BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina. Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004). Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter. Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita 2 yang mempunyai 1

description

prolap uteri dan histerektomy

Transcript of BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

Page 1: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Prolapsus uteri merupakan salah satu bentuk dari turunya peranakan, yaitu

turunnya rahim beserta jaringan penunjangnya kedalam liang atau rongga vagina.

Turunnya peranakan dapat terjadi karena adanya kelemahan pada otot besar panggul

sehingga satu atau lebih organ didalam panggul turun (Pajario, 2004).

Prolapsus uteri merupakan suatu keadaan dimana turunnya uterus melalui

hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia

(sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus. sehingga dinding vagina

depan jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Sistokel yang besar

akan menarik utero vesical junction dan ujung ureter kebawah dan keluar vagina,

sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter.

Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk

dasar panggul. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause,

persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding

vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot

dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri tersebut

akan terjadi bertingkat-tingkat (Winkjosastro, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan

kesehatan, ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita 2 yang

mempunyai anak lebih dari tujuh daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak.

Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada perempuan di negaranegara berkembang yang

perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia muda dan saat fertilitasnya masih

tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus uteri jumlahnya jauh

lebih rendah daripada kasuskasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan medik

(Koblinsky M, 2001).

Berdasarkan observasi kelompok pada tanggal 19 sampai 22 oktober 2015

tindakan operasi yang ada di RSU bunda jakarta yaitu Skin draf, laminektomi, pain

management, dan di RSU Bunda margonda SC, hernia inguinalis lateral dan

histerektomi indikasi prolaps uteri, dari semua tindakan tersebutkelompoklebih memilih

untuk membahas tentang asuhan keperawatan perioperatif dengan prolaps uteri yang

dilakukan tindakan laparatomi histerektomi radikal dikarenakan kelompok dapat

mengobservasi secara menyeluruh dari proses pre, intra dan post operasi pada pasien

1

Page 2: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

tersebut, dan data yang didapat lebih lengkap dan pokok bahasan mudah dipahami oleh

kelompok.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatanPerioperatifKepada Ny. K Dengan

Prolaps Uteri Yang Dilakukan Tindakan Laparatomi Histerektomi Radikal Di Rsu

Bunda Margonda

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menjelaskan Definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, prolaps uteri

b. Untuk menjelaskan Definisi, etiologi, kalsifikasi histerektomi

c. Untuk menjelaskan ASKEP perioperatif (pengkajian,diagnosa,dan intervensi

keperawatan) secara teori

d. Untuk menjelaskan ASKEP perioperatif (pengkajian,diagnosa,dan intervensi

keperawatan, implementasi dan evaluasi) pada kasus

2

Page 3: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Prolap Uteri

1. Definisi prolap uteri

Prolaps uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena

kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau

turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. (Wiknjosastro, 2008).

Pripsip terjadinya prolaps uteri adalah terjadinya Defek pada dasar pelvik yang

disebabkan oleh proses melahirkan akibat regangan dan robekan fasia endopelvik,

muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial pudenda juga

terlibat dalam proses persalinan. Sehingga, wanita multipara sangat rentan terhadap

faktor resiko terjadi nya prolaps uteri (Prawirohardjo, 2005).

2. Etiologi Prolap Uteri

a. Partus yang berulang kali, terjadi terlampau sering

b. Partus dengan penyulit,

c. Tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap

d. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis pada nullipara,

e. kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.

f. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.

g. Persalinan yang lama dan sulit,

h. Meneran sebelum pembukaan lengkap

i. Penataksanaan pengeluaran plasenta,

j. Pada Menopause, hormon esterogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar

panggul menjadi atrofi dan melemah

(Wiknjosastro, 2008).

3. Klasifikasi prolapus uteri

Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang

dikenal yaitu:

a. Prolapsus uteri tingkat I, dimana servik uteri turun sampai introitus vaginae;

proplasus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus

vaginae; prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina, prolapsus

ini juga dinamakan prosidensia uteri.

