BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
A. Letak Geografis, Batas Wilayah dan Iklim
Kota Gorontalo memiliki luas sebsesar 64,79 km² atau 0,53 % dari luas
Provinsi Gorontalo, yang secara geografis terletak pada 00⁰ 28’ 17” ‒ 00⁰ 35’ 56”
Lintang Utara dan 122⁰ 59’ 44” ‒ 123⁰ 05’ 59” Bujur Timur.
Secara administratif Kota Gorontalo terdiri dari 6 kecamatan dan 49
kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango
2. Sebelah Timur : Kacamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango
3. Sebelah Selatan : Teluk Tomini (Teluk Gorontalo)
4. Sebelah Barat : Kecamatan Telaga dan Batudaa Kabupaten
Gorontalo
B. Keadaan Penduduk
Penduduk Kota Gorontalo tahun 2011 tercatat sebanyak 182.861 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 2.822 km². Jika dilihat tingkat
kepadatan penduduk menurut kecamatan, maka kecamatan dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi adalah Kota Tengah (6277 jiwa per km² dan
Kecamatan Dungingi (5354 jiwa per km²). Sedangkan kecamatan dengan tingkat
kepadatan penduduk terendah adalah Kota Barat (1.375 jiwa per km²).
39
C. Keadaan Ekonomi
Data BPS Kota Gorontalo menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
Kota Gorontalo meningkat dari 7,06 % pada tahun 2006 menjadi 7,49 pada tahun
2009. Relatif stabilnya pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo antara lain
didukung oleh iklim investasi di berbagai sektor yang kondusif sehingga banyak
pihak swasta yang menanamkan modalnya baik dalam skala kecil, menengah dan
besar.
D. Keadaan Pendidikan
Presentase penduduk yang sudah memiliki ijasah/ STTB secara umum di
Kota Gorontalo tahun 2010 yaitu sebanyak 17,8 %, SLTP/MTs sebanyak 14,2 %,
SMU/SMK/MA sebanyak 28,8 %, dan Diploma sampai dengan Universitas
sebanyak 9,1 %. Dengan demikian maka presentase penduduk berumur 10 tahun
keatas yang memiliki ijasah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar
37,9 %.
Kemampuan membaca dan menulis penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. persentase penduduk yang
dapat membaca huruf latin secara umum di Kota Gorontalo tahun 2010 sebesar
69,9 %. Persentase melek huruf pada laki-laki sebesar 70,2 % sedangkan
perempuan sebesar 69,7 %
E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di indsutri pabrik tahu yang ada di Kota
Gorontalo. Kota Gorontalo sendiri terdiri dari 9 kecamatan dan 50 kelurahan.
40
Pada penelitian sampel yang digunakan sebanyak 8 industri pabrik tahu.
Pabrik tahu itu sendiri tersebar di beberapa kelurahan yang ada di Kota Gorontalo.
Mayoritas industri pabrik tahu terletak di Kecamatan Kota Timur. Di kelurahan
Moodu sendiri terdapat 5 industri pabrik tahu yang dijadikan sampel. Dan di
Kecamatan Kota Utara terdapat 3 industri pabrik tahu masing-masing di kelurahan
Wongkaditi terdapat 1 industri pabrik tahu, kelurahan Dulomo Selatan terdapat 1
industri pabrik tahu, dan di kelurahan Dembe Jaya terdapat 1 industri pabrik tahu.
Dengan rincian sebagai berikut :
1. Pabrik Tahu A milik Tuan “K” alamat Kelurahan Moodu
2. Pabrik Tahu B milik Ny. “SH” alamat Kelurahan Moodu
3. Pabrik Tahu C milik Tuan “S” alamat Kelurahan Dembe Jaya
4. Pabrik Tahu D milik Tuan “ST” alamat Kelurahan Moodu
5. Pabrik Tahu E milik Tuan “S” alamat Kelurahan Wongkaditi Timur
6. Pabrik Tahu F milik Tuan “YS” alamat Kelurahan Dulomo Selatan
7. Pabrik Tahu G milik Ny. “ N” alamat Kelurahan Moodu
8. Pabrik Tahu H milik Tuan “S” alamat Kelurahan Moodu
4.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada
industri pabrik tahu di Kota Gorontalo, pabrik tahu yang di wawancarai dan
diobservasi sebanyak 8 industri pabrik tahu. Berikut ini hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan berbagai variabel :
41
Hasil pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara kuisioner pada
industri pabrik tahu Kota Gorontalo.
Untuk penelitian berdasarkan lokasi, bangunan dan fasilitas pada industri
tahu di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Lokasi,Bangunan, Fasilitas
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan data pada tabel 4.1 tentang Lokasi, bangunan, fasilitas dapat
dilihat bahwa dari 8 industri pabrik tahu yang mempunyai halaman bersih, rapi,
Lokasi, Bangunan,
Fasilitas
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Halaman bersih, rapi, tidak
becek, dan berjarak 500m
dari sumber pencemar
4 50 4 50 8 100
Konstruksi bangunan kuat,
aman terpelihara bersih dari
barang tidak berguna
1 12.5 7 87,5 8 100
Lantai kedap air, rata, tidak
licin, terpelihara dan mudah
dibersihkan
2 25 6 75 8 100
Dinding dan langit-langit
dibuat dengan baik, bebas
dari sarang laba-laba
2 25 6 75 8 100
Bagian dinding yang kena
percikan air dilapisi bahan
kedap air setinggi 2m
0 0 8 100 8 100
Pintu dan jendela dibuat
dengan baik dan kuat. Pintu
menutup sendiri dan
membuka ke arah luar
0 0 8 100 8 100
42
tidak becek, dan berjarak 500m dari sumber pencemar yang memenuhi syarat
sebanyak 4 industri pabrik tahu (50%) dan 4 industri pabrik tahu (50%) tidak
memenuhi syarat, sebanyak 1 industri pabrik tahu (12,5%) yang memiliki
kontruksi bangunan kuat, aman, terpelihara bersih dari barang yang tidak berguna
yang memenuhi syarat dan 7 industri pabrik tahu (87,5%) yang memiliki
konstruksi bangunan yang tidak memenuhi syarat, sebanyak 2 industri pabrik tahu
(25%) yang memiliki lantai kedap air, rata, tidak licin, terpelihara, dan mudah
dibersihkan yang memenuhi syarat dan 6 industri pabrik tahu (75%) tidak
memenuhi syarat. Dari 8 industri pabrik tahu sebanyak 2 industri pabrik tahu
(25%) memiliki dinding dan langit-langit dibuat dengan baik, bebas dari sarang
laba-laba yang memenuhi syarat dan 6 industri pabrik tahu (75%) tidak memenuhi
syarat. Dari 8 industri pabrik tahu tidak ada satupun industri pabrik tahu (0%)
yang memiliki bagian dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air
setinggi 2 meter yang memenuhi syarat, serta tidak ada industri pabrik tahu (0%)
yang memiliki pintu dan jendela dibuat dengan baik dan kuat., pintu menutup
sendiri dan membuka ke arah luar yang memenuhi syarat.
Indikator kedua dari penelitian ini adalah pencahayaan pada industri pabrik
tahu. Untuk hasil penelitian dari indikator pencahayaan dapat dilihat pada tabel
berikut.
43
Tabel 4.2
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Pencahayaan
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang memiliki
pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan tidak menimbulkan bayangan yang
memenuhi syarat sebanyak 4 industri pabrik tahu (50%) dan tidak memenuhi
syarat sebanyak 4 industri pabrik tahu (50%).
Untuk indikator ketiga dari penelitian ini adalah penghawaan industri pabrik
tahu dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Penghawaan
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Pencahayaan
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Pencahayaan sesuai dengan
kebutuhan dan tidak
menimbulkan bayangan
4 50 4 50 8 100
Penghawaan
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Ruang kerja maupun
peralatan dilengkapi
ventilasi yang baik
sehingga terjadi sirkulasi
udara dan tidak pengap
4 50 4 50 8 100
44
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang memiliki
penghawaan ruang kerja maupun peralatan dilengkapi ventilasi yang baik
sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap sebanyak 4 industri pabrik tahu
(50%) yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat sebanyak 4 industri
pabrik tahu (50%).
