BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran … · 2013. 4. 25. · BAB IV . HASIL...

39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Di lihat geografisnya SD ini terletak daerah kota kabupaten Jepara, Jarak tempuh ke SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dari pusat kota kurang lebih 5 km. SD Negeri 05 Mulyoharjo terletak masih di dearah Kabupaten Jepara. Suasana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara bising karena desa penduduk desa paving mayoritas sebagai pengrajin sentral ukir, di sekeliling SD Negeri 05 Mulyoharjo terdapat rumah warga kampung yang banyak menggunakan mesin pemotong kayu, di sebelah utara dan timur terdapat persawahan dan perkebunan milik warga di sekitar, sedangkan dibagian depan sekolah terdapat Taman Kanak-Kanak (TK). 4.2 Kondisi Peserta Didik Jumlah murid SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 170 siswa. Dengan keadaan bakat ,kemampuan, katrampilan, yang berbeda-beda, mayoritas siswa dari SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara beragama Islam sedangkan jumlah tenaga pendidik di SD ini terdiri dari 1 Kepala sekolah, 6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti, 1 guru agama Islam, 1 bahasa Inggris, 3 kariyawan dan 1 penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 26 siswa. 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agar supaya program pendidikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan harus didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Sarana yang ikut mendukung di dalam kegiatan proses belajar mengajar di SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara diantaranya sebagai berikut: 57

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran … · 2013. 4. 25. · BAB IV . HASIL...

  • 57

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Sekolah Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten

    Jepara. Di lihat geografisnya SD ini terletak daerah kota kabupaten Jepara, Jarak

    tempuh ke SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara dari pusat kota kurang lebih 5 km.

    SD Negeri 05 Mulyoharjo terletak masih di dearah Kabupaten Jepara. Suasana SD

    Negeri 05 Mulyoharjo Jepara bising karena desa penduduk desa paving

    mayoritas sebagai pengrajin sentral ukir, di sekeliling SD Negeri 05 Mulyoharjo

    terdapat rumah warga kampung yang banyak menggunakan mesin pemotong

    kayu, di sebelah utara dan timur terdapat persawahan dan perkebunan milik warga

    di sekitar, sedangkan dibagian depan sekolah terdapat Taman Kanak-Kanak (TK).

    4.2 Kondisi Peserta Didik

    Jumlah murid SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten

    Jepara mulai dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak 170 siswa. Dengan

    keadaan bakat ,kemampuan, katrampilan, yang berbeda-beda, mayoritas siswa

    dari SD Negeri 05 Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara beragama

    Islam sedangkan jumlah tenaga pendidik di SD ini terdiri dari 1 Kepala sekolah,

    6 guru kelas dan 1 guru olahraga, 4 wiyata bakti, 1 guru agama Islam, 1 bahasa

    Inggris, 3 kariyawan dan 1 penjaga sekolah. Penelitian ini dilakukan di Sekolah

    Dasar Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dengan

    subyek penelitian siswa kelas V sebanyak 26 siswa.

    4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

    Agar supaya program pendidikan dapat mencapai tujuan yang diharapkan

    harus didukung oleh sarana-sarana yang memadai. Sarana yang ikut mendukung

    di dalam kegiatan proses belajar mengajar di SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    diantaranya sebagai berikut:

    57

  • 58

    Tabel 4.1

    Sarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    No Nama Barang Jumlah Kondisi Asal Barang

    1 Alat-alat tulis 345 Baik Subsidi

    2 Buku Panduan Pelajrn 1879 Baik Subsidi

    3 Kursi ± 150 Baik Subsidi

    4 Meja ± 150 Baik Subsidi

    5 Papan Tulis 8 Baik Subsidi

    6 Peralatan Olahraga 20 Baik Subsidi

    7 Komputer 2 Baik Swadaya dan subsidi

    8 Alat Peraga ± 30 Baik Subsidi

    Adapun prasarana yang ada di SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara antara

    lain sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    Prasarana SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    No Nama Barang Jumlah Kondisi

    1 Kepala Sekolah dan Guru 1 Baik

    2 Ruang kelas 7 Baik

    3 Ruang UKS 1 Baik

    4 Ruang Perpustakaan 1 Baik

    5 WC 4 Baik

    7 Lapangan 1 Baik

    8 Ruang Tamu 1 Baik

    4.4 Keadaan Tenaga Pendidik

    SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara mempunyai guru dan staf pengajar

    sebanyak 13 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 orang guru PNS dan 4 orang

    guru wiyata Bhakti, 3 kariawan.

  • 59

    4.5 Hasil Penelitian

    4.5.1 Deskripsi Pembelajaran Make A Match

    Deskripsi pembelajaran Make A Match dapat dilihat dari hasil observasi.

    Observasi ini dilakukan pada saat guru menerapkan pembelajaran di dalam kelas

    dengan menggunakan metode Make A Match. Lembar observasi yang digunakan

    tersebut didasarkan oleh lembar observasi yang telah dibuat dan disesuaikan

    dengan tujuan yang ingin dicapai.

    Keterangan:

    Dari hasil observasi pembelajaran Make A Match yang dilakukan oleh

    observer, didapatkan hasil bahwa pembalajaran dengan menggunakan metode

    Make A Match belum dilakukan oleh guru kelas VI SD Negeri 05 Mulyoharjo

    Jepara, karena pada kondisi awal guru memang belum pernah menggunakan

    metode Make A Match. Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan adanya

    penlingkatan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara.

    4.5.2 Deskripsi Kondisi Awal Keaktifan

    Kondisi awal keatifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian

    tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di

    kelas V SD Negeri Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun

    pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa pada pembelajaran Matematika,

    terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari hasil

    observasi peneliti pada saat guru sedang mengajar, siswa tidak mendengarkan

    guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol sendiri dengan teman, tidak

    menjawab pertanyaan dari guru, siswa tidak pernah bertanya, dll.

