk

Kilangan

Pada tahun 2009, dari laporan tahunan bagian KIA di Puskesmas Lubuk

Kilangan, didapatkan angka pemberian ASI Eksklusif yang rendah, yakni hanya 79,7

% sedangkan target pemberian ASI eksklusif adalah 100%. Dari data tersebut

didapatkan kesenjangan sebanyak 33,8%.

22

Page 23: BAB IV POA GAKY

Tabel 4.3 Hasil Pencapaian Program KIA Tahun 2009

NO KINERJA SASARAN TARGET (%) HASIL / PENCAPAIAN % KESENJAN

GAN1 ANC 995 968 97.2 + 2.2%

K1 995 95 897 90.1 + 0.1 %

K4 994 90 199 20

2 RESTI 995 20 773 85.5 + 1.5 %

3 NEONATUS 904 84 826 87.4 + 2.4 %

4 PERSALINAN 945 85 2701 149.3

5 IBU MENYUSUI 1088 100 110 6.1

6 ASI EKSKLUSIF 1088 100 721 66,2 33.8 %

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009

4. Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk Kilangan

Dalam laporan pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Garam Yodium

(GAKY) serta diskusi dengan pemegang program gizi , diketahui bahwa kecamatan

Lubuk Kilangan mempunyai angka TGR yang cukup besar, yaitu sebesar 29,9%.

Dimana angka tersebut mempunyai makna bahwa daerah tersebut termasuk kedalam

daerah endemik sedang.

Demikian juga data yang didapatkan dari pemeriksaan garam yang

mengandung iodium dengan menggunakan iodina test yang dilakukan oleh

pemegang program gizi puskesmas lubuk kilangan, hasilnya menunjukan bahwa

sebanyak 87,1 % yang menggunakan garam beryodium, sedangkan yang tidak

menggunakan garam beryodium sebesar 12,9 %.

23

Page 24: BAB IV POA GAKY

Tabel 4.4.Data Survey Pemetaan TGR Kota Padang Menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Total Goiter Rate

2006 2009

Padang Barat 25,5 17,3

Nanggalo 21,4 12,5

Bungus Tel. Kabung 44,5 13,6

Padang Utara 19,2 30,1

Koto Tangah 40,0 14,2

Padang Selatan 27,9 26,4

Kuranji 32,1 37,5

Padang Timur 19,6 16,7

Pauh 20,1 26,9

Lubuk Kilangan 14,8 29,9

Lubuk Begalung 25,2 23,8

Kota Padang 26,4 21,4

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009

Tabel 4.5. Pemakaian garam yang mengandung Yodium dengan Iodina Test Menurut

Kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan

Kelurahan Garam + Mengandung Yodium (%)

Indarung 20

Koto Lalang 96

Bandar Buat 93,75

Batu Gadang 56,25

Padang Besi 87,5

Tarantang 100

Baringin 100

Kecamatan Lubuk Kilangan 87,1

Sumber : Laporan bulanan program gizi puskesmas lubuk kilangan

24

Page 25: BAB IV POA GAKY

5. Tingginya angka kejadian ISPA di puskesmas Lubuk Kilangan

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta

diskusi dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, jumlah penderita ISPA

di BP masih merupakan penyakit terbanyak. Dalam laporan tahunan puskesmas tahun

2009, didapatkan data bahwa jumlah pasien dengan ISPA sebanyak 2167.

Tabel 4.6. Sepuluh Penyakit terbanyak di puskesmas Lubuk Kilangan 2009

NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

1 ISPA 2167

2 Peny Kulit Lainnya 414

3 Diare 308

4 Gastritis 271

5 Rheumatik 185

6 Kelainan Refraksi 140

7 Infeksi Bawah Kulit 127

8 Hypertensi 81

9 Conjungtivitis 79

10 Penya Pulpa & Jeringan Peripikal 58

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2009

4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan petugas kesehatan di

Puskesmas Lubuk Kilangan, maka didapatkan masalah, yaitu:

1. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu.

2. Rendahnya cakupan penemuan TB Paru (CDR= Case Detection Rate) di

kecamatan Lubuk Kilangan.

3. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Lubuk Kilangan

4. Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk Kilangan

5. ISPA

25

Page 26: BAB IV POA GAKY

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu

dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode

yang kami gunakan adalah teknik scoring, yaitu :

1. Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan )

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

2. Kemungkinan Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

3. Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup mahal

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

26

Page 27: BAB IV POA GAKY

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel .4.7 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan

Kriteria Urgency Intervensi Biaya Mutu Total Ranking

1. Rendahnya

partisipasi

masyarakat ke

posyandu

3 2 4 2 11 V

2.Rendahnya cakupan

penemuan TB Paru

(CDR= Case

Detection Rate) di

kecamatan Lubuk

Kilangan

4 2 3 3 12 IV

3. Masih rendahnya

pencapaian target

pemberian ASI

Eksklusif di

puskesmas Lubuk

Kilangan

4 3 3 4 14 III

4. Tingginya angka

Total Goiter Rate

(TGR) di kecamatan

Lubuk Kilangan

4 5 5 4 18 I

5. Tingginya angka

kejadian ISPA di

puskesmas Lubuk

Kilangan

4 3 4 4 15 II

27

Page 28: BAB IV POA GAKY

Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas didapatkan masalah dengan nilai

tertinggi yaitu Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk

Kilangan. Untuk itu, kami mencoba mengangkat permasalahan tersebut.

4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah

Pada tahap awal dilakukan wawancara dengan pemegang program GAKY

mengenai penyebab Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk

Kilangan. Dari hasil wawancara dan catatan laporan pemetaan GAKY Kota Padang,

dan data pemerintah kota padang penyebab tingginya angka TGR tersebut, sebagai

berikut :

a. Manusia

Masyarakat

a. Kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang

garam beryodium.

Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner berdasarkan sistem

skoring, yaitu dari 33 responden, didapatkan hasil bahwa masyarakat

yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 30 orang

(90,9%) , sementara masyarakat yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik adalah sebanyak 3 orang (9,1 %).

Sedangkan masyarakat yang mempunyai sikap yang kurang baik

terhadap pemberian garam beryodium adalah sebanyak 16 orang (48,5

%) dan yang menunjukkan sikap yang baik adalah sebanyak 17 orang

(51,5 %). Dan juga masyarakat yang mempunyai tindakan baik

mengenai pemberian garam beryodium adalah sebanyak 3 orang

(9,1%) sedangkan yang mempunyai tindakan kurang baik adalah

sebanyak 30 orang (90,9%).

28

Page 29: BAB IV POA GAKY

Kader

a. Kurangnya pengetahuan dan keaktifan kader dalam mensosialisasikan

penggunaan garam beryodium. Didukung oleh hasil pengolahan

kuisioner yang menyatakan bahwa masyarakat yang mengetahui

adanya penyuluhan hanya sebesar 20 %.

Pedagang Garam

a. Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pedagang garam untuk

menjual garam beryodium.

Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner dimana sebesar 25 %

masyarakat membeli garam non yodium, sehingga dapat disimpulkan

bahwa masih ada pedagang yang menjual garam non yodium di

warung-warung dan pasar-pasar di kecamatan Lubuk Kilangan.

b. Material

a. Kurangnya informasi mengenai Garam Beryodium, seperti poster dan

leaflet. Didukung oleh hasil pengolahan kuisioner yang menyatakan

bahwa masyarakat mendapatkan infromasi mengenai garam

beryodium dari media televisi sebesar 80%, media radio 8%, media

cetak 10%, sedangkan media lefleat ataupun poster sebesar 0%. Dari

data diatas diketahui bahwa di masyarakat kurang mengetahui

infromasi garam yodium dari media yang disediakan oleh puskesmas.

c. Metode

a. Kurang efektifnya penyuluhan mengenai Garam Beryodium.

Hal ini didukung oleh hasil pengolahan kuisioner bahwa dari 20 %

masyarakat yang mengikuti penyuluhan, sebesar 90% menyatakan

penyuluhan yang diberikan kurang efektif dan kurang jelas.

29

Page 30: BAB IV POA GAKY

d. Lingkungan

a. Rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari

karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah.

Hal ini disebabkan Lubuk Kilangan merupakan daratan tinggi dengan

ketinggian 1853 meter dari permukaan laut serta tingkat curah hujan

Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm perbulan dengan rata-rata

hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003, berdasarkan data dari

pemerintah kota padang.

Hubungan sebab akibat tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di

kecamatan Lubuk Kilangan dapat digambarkan dalam diagram sebab akibat (diagram

tulang ikan atau diagram ischikawa) sebagai berikut :

30

Page 31: BAB IV POA GAKY

Lingkungan

Material

Manusia

Metode

Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk Kilangan

Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk Kilangan

Rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah.

MasyarakatKurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat

tentang garam beryodium.

Kader Kurangnya pengetahuan dan keaktifan kader dalam mensosialisasikan penggunaan garam beryodium.

Pedagang GaramKurangnya pengetahuan dan kepedulian pedagang garam untuk menjual garam beryodium

Kurangnya informasi mengenai Garam Beryodium, seperti poster dan leaflet.

Kurang efektifnya penyuluhan mengenai Garam Beryodium.

31

Page 32: BAB IV POA GAKY

4.4 Alternatif solusi masalah

1. Manusia

A. Ibu-ibu

Perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu-ibu di lingkungan Puskesmas

Lubuk Kilangan sesuai waktu yang telah ditentukan.

1) Rencana : Melakukan penyuluhan , penyebaran leaflet,

penempelan poster tentang pentingnya garam beryodium.

2) Pelaksana : Petugas puskesmas dan kader.

3) Pelaksanaan : Satu Kali dalam 3 bulan untuk setiap Posyandu

di Lubuk Kilangan dan dilakukan monitor Iodinates setiap satu

kali dalam 6 bulan.

4) Sasaran : Ibu-ibu

5) Target : Ibu-ibu untuk meningkatkan penetahuan sikap dan

perilaku dalam mengkonsumsi garam beryodium di rumah tangga

6) Indikator : Penyuluhan terlaksana diseluruh posyandu di Lubuk

Kilangan dan terjadi peningkatan penggunaan Garam beryodium

dalam 6 bulan pertama sebesar 100%.

B. Kader

Perlu pemberian pembekalan dan peningkatan pengetahuan kepada kader

tentang garam beryodium serta mengoptimalkan kinerja kader dalam

upaya mensosialisasikan dan memotivasi ibu-ibu untuk menggunakan

garam beryodium di rumah tangga

1. Rencana : Memberikan workshop tentang Garam Beryodium

2. Pelaksana : Program promkes, gizi dan KIA

3. Pelaksanaan : Satu dalam enam bulan

4. Sasaran : Kader Garam beryodium seluruh kecamatan Lubuk

Kilangan

32

Page 33: BAB IV POA GAKY

5. Target : Kader-kader yang sudah diberikan penyuluhan dan

pelatihan mampu mensosialisasikan dan memotivasi secara aktif ibu-

ibu untuk mengkonsumsi garam beryodium

6. Indikator :

a. Terjadi peningkatan pengetahuan sebanyak 80% dari learning

objective yang telah ditetapkan pada workshop tersebut yang

diukur melalui pretest dan postes tang dilakukan.

b. Terlaksananya penyuluhan diseluruh posyandu Kecamatan

Lubuk Kilangan dengan Kedatangan audiens penyuluh sebesar

90% dari target masing-masing posyandi yang disesuaikan

dengan jumlah penduduk.

c. Pedagang Garam

Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pedagang hanya untuk menjual

garam beryodium dan mengadvokasi dinas peindustrian dan perdagangan

hanya mendistribusikan garam beryodium di pasaran dan mengadvokasi

pemda setempat membuat undang-undang mengenai pelanggaran bagi

pedangang yang tetap menjual garam yang tidak beryodium.

Rencana I : Penyebaran Poster di pasar dan tempat strategis

a. Pelaksana : Kader setempat

b. Pelaksanaan : Satu kali dalam 6 bulan

c. Sasaran : Pedagang dan masyarakat

d. Target : Pedagang garam beryodium dan masyarakat Lubuk

Kilangan

e. Indikator : Pedagang hanya menjual garam beryodium dan

masyarakat hanya membeli garam beryodium

Rencana II : Advokasi Dinas Perindistribusian dan Perdagangan

a. Pelaksana : Petugas kesehatan

33

Page 34: BAB IV POA GAKY

b. Pelaksanaan : Bulan Oktober 2010

c. Sasaran : Dinas Perindistibusian dan Perdagangan

d. Target : Terbentuknya regulasi perdistribusian hanya untuk

garam beryodium.

e. Indikator : Pendistribusian hanya untuk garam beryodium di

seluruh pasar Garam beryodium.

Rencana III : Advokasi Pemda Padang

a. Pelaksana : Petugas Kesehatan melalui DKK

b. Pelaksanaan : Bulan Oktober 2010

c. Sasaran : Pemda Padang

d. Target : Terbentuknya undang-undang mengenai pelanggaran

bagi pedangang yang tetap menjual garam yang tidak beryodium.

e. Indikator : Pedagang hanya menjual garam beryodium dan

masyarakat hanya membeli garam beryodium.

