4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek …
Transcript of 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek …
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Hotel Jember Indah
Perusahaan yang dijadikan objek penelitian dalam penulisan ini adalah
hotel Jember Indah yang berstatus hotel melati. Hotel Jember Indah didirikan oleh
Bambang Sugihartono Tandya pada tanggal 6 Juni 1993 dan terletak di Jalan
Mujahir, Jember, Jawa Timur. Mula-mula hotel Jember Indah hanya beroperasi
dengan 23 kamar saja. Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan yang
dicapai, maka pemilik yang sekaligus sebagai pimpinan hotel memutuskan untuk
memperluas hotel dengan membangun kamar-kamar baru serta menambah
fasilitas hotel.
Sampai saat ini telah dilakukan lima tahap pembangunan, sehingga
mulai tahun 2000 jumlah kamar yang dioperasikan mencapai 129 kamar
(lampiran 15). Jumlah karyawan hotel Jember Indah berjumlah 75 orang, yang
meliputi karyawan di bagian receptionist, operator, pengawas hotel, room boy,
accounting, personalia, kantin (cashier dan waiter), kitchen, housekeeping,
security, technician.
Hotel Jember Indah yang terletak tidak jauh dari kota pusat kota Jember
memiliki suasana yang tenang, udara yang bersih dan sejuk. Fasilitas yang
disediakan hotel Jember Indah antara lain adalah lahan parkir yang dekat dengan
kamar hotel, pemakaian fasilitas telepon dari kamar, layanan room service,
penambahan saluran televisi berlangganan, kantin yang menjual aneka makanan
dan minuman serta barang kebutuhan lainnya, serta aula yang berkapasitas 200
orang. Hotel Jember Indah juga menyediakan banyak pilihan tarif kamar yang
ekonomis sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan.
4.1.2. Struktur Organisasi Hotel Jember Indah
Sebelum analisis perlu diketahui struktur organisasi terlebih dahulu
sehingga dapat mengetahui hal-hal yang terkandung di dalamnya antara lain
29 Universitas Kristen Petra
30
tingkatan wewenang, tanggung jawab dan fungsi masing-masing bagian, dan
hubungan horisontal dan vertikal karyawan. Berikut ini adalah struktur organisasi
pada hotel Jember Indah.
Pimpinan Hotel
Manajer Kantin
Manajer Keamanan
Manajer Teknisi
Manajer Personalia
Manajer Kebersih
an
Pengawas Hotel
Manajer Pembuk
uan
Manajer Kantor Depan
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Hotel Jember Indah (Sumber: Dokumentasi hotel Jember Indah)
4.1.3. Kantin Hotel Jember Indah
Usaha kantin sudah dijalankan mulai sejak hotel Jember Indah didirikan
pada tahun 1993. Kantin di hotel Jember Indah juga sekaligus melayani
pemesanan room service dari kamar tamu. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemilik hotel Jember Indah pada tanggal 21 November 2005, kontribusi
pendapatan yang disumbangkan oleh kantin dari room service merupakan terbesar
kedua setelah pendapatan penyewaan kamar.
Di hotel Jember Indah, manajer kantin dianggap sebagai food &
beverage manager. Manajer kantin bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
yang ada di kantin baik secara operasional maupun administrasi. Kantin di hotel
Jember Indah terdiri dari dua divisi, yaitu divisi minimarket dan divisi dapur.
Minimarket hotel Jember Indah dipimpin oleh seorang manajer minimarket, serta
dibantu oleh seorang cashier dan tiga orang waiter pada shift pagi dan dua orang
waiter pada shift malam. Pembagian jam kerja minimarket di hotel Jember Indah
terdiri dari dua shift, yaitu shift pagi dan shift malam. Jam kerja shift pagi dimulai
pada saat kantin buka, yaitu pukul 6.00 hingga pukul 15.00 sedangkan malam
dimulai pukul 15.00 dan berakhir pada pukul 23.00, yaitu pada saat kantin tutup.
Universitas Kristen Petra
31
Cashier bertanggung jawab atas setiap pembayaran transaksi yang ada di
kantin maupun pembayaran yang diperoleh dari room service. Serta bertanggung
jawab atas barang-barang minimarket yang diletakkan di dalam etalase.
Sedangkan tugas dari waiter adalah melayani pembeli yang datang ke kantin serta
melayani pengiriman room service ke kamar tamu. Barang-barang yang dijual di
minimarket tidak hanya terdiri dari makanan dan minuman ringan saja (seperti
keripik, kacang, permen, soft drink, minuman penambah tenaga, minuman
beralkohol), tetapi juga barang kebutuhan lain seperti obat-obatan, sabun,
shampoo, rokok, kondom (lampiran 16).
Divisi dapur dipimpin oleh seorang chef dan dibantu oleh seorang cook
helper. Chef bertugas mempersiapkan makanan yang akan dihidangkan kepada
tamu, baik yang dihidangkan di kantin maupun untuk layanan room service.
Sedangkan tugas dari cook helper adalah membantu chef menyediakan bahan-
bahan yang diperlukan untuk memasak.
4.1.4. Struktur Organisasi Kantin Hotel Jember Indah
Peranan struktur organisasi dalam kegiatan operasional di kantin hotel
Jember Indah sangat penting, karena dengan adanya struktur organisasi dapat
diketahui dengan jelas batas-batas dari tugas, tanggung jawab, dan wewenang
masing-masing karyawan di kantin hotel Jember Indah.
Minimarket Manager Ibu Luluk
Canteen Manager Ibu Melani
Cashiers Waiters
Chef Bapak Andi
Cooks Helper
Divisi dapur Divisi kantin
Gambar 4.2. Diagram Struktur Organisasi Kantin Hotel Jember Indah (Sumber: Dokumentasi Hotel Jember Indah)
Universitas Kristen Petra
32
Tugas dari masing-masing bagian dari struktur organisasi kantin hotel
Jember Indah adalah sebagai berikut (dokumentasi Hotel Jember Indah):
1. Manajer kantin
Tugas dari seorang manajer kantin adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas kegiatan operasional maupun administrasi kantin
secara menyeluruh, termasuk room service dan minimarket.
2) Menetapkan job description karyawan kantin.
3) Bertanggung jawab atas pembelian barang-barang minimarket.
4) Menganalisa laporan keuangan tahunan dan bulanan kantin
5) Membuat rencana kerja dan anggaran tahunan dan bulanan.
6) Mempertanggung jawabkan kinerja kantin kepada pimpinan hotel.
2. Manajer minimarket
Tugas dari seorang manajer minimarket adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas kegiatan operasional maupun administrasi
minimarket.
2) Mengontrol persediaan barang-barang minimarket yang di dalam gudang.
3) Mengisi kartu stok bulanan (monthly stock report) barang di gudang.
4) Membuat daftar barang yang akan dibeli sesuai dengan kartu stok.
5) Bertanggung jawab atas penerimaan barang.
6) Mengontrol kerja para karyawan kantin dan kebersihan kantin.
7) Membuat duty roster karyawan kantin.
8) Mengecek daily sales report yang dibuat cashier setiap harinya.
9) Membuat laporan keuangan bulanan dan tahunan kantin.
10) Melakukan tugas lain yang diminta oleh manajer kantin.
3. Cashier
Tugas dari seorang cashier adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab atas barang-barang minimarket yang diletakkan di
etalase.
2) Bertanggung jawab terhadap setiap nota pembayaran transaksi yang ada di
kantin maupun pembayaran yang diperoleh dari room service dan
minimarket.
3) Membantu menjaga counter dan melayani tamu.
Universitas Kristen Petra
33
4) Mengontrol persediaan barang-barang minimarket yang diletakkan di
etalase dengan melakukan perhitungan par stock pada setiap akhir shift
5) Membuat laporan keuangan harian (daily sales report) kantin.
6) Menerima panggilan telepon yang masuk ke kantin serta mencatat pesanan
room service dari tamu.
4. Waiter
Tugas dari seorang waiter adalah sebagai berikut:
1) Melakukan greeting kepada tamu yang datang ke kantin.
2) Melayani dan mencatat pesanan tamu yang datang ke kantin.
3) Mengirim pesanan ke kamar tamu hotel (room service).
4) Membersihkan meja yang ada di kantin.
5) Membersihkan kaca etalase minimarket.
6) Membersihkan lantai area kantin.
7) Menyapu kotoran dan sampah yang ada di kantin.
8) Membantu cashier mengangkat telepon dan mencatat pesanan room
service.
