Mioma Uteri

23
LAPORAN INDIVIDU DEPARTEMEN MATERNITAS LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN RESUME DI RUANG CEMPAKA RSUD NGUDI WALUYO WLINGI- BLITAR Untuk Memenuhi Persyaratan Kompetensi Profesi Sarjana Keperawatan Oleh: Ayu Sisca Prastiwi NIM. 125070209111005 Kelompok I-A PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Laporan pendahuluan Mioma

Transcript of Mioma Uteri

Page 1: Mioma Uteri

LAPORAN INDIVIDU DEPARTEMEN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN DAN RESUME

DI RUANG CEMPAKA RSUD NGUDI WALUYO WLINGI- BLITAR

Untuk Memenuhi Persyaratan Kompetensi Profesi

Sarjana Keperawatan

Oleh:

Ayu Sisca Prastiwi

NIM. 125070209111005

Kelompok I-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Mioma Uteri

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN, RESUME

DIRUANG CEMPAKA RSUD NGUDI WALUYO WLINGI-BLITAR

9 FEBRUARI 2015 – 15 FEBRUARI 2015

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktek

Profesi Departemen Maternitas

Oleh :

Ayu Sisca Prastiwi

NIM: 125070209111005

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :

Tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

NIP. NIP.

Page 3: Mioma Uteri

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

A.    PENGERTIAN

   Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan

ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan

istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).

  Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang

berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,

leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak

yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai

produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma

mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi

(Crum, 2003).

B.     KLASIFIKASI

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka

tumbuh.Klasifikasinya sebagai berikut :

Mioma intramural : Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian

besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan

paling tengah, yaitu miometrium.

Mioma subserosa : Merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang

paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium.

Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar

lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau

dapat menempel dalam rongga peritoneum

disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan kedua terbanyak.

Mioma submukosa : Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam

sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat

bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai

menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang

disebut mioma geburt (Chelmow, 2005)

Page 4: Mioma Uteri

C.    ETIOLOGI

Etiologi pasti belum diketahui

Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri  mempengarui

pertumbuhan tumor

Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang

membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.

Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.

Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause

jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:

Usia penderita

Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50%

pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan

sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause

mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).

Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan

miometrium normal. (Djuwantono, 2005)

Riwayat Keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri

mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita

tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)

Makanan

Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi

menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma

uteri (Parker, 2007).

Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam

kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat

pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).

Paritas

Page 5: Mioma Uteri

Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan

wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali

(Manuaba, 2003).

D.    PATOFISIOLOGI 

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut

diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi.

sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi

pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan

menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat

menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga

uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan

menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau

ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari

myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba

falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal

ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

Page 7: Mioma Uteri

E.     TANDA DAN GEJALA

   Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya

tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul

diantaranya:

Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-

faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:

Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium

karena pengaruh ovarium

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara

serabut miometrium

Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang

mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat

menstruasi

Pembesaran perut bagian bawah

Uterus membesar merata

Infertilitas

Perdarahan setelah bersenggama

Dismenore

Abortus berulang

Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

(Chelmow, 2005)

F.     DIAGNOSIS

Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:

1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :

Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.

Kadang-kadang disertai gangguan haid

Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

A. Pemeriksaan abdomen

Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen

Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak

Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal

Page 8: Mioma Uteri

B. Pemeriksaan pelvis

 Adanya dilatasi serviks

Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul

3.  Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis

mioma uteri, sebagai berikut :

Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,

ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma

juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT

scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan

itu lebih mahal.

Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini

penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan

perjalanan ureter.

Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai

dengan infertilitas.

Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar

hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.

Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa

membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh

karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat

menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

Mioma Uteri

Page 9: Mioma Uteri

G.    DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah

Kehamilan

neoplasma ovarium

adenomiosis

keganasan uterus.

H.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:

1. Degenerasi ganas

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan

apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom

abdomen akut.

I.        PENATALAKSANAAN

1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan

ukuran tumor, dan terbagi atas :

a. Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

2) Monitor keadaan Hb

3) Pemberian zat besi

4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

b. Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :

1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia

2) Nyeri pelvis yang hebat

3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma

berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)

4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)

5) Pertumbuhan mioma setelah menopause

6) Infertilitas

7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).