    Untuk menentukan kategori keaktifan siswa peneliti menggunakan metode

    observasi. Pengamatan dilakukan guru lain. Pengamatan dilakukan saat proses

    belajar mengajar berlangsung dengan mengisi lembar observasi pengamatan

    keaktifan. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

  • 60

    Tabel 4.3

    Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal

    No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

    Aktif

    Persentase

    Keaktifan

    1. Semangar mengikuti

    pembelajaran 14 53,84 %

    2. Aktif bertanya 14 53,84 %

    3. Aktif menjawab 18 69,23 %

    4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 %

    5. Aktif dalam melakukan

    permainan 14 53,84 %

    6. Mengemukakan ide 15 57,69 %

    7. Menyimpulkan hasil kegiatan 10 38,46 %

    Rata-Rata Keaktifan 55,49 %

    Dari data tabel 4.3 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A

    Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 55,49 % pada kondisi

    awal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara klasikal

    ternyata siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran, berdasarkan standar

    minimal keaktifan belajar siswa yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 %. Hal ini

    membuktikan bahwa siswa kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara masih

    banyak yang belum aktif.

    Persentase terendah adalah pada indikator menyimpulkan hasil kegiatan

    dengan persentase 38,46 % dari jumlah siswa 26 yang melakukan hanya 10 siswa

    saja. Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator aktif menjawab dengan

    indikator 69,23 % dari 26 siswa yang melakukan 18 siswa.

    4.5.3 Deskripsi Kondisi Awal Hasil Belajar

    Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum Penelitian Tindakan

    Kelas (PTK) dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas

    V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun

    pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa berjumlah 26 pada pembelajaran

  • 61

    Matematika, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Data hasil belajar

    kondisi awal yang didapat dari ulangan harian yang dilakukan guru kelas. Hal ini

    bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran

    Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai

    di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Dari data. Hasil belajar

    yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan memang banyak siswa yang masih

    belum tuntas atau dibawah Kriteria ketuntasa Minimal (KKM).

    Dengan demikian dari data yang diperoleh hasil belajar siswa sebelum

    dilakukan tindakan penelitian, yaitu dari nilai sekunder siswa dapat dilihat pada

    table 4.4 berikut ini:

    Tabel 4.4

    Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

    No. Nilai Kondisi Awal

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 50 6 23,1 Belum tuntas

    2. ≥ 50-54 4 15,4 Belum tuntas

    3. 55-59 3 11,5 Belum Tuntas

    4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas

    5. 65-69 4 15,4 Tuntas

    6. 70-74 5 19,2 Tuntas

    7. 75-79 1 3,8 Tuntas

    8. 80-84 - 0 Tuntas

    9. 85-89 - 0 Tuntas

    10. 90-94 1 3,8 Tuntas

    11. 95-100 - 0 Tuntas

    Jumlah 26 100

    Rata-rata 57,5

    Nilai tertinggi 90

    Nilai terendah 37

    Standar Deviasi 12.69

  • 62

    Berdasarkan tabel 4.4 terlihat jelas perbandingannya siswa yang mencapai

    ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 11 siswa atau 42,3%, sedangkan

    siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 15 siswa atau 57,7, yang

    dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai

  • 63

    Tabel 4.5

    Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

    Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

    bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=65) sebanyak 15 siswa atau 57,7%, sedangkan yang sudah mencapai

    ketuntasan minimal sebanyak 11 siswa dengan persentase 42,2%.

    Berdasarkan pengamatan sebelum diadakanya penelitian, rendahnya hasil

    belajar siswa dipengaruhi oleh sifat mudah bosen siswa selama mengikuti

    kegiatan pembelajar di kelas dan cara mengajar guru yang masih terpaku di dalam

    kelas terus dan monoton, dimana metode ceramah masih mendominasi proses

    kegiatan pembelajaran dan juga model pembelajaran yang kurang cocok untuk

    mata pelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang

    berakibat hasil belajar siswa menjadi rendah dan keaktifan siswa pun kurang

    dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam ilmu

    pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.

    Diperoleh data hasil belajar siswa yang masih rendah dari siswa, penulis

    melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan

    penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian ini

    menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Make- A Match guna

    No. Nilai Kondisi Awal

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 65 15 57,7 % Belum Tuntas

    2. ≥ 65 11 42,3 % Tuntas

    Jumlah 26 100 %

    Rata-rata 57,5

    Nilai tertinggi 90

    Nilai terendah 37

    STDEV 12.69

  • 64

    meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua

    siklus. Dengan menggunakan metode kooperatif teknik Make- A Match.

    4.5.4 Siklus I

    a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

    Sebelum benar-benar melaksanakan tindakan perbaikan

    guruyabg akan mengajar, peneliti dan observer melakukan persiapan

    terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    a) Guru, peneliti dan observer bersama-sama memeriksa kembali RPP

    yang telah disusun. Sambil dibaca ulang, guru, peneliti dan

    observer mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.

    b) Menyiapakan semua alat peraga dan sarana lain yang akan

    digunakan apakah sudah benar-benar tersedia.

    c) Memeriksa kembali urutan yang sudah rencanakan, dengan kata

    lain guru memeriksa skenario pembelajaran yang akan

    diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan

    kegiatan akhir.

    d) Guru memikirkan hal-hal yang mungkin mengganggu

    pembelajaran, seperti keributan ketika peragaan berlangsung,

    pembagian kartu yang tidak sesuian dengan keinginan anak,

    pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang

    tidak tertarik pada pembelajaran yang berlangsusng. Kemudian

    guru mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika

    hal tersebut benar-benar terjadi.

    e) Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data,

    seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan teman

    sejawat yang akan membantu, dan guru yang akan mengajar.

    f) Meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan menbantu dan guru

    yang akan mengajar sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan

    dumulai.

  • 65

    g) Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan

    fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan.

    b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

    Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

    guru, peneliti dan observer sepakat untuk melaksanakan kegiatan

    perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran.

    PERTEMUAN KE_1

    a) Kegitan Awal

    Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa

    kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan salam, berdoa,

    mengabsen, mengatur tempat duduk siswa, mengecek persiapan

    siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan

    menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi yang

    dilakukan adalah mengingat kembali tentang pengurangan pecahan

    serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

    b) Kegiatan Inti

    Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang

    dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian tahu kartu

    apa yang sekarang ibu bawa?”, kemudian siswa menjawab. Setelah

    guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru,

    kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan

    diajarkan yaitu pengurangan pecahan dari bilangan asli dan

    bilangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama. Guru

    melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.

    Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang pengurangan

    pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan berpenyebut

    sama dan tidak sama dan memberikan contoh di papan tulis.

    Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk

    maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru di depan

    papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut:

  • 66

    Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju ke

    depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru bertanya

    lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke depan

    menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut belum dapat

    menyelesaikannya, kemudian guru membantu siswa dalam

    menyelasaikan soal dengan bertanya jawab dengan siswa yang

    lain. Untuk mengukur keaktifan siswa dan kemampuan siswa

    terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan permainan yang

    akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A

    Match. Karena permainan Make A Match belum pernah dilakukan

    sebelumnya di kelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci

    tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian

    membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap

    siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal).

    Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

    atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa.

    Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau

    jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung,

    guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang

    dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu

    yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari

    guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu

    jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal

    atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali

    apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan

    menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba

    mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak

    terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang

  • 67

    suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti

    dan observer melalui lembar observasi.

    Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

    kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

    materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

    siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

    Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

    yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

    kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

    paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

    mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

    mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

    papan tulis.

    c) Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

    pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

    yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

    pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

    lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

    yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

    dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

    siswa.

    PERTEMUAN KE_2

    a. Kegitan Awal

    Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan ke 2 pa das

    iklus I, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

    berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan

    mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis,

    apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa

    “Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian

  • 68

    guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi

    mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan

    sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

    dicapai

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan

    katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa

    “kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan?”,

    kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab

    seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru

    menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan pada

    pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam

    setiap pembelajaran.

    Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang

    pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di

    papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

    siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

    di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

    berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu

    siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian

    guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari

    Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu,

    dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya,

    kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan

    bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan

    siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian

    guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan

    hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A

    Match belum pernah dilakukan sebelumnya dikelas ini maka guru

    harus menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make

  • 69

    A Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu

    jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa

    kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat

    kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

    dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari

    pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh.

    Saat proses pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa

    dalam melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu

    jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit)

    mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat

    diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal

    dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban

    yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang

    siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode

    tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau

    soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru

    mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas

    siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar

    observasi.

    Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

    kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

    materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

    siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

    Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

    yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

    kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

    paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

    mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

    mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

    papan tulis.

  • 70

    c. Kegiatan Akhir

    Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

    pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

    Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa

    untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.

    Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan

    terakhir pada siklus I maka guru menyebarkan try out atau tes

    sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan metode Make A

    Match. Hasil dari try out ini lah yang akan di olah datanya untuk

    kenaikan hasil belajar siswa.

    c. Tahap Observasi (Observasion)

    Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang

    sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan

    menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

    akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan

    perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah

    kegiatan ini selesai kami melakukan diskusi balikan untuk mambahas

    kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung

    yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk

    pembelajaran berikutnya.

    Paparan Pembelajaran Make A Match Keaktifan dan Hasil Belajar

    Hasil observasi atau pengamatan pembelajaran Make A Match guru telkah

    menggunakan metode Make A Match dan meningkatkan keaktifan pada

    pembelajaan siklus I yang diperoleh selama proses pembelajaran metematika

    sebagai berikut:

  • 71

    Tabel 4.6

    Pelaksanaan Pembelajaran Make A Match

    No

    . Aspek Yang Diamati 1 2

    1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √ 2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan

    menulis √ √

    3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √ 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ 5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √ 6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √ 7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √ 8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran make a match √ √ 9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √ 10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang disampaikan √ √ 11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √ 12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa, tiap peserata didik

    mendapatkan satu kartu √ √

    13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari pasangan kartu yang

    telah mereka dapatkan √ √

    14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match (mencari pasangan) √ √ 15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas

    waktu - -

    16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A Match untuk babak

    ke dua √ √

    17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari masing-masing kartu

    soal yang telah didapat oleh masing-masing siswa √ √

    18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami siswa √ √ 19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari √ √ 20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √ 21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan

    penguatan dan mengulangi kesimpulan yang sudah dibuat √ √

    22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √

    Terlihat dari tabel 4.6 guru sudah menggunakan metode Make A Match

    pada siklus I, tetapi guru belum melaksanakan aspek nomor 15 yaitu guru

    memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas

  • 72

    waktu. Guru belum melakukan aspek tersebut karena guru belum bisa

    mengendalikan kelas yang ramai sehingga guru lupa melakukan aspek tersebut.

    Kondisi awal keatifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan

    berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa

    masih rendah. Setelah dilakun dilakukan tindakan siklus I keaktifan siswa

    bertambah atau naik. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

    Tabel 4.7

    Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I

    No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

    Aktif

    Persentase

    Keaktifan

    1. Semangat mengikuti pembelajaran 19 73,07 %

    2. Aktif bertanya 18 69,23 %

    3. Aktif menjawab 19 73,07 %

    4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 %

    5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 %

    6. Mengemukakan ide 19 73,07 %

    7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 %

    Rata-Rata Keaktifan 73,07 %

    Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 19 siswa

    dengan persentase 69,23 % dari kondisi awal hanya 14 siswa (53,84 %),

    indikator aktif bertanya meningkat menjadi 18 siswa dengan persentase 69,23 %

    dari kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator aktif menjawab naik menjadi 19

    siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 18 siswa (69,23 %), pada

    indikator kerjasama antar siswa 20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi

    awal 16 siswa (61,53 %), indikator aktif dalam melakukan permainan 18 siswa

    dengan persentase 69,23 % pada kondisi awal 14 siswa (53,84 %), indikator

    mengemekakan ide 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada kondisi awal 15

    siswa (57,69 %), dan indikator yang terakhir adalah menyimpulkan hasil kegiatan

    20 siswa dengan persentase 76,92 % pada kondisi awal 10 siswa (38,46 %).