5. Chef
Tugas dari seorang chef adalah sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab terhadap segala urusan yang ada di dapur, baik dalam
urusan makanan maupun penyetokan barang.
2) Mengawasi segala kegiatan yang terjadi di dapur.
3) Bertanggung jawab terhadap jalannya kegiatan di dapur.
4) Mengecek kualitas dari bahan makanan dan makanan yang sudah diolah.
untuk memastikan apakah sudah memenuhi standart penyajian makanan.
5) Menentukan bagaimana seharusnya makanan disajikan.
6) Mengawasi kerja cook helper.
7) Menentukan job description karyawan dapur.
8) Menganalisa resep untuk menentukan harga jual makanan .
9) Memonitor sanitasi dan kebersihan lingkungan dapur.
10) Membuat duty roster karyawan dapur.
11) Membuat laporan keuangan pembelanjaan dapur secara bulanan dan
tahunan.
Universitas Kristen Petra
34
6. Cook helper
Tugas dari seorang cook helper adalah sebagai berikut:
1) Memotong dan mengupas bahan-bahan masakan.
2) Bertanggung jawab terhadap semua preparation di chiller.
3) Membersihkan stove, working table, chiller, preparation table, lantai
dapur.
4) Membersihkan saluran pembuangan air limbah di dapur.
5) Membersihkan lantai dapur dengan pembersih lantai.
6) Membersihkan pot washing di dapur.
7) Mencuci semua chinaware dan cutleries.
8) Membuang sampah sesuai dengan schedule.
4.1.5. Kegiatan Operasional Minimarket Hotel Jember Indah
Pembelian Gudang Etalase Tamu
Gambar 4.3. Diagram Alur Pengadaan Barang Minimarket Kantin (Sumber: Dokumentasi hotel Jember Indah)
Manajer minimarket akan mendata terlebih dahulu barang-barang yang
akan dibeli berdasarkan stok barang yang tersisa. Kemudian manajer minimarket
akan menyerahkan daftar barang tersebut ke manajer kantin yang nantinya akan
membeli barang-barang dari supplier langganan. Barang-barang tersebut akan
diberi label dan stempel khusus sebagai tanda bahwa barang-barang tersebut
berasal dari dan sudah diperiksa oleh manajer kantin (wawancara dengan Ibu
Luluk, 21 November 2005). Pemberian stempel khusus pada setiap barang
memiliki tujuan untuk meminimalisir tingkat kecurangan yang dilakukan
karyawan kantin yaitu dengan menjual barang yang bukan berasal dari kantin
hotel Jember Indah. Dengan pemberian stempel khusus maka manajer kantin
dengan mudahnya mengetahui mana barang jualan yang berasal dari kantin hotel
Jember Indah atau yang bukan sewaktu melakukan pengecekan.
Universitas Kristen Petra
35
Setelah pemberian stempel khusus dan label harga oleh manajer kantin,
manajer minimarket akan menerima barang tersebut dan mengecek apakah
jumlah, harga, dan jenisnya sudah sesuai dengan daftar pesanan dan langsung
disimpan di gudang. Barang-barang ditata rapi dan dicatat di kartu persediaan
barang gudang. Untuk penyimpanan yang efektif maka penyimpanan
menggunakan metode FIFO (First In-First Out). Hal ini dilakukan dengan cara
meletakkan barang yang baru dibeli dibelakang pembelian sebelumnya (Walker,
2004, p. 315).
Pada malam hari sebelum kantin tutup cashier akan mendata barang-
barang yang tersisa di etalase dan mengisi kartu stok harian (daily report) serta
melampirkan nota III. Keesokan harinya sebelum kantin buka cashier akan
menyerahkan kartu stok dan meminta barang berdasarkan par stock etalase
kepada manajer minimarket yang akan mengambilkan barang tersebut dari
gudang. Par stok etalase adalah barang-barang yang diletakkan di etalase
minimarket jumlahnya telah ditetapkan oleh manajer kantin.
Semua transaksi yang terjadi di kantin baik itu minimarket maupun
restoran dicatat di nota. Nota yang digunakan di kantin hotel Jember Indah adalah
nota rangkap tiga (asli, warna merah muda, dan warna putih) yang diberi nomor
urut (lampiran 13).
Berikut ini penjelasan nota rangkap tiga kantin:
1) Nota I (asli): untuk tamu.
2) Nota II (warna merah muda): untuk pembukuan pendapatan kantin.
Cashier akan menyerahkan uang dan nota II kepada manajer minimarket
untuk pembuatan laporan pendapatan kantin secara keseluruhan.
3) Nota III (warna putih): untuk pembukuan barang etalase minimarket atau
pembukuan makanan atau minuman restoran.
Manajer minimarket akan mengecek barang yang ada di etalase secara fisik
dan menggunakan nota III sebagai acuan untuk mempermudah pengecekan
jika terjadi diskrepansi jumlah barang etalase atau perbedaan antara jumlah
aktual dengan jumlah potensial.
Universitas Kristen Petra
36
4.2. Minibar Delivery Service
4.2.1. Definisi Minibar Delivery Service
Minibar Delivery Service (MBDS) merupakan sistem minibar yang
dikembangkan oleh penulis yang diteliti dan diterapkan di hotel Jember Indah.
Sistem baru ini menggabungkan minimarket dengan delivery service, sehingga
menyerupai minibar service yang selalu tersedia bagi tamu hotel di kamar masing-
masing. Tamu hotel cukup menghubungi kantin untuk memesan barang yang
diinginkan sesuai dengan daftar yang ada di tiap kamar (lampiran 14) dimana
barang yang dijual sama dengan barang yang ada di kantin dan pihak hotel akan
mengirimkan barang tersebut (gambar 4.4.). Dengan adanya sistem MBDS,
penjualan minimarket dapat dimaksimalkan karena tamu hotel kini juga dapat
membeli barang-barang minimarket dari kamarnya masing-masing.
Room A
Gambar 4.4. Minibar Delivery Service (Sumber: Penulis)
4.2.2. Manajemen Operasional Minibar Delivery Service
MBDS adalah layanan yang dikembangkan dari minimarket yang
merupakan bagian dari kantin. Oleh karena itu sistem yang digunakan oleh MBDS
merupakan adaptasi dari sistem operasional kantin hotel Jember Indah yang sudah
dipaparkan oleh penulis di bab sebelumnya (bab 4.1.5.).
4.2.2.1. Karyawan Minibar Delivery Service
Pada dasarnya karyawan layanan MBDS ini adalah karyawan yang
digunakan untuk memberikan layanan kantin baik untuk dine-in dan room service.
Karyawan kantin ini terdiri dari cashier dan waiter. Cashier bertugas untuk
Guest A
Room
MBDS
Guest B B
RoomGuest C
Guest D
MBDS inimarket M
C
Room
MBDS
MBDS D
Universitas Kristen Petra
37
menjawab telepon, mencatat pesanan dari tamu, menyiapkan pesanan dan nota,
sedangkan waiter bertugas untuk mengantar pesanan ke kamar tamu.
Sebelum fasilitas MBDS dijalankan di hotel Jember Indah, penulis telah
memperhitungkan terlebih dahulu mengenai perlu tidaknya menambah jumlah
karyawan kantin. Penulis meminta bantuan Ibu Luluk untuk membuat laporan
tambahan mengenai jumlah pesanan room service dan jumlah pesanan yang
dikonsumsi langsung di kantin (dine-in) selama satu minggu mulai tanggal 21
November 2005 sampai 27 November 2005. Kemudian penulis melakukan
penghitungan kapasitas karyawan dengan asumsi bahwa satu orang waiter dapat
melakukan enam kali room service dalam waktu satu jam (10 menit setiap
pengantaran ke kamar dan kembali ke kantin), dan satu orang waiter dapat
melakukan tiga kali pelayanan dine-in dalam waktu satu jam (20 menit setiap
pelayanan ke tamu dine-in di kantin). Asumsi tersebut penulis simpulkan dari
hasil observasi pada bulan November 2005 melihat kerja waiter waktu menangani
tamu di kantin (dine-in) dan waktu mengantarkan pesanan room service.
Penghitungan dan hasil laporan pesanan yang lengkap dapat dilihat di lampiran 7.