3

Page 4: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

b. Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada didalam vagina; prolapsus uteri

tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada prosidensia uteri, uterus

seluruhnya keluar dari vagina.

c. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vaginae; prolapsus uteri

tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; prlapsus uteri

tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian.

d. Prolapsus uteri  tingkat I, serviks mendekati prosessus spinosus; prolapsus uteri

tingkat II, serviks terdapat antara prosessus spinosus dan introitus vaginae;

prolapsus uteri tingkat III; serviks keluar dari introitus.

e. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri

tingkat IV (prosidensia uteri)

f. Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih didalam vagina. Prolapsus

uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling rendah sampai

introitus vaginae; prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk sebagian keluar dari

vagina; prolapsus uteri tingkat III, atau prosidensia uteri, uterus keluar

seluruhnya dari vagina, disertai dengan inversio vagina.

4. Manifestasi Klinik

a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia

eksterna

b. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita

berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang .

c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:

1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila

lebih berat juga pada malam hari;

2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya

3) Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk

mengejan. Kadang- kadang dapat terjadi retensio uriena pada sistokel yang

besar sekali.

d. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:

1) Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel;

2) Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina

e. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:

4

Page 5: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

1) Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan

dan bekerja. Gesekan porio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai

luka dan dekubitus pada porsio uteri

2) Leukorea karena kongesti  pembuluh darah di daerah serviks, dan karena

infeksi serta luka pada porsio uteri

g. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasapenuh

di vagina.

5. Anatomi dan fisiologi Uterus

a. Uterus (rahim)

Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,

terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan

kandung kencing di depan.  Berfungsi sebagai tempat calon bayi

dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50

gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur

ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :

1) Peritoneum

Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan

penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan

urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

(perut).

2) Myometrium

Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos

yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya

keluar saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat

pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.

3) Endometrium

Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal

untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya

sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi

hormon-hormon ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah

menjadi decidua.

Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi

selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium,

diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara

5

Page 6: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan

untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu

sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara

normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah

besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar

sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa

pertumbuhan fetus.

Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai,

uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta

keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang

dikenal sebagai involusi (Pearce, 2009).

6. Patofisiologi prolapsus genitalia

Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat dalam beberapa tingkat,

dari yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,

khususnya persalinan per vaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-

kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong dalam fasia endopelvik, dan otot-otot

serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang

meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus

otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam manopause.

Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut,

dan lambat laun menimbulkan ulkus, yang dinamakan ulkus dekubitus. Jika fasia di

bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetrik, ia akan terdorong

oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina

kebelakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan

saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya, yang kurang lancar, atau

yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus

dibedakan dari divertikulum uretra. Pada divertikulum keadaan uretra dan kandung

kencing normal, hanya dibelakang uretra ada lubang, yang membuat kantong antara

uretra dan vagina (Wiknjosastro, 2005).

Kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik atau

sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum kedepan dan menyebabkan

dinding belakang vagina menonjol ke lumen vagina yang dinamakan rektokel.

Enterokel adalah hernia dari kavum dauglasi. Dinding vagina atas bagian belakang

turun dan menonjol kedepan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.

6

Page 7: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

7. Penatalaksanaan

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu. Cara

ini dilakukan pada prolapsus uteri ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin

mendapatkan anak lagi, ata penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya

tidak mengizinkan untuk dioperasi.

a. Latihan-latihan otot dasar panggul

Latihan ini sangat berguna pada prolapsus uteri ringan, terutama yang

terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk

menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi.

Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan.Stimulasi otot-otot dengan alat

listrik

b. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik,

elektrodenya dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan ke dalam

vagina.

c. Pengobatan dengan pessarium

Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yakni

menahan uterus ditempatnya selama dipakai. Oleh karena itu jika pessarium

diangkat, timbul prolapsus lagi. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat

tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian

dari vagina tersebut beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina

bagian bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolapsus genitalia adalah

pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat

digunkan pessarium Napier. Pessarium ini terdiri atas suatu gagang (steam)

dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan beberapa lubang, dan ujung

bawah 4 tali. Mangkok ditempatkan dibawah serviks dengan tali-tali

dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk memberi sokongan kepada

pessarium. Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asal saja penderita

diawasi secara teratur. Periksa ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali.

