BAB III Laporan Kasus VIEN

download BAB III Laporan Kasus VIEN

of 18

Transcript of BAB III Laporan Kasus VIEN

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    1/18

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tuberkulosis

    2.1.1. Defnisi dan Etiologi Tuberkulosis

     Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronis

    yang menyerang paru dan dapat terjadi pada organ

    ekstra paru seperti pleura, selaput otak, kulit, kelenjar

    limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-

    lain.1

    Secara umum, disebut tuberkulosis ekstra paru

    apabila tanda tuberkulosis terjadi pada organ selain

    paru.

    2

     Tuberkulosis disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis.

    M.tuberculosis adalah kuman bentuk batang, bersifat

    aerob yang memperoleh energi dari oksidasi beberapa

    senyawa karbon sederhana, dan tidak membentuk

    spora. Ukuran  kuman ini sekitar ,! " # $m.# Secara

    umum, Mycobacteria rentan terhadap suhu yang  tinggi

    dan sinar U%.! &engan pewarnaan tehnik 'iehl

    (eelsen, maka kuman ini  tergolong )akteri Tahan *sam

    +)T*.

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    2/18

    2.1.2. Patofsiologi dan Patogenesis Tuberkulosis

    A.

    B. .

    &roplet nuclei disertai .

     Tuberkulosis terinhalasi masuk 

    *pabila terjadi

    penurunan sistem

    imun dinding menjadi

    kehilangan integritas

    dan kuman dapat 

    akrofag dan limfosit T

    bekerja sama untuk

    mencegah penyebaran

    infeksi dengan membentuk

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    3/18

    !a"bar 1 . /ato0siologi dan patogenesis

    tuberkulosis

    +Sumber Tuberculosis /athophysiology, linical 3eatures, and

    &iagnosis!

     Tuberkulosis merupakan penyakit yang

    disebabkan oleh masuknya M.tuberculosis ke

    dalam sistem respirasi.  4uman ini dibatukkan

    atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam

    udara sekitar kita. /artikel infeksi ini dapat  menetap

    dalam udara bebas sel  ama 1-2 jam, tergantungpada ada tidaknya sinar ultra5iolet, 5entilasi yang

    buruk dan kelembapan. &alam suasana lembap dan

    gelap, kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-

    bulan. Setelah masuk ke paru,  kuman ini dihadapi

    pertama kali oleh netro0l, kemudian baru oleh makrofag.

    4ebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh

    makrofag dan keluar dari percabangan  trakeobronkial

    bersama gerakan silia dan sekretnya.6

    7nteraksi antara kuman dengan reseptor makrofag,

    yaitu Toll-like receptors +T89s  menghasilkan kemokin

    dan sitokin yang dikenal sebagai sinyal infeksi. Sinyal

    ini  menyebabkan berpindahnya monosit dan sel

    dendritik dari aliran darah ke tempat  infeksi pada

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    4/18

    paru.1

    Sel dendritik memegang peranan penting

    sebagai presenter antigen  pada fase awal infeksi

    dibandingkan makrofag serta berperan dalam akti5asi

    sel  T  dengan antigen spesi0k dari M. tuberculosis. Sel

    dendritik  yang menelan kuman menjadi matur dan

    bermigrasi ke limfonodi. 3enomena dari migrasi sel

    menuju focus infeksi menyebabkan terbentuknya

    granuloma.1,11

    :ranuloma dibentuk oleh sel T, makrofag, sel

    ), sel dendritik, sel endothel dan sel epitel.

    :ranuloma ini pada dasarnya mencegah penyebaran

    kuman dalam makrofag dan menghasilkan respon imun

    yang berhubungan dengan interaksi antara  sekresi

    cytokines oleh makrofag dan sel T. :ranuloma menjadi

    sarang kuman dalam periode yang lama +atau

    disebut 3okus :hon.1 Sarang  primer ini dapat

    terjadi di setiap bagian jaringan paru. )ila menjalar

    sampai pleura, maka dapat terjadi efusi pleura. 4uman

     juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal,

     jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati

    regional kemudian kuman masuk  ke dalam 5ena dan

    menyebar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal,dan tulang. )ila masuk ke arteri pulmonalis maka

    terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi T)

    milier.6

    Selain itu dapat pula terjadi limfadenitis regional

    dan limfangitis lokal. Sarang primer, limfangitis lokal

    dan limfadenitis regional disebut sebagai 4ompleks

    /rimer +9anke. Semua proses ini dapat memakan waktu

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    5/18

    #-; minggu.16  *pabila terjadi ketidakseimbangan

    cytokines maka kuman akan terlepas dan  terjadi

    reakti5asi penyakit.1

    2.1.#. Diagnosis dan $ani%estasi Klinis

    4etika seorang pasien menderita tuberkulosis,

    gejala dan tanda awal tidak spesi0k. Secara umum,

    tanda dan gejala tuberkulosis adalah batuk produktif 

    yang berkepanjangan +

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    6/18

    non-tuberkulosis.12

     /enyakit tuberkulosis merupakan penyakit

    infeksi yang bersifat kronis, dengan gejala dan tanda

    yang kurang spesi0k sehingga dapat menyebabkan

    keterlambatan diagnosis karena pasien menunda

    pemeriksaan, ditambah dengan hasil pemeriksaan

    yang belum pasti. Sebuah penelitian dilakukan di

    (orway menunjukan bahwa pada negara dengan

    pre5alensi tuberkulosis cukup tinggi memiliki

    kecenderungan terlambat dalam menentukan

    diagnosis tuberkulosis. 3aktor-faktor seperti sosial

    dan ekonomi, kurangnya pengetahuan akan bahaya

    tuberkulosis, kurangnya fasilitas kesehatan yang

    memadai dan lain sebagainya menyebabkan

    kebanyakan pasien terlambat memeriksakan  dirinya,

    sehingga kebanyakan pasien datang dalam kondisi

    kronis.1!

    2.1.&. Pe"eriksaan Tuberkulosis

    Untuk menentukan diagnosis tuberkulosis diperlukan

    beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan 0sik,

    radiologis, tes tuberculin dan

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    7/18

    laboratorium. /emeriksaan 0sik merupakan

    pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum

    pasien, dimana

    mungkin ditemukan kulit dan konjungti5a yang pucat

    karena  anemia, suhu meningkat karena demam

    subfebris, badan kurus atau berat badan menurun.6

    /emeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan

    yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis,

    meskipun membutuhkan biaya lebih. 8okasi lesi

    tuberkulosis biasanya berada di daerah apeks paru

    +segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus

    bawah, tetapi dapat pula mengenai lobus bawah

    +bagian inferior, atau  daerah hilus menyerupai tumor

    paru +misalnya pada tuberkulosis endotrakeal. /ada

    awal penyakit lesi masih merupakan sarang

    pneumonia. )ila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka

    bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas.

    8esi ini dikenal sebagai tuberkuloma.6

    /ada pemeriksaan dengan tes tuberculin dilakukan

    dengan menyuntikan ,1 cc tuberculin Purifed Protein

    Derivative +//& intrakutan. Tes ini hanya menyatakan

    apakah seorang indi5idu sedang atau pernah

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    8/18

    mengalami infeksi M.tuberculosis, M.bovis, 5aksinasi

    Basil Calmette-Guérin +): dan

    Mycobacteria pathogen lainnya.6

    /emeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan

    darah dan sputum. /emeriksaan darah pada pasien

    tuberkulosis menunjukan jumlah leukosit yang sedikit

    meninggi, jumlah limfosit di bawah normal, 8aju

    =ndap &arah +8=& mulai meningkat, anemia ringan,

    gama globulin meningkat, dan kadar natrium darah

    menurun. Sedangkan pemeriksaan sputum penting

    dilakukan, karena dengan ditemukannya kuman )T*

    dengan pengecatan 'iehl (eelsen maka diagnosis

    tuberkulosis sudah dapat dipastikan.6

    2.1.'. Tuberkulosis dan Ane"ia

    /ada pemeriksaan 0sik terhadap kondisi

    umum pasien tuberkulosis ditemukan konjungti5a

    mata atau kulit yang pucat karena anemia. *nemia

    pada tuberkulosis dapat dikarenakan terjadinya

    gangguan pada proses eritropoesis oleh mediator

    in>amasi, pemendekan masa hidup eritrosit,

    gangguan metabolisme besi, adanya  malabsorbsi dan

    ketidakcukupan ?at gi?i6 )aik anemia penyakit kronik

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    9/18

    maupun  anemia de0siensi besi dapat terjadi pada

    penderitatuberkulosis. Sebuah penelitian yang

    dilakukan di 4orea pada tahun 2- menunjukan

    dari 22 pasien tuberkulosis yang mengalami anemia,

    terdapat 61,@A memiliki gambaran normositik

    normokromik yang merupakan salah satu ciri dari

    anemia penyakit kronik.

    2.2. Ane"ia

    2.2.1. Defnisi Ane"ia dan Klasifkasi

    enurut BCD, anemia dide0nisikan sebagai suatu

    kondisi dimana jumlah sel darah merah atau

    kapasitas pengikatan oksigen lebih rendah

    daripada kebutuhan 0siologis seseorang, dimana

    ber5ariasi menurut umur, jenis kelamin, kebiasaan

    merokok dan status kehamilan.1E

    Tabel 1. )atas kadar hemoglobin normal menurut

    BCD1

    usia dan (enis kela"in kadar )e"oglobin

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    10/18

    *nak usia bulan " tahun

    *nak usia " 1! tahun/ria dewasa

    Banita dewasa, tidak hamil

    Banita dewasa, hamil

    11 g*dl

    12 g*dl1# g*dl

    12 g*dl

    11 g*dl

    Anemiadapat disebabkan oleh defisiensi Fe, asam folat, vitamin

    B12, vitamin A. Penyakit kronis, infeksi parasit, inflamasi kronis

     juga dapat menyebabkan anemia.17

    Tabel 2. Pembagian anemia menurut ational !an"er #nstitute

    grade kategori $b

    %

    1

    2

    &

    '

    normal

    ringan

    sedang

     berat

    mengan"am ji(a

    12.%)1*.% g+dl (anita- dan 1'.%)1.%g+dlpria-

    1%.% g+dl s.d batas normal

    .%)1%.% g+dl

    *./)7.0 g+dl

    *./ g+dl

    Pada tuberkulosis dapat terjadi anemia defisiensi besi dan anemia

     penyakit kronik. Anemia dengan gambaran normositik normokromik 

    merupakan jenis anemia yang  paling banyak ditemukan pada

    tuberkulosis. ambaran ini merupakan gambaran  dari anemia penyakit

    kronik.1*

    2.2.2. Etiologi Ane"ia dan Pen+akit Kronik 

    2.2.2.1. ,eaksi In%eksi dan In-a"asi

    3espon imun yang mun"ul karena reaksi infeksi dan

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    11/18

    inflamasi menyebabkan dilepasnya protein yang disebut sitokin.

    Protein ini membantu dalam proses penyembuhan dan mela(an infeksi,

    tetapi juga dapat mempengaruhi fungsi tubuh  yang normal. Pada

    anemia penyakit kronik, sitokin mengganggu kemampuan tubuh  dalam

    mengabsorbsi dan menggunakan Fe. 4itokin juga dapat mengganggu

    kegiatan  normal dari erythropoietin dalam pembentukan sel darah

    merah.1

    Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan anemia penyakit kronik 

    adalah tuberkulosis, endokaditis, dan osteomyelitis. 3eaksi inflamasi

    yang menyebabkan anemia penyakit kronik antara lain arthritis

    rheumatoid, lupus, diabetes mellitus, gagal  jantung,  dan  Inflammatory

     Bowel Disease #B5-.1

    2.2.2.2. Pen+akit !in(al

    Pasien dengan penyakit ginjal dapat berkomplikasi pada anemia

    karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah karena ginjal yang sakit

    menyebabkan terganggunya pembentukan eritropoetin. Alasan yang lain

    adalah pada penyakit ginjal menyebabkan absorbsi dan penggunaan Fe

    yang abnormal sehingga terjadi anemia. Pasien  dengan gagal ginjal juga

    dapat mengalami defisiensi Fe karena berkurangnya darah selama

    hemodialisis./

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    12/18

    2.2.#. Patogenesis Ane"ia Pen+akit Kronik 

    Anemia sebagai dampak dari penyakit kronis dipengaruhi oleh

    imunitas tubuh. 4itokin dan sel  Reticulo Endothelial System 364-

    menyebabkan  perubahan homeostasis Fe, proliferasi sel progenitor 

    eritroid, produksi eritropoietin, dan  juga mempengaruhi masa hidup

    eritrosit, dimana semua proses ini berkontribusi  pada terjadinya anemia.