Penulis melakukan analisa kapasitas waiter untuk room service (RS) dan
dine-in. Cara yang penulis lakukan adalah menghitung jumlah pesanan room
service dan dine-in tiap jamnya yang dibagi dua bagian yaitu shift pagi atau
pertama dan shift malam atau kedua selama satu minggu. Kemudian penulis
menghitung rata-rata jumlah pesanan tiap jamnya selama satu minggu. Hasil rata-
rata tiap jamnya dibandingkan dengan asumsi penulis tentang kapasitas waiter
untuk melakukan room service dan dine-in dimana kapasitas untuk dine-in lebih
kecil (3 kali pelayanan) daripada kapasitas untuk room service (6 kali pelayanan).
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa jumlah karyawan dalam keadaan tanpa
adanya MBDS adalah lebih dari cukup (tabel 4.1. dan 4.2.). Sisa waiter yang
bernilai nol bukan berarti bahwa tidak ada waiter yang tersisa di kantin tetapi nilai
tersebut menunjukkan produktifitas kerja waiter maksimal (tidak mempunyai
banyak waktu untuk menganggur). Bila nilai menunjukkan angka minus itu
berarti waiter sudah tidak dapat melayani semua pesanan tamu.
Universitas Kristen Petra
38
Tabel 4.1. Kapasitas Waiter Sebelum MBDS untuk Shift I
Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan RS RS dine-in
06.00-07.00 3 1.14 1 1 107.00-08.00 3 3.43 1 1 108.00-09.00 3 2.57 1 1 109.00-10.00 3 1.29 1 1 110.00-11.00 3 2.71 1 1 111.00-12.00 3 1.86 1 1 112.00-13.00 3 3.43 1 1 113.00-14.00 3 1.86 1 1 114.00-15.00 3 1.57 1 1 1
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 7)
Tabel 4.2. Kapasitas Waiter Sebelum MBDS untuk Shift II
Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan RS RS dine-in
15.00-16.00 2 2.00 1 1 016.00-17.00 2 2.00 1 1 017.00-18.00 2 2.71 1 1 018.00-19.00 2 1.86 1 1 019.00-20.00 2 1.00 1 1 020.00-21.00 2 1.71 1 1 021.00-22.00 2 1.71 1 1 022.00-23.00 2 0.00 1 1 0
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 7)
Setelah melakukan analisa kapasitas karyawan kantin sebelum adanya
layanan MBDS, penulis melakukan perkiraan penambahan permintaan layanan
kantin. Penambahan permintaan kantin ini sendiri terjadi karena sebelumnya
permintaan hanya terdiri dari permintaan dine-in dan room service. Sedangkan
setelah adanya layanan MBDS, permintaan kantin akan terdiri dari permintaan
dine-in, permintaan room service dan permintaan MBDS.
Untuk perkiraan permintaan kantin yang baru, penulis mengadakan dua
analisa pendekatan dengan dua angka perkiraan permintaan yang berbeda untuk
mengetahui seberapa besar pesanan ke kamar yang mungkin akan terjadi.
Pertama, jumlah pesanan MBDS diramalkan sebesar 50% dari room service,
dengan asumsi permintaan MBDS sebesar permintaan room service, tetapi
Universitas Kristen Petra
39
setengah dari pesanan MBDS selain memesan barang MBDS juga memesan room
service. Sehingga meskipun jumlah permintaan MBDS sama dengan jumlah
permintaan room service, namun secara jumlah pesanan hanyalah 50% dari room
service. Asumsi yang lain dari perkiraan ini adalah tidak adanya penambahan
dine-in (tabel 4.3. dan 4.4.). Dilihat dari kedua tabel, dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan adanya penambahan pemesanan MBDS, waiter kantin hotel
Jember Indah masih dapat mengatasinya (lampiran 8)
Tabel 4.3. Kapasitas Waiter Setelah Adanya MBDS (Demand Projection 50 %
dari Room Service) untuk Shift I
Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan R. Service + MBDS dine-in
06.00-07.00 3 1.71 1 1 107.00-08.00 3 5.14 1 1 108.00-09.00 3 3.86 1 1 109.00-10.00 3 1.93 1 1 110.00-11.00 3 4.07 1 1 111.00-12.00 3 2.79 1 1 112.00-13.00 3 5.14 1 1 113.00-14.00 3 2.79 1 1 114.00-15.00 3 2.36 1 1 1
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 8)
Tabel 4.4. Kapasitas Waiter Setelah Adanya MBDS (Demand Projection 50%
dari Room Service) untuk Shift II
Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan R. Service + MBDS dine-in
15.00-16.00 2 3.00 1 1 016.00-17.00 2 3.00 1 1 017.00-18.00 2 4.07 1 1 018.00-19.00 2 2.79 1 1 019.00-20.00 2 1.50 1 1 020.00-21.00 2 2.57 1 1 021.00-22.00 2 2.57 1 1 022.00-23.00 2 0.00 1 1 0
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 8)
Kedua, penulis mencoba menganalisa kapasitas waiter dengan asumsi
jumlah call MBDS sama dengan jumlah pesanan room service. Atau dengan kata
Universitas Kristen Petra
40
lain penulis mengasumsikan semua pesanan MBDS yang masuk tidak
berhubungan dengan pesanan room service. Tidak ada penambahan dine-in tetap
dipakai menjadi asumsi dalam perkiraan ini (tabel 4.5. dan 4.6.). Dilihat dari
kedua tabel tersebut para waiter juga masih dapat mengatasinya (lampiran 8).
Tabel 4.5. Kapasitas Waiter Setelah Adanya MBDS (Demand Projection 100%
dari Room Service) untuk Shift I Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan R. Service + MBDS dine-in
06.00-07.00 3 2.29 1 1 107.00-08.00 3 6.86 2 1 008.00-09.00 3 5.14 1 1 109.00-10.00 3 2.57 1 1 110.00-11.00 3 5.43 1 1 111.00-12.00 3 3.71 1 1 112.00-13.00 3 6.86 2 1 013.00-14.00 3 3.71 1 1 114.00-15.00 3 3.14 1 1 1
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 8)
Tabel 4.6. Kapasitas Waiter Setelah Adanya MBDS (Demand Projection 100%
dari Room Service) untuk Shift II Total Rata-rata ∑ waiter ∑ waiter ∑ sisa waiterwaiter pesanan R. Service + MBDS dine-in
15.00-16.00 2 4.00 1 1 016.00-17.00 2 4.00 1 1 017.00-18.00 2 5.43 1 1 018.00-19.00 2 3.71 1 1 019.00-20.00 2 2.00 1 1 020.00-21.00 2 3.43 1 1 021.00-22.00 2 3.43 1 1 022.00-23.00 2 0.00 1 1 0
J A M
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 8)
Dari kedua perkiraan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi
penambahan layanan MBDS, kantin hotel Jember Indah tidak perlu menambah
jumlah karyawan. Tetapi ada beberapa hal yang perlu dicermati pada jam-jam
tertentu yang merupakan busy hour yaitu antara pukul 07.00 – 08.00 dan antara
pukul 12.00 – 13.00 (lampiran 7). Pada tabel room service, terlihat bahwa pada
jam makan pagi dan makan siang menunjukkan rata-rata pemesanan yang
Universitas Kristen Petra
41
meningkat daripada jam-jam lainnya. Begitu pula yang makan di kantin (dine-in).
Apabila terjadi overload pesanan, maka manajer minimarket akan ikut membantu
langsung dengan menjadi cashier maupun waiter untuk sementara waktu.
Sesuai dengan observasi yang dilakukan penulis pada tanggal 8 Januari
2006 dan 28 Februari 2006 kenyataannya selama MBDS dijalankan di hotel
Jember Indah tidak mengganggu kegiatan operasional kantin. Pada tanggal 8
Januari 2006 penulis mengamati kegiatan operasional MBDS pada pukul 12.00 –
17.00. Antara pukul 13.00 – 14.00 (shift I) terdapat 1 pesanan MBDS, pesanan
MBDS dan room service secara bersamaan sebanyak 1, pesanan room service
sebanyak 2, dan jumlah pesanan dine-in sebanyak 1 (lampiran 9). Waiter yang
bertugas saat itu berjumlah 3 orang ditambah dengan 1 orang cashier. Dengan 4
pesanan delivery tersebut kegiatan operasional kantin tetap tidak mengalami
gangguan. Satu orang waiter ditugaskan untuk tetap standby melayani tamu dine-
in, sedangkan 2 waiter yang lain mengantar pesanan MBDS dan room service ke
kamar tamu.