Vagina diperiksa dengan inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan,

pessarium dibersihkan dan disucihamakan, dan kemudian dipasang kembali.

Kontraindikasi terhadap pemasangan pessarium adalah adanya radang pelvis

akut atau sub akut, dan karsinoma.

7

Page 8: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

d. Pengobatan Operatif

Macam- macam operasi:

1) Ventrofiksasi

Pada wanita yang masih tergolong masih muda dan masih

menginginkan anak, dilakukan operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi

dengan cara memendekkan ligamentum rotundum atau mengikatkan

ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.

2) Operasi Manchester

Dilakukan amputasi serviks uteri dan penjahitan ligamentum kardinale

yang telah dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia anterior

dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek

serviks yang memanjang (elongation kolli). Tindakan ini dapat

menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus, dan distosia servikalis

pada persalinan. Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah

penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan

ini ligamentum kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam

posisi anteversifleksi dan turunnya uterus dapat dicegah.

3) Histerektomi vaginal

Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat

lanjut, dan pada wanita yang telah menopause. Setalah uterus diangkat,

puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan kiri, atas

pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan

dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps

vagina di kemudian hari.

4) Kolpokleisis (operasi Neugebauer-Le Fort)

Pada waktu obat-obat serta pemberian anastesi dan perawatan

pra/ pasca operasi belum baik untk wanita tua yang seksual tidak aktif

lagi dapat dilakukan operasi sedarhana dengan menjahitkan dinding

vagina depan dengan dinding belakang, sehingga lumen vagina tertutup

dan uterus terletak diatas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak

memperbaiki sistokel dan rektokelnya sehingga dapat menimbulkan

inkontinensia urine. Obstipasi serta keluhan prolaps lainnya juga tidak

hilang.

8

Page 9: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

8. Komplikasi

Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri ialah:

a. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri.

Prosidensia uteri disertai degan keluarnya dinding vagina (inversio);

karena itu mukosa vagina dan serivks uteri menjadi tebal serta brkerut, dan

berwarna keputih-putihan.

b. Dekubitus

Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan

paha dan pakaian dalam, hal itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan

lambat laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan

kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia lanjut. Pemeriksaan

sitologi/biopsi perlu dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya

karsinoma.

c. Hipertrofi serviks dan elangasio kolli

Jika serviks uteri turun dalam vagina sedangkan jaringan penahan dan

penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian uterus

yang turun serta pembendungan pembuluh darah – serviks uteri mengalami

hipertrofi dan menjadi panjang dengan periksa lihat dan periksa raba. Pada

elangasio kolli serviks uteri pada periksa raba lebih panjang dari biasa.

d. Gangguan miksi dan stress incontinence

Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga kandung

kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga

menyempitkan ureter, sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut antara

kandung kencing dan uretra yang dapat menimbulkan stress incontinence.

e. Infeksi jalan kencing

Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang

terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis.

Akhirnya, hal itu dapat menyebabkan gagal ginjal.

f. Kemandulan

Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau

sama sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.

9

Page 10: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

g. Kesulitan pada waktu partus

Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan

dapat timbul kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan

terhalang.

h. Hemoroid

Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi

dan timbul hemoroid.

i. Inkarserasi usus halus

Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan

kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan

laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit itu (Wiknjosastro, 2008).

B. Tinjauan Teori Histerektomi

1. Definisi Histerektomi

Histerectomy adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)

berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).

2. Etiologi Histerektomi

a. Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)

b. Kanker serviks, rahim atau ovarium

c. Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain

dari rahim

d. Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam

dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)

e. Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang

kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah

f. Inflamasi Pelvis karena infeksi

3. Klasifikasi Histerektomi

a. Macam – macam histerektomi

1) Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.

2) Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan

diangkat tetapi mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Karena itu, penderita

masih bisa terkena kanker mulut rahim, sehingga masih butuh pemeriksaan

Pap smear secara rutin.