Page 10: Mioma Uteri

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan

rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada

penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan

kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain

disingkirkan (Chelmow, 2005).

b. Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat

rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)

berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila

pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki

mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara

histerektomi, yaitu :

1)  Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma

intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi

2)  Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12

minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel

atau enterokel (Callahan, 2005).

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists

(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

1)  Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari

luar dan dikeluhkan oleh pasien.

2)  Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan

bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia

akibat kehilangan darah akut atau kronis.

3)  Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan

akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis

dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang

sering (Chelmow, 2005).

2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,

analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif

selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi

untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin,

inersia uteri atau obstruksi mekanik.

Page 11: Mioma Uteri

J.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN Data biografi pasien

Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus,

lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang

dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.

Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat

alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol

Riwayat kesehatan keluarga

Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker

servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah

pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :

Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama

persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi,

masalah bayi dan keadaan anak saat ini

Pemeriksaan genetalia

Pemeriksaan payudara

Riwayat operasi ginekologi

Pemeriksaan pap smear

Usia menarche

Menopause

Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

Kesehatan lingkungan/higiene

Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,

hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan

kepercayaan dan tingkat perkembangan.

Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain

Terapi medis yang diberikan

Efek samping dan respon pasien terhadap terapi

Persepsi klien terhadap penyakitnya

K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Page 12: Mioma Uteri

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen

injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

2. PK : Anemia

3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap

konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor

psikososial

5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;

ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan

prosedur invasi

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi

dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan

perkembangan penyakit

8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal

9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

Page 13: Mioma Uteri

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN

KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

NOC : Kontrol NyeriSetelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama 5x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut : Klien mampu mengenal faktor-faktor

penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri

Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi

Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan

Klien mampu mengontrol nyeri Ekspresi wajah klien rileks Klien melaporkan adanya penurunan

tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)

Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman

Nadi klien dalam batas normal (80-

 NIC1. Manajemen Nyeri

Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus

Observasi isyarat-isyarat  verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.

Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)

Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri

Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol

nyeri yang telah digunakan Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,

berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti:

relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi) Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan

Page 14: Mioma Uteri

100x/menit) Tekanan darah klien dalam batas

normal (120/80 mmHG)  Frekuensi pernafasan klien dalam

batas normal (12 – 20 x/menit)

respon pasien Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga

kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain

PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi dengan kriteria hasil: Konjungtiva merah muda Capilary refille ≤ 2 detik Mukosa mulut merah muda Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 g/dl),

RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x 105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-47,0%)

Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan kadar

Hb, RBC, Hct Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang

seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan, vitamin dan mineral sesuai indikasi

Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan monitor efek samping dan respon pasien setelah dilakukan

transfusi darahCemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres

NOC: Kontrol CemasSetelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut: Perawat memonitor  tingkat kecemasan

pasien Klien mampu menurunkan penyebab-

penyebab kecemasan Perawat dan keluarga dapat menurunkan

stimulus lingkungan ketika pasien cemas

Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan

Klien manpu menggunakan strategi

NICMenurunkan cemas: Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan

perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan

tindakan dengan komunikasi yang baik Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan

meningkatkan kenyamanan Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi

perasaannya Ciptakan hubungan saling percaya Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan

kecemasan

Page 15: Mioma Uteri

koping yang efektif Klien melaporkan kepada perawat

penurunan kecemasan Klien mampu menggunakan teknik

relaksasi  untuk menurunkan cemas Klien mampu mempertahankan

hubungan social, dan konsentrasi Klien melaporkan kepada perawat tidur

cukup, tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan

Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian

Ajarkan pasien teknik relaksasi Anjurkan pasien untuk  meningkatkan ibadah dan berdoa Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan

yang mengurangi kecemasan pasien

Page 16: Mioma Uteri

Discharge Planning

1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.

2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah

obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.

3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.

4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual

5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur

dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan

histerektomi.

6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka

pada luka post histerektomi.

7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada

luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.

8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada

pasien

9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang

tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan

dan keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.

10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas

berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

Page 17: Mioma Uteri

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in

Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in

Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.

Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.

London : Churchill Livingstone.

Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,

Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2.

Jakarta : EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates

Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology.

London : Mosby

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.

Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of

Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.

Widya Medika,

Page 18: Mioma Uteri

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika