Bab I-III Promkes Kasus

31
TUGAS MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN (PROMKES) Oleh : Dian Puspita Reni NIM. R1115026

description

Bayi bingung puting merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat membedakan puting payudara ibu dengan puting dot

Transcript of Bab I-III Promkes Kasus

Page 1: Bab I-III Promkes Kasus

TUGAS MATA KULIAH

PROMOSI KESEHATAN (PROMKES)

Oleh :

Dian Puspita Reni

NIM. R1115026

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN AJARAN 2015/2016

Page 2: Bab I-III Promkes Kasus

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMenyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak

berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain ibu tidak memproduksi cukup ASI atau bayinya tidak mau menghisap. Sesungguhnya hal ini tidak disebabkan kerena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup, melainkan karena ibu kurang percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada putting susu ibu.

Berdasarkan riset Eropa membuktikan pemberian ASI mendukung anak meraih pendidikan lebih tinggi. Hasil senada diperoleh riset yang dilakukan di Denmark pada 3.203 anak. Dalam riset tersebut, anak yang menyusu ASI kurang dari satu bulan memiliki tingkat IQ lebih rendah dibanding yang memeproleh ASI hingga 7-9 bulan.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan cakupan ASI di Indonesia hanya 42 persen. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50 persen. Dengan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,7 juta per tahun, maka bayi yang memperoleh ASI, selama enam bulan hingga dua tahun, tidak mencapai dua juta jiwa. Walau mengalami kenaikan dibanding data Riskesdas 2007 dengan angka cakupan ASI hanya 32 persen, cakupan tahun ini tetap memprihatinkan. Angka ini sekaligus menunjukkan, kenaikan cakupan ASI per tahun hanya berkisar dua persen. Angka ini menandakan hanya sedikit anak Indonesia yang memperoleh kecukupan nutrisi dari ASI. Padahal ASI berperan penting dalam proses tumbuh kembang fisik dan mental anak dengan dampak jangka panjangnya.

Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Akibat pemberian ASI yang salah maka sekitar 6,7 balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi, sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk.

Berdasarkan hasil perhitungan data Dinkes Provinsi Kalimantan Timur tahun 2012 jumlah bayi (0-6 bulan) sebanyak 12,474 bayi dan yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 22,107 bayi (39,01%). Untuk kota Tenggarong

Page 3: Bab I-III Promkes Kasus

memiliki jumlah bayi sebanyak 18.213 bayi dan yang di berikan ASI eksklusif hanya 572 bayi (3,1%).

Menurut Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, rendahnya cakupan ASI dipengaruhi fasilitas yang ada di lingkungan kerja para ibu. Seperti yang diketahui saat ini kebanyakan ibu berstatus sebagai pekerja. Kondisi lingkungan kerja tidak mendukung ibu untuk memerah ASI maupun membawa bayinya. Akibatnya tidak semua ibu bisa menyusui anaknya. bila lingkungan kerja bisa mendukung ibu untuk menyusui maka cakupan ASI bisa meningkat. Keharusan lingkungan kerja untuk mendukung pemberian ASI sudah tercantum dalam peraturan pemerintah (PP) nomer 33 tahun 2012. Dukungan ini mencakup fasilitas dan aturan yang mempermudah ibu memberikan atau memerah ASI, di tengah jam kerja. Dukungan tempat kerja terhadap ibu menyusui menjadi penting, didasari pada manfaat ASI yang tidak terbantahkan, salah satunya pada peningkatan kemampuan kognitif anak.

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering mengeluhkan bayinya sering menangis, atau “menolak” menyusui, dan sebagainya yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui.

Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah

ini sebagai berikut :1. Bagaimana konsep dasar bayi bingung puting?2. Bagaimana program promosi kesehatan aspek preventif pada bayi bingung

puting ?

C. TujuanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep dasar bayi bingung puting2. Untuk mengetahui program promosi kesehatan aspek preventif pada bayi

bingung puting

Page 4: Bab I-III Promkes Kasus

D. Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Manfaat Teoritisa. Ilmu Pengetahuan

Penulisan makalah akan menambah informasi, meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta peran bidan dalam mengatasi bayi bingung puting pada promosi kesehatan aspek preventif.

2. Manfaat Praktisa. Institusi Pendidikan

Sebagai gambaran informasi bagi penulis selanjutnya terutama mahasiswa D-IV Bidan khususnya yang berkaitan dengan pemberian asuhan kebidanan pada bayi bingung puting.

b. PenulisUntuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam

mempersiapkan, mengumpulkan, menganalisis, dan menginformasikan data serta program promosi kesehatan aspek preventif pada bayi dengan bingung puting dalam rangka memenuhi tugas promosi kesehatan D-IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Page 5: Bab I-III Promkes Kasus

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Bingung Puting (Nipple Confusion)1. Pengertian Bingung Puting

Nipple confusion atau dikenal dengan bingung puting merupakan kondisi bayi lebih rewel dan juga menolak menyusu langsung dari ibu sehingga membutuhkan alat bantu. Bingung puting adalah kondisi dimana bayi tidak dengan mudah beradaptasi menyusu langsung.

Kondisi bayi yang menolak untuk menyusu langsung dari payudara ibu biasa disebut dengan istilah ‘bingung putting’ atau nipple confusion. Istilah ini banyak dipakai oleh pakar laktasi untuk para bayi yang lebih rewel saat menyusu dan menolak menyusu langsung dari payudara. Bingung puting juga sering dikelirukan dengan haus palsu pada bayi.

Bingung puting adalah kondisi yang biasa dialami ibu dengan usia baru lahir hingga 5 bulan. Saat terjadi bingung puting bisa terjadi produksi ASI kita akan berkurang karena tidak dihisap langsung oleh bayi. Sebab, semakin sering kita menyusui langsung maka semakin banyak ASI yang kita miliki. Rangsangan hisap bayi menurut penelitian akan meningkatkan produksi ASI.

Bayi bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi pada bayi karena mendapatkan susu dalam botol yang berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Mekanisme ini terjadi karena cara menyusu pada dot sangat berbeda dengan cara menyusu pada susu ibu secara langsung. Menyusu pada Ibu membutuhkan kerja otot-otot pipi, gusi langit-langit lidah, sebaliknya pada saat menggunakan botol bayi hanya cenderung pasif.

2. Tanda-Tanda Bayi Bingung PutingTanda-tanda dari bayi bingung puting antara lain :

a. Bayi mengisap puting seperti mengisap dotb. Mengisap secara terputus-putus dan sebentar-bentarc. Bayi menolak menyusu

3. Mekanisme MenyusuiPemberian ASI secara eksklusif diperlukan hingga usia 6 bulan,

meskipun ibu sibuk dengan rutinitas di luar rumah akan tetapi pemberian ASI ekslusif masih bisa diberikan dengan menggunakan ASI perah.

ASI perah dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan ASI ketika ibu tidak berdekatan dengan bayi. Pemberiannya menggunakan dot atau

Page 6: Bab I-III Promkes Kasus

kempeng. Inilah yang membuat bayi menjadi bingung puting ketika menyusu langsung dengan ibu.

Pada umumnya ketika bayi ditempelkan pada buah dada, bibir bayi akan membuka dan menjulur lidah sampai puting masuk ke dalam mulut bayi, kemudian dilanjutkan dengan gerakan ritmik. Gerakan ritmik bayi yang menggerakan lidah ke atas langit-langit keras membuat areola dan puting membentuk dot. Inilah yang menyebabkan pipi mengisi mulut dengan hisapan bayi dan menghasilkan tekanan. Lidah bayi yang bergerak secara bergelombang dan juga memerah ASI menuju puting menyebabkan ASI mengalir keluar dari puting dan ditelan oleh bayi. Berbeda dengan bayi yang mengalami bingung puting. Bayi merasa sangat asing dan tidak terbiasa dengan mekanisme menyusu seperti itu.

Bayi yang diberikan ASI dengan dot untuk menyusu dapat menjadi bingung karena proses memerahnya berbeda. Bayi tidak perlu membuka mulutnya dengan lebar, dan tidak perlu memasukkan puting dot jauh kedalam mulut. Puting karet yang relatif kurang lentur dapat mengakibatkan lidah tidak bergerak dengan ritmik. Ditambah, aliran dari botol yang sangat deras karena gravitasi bahkan tanpa hisapan, mengakibatkan bayi berusaha meletakkan lidah pada lubang dot untuk memperlambat aliran ASI/susu. Hal ini dilakukan juga saat bayi menyusu pada payudara ibu, kadang bayi mendorong payudara (puting) keluar dari mulut.

