Presus mioma uteri
-
Upload
dian-kristiani-ika-o -
Category
Documents
-
view
66 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of Presus mioma uteri

BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun
leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya.1
Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Diperkirakan insiden
mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Penelitian di Amerika
Serikat yang pernah dilakukan Scwartz menunjukkan angka kejadian mioma
uteri adalah 2-12,8 orang per 1000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia mioma
uteri ditemukan pada 2,4%-11,7% dari semua penderita ginekologi yang
dirawat.2
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Walaupun biasanya asimptomatik, mioma dapat menyebabkan banyak
problem, diperkirakan 20%-50% yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus
berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor. 1,3,4,5
Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh
kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan
saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh
dikulit luar rahim yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan
keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila tumor
membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras,
benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.
Perdarahan uteri yang sangat banyak merupakan indikasi yang paling banyak
untuk dilakukan histerektomi. Hal ini menimbulkan masalah besar dalam
kesehatan.1,3,4,5.
Oleh karena itu diperlukan pembahasan dan pemahaman mengenai mioma
uteri.
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neoplasma jinak ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leimioma, ataupun fibroid.6
B. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang
terkena.(3)
1. Lokasi
1) Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
2) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
2. Lapisan Uterus
1) Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis
lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa
umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai Currete bump. Tumor jenis ini
sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
2

rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang di lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi,
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia
dan sepsis karena proses di atas.5
2) Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat.
Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih
keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3) Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
4) Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja
dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam
satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk
bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma
terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti
kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma ini.
3

C. Faktor Risiko
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia
dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah
ditemukan.6 Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.7
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.8
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan
hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri. 8
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak
pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma
uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil
satu kali. 8
e. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan
ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor. 8
f. Kehamilan
4

Teori Stimulasi
Stimulasi Estroen
Etiologi
proliferasi di uterus
Hiperplasia endometrium
Mioma Uteri
Teori Cellnest
sel-sel otot imatur
Pemberian estrogen
tumor fibromatosa
Mioma Uteri
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadar estrogen yang kemungkinan dapat mempercepat terjadinya
pembesaran mioma uteri. 6
D. Patofisiologi
faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2
teori yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu:
1. Teori Stimulasi
Teori stimulasi berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi
dengan alasan :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri
2. Teori Cell nest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh estrogen.6
5

E. Gejala-gejala Klinis
Manifestasi klinis yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung
dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma.
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di
perut bagian bawah.
2. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan
menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering.. Teori yang
menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan
terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah
bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium.
Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke
endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang
stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki
reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus
abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan,
berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor
dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan
uterus yang abnormal.
Beberapa faktor-faktor lain yang menjadi penyebab perdarahan ini,
antara lain adalah :6
a. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
b. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
c. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
3. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal
ini timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
6

mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe.
Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan
muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.9
4. Efek Tekanan
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan
pada organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak
biasa dan sulit untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan
pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa
menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-
kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi. 6
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan
kesuburan masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan
mioma uteri mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi
apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba,
sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus
karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan
implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi
massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah
disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka
merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.10
F. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat dipalpasi pada
abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan
memberi kesan adanya perubahan-perubahan degeneratif. Perlunakan pada
7

abdomen yang disertai nyeri lepas dapat disebabkan oleh perdarahan
intraperitoneal dari ruptur vena pada permukaan tumor.8
Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun pada keadaan
tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks
dan terlihat pada osteum servikalis. Kalau serviks digerakkan, seluruh massa
yang padat bergerak.6
Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan
dengan uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi
luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan menggunakan sonde uterus.
Mioma submukosum kadang- kala dapat teraba dengan jari yang masuk
kedalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada pada permukaan
kavum uteri.6
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap
(DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien.6
2. Imaging
a. Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
b. Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
c. MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
H. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
8

a. Konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah:
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma.
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus.
2) Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan yang dilakukan bila kesuburan tidak
lagi perlu dipertahankan. Kriteria menurut American College of
ObstetriciansGynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah
sebagai berikut :
a) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak
dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8
hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri
hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian
9

bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria
mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.
c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif. Akhir-
akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya
hanya digunakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
10