    Proses pembentukan eritrosit dapat dipengaruhi oleh penyakit kronis

    melalui infiltrasi sel tumor ke sumsum tulang atau oleh mikroorganisme,

    seperti pada $#, infeksi, hepatitis !, malaria, dll.0

    8arakteristik anemia penyakit kronik adalah terganggunya

    homeostasis Fe, dengan adanya peningkatan uptake dan retensi Fe

    dalam sel 364. $al ini menyebabkan terjadinya pengalihan Fe dari

    sirkulasi ke tempat penyimpanan sistem 364, yang diikuti keterbatasan

     persediaan Fe untuk sel progenitor eritroid, dan menyebabkan terbatasnya

     proses pembentukan eritrosit.0

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    13/18

    Gambar 2. Patogenesis terjadinya anemia karena penyakit kronis

    4umber9 Anemia of !hroni" 5isease-0

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    14/18

    Pada bagian A menunjukan adanya invasi mikroorganisme,

    sel malignant, atau reaksi autoimun menyebabkan aktivasi sel

    : dan monosit. 4el)sel ini merangsang mekanisme imun dan

    menghasilkan sitokin interferon); dari sel :- dan :F):1, dan

    terjadi kenaikan pemasukan Fe dalam  makrofag. 3angsangan

     proinflamatory ini menyebabkan retensi Fe pada makrofag

    dengan menurunkan reaksi ferropotin, sehingga mengurangi

     pelepasan Fe dari sel  ini.

    Feroportin adalah suatu pengirim

    Fe transmembran, yang berperan dalam  absorbsi Fe dari

    duodenum menuju sirkulasi.10

    4itokin anti inflamasi seperti #=)1%

     juga menyebabkan anemia melalui stimulasi pengambilalihan Fe

    oleh makrofag dan  stimulasi translasi dari  produksi ferritin.10

    Bagian B menunjukan #=)* dan lipopolisakarida

    menstimulasi  produksi hep"idin fase akut, yang menurunkan

    absorbsi Fe dari duodenum. $ep"idin membantu menjelaskan

    hubungan antara respon imun terhadap homeostasis Fe dan   anemia

     penyakit kronik. Pembentukan hep"idin di induksi oleh

    lipopolisakarida dan #=)*, serta dihambat oleh :F)

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    15/18

    interferon); dan l ipopolisakarida meningkatkan peran 5>:1 pada

    makrofag dan menstimulasi pemasukan Fe. 3angsangan

     proinflamatory ini menyebabkan retensi Fe pada makrofag dengan

    menurunkan reaksi ferropotin,  sehingga mengurangi pelepasan Fe dari

    sel ini. 4itokin #=)1% meningkatkan ekspresi  reseptor transferrin

    dan meningkatkan pemasukan transferin ke dalam monosit.

    #nterferon ?; dan lipopolisakarida menurunkan ekpresi ferroportin,

    yang menghambat  pengeluaran Fe dari makrofag, yang juga

    dipengaruhi hep"idin. Pada (aktu yang  sama, :F)ekanisme inilah

    yang menurunkan  konsentrasi Fe pada sirkulasi dan juga

    menyebabkan keterbatasan Fe pada produksi eritrosit.0

    Bagian 5 menunjukan bah(a :F)< dan interferon);

    menghambat produksi eritropoetin di ginjal.0

      Bagian 6 menunjukan:F)