4. Penyebab Bingung PutingKondisi bingung puting dialami oleh bayi yang sulit beradaptasi

dengan menyusu langsung pada ibu. Bahkan dialami oleh beberapa bayi yang baru lahir hingga usia bayi 5 bulan. Meskipun demikian kondisi bingung puting yang dibiarkan tanpa diatasi maka akan menimbulkan bayi tidak sama sekali bisa menyusu pada ibu.

Kondisi bayi yang tidak bisa menyusu langsung dari ibu akan menyebabkan ASI akan berkurang karena jarang dihisap oleh bayi. Padahal dengan rangsanga hisap bayi akan membantu dalam meningkatkan produksi ASI.

Berikut ini adalah beberapa penyebab sehingga bayi mengalami bingung puting :a. Memperkenalkan botol susu terlalu dini

Bingung putting dapat terjadi ketika bayi terlalu dini dikenalkan pada botol susu sehingga lebih mudah beradaptasi dengan tekstur botol susu dibandingkan dengan puting saat menyusu. Kondisi ini dapat disebabkan ketika bayi baru lahir yang sudah diberikan ASI di dalam

Page 7: Bab I-III Promkes Kasus

botol. Bayi lebih nyaman dengan kondisi botol susu dan tidak mau menghisap puting untuk mendapatkan ASI secara langsung.

Karena bayi yang awalnya diberikan ASI langsung kemudian diubah dengan mengunakan botol akan menolak ketika ibu mencoba lagi untuk menyusui langsung dari payudara.menyusu yang benar adalah menyusui langsung dari payudara. Karena saat menyusu langsung bayi menaruh lidah di bawah payudara dan membentuk rongga vakum untuk memompa dan menelan ASI. Selain itu, saat bayi menyusu langsung maka bayi memasukkan payudara sebanyak mungkin untuk memperoleh ASI dengan cara memompanya. Dan saat bayi menyusui langsung, jika ia berhenti menghisap dan memompa maka berhenti pula ASI dari payudara. Menyusui langsung membutuhkan usaha keras dari bayi dan itu akan membantu merangsang kemampuan bayi untuk menghisap.

b. Bayi lebih nyaman dengan botol susuKetika bayi lebih dini diberikan botol susu, maka bayi akan

bingung untuk beradaptasi ketika menyusu langsung pada ibu. Padahal menyusu yang benar adalah langsung dari ibu karena dengan menaruh lidah di bawah bagian buah dada dan juga membentuk rongga vakum yang dapat memompa dan menelan ASI. Saat bayi menyusu langsung sehingga kemampuan menghisap dan memompa akan membantu memproduksi ASI. Inilah sebabnya mengapa ketika produksi ASI terasa kurang maka ibu masih tetap memberikan kesempatan pada bayi untuk menghisap agar tetap merangsang produksi ASI.

c. Kemampuan bayi ketika mengisap botol susu dan menyusu langsungKetika bayi menyusu langsung maka bayi memasukan puting dan

areola sebanyak mungkin ke dalam mulut kemudian memompa. Sedangkan ketika menggunakan dot bayi menggunakan bibir untuk memegang ujung dot saja. Kemampuan inilah yang membuat bayi kesulitan mengenali sktruktur puting ketimbang dot.

Belum lagi ketika menyusu bayi dapat menaruh lidah pada bagian bawah puting dan membentuk rongga vakum. Sedangkan pada saat menghisap dot botol susu bayi akan meletakan lidah di depan dot dan menghentikan aliran susu ketika bayi menelannya. Inilah yang menyebabkan perbedaan pada bayi, timbulah mogok menyusu langsung dari bayi yang sudah diberikan dot pada usia dini sehingga menyebabkan mengalami bingung puting.

d. Haus PalsuHaus palsu adalah tampilan bayi sering menangis, mulutnya sering

seperti mau ngempeng atau mencari puting tampak sucking refleks

Page 8: Bab I-III Promkes Kasus

berlebihan dirangsang pipinya sedikit sudah seperti mencari puting. Hal itu belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang.