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nomer CM : 795646
Nama : Ny. S
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Wangon RT 3 RW 10
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Waktu masuk : Sabtu, 17 September 2012 jam 16.00 WIB
B. Anamnesis (Autoanamnesis dan Alloanamnesis)
1. Keluhan utama : keluar darah dari jalan lahir sejak 17 september 2012
pukul 05.00 WIB
2. Keluhan tambahan : benjolan di perut sejak 20 tahun yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan surat pengantar RSUD Majenang dengan
Mioma multiple dan hasil lab Hb 6 gram/dl. Pasien mengeluhkan keluar
darah banyak dari jalan lahir sejak 11 jam lalu berupa gumpalan-
gumpalan darah berwarna merah kehitaman. Awalnya mens tanggal 10
September 2012, seperti mens pada bulan-bulan sebelumnya yang
biasanya berlangsung 10 hari dengan jumlah darah yang banyak hingga
ganti pembalut 5 kali perhari, namun sejak 11 jam lalu darah yang keluar
begitu banyak. Pasien mengaku tak tahu pasti jumlah darah yang keluar,
menurutnya lebih dari 5 gelas belimbing. Pasien juga mengeluhkan
benjolan di perut bawah yang dirasakan sudah 20 tahun yang lalu.
Awalnya sebesar telur ayam namun terus membesar hingga kini sebesar
kepalan tangan orang dewasa. Keputihan dirasakan selama 1 bulan
11

terakhir berwarna jernih, tidak berbau, sedikit gatal dan pasien
menyangkal adanya nyeri saat berhubungan dengan suami. Pasien
mengeluh susah buang air kecil sejak seminggu yang lalu. Pasien
mengaku tidak mengalami penurunan berat badan dan nafsu makan baik.
Hari pertama haid terakhir : 5 September 2012
Riwayat menstruasi : mens teratur, kurang lebih lamanya 10 hari,
ganti pembalut kurang lebih 5x sehari, ada
nyeri haid, siklus kurang lebih 30-31 hari,
menarche usia 13 tahun.
Riwayat menikah : sekali, sejak 11 tahun yang lalu
Riwayat KB : belum pernah menggunakan KB
Riwayat obstetri : P0 A0
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat hipertensi sebelum hamil : disangkal
b. Riwayat asma : disangkal
c. Riwayat alergi : disangkal
d. Riwayat kejang : disangkal
e. Riwayat kencing manis : disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : disangkal
g. Riwayat penyakit paru : disangkal
h. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
5. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat asma : disangkal
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
f. Riwayat penyakit kandungan : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tinggal bersama suami
yang bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan tidak tetap.
12

Pemeriksaan Fisik
Sabtu, 17 September 2012 jam 16.00 WIB (IGD)
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan/agak lemah
2. Kesadaran : composmentis
Glascow Coma Scale : 15 (Eye 4 Motoric 6 Verbal 5)
3. Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
4. Vital sign
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 116 kali/menit, reguler, isi dan tegangan
lemah
Laju pernapasan : 22 kali/menit, reguler
Suhu tubuh : 36,5 oC
Status Generalis
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : mesocephal, simetris, tidak tampak venektasi temporalis
Mata : simetris, tampak konjungtiva anemis, sklera ikterik
negatif, refleks pupil normal isokor 3 mm
Hidung : tidak tampak discharge maupun nafas cuping hidung
Mulut : bibir tidak pucat maupun sianosis
2. Pemeriksaaan Leher
Inspeksi : tidak tampak deviasi trakea
Palpasi : JVP 5+2 cm H2O
tak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi
3. Pemeriksaan Thoraks
a. Pulmo
Inspeksi : dinding dada simetris, tidak tampak retraksi interkostal
Palpasi : vokal fremitus lobus superior dan inferior paru kanan sama
dengan paru kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, reguler, tidak terdengar ronki basah
kasar, ronki basah halus maupun wheezing.
13

b. Cor
Inspeksi : ictus cordis tampak pada SIC V LMCS
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V LMCS, tidak kuat angkat
Perkusi : batas cor kanan atas SIC II LPSD, kiri atas SIC II LPSS
kanan bawah SIC IV LPSD, kiri bawah SIC V LMCS
Auskultasi : S1 > S2, reguler, tidak terdengar murmur maupun gallop
4. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus + normal
Perkusi : timpani, pekak pada masa
Palpasi : teraba masa dengan konsistensi padat, immobile atau sulit
digerakkan, batas atas: 2 jari dibawah pusat, batas bawah:
suprapubik, batas kanan: sejajar umbilicus, batas kiri:
linea parasternalis sinistra.
5. Pemeriksaan ekstrimitas
tidak tampak sianosis, akral hangat, tidak terdapat pitting edema pada
kedua ekstrimitas inferior.
6. Pemeriksaan Genitalia
a. Inspeksi genitalia externa:
distrubusi mons pubis merata, tidak tampak luka maupun pembesaran
kelenjar Bartholini, pengeluaran pervaginam + berupa flek
b. Pemeriksaan bimanual
terdapat darah, pembukaan negatif, porsio teraba dan bergetar saat masa
abdomen digerakkan.
C. Diagnosis di IGD
P0 A0 usia 46 tahun dengan mioma uteri dan anemia gravis
D. Sikap dan Penatalaksanaan
IGD
1. Evaluasi Airway, Breathing, Circulation (ABC)
A : Menjaga jalan nafas agar tetap bebas
14

B : Evaluasi pernafasan dan memberikan oksigen jika pasien semakin
mengeluh sesak
C : Evaluasi tekanan darah dan nadi, memasang jalur intravena Ringer
Laktat 20 tetes/menit, memasang kateter urin untuk balance cairan
2. Pemantauan seksama tanda vital dan keadaan umum
3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, PT, APTT, SGOT, SGPT,
elektrolit darah
4. Terapi: IVFD RL 20 tpm, injeksi ampicilin 1x1 gram, Kalnex 3x500 mg,
Transfusi darah 1 kolf PRC
5. Rawat Bangsal Teratai
6. Pemeriksaan EKG
a. Tanggal 17-9-12 Jam 17.00 WIB
Interpretasi: sinus takikardi dengan HR 122 kali/ menit
Pemeriksaan Darah Lengkap Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 2,2 (N= 14-18 g/dL)Leukosit 10840 (N=4.800-10.800/uL)Hematokrit 9 (N= 42-52 %)Eritrosit 1,8 (N= 4,7-6,1 /uL)Trombosit 127.000 (N= 150.000-450.000 /uL)MCV 50,8 (N= 79,0-99,0 fL)MCH 12 (N= 27,0-31,0 pg)MCHC 23,7 (N= 33,0-37,0 %)Hitung jenisBasofil 0,4 (N= 0-1 %)Eosinofil 0,6 (N= 2-4 %)Batang 0 (N= 2-5 %)Segmen 61 (N= 40-70 %)Limfosit 22 (N= 25-40 %)
15

Monosit 26,3 (N= 2-8 %)
Uji Koagulasi Hasil Nilai Normal
PT 12,2 (N= 11,5-15,5 detik)APTT 32,5 (N= 25-35 detik)
Kimia Klinik Hasil Nilai Normal
SGOT 22 (N= 15-37 U/L)SGPT 25 (N= 20-65 U/L)LDH 152 (N= 100-190 U/L)Ureum darah 10,6 (N= 14,98-38,52 mg/dL)Kreatinin darah 0,45 (N= 0,60-1,00 mg/dL)Natrium 137 (N= 136-145 mmol/L)Kalium 4 (N= 3,5-5,1 mmol/L)Klorida 100 (N= 98-107 mmol/L)Kalsium 8 (N= 8,4-10,2 mg/dL)
Pemeriksaan Urin Lengkap Hasil Nilai Normal
Fisisa. Warna Kuning (N= kuning muda-kuning tua)b. Kejernihan jernih (N= jernih)c. Bau Khas (N= khas)Kimiaa. Berat jenis 1,025 (N= 1,010-1,030)b. pH 6,0 (N= 4,6-7,8)c. Leukosit - (N= -)d. Nitrit - (N= -)e. Protein 0 (N= -)f. Glukosa Normal (N= normal)g. Keton - (N= -)h. Urobilinogen Normal (N= normal) i. Bilirubin - (N= -)j. Eritrosit - (N= -)Sedimena. Eritrosit 0-1 (N= -)b. Leukosit 2-4 (N= -)c. Epitel 4-5 (N= -)d. Silinder hialin - (N= -)e. Silinder lilin - (N= -)
16

