Laporan Kasus DHF Grade III-IV

45
BAB 1 STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. N Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 10 tahun 2 bulan Agama : Islam Tanggal Masuk RS : 1 januari 2015 No Medrek : 87xxxx B. ANAMNESIS Alloanamnesis tanggal 1 Januari 2015 Keluhan utama Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit Keluhan tambahan Demam, sakit tenggorokan, nyeri ulu hati, muntah, lemas, dan nafsu makan menurun Riwayat Penyakit Sekarang 3 hari sebelum masuk rumah sakit os demam tinggi mendadak dan terus-menerus, demam hanya turun saat 1

description

Case Reports DSS

Transcript of Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Page 1: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

BAB 1

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. N

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 10 tahun 2 bulan

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 1 januari 2015

No Medrek : 87xxxx

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis tanggal 1 Januari 2015

Keluhan utama

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan tambahan

Demam, sakit tenggorokan, nyeri ulu hati, muntah, lemas, dan nafsu makan

menurun

Riwayat Penyakit Sekarang

3 hari sebelum masuk rumah sakit os demam tinggi mendadak dan terus-

menerus, demam hanya turun saat diberikan obat penurun panas saja tapi

beberapa jam kemudian anak kembali demam. Demam disertai nyeri

tenggorokan, nyeri ulu hati, badan terasa nyeri-nyeri, muntah 2x isi makanan,

BAB (+) TAK, BAK (+)

1

Page 2: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

1 hari sebelum masuk rumah sakit demam sudah menurun, namun pasien

menggigil pada malam hari, nyeri tenggorokan, nyeri ulu hati, nafsu makan

menurun, BAB (N), BAK (+).

Hari masuk RS, os menggigil dan badan dingin, nyeri tenggorokan, nyeri

ulu hati, dan nafsu makan menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu

5 tahun lalu pernah dirawat di RS karena sakit Thyfoid

Riwayat Pengobatan

Sudah perbah berobat, diberi paracetamol, obat yang lain OR OS lupa

Riwayat Penyakit Keluarga

Di tetangga ada yang sakit seperti ini sekitar 3 orang

Riwayat Kehamilan

Ibu ANC ke bidan dan dokter rutin. Selama kehamilan tidak pernah mengalami

perdarahan, sakit sampai dirawat, dan hipertensi.

Kesan : riwayat kehamilan tidak bermasalah

Riwayat Persalinan

Lahir caesar, cukup bulan, langsung menangis.

BBL: 3,8 gr PBL : 52 cm

Pola Makan Anak

Makan 3 kali sehari, os kurang suka makan sayur (+), dan makan ayam (+)

2

Page 3: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Riwayat Imunisasi

o BCG 1x

o DPT 3x

o Hepatitis B 3x

o Polio 4x

o Campak 1x

Kesan : Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi lanjutan tidak dilakukan.

Riwayat Tumbuh Kembang (Denver Chart)

Anak sudah bersekolah di sekolah dasar (SD) kelas 3

Kesan : Perkembangan Anak sesuai usia

Riwayat Alergi

Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.

Riwayat Psikososial

OS merupakan anak 2 dari 2, tinggal bersama orang tua dan nenek. Lingkungan

rumah baik

3

Page 4: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaran Umum : Tampak Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda-Tanda Vital

Nadi : teraba halus, tidak dapat dihitung

Napas : 25 kali/menit, reguler

Suhu : 35,6 °C axila

Tekanan darah : tidak dapat diukur

Antropometri

Berat Badan : 48 kg

Tinggi Badan : 146 cm

Lingkar Kepala : 54 cm (Normocephal)

Status Gizi

BB/U : 48/32 x 100% = 150 %

TB/U : 146/104 x 100% = 140 %

BB/TB : 48/38 x 100% = 126 %

Kesan : Gizi lebih

4

Page 5: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

D. STATUS GENERALIS

Kepala

Kepala

Ubun-ubun Kecil

Normocephal

Menutup Sempurna

Mata

Konjungtiva anemis

Sclera icterus

Edema palpebra

Mata cekung

Mata merah dan berair

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Hidung

Pernapasan cuping hidung

Deviasi septum

Sekret

Perdarahan

-

(-/-)

(-/-)

(-/-)

Telinga

Normotia

Sekret

+

-

+

-

Mulut

Mukosa bibir

Sianosis

Stomatitis

Tonsil

Faring Hiperemis

Kering

-

-

T1/T1

(-)

5

Page 6: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Leher

Pembesaran KGB - -

Pembesaran Kelenjar Thyroid - -

Thorax

Inspeksi Gerak dada simetris

Perkusi Sonor/Sonor

Palpasi Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)

Auskultasi Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-),

gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Distensi (-), Scar (-)

Auskultasi BU (+) normal

Perkusi Tymphani pada seluruh kuadran abdomen

Palpasi Nyeri tekan (+) epigastrium, supel, deafens muscular (-)

Turgor Kulit Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

6

Page 7: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Ekstremitas

Superior

Akral

Edema

Sianosis

CRT

Kanan

Dingin

-

-

±3 detik

Kiri

Dingin

-

-

±3 detik

Inferior

Akral

Edema

Sianosis

CRT

Kanan

Dingin

-

-

±3 detik

Kiri

Dingin

-

-

±3 detik

Anus dan Rectum : Hemorrhoid (-). Tanda infeksi lain (-)

Genitalia : tidak ada kelainan

Refleks : Patologis Fisiologis

Babinski (-) Patella (+)

Oppenheim (-) Biseps (+)

Burdzinski I (-) Achiles (+)

Burdzinski II (-)

7

Page 8: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

E. Laboratorium

Pemeriksaan tanggal 1 Januari 2015 Pukul 09.52 di UGD

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanHemoglobin 18.2 g/dL 11.8-15.0

Jumlah Leukosit 5.80 Ribu/uL 4.50-13.50

Hematokrit 54 % 40-52

Jumlah Trombosit 63 Ribu/uL 156-408

Eritrosit 7.09 10ˆ6/uL 4.40-5.90

MCV/VER 78 fL 80-100

MCH/HER 26 Pg 26-34

MCHC/KHER 33 g/dL 32-36

Natrium (Na) Darah 130 mEq/L 135-147

Kalium (K) Darah 3.5 mEq/L 3.5-5.0

Klorida (Cl) Darh 106 mEq/L 94-111

Glukosa Sewaktu

Gula darah sewaktu 111 Mg/dL 70-200

Imunoserologi

Anti Salmonella IgM 2.0 (-) Negatif < Negatif

8

Page 9: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

F. RESUME

An. Laki-laki, usia 10 tahun datang dengan keluhan demam 4 hari, di sertai sakit

tenggorokan, nyeri ulu hati, dan muntah 3x isi makanan, hari ke 3 demam turun

namun OS menggigil, nafsu makan menurun,badan terasa nyeri-nyeri, badan dingin

dan pasien lemas. Di lingkungan sekitar ada yang meimiliki gejala yang serupa

dengan OS

Suhu: 35,6C; Nadi: halus, tidak dapat dihitung; RR: 25x/menit; TD: tidak dapat

diukur

Dari pemeriksaan fisik di dapatkan:

Bibir kering, akral ekstremitas atas dan bawah dingin, RCT ±3”

G. ASSESMENT

Febris H4

Abdominal pain

Anoreksia

Syok

H. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : febris hari ke 4 ec DBD disertai DSS

Status Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi lanjutan tidak

dilakukan

Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia

Status Gizi : Gizi lebih

9

Page 10: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

I. RENCANA TATA LAKSANA

IVFD RL 48 x 20 kg/BB secepat-cepatnya dalam 30 menit = 960cc 1000 cc

10 tpm selama 30 menit

Paracetamol 3x1tab

Isoprinosin 3x1 tab

Ranitidin inj 2x40 mg

Imunisasi Catch-Up

Monitoring Pasien DBD

1 Januari 2015 (PICU)

Tanggal Jam HB HT Trombosit Leukosit

1/1/2015 16.00 14,0 43 44000 4440

18.00 13,1 36 31.000 4610

2/1/2015 01.00 15,1 46 27.000 7830

08.00 13,6 40 15.000 6820

12.00 12,5 38 14.000 7060

20.00 12,3 38 19.000 7210

10

Page 11: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

S O A P

Demam (-)

Sesak (-)

Kesadaran: CM baik

TD: 120/60mmHg

N: 96x/menit, nadi kuat

RR: 25x/mnt

Akral hangat

DSS hari ke-5 IVFD RL 2000 CC/jam

Cek HHTL/6jam bila

TTV baik atau HHTL

baik turunkan 500

cc/jam menjadi 1500

cc/jam

Sanmol 3x1 tab

Isoprinosin 3x1 tab

Ranitidine Inj 1x 40mg

3/1/2015 02.00 12,6 36 26.000 9000

08.00 12,3 36 52.000 9640

13.00 12,5 35 55.000 9390

23.00 11,9 35 73.000 9300

11

Page 12: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

S O A P

Demam (-)

Sesak (+)

Kesadaran CM baik

TD: 130/70 mmHg

N: 90x/menit

RR: 30 x/menit

Thorax: Efusi Pleura Kanan

Abdomen: Asites (+)

Ekstremitas

CTR: <2”

Akral Hangat

DSS hari ke-6 Sanmol 3x1 tab

Ranitidin 1x40mg

Lasix

HHTL/6jam

Ro Thorax RLD

Foto thorax RLD

12

Page 13: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

4 januari 2015

S O A P

Demam (-)

Sesak (-)

Kesadaran: kompos mentis

TD: 120/70

N:98 kuat angkat

RR: 23x/menit

Akral hangat

DSS dengan

perbaikan

IVFD RL: 1000

cc/24jam14 tpm/12

jam

Sanmol 3x1 tab

Isoprinosine 3x1 tab

Ranitidine Inj 2x40mg

Cek TTV dan HHTL

ulang bila hasil baik,

rencana pulang besok

13

Page 14: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Tanggal Jam HB HT Trombosit Leukosit

4/1/2015 10.00 11,8 35 94.000 6700

22.00 12,1 35 148.000 9550

BAB II

14

Page 15: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. INFEKSI VIRUS DENGUE

Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue atau Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis

nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.

Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis

yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness),

demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue

disertai syok (dengue shok syndrome = DSS). Gambaran manifestasi klinis yang

bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, dengan kasus DBD dan

DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai puncak gunung es yang terlihat di atas

permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.

Perbedaan patofisiologik utama antara DD/DBD/DS dan penyakit lain ialah

adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma

dan gangguan hemostasis. Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu

demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan

peredaran darah.

B. EPIDEMIOLOGI

Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina

pada tahun 1953. Di Jakarta kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969, pada saat ini

DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit

ini talah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia

15

Page 16: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-

rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968), menjadi 8,14 (1973), 8,65

(1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000

penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai Negara bervariasi

disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan vector,

tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotype virus dengue dan kondisi

meteorologis. Pada awal terjadinya wabah di sebuah Negara, pola distribusi umur

memperlihaatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berumur < 15

tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutya, jumlah kasus golongan usia dewasa

muda meningkat.

C. ETIOLOGI

Virus dengue termasuk group B arthropod bone vius (arboviruses) dan

sekarang dikenal sebagai genus flavivius, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4

jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotipe

akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan

tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di

beberapa rumah sakit menunjukan bahwa keempat serotipe ditemukan dan

bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotipe yang dominan dan

banyak berhubungan dengan kasus berat.

16

Page 17: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

D. PATOGENESIS

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi

DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang

percobaan yang dapat menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga

kini sebagian besar sarjana masih menganut the secondary heterologous infection

hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah

terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus

dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.

E. MANIFESTASI KLINIK

17

Page 18: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi yaitu demam tinggi,

perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran

darah.fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan

membedakan DBD dari DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh

darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan diathesis hemoragik.

Perbedaan gejala antara DBD dan DD tertera pada tabel berikut :

DD GEJALA KLINIS DBD

++ Nyeri Kepala +

+++ Muntah ++

+ Mual +

++ Nyeri otot +

++ Ruam kulit +

++ Diare +

+ Batuk +

+ Pilek +

++ Limfadenopati +

0 Obstipasi +

+ Uji turniquet + ++

++++ Petekie +++

18

Page 19: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

0 Perdarahan sal cerna +

++ Hepatomegali +++

+ Nyeri perut +++

++ Trombositopenia ++++

0 Syok +++

Keterangan : (+): 25%, (++):50%, (+++):75%, (++++):100%

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan

perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekia halus yang tersebar di

anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam.

Sedangkan pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak

tangan/telapak kaki.

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung salama beberapa hari keadaan

umum tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah demam

menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagian besar kasus ditemukan

tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar

mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat

masuk dalam fase syok.

Pada DBD untuk perdarahan saluran cerna tidak harus selalu ada, terjadinya

perdarahan saluran cerna terjadi karena keadaan syok menyababkan transport

oksigen yang kurang, sehingga aliran oksigen dipindahkan ke 3 organ utama yang

19

Page 20: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

penting, yaitu jantung , otak dan kelenjar adrenal, sehingga oksigen ke usust tidak

ada, ditambah adanya trombositopenia, sehingga mudah sekali terjadi perdarahan.

Patokan diagnosis DBD (WHO) berdasarkan gejala klinis dan laboratorium

Klinis

Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk

perdarahan lain (petekia, purpura,ekimosis,epistasis,perdarahan gusi),

hematemesis dan melena.

2. Pembesaran hati

3. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun

(≤20mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistol ≤80mmHg) disertai kulit

yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung , jari dan kaki,

pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis disekitar mulut.

Laboratorium

Trombositopenia (≤100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari

peningkatan nilai hematokrit ≥20% dibandingkan dengan nilai hematokrit pada

masa sebelum sakit atau masa konvalesen. Ditemukannya dua atau tiga patokan

klinis pertama disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk

klinis membuat diagnosis DBD. Dengan patokan ini 87% kasus tersangka DBD

dapat didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan olah pemeriksaan serologis, dan

dapat dihindari diagnosis berlebihan.

WHO (1975) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 Derajat yaitu :

20

Page 21: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

1.Derajat I

Demam di sertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tourniquet +.

2.Derajat II

Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain

3.Derajat III

Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, Tekanan

nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,dan

pasien menjadi gelisah.

4.Derajat IV

Syok berat, nadi tdk teraba dan TD tidak dapat di ukur.

Kurva panas pada DBD

F. KRITERIA DIAGNOSIS

Kontak dengan penderita DBD atau DSS

Kriteria WHO

21

Page 22: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

- Gejala klinis

a. demam tinggi mendadak 2 – 7 hari

b. manifestasi perdarahan

- Hepatomegali

- Tanpa atau dengan gejala renjatan

Laboratorium

- Trombositopenia (<100.000/ul)

- Hemokonsentrasi (Ht ≥20%)

Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan >2 gejala klinis dan satu dari riteria

laboratorium (atau hanya peningkatan hematorit) cukup untuk menegakkan

diagnosis DBD.

Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer

• NS1

• Uji serologi

• Elektrolit

• Tubex TF untuk membedakan dengan demam tifoid

• Foto thorax

G. PEMERIKSAAN SEROLOGIS

Setelah satu minggu tubuh terinfeksi virus dengue, terjadi viremia yang

diikuti oleh pembentukan IgM-antidengue. Pada kira-kira hari ke lima infeksi

22

Page 23: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

terbentuklah antibodi yang bersifat menetralisasi virus (neutralizing antibody).

Setelah antibody NT, akan timbul antibodi yang mempunyai sifat menghambat

hemaglutinasi sel darah merah angsa (haemaglutination inhibiting antibody= HI).

Antibodi yang terakhir, yaitu antibodi yang mengikat complement (complement

fixing antibody= CF), timbul pada sekitar hari keduapuluh.

Pada dasarnya diagnosis konfirmasi infeksi virus dengue ditegakkan atas

hasil pemeriksaan serologic atau hasil isolasi virus. Dasar pemeriksaan serologis

adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dengan konvalesen. Teknik

pemeriksaan serologi yang dianjurkan WHO ialah pemeriksaan HI dan CF.

H. PENATALAKSANAAN

Demam :

1. Antipiretik (parasetamol) 10-15 mg/kgBB/x :3-4

2. Pemberian cairan

3. Penggantian volume plasma

Kebutuhan cairan rumatan:

100ml/kgBB (BB 10 kg), + 50 ml/kgBB (BB > 10 kg)

Jenis cairan: kristaloid (RL, RLD, RA, RAD, NaCL 0.9%) dan koloid.

a. Tatalaksana Demam Dengue

Sebagian besar anak dengan Demam Dengue dapat dirawat di rumah

dengan memberikan nasehat perawatan kepada orang tua anak. Berikan anak

23

Page 24: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang

hilang akibat demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan

berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang

perdarahan. Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang,

tidak mau minum atau muntah terus menerus.

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok

Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau

susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,

muntah atau diare

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen

karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan

Berikan infuse sesuai dengan derajat dehidrasi sedang

Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat

Kebutuhan cairan parenteral :

- Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

- Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

- Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan dieresis tiap jam, serta periksa laboratorium : HHTL

tiap 6 jam

24

Page 25: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah

cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya

hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler

spontan setelah pemberian cairan

Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan

tatalaksaa syok terkompensasi (compensated shock).

c. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok

Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara

nasal

Berikan 20 mg/kgBB larutan kristaloid seperti Ringer Laktat atau Asetat

secepatnya

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20

ml/kgBB secepatnya, maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian

Koloid 10-20 ml/kgBB/jam, maksimal 30 ml/kgBB/24 jam

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hemoglobin menurun,

pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfuse

darah/komponen

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler & perfusi perifer mulai

membaik, tekana dahi melebar. Jumlah cairan dikurangi hingga 10

ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam

sesuai kondisi klinis dan laboratorium

25

Page 26: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 26-48 jam.

26

Page 27: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

27

Page 28: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

28

Page 29: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

29

Page 30: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Indikasi untuk rawat di rumah sakit

o Takikardia

o Peningkatan Hematokrit

o Akral pucat atau dingin

o Oliguria

o Hipotensi

o Tekanan nadi melemah (<20 mmHg)

o Penurunan kesadaran

o Capillary refill time > 2 detik atau memanjang

Kriteria memulangkan Pasien:

• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik

• Nafsu makan membaik

• Klinis perbaikan hematokrit stabil

• Trombosit > 50.000/ul dan cenderung meningkat

• Tidak dijumpai distres pernapasan

• 3 hari setelah syok teratasi

I. PENCEGAHAN

30

Page 31: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,

yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia,

dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:

- Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan

lain sebagainya.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna

untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

31

Page 32: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air

seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. 

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan

mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu

menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti

memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada

waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan

repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan

kondisi setempat.

Komplikasi

Perdarahan organ interna

DIC

Ensefalopati Dengue

o Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD

yang tidak disertai syok.

o Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan,

dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati.

o Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat

juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai

akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).

Kelainan Ginjal

o Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat

dari syok yang tidak teratasi dengan baik.

32

Page 33: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

Edema Paru

o Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat

berlebihan pemberian cairan.

o Pemberian cairan pada hari ketiga sampai kelima sesuai panduan yang

diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan edema paru oleh karena

perembesan plasma masih terjadi.

o Akan tetapi apabila pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang

ekstraseluler, apabila cairan masih diberikan (kesalahan terjadi bila hanya

melihat penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit tanpa

memperhatikan hari sakit) pasien akan mengalami distress pernafasan,

disertai sembab pada kelopak mata, dan tampak adanya gambaran edema

paru pada foto dada.

Prognosis

Buruk bila terjadi DSS dengan syok berulang/berkepanjangan atau terjadi DIC.

33

Page 34: Laporan Kasus DHF Grade III-IV

DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Cetakan 1. WHO. 2009.

Garna, Herry. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi ke-3. Bandung: FK UNPAD. 2005.

Soedarmo, Sumarno S. Purwo, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi kedua.

Jakarta: IDAI. 2010.

Standar Pelayanan Medis RSUP DR. SARDJITO Fakultas Kedokteran UGM 1999.

www.ejorunal.unud.ac.id

34