Air bersih merupakan indikator yang keempat pada penelitian ini. Hasil
penelitian tentang air bersih dapat dilihat pada tabel berikut..
Tabel 4.4
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Air Bersih
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang memenuhi
syarat sumber air bersih aman, jumlah cukup dan bertekanan sebanyak 8 industri
pabrik tahu (100%).
Air kotor merupakan indikator kelima pada penelitian ini. Hasil penelitian
tentang air kotor dapat dilihat pada tabel berikut..
Air Bersih
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Sumber air bersih aman,
jumlah cukup dan
bertekanan
8 100 0 0 8 100
45
Tabel 4.5
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Air Kotor (SPAL)
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang memiliki
pembuangan air limbah dari dapur, kamar mandi, wc dan saluran air hujan lancar,
baik dan tidak menggenang yang memenuhi syarat sebanyak 6 industri pabrik
tahu (75%), sedangkan 2 industri pabrik tahu (25%) tidak memenuhi syarat.
Fasilitas cuci tangan dan toilet merupakan indikator keenam pada penelitian
ini. Hasil penelitian tentang fasilitas cuci tangan dan toilet dapat dilihat pada tabel
berikut.
Air Kotor
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Pembuangan air limbah
dari dapur, kamar mandi,
wc dan saluran air hujan
lancar, baik dan tidak
menggenang
6 75 2 25 8 100
46
Tabel 4.6
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Fasilitas Cuci Tangan dan Toilet
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang memiliki
fasilitas cuci tangan dan toilet yang memenuhi syarat sebanyak 3 industri (37,5%)
dan tidak memenuhi syarat sebanyak 5 industri pabrik tahu (62,5%).
Pembuangan sampah merupakan indikator ketujuh pada penelitian ini. Hasil
penelitian tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut..
Tabel 4.7
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
BerdasarkanPembuangan Sampah
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Fasilitas Cuci Tangan dan
Toilet
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Jumlah cukup, tersedia
sabun, nyaman dipakai dan
mudah dibersihkan
3 37,5 5 62,5 8 100
Pembuangan Sampah
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Tersedia tempat sampah
yang cukup, bertutup, anti
lalat, kecoa tikus dan
dilapisi kantong plastic
yang diangkat tiap kali
penuh
0 0 8 100 8 100
47
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak ada industri pabrik tahu (0%)
yang tersedia tempat sampah yang cukup, bertutup, anti lalat, kecoa, tikus, dan
dilapisi kantong plastic yang diangkat tiap kali penuh yang memenuhi syarat.
Ruang pengolahan makanan merupakan indikator kedelapan pada penelitian
ini. Hasil penelitian tentang air kotor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Ruang Pengolahan Makanan
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa industri pabrik tahu yang tersedia luas
lantai yang cukup untuk pekerja dan terpisah dengan tempat tidur atau tempat
mencuci pakaian yang memenuhi syarat sebanyak 2 industri (25%), sedangkan 6
industri (75%) tidak memenuhi syarat. Dari 8 industri pabrik tahu sebanyak 2
industri pabrik tahu (25%) memiliki ruangan bersih dari barang yang tidak
berguna yang memenuhi syarat dan 6 industri pabrik tahu (75%) tidak memenuhi
syarat.
Ruang Pengolahan
Makanan
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Tersedia luas lantai yang
cukup untuk pekerja dan
terpisah dengan tempat
tidur atau tempat mencuci
pakaian
2 25 6 75 8 100
Ruangan bersih dari barang
yang tidak berguna
2 25 6 75 8 100
48
Karyawan merupakan indikator kesembilan pada penelitian ini. Hasil
penelitian tentang karyawan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.9
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Karyawan
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 8 industri pabrik tahu
sebanyak 8 industri pabrik tahu (100%) yang semua karyawan yang bekerja bebas
dari penyakit menular dan ISPA yang memenuhi syarat. Untuk kategori tangan
selalu dicuci bersih , kuku dipotong pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang
higienis sebanyak 7 industri pabrik tahu (87,%) yang memenuhi syarat dan1
industri pabrik tahu(12,5%) tidak memenuhi syarat. Pada kategori pakaian kerja
dalam keadaan bersih, rambut pendek dan tubuh bebas perhiasan sebanyak 1
industri pabrik tahu (12,5%) yang memenuhi syarat dan 7 industri pabrik tahu
(87,5%) tidak memenuhi syarat.
Karyawan
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Semua karyawan yang
bekerja bebas dari penyakit
menular dan ISPA
8 100 0 0 8 100
Tangan selalu dicuci bersih,
kuku dipotong pendek dan
perilaku higienis
7 87,5 1 12,5 8 100
Pakaian kerja dalam
keadaan bersih, rambut
pendek dan tubuh bebas
perhiasan
1 12,5 7 87,5 8 100
49
Makanan (bahan baku) merupakan indikator kesepuluh pada penelitian ini.
Hasil penelitian tentang makanan (bahan baku) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Makanan (Bahan Baku)
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dari 8 industri pabrik tahu sebanyak 8
industri (100%) yang memiliki sumber bahan makanan, keutuhan dan tidak rusak
yang memenuhi syarat, dan untuk kategori bahan makanan terolah dalam kemasan
asli, terdaftar, berlabel dan tidak kadaluarsa sebanyak 7 industri pabrik tahu
(87,5%) yang memenuhi syarat dan sebanyak 1 industri pabrik tahu (12,5%) tidak
memenuhi syarat.
Indikator berikut dalam penelitian ini adalah perlindungan makanan. Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Makanan (Bahan Baku)
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Sumber makanan, keutuhan
dan tidak rusak
8 100 0 0 8 100
Bahan makanan terolah
dalam kemasan asli,
terdaftar, berlabel dan tidak
kadaluarsa
7 87,5 1 12,5 8 100
50
Tabel 4.11
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Perlindungan Makanan
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa untuk penanganan makanan yang potensi
berbahaya pada suhu, cara, dan waktu yang memadai selama proses sebanyak 5
industri pabrik tahu (62,5%) yang memenuhi syarat dan 3 industri pabrik tahu
(37,5%) tidak memenuhi syarat. Untuk penanganan makanan yang potensial
berbahaya karena tidak ditutup atau disajikan ulang yang memenuhi syarat
sebanyak 6 industri pabrik tahu (75%) dan 2 industri pabrik tahu (25%) tidak
memenuhi syarat.
Indikator terakhir dalam penelitian ini adalah peralatan makan dan masak.
Untuk melihat hasil penelitian yang telah dilakukan data telah disajikan pada tabel
berikut.
Perlindungan Makanan
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Penanganan makanan yang
potensi berbahaya pada
suhu, cara dan waktu yang
memadai selama proses
5 62,5 3 37,5 8 100
Penanganan makanan yang
potensial berbahaya karena
tidak ditutup atau disajikan
ulang
6 75 2 25 8 100
51
Tabel 4.12
Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Peralatan Makan dan Masak
Tahun 2012
Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk perlindungan terhadap alat makan
dan masak dalam cara pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaan
yang memenuhi syarat sebanyak 8 industri pabrik tahu . Untuk alat masak dan
makan yang sekali pakai tidak dipakai ulang sebanyak 1 industri pabrik tahu yang
memenuhi syarat dan 7 lagi tidak. Untuk proses pencucian melalui tahapan mulai
dari pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian, dan pembilasan
Peralatan Makan dan
Masak
Industri Pabrik Tahu
Jumlah Memenuhi
Syarat
Tidak
memenuhi
syarat
n % n % n %
Perlindungan terhadap alat
makan dan masak dalam
cara pembersihan,
penyimpanan, penggunaan
dan pemeliharaan
8 100 0 0 8 100
Alat masak dan makan
yang sekali pakai tidak
dipakai ulang
1 12,5 7 87,5 8 100
Proses pencucian melalui
tahapan mulai dari
pembersihan sisa makanan,
perendaman, pencucian dan
pembilasan
8 100 0 0 8 100
Bahan racun/ pestisida
disimpan ditempat aman,
terlindung
8 100 0 0 8 100
Perlindungan terhadap
serangga, tikus, hewan
peliharaan dan hewan
pengganggu lainnya
2 25 6 75 8 100
52
semuanya memenuhi syarat, serta untuk indicator bahan racun/pestisida disimpan
ditempat aman terlindung sebanyak 8 industri tahu diberi nilai 4. Untuk
perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu
lainnya sebanyak 2 industri pabrik tahu yang memenuhi syarat sedangkan 6
industri tidak memenuhi syarat.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Lokasi, Bangunan, Fasilitas
Lokasi, Bangunan, Fasilitas merupakan Suatu tempat atau sarana dimana
industri tahu melakukan kegiatan fisik seperti melakukan proses pembuatan tahu.