10

Page 11: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

3) Histerektomi & salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus,

mulut rahim, kedua tuba fallopi, & kedua ovarium. Pengangkatan ovarium

menyebabkan keadann seperti menopause.

4) Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dgn pengangkatan bagian

atas vagina serta jaringan & kelenjar limfe di sekitar kandungan.  Operasi

ini biasanya dikerjakan pada beberapa jenis kanker tertentu.Prosedur ini

melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal totalis,

karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan jaringan lunak

yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal

histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks

stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini

dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut

perlukaan pada usus dan sistem urinarius.

b. cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis

1) Histerektomi abdominal,

Dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik

irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini

adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus

dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan

pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang

berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik

ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih berat, menyebabkan masa

pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan jaringan parut yang

lebih banyak.

2) Histerektomi vaginal

Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan

tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh

darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini

biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah

kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang

tampak.

3) Histerektomi laparoskopi.

Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu

laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan

histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical

11

Page 12: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja

dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut

untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk membebaskan

uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan irisan pada bagian

atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui irisan tersebut

laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi bagian

kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya

menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit

jaringan parut.

C. Tinjauan Teoritis ASKEP Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Sebelum Operasi

a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.

b) Nyeri di daerah benjolan.

c) Mual, muntah, kembung.

d) Konstipasi.

e) Tidak nafsu makan.

2) Sesudah Operasi

a) Nyeri di daerah operasi.

b) Lemas.

c) Pusing.

d) Mual, kembung.

b. Data Obyektif

1) Sebelum Operasi

a) Nyeri bila benjolan tersentuh.

b) Pucat, gelisah.

c) Spasme otot.

d) Demam.

e) Dehidrasi.

2) Sesudah Operasi

a) Terdapat luka.

b) Puasa.

12

Page 13: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

c) Selaput mukosa mulut kering.

2. Diagnosa keperawatan

a. Pre operatif

1) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin

2) Cemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.

3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

inkontenensia urin

4) Body image bd ?

b. Intra operatif

1) Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur

invasiv bedah, anastesi regional.

2) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosesur tindakan pembedahan

c. Post operatif

1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi

2) Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah

setelah pembedahan.

3) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

4) Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.

5) Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan

kurang informasi.

3. Intervensi keperawatan

a. Intervensi pre operatif

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil

intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin terganggu

Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap

Tindakan Mandiri: 1. Observasi tanda-tanda vital2. Observasi keluhan nyeri,

lokasi, jenis dan intensitas nyeri

3. Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.

4. Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.

5. Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi, tarik nafas dalam.

6. Ciptakan lingkungan yang tenang.

13

Page 14: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

Tindakan kolaboratif: 1. Bed obat-obat analgetik

sesuai pesanan dokter.

2. Cemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.

Ekspresi wajah tenang.

1. Kaji tingkat kecemasan pasien2. Jelaskan prosedur persiapan

operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam operasi.

3. Dengarkan keluhan pasien4. Beri kesempatan untuk

bertanya.5. Jelaskan pada pasien tentang

apa yang akan dilakukan di kamar operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.

6. Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia urin

Turgor kulit elastis.

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

2. Timbang berat badan tiap hari.

3. Kalau perlu pasang infus clan NGT sesuai program dokter.

b. Intervensi intra operatif

No Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

1. Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasiv bedah, anastesi regional.

Tidak terjadi cidera

1. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan operasi

2. Pasang pengaman tangan dan kaki

3. Pasang patient plate/ elektroda dengan benar

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Perdarahan dapat teratasi

1. Siapkan instrument operasi dengan lengkap

2. Cek persiapan operasi seperti persediaan darah

3. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lain bila terjadi perdarahan

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosesur tindakan

infeksi tidak terjadi

1. Cuci tangan bedah dengan baik dan benar

2. Lakukan aseptic dengan benar

14

Page 15: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

pembedahan 3. Jaga kesterilan lapang operasi dan instrument operasi

c. Intervensi Post operatif

No Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan luka operasi

Nyeri berkurang, secara bertahap

1. Kaji intensitas nyeri pasien.2. Observasi tanda-tanda vital

dan keluhan pasien.3. Letakkan klien di tempat tidur

dengan teknik yang tepat sesuai dengan pembedahan yang dilakukan.