Pada tanggal 28 Februari penulis mengamati kembali kegiatan
operasional MBDS pada pukul 12.00-17.00. Antara pukul 15.00 – 16.00 (shift II)
terdapat 1 pesanan MBDS, pesanan MBDS dan room service secara bersamaan
sebanyak 1, pesanan room service sebanyak 1, dan jumlah pesanan dine-in
sebanyak 1. Waiter yang bertugas pada saat itu berjumlah 2 orang ditambah
dengan 1 orang cashier. Seorang waiter melayani tamu dine-in sedangkan seorang
lainnya mengantarkan 3 pesanan delivery. Dalam hal ini kegiatan operasional
kantin tetap berjalan seperti biasa dan tidak mengalami ganggguan.
Selain itu Ibu Luluk yang setiap harinya mengawasi kegiatan
operasional kantin menyatakan dalam wawancara pada tanggal 28 Februari 2006
(lampiran 3) bahwa justru dengan diadakannya MBDS kapasitas kerja waiter
dapat dimaksimalkan atau dengan kata lain waiter tidak mempunyai banyak
waktu untuk menganggur.
Jika pada waktu yang bersamaan jumlah pesanan MBDS, room service,
dan dine-in ramai maka paling tidak harus ada seorang waiter yang tetap standby
untuk melayani tamu dine-in di kantin. Karena pesanan dine-in juga banyak maka
semua pekerja yang bertugas di kantin saling membantu satu dengan yang
Universitas Kristen Petra
42
lainnya. Cashier, manajer, bahkan cook helper (apabila tugasnya di dapur telah
selesai) dapat turut mengantarkan makanan ke tamu. Tetapi kasus seperti ini
jarang sekali terjadi. Melihat kegiatan operasional kantin masih dapat berjalan
dengan baik atau tidak terganggu dengan adanya MBDS maka tidak diperlukan
penambahan karyawan di kantin.
4.2.2.2. Alur Layanan Minibar Delivery Service
Mendeskripsikan alur kerja dari fasilitas Minibar Delivery Service
sehingga menjadi suatu alur yang jelas dan dapat menghasilkan service yang
memuaskan bagi tamu hotel Jember Indah adalah hal penting yang penulis ingin
paparkan lebih lanjut di sub bab ini. Berikut penjelasan alur layanan MBDS:
a. Menerima pesanan melalui telepon (2 menit).
1) Karyawan minimarket harus mengangkat telepon dalam tiga kali deringan.
2) Kemudian mengucapkan salam kepada tamu dengan intonasi suara yang
baik: “Selamat Pagi/Siang/Malam, Kantin, ada yang bisa saya bantu?”
3) Mendengarkan pesanan dengan seksama kemudian mencatat pesanan tamu
di buku khusus pesanan dan nomer kamar.
4) Konfirmasi ulang semua pesanan dan harga untuk menghindari kesalahan.
5) Informasikan total harga pesanan dan tanyakan kepada tamu jumlah uang
yang akan dibayarkan. Hal ini untuk mempermudah pengembalian uang.
6) Kemudian mengucapkan salam akhir kepada tamu dengan intonasi suara
yang baik: “Terima kasih, Bapak/Ibu. Mohon tunggu sebentar sementara
kami akan mengantar pesanan Anda.”
7) Berikan pesanan kepada cashier yang bertanggung jawab atas barang-
barang di etalase.
b. Mempersiapkan barang pesanan dan nota (2 menit).
1) Cashier mengambil barang sesuai pesanan dan pastikan mengunci etalase
kembali dan mencocokkan kembali sesuai dengan buku pesanan.
2) Cashier mencatat di nota rangkap tiga (lampiran 20) dan memeriksa
kembali apakah harga telah sesuai dengan harga yang telah ditentukan.
Universitas Kristen Petra
43
Nota I : untuk tamu
Nota II : untuk pembuatan laporan keuangan
Nota III: untuk pembukuan barang etalase minimarket
3) Nota I digabungkan menjadi satu dengan barang pesanan.
4) Cashier mempersiapkan uang kembalian.
c. Mengantar pesanan ke kamar (3 menit).
1) Pastikan barang-barang sesuai dengan pesanan.
2) Waiter akan mengantar barang pesanan dengan membawa nota dan uang
kembalian.
d. Tamu menerima barang dan membayar tagihan (5 menit)
1) Mengetuk pintu dengan 3x3 ketukan dengan menyebutkan identitas diri.
2) Ucapkan salam dengan intonasi yang baik: “Selamat Pagi/Siang/Malam,
Bapak/Ibu. Ini pesanan Anda. Mohon diperiksa dahulu kelengkapannya.”
3) Serahkan barang kepada tamu dan berikan kesempatan untuk memeriksa.
4) Kemudian serahkan nota dan pastikan tamu untuk memeriksa nota
tersebut.
5) Terima uang dari tamu, dan berikan uang kembaliannya, ucapkan “Terima
kasih, Bapak/Ibu.”
6) Waiter kembali ke kantin dan menyerahkan uang kepada cashier.
Universitas Kristen Petra
ng Persiapan pesanan barang Pengantaran pesanan
2 menit 3 menit
wan kantin tat pesanan
awan kantin harus gangkat telepon m tiga kali deringan gucapkan salam da tamu dengan
nasi suara yang baik t pesanan dengan ama di buku khusus nan kemudian irmasi ulang nan dan harga rmasikan total harga nan dan tanyakan da tamu jumlah yang akan
yarkan. Hal ini k mempermudah es pengembalian
gucapkan salam r kepada tamu an intonasi suara baik
kan pesanan kepada ier (jika yang erima pesanan n cashier) yang nggung jawab atas
ng-barang di etalase market
Mengambil pesanan di etalase minimarket • Cashier
mengambil barang sesuai pesanan dan pastikan mengunci etalase kembali
Pencatatan nota • Cashier mencatat di nota rangkap tiga (nota ini
berbeda dengan nota kantin karena alasan mempermudah dalam pembedaan penjualan item MBDS atau kantin) dan memeriksa kembali apakah harga telah sesuai dengan harga yang telah ditentukan Nota I : untuk tamu NotaII : untuk pembukuan uang Nota III : untuk pembukuan barang etalase
• Nota I digabungkan menjadi satu dengan barang pesanan
• Cashier mempersiapkan uang kembalian dan dibawa bersama barang pesanan
• Barang pesanan di taruh di atas tray
Mengantar ke kamar tamu • Sebelum berangkat pastikan pes
kembalian tidak tertinggal • Begitu persiapan sudah selesai, s
ke kamar tamu • Mengetuk pintu dengan 3x3 ketu
menyebutkan identitas diri
Gambar 4.5. Rancangan Alur Layanan Minibar Delivery Service
45
4.2.2.3. Penetapan Harga Jual Barang-Barang Minibar Delivery Service
Harga jual yang ditetapkan untuk barang-barang MBDS adalah harga
jual minimarket ditambah biaya antar (service charge) sebesar 10 % (sama seperti
room service). Harga jual minimarket diperoleh dari harga beli barang ditambah
dengan profit.
Harga jual barang MBDS = Harga jual minimarket + 10 %
Harga jual minimarket = Harga beli barang + profit
Contoh: Tamu ingin membeli satu botol bir XX.
Harga beli bir XX per botol = Rp. 9.500,00
Profit kantin = Rp. 3.000,00
Harga jual bir XX di kantin =Rp. 9.500,00 + Rp. 3.000,00
= Rp. 12.500,00
Harga jual bir XX sistem MBDS = Rp. 12.500,00 + 10 %
=Rp.12.500,00+ Rp. 1.250,00
= Rp. 13.750,00
Jadi:
1. Tamu tersebut harus membayar sebesar Rp. 12.500,00 untuk satu
botol bir XX apabila membeli langsung di kantin.
2. Tamu tersebut harus membayar sebesar Rp. 13.750,00 untuk satu
botol bir XX apabila memesan dan dikirim ke kamar dengan sistem
MBDS.
Service charge yang sebesar 10 % tersebut nantinya akan
diakumulasikan selama sebulan dan dibagikan secara merata kepada semua
pelayan kantin yang bertugas mengantarkan barang.
4.2.3. Sistem Kontrol Minibar Delivery Service
4.2.3.1. Persediaan Barang
a. Semua persediaan barang MBDS disimpan di dalam gudang yang sekaligus
menjadi tempat penyimpanan persediaan barang minimarket.
Universitas Kristen Petra
46
b. Persediaan barang MBDS akan menggunakan stable minimum par stock
system. Jumlah stok tetap (par stock) ditentukan oleh manajer kantin dan
kemudian diletakkan di etalase kantin.
c. Setiap malam cashier menghitung sisa barang di etalase dan mengisi kartu
stok harian (daily report). Kemudian cashier menyerahkan kartu stok dan
meminta barang kepada manajer minimarket.
d. Manajer minimarket menghitung sisa barang di gudang setiap akhir bulan
(montly stock) kemudian mengisi kartu stok bulanan (monthly minibar report).
Kartu stok tersebut diserahkan kepada manajer kantin yang selanjutnya
melakukan pemesanan dan pembelian barang.
e. Semua barang persediaan ini harus diberi label atau stempel hotel Jember
Indah sebelum disimpan di gudang.
f. Setiap bulan manajer minimarket membuat laporan pendapatan yang diperoleh
dari hasil penjualan MBDS yang kemudian diserahkan kepada manajer kantin.
g. Setiap hari manajer minimarket membandingkan serta mengambil tindakan
apabila ada ketidakcocokan antara actual MBDS revenue dengan potential
MBDS revenue.
4.2.3.2. Pembukuan Nota
a. Setiap penjualan barang MBDS harus disertai dengan nota yang telah dibuat
oleh cashier. Terdapat nomor urut pada setiap nota, sehingga cashier tidak
diperbolehkan untuk membuang nota.
b. Nota MBDS dibedakan dari nota room service dan dine-in dengan cara
pemberian tulisan “MB” di sudut kiri atas pada setiap nota yang berarti nota
penjualan MBDS.
c. Pada nota, cashier harus memberikan jam pemesanan tamu untuk
mempermudah pengecekan.
d. Nota dibuat rangkap tiga. Nota asli diserahkan kepada tamu, sedangkan nota
yang lainnya disimpan oleh cashier untuk keperluan pembukuan uang serta
barang yang ada di etalase.
e. Cashier membuat laporan pendapatan MBDS setiap hari yang diperoleh dari
total penjulan barang berdasarkan nota dan laporan jumlah barang etalase.
Universitas Kristen Petra
47
4.2.3.3. Penyimpanan Barang
a. Penyimpanan barang MBDS berpusat di gudang utama.
b. Arus keluar-masuk barang MBDS di gudang harus didata secara akurat di
kartu stock.
c. Penyimpanan barang menggunakan metode FIFO (First In First Out), yaitu
barang yang baru dibeli disimpan di belakang barang yang lama sehingga
tamu hotel selalu mendapat barang yang paling baru.
4.2.4. Kegiatan Komunikasi Pemasaran Minibar Delivery Service
Minibar Delivery Service (MBDS) merupakan fasilitas baru yang ada di
hotel Jember Indah dan mulai diadakan sejak bulan Januari 2006. Oleh karena itu
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pemasaran untuk memperkenalkan fasilitas
MBDS kepada tamu hotel Jember Indah.
Manajemen hotel Jember Indah melakukan berbagai macam kegiatan
pemasaran (promosi penjualan dan iklan) , antara lain:
a. Pada saat tamu check in, resepsionis akan menginformasikan bahwa hotel
Jember Indah mempunyai fasilitas baru, yaitu Minibar Delivery Service. Serta
menjelaskan bagaimana cara pemesanan MBDS yaitu tamu cukup menelpon
kantin bila ingin memesan barang dan pesanan akan diantar dalam waktu
maksimal 10 menit setelah pemesanan.
b. Room boy juga diberi tugas untuk ikut mempromosikan tentang MBDS pada
saat mengantar tamu menuju kamar hotel.
c. Di setiap kamar hotel Jember Indah diletakkan menu MBDS yang akan
memudahkan tamu untuk mengetahui barang MBDS yang dijual.
d. Pihak hotel juga menugaskan petugas kantin untuk mempromosikan MBDS
kepada tamu yang menelpon untuk memesan room service serta kepada tamu
yang datang ke kantin.
e. Pihak hotel Jember Indah membuat poster yang mengiklankan MBDS dan
dipasang di beberapa area hotel, seperti di lobi hotel dan di kantin.
Universitas Kristen Petra
48
4.3. Analisa Data
4.3.1. Perbandingan Antara Berbagai Jenis Fasilitas Minibar
Untuk memperjelas konsep dari MBDS, penulis akan membandingkan
MBDS dengan beberapa konsep layanan minibar lain yang umum dipakai di
dunia perhotelan; yaitu sistem minibar manual/konvensional (MK), minibar
konvensional dengan lemari pendingin (MKK) dan automated minibar service
(AMBS).
Minibar manual/konvensional (MK) adalah minibar yang biasa
digunakan oleh banyak hotel taraf kecil (budget hotel) (Hicks, 1997, p. 46).
Sistem ini dijalankan secara manual dalam arti setiap pengecekan barang dan
proses billing dari penggunaan minibar di tiap kamar dilakukan secara manual
oleh petugas yang berwenang, dalam hal ini biasanya dilakukan oleh minibar
attendants. Minibar manual ini cocok untuk diterapkan pada hotel yang masih
berskala menengah, karena biaya investasi yang kecil tetapi membutuhkan jumlah
karyawan yang cukup besar dalam hal operasional dan kontrol. Pada hotel yang
skalanya sangat besar dalam artian jumlah kamar yang banyak, sistem manual
akan sangat merepotkan dalam segi operasional termasuk menjaga kualitas
layanan berupa kepastian barang minibar yang selalu fresh atau tidak
kadaluwarsa. Pada skala yang terlalu kecil sistem minibar manual mungkin juga
dapat menjadi sumber biaya (cost centre) karena penjualan yang kecil tetapi
disertai dengan biaya inventarisasi yang tinggi dimana pihak hotel harus
memberikan stock barang pada tiap kamar.
Minibar konvensional dengan lemari pendingin (MKK) hampir sama
dengan minibar konvensional (MK). Perbedaan yang mendasari hanyalah pada
kelengkapan item dan biaya tenaga kerja (MKK dapat menghemat biaya tenaga
kerja 30 % - 35 % daripada MK) karena minibar attendants hanya melakukan
pengecekan item minibar pada kamar yang lemari pendinginnya pernah dibuka.
Jadi tamu dapat memutuskan apakah akan menggunakan fasilitas minibar atau
tidak pada saat check in. Jika tamu memutuskan untuk menggunakan fasilitas
minibar (pihak hotel akan membiarkan lemari pendingin tidak terkunci) maka
minibar attendants tetap harus mengecek item apa saja yang telah dikonsumsi dan
menggantinya dengan yang item baru. Pada MKK, item yang ditawarkan bisa
Universitas Kristen Petra
49
lebih banyak karena item bisa berupa hot maupun cold. Hal ini tentu saja
meningkatkan kemungkinan pendapatan yang lebih besar, meskipun disertai
dengan investasi yang lebih besar dari biaya pemasangan kulkas di tiap kamar.
Oleh karena itu fasilitas MKK cocok apabila diterapkan pada hotel yang memiliki
ratusan jumlah kamar.
Automated minibar service (AMBS) adalah minibar yang dilengkapi
dengan sinar infra merah di setiap produknya dan memiliki sistem komputerisasi
digital yang terintegrasi. Ketika tamu mengambil salah satu produk, maka sistem
komputer akan otomatis mencatatnya sehingga pihak hotel dapat mengetahui
dengan tepat produk apa saja yang telah dikonsumsi sehingga biaya kehilangan
yang diakibatkan oleh billing discrepancy dapat diminimalkan (Frabotta, 2000,
p.61). Selain itu dapat diketahui secara tepat item apa saja yang perlu di stok
ulang. Tujuan utama diadakannya minibar otomatis ini adalah menghemat waktu
dan biaya tenaga kerja (50 % - 65 % daripada MK). Bagi tamu hotel minibar ini
dapat menghemat waktu pada saat check out karena karyawan minibar tidak perlu
mengecek minibar yang dikonsumsi oleh tamu. Ini juga berarti ada penghematan
tenaga kerja minibar yang bertugas mengecek dan mengganti produk minibar.
Sekilas minibar otomatis ini tidak memiliki kelemahan tetapi ternyata modal awal
yang harus dikeluarkan untuk pembelian dan instalasi minibar otomatis ini sangat
tinggi. Sistem minibar otomatis ini biasa digunakan untuk hotel bintang lima
berskala besar yang memiliki jumlah kamar hotel yang banyak sehingga investasi
besar yang dikeluarkan dapat ditutup dengan pendapatan minibar di kamar.
Dengan kata lain, dengan tarif kamar yang cukup tinggi, terlebih jumlah kamar
yang juga banyak (dengan asumsi occupancy rate yang cukup tinggi dan stabil)
dapat menekan biaya investasi sehingga dapat dicapai economic of scale dari
investasi sistem otomatis ini.