Pada bayi alergi yang sering rewel seringkali saluran cernanya sedikit sakit sehingga bila ada perasaan tidak nyaman bayi akan sering seperti ngempeng atau minta digendong. Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu dan napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi, karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.

Orangtua, nenek dan seisi rumah sempat panik ketika sang bayi sering menangis, menjerit dan rewel terus pada malam hari. Keluhan tersebut sangat mungkin adalah kolik pada bayi yang sering terjadi saat usia di bawah 3 bulan. Pada penderita kolik, ibu tampak sering kewalahan ketika bayinya menangis terus padahal baru saja minum ASI cukup lama dan cukup banyak sehingga saat bayi menangis dalam waktu dekat produksi ASI habis. Melihat tangisan yang cukup keras dan sering tersebut si ibu panik dan beranggapan bahwa ASInya kurang. Maka terpikirlah untuk memberi susu formula, apalagi nenek si bayi terus mendesak memberi susu formula karena kasihan cucunya menangis terus. Sampai saat ini kolik dianggap masih belum diketahui penyebabnya. Tetapi sebenarnya banyak penelitian terakhir yang mengungkapkan bahwa hal tersebut sangat mungkin berkaitan dengan alergi.

Obesitas pada bayi umur 1 tahun pertama, sebagian berhubungan dengan berat badan lainnya karena kesalahan cara pemberian makanannya atau pemberian makan dan minum berlebihan. Terdapat faktor genetik, penyebab lainnya tetapi tetapi sebagian obesitas pada bayi masih sulit diterangkan penyebabnya. Penyebab yang paling sering dialami adalah “Over Feeding” atau kelebihan minum susu pada bayi. Dari penelitian awal penulis di dapatkan bahwa bayi kegemukan salah satunya disebabkan terlalu banyak minum karena terdapat keluhan malam sering rewel dan sering menangis. Sering rewel dan menangis ini sering mengalami haus palsu yang seharusnya tidak haus tetapi mengalami mirip gejala haus sehingga langsung diberi minum.

Hal ini sering terjadi pada bayi dengan saluran cerna yang sensitif atau pada bayi dengan riwayat alergi. Bayi kegemukan atau obesitas pada bayi biasanya ditandai dengan bayi mengalami kenaikkan berat badan berlebihan. Dalam keadaan normal kenaikkan berat badan bayi saat usia 0-3 bulan biasanya hanya berkisar antara 800-1000 gram. Tetapi bayi tertentu kenaikkan mencapai lebih dari 1000-1500 gram

Page 9: Bab I-III Promkes Kasus

perbulan. Setelah usia 3-6 bulan seharusnya hanya naik 600-800 gram tetapi bayi mengalami kenaikkan di atas 800-1000 gram. Berat badan lebih atau obesitas pada bayi ternyata tidak hanya dialami oleh bayi yang minum susu formula sebagian bayi yang minum ASI juga mengalami hal demikian. Ternyata sebagian besar kasus terjadi karena terjadi over feeding atau minum susu yang berlebihan. Hal ini bisa ditandai pada bayi usia 0-3 bulan, seharusnya minum susu formula sehari hanya 750-800 cc dalam sehari tetapi bisa mencapai lebih 800-1000 cc sehari. Demikian juga saat minum ASI tampak bayi minum terus menerus seperti kehausan dan sangat rakus. Bila anak lain minum ASI antara 2-3 jam, anak seperti ini biasanya setiap 1-2 jam sudah minta minum susu.