4. Berikan posisi tidur yang menyenangkan clanaman.

5. Anjurkan untuk sesegera mungkin beraktivitas secara bertahap.

6. Berikan therapi analgetik sesuai program medis

7. Lakukan tindakan keperawatan dengan hati-hati.

8. Ajarkan tehnik relaksasi2. Resiko Tinggi

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah pembedahan.

Turgor kulit elastis, tidak kering.Mual clan muntah ticlak ada

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

2. Monitor pemberian infus.3. Beri minum & makan secara

bertahap4. Monitor tanda-tanda

dehidrasi.5. Monitor clan catat cairan

masuk clan keluar.6. Timbang berat badan tiap

hari.7. Catat dan informasikan ke

dokter tentang muntahnya.3. Kerusakan Integritas

kulit berhubungan dengan luka operasi

Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada perdarahan.

1. bservasi keadaan luka operasi dari tanda-tanda peradangan : demam, merah, bengkak dan keluar cairan.

2. Rawat luka dengan teknik steril.

3. Jaga kebersihan sekitar luka

15

Page 16: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

operasi.4. Beri makanan yang bergizi

dan dukung pasien untuk makan.

5. Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi clan lingkungannya.

6. Kalau perlu ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.

4 Resiko Tinggi hypotermi berhubungan dengan lamanya terpapar udara dingin

Hypotermi teratasi

1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.

2. Beri terapi antibiotik sesuai program medik.

3. Beri penghangat.4. Monitor pemberian infus.5. Rawat luka operasi dengan

tehnik steril.6. Jaga kebersihan luka operasi.7. Monitor dan catat cairan

masuk dan keluar5 Kurang pengetahuan

tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang informasi.

Os mengerti perawatan luka operasi

1. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara merawat luka operasi & menjaga kebersihannya.

2. Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.

3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

4. Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah & kotor.

5. Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah, dan kontrol kembali ke dokter.

16

Page 17: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian pre operatif

1) Identitas Pasien

Nama : Ny. K

Umur : 63 th

Agama : Islam

Status : Umum

Pekerjaan : IRT

P. Terakhir : -

Kewarganegaraan : WNI

Kamar Perawatan : 213 RSU Margonda

Alamat : Kampung Gandong RT01 RW05 cileungsi

Tanggal Masuk : 20-10-2015 jam 14.30

Tanggal Pengkajian : 22-10-2015

No. Register : 1460 / 15JI.M5934

2) Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. M

Hubungan : Anak klien

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kampung Gandong RT01 RW05 cileungsi