Dari definisi konsep diatas penulis melakukan analisa secara kualitatif
yang memaparkan perbandingan dari empat aternatif sistem minibar dari segi
investasi, pendapatan, dan biaya. Perbandingan ini akan memperlihatkan secara
jelas keunggulan dan kekurangan dari masing-masing ke empat alternatif.
Universitas Kristen Petra
50
a. Investasi
Dari segi investasi, AMBS adalah fasilitas yang paling membutuhkan dana
investasi dalam jumlah yang besar karena pengadaan sistem minibar terintegrasi
dan infra merah pada setiap produknya. Kemudian diikuti oleh MKK karena hotel
masih harus menyediakan kulkas pada setiap kamar.
Fasilitas MK dan MBDS tidak membutuhkan dana investasi yang besar. Untuk
fasilitas MK, hotel hanya membutuhkan tempat untuk memajang barang di tiap
kamar. Sedangkan MBDS yang dibutuhkan hanyalah menu barang MBDS yang
diletakkan di setiap kamar. Jika di rating, maka MBDS adalah fasilitas yang
paling tidak memerlukan dana investasi yang besar.
b. Pendapatan
Dari segi pendapatan yang diterima hotel, AMBS dan MKK akan
menyumbang kontribusi yang sama besar. Kedua fasilitas ini sama-sama
memajang barang di dalam kamar sehingga menimbulkan purchase intention yang
kuat bagi tamu hotel. Tamu yang sebelumnya tidak berniat membeli apa-apa
tetapi setelah melihat barang yang di display, muncullah ketertarikan untuk
mengkonsumsi barang tersebut. Begitu juga pada fasilitas MK. Tetapi varian
barang MK yang di display tidak sebanyak AMBS dan MKK.
Lain halnya dengan MBDS. Karena hanya memajang menu barang (bukan
barangnya) maka impulsive purchase intentions sistem MBDS tidak sebesar
sistem minibar lainnya. Tetapi kelebihan MBDS terletak pada varian barang yang
dijual, yaitu barang-barang minimarket sehingga tamu mendapatkan tawaran jenis
barang yang lebih banyak. Dengan berbagai macam barang dan kemudahan yang
ditawarkan, maka pendapatan yang didapat akan besar.
c. Biaya
Biaya yang memberikan proporsi utama yang muncul pada fasilitas
minibar pada umumnya adalah biaya gaji karyawan (salary), bahan baku atau cost
of goods sold (COGS), dan biaya kehilangan/kerusakan (loss&breakage)
(Frabotta, 2000, p.61). Seperti yang penulis sudah jelaskan pada sub bab 2.1.2.3.,
penghematan biaya gaji karyawan AMBS adalah sebesar 50 % - 65 % daripada
fasilitas minibar pada umumnya (MK). Untuk MKK karena menggunakan semi
automated system, maka dapat melakukan penghematan sebesar 30 % - 35 %.
Universitas Kristen Petra
51
Tetapi khusus MBDS, tidak memerlukan tambahan karyawan karena
menggunakan tenaga karyawan minimarket. Sehingga meskipun pada fasilitas
AMBS dan MKK dapat melakukan penghematan tenaga kerja tetapi MBDS justru
tidak memerlukan tenaga kerja khusus untuk menangani minibar.
Untuk biaya bahan baku (COGS) yang timbul, baik AMBS, MKK,
maupun MK akan relatif besar karena pada fasilitas ini hotel harus menyediakan
(stok) barang-barang di dalam tiap kamar. Sedangkan MBDS karena barang yang
dijual adalah barang-barang kantin, maka stok barang jauh lebih sedikit sehingga
COGS paling rendah.
Loss & breakage juga perlu dicermati pada fasilitas minibar. Seperti
yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, bahwa musuh utama pada
fasilitas minibar di dunia perhotelan adalah pencurian (theft) baik yang dilakukan
oleh tamu (sengaja atau tidak sengaja) maupun karyawan itu sendiri. Sistem
AMBS dapat menekan angka kerugian tersebut dengan sistem terintegrasinya
(infra merah pada tiap produknya). Tetapi untuk MKK dan MK angka tersebut
tetap tinggi.
Karena pada sistem AMBS, MKK, dan MK barang-barang diletakkan di dalam
tiap kamar, resiko barang yang kadaluarsa akan tinggi. Pengecekan akan sulit
dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama. Sehingga barang yang kadaluarsa
akan terbuang percuma. Hal ini selain dapat menimbulkan komplain dari tamu
jika tamu sampai mengkonsumsi barang yang kadaluarsa juga menyebabkan
kerugian bagi pihak hotel.
Kedua masalah tersebut dapat teratasi dengan lebih mudah dengan sistem MBDS.
Stok barang yang terpusat di gudang sehingga pengecekan lebih mudah dilakukan
dan keamanan yang lebih karena tanggung jawab terletak pada pengawas gudang.
Peletakan inventory yang terpusat dengan sistem FIFO dapat menekan kerugian
kerusakan barang akibat kadaluarsa karena barang yang dibeli pertama akan dijual
terlebih dahulu.
Berdasarkan analisa secara kualitatif diatas dan kenyataan bahwa sistem
minibar konvensional (MK) yang tidak berhasil dijalankan di hotel Jember Indah,
maka penulis menarik kesimpulan bahwa sistem minibar yang cocok untuk
diterapkan di hotel Jember Indah adalah sistem MBDS. Hal ini dikarenakan:
Universitas Kristen Petra
52
a. Hotel Jember Indah memiliki minimarket yang menjadi poin utama dalam
menjalankan MBDS.
b. Investasi MBDS yang sangatlah kecil jika dibandingkan dengan sistem yang
lainnya. Hotel Jember Indah hanya perlu menambahkan menu MBDS di
dalam kamar. Sistem AMBS akan cocok digunakan untuk hotel bintang lima
berskala besar yang memiliki jumlah kamar hotel yang banyak sehingga
investasi yang dikeluarkan akan diimbangi oleh pendapatan minibar itu
sendiri dan pendapatan kamar yang memiliki tarif tinggi dan occupancy rate
yang cukup tinggi dan stabil.
c. Pendapatan yang akan diperoleh mungkin tidak akan sebesar AMBS atau
MKK, tetapi prospek MBDS bagus. Hal ini dikarenakan kemudahan yang
ditawarkan MBDS (tamu tinggal menelpon untuk mendapatkan barang),
varian item yang banyak (mulai dari makanan ringan sampai kebutuhan
sehari-hari), dan kenyataan bahwa pemesanan ke kamar (room service) sangat
diminati tamu hotel Jember Indah.
d. Sistem MBDS menggunakan sumber daya manusia yang sudah ada, yaitu
waiter kantin, untuk mengantar pesanan sehingga tidak ada penambahan biaya
gaji karyawan.
e. Resiko barang kadaluarsa di dalam kamar tidak ada, karena pada sistem
MBDS pihak hotel tidak memerlukan stok di tiap kamar hotel (menjadi satu
dengan minimarket). Kadaluarsa barang minimarket dan MBDS bisa diatasi
dengan sistem penyimpanan FIFO, yaitu peletakan barang yang dibeli
dibelakang barang yang sudah ada di gudang. Jadi barang yang pertama dibeli
akan dijual terlebih dahulu sehingga tamu akan mendapat barang yang paling
baru.
f. Resiko barang hilang, yang bisa disebabkan karena tamu tidak mengakui telah
mengkonsumsinya, keteledoran petugas minibar mengisi kembali (restock)
barang di kamar, atau yang lebih parah lagi adalah petugas itu sendiri yang
mengkonsumsi barang minibar, bisa diminimalisir jika menggunakan MBDS.
Stok barang MBDS yang menjadi satu dengan minimarket diletakkan menjadi
satu di gudang utama sehingga proses pengecekan dan pengawasan barang
dapat dengan mudah dilakukan.
Universitas Kristen Petra
53
g. Karena tidak perlu stok barang di tiap kamar, biaya inventarisasi akan lebih
kecil daripada sistem minibar lainnya yang menuntut untuk memajang barang-
barang di dalam tiap kamar sehingga COGS sistem MBDS adalah yang paling
kecil.
Tabel 4.7. Rangkuman Perbedaan Fasilitas Minibar
Investasi Pendapatan
Operasional
Biaya
Operasional
Minibar otomatis (AMBS)
Paling besar. Sama seperti MKK ditambah investasi sistem komputerisasi minibar otomatis
Paling besar. Item minibar bervariatif dan impulsive purchase intention yang besar.
Relatif kecil. Penghematan biaya labor (minibar attendants) dan loss & breakage lebih sedikit dari MKK dan MK karena computerized, biaya COGS relatif sama besar dengan MKK dan MK.
Minibar konvensional (MK)
Relatif kecil. Berupa tempat memajang produk yang dijual
Relatif besar. Varian item minibar kurang variatif namun impulsive purchase intention besar karena item di display di dalam kamar.
Paling besar. Biaya labor (minibar attendants) , loss & breakage dan biaya COGS tinggi.
Minibar
konvensional
dengan
lemari
pendingin
(MKK)
Relatif besar. Berupa pemasangan lemari pendingin di tiap kamar
Relatif sama dengan AMBS. item minibar bervariatif (daripada MK); impulsive purchase intention besar.
Relatif besar. Penghematan biaya labor (minibar attendants) dan biaya loss & breakage lebih sedikit daripada MK. biaya COGS relatif sama besar dengan AMBS dan MK.
Minibar
Delivery
Service
(MBDS)
Paling kecil. Hanya membutuhkan pembuatan daftar barang
Relatif sama besar dengan MK. Impulsive purchase intention lebih kecil daripada minibar lainnya; varian item relatif lebih banyak dari MKK, MK, dan AMBS karena menggunakan item langsung minimarket.
Paling kecil. Tidak ada penambahan biaya labor (minibar attendants) karena menggunakan jasa waiter kantin; biaya COGS dan loss & breakage paling rendah dibandingkan AMBS, MKK, dan MK
Sumber: Hasil olahan penulis
Universitas Kristen Petra
54
4.3.2. Analisa Perbandingan Laporan Laba Rugi
Penulis mengadakan uji coba pelaksanaan MBDS di hotel Jember Indah
pada bulan Januari 2006 sampai Maret 2006. Setelah itu penulis mencoba
melakukan analisa laba MBDS untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
laba/rugi MBDS terhadap laba/rugi kantin dan hotel secara keseluruhan. Penulis
juga membandingkan hal yang sama terhadap kontribusi laba minibar pada tahun
Januari 2001 sampai Maret 2001. Dari kedua hasil perbandingan tersebut, penulis
menganalisa kembali untuk mengetahui fasilitas mana yang lebih baik jika
ditinjau dari segi kontribusi laba.
a. Perbandingan terhadap laba/rugi kantin
Pelaksanaan fasilitas minibar konvensional di hotel Jember Indah mulai
dilakukan pada tahun 1998. Tujuan diadakannya fasilitas ini selain untuk
meningkatkan pelayanan di hotel Jember Indah tetapi juga untuk mendapatkan
keuntungan. Tetapi pada kenyataannya dari tahun ke tahun minibar konvensional
justru mengalami kerugian (lampiran 5). Oleh karena itu pihak manajemen hotel
Jember Indah memutuskan untuk meniadakan fasilitas ini pada tahun 2002.
Mulai Januri 2006 – Maret 2006 penulis mengadakan kembali fasilitas
minibar dengan sistem yang baru yaitu sistem delivery service yang dinamakan
Minibar Delivery Service. Setelah pelaksanaan MBDS selama tiga bulan diketahui
bahwa MBDS mendatangkan keuntungan (lampiran 6).
Untuk mengetahui lebih jelas apakah laba yang didapat MBDS
memberikan kontribusi laba yang cukup berpengaruh terhadap kantin maupun
hotel, maka penulis membandingkan laporan keuangan dan persentase kontribusi
laba MBDS terhadap laba kantin dan laba keseluruhan hotel sebelum (waktu
pelaksanaan minibar konvensional pada Januari 2001 – Maret 2001), dan sesudah
dilaksanakan MBDS.
Universitas Kristen Petra
55
Tabel 4.8. Ringkasan Persentase Kontribusi Laba Rugi Minibar dan MBDS
Terhadap Laba Keseluruhan Hotel
Hotel (2001) Minibar (2001) Hotel (2006) MBDS (2006)
Januari
90,631,368.00 -106,012.50 -0.13% 118,775,526.00 772,878.85 0.65%
Februari 86,870,297.00 -148,540.50 -0.17% 113,953,644.00 810,883.00 0.71%
Maret 85,783,931.00 -236,664.25 -0.28% 114,926,205.00 892,006.00 0.78%
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 5 dan 6)
Tabel 4.9. Ringkasan Persentase Kontribusi Laba Rugi Minibar dan MBDS
Terhadap Laba Kantin
Kantin (2001) Minibar (2001) Kantin (2006) MBDS (2006)
Januari 3,609,487.00 -106,012.50 -3.21% 5,298,606.00 772,878.85 14.55%
Februari 2,038,926.00 -148,540.50 -7.29% 5,578,340.00 810,883.00 14.54%
Maret 3,688,729.00 -236,664.25 -6.42% 5,873,253.00 892,006.00 15.19%
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 5 dan 6)
Pada tabel 4.8. dan tabel 4.9. dapat dilihat bahwa persentase kontribusi
laba pada waktu minibar konvensional dilaksanakan menunjukkan angka minus
yang berarti biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada pendapatan yang
diterima. Hal itu menandakan bahwa minibar konvensional memberikan kerugian
sebesar 0.13 % terhadap laba keseluruhan hotel dan 3.21 % terhadap laba kantin
pada bulan Januari 2001. Kerugian ini diakibatkan karena:
a. Kurangnya staf untuk melakukan pengecekan dari konsumsi minibar karena
pada saat itu hotel Jember Indah tidak mempunyai minibar attendants yang
khusus menangani minibar (menggunakan sumber daya manusia yang sudah
ada yaitu room boy).
b. Besarnya biaya loss & breakage yang terjadi karena profil konsumen yang
kurang jujur mengakibatkan tamu-tamu hotel ini menolak membayar tagihan
minibar pada waktu checkout, kurangnya kontrol dari pihak manajemen
sehingga kadangkala beberapa staff mengambil produk minibar di dalam
kamar untuk dikonsumsi sendiri.
Universitas Kristen Petra
56
c. Seringkali tamu-tamu hotel mengganti produk minibar yang telah
dikonsumsinya dengan produk yang sama yang dibawa dari luar hotel.
Sedangkan MBDS justru memberikan keuntungan sebesar 0.65% terhadap laba
keseluruhan hotel dan 14.55% terhadap laba kantin pada bulan yang sama. Begitu
pula pada bulan Februari dan Maret. Biaya loss & breakage tetap ada tetapi tidak
sebesar pada waktu pelaksanaan minibar konvensional yang disebabkan karena
penggantian menu di dalam kamar (rusak atau hilang).
Berdasarkan analisa penulis pelaksanaan MBDS memberikan kontribusi
laba yang cukup berpengaruh terhadap laba hotel Jember Indah jika dibandingkan
dengan kontribusi laba/rugi sebelum dilaksanakan MBDS.
4.3.3. Analisa Customer Value
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang berasal dari penyebaran
kuesioner kepada responden yang telah memakai fasilitas MBDS selama bulan
Maret 2006.
Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dari
responden berkenaan dengan pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner. Penulis membagikan kuesioner berjumlah 54 kuesioner. Karena ada
beberapa kuesioner yang jawabannya tidak valid dan tidak layak diolah maka
penulis mendapatkan 50 kuesioner yang layak diolah.
4.3.3.1. Analisa Distribusi Frekuensi
Analisa distribusi frekuensi digunakan untuk mengetahui seberapa
banyak responden menyatakan suatu jawaban dari pilihan jawaban yang ada
terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan. Dengan menggunakan metode ini
penulis dapat mengetahui apakah varian jawaban responden terdapat perbedaan
yang besar karena perbedaan tersebut berpengaruh terhadap keputusan manajerial.
Berikut merupakan data yang berkaitan dengan responden yang
menggunakan fasilitas MBDS (tabel 4.10.). Tujuan utama responden memilih
hotel Jember Indah adalah untuk berbisnis yaitu sebanyak 34 responden atau 68%.
Universitas Kristen Petra
57
Kemudian untuk shortime menempati posisi kedua sebagai prioritas. Dan untuk
berlibur menempati posisi ketiga dengan persentase 6% (lampiran 11).