    Sedangkan persentase tertinggi adalah indikator kerjasama antar siswa dan

    menyimpulkan hasil kegiatan yaitu 20 siswa dengan indikator 76,92 %. Dari tabel

    di tas bahwa dengan menerapkan metode Make A Match diperoleh rata-rata

    keaktifan belajar siswa adalah 73,07 % pada timdakan setelah siklus I secara

  • 73

    klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa dari rata-rata

    keaktifan kondisi awal 55,49 %. Hasil rekap pengamatan observasi keaktifan

    kondisi awal dengan siklus I dapat dibandingkan sebagai tabel 4.8 berikut:

    Tabel 4.8

    Perbandingan Pengamatan Keaktifan Siswa Kondisi Awal dan Siklus I

    No Indikator

    Kondisi Awal Siklus I

    Frekue

    nsi Persentase

    Frekue

    nsi

    Persenta

    se

    1. Semangar mengikuti

    pembelajaran

    14 53,84 % 19 73,07 %

    2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23 %

    3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07 %

    4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92 %

    5. Aktif dalam melakukan

    permainan

    14 53,84 % 18 69,23 %

    6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07 %

    7. Menyimpulkan hasil

    kegiatan

    10 38,46 % 20 76,92 %

    Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 %

    Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar pada siklus I yang diperoleh

    selama proses pembelajaran metematika kelas V SD negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.9

    Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Siklus I

    No. Nilai Setelah Siklus I

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 50 1 3,8 Belum tuntas

    2. ≥ 50-54 2 7,7 Belum tuntas

    3. 55-59 - 0 Belum Tuntas

    4. 60-64 7 26,9 Belum Tuntas

    5. 65-69 - 0 Tuntas

    6. 70-74 10 38,5 Tuntas

    7. 75-79 - 0 Tuntas

    8. 80-84 4 15,4 Tuntas

    9. 85-89 - 0 Tuntas

    10. 90-94 2 7,7 Tuntas

    11. 95-100 - 0 Tuntas

    Jumlah 26 100

    Rata-rata 66,2

    Nilai tertinggi 90

    Nilai terendah 53

  • 74

    Berdasarkan tabel 4.9 terlihat jelas perbandingan siswa setelah kondisi

    awal dan setelah siklus I yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah

    sebanyak 16 siswa atau 61,5% dari kondisi awal hanya 11 siswa atau 42,3%,

    sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa atau

    38,5% dari kondisi awal 15 siswa atau 57,7%, yang dapat diuraikan, hanya ada 1

    siswa yang mendapat nilai

  • 75

    Tabel 4.10

    Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus I

    Dari data tabel 4.10 di atas menunjukkan adanya peningktan hasil belajar

    siswa. Pada studi awal siswa yang tuntas hasil belajar hanya 11 siswa (42,3%).

    Yang belum tuntas belajar mencapai 15 siswa (57,7%) dari 26 siswa, dengan nilai

    rata-rata 57,5. Sedangkan pada siklus I peningkatan hasil belajar meningkat

    mencapai 16 siswa (61,5%) dari 26 siswa, nilai rata-rata dari studi awal 57,5 naik

    menjadi 66,2. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa,

    meskipun peningkatan hasil belajar siswa belum sesuai dengan kriteria yang

    diinginkan yaitu 70% dari 26 siswa.

    Persentase letuntasan hasil belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

    bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% dari kondisi awal 15 siswa 57,7%,

    sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau

    61,5% dari kondisi awal 11 siswa atau 42,3%. Setelah tindakan siklus I nampak

    terjadi sedikit kenaikan hasil belajar siswa.

    Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus I,

    terjadi kenaikan hasil belajar siswa, hal tersebut terjadi karena siswa merasa

    senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak mudah bosen saat mengikuti

    kegiatan pembelajar di kelas, karena medel pembelajaran yang digunakan oleh

    guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga

    No. Nilai Setelah Siklus I

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 65 10 38,5 % Belum Tuntas

    2. ≥ 65 16 61,5 % Tuntas

    Jumlah 26 100 %

    Rata-rata 66,2

    Nilai tertinggi 90

    Nilai terendah 50

  • 76

    pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar siswa mengalami

    kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti proses pembelajaran.

    Dari perbandingan antara kondisi awal dengan setelah dilakukan tindakan

    siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Tabel 4.11

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Setelah Siklus I

    No. Nilai

    Kondisi Awal Siklus I

    Jumlah

    Siswa

    Persentase

    (%)

    Jumlah

    Siswa

    Persentase

    (%)

    1 Tuntas 11 42,3% 16 61,5 %

    2 Belum Tuntas 15 57,7% 10 38,5 %

    Jumlah 26 100% 26 100%

    Dari tabel 4.11 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I, meskipun

    belum sesuai dengan yang diharapkan ketuntasan belajar 70 % tetapi dapat dilihat

    perbandingan peningkatan hasil belajar dari kondisi awal dengan setelah

    dilakukan siklus I pada gambar 4.3 di bawah ini:

    Gambar 4.3

    Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal

    dengan Setelah Tindakan Siklus I

  • 77

    Tabel 4.12

    Perbandingan Pesentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

    Kondisi Awal Dengan Siklus I

    No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas Standar

    Deviasi Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

    1. Kondisi Awal 11 38,5 % 15 57,7 % 12.69

    2. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 % 10.53

    Berdasarkan tabel 4.12 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

    menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Dari studi awal ke

    siklus I peningkatan yang terjadi mencapai 19,2%.

    d. Tahap Refleksi (Rerflection)

    Pembelajaran matematika kelas V dengan kompetensi dasar

    menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada

    siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena

    ketuntasan belajar baru 61,5%, ini berarti baru 16 siswa dari 26 siswa

    tuntas belajar atau mendapat nilai 65 ke atas. Sedangkan keaktifan

    siswa pada kondisi awal rata-rata keaktifannya adalah 73,07 %.

    Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan

    faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:

    a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat

    siswa mencari pasangan jawaban atau soal masing-masing.

    b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang

    menjawab benar.

    c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban,

    sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.

    Berdasarkan data yang terkumpul dan data hasil diskusi peneliti

    melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan

    yang telah dilakukan. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa penguasaan

    siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria

  • 78

    keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 61,5%, ini

    berarti baru 16 siswa dari 26 siswa yang tuntas belajar atau mendapat

    nilai 65 ke atas. Sedangkan siswa yang aktif terhadap pembelajaran

    baru mencapai 15 siswa (57,7%) dan siswa yang kurang aktif ada 11

    siswa (42,3%).

    Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan

    untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai

    berikut:

    1) Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memikirkan cara

    mengatasi kegaduhan yang nanti akan timbul

    2) Memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu

    tidak terbuang sia-sia.

    3) Memberikan reword kepada siswa yang menjawab benar baik

    secara individu maupun kelompok. Reword/penguatan kepada

    siswa berupa poin-poin.

    4.5.5 Siklus II

    a. Tahap Pelaksaan (Planning)

    Bersama-sama dengan supervisor dan observer guru merevisi

    RPP dan menyiapkan kembali scenario tindakan yang akan

    dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil

    diskusi dengan observer dan refleksi siklus I maka guru melakukan

    upaya perbaikan pembelajaran, memandu siswa dalam mencari

    pasangan jawaban dan memberikan reword/penguatan kepada siswa

    yang menjawab benar. Selain itu guru juga menyiapkan kembali

    lembar kerja siswa, lembar evaluasi, dan menyiapakan alat peraga.

    Tidak lupa observer bersama guru juga menyepakati fokus observer

    dan kriteria yang akan digunakan.

    b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

    Setelah guru menyusun langkah-langkah kegiatan

    pembelajaran, guru bersama observer sepakat untuk melaksanakan

  • 79

    kegiatan perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan

    pembelajaran yaitu:

    PERTEMUAN KE_1

    a) Kegiatan Awal

    Kegiatan awal pada siklus II ini yang dilakukan oleh guru

    meliputi beberapa kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan

    salam, berdoa, mengabsen, mengatur tempat duduk siswa,

    mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik

    saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan

    apersepsi yang dilakukan adalah mengingat kembali tentang

    pengurangan pecahan serta menyampaikan tujuan pembelajaran

    yang akan dicapai.

    b) Kegiatan Inti

    Pada kegitan inti, guru menunjukkan katu-karu yang

    dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian pastu

    sudah tau fungsi kartu-kartu yang ibu bawa sekarang. Pada 2

    pertemuan sebelumnya kita sudak bermain Make A Match,pada

    pertemuan kali ini kita akan mengulangu permainantersebet?”,

    kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab

    seputar kartu-kartu yang dibawan guru, kemudian guru

    menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan yaitu

    pengurangan pecahan dari bilangan asli dan bilangan pecahan

    berpenyebut sama dan tidak sama. Guru melibatkan siswa secara

    aktif dalam setiap pembelajaran.

    Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang mengalikan

    dan membagi berbagai bentuk pecahan dan memberikan contoh di

    papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

    siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

    di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

    berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu siswa maju

  • 80

    ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian guru

    bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari Siswa maju ke

    depan menyelesaikan soal itu, dan ternyata siswa tersebut dapat

    menyelesaikannya. Untuk mengukur keaktifan siswa dan

    kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian menjelaskan

    permainan yang akan dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu

    permainan Make A Match. Karena permainan Make A Match

    belum pernah dilakukan sebelumnya di kelas ini maka guru harus

    menjelaskan secara rinci tentang prosedur permaianan Make A

    Match. Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban

    kepada siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu

    jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal

    atau kartu jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh

    masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu

    yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses

    pembelajaran berlangsung, guru memfasilitasi siswa dalam

    melakukan kegiatan. Siswa yang dapat mencocokkan kartu

    jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan (10 menit)

    mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat

    diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal

    dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban

    yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang

    siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode

    tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau

    soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru

    mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas

    siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar

    observasi.

  • 81

    Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

    kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

    materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

    siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

    Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

    yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

    kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

    paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

    mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

    mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

    papan tulis.

    c) Kegiatan Akhir

    Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

    pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

    yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

    pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

    lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

    yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

    dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

    siswa.

    PERTEMUAN KE _2

    a. Kegitan Awal

    Kegiatan awal pada pelaksanaan pertemuan kedua pada

    siklus II, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

    berdoa, mengabsensi siswa, mengatur tempat duduk siswa, dan

    mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan menulis,

    apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru bertanya kepada siswa

    “Ada PR tidak? Siapa yang tidak mengerjakan PR?”. Kemudian

    guru bersama siswa mengoreksi PR. Kemudian kegiatan apersebsi

    mengingat kembali tentang pengurangan pecahan pada pertemuan

  • 82

    sebelumnya serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

    dicapai

    b. Kegiatan Inti

    Pada kegitan inti pertemuan kedua ini, guru menunjukkan

    katu-karu yang dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa

    “kalian sudah tahu kartu yang ibu bawa kartu apa bukan, pada

    pertemuan sebelum-sebelunya kita sudah melakukan permainan

    Make A Match, pada pertemuan kali ini kita juga akan melakukan

    permainan yang sama?”, kemudian siswa menjawab. Setelah guru

    lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru,

    kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

    diajarkan pada pertemuan pada hari ini. Guru melibatkan siswa

    secara aktif dalam setiap pembelajaran.

    Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang

    pengurangan tiga pecahan berturut-turut dan memberikan contoh di

    papan tulis. Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa

    siswa untuk maju ke depan meneyelesaikan soal yang ditulis guru

    di depan papan tulis. Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai

    berikut: Beberapa hasil pengarangan Salah satu

    siswa maju ke depan dan menyelasaikan dengan benar. Kemudian

    guru bertanya lagi, berapa hasil pengurangan dari

    Siswa maju ke depan menyelesaikan soal itu,

    dan ternyata siswa tersebut belum dapat menyelesaikannya,

    kemudian guru membantu siswa dalam menyelasaikan soal dengan

    bertanya jawab dengan siswa yang lain. Untuk mengukur keaktifan

    siswa dan kemampuan siswa terhadap materi ini guru kemudian

    guru menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada pertemuan

    hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena permainan Make A

    Match sudah pernah dilakukan dipertemuan sebelum-sebelumnya d

  • 83

    ikelas ini maka guru hanya mengulang penjelasan secara singkat

    tentang prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian

    membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap

    siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal).

    Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

    atau soal dari kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa.

    Kemudian siswa mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau

    jawaban yang ia peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung,

    guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan. Siswa yang

    dapat mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu

    yang ditentukan (10 menit) mendapat point atau penghargaan dari

    guru. Kegiatan ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu

    jawaban atau kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal

    atau kartu jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali

    apakah pasangan yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan

    menggunakan metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba

    mencari pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak

    terkendali. Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang

    suasana menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti

    dan observer melalui lembar observasi.

    Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

    kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

    materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

    siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

    Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

    yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

    kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

    paham atau jelas. Di akhir kegiatan inti ini guru kemudian

    mengoreksi soal dengan cara meminta siswa yang dapat

  • 84

    mengerjakan soal untuk maju ke depan dan mengerjakannya di

    papan tulis.

    c. Kegiatan Akhir

    Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran dan

    pemantapan dengan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

    Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut yaitu meminta siswa

    untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.

    Karena pada pertemuan kedua ini adalah pertemuan

    terakhir pada siklus II sekaligus pertemuan terakhir untuk

    penelitian ini, maka guru menyebarkan try out atau te. Untuk

    mengetahui sejauh mana siswa menyerap pembelajaran dengan

    metode Make A Match. Hasil dari try out siklus II inilah yang akan

    di olah datanya untuk kenaikan hasil belajar siswa pada siklus II.

    Sekaligus penentu sukses atau tidaknya penelitian ini.

    c. Tahap Observasi (Observasion)

    Observer malakukan pengamatan tehadap guru dan siswa yang

    sedang melaksanakan kegitan pembelajaran perbaikan dengan

    menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

    akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya

    tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

    Penarapan Keaktifan dan Hasil Belajar

    Paparan keaktifan dan hasil belajar siklus II

    Hasil observasi atau pengamatan keaktifan pada siklus II yang diperoleh

    selama proses pembelajaran metematika kelas V SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara dipaparkan oleh penulis, data yang

    didapatkan dapat dilihat sebagai berikut:

  • 85

    Tabel 4.13

    Pelaksanaan metode Make A Match

    No. Aspek Yang Diamati 1 2

    1 Persiapan mengajar, memberi salam, melaksanakan presensi √ √ 2 Mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik

    saat membaca dan menulis √ √

    3 Memotivasi siswa dengan menyanyikan sebuah lagu √ √ 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ 5 Menunjukkan kartu-kartu yang dibawanya √ √ 6 Bertanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawanya √ √ 7 Melalui tanya jawab guru menjelaskan tentang materi √ √ 8 Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

    make a match √ √

    9 Menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan √ √ 10 Dengan tanya jawab disertai contoh, guru menjelaskan materi yang

    disampaikan √ √

    11 Menjelaskan cara permainan make a match (mencari pasangan) √ √ 12 Membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak kepada siswa,

    tiap peserata didik mendapatkan satu kartu √ √

    13 Siswa memikirkan jawaban dari kartu jawaban kemudian mencari

    pasangan kartu yang telah mereka dapatkan √ √

    14 Guru memfasilitasi siwa dalam melakukan permainan make a match

    (mencari pasangan) √ √

    15 Guru memberikan poin kepada siswa yang dapat mencocokkan kartu

    sebelum batas waktu √ √

    16 Guru mengocok kartu-kartu yang berbeda untuk permainan Make A

    Match untuk babak ke dua √ √

    17 Melalui tanya jawab guru bersama siswa mengoreksi jawaban dari

    masing-masing kartu soal yang telah didapat oleh masing-masing

    siswa √ √

    18 Memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang

    belum dipahami siswa √ √

    19 Melalui tanya jawab guru bersama siswa menyimpulkan materi yang

    telah dipelajari √ √

    20 Guru memberikan siswa soal evaluasi √ √ 21 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

    pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

    yang sudah dibuat √ √

    22 Guru memberikan PR kepada siswa √ √

    Dari observasi di siklus II dapat dilihat bahwa guru sudah melaksanakan

    metode Make A Match dengan baik karena semua aspek telak silaksanakan.

  • 86

    Persentase terendah adalah pada indikator aktif bertanya yaitu 21 siswa

    dengan persentase 80,77 % dari siklus I hanya 19 siswa (73,07 %), indikator aktif

    bertanya meningkat menjadi 22 siswa dengan persentase 84,62 % dari suklus I 18

    siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif menjawab naik menjadi 23

    siswa dari siklus I 19 siswa dengan persentase 73,07 % pada, pada indikator

    kerjasama antar siswa naik menjadi 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada

    siklus I 20 siswa dengan persentase 69,23 %, indikator aktif dalam melakukan

    permainan naik menjadi 23 siswa dari siklus I 18 siswa dengan persentase 69,23

    %, indikator mengemekakan ide 22 siswa dengan persentase 84,62 % pada siklus I

    19 siswa dengan persentase 73,07 %, dan indikator yang terakhir adalah

    menyimpulkan hasil kegiatan ada 23 siswa dengan persentase 88,46 % pada siklus I

    20 siswa dengan persentase 76,92 %. Berikut peneliti sajikan rekap pengamatan

    keaktifan pada tabel 4.14 di bawh ini:

    Tabel 4.14

    Rekap Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

    No. Indikator Keaktifan Jumlah Siswa

    Aktif

    Persentase

    Keaktifan

    1. Semangar mengikuti pembelajaran 21 80,77%

    2. Aktif bertanya 22 84,62%

    3. Aktif menjawab 23 88,46%

    4. Kerjasama antar siswa 23 88,46%

    5. Aktif dalam melakukan permainan 23 88,46%

    6. Mengemukakan ide 22 84,62%

    7. Menyimpulkan hasil kegiatan 23 88,46%

    Rata-Rata Keaktifan 86,26 %

    Dari data tabel 4.14 dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Make A

    Match diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26 % pada timdakan

    setelah siklus I secara klasikal, ini berarti telah terjadi peningkatan keaktifan

    belajar siswa dari rata-rata keaktifan kondisi awal 55,49 % siklus I 73,07 %. Hal

    ini membuktikan bahwa metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan

    belajar siswa. Telah terjadi peningkatan di atas kriteria minimal yaitu 70%. Hasil