Untuk melihat hasil penelitan perbandingan responden yang mempunyai
lokasi, bangunan dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H
dapat dilihat pada diagram berikut.
Diagram 4.1 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Lokasi, Bangunan, Fasilitas
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
halaman konstruksi lantai dinding bahan kedapair
pintu danjendela
50
12,5
25 25
0 0
50
87,5
75 75
100 100
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
53
Diagram 4.1 menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A tidak memiliki
halaman yang bersih rapi hal ini terlihat pada saat observasi yang telah dilakukan
ditemukan bahwa pabrik tahu A memiliki halaman yang tidak rapi, tidak bersih,
dan tanahnya cepat becek bila kena air. Selain itu juga telihat banyak sampah
yang berserakan di halaman pabrik dan ada tumpukan-tumpukan kayu, lalat
beterbangan dimana-mana, bau tidak sedap dari tumpukan sampah dan saluran
pembuangan. Di halaman belakang industri tahu terdapat kandang kambing,
kotoran dan makanan kambing berserakan dihalaman belakang pabrik. Jarak
antara kandang kambing dan bagian belakang industri pabrik tahu itu hanya
berjarak ± 3 meter.
Untuk konstruksi bangunannya bisa dibilang semi kuat karena hanya
terbuat dari papan dan banyak barang-barang tidak digunakan yang diletakkan
disudut-sudut ruangan. Untuk lantai dari pabrik tahu ini kedap air, airnya banyak
menggenang, retak dan tidak rata tidak terpelihara. Air dari sisa-sisa pengolahan
tahu banyak tergenang dilantai dan oleh pemiliknya dibiarkan begitu saja. Untuk
dinding dari pabrik tahu ini hanya terbuat dari papan dan banyak bolong-bolong.
Hal ini dapat menjadi jalan keluar masuk untuk binatang-binatang yang dapat
menkontaminasi tahu. Bagian dinding yang terkena percikan air pun tidak dilapisi
dengan bahan kedap air. Alasannya karena usahanya ini hanyalah usaha kecil-
kecilan modalnya pun cuma sedikit dan tidak mampu melakukan pelapisan kedap
air pada dinding. Pabrik tahu ini tidak mempunyai langit-langit sebagai pelindung
dari atap dan banyak sarang laba-laba, banyak juga barang-barang yang digantung
pada dinding-dinding pabrik tahu. Jendela dan pintu hanya dibuat seadanya saja.
54
Pintunya hanya berupa sebuah pintu papan yang hanya ditutupkan begitu saja.
Begitupun dengan jendela, pabrik ini tidak mempunyai jendela, tetapi hanya
mengandalkan dinding-dinding yang bolong untuk keluar masuknya udara dalam
industri pabrik tahu ini.
Untuk industri pabrik tahu B memiliki halaman yang bersih, rapi dan
berjarak sedikitnya 500 meter dari sumber pencemar. Untuk konstruksi
bangunannya semi permanen dalam artian tidak terlalu kuat karena hanya terbuat
dari papan dan bambu meski sudut/ tiangnya terbuat dari batu bata, tidak
terpelihara serta banyak barang-barang yang tidak digunakan diletakkan di situ.
Lantai kedap air, rata, tidak retak dan mudah dibersihkan. Hal ini disebabkan
produksi pabrik tahu yang dilakukan tiap hari hanya sedikit sehingga air tidak
menggenang. Dinding dan langit-langit tidak dibuat dengan baik hanya terkesan
seadanya saja. Hal ini dibuktikan dengan sudut-sudut rumah menggunakan batu
bata tetapi dindingnya dari papan. Itupun dinding bata tidak diplester. Langit-
langit banyak debu dan sarang laba-laba yang menggantung. Hal ini disebabkan
karena karyawan yang bekerja hanya 1 orang dan wanita yang juga ibu rumah
tangga sekaligus pemilik industri tersebut, sehingga sulit membersihkan langit-
langit. Bagian dinding yang terkena percikan air tidak dilapisi bahan kedap air,
sedangkan pintu dan jendela dibuat dengan baik meski pintunya terbuat dari
papan dan jendelanya terbuat dari bambu.
Untuk industri pabrik tahu C memiliki halaman yang bersih, rapi, tidak
becek dan berjarak sedikitnya 500 meter dari sumber pencemar. Konstruksi
bangunannya kuat karena terbuat dari dinding beton yang diplester, aman,
55
terpelihara, bersih serta bebas dari barang tidak berguna. Untuk lantai termasuk
kedap air karena sudah di cor, terpelihara dan mudah dibersihkan. Dinding dan
langit-langit dibuat dengan baik ,terpelihara dan bebas dari debu (sarang laba-
laba). Bagian dinding yang kena percikan air tidak dilapisi bahan kedap air
setinggi dua meter karena menurut mereka hal itu tidak perlu dilakukan. Untuk
pintu dan jendela di industri pabrik tahu c ini dibuat dengan baik dan kuat, tetapi
hanya membuka 1 arah dan membuka ke arah dalam. Disamping itu pintunya
tidak menutup sendiri dan tidak dipasang alat penahan lalat dan bau.
Untuk industri pabrik tahu D memiliki halaman yang bersih, rapi dan
tidak becek serta berjarak sedikitnya 500 meter dari sumber pencemar. Konstruksi
bangunannya semi permanen karena hanya 1 meter dari lantai yang merupakan
bangunan beton kamudian dilanjutkan dengan papan, tidak terpelihara serta tidak
bersih dari barang tidak berguna.
Kondisi lantai pada industri pabrik tahu D kedap air, rata, tidak licin, tidak
retak serta mudah dibersihkan. Akan tetapi dinding and langi-langit tidak dibuat
dengan baik karena hanya terbuat dari papan, tidak terpelihara dan banyak debu
serta sarang laba-laba. Bagian dinding yang kena percikan air tidak dilapisi bahan
kedap air setinggi 2 meter karena menurut mereka itu hanya pemborosan,
mengingat industri tahu adalah industri kecil yang pendapatannya tidak terlalu
banyak dibanding industri lainnya. Untuk pintu dan jendela dibuat dengan baik
dan kuat tetapi tidak membuka kedua arah dan hanya membuka ke arah dalam.
Pada industri pabrik tahu E halamannya tidak bersih dan rapi karena
banyak sampah yang berserakan di sekitar lokasi, becek dan berjarak sedikitnya
56
500 meter dari sumber pencemar. Konstruksi bangunan tidak kuat karena hanya
terbuat dari papan dan tripleks serta terdapat barang-barang yang tidak dipakai
diletakkan di tempat pengolahan tahu seperti adanya sekop dan botol air bekas.
Keadaan lantai pada industri tersebut adalah lantai yang kedap air, tidak licin dan
mudah dibersihkan.
Keadaan dinding pada industri pabrik tahu E ini dibuat dengan baik
meskipun dengan perlengkapan seadanya serta terpelihara dan bebas dari debu
dan sarang laba-laba. Bagian dinding yang kena percikan air tidak dilapisi bahan
kedap air karena dana yang dimiliki oleh pengusaha tersebut masih minim.
Sedangkan pintu dan jendela tidak dibuat dengan baik dalam artian bangunan ini
tidak memiliki daun pintu dan daun jendela hanya dibiarkan terbuka.
Untuk industri pabrik tahu F memiliki halaman yang bersih, rapi dan tidak
becek serta jauh dari sumber pencemar. Konstruksi bangunannya tidak kuat
karena hanya sisi sebelah kanan yang terbuat dari beton karena merupakan sisi
rumah sedangkan sisi lainnya terbuat dari papan, dan penuh dengan barang-
barang tidak berguna seperti karung berisi bahan bakar yang berasal dari kayu sisa
pembangunan rumah.