3) Anamnesis

Keluhan Utama : Os mengatakan keluar benjolan di kemaluan

± sudah 1 tahun ini,

Keluhan tambahan : Os mengatakan keluar darah pervagina ± 3

bulan ini darah seperti menstruasi

Riwayat peny. Sekarang: Os mengatakan Nyeri (berdenyut) pada perut

bawah, rencana Operasi laparotomi

histerektomi radikal ,22 Oktober 2015

17

Page 18: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

Riwayat penyakit terdahulu : Asma (-), Penyakit jantung (-), Hipertensi

(+), Hepatitis (-), Maag (+), Alergi obat (-), alergi makanan (-),

Riwayat operasi (+) Tindakan biopsi 15 Oktober 2015 hasil ca servik

Riwayat genikologi : G7P7A0 persalinan normal 7 kali

Menarche : 13 tahun

Dysmenorrhoea : Tidak

4) Pemeriksaan fisik

a. TD: 150/90 mmHg , Nadi: 90 x/menit, Pernapasan: 20 x/menit,

Suhu: 37,0 0C

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Keadaan umum : Sedang

5) Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 10,3 g/dl 11,7-15,5

Eritrosit 4,05 106/ L 3,8-5,2

Hematokrit 32 % 32-47

Leukosit 14,5 103/L 3,6-11,0

Trombosit 350 103/L 150-440

Gula darah sesaat 82 mg/dl 60-100

SGOT 21 U/L 0-34

SGPT 12 U/L 0-40

Albumin 3,90 g/dl 3,40 - 4,80

Ureum 51 mg/dl 20 - 40

Kreatinin 1,3 mg/dl 0,6 – 1,5

6) Diagnosa Kerja

Prolap uteri grade IV, Ca cervix stadium 2a,

7)  Diagnosa Banding: -

8) Persiapan Operasi

- Pasien mulai puasa 07.00 wib

- Informed concent tindakan medis sudah lengkap

18

Page 19: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

- Mengganti pakaian pasien dengan pakaian dan topi kamar operasi

- Membaringkan pasien di ruangan penerimaan pasien di kamar operasi

- Melakukan sign in

- Serah terima pasien dengan petugas ruangan jam 14.00 wib

- Mengkonfirmasi identitas dan mengcroscek dengan gelang pasien

- Mengkonfirmasi lokasi operasi.

- Memasang infuse pada pasien di tangan kiri.

- Status pasien, data penunjang ( hasil Laboratorium ) telah lengkap

- Mengecek persediaan darah, persediaan darah PRC : 600 CC, FFP :

300 CC.

1. PRE OPERATIF

Analisa data pre operatif

No. Tanggal Data Fokus Masalah Penyebab1 22 oktober

2015, j 14.00DS : Os mengatakan merasa takut akan dioperasiDO : Os tampak bingung dan gelisah

Cemas Rencana procedure pembedahan

2 22 oktober 2015, j 14.00

DS : Os mengatakan nyeri di bagian pangkal paha ketika BAKDO : tampak benjolan berupa uterus yg keluar dari vaginaOs tampak meringis

Nyeri Eliminasi urine terganggu akibat uterus yg keluar

a. Diagnosa keperawatan pre operatif

1) Cemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan

2) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin

b. Intervensi Pre operatif

Dx 1: Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan

a) Kaji tingkat kecemasan pasien

b) Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah,

waktu puasa, jam operasi.

c) Dengarkan keluhan pasien

d) Beri kesempatan untuk bertanya.

19

Page 20: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

e) Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar

operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.

f) Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin

a. Observasi tanda-tanda vital

b. Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri

c. Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.

d. Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.

e. Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi, tarik nafas dalam.

f. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Tindakan kolaboratif:

g. Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter

c. Implementasi Keperawatan pre operatif

Dx 1: Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan

a) Mengkaji tingkat kecemasan pasien

b) Menjelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah,

waktu puasa, jam operasi.

c) Mendengarkan keluhan pasien

d) Memberi kesempatan untuk bertanya.

e) Menjelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar

operasi dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin

a) Mengobservasi tanda-tanda vital

TD : 140/70 , N : 90x/m, RR : 22x/m, SpO2 : 99%

b) Mengobservasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri

Nyeri skala 3 dari 0-10, Nyeri apabila BAK, nyeri timbul saat Os

bergerak atau menggeserkan badan di tempat tidurnya.

c) Menjelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.

d) Mengatur posisi senyaman mungkin buat pasien.

20

Page 21: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

e) Mengajarkan tehnik-tehnik relaksasi, tarik nafas dalam.

Tindakan kolaboratif:

f) Memberi terapi injeksi obat analgetik sesuai terapi dokter

d. Evaluasi pre operatif

1) Os mengatakan masih merasa tagang menghadapi operasi

2) Os tampak mampu melakukan tehnik relaksasi nafas dalam

3) Os mengatakan nyeri sedikit berkurang

2. Intra operatif

Analisa data intra operatif

No. Tanggal Data Fokus Masalah Penyebab1 22 oktober

2015, j 14.00- 22.30

DS : -DO : Os berbaring di meja operasi, terpasang infuse line di tangan kiri, vemflon terpasang di tangan kanan cateter terpasang no 12, patient plate terpasang, ett no. 7 O2 5l/m, 4 jam berjalan operasi perdarahan di tabung suction ±350cc, kasa dgn e perdarahan 80 buah, big gauze kotak (kasa radikal)3 buah. observasiABC, hipotermi, kasa, iwl, ?