  • 87

    rekap pengamatan observasi keaktifan kondisi awal dengan siklus I dapat

    dibandingkan sebagai berikut:

    Tabel 4.15

    Perbandingan Pemgamatan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II

    No Indikator Siklus I Siklus II

    Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

    1. Semangar mengikuti pembelajaran 19 73,07 % 21 80,77%

    2. Aktif bertanya 18 69,23 % 22 84,62%

    3. Aktif menjawab 19 73,07 % 23 88,46%

    4. Kerjasama antar siswa 20 76,92 % 23 88,46%

    5. Aktif dalam melakukan permainan 18 69,23 % 23 88,46%

    6. Mengemukakan ide 19 73,07 % 22 84,62%

    7. Menyimpulkan hasil kegiatan 20 76,92 % 23 88,46%

    Rata-Rata Keaktifan 73,07 % 86,26 %

    Hasil observasi atau pengamatan hasil belajar yang diperoleh selama proses

    pembelajaran menggunakan metode Make A Match pada mata pelajaran

    metematika adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.16

    Rekapitulasi Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

    No. Nilai Setelah Siklus II

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 50 1 3,8 Belum tuntas

    2. ≥ 50-54 - 0 Belum tuntas

    3. 55-59 - 0 Belum Tuntas

    4. 60-64 2 7,7 Belum Tuntas

    5. 65-69 - 0 Tuntas

    6. 70-74 6 23,1 Tuntas

    7. 75-79 0 0 Tuntas

    8. 80-84 7 26,9 Tuntas

    9. 85-89 - 0 Tuntas

    10. 90-94 6 23,1 Tuntas

  • 88

    Berdasarkan tabel 4.16 terlihat jelas perbandingan siswa setelah siklus II

    yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 23 siswa atau

    88,5% dari kondisi siklus I hanya 16 siswa atau 61,5%, sedangkan siswa yang

    belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 10 siswa atau 38,5%

    meningkat menjadi 3siswa atau 11,5%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang

    mendapat nilai

  • 89

    Gambar 4.4

    Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

    Tabel 4.17

    Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Setelah Pelaksanaan Siklus II

    Hasil Ketuntasan belajar siswa SD Negeri 05 Mulyoharjo Jepara

    Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui

    bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 38,5% pada siklus I kemudian terjadi

    kenaikan setelah dilakukan siklus II menjadi 3 siswa 11,5%, sedangkan yang

    No. Nilai Setelah Siklus II

    Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)

    1. < 65 3 11,5 % Belum Tuntas

    2. ≥ 65 23 88,5 % Tuntas

    Jumlah 26 100 %

    Rata-rata 78,5

    Nilai tertinggi 100

    Nilai terendah 60

  • 90

    mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa atau 61,5% pada siklus I

    kemudian meningkat menjadi 23 siswa atau 88,5% pada siklus II.

    Setelah tindakan siklus II nampak selaki terjadi peningkatan hasil belajar

    siswa. Ini membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil

    karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 70% sedangkan hasil yang didapat

    adalah 88,5.

    Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan suklus II,

    terjadi kenaikan hasil belajar siswa. Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa

    tersebut karena siswa merasa senang dalam proses pembelajaran. Dan siswa tidak

    mudah bosen saat mengikuti kegiatan pembelajar di kelas, karena medel

    pembelajaran yang digunakan oleh guru menyenangkan, jadi siswa dapat bermain

    sambil belajar, sehingga pembelajaran lebih menarik yang berakibat hasil belajar

    siswa mengalami kenaikan dan keaktifan siswa pun nampak dalam mengikuti

    proses pembelajaran

    Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajar sebanyak 16 siswa (61,5%),

    dan siswa yang belum tuntas belajar mencapai 10 siswa (38,5%) dari 26 siswa

    dengan nilai rata-rata 66,7. Sedangkan pada siklus II peningkatan hasil belajar

    meningkat mencapai 23 siswa (88,5 %) dari 26 siswa, dengann nilai rata-rata 78,5.

    Nilai rata-ratapun meningkat menjadi 78,5. Hal ini menunjukkan adanya

    peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,

    bahkan telah melampaui batas kriteria yang telah ditentukan.

    Tabel 4.18

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

    No. Nilai

    Siklus I Siklus II

    Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%)

    1 Tuntas 16 61,5 % 23 88,5 %

    2 Belum Tuntas 10 38,5 % 3 11,5 %

    Jumlah 26 100% 26 100%

    Berdasarkan tabel 4.18 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

    menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan

  • 91

    mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke

    siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27%.

    Berdasarkan tabel 4.18 peneliti sajikan dalam bentuk gambar 4.5 yang

    dapat dilihat di bawah ini:

    Gambar 4.5

    Perbandingan Rekapitulasi

    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

    Dari gambar 4.5 terlihat peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II

    sudah mencapai yang diharapkan yaitu ketuntasan belajar 70 % bahkan melebihi

    target ketuntasan hingga mencapai 88,5%.

    Tabel 4.19

    Perbandingan Persentase

    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II

    No. Pembelajaran Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas

    Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

    1. Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 %

    2. Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %

    Berdasarkan tabel 4.19 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar

    menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan pada siklus I dan

  • 92

    mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari siklus I ke

    siklus II peningkatan yang terjadi mencapai 27 %.

    Dari kasil penelitian yang telah dilakukan terdapat kenaikan keaktifan dan

    hasil belajar siswa dengan metode Make A Match dalam pelajaran matematika.