Hasil USG tanggal 19 September 2012:
Pembesaran uterus disertai massa iso-hipoekoik multilobulated ukuran sekitar
16,58 x 8,58 cm cenderung gambaran mioma uteri
Efusi pleura duplek
Tak tampak kelainan lainnya pada organ intraabdomen lain diatas secara
sonografi.
17

Bangsal Teratai (17-27 September 2012)
17 s.d 18 19 s.d 20 21 s.d 22 23-9-2012 24-9-12 25 s.d 26 27-9-12Keluhan Benjolan di
perutBenjolan di
perutBenjolan di
perutBenjolan di
perutBenjolan di
perutNyeri bekas
operasiTidak ada
Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Vital SignTekanan darah 110/70 120/80 110/70 110/80 120/70 120/80 110/80Nadi 80 88 84 120 80 88 88Laju pernapasan 20 20 18 24 20 22 22Suhu 36,8 36,7 36,9 38,5 38,7 38,9 36
Status generalisKonjungtiva anemis +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+ +/+Cor S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g- S1>S2, m-, g-Pulmo SD ves +/+
rbh -/- wh -/-SD ves +/+
rbh -/- wh -/-SD ves +/+
rbh -/- wh -/-SD ves +/+
rbh +/+ wh -/-SD ves +/+
rbh +/+ wh -/-SD ves +/+
rbh +/+ wh -/-SD ves +/+
rbh +/+ wh -/-Ekstrimitas:edema
Sup : -/- Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
Sup : -/-Inf : +/+
AbdomenInspeksi Datar Datar Datar Datar Datar Datar, perban
+, rembes -Datar, perban +, rembes -
Auskultasi Bising usus + normal
Bising usus + normal
Bising usus + normal
Bising usus + normal
Bising usus + normal
Bising usus + normal
Bising usus + normal
Perkusi Timpani,pekak pada masa
tumor
Timpani, pekak pada masa tumor
Timpani, pekak pada masa tumor
Timpani Timpani Timpani Timpani
Palpasi Teraba masa tumor
Teraba masa tumor
Nyeri tekan + Nyeri tekan + Nyeri tekan + Nyeri tekan - Supel, nyeri tekan -
18

PPV 50 ml + normal + normal + normal + normal + normal + normalLab Hb: 2,2 gr/dl (19-9): Hb: 6
gr/dl, (20-9) Hb: 8gr/dl
11,5 gr/dl 10 gr/dl 7,7 gr/dl (25-9): 7,9 tgl (26-9): 9,3
gr/dl
12,5 gr/dl
Terapi IVFD RL 20 tpm, gram,
Kalnex 3x500 mg, Transfusi darah hingga
Hb ≥ 10
IVFD RL 20 tpm Kalnex 3x500 mg, Transfusi
darah hingga Hb ≥ 10
IVFD RL 20 tpm Kalnex 3x500 mg,
IVFD RL 20 tpm Kalnex 3x500 mgTransfusi
darah hingga Hb ≥ 10
IVFD RL 20 tpm Kalnex 3x500 mg
Transfusi darah hingga Hb ≥ 10
IVFD RL 20 tpm Kalnex 3x500 mg,
paracetamol 3x500 tab
-
diagnosis P0A0,
46th
dengan
mioma
uteri dan
anemia
gravis
P0 A0 usia
46 tahun
dengan
mioma
uteri dan
anemia
ringan
P0 A0 usia
46 tahun
dengan
mioma
uteri
P0 A0 usia
46 tahun
dengan
mioma
uteri
P0 A0 usia
46 post
TAH dan
BSO ai
Mioma uteri
dan anemia
sedang
P0 A0 usia
46 post
TAH dan
BSO ai
Mioma
uteri dan
anemia
sedang
P0 A0 usia 46 post TAH dan BSO ai Mioma
uteri
19