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    16/18

    memeriksa  beberapakomponen melalui pemeriksaan laboratorium.*,10

    4ebuah penelitian yang dilakukan oleh $anif 6 pada tahun 2%%/ menunjukan

     pada anemia defisiensi besi terdapat peningkatan reseptor transferin serum,

     penurunan serum Fe, peningkatan :otal #ron  Binding !apa"ity :#B!- dan

     penurunan serum ferritin, ke"uali pada beberapa kasus  yang juga disertai

    dengan kondisi inflamasi yang menyebabkan peningkatan serum  ferritin

    yang bersifat palsu.&

    :erdapat pula penelitian yang dilakukan oleh !hen A=

     pada tahun 2%%' menunjukan bah(a peningkatan reseptor transferin serum

    dapat  menjadi  parameter yang sensitif untuk mendiagnosis anemia

    defisiensi besi, dan  penurunan reseptor transferin serum dapat disebabkan

    inflamasi kronis, dan ini dapat  membedakan anemia defisiensi besi dengan

    anemia penyakit kronik.1*

    Tabel 3. Perbedaan parameter Fe pada anemia defisiensi besi dan

    anemia penyakit kronik 17

    nor"al ane"ia

    defsien

    si besi

    ane"ia

    /en+akit

    kronik 0e /las"a "g*dl

    TIB

    /eren saturasi

    kandungan 0e di

    "akro%ag

    %e seru"

    rese/tor trans%erin

    seru"

    34564

    2'45&44

    #4

    77

    245244

    8528

    #4

    &'4

    3

    5

    14

    928

    #4

    :244

    1'

    777

    1'4

    8528

    enis anemia juga dapat diklasifikasikan berdasar morfologi dan indeks

    sel darah merah karena pemeriksaan Fe jarang dilakukan dan lebih

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    17/18

    memakan biaya. 5engan mengukur volume eritrosit rata)rata + >ean

    !orpus"ular olume >!-, hemoglobin eritrosit rata)rata + >ean

    !orpus"ular $emoglobin >!$-, dan konsentrasi hemoglobin

    eritrosit rata)rata + >ean !orpus"ular $emoglobin !on"entration

    >!$!- dapat diketahui jenis anemia pada penderita tuberkulosis.

    Anemia penyakit kronik umumnya memiliki gambaran normositik 

    normokromik >! %)0/ fl,  >!$ 27)&' pg, dan atau >!$! &%

    g+dl-. 4edangkan anemia defisiensi besi umumnya  memiliki

    gambaran mikrositik hipokromik >! % dl, >!$ 27 pg, dan

    atau >!$! &1 g+dl-.17

    2.2.5. Faktor yang berhubungan dengan anemia pada tuberkulosis

    Anemia pada tuberkulosis lebih banyak diderita oleh (anita serta

    sebagian besar usia tua C*/ tahun -.*

    4ebagian besar anemia yang

    diderita oleh pasien geriatri adalah  anemia penyakit kronik. Penuaan

    dan anemia berkaitan dengan peningkatan sitokin proinflamasi

    seperti :F)

  • 8/18/2019 BAB III Laporan Kasus VIEN

    18/18

    dapat diukur dengan menghitung B># dan memeriksa kadar 

    albumin.12 Albumin dapat digunakan sebagai indikator klasik 

    keadaan malnutrisi. Albumin adalah protein utama yang dihasilkan

    hepar selama sehat  dan sepertiga dari albumin yang dapat

    dipertukarkan terdapat di dalam ruang  intravaskular. 8adar albumin

    yang kurang dari normal menunjukkan prognosis yang lebih  buruk.7

    Penyakit komorbid juga turut berpengaruh terhadap

    mun"ulnya anemia pada pasien tuberkulosis, seperti diabetes mellitus,

    $#, Chronic Kidney Disease dan  penyakit  hepar kronik.0,1'

    :elah dijelaskan sebelumnya bah(a kondisi kronis dapat  memi"u

    reaksi pelepasan sitokin. Pada dasarnya protein ini turut membantu

    dalam  proses penyembuhan dan mela(an infeksi, namun juga dapat

    mempengaruhi fungsi  tubuh  yang normal. Pada anemia penyakit

    kronik, sitokin mengganggu kemampuan  tubuh  dalam menggunakan

    Fe, selain itu sitokin juga dapat mengganggu kegiatan  normal dari

    eritropoietin dalam pembentukan sel darah merah.27

    4elain itu,

    kuman  M. tuberculosis memerlukan Fe untuk pertumbuhannya

    sehingga terjadi  defisiensi besi. Akibatnya terjadi kekurangan Fe

    sebagai komponen pembentuk  hemoglobin. 0