Kondisi lantai pada industri pabrik tahu F ini kedap air, tidak licin dan
tidak retak, tetapi tidak rata, tidak terpelihara serta tidak dibersihkan. Hal ini
terlihat dari genangan air yang banyak yang bercampur dengan sisa tahu.
Sedangkan untuk dinding dan langit-langit dibuat dengan baik akan tetapi tidak
terpelihara karena banyak debu dan sarang laba-laba. Bagian dinding yang kena
percikan air tidak dilapisi bahan kedap air, pintu dan jendela dibuat dengan baik.
57
Untuk industri pabrik tahu G halamannya tidak bersih tidak becek tetapi
berjarak sedikitnya 500 meter dari sumber pencemar. Konstruksi bangunannya
tidak kuat dan tidak aman karena hanya sisi sebelah kanan yang dindingnya beton
karena merupakan samping rumah sedangkan sisi-sisi lainnya dibuat dari papan
serta banyak barang yang tidak berguna diletakkan di situ seperti jerigen kosong
dan ember besar yang sudah rusak.
Kondisi lantai pada industri pabrik tahu G ini kedap air, rata, tidak licin,
tidaak retak, tetapi tidak terpelihara. Hal ini dibuktikan dengan adanya kantong
plastic yang berserakan dilantai serta sisa-sisa kedelai. Untuk dinding dan langit-
langit dibuat dengan baik tetapi tidak terpelihara karena banyak debu dan sarang
laba-laba. Bagian dinding yang kena percikan air tidak dilapisi bahan kedap air
karena dianggap tidak perlu oleh pemiliknya. Disamping itu bangunan ini tidak
memiliki pintu dan jendela sehingga tidak bias mencegah masuknya serangga,
tikus, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya.
Untuk industri pabrik tahu H memiliki halaman yang tidak bersih, tidak
rapi, akan tetapi tidak becek dan jauh dari sumber pencemar. Konstruksi
bangunan tidak kuat karena hanya terletak di antara dua rumah dan mengandalkan
sisi rumah sebelah kiri dan kanan sebagai dinding. Sedangkan untuk dinding
bagian depan dan belakang tidak ada, hanya baliho/ spanduk yang digantung di
bagian belakang yang digunakan sebagai dinding, dan bagian depan dibiarkan
terbuka sehingga memudahkan debu maupun hewan masuk. Untuk lantai kedap
air, rata, tidak licin, tidak retak akan tetapi tidak terpelihara dan tidak dibersihkan.
58
Dinding dan langit-langit pada bangunan industri H ini tidak dibuat
dengan baik karena seperti sudah dijelaskan di atas yang hanya menggunakan
baliho sebagai dinding , langit-langit tidak terpelihara karena banyak terdapat
debu dan sarng laba-laba. Bagian dinding yang kena percikan air tidak dilapisi
bahan yang kedap air, karena jika dilihat lebih dekan dinding di dekat tempat
pencucian kedelai sudah berlumut. Selanjutnya pintu dan jendela tidak dibuat
dengan baik atau bahkan tidak ada sehingga memudahkan debu maupun hewan
untuk masuk.
4.3.2 Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek penting bagi kesehatan kerja.
Pencahayaan memungkinkan tenaga kerja untuk melihat obyek-obyek yang
dikerjakan secara jelas, cepat, dan memberikan kesan pandangan yang baik.
Untuk melihat hasil penelitan perbandingan responden yang mempunyai
pencahayaan dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H
dapat dilihat pada diagram berikut:
59
Diagram 4.2 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Pencahayaan
Diagram 4.2 menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A tidak memiliki
pencahayaan yang sesuai kebutuhan, sehingga keadaan di dalam agak gelap
karena hanya mengandalkan sinar matahari. Meskipun dinding sebelah timur
terbuka tetapi dinding lainnya tertutup sehingga hanya pada pagi hari dimana
matahari berada di sebelah timur cahaya bias masuk maksimal. Sedangkan pada
siang sampai sore hari suasana menjadi agak gelap yang berpengaruh pada para
pekerja.
Pada industri pabrik tahu B dalam keadaan kurang cahaya karena hanya
mengandalkan sinar matahari dan tidak menggunakan sumber cahaya lain
misalnya lampu listrik. Disamping itu lokasi bangunan yang berada di dekat
kebun dan dikelilingi oleh pepohonan seperti pohon pisang menghalangi
masuknya cahaya matahari.
0
10
20
30
40
50
pencahayaansesuai kebutuhan
50 50
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
60
Pada industri pabrik tahu C memiliki pencahayaan yang sesuai dengan
kebutuhan dan tidak menimbulkan bayangan meskipun hanya mengandalkan
cahaya matahari. Hai ini disebabkan karena adanya ventilasi di tiap sisi bangunan
serta atap yang dibuat tinggi sehingga cahaya matahari bisa masuk.
Pada industri pabrik tahu D memiliki pencahayaan yang sesuai kebutuhan
dan tidak menimbulkan bayangan karena berasal dari dua sumber yaitu cahaya
matahari dan cahaya buatan yang berasal dari lampu listrik. Apabila keadaan di
dalam terang maka lampu listrik dipadamkan, sebaliknya jika keadaan agak gelap
maka lampu listrik dinyalakan.
Pada industri pabrik tahu E pencahayaannya sesuai kebutuhan dan tidak
menimbulkan bayangan karena seperempat dari luas dinding dibiarkan terbuka
yang berfungsi sebagai ventilasi sehingga cahaya bisa masuk ke dalam.
Disamping itu disediakan cahaya buatan berupa lampu listrik yang memungkin
pekerja bekerja di malam hari atau pada saat keadaan agak gelap.
Pada industri pabrik tahu F pencahayaan kurang dari kebutuhan karena
cahaya matahari yang bisa masuk ke dalam bangunan hanya sedikit. Hal ini
disebabkan oleh ventilasi yang juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya
hanya terdapat pada salah satu sisi bangunan, itupun lebarnya hanya sebesar satu
lembar papan. Disamping itu tidak disediakan penerangan buatan yang digunakan
bila keadaan agak gelap.
Pada industri pabrik tahu G pencahayaan kurang dari kebutuhan karena
hanya mengandalkan cahaya matahari tetapi tidak didukung dengan adanya
ventilasi. Cahaya matahari yang masuk hanya berasal dari arah depan atau utara
61
sehingga tidak maksimal. Disamping itu meskipun dibantu oleh cahaya dari
lampu listri tetapi tidak cukup menerangi.
Pada industri pabrik tahu H pencahayaan sesuai dengan kebutuhan karena
cahaya matahari masuk dari dua arah yaitu depan dan belakang. Bagian belakang
yang hanya tertutup spanduk sebagian membantu cahaya matahari masuk dan
bagian depan yang dibiarkan terbuka merupakan tempat masuknya cahaya secara
maksimal.
4.3.3 Penghawaan
Penghawaan adalah suatu usaha pembaharuan udara dalam ruang melalui
penghawaan buatan maupun penghawaan alami dengan pengaturan demi
kenyamanan dalam ruangan.
Untuk melihat hasil penelitan perbandingan responden yang mempunyai
penghawaan dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H
dapat dilihat pada diagram berikut :
Diagram 4.3 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Penghawaan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
ruang kerjadilengkapi ventilasi
yang baik
50% 50%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
62
Diagram 4.3 diatas menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A tidak memiliki
penghawaan yang kurang baik atau ruang kerja tidak dilengkapi ventilasi yang
baik tidak terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya ventilasi yang mengatur sirkulasi udara tetapi hanya salah satu sisi
dinding bangunan yang dibiarkan terbuka.
Pada industri pabrik tahu B memiliki penghawaan yang baik karena
dilengkapi ventilasi yang baik sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap.
Ventilasi dibuat di tiga sisi bangunan sehingga sirkulasi udara berlangsung baik
serta adanya pepohonon di sekitar lokasi industri membuat udara menjadi sejuk.
Pada industri pabrik tahu C memiliki penghawaan yang baik karena
dilengkapi ventilasi yang baik sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap.
Ventilasi dibuat di tiap sisi bangunan serta atap yang tinggi sehingga terjadi
pergantian udara secra terus menerus yang menyebabkan udara di dalam lokasi
industri tidak pengap.