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Tujuan Tamu Menginap
Tujuan Frekuensi %
Bisnis 34 68.00%
Shortime 11 22.00%
Berlibur 3 6.00%
Lainnya 2 4.00%
50 100.00%
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 11)
Hasil penyebaran data kuesioner mengenai customer value tamu hotel
Jember Indah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11. Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Customer Value
Nilai Ekonomis Nilai Fungsional Nilai Emosional Pernyataan % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi
Sangat Tidak Setuju 0.67% 1 0.00% 0 0.00% 0
Tidak Setuju 3.33% 5 1.20% 3 1.50% 3
Netral 4.00% 6 5.60% 14 4.50% 9
Setuju 75.33% 113 82.80% 207 87.00% 174
Sangat Setuju 16.67% 25 10.40% 26 7.00% 14
100% 150 100.00% 250 100.00% 200
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 11)
Penulis mengelompokkan data kuesioner menjadi tiga bagian, yaitu
kelompok tidak setuju, kelompok netral, dan kelompok setuju atas pernyataan
yang telah dijawab oleh responden. Yang termasuk kelompok tidak setuju adalah
data dari responden yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Yang
termasuk kelompok netral adalah data dari responden yang menyatakan netral.
Sedangkan yang termasuk kelompok setuju atas pernyataan di dalam kuesioner
adalah data dari responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju. Berikut
tabel pengelompokan data kuesioner.
Universitas Kristen Petra
58
Tabel 4.12. Pengelompokan Distribusi Frekuensi Data Kuesioner
Nilai Ekonomis Nilai Fungsional Nilai Emosional Kelompok % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi Tidak Setuju 4.00% 6 1.20% 3 1.50% 3
Netral 4.00% 6 5.60% 14 4.50% 9
Setuju 92.00% 138 93.20% 233 94.00% 188
100.00% 150 100.00% 250 100.00% 200
Sumber: Hasil olahan penulis (lampiran 11)
Secara nilai ekonomis, 92% dari total 150 pernyataan nilai ekonomis
disetujui oleh responden, 4% tidak disetujui dan 4% netral. Hal ini menandakan
sebagian besar dari responden menyetujui bahwa MBDS memberikan nilai
ekonomis.
Dari 250 pernyataan mengenai nilai fungsional, 1.2% tidak setuju bahwa
MBDS memberikan nilai fungsional, 5.6% netral, dan 93.2% menyetujuinya.
Berdasarkan hasil analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa MBDS
memberikan nilai fungsional bagi responden.
Dilihat dari nilai emosional, 94% pernyataan disetujui responden bahwa
MBDS memberikan nilai secara emosional. Hanya sebagian kecil saja yaitu 1.5%
yang tidak setuju bahwa MBDS memberikan nilai secara emosional.
Kemudian penulis mengamati masing-masing distribusi frekuensi dari
ketiga nilai, pada tabel 4.12. diketahui bahwa tidak ada perbedaan persentase yang
besar antar masing-masing nilai. Bagi responden nilai ekonomis, nilai fungsional
dan nilai emosional dari MBDS mempunyai peran yang sama dalam membentuk
nilai MBDS.
Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masing-masing nilai
MBDS yaitu:
1. Nilai ekonomis dengan 92% pernyataan-pernyataan yang disetujui:
1) Harga yang ditawarkan MBDS terjangkau oleh tamu hotel
2) Harga yang ditawarkan MBDS masuk akal
3) Kemudahan yang didapatkan dari fasilitas MBDS sesuai dengan harga
yang tamu bayarkan
Universitas Kristen Petra
59
2. Nilai fungsional dengan 93.20% pernyataan-pernyataan yang disetujui:
1) Kecepatan pengiriman pesanan MBDS sesuai dengan waktu yang telah
dijanjikan
2) Barang MBDS yang dikirimkan sesuai dengan pesanan tamu hotel
3) Karyawan kantin sopan & ramah dalam menerima pesanan tamu hotel
melalui telepon
4) Karyawan kantin sopan & ramah ketika mengantar dan memberikan
pesanan kepada tamu hotel
5) Karyawan kantin memiliki pengetahuan yang cukup sehingga dapat
menjawab setiap pertanyaan tamu hotel dalam hal pesanan barang MBDS
3. Nilai emosional dengan 94% pernyataan-pernyataan yang disetujui:
1) Fasilitas MBDS adalah layanan yang akan tamu hotel gunakan lagi saat
menginap
2) Fasilitas MBDS memberikan kemudahan bagi tamu hotel
3) Fasilitas MBDS adalah fasilitas yang tamu hotel sukai
4) Fasilitas MBDS memberikan kepuasan bagi tamu hotel
Nilai-nilai tersebut memberikan added value bagi tamu hotel Jember Indah dan
memiliki peranan yang sama dalam membentuk nilai MBDS.
4.3.4. Analisa Matrik
Pada tahap akhir penelitian, penulis menguji layak tidaknya melanjutkan
MBDS sebagai layanan permanen yang menguntungkan sekaligus menambah
nilai bagi konsumen dengan cara analisa matrik (gambar 4.6.).
Matrik dibagi menjadi empat kuadran yaitu:
a. Kuadran 1: MBDS memberikan kontribusi laba (profit (+)) bagi hotel tetapi
tidak memberikan added value (customer value (-)) bagi tamu hotel Jember
Indah. Hal ini berarti MBDS layak dilanjutkan tetapi perlu diadakan analisa
lebih lanjut mengapa MBDS tidak memberikan added value sehingga
manajemen hotel dapat melakukan perbaikan-perbaikan yang tepat.
Universitas Kristen Petra
60
Kuadran 3 MBDS tidak layak untuk dilanjutkan
(-) CUSTOMER VALUE (+)
(+) P Kuadran 1 Kuadran 2 R O
Melanjutkan MBDS dan analisa lanjutan
MBDS layak untuk dilanjutkan F
I T (-)
Kuadran 4 Perlu diadakan analisa lebih lanjut
Gambar 4.6. Analisa Matrik Minibar Delivery Service
b. Kuadran 2: MBDS memberikan kontribusi laba (profit (+)) bagi hotel dan
memberikan added value (customer value (+)) bagi tamu hotel Jember Indah.
Hal ini berarti MBDS layak dijadikan sebagai layanan permanen yang
menguntungkan sekaligus menambah nilai bagi konsumen
c. Kuadran 3: MBDS tidak memberikan kontribusi laba (profit (-)) dan tidak
memberikan added value (customer value (-)) bagi tamu hotel Jember Indah.
Hal ini berarti MBDS tidak layak untuk dilanjutkan sebagai layanan permanen
karena tidak menguntungkan dari segi finansial bagi hotel dan tidak
memberikan nilai bagi tamu hotel Jember Indah.
d. Kuadran 4: MBDS tidak memberikan kontribusi laba (profit (-)) tetapi
memberikan added value (customer value (+)) bagi tamu hotel Jember Indah.
Hal ini berarti untuk melanjutkan MBDS sebagai layanan permanen di hotel
Jember Indah perlu diadakan analisa lebih lanjut apakah kerugian yang
diakibatkan MBDS dapat di cover oleh laba dari sektor lain juga strategi apa
yang harus dipikirkan pihak manajemen hotel Jember Indah untuk
mengatasinya. Dan apakah kerugian yang diakibatkan MBDS jika dijalankan
sebagai layanan permanen seimbang dengan perceived value yang didapat
tamu hotel. Tentu saja keputusan akhir tetap berada di pihak hotel Jember
Indah untuk meneruskan layanan MBDS atau tidak.
Universitas Kristen Petra
61
Setelah menganalisa laporan laba/rugi MBDS dan hasil kuesioner
mengenai customer value MBDS diketahui bahwa MBDS memberikan kontribusi
laba dan juga memberikan added value bagi tamu hotel Jember Indah (terletak
pada kuadran 2). Karena MBDS terletak pada kuadran 2 maka MBDS layak
dilanjutkan sebagai layanan permanen di hotel Jember Indah.
Untuk penetapan keputusan apakah MBDS akan tetap dilanjutkan
sebagai layanan permanen atau tidak, penulis melaporkan hasil analisa matriks
tersebut kepada pimpinan hotel Jember Indah dan melakukan wawancara dengan
pimpinan hotel untuk mengevaluasi penerapan MBDS selama 3 bulan di hotel
Jember Indah. Dari hasil wawancara penulis pada tanggal 3 April 2006 (lampiran
4), pihak pimpinan memberikan suatu keputusan manajerial yaitu bahwa hotel
Jember Indah akan tetap melanjutkan MBDS sebagai layanan permanen.
Universitas Kristen Petra