Teratai (Kamis, 27 September 2012 jam 08.00 WIB)
1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
2. Vital sign
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit, reguler, isi dan tegangan
Cukup
Laju pernapasan : 22 kali/menit, reguler
Suhu tubuh : 36 oC
3. Status Generalis
Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : mesocephal, simetris, tidak tampak venektasi temporalis
Mata : simetris, tidak tampak konjungtiva anemis, sklera ikterik
negatif, refleks pupil normal isokor 3 mm
Hidung : tidak tampak discharge maupun nafas cuping hidung
Mulut : bibir tidak pucat maupun sianosis
4. Pemeriksaaan Leher
Inspeksi : tidak tampak deviasi trakea
Palpasi : JVP 5+2 cm H2O
tak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan limfonodi
5. Pemeriksaan Thoraks
a.Pulmo
Inspeksi : dinding dada simetris, tidak tampak retraksi interkostal
Palpasi : vokal fremitus lobus superior dan inferior paru kanan sama
dengan paru kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, reguler, tidak terdengar ronki basah
kasar, ronki basah halus maupun wheezing.
b.Cor
Inspeksi : ictus cordis tampak pada SIC V LMCS
Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V LMCS, tidak kuat angkat
Perkusi : batas cor kanan atas SIC II LPSD, kiri atas SIC II LPSS
20

kanan bawah SIC IV LPSD, kiri bawah SIC V LMCS
Auskultasi : S1 > S2, reguler, tidak terdengar murmur maupun gallop
6. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar, perban +, rembes -
Auskultasi : Bising usus + normal
Perkusi : timpani, pekak pada masa
Palpasi : supel, nyeri tekan -
7. Pemeriksaan ekstrimitas
tidak tampak sianosis, akral hangat, tidak terdapat pitting edema
pada kedua ekstrimitas inferior.
8. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
Inspeksi :
distrubusi mons pubis merata, tidak tampak luka maupun
pembesaran kelenjar Bartholini, pengeluaran pervaginam (-)
Pemeriksaan Darah Lengkap
Kamis, 27 September 2012
Hemoglobin (N= 14-18 g/dL)
12,5
Leukosit (N=4.800-10.800/uL)
9980
Hematokrit (N= 42-52 %) 45Eritrosit (N= 4,7-6,1 /uL) 4,4Trombosit (N= 150.000-450.000 /uL)
180.000
MCV (N= 79,0-99,0 fL) 81,5MCH (N= 27,0-31,0 pg) 27,2MCHC (N= 33,0-37,0 %) 33,3RDW (N= 11,5-14,5 %) 15,5Hitung jenisBasofil (N= 0-1 %) 0,1Eosinofil (N= 2-4 %) 0Batang (N= 2-5 %) 0Segmen (N= 40-70 %) 82,3Limfosit (N= 25-40 %) 9,9Monosit (N= 2-8 %) 7,7
Diagnosis akhir
21

P0 A0 usia 46 tahun post Total Abdominal Histerektomi atas indikasi mioma
uteri
Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad sanam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
22

PEMBAHASAN
A. Analisis Diagnosis
Pada kasus ini didiagnosis awal P0 A0 usia 46 tahun dengan mioma uteri
dan anemia gravis, dengan dasar:
1. Keluhan utama perdarahan banyak dari jalan lahir sejak 11 jam lalu, yang
diawali dengan mens sejak 10 hari lalu dengan darah yang juga banyak
hingga ganti pembalu 5x/hari. Keluhan lainnya yang dirasakan yaitu
terdapat benjolan di perut sejak kurang lebih 20 tahun yang lalu, tidak
adanya nyeri, pasien mengalami gangguan menstruasi dengan lama
menstruasi kurang lebih 10 hari, jumlah darah mens banyak (lebih dari 5x
ganti pembalut perhari) disertai nyeri haid. Pasien mengeluh susah buang
air kecil sejak semingggu yang lalu. Pasien teah menikah 11 tahun namun
belum pernah hamil.
2. Dari hasil palpasi abdomen didapatkan:
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus + normal
Perkusi : timpani, pekak pada masa
Palpasi : teraba masa dengan konsistensi padat, immobile atau sulit
digerakkan, batas atas: 2 jari dibawah pusat, sebesar kurang lebih 2
kepalan tangan orang dewasa. batas bawah: suprapubik, batas
kanan: sejajar umbilicus, batas kiri: linea parasternalis sinistra
Pemeriksaan Genitalia Eksterna
a. Inspeksi dengan inspekulo :
Distrubusi mons pubis merata, tidak tampak luka maupun
pembesaran kelenjar Bartholini.
b. Pemeriksaan bimanual
Terdapat darah, pembukaan negative, porsio teraba dan bergetar
saat masa abdomen digerakkan.
Pemeriksaan USG 19 september 2012
23