Untuk industri pabrik tahu D memiliki penghawaan yang baik karena
dibuat jendela terbuka yang hanya ditutupi kawat yang berfungsi sebagai
ventilasi, atapnya juga dibuat tinggi sehingga udara di dalam tidak pengap.
Pada industri pabrik tahu E juga memiliki penghawaan yang baik karena
meskipun atapnya rendah tetapi jendela pada tiga sisi bangunan dibiarkan terbuka
(tidak memiliki daun jendela) sehingga berfungsi sebagai ventilasi. Disamping itu
pintu yang terletak di sisi utara dan selatan tidak memiliki daun pintu sebagai
tempat masuk keluarnya udara.
63
Pada industri pabrik tahu F tidak memiliki penghawaan yang baik karena
ventilasi yang dibuat hanya berukuran kecil dan berada dekat dengan atap,
ditambah lagi dengan luas bangunan industri yang sempit dan penuh dengan
barang menyebabkan sirkulasi udara tidak terjadi. Disamping itu atap yang dibuat
rendah mengakibatkan udara di dalam menjadi pengap.
Industri pabrik tahu G tidak memiliki penghawaan yang baik karena
ventilasi hanya dibuat berukuran kecil dan berada disamping bangunan lain
sehingga udara yang masuk tidak maksimal. Disamping itu banyaknya pekerja
yang melakukan aktifitas ditempat tersebut turut mempengaruhi sirkulasi udara.
Meskipun pintu dibiarkan terbuka akan tetapi dengan banyaknya barang-barang
yang terletak di situ membuat udara menjadi pengap.
Sebaliknya untuk industri pabrik tahu H tidak memiliki penghawaan yang
baik dalam arti tetapi malah berlebihan karena berada di tempat terbuka. Industri
ini tidak memiliki bangunan berada diantara dua rumah yang dimanfaatkan
sebagai dinding di sebelah kiri dan kanan. Bagian belakang hanya ditutupi baliho
sebagian sehingga udara yang masuk berlebihan bahkan cahaya matahari
menyinari langsung para pekerja. Bagian depanpun dibiarkan terbuka tanpa
ditutupi dinding sehingga udara di dalam menjadi panas sehingga berpengaruh
pada aktivitas pekerja.
4.3.4 Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk pada proses pembuatan tahu.
64
Untuk melihat hasil penelitan perbandingan responden yang mempunyai
penghawaan dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H
dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Diagram 4.1 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Air Bersih
Diagram 4.3 tersebut menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A, B, C,
D, E, F, G dan H memiliki sumber air bersih aman, jumlah cukup dan bertekanan.
Hal ini disebabkan oleh pengusaha industri tahu menggunakan air yang berasal
dari Perusahaan Umum Air Minum (PDAM) Kota Gorontalo.
4.3.5 Air Kotor (SPAL)
Air kotor yang dimaksud disini adalah pembuangan air limbah dari dapur,
kamar mandi, wc, dan saluran air hujan. Untuk melihat hasil penelitan
perbandingan responden yang mengelola air kotor dengan baik pada industri
pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Air bersih
100% 100%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
65
Diagram 4.5 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Air Kotor
Diagram 4.5 menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A memiliki
pembuangan air limbah dari dapur, kamar mandi, wc dan saluran air hujan yang
tidak baik. Hal ini dapat disebabkan karena industri pabrik tahu ini tidak memiliki
kamar mandi dan wc, serta h air limbah yang merupakan sisa hasil pengolahan
tahu hanya dibuang begitu saja di sekitar lokasi industri tahu. Air hujan dibiarkan
menggenang di sekitar lokasi bangunan.
Pada industri pabrik tahu B pembuangan air limbah dari dari dapur
dilakukan dengan cara cara membuat lubang kecil di sudut dapur kemudian
dialirkan melalui saluran pembuangan air limbah menuju sungai kecil yang berada
di belakang bangunan.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
air kotor
75%
25%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
66
Pada industri pabrik tahu C pembuangan air limbah dari dapur , kamar
mandi, WC dan saluran air hujan lancar, baik dan tidak menggenang. Karena telah
dibuat saluran air limbah dari dapur yang terpisah dengan kamar mandi dan wc.
Pada industri pabrik tahu D pembuangan air limbah dari dapur baik karena
dialirkan melalui pipa yang berukuran besar langsung menuju sungai yang berada
di belakang bangunan. Pembuangan kamar mandi dan wc dibuat tersendiri.
Pada industri pabrik tahu E pembuangan air limbah dari dapur, kamar
mandi, wc dan saluran air hujan tidak baik dan menggenang karena hanya dibuat
lubang kecil di sudut dapur sebagai tempat mengalirnya air ke luar rumah. Tidak
dibuat saluran pembuangan sehingga air dari dapur hanya menggenang di sekitar
rumah.
Pada industri pabrik tahu F pembuangan air limbah dari dapur baik, dan
tidak menggenang karena dibuatkan saluran pembuangan air limbah. Industri ini
tidak memiliki dapur dan kamar mandi hanya menggunakan fasilitas yang ada
dirumah dekat bangunan industri pabrik.
Pada industri pabrik tahu G pembuangan air limbah dari dapur baik dan
tidak menggenang karena dialirkan melalui saluran menuju selokan yang ada di
depan lokasi bangunan. Untuk kamar mandi dan wc pembuangan dibuat tersendiri
dan berada agak jauh dari lokasi bangunan.
Pada industri pabrik tahu H pembuangan air limbah baik dan tidak
menggenang karena memiliki selokan yang disemen untuk mengalirkan air
limnah sisa proses pengolahan menuju selokan besar yang berada di depan lokasi
bangunan.
67
4.3.6 Fasilitas Cuci Tangan dan Toilet
Fasilitas cuci tangan dan toilet adalah media untuk mencuci tangan atau
membasuh muka dan untuk tempat membuang kotora, yang merupakan bagian
dari persyaratan hygiene sanitasi jasaboga. Untuk melihat hasil penelitan
perbandingan responden yang yang memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat
pada diagram dibawah ini :
Diagram 4.6 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Fasilitas Cuci dan Toilet
Diagram 4.6 ini menunjukkan bahwa industri pabrik tahu A tidak memiliki
fasilitas cuci tangan dan toilet. Hal ini disebabkan oleh kurangnya modal yang
dimiliki oleh pengusaha tersebut sehingga belum mampu menyediakan fasilitas
cuci tangan dan toilet.
0
10
20
30
40
50
60
70
fasilitas cuci tangandan toilet
37,5
62,5
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
68
Pada industri pabrik tahu B memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
dengan jumlah cukup dan tersedia sabun, akan tetapi kondisinya tidak nyaman
dipakai dan tidak mudah dibersihkan.
Pada industri pabrik tahu C tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
karena para pekerja memanfaatkan fasilitas toilet yang ada di rumah pengusaha
yang berada di depan lokasi industri pabrik tahu.
Pada industri pabrik tahu D tidak memiliki fasilitas cuci tangan tetapi
hanya toilet. Toilet ini tidak tersedia sabun dan tidak nyaman dipakai karena tidak
memiliki atap dan pintunya hanya berupa spanduk yang digantung.
Pada industri pabrik tahu E tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
karena oleh pemiliknya industri ini dianggap industri kecil sehingga belum
memiliki modal yang cukup untuk membangun fasilitas cuci tangan dan toilet.
Pada industri pabrik tahu F tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
karena pemilik usaha ini menetap di luar kota sehingga tidak mengetahui
kebutuhan karyawannya. Adapun karyawan di pabrik tersebut berasal dari lokasi
sekitar sehingga mereka menggunakan fasilitas toilet yang ada di rumah masing-
masing.
Pada industri pabrik tahu G tidak memiliki fasilitas cuci tangan hanya
toilet. Toilet ini tersedia sabun, tetapi tidak nyaman dipakai karena tidak memiliki
ventilasi dan lampu sehingga keadaan di dalam gelap.
Pada industri pabrik tahu H tidak memiliki fasilitas cuci tangan dan toilet
karena pemiliknya masih mengumpulkan uang untuk membangun pabrik yang
permanen yang nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan toilet.
69
4.3.7 Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah merupakan proses yang penting dari persyaratan
hygiene sanitasi industri jasaboga untuk menghindari terjadinya pencemaran.
Untuk melihat hasil penelitan perbandingan responden yang yang memiliki
pembuangan sampah dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G,
dan H dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Diagram 4.7 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Pembuangan Sampah
Diagram 4.7 menunjukkan bahwa dari delapan industri pabrik tahu yang
diteliti tidak ada menyediakan tempat sampah yang cukup, bertutup, anti lalat,
kecoa, tikus dan dilapisi kantong plastic yang selalu diangkat tiap kali penuh. Hal
ini disebabkan karena pengusaha menganggap proses pengolahan tahu tidak
menghasilkan banyak sampah sehingga tidak perlu menyediakan tempat sampah.
4.3.8 Ruang Pengolahan Makanan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pembuangan sampah
0%
100%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
70
Ruang pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah
atau yang sering disebut dapur. Pada pabrik tahu yang diteliti bangunan yang
dimiliki sekaligus berfungsi sebagai ruang pengolahan makanan. Untuk melihat
hasil penelitan perbandingan responden berdasarkan ruang pengolahan makanan
dengan baik pada industri pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat
pada diagram dibawah ini :
Diagram 4.8 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Ruang Pengolahan Makanan
Diagram 4.8 menunjukkan bahwa dari industri pabrik tahu A tidak tersedia
luas lantai yang cukup untuk pekerja dan terpisah dari dari tempat tidur atau
tempat mencuci pakaian. Hal ini karena pabrik tahu A ini tidak terlalu luas dan
juga terdapat empat buah bak berbentuk bundar yang terbuat dari semen sebagai
tempat pengolahan kedelai menjadi tahu. Disamping itu di ruangan ini juga
terdapat drum-drum dan ember plastic serta cetakan tahu yang digunakan selama
proses pengolahan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
lantai luas ruang bersih
25 25
75 75
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
71
Pada industri pabrik tahu B dan C tersedia luas lantai yang cukup untuk
pekerja dan terpisah dengan tempat tidur atau tempat mencuci pakaian.
Sedangkan industri pabrik tahu E, F, G, dan H tidak tersedia luas lantai yang
cukup untuk pekerja. Khusus untuk industri pabrik tahu E ruang pengolahan
makanan digunakan sebagai tempat mencuci pakaian, dengan memanfaatkan
tempat pencucian kedelai.
4.3.9 Karyawan
Yang dimaksud dengan karyawan adalah orang yang berhubungan dengan
proses pengolahan tahu atau pekerja. Untuk melihat hasil penelitan perbandingan
responden berdasarkan ruang pengolahan makanan dengan baik pada industri
pabrik tahu A, B, C, D, E, F, G, dan H dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Diagram 4.9 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Karyawan
Diagram 4.9 menunjukkan bahwa dari industri pabrik tahu A, B, C, D, E
dan F diberikan nilai 3 dari skor 5 yang ditetapkan. Hal ini dilakukan karena para
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
karyawan perilaku higienis pakaian kerja
100%
87,50%
12,50%
0%
12,50%
87,50%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
72
pekerja ada yang memakai sepatu boot dan tidak bersedia diperiksa satu persatu
sehingga peneliti hanya memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu dekat.
Berdasarkan pengamatan itu tidak ditemukan penyakit menular ataupun ISPA.
Pada item tangan selalu dicuci bersih dan kuku dipotong pendek, bebas
kosmetik dan perilaku yang higienis peneliti memberikan nilai 3 dari skor 5 yang
ditetapkan pada industri pabrik tahu A, B, C, E, F, G, dan H karena tangan para
pekerja terkesan kotor dan tidak dicuci bersih mengingat tidak adanya fasilitas
cuci tangan di tiap industri pabrik tahu, serta perilaku pekerja yang tidak higienis.
Khusus untuk industri pabrik tahu D diberikan nilai 2 karena ada pekerja yang
berkuku panjang.
Untuk pakaian kerja dalam keadaan bersih rambut pendek dan tubuh bebas
perhiasan, industri pabrik tahu B diberikan skor 1 dari skor 1 yang telah
ditetapkan. Hal ini dilakukan karena pekerja tersebut mengenakan pakaian
tertutup sampai kepala dan dalam keadaan bersih serta tubuh bebas perhiasan.
Untuk industri pabrik tahu A, C, D, E, F, G dan H diberikan skor 0 karena pakaian
kerja para karyawan kelihatan kotor, bahkan ada yang tidak mengenakan pakaian
selama melakukan proses pengolahan tahu.
4.3.10 Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh makhluk
hidup. Makanan yang dikonsumsi harus bebas kontaminasi dari bakteri yang
membahayakan kesehatan.
Untuk melihat hasil penelitian perbandingan responden dapat dilihat dari
diagram berikut.
73
Diagram 4.10 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Makanan (Bahan baku)
Diagram 4.10 menunjukkan bahwa pada industri pabrik tahu A, F, G, dan H
sumber bahan makanan, keutuhan, dan tidak rusak di berikan nilai 3 hal ini
terlihat dari bahan makan hanya diletakkan begitu saja di sudut-sudut ruangan dan
ditumpuk dan dibiarkan dilantai industri pabrik tahu. Untuk keutuhan bahan
makan kacang kedelai masih terdapat kacang yang sudah berkerut. Pemilik
industri ini membeli bahan bakunya dalam jumlah yang banyak sehingga
bertumpuk-tumpuk di industri pabrik tahu. Pemilik industri membeli kacang
kedelai yang memang terdaftar dengan kemasan asli dengan label dan tidak
kadaluarsa.
Pabrik tahu B, C, D dan E sumber bahan makanan, keutuhan dan tidak rusak
diberikan nilai 4 hal ini karena pemilik industri memperhatikan keutuhan kacang
kedelai dan lebih memilih kualitas daripada kuantitas. Dalam penyimpanan bahan
baku pun pemilik industri menyimpannya ditempat disudut ruangan yang kering
0%
20%
40%
60%
80%
100%
sumber makanan utuhdan tidak rusak
bahan makanan dalamkemasan asli
100%
87,50%
0%
12,50%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
74
akan tetapi tidak ada jaminan bahwa kacang kedelai itu bebas kontaminasi dari
tikus dan hewan pembawa penyakit lainnya dan tidak menutup kemungkinan
terdapat kacang kedelai yang sudah berkerut. Sama dengan pabrik tahu A, F, dan
g pemilik industri B, C, D dan E membeli kacang kedelai yang memang terdaftar
dengan kemasan asli dengan label dan tidak kadaluarsa.
4.3.11 Perlindungan Makanan
Perlindungan makanan adalah salah satu faktor penting agar makanan tetap
terpelihara dan tidak membahayakan konsumen.
Untuk melihat hasil penelitian perbandingan responden dapat dilihat dari
diagram berikut.
Diagram 4.12 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Perlindungan Makanan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
penanganan selamaproses
tidak ditutup/disajikan ulang
62,5
75
37,5
25
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
75
Dari diagram 4.12 dapat dilihat bahwa pabrik tahu A dalam penanganan
makanan yang potensi berbahaya pada suhu, cara dan waktu yang memadai
selama proses penyimpanan peracikan, persiapan penyajian dan penyajian
makanan, pengangkutan makanan serta melunakkan makanan beku sebelum
dimasak tidak dilakukan dengan baik hal ini terlihat dari bahan makanan hanya
diletakkan begitu saja pada saat proses pembuatan tahu, terkadang karyawan tidak
memperhatikan apakah bersih atau tidak tempat mereka meletakkan bahan
makanan. Sementara itu untuk penanganan makanan yang potensial berbahaya
karena tidak ditutup atau disajikan ulang tidak berjalan dengan baik hal ini terlihat
dri hasil produksi tahu yang dibiarkan begitu saja setelah selesai proses
pembuatan.
Pabrik tahu B dalam proses pengolahan bahan makanan menjadi tahu
karyawan terkadang lupa untuk melindungi bahan makanan sebelum diolah,
bahan makanan yang akan dipakai hanya diletakkan begitu saja diruang
pengolahan. Dan untuk pelindungan terhadap hasil produksi tahu karyawan
merendam tahu-tahu itu didalam loyang dan dibiarkan terbuka.