    Berikut penulis sajikan perbandingan kenaikan keaktifan dan hasil belajar siswa

    sebagai berikut:

    Tabel 4.20

    Perbandingan Rekap Pemgamatan Keaktifan Siswa

    Kondisi Awal, Siklus II, dan Siklus II

    No Indikator

    Kondisi Awal Siklus I Siklus II

    Fre-

    kuensi

    Presen-

    tase

    Fre-

    kuensi

    Persen-

    tase

    Fre-

    kuensi

    Persen-

    tase

    1. Semangar mengikuti

    pembelajaran

    14 53,84 % 19 73,07% 21 80,77%

    2. Aktif bertanya 14 53,84 % 18 69,23% 22 84,62%

    3. Aktif menjawab 18 69,23 % 19 73,07% 23 88,46%

    4. Kerjasama antar siswa 16 61,53 % 20 76,92% 23 88,46%

    5. Aktif dalam melakukan

    permainan

    14 53,84 % 18 69,23% 23 88,46%

    6. Mengemukakan ide 15 57,69 % 19 73,07% 22 84,62%

    7. Menyimpulkan hasil

    kegiatan

    10 38,46 % 20 76,92% 23 88,46%

    Rata-Rata Keaktifan 55,49 % 73,07 % 86,26 %

    Tabel 4.21

    Perbandingan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

    Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

    No. Nilai

    Tuntas Belum Tuntas

    Jumlah

    Siswa Persentase

    Jumlah

    Siswa Persentase

    1 Kondisi Awal 11 42,3% 15 57,7%

    2 Siklus I 16 61,5 % 10 38,5 %

    3 Siklus II 23 88,5 % 3 11,5 %

    Berdasarkan tabel 4.21 di atas terlihat jelas peningkatan ketuntasan belajar

    siswa pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjumlahkan

    dan mengurangkan berbagai bentuk pada pecahan pada siklus I dan mengalikan

    dan membagi berbagai bentuk pecahan pada siklus II. Dari kondisi awal ke siklus

    I, dan ke siklus II peningkatan ketuntasan hasil belajar sudah melebihi target 70

    %, sedangkan tingkat keberhasilan mencapai 88,5 % ini berarti penelitian yang

  • 93

    dilakukan dengan metode make-A Match telah berhasil. Berikut ini peneliti

    sajikan gambar 4.6 peningkatan ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal, siklus

    I dan siklus II sebagai berikut:

    Gambar 4.6

    Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal,

    Siklus Idan Siklus II

    Dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. siswa yang tuntas 16 anak

    (61,5%), pada siklis II siswa yang tuntas meningkat menjadi 23 anak (88,5%).

    Peningkatan yang terjadi mencapai 7 siswa (26,9%).

    d. Tahap Refleksi (Reflection)

    Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada

    kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk

    pecahan pada siklus I dan pada siklus II kompetensi dasar Mengalikan

    dan membagi berbagai bentuk pecahan, peneliti bersama observer

    melakukan refleksi, Ternyata hasil perbaikan pembelajaran berhasil

    sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dari 26 siswa

    yang telah berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari

    kompetensi dasar ini mencapai 23 siswa atau sekitar 88,5%. Ini berarti

    keberhasilan yang dicapai melampaui batas minimal kriteria

  • 94

    keberhasilan yang telah ditentukan sebesar 70%. Keaktifan siswa pun

    juga mencapai 22 siswa (84,6%). Namun demikian masih menyisakan

    masalah adanya 3 siswa yang belum tuntas belajar. Dari ke 3 siswa

    yang belum tuntas belajar ini disebabkan karena 2 siswa mempunyai

    tingkat Intelgensi rendah (factor intrinsic) dan 1 siswa tidak pernah

    masuk saat penelitian dilaksanakan.

    4.6 Pembahasan

    Dari data yang sudah dipaparkan penelis, bahwa pembelajaran Make A

    Match dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembalajaran matematika. Dari

    kondisi awal sebelum dilakukan penerapan Make A Match diperoleh rata-rata

    keaktifan belajar siswa adalah 55,49 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

    kondisi awal secara klasikal ternyata siswa belum terlibat aktif damam

    pembelajaran. Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 73,07 %.

    Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa adalah 86,26

    %. Dari data yang telah diperoleh siswa yang belun aktif 1 diantaranya siswa

    tersebut tidak pernah mengikuti pembelajaran saat penelitian dilakukuan oleh

    guru kelas.

    Sedangkan untuk hasil belajar pada studi awal siswa yang tuntas belajar

    sebanyak 11 siswa dari 26 siswa berarti sekitar 42,3 % dengan nilai rata-rata 57,5.

    Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang tuntas

    belajar meningkat menjadi 16 siswa dari 26 siswa 61,5% dengan nilai rata-rata

    66,2. Ini berarti ada kenaikkan ketuntasan belajar sebasar 19,2%.Walaupun belum

    sesuai ketuntasan yang diinginkan yaitu diatas 70%, akan di lakukan perbaikan

    pada siklus II. Sedangkan di siklus II siswa yang tuntas naik mencapai 23 siswa

    88,5 %.

    Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Make- A

    Match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena sudah

    melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%. Dari bebrapa siswa yang belum aktif

    terdapat 1 siswa yang tidak pernah mengikuti pembelajaran saat proses

    pembelajaran belangsung.

  • 95

    Dari hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gejala

    yang paling umum terjadi saat pembelajaran adalah:

    a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mencari

    pasangan jawaban atau soal masing-masing

    b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.

    c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban, sehingga waktu

    yang dibutuhkan cukup lama

    d) Guru disarankan memberi perhatian khusus kepada siswa yang masih

    kesulitan dalam menyerap materi

    Untuk mengantisipasi keadaan ini upaya yang dilakukan pada siklus II

    adalah guru memendu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu

    tidak terbuang sia-sia, guru member reward/penguatan kepada siswa berupa poin-

    poin.

    Dalam penelitian yang telah dilakukan jelas bahwa terjadi adanya

    peningkatan baik itu berupa keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa. Peningkatan

    keaktifan siswa ditunjukkan dengan siswa aktif bertanya, semangat mengikuti

    pelajaran, kedisiplinan siswa mengikuti pembelajaran, aktif menjawab, kerjasama

    siswa, aktif dalam melakukan permainan, mengemukakan ide, menyimpulkan

    hasil kegiatan dan kreatifitas. Peningkatan hasil belajar siswa berupa nilai dari

    soal instrumen. Hal ini dapat membuktikan bahwa penerapan metode

    pembelajaran Make-A Match sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran,

    terutama mata pelajaran matematika. Di dalam penerapan metode pembelajaran

    Make-A Match pelaksanaannya dalam bentuk permainan, sehingga dapat

    meningkatkan keaktifan siswa sekaligus berdampak pada meningkatnya hasil

    belajar.