Resiko perdarahan

Procedure pembedahan

a. Diagnosa keperawatan Intra operatif

DX : Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.

b. Intervensi Intra operatif

1) Siapkan instrument operasi dengan lengkap

2) Cek persiapan operasi seperti persediaan darah

3) Observasi perdarahan

4) Cek Hb cito bila diperlukan

5) Observasi in take dan out put cairan

6) Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lain bila terjadi perdarahan

7) Ambil persiapan darah bila dibutuhkan tranfusi intra operasi

c. Implementasi Keperawatan Intra operatif

21

Page 22: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

1) mengecek persiapan operasi seperti persediaan darah

2) menyiapkan instrument operasi dengan lengkap

3) mengObservasi perdarahan

4) mengecek Hb cito bila diperlukan

5) mengobservasi in take dan out put cairan

6) berkolaborasi dengan dokter dan tim medis lain karna terjadi

perdarahan

7) mengambil persiapan darah untuk tranfusi darah intra operasi

d. Evaluasi Intra operatif

Perdarahan terkontrol, hingga operasi selesai jumlah perdarahan ± 550

cc, cairan infuse gelafusal 500 cc, cairan infuse ring as 1000 cc, jumlah

urine ± 500cc. TD : 100/78mmHg, RR : 22x/m, N : 68x/m, SpO2 :

100%. Tranfusi darah dimasukan prc 600cc.

3. Post operasi

a. Pengkajian post operatif

Analisa data post op

No. Tanggal Data Fokus Masalah Penyebab

1 22 oktober 2015, j : 22.45

DS : -DO : Klien tampak menggigil, pucat, akral dingin TD : 110/72mmHg, N : 88x/m, RR : 24x/m, SpO2 : 99%, Suhu : 35ºC

Hypotermi Lingkungan

dingin

2 22 oktober 2015, J 22.45

DS : -DO : Klien tampak gelisah, ku : sedang, kesadaran : apatis sedasi

Resiko Injuri Disorientasi,

efek anastesi

sedasi

3 22 oktober 2015, j : 23.15

DS : Os mengatakan pusing, nyeri di bagian perutDO : OS tampak meringis, skala nyeri 7 dari 0-10

Nyeri Adanya luka

operasi

22

Page 23: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

b. Diagnosa keperawatan post operatif

1) Hypotermi berhubungan dengan terpapar udara dingin yg lama.

2) Resiko injury berhubungan dengan efek anastesi

3) Nyeri berhubungan dengan luka operasi

c. Intervensi post operatif

DX 1 : hypotermi berhubungan dengan terpapar udara dingin yang lama.

1) Observasi TTV

2) Kaji tanda-tanda hipotermi

3) Kaji tanda perubahan warna kulit

4) Pantau intake dan output

5) Pertahankan suhu ruangan pemulihan

6) Beri selimut penghangat

7) Kolaborasi dalam pemberian obat

DX 2 : Resiko injury berhubungan dengan efek penggunaan obat-obat

anastesi umum.

1) Monitor TTV

2) Pasang side rail tempat tidur

3) Hindarkan lingkungan dari bahaya

4) Sediakan lingkungan yang aman

Dx 3 : Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi

1) Monitor TTV

2) Kaji skala nyeri, lokasi nyeri

3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4) Beri posisi nyaman

5) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

d. Implementasi Keperawatan post operatif

DX 1 : hypotermi berhubungan dengan terpapar udara dingin yang lama.

23

Page 24: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

1) mengbservasi TTV TD : 110/72mmHg, N : 88x/m, RR : 24x/m,

SpO2 : 99%, Suhu : 35ºC

2) mengaji tanda-tanda hipotermi Suhu : 35ºC

3) mengkaji tanda perubahan warna kulit, kulit terlihat pucat

4) memantau intake : infuse ring as 20 tpm, darah prc 600cc dan

output urine ±550cc

5) mempertahankan suhu ruangan pemulihan

6) memberi selimut penghangat

DX 2 : Resiko injury berhubungan dengan efek penggunaan obat-obat

anastesi umum.