Pembesaran uterus disertai massa iso-hipoekoik multilobulated ukuran
sekitar 16,58 x 8,58 cm, cenderung gambaran mioma uteri. Efusi pleura
duplek, tak tampak kelainan lainnya pada organ intraabdomen lain secara
sonografi.
B. Pembahasan Manifestasi Klinis pada Pasien
Gejala yang ditimbulkan sangat bergantung pada sarang mioma ini
berada (serviks, intramural, submukosa atau subserosa). Gejala-gejala pada
pasien ini antara lain :
1. Perdarahan Abnormal
Gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih
banyak dari normal, atau lebih lama dari biasanya. Teori yang
menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan
terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah
bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium.
Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke
endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang
stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki
reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus
abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan,
berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor
dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan
uterus yang abnormal. Beberapa faktor-faktor lain yang menjadi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :6
d. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
e. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
f. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Nyeri perut dan dismenore
Nyeri perut timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma yang disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada
24

mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan
pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan
tungkai bawah Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan,
pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan dismenore.9
3. Gangguan Buang Air Kecil
Pasien mengeluh susah buang air kecil. Pembesaran mioma dapat
menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di sekitar uterus.
Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan
langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria
dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila
berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis.6
4. Infertilitas
Pasien ini telah 11 tahun menikah namun belum pernah hamil.
Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.6
C. Faktor predisposisi pada pasien dan hubungannya
Faktor predisposisi pada pasien tersebut kemungkinan karena :
1. Usia
faktor umur pasien 45 tahun dimana tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara kurang lebih usia 35-45 tahun.
Diperkirakan korelasi hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah
kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Reseptor estrogen
pada mioma uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan
miometrium normal. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan
meningkatkan aktivitas mitotic dan mioma pada wanita muda namun
mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara
pasti. Progesterone memungkinkan pembesaran tumor dengan cara
down-regulation apoptosis dari tumor. 11,12
25

2. Paritas
Mioma lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi. Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit
kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan mioma ini
dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang
tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
D. Penanganan pada kasus ini:
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan histerektomi mengingat pada
hasil pemerikasaan dalam didapatkan besar dan konsistensi uterus sebesar
lebih dari kepalan orang dewasa dan terdapat keluhan perdarahan, nyeri dan
anemia berat. Hal tersebut sesuai dengan penatalaksanaan mioma uteri yang
menyebutkan dapat tindakan histerektomi apabila memenuhi memenuhi
kriteria American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi, yaitu sebagai berikut:13
a. Terdapat 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan:
Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi:
Nyeri hebat dan akut
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
Penekanan buli-buli dan frekuensi urin yang berulang-ulang dan tidak
disebabkan karena infeksi saluran kemih
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat
adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan
histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
26

Tindakan histerektomi pada mioma uteri merupakan indikasi bila
didapati keluhan menorraghia, metroraghia, keluhan obstruksi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.
Pada kasus ini dilakukan Total Abdominal Histerektomi dimana
pengangkatan rahim dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan
vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini
adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa
uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk
melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada
mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.
Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang
lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta
menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.14
Dampak umum dilakukan tindakan pembedahan antara lain
pendarahan yang dapat memerlukan transfuse darah, injeksi meliputi
infeksi sistemik, pelvik atau infeksi pada luka operasi, infeksi pada
saluran kemih. Cedera pada organ sekitar seperti kandung kemih,
saluran kencing, usus, pembuluh darah, dan saraf. Penyumbatan
(emboli) vena karena thrombus (bekuan darah). Waktu penyembuhan
luka operasi lama dan atau terdapat robekan sehingga perlu tambahan
penjahitan ulang dan keloid.14
BAB IV
KESIMPULAN
27

Kesimpulan laporan kasus ini adalah :
1. Diagnosis pada saat pasien ini datang ke IGD yaitu : P0 A0 usia 46 tahun
dengan mioma uteri dan anemia gravis dan diagnosis saat pulang P0 A0 usia
46 tahun post Total Abdominal Histerektomi atas indikasi mioma uteri
2. Terapi yang dilakukan diantaranya : perbaikan keadaan umum lalu dilakukan
tindakan operatif berupa total histerektomi trans abdominal karena didapatkan
besar dan konsistensi uterus sebesar lebih dari kepalan orang dewasa dan
terdapat keluhan perdarahan, nyeri dan anemia berat.
3. Faktor risiko mioma uteri pada pasien ini yaitu : usia dan paritas (nullipara)
28