2. Material

Penyediaan media dan alat peraga, seperti sample garam,leaflet dan poster

garam beryodium.

a. Rencana : Pertemuan kepala Puskesmas dan Dinas kesehatan

Kota tentang penyediaan media dan alat peraga

b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas & Dinas Kesehatan Kota

c. Pelaksana : Dinas Kesehatan Kota

d. Sasaran : Dinas Kesehatan Kota

e. Target : Dinas Kesehatan Kota menyediakan media dan alat

peraga, seperti sample garam,leaflet dan poster garam beryodium

f. Indikator : Tersedianya media peraga, seperti sampel

garam,poster, leaflet tentang penyuluhan Garam Beryodium di

puskesmas.

34

Page 35: BAB IV POA GAKY

3. Metode

Meningkatkan efektifitas penyuluhan mengenai Garam beryodium

a. Rencana : menampilkan sample garam beryodium dan presentasi

menggunakan proyektor

b. Pelaksana : petugas kesehatan

c. Pelaksanaan : Disetiap kegiatan penyuluhan dalam gedung

d. Sasaran : Ibu-ibu

e. Target : Ibu-ibu

f. Indikator : Terlaksananya penyuluhan satu kali dalam tiga bulan.

4. Lingkungan

Meningkatkan intake yodium masyarakat Lubuk Kilangan dengan

mengkonsumsi pil yodium melalui program pemberian pil yodium.

a. Rencana : melakukan advokasi kepada DKK untuk melaksanakan

program pemberian pil yodium kepada masyarakat Lubuk Kilangan.

b. Pelaksana : Pimpinan Puskesmas dan pemegang program

c. Pelaksanaan : Bulan Oktober 2010

d. Sasaran : DKK Kota Padang

e. Target : terlaksananya program pemberian pil yodium kepada

masyarakat.

35

Page 36: BAB IV POA GAKY

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Termasuknya Kelurahan Lubuk Kilangan sebagai Endemik sedang menurut

Pemetaan GAKY di Kota Padang pada tahun 2009 dan menurut data yang

didapatkan dari pemeriksaan garam yang mengandung iodium dengan menggunakan

iodina test, hasilnya menunjukan bahwa sebanyak 87,1 % yang menggunakan garam

beryodium, sedangkan yang tidak menggunakan garam beryodium sebesar 12,9 %.

menunjukan bahwa belum tercapainya Standar Pelayanan Minimal yang telah

ditetapkan oleh Pemerintah di Puskesmas Lubuk Kilangan .Hal ini disebabkan oleh

multi faktorial, yang tidak hanya melibatkan Dinas Kesehatan semata tetapi juga

Dinas yang terkait lainnya seperti Dinas Perindustrian dan perdagangan. Faktor –

faktor tersebut antara lain :

Dari segi manusia :

Masyarakat :

a. Kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang

garam beryodium.

Kader

a. Kurangnya pengetahuan dan keaktifan kader dalam mensosialisasikan

penggunaan garam beryodium.

Pedagang Garam

a. Kurangnya pengetahuan dan kepedulian pedagang garam untuk

menjual garam beryodium.

Dari segi material

a. Kurangnya informasi mengenai Garam Beryodium, seperti poster dan

leaflet.

36

Page 37: BAB IV POA GAKY

Dari segi metode

a. Kurang efektifnya penyuluhan mengenai Garam Beryodium.

Dari segi lingkungan

a. Rendahnya kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari

karena rendahnya kandungan yodium dalam tanah.

5.2 Saran

a. Berdasarkan analisis sebab akibat masalah di atas, maka diperlukan

alternatif solusi masalah dari berbagai faktor yang menyebabkan tingginya

Total Goiter Rate di Kecamatan Lubuk Kilangan

b. Sebaiknya dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya mengkonsumsi

garam beryodium kepada masyarakat serta mengoptimalkan kinerja kader

dalam upaya mensosialisasikan dan memotivasi ibu-ibu untuk

mengkonsumsi garam beryodium.

c. Dibutuhkan penyediaan media dan alat peraga, seperti sampel garam

beryodium,leaflet dan poster penyuluhan Garam beryodium

d. Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara menarik ,salah satunya dengan

menggunakan proyektor.

e. Dibutuhkan kerjasama multisektoral untuk menurunkan TGR ini seperti

dengan Dinas Kesehatan,Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta

Pemerintahan Kota Padang

37