1) Memonitor TTV TTV TD : 110/72mmHg, N : 88x/m, RR :

24x/m, SpO2 : 99%, Suhu : 35ºC

2) memasang side rail tempat tidur

3) menghindarkan lingkungan dari bahaya

4) menyediakan lingkungan yang aman

Dx 3 : Nyeri berhubungan dengan adanya luka operasi

1) memonitor TTV

2) mengkaji skala nyeri 7 dari 0-10, lokasi nyeri : disekitar perut

3) mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4) memberi posisi nyaman

5) berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik keterolac 30 mg,

tramal 500mg iv

e. Evaluasi post operatif

Os mengatakan masih merasa pusing dan mengantuk, os mengatakan

nyeri sedikit berkurang setelah mendapatkan obat, os tampak lebih

tenang TTV TD : 125/74mmHg, N : 90x/m, RR : 20x/m, SpO2 : 99%,

Suhu : 36ºC .

24

Page 25: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSU Bunda Margonda hari selasa 20 oktober 2015 jam 14.30

wib. Pasien mengeluh keluar benjolan dari vagina ± 1 tahun yang lalu, terasa nyeri di

perut bagian bawah. Pasien mengatakan keluar darah dari vagina ± sejak 3 bulan yang

lalu, darah yang keluar seperti darah menstruasi. Pasien mengatakan sebelumnya pernah

operasi biopsi di RS Hermina Mekarsari tanggal 13 OKTOBER 2015 hasil pemeriksaan

patologinya karsinoma serviks.

Tanda – tanda vital di ruangan : TD 150/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Suhu 380C

dan di Ruang Pre Op: TD 140/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 22x/m, Suhu 360c. Dari hasil

pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul saat pre operatif adalah

cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan, perubahan

status kesehatan. Menurut Nanda (2006) cemas adalah respon yang mempersepsikan

ancaman yang secara sadar ataupun diakui sebagai suatu bahaya.

Saat akan dilakukakan operasi, pembiusan dilakukan dengan general anestesi, pasien

terpasang ETT no 6 saturasi O2 100% dan mendapat terapi O2 8 liter/menit. Pasien

terpasang netral couter, operasi berjalan ± 7 jam. Selama operasi perdarahan cukup

namyak karena banyak memotong pembuluh darah besar sehingga dapat dianalisa

diagnose keperawatan yang muncul saat intra operatif adalah resiko perdarahan

berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Pasien masuk recovery room (RR) dalam keadaan belum sadar penuh. Pasien terpasang

O2 binasal kanul 2 l/m. Dari keadaan tersebut dapat diambil masalah keperawatan

resiko aspirasi karena pasien dilakukan general anestesi. Selain itu dengan kondisi yang

belum sadar penuh tidak memungkinkan pasien untuk bergerak, sehingga masalah

keperawatan resiko cedera baik diam ditempat tidur maupun saat pemindahan pasien

diambil.

25

Page 26: BAB I,II,III Prolap Uteri Dan HIsterektomi

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada pre ditemukan masalah keperawatan ketakutan berhubungan dengan

prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko combustio

berhubungan dengan penggunaan mesin electro surgical unit

Pada post operasi ditemukan diagnose keperawatan resiko aspirasi

berhubungan dengan perdarahan post op TE dan resiko cedera b.d proses

pemindahan pasien.

SARAN

Sebaiknya pasien pre operasi yang mengalami ketakutan dapat dialihkan

perhatiannya dari tersebut dengan cara mengajaknya berkomunikasi atau

music hipnoteraphy bila ada, dan dianjurkan untuk selalu berdoa

menjelang tindakan operasi

Pantau terus perdarahan yang keluar selama operasi berjalan, dan

perhatikan cairan yang masuk lewat infuse

Pindahkan pasien dengan lebih hati-hati dan tidak gugup

Pantau selalu posisi pasien (harus dalam posisi SIM) sampai pasien sadar

Penuh.

26