Pabrik tahu C perlindungan bahan makanan saat proses pengolahan bahan
baku menjadi tahu dilakukan dengan baik oleh pemilik tahu akan tetapi pemilik
industri tahu ini saat proses pengolahan tidak menggunakan pakaian kerja
sehingga kemungkinan potensi berbahaya datang dari penjamah makanan. Dalam
perlindungan makanan jadi juga belum begitu baik karena semua hasil produksi
tahu hanya direndam begitu saja di loyang-loyang di ruang pengolahan makanan.
76
Pabrik tahu D pada saat proses pengolahan makanan tidak melakukan
perlindungan yang berarti dalam poses pengolahan bahan baku, peracikan,
penyimpanan bahan makanan. Penanganan makanan yang potensial berbahaya
masih kurang ditangani dengan tepat hal ini terlihat dari produksi tahu yang sudah
jadi pun dibiarkan dalam loyang rendaman dan loyang tersebut tidak ditutup hal
ini dapat menimbulkan kontaminasi pada makanan tersebut.
Pabrik tahu E pada penanganan perlindungan makanan yang potensi
berbahaya pada proses pengolahan makanan masih tidak diperhatikan. Hal ini
terlihat dari cara penanganan bahan baku yang tidak diatur sedemikian rupa agar
terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan makanan. Begitupun dengan
penanganan makanan jadi, hasil produksi tahu hanya dibiarkan dalam rendaman
air diloyang dan dibiarkan begitu saja diruang pengolahan tanpa ditutup.
Pabrik tahu F proses penanganan perlindungan makanan yang potensi
berbahaya pada proses pengolahan makanan baik penyimpanan, peracikan,
persiapan penyajian belum dilakukan dengan baik sama seperti pabrik-pabrik
sebelumnya pabrik tahu ini juga tidak melakukan hal yang baik untuk melindungi
bahan baku yang akan digunakan. Pada proses penanganan hasil produksi pun
seperti itu, hasil produksi dibiarkan begitu saja setelah selesai proses pengolahan.
Pabrik tahu G dalam proses pengolahan makanan belum dilakukan
penanganan perlindungan bahan makanan dengan baik hal ini terlihat dari cara
penanganan makanan dari penjamah makanan itu sendiri kurang memperhatikan
kebersihan saat mengelola makanan. Dalam penanganan hasil produksi tahu tidak
disimpan atau ditangani dengan baik. Hasil produksi hanya direndam begitu saja
77
diloyang yang berisi air dan diletakkan diluar ruang pengolahan hal dapat
menimbulkan bahaya terhadap makanan tersebut misalnya digerogoti oleh tikus,
serangga atau hewan pengganggu lainnya.
Pabrik tahu H penanganan makanan yang potensi berbahaya pada proses
pengolahan bahan baku menjadi tahu belum sepenuhnya dilakukan dengan baik.
Hal ini telihat dari bahan baku yang digunakan belum ditangani dengan baik.
Penanganan makanan potensial berbahaya pun belum dilakukan dengan baik pula
hal ini terlihat dari belum maksimalnya penanganan terhadap hasil produksi tahu.
4.3.12 Peralatan Makan dan Masak
Peralatan makan dan masak sangat diperlukan pada saat proses pengolahan
makanan dan harus diperhatikan kebersihan dari peralatan tersebut karena
peralatan tersebut yang berperan penting dalam proses pembuatan tahu.
Untuk melihat hasil penelitian perbandingan responden dapat dilihat dari
diagram berikut.
Diagram 4.12 Distribusi Industri Pabrik Tahu Di Kota Gorontalo
Berdasarkan Perlatan Makan dan Masak
0%
20%
40%
60%
80%
100%
pembersihan alat masak pencucian bahan racun perlindungan
100%
12,50%
100% 100%
25%
0%
87,50%
0% 0%
75%
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat
78
Diagram 4.12 menunjukkan bahwa pada pabrik tahu A tidak melakukan
perlindungan peralatan makan dan masak dengan baik hal ini terlihat dari
berbagai peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan hanya diletakkan
begitu saja tidak dibersihkan atau dicuci setelah digunakan dan disimpan ditempat
yang bersih. Sementara untuk alat makan dan masak sekali pakai industri pabrik
tahu ini tidak memakai alat masak dan makan seperti yang disebutkan. Dalam
proses pencucian peralatan masak dan makan tidak melalui proses pembersihan
sisa makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan melainkan langsung
mencucinya saja tanpa ada proses perendaman alat terlebih dahulu untuk
membersihkan sisa-sisa proses pembuatan tahu. Dalam penyimpanan bahan
beracun pemilik industri pabrik tahu ini menyimpanannya jauh dari jangkauan
tempat pengolahan. Bahan beracun/pestisida ini disimpan pada tempat tersendiri
akan tetapi tidak diberikan tanda/laber beracun yang jelas. Peralatan tidak
terlindung dari serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan penggaggu lainnya
hal ini terlihat dari peralatan yang tidak disimpan dengan baik dan diletakkan
begitu saja pada tempat penyimpanan yang terbuka sehingga mudah
terkontaminasi oleh hewan-hewan tersebut.
Pabrik tahu B melakukan perlindungan pada alat makan dan masak dengan
cukup baik. Perlindungan ini dilakukan dalam cara pembersihan, penyimpanan
peralatan, penyimpanan, penggunaan, dan pemeliharaanya. Alat masak dan makan
sekali pakai tidak dipakai ulang. Pada proses pencucian dilakukan mulai dari
membersihkan sisa-sisa bahan makanan, dilakukan proses perendaman, pencucian
79
dengan sabun dan dilakukan pembilasan. Bahan racun/pestisida disimpan
ditempat tersendiri ditempat yang aman, terlindung agar jauh dari jangkauan
pengolahan tahu akan tetapi tidak diberi label berbahaya dengan jelas. Peralatan
makan dan masak tidak dapat dijamin terlindung dari hewan pengganggu,
serangga, tikus dan binatang lainnya karena tersimpan pada tempat yang terbuka.
Pabrik tahu C melakukan perlindungan peralatan makan dan masak
dengan baik dalam proses pembersihan, penyimpanan, penggunaan dan
pemeliharaan peralatan makan. Industri pabrik tahu ini tidak menggunakan alat
makan dan masak sekali pakai. Proses pencucian dimulai dari tahapan
pembersihan sisa makanan, perendaman peralatan makanan, pencucian dengan
sabun dan pembilasan dengan air besih. Bahan beracun/pestisida disimpan
tersendiri ditempat yang terlindung dan aman jauh dari bahan makanan yang akan
dgunakan untuk proses pembuatan tahu akan tetapi tidak diberi label atau tanda
berbahaya. Peralatan makan dan masak tidak dijamin terlindung dari serangga,
tikus, hewan peliharaan daan hewan pengganggu lainnya karena hanya diletakkan
begitu saja disudut-sudut ruangan.
Pabrik tahu D melakukan perlindungan peralatan makan dan masak dalam
cara pembersihan peralatan, penyimpanan, penggunaan peralatan dan
pemeliharaannya. Alat makan dan masak yang sekali pakai tidak digunakan
secara berulang-ulang. Pada proses pencucian melalui tahapan pembersihan sisa
makanan setelah pengolahan, perendaman, pencucian dan pembilasan dengan air
bersih. Bahan beracun atau pestisida disimpan tersendiri pada tempat yang aman
terlindung namun tidak diberi label atau tanda berbahaya. Perlindungan peralatan
80
terhadap tikus , serangga, hewan peliharaan dan hewan pengganggu lainnya tidak
dilakukan dengan baik karena tempat pengolahan industri pabrik tahu ini
merupakam tempat terbuka.
Pabrik tahu E perlindungan terhadap peralatan makan dan masak dalam
cara pembersihan peralatan, penyimpanan, penggunaan peralatan dan
pemeliharaan dengan baik. Alat makan dan masak sekali pakai tidak digunakan
secara berulang-ulang. Proses pencucian peralatan makan dan masak dilakukan
dengan baik juga dengan tahap pertama pembersihan sisa makanan, perendaman,
pencucian, dan pembilasan peralatan makan dan masak. Bahan beracun atau
berbahaya disimpan pada tempat tersendiri dan tidak menggunakan label atau
tanda berbahaya. Perlindungan terhadap serangga, tikus, hewan peliharaan dan
hewan pengganggu lainnya tidak dilakukan dengan baik \hal ini terlihat dari
berbagai peralat pengolahan hanya disimpan begitu saja diruang pengolahan.
Pabrik tahu F cara pembersihan peralatan, penyimpan peralatan,
penggunaan dan pemeliharaannya tidak dilindungi dengan baik. Alat masak dan
makan sekali pakai tidak digunakan secara berulang. Proses pencucian melalui
tahapan mulai dari pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian dan
pembilasan dilakukan dengan baik. Bahan beracun/pestisida disimpan ditempat
tersendiri dan jauh dari jangkauan tempat pengolahan tahu akan tetapi tidak
digunakan atau diberi label yang jelas. Perlindungan terhadap serangga, tikus,
hewan peliharaan, dan hewan pengganggu lainnya tidak dilakukan dengan baik
karena melihat tempat industri pabrik tahu yeang sempit sehingga peralatan hanya
diletakkan begitu saja di tempat pengolahan.
81
Pabrik tahu G pembersihan peralatan, penyimpanan, penggunaan dan
pemeliharaan dilakukan perlindungan dengan baik. Alat masak dan makan tidak
digunakan berulang kali karena alat tersebut hanya digunakan sekali pakai. Proses
Spencucian peralatan dilakukan melalui tahap pembersihan sisa makanan yang
masih melekat pada peralatan, perendaman, pencucian dengan sabun dan
pembilasan dengan air bersih. Perlindungan makanan dari tikus, serangga, huwan
peliharaan dan hewan pengganggu lainnya hanya dilakukan seadanya saja.
Makanan hanya direndam dalam air dan dibiarkan terletak begitu saja di ruang
pengolahan.
Pabrik tahu H melakukan perlindungan peralatan baik pada pembersihan
peralatan, penyimpanan, penggunaan, dan pemeliharaan dilakukan dengan baik.
Pada industri pabrik tahu ini tidak menggunakan peralatan yang hanya sekali
pakai. Proses pencucian dilakukan melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa-
sisa makanan hasil pengolahan, perendaman peralatan, pencucian peralatan
menggunakan sabun detergen, dan melakukan pembilasan dengan air bersih.
Bahan beracun/pestisida disimpan tersendiri pada tempat yang aman dan
terlindung akan tetapi tidak diberi tanda yang jelas untuk digunakan. Perlindungan
makanan terhadap gangguan serangga, tikus, hewan peliharaan dan hewan
pengganggu lainnya sangat minim dilakukan karena peralatan yang digunakan
selama proses pengolahan tahu diletakkan begitu saja, seperti digantung atau
diletakkan di lantai.
Secara keseluruhan hasil penelitian tentang hygiene sanitasi industri pabrik
tahu dengan variabel lokasi, bangunan, fasilitas, pencahayaan, penghawaan, air
82
bersih, air kotor (SPAL), fasilitas cuci tangan dan toilet, pembuangan sampah,
ruang pengolahan makanan, karyawan, makanan (bahan baku), perlindungan
makanan, dan penyajian makanan yang telah dilakukan
di 8 industri pabrik tahu di Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.13
Distribusi Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu
Berdasarkan Indikator Penelitian
No Indikator
Industri Pabrik Tahu
Memenuhi
Syarat %
Tidak
Memenuhi
Syarat
%
1. Lokasi, Bangunan, Fasilitas 1 12,5 7 87,5
2. Pencahayaan 4 50 4 50
3. Penghawaan 4 50 4 50
4. Air Bersih 8 100 0 100
5. Air Kotor (SPAL) 6 75 2 25
6. Fasilitas Cuci Tangan dan Toilet 3 37,5 5 62,5
7. Pembuangan Sampah 0 0 8 100
8. Ruang Pengolahan Makanan 3 37,5 5 62,5
9. Karyawan 7 87,5 1 12,5
10. Makanan (Bahan Baku) 8 100 0 0
11. Perlindungan Makanan 5 62,5 3 37,5
12. Peralatan Makan dan Masak 8 100 0 0
Sumber: Data Primer 2012
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa untuk indikator lokasi, bangunan,
fasilitas sebanyak 1 industri pabrik tahu (12,5%) memenuhi syarat dan tidak
memenuhi syarat sebanyak 7 industri pabrik tahu(87,5%), indikator pencahayaan
sebanyak 4 industri pabrik tahu (50%) yang memenuhi syarat dan 4 industri
83
(50%) tidak memenuhi syarat, indikator penghawaan yang memenuhi syarat
sebanyak 4 industri pabrik tahu (50%) dan 4 industri (50%) tidak memenuhi
syarat.
Untuk indikator air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 8 industri pabrik
tahu (100%) dan untuk indikator air kotor (SPAL) ada 6 industri pabrik tahu
(75%) yang memenuhi syarat dan 2 industri pabrik tahu (25%) yang tidak
memenuhi syarat. Yang memiliki Fasilitas Cuci Tangan dan Toilet yang
memenuhi syarat sebanyak 3 industri pabrik tahu (37,5%) serta 5 industri pabrik
tahu (62,5%) yang tidak memenuhi syarat. Untuk indikator pembuangan sampah
sebanyak 8 industri pabrik tahu (100%) tidak memenuhi syarat . Ada 3 industri
pabrik tahu (37,5%) yang memiliki ruang pengolahan makanan yang memenuhi
syarat dan 5 industri pabrik tahu (62,5%) yang memiliki ruang pengolahan
makanan yang tidak memenuhi syarat.. Untuk indikator karyawan ada 7 industri
pabrik tahu (87,5%) yang memenuhi syarat dan 1 industri pabrik tahu (12,5%)
yang tidak memenuhi syarat. Untuk indicator makanan (bahan baku) 8 industri
pabrik tahu (100%) sudah memenuhi syarat. Industri pabrik tahu yang memiliki
perlindungan makanan yang memenuhi syarat sebanyak 5 industri pabrik tahu
(62,5%) dan tidak memenuhi syarat sebanyak 3 industri pabrik tahu (37,5%).
Sebanyak 8 industri pabrik tahu (100%) sudah memiliki peralatan makan dan
masak yang memenuhi syarat.
84
Tabel 4.14
Distribusi Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu
Berdasarkan
Permenkes RI No. 1096/MENKES/VI/2011
No. Industri Pabrik Tahu
JUMLAH Kriteria
n %
Tidak
memenuhi
syarat
1. Industri Pabrik Tahu A 26 40 V
2. Industri Pabrik Tahu B 38 54.46 V
3. Industri Pabrik Tahu C 42 64.61 V
4. Industri Pabrik Tahu D 38 54.46 V
5. Industri Pabrik Tahu E 34 52.30 V
6. Industri Pabrik Tahu F 31 47.69 V
7. Industri Pabrik Tahu G 30 46.15 V
8. Industri Pabrik Tahu H 26 40 V
Sumber: Data Primer 2012
Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa industri Pabrik Tahu A memiliki nilai
26 atau 40% dengan kriteria tidak memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri
Pabrik Tahu. Industri Pabrik Tahu B memiliki nilai 38 atau 54.46 % dengan
kriteria tidak memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu.
Industri Pabrik Tahu C memiliki nilai 42 atau 64.61% dengan kriteria tidak
memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu. Industri Pabrik Tahu
D memiliki nilai 38 atau 54.46% dengan kriteria tidak memenuhi syarat laik
Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu. Industri Pabrik Tahu E memiliki nilai 34
atau 52.30% dengan kriteria tidak memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri
Pabrik Tahu. Industri Pabrik Tahu F memiliki nilai 31 atau 47.69% dengan
85
kriteria tidak memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu.
Industri Pabrik Tahu G memiliki nilai 30 atau 46.15% dengan kriteria tidak
memenuhi syarat laik Hygiene Sanitasi Industri Pabrik Tahu. Industri Pabrik Tahu
H memiliki nilai 26 atau 40% dengan kriteria tidak memenuhi syarat laik Hygiene
Sanitasi Industri Pabrik Tahu.