Pada umumnya bayi minum berlebihan karena mengalami haus palsu. Bayi tampak seperti kehausan padahal bukan karena haus. Bila dicermati tanda seperti kehausan karena saluran cerna bayi sedang sensitif atau tidak nyaman sehingga bayi sering menangis dan rewel tetapi tampak seperti haus. Pada bayi dengan gangguan hipersensitif saluran cerna terutama sering kolik, rewel, sering mulet dan ngeden biasa nya akan sering rewel. Gangguan tidak nyaman di saluran cerna ini membuat bayi sering menangis dan rewel. Keadaan ini sering dianggap haus sehingga minum berlebihan, berat berlebihan karena setiap bayi menangis sering dianggap haus atau mempunyai tanda haus palsu. Dalam keadaan seperti ini masyarakat awam sering menganggap karena bau tangan. Saat bayi digendong diam tetapi saat ditaruh ke tempat tidur menangis. Saat minum ASI bayi menangis terus tetapi begitu disodori ASI tidak mau minum hanya nempel ke payudara sebentar kemudian dilepas lagi. Tetapi saat diberi minum dalam botol mau. Hal ini terjadi karena saat minum ASI perlu tenaga hisapan untuk keluar, tetapi saat minum botol susu akan keluar sendiri dari botol. Saat tidak haus bayi menolak minum ASI, tetapi saat minum botol meski sudah kenyang bayi akan tetapi minum karena dari botol tersebut keluar sendiri susunya secara pasif. Sehingga meski tidak haus terpaksa diminum. Hal ini yang akan membuat bayi kelebihan minum susu atau over feeding.

Saat bayi menampilkan tanda haus palsu itu si ibu bahkan neneknya sering mengatakan bayinya kurang minum. Bahkan sebagian nenek yang sudah memberi makan si bayi karena anak tampak seperti kehausan atau kelaparan meski usianya baru 3 bulan. Gangguan saluran cerna berulang seperti kolik, muntah, diare, nyeri perut, sulit BAB merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pada

Page 10: Bab I-III Promkes Kasus

penderita anak yang melakukan rawat jalan. Gangguan fungsi saluran cerna berupa kolik dan nyeri perut meskipun tidak berbahaya tetapi merupakan gangguan yang sangat mengganggu. Gangguan fungsional tersebut biasanya bersifat jangka panjang terutama di bawah usia 1-2 tahun semakin berat saat usia dibawah 3 bulan. Manifestasi itu akan hilang timbul munculnya kadang sulit dideteksi penyebabnya.

5. Cara Mengatasi Bingung PutingKetika bayi mengalami bingung puting maka yang harus dilakukan

untuk mengatasinya adalah mencari lebih dulu penyebabnya. Kemungkinan yang bisa diatasi adalah ketidaknyaman ketika mendapatkan ASI langsung.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi bingung puting :a. Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi

(medis) yang kuat. Usahakan tidak mengenalkan dot pada usia dini. Bingung puting dapat disebabkan karena pada usia dini bayi lebih nyaman dengan tekstur dot, maka untuk mengantisipasinya anda dapat menyusukan langsung selama anda berdekatan dengan bayi. Apabila anda memerlukan untuk memberikan ASI perah berikan pada kondisi dimana anda dan bayi benar-benar berjauhan.

Bila sudah terlanjur memberikan botol susu harus memulai lagi agar bayi tidak bingung puting. Caranya adalah dengan coba terus menawarkan bayi menyusu langsung dengan payudara.

b. Buatlah bayi nyaman ketika sedang menyusu. Posisi yang tidak tepat akan membuat ASI tidak efektif dan juga membuat puting mengalami rasa nyeri. Anda dapat mencari posisi yang nyaman ketika menyusu untuk membuat bayi mengurangi bingung puting. Anda dapat terus menawarkan menyusu langsung kepada bayi. Jangan pernah menyerah meskipun mungkin bayi akan menolak untuk beberapa kali akan tetapi kemampuan mengisap dan adaptasinya akan kembali menerima menyusu langsung pada ibu.

c. Memberikan ASI pada bayi yang mengalami kebingungan puting dapat menggunakan sendok. Mulailah dengan memberikan ASI menggunakan sendok atau cup feeder meskipun tidak mudah, harus sabar dan juga telaten akan tetapi pengalihan untuk mengenalkan kembali tekstur putting. Sehingga dapat membiasakan kembali menyusu langsung pada bayi.

d. Sebaiknya kita menyusui saat bayi tidak sedang dalam kondisi lapar atau haus. Hindari juga kondisi bayi yang mengantuk karena hal tersebut akan membuat ia lebih rewel. Jangan pernah menyerah untuk

Page 11: Bab I-III Promkes Kasus

mencoba sekali lagi dan lagi. Karena bayi akan belajar bagaimana menyusu yang benar dan lama-lama akan terbiasa lagi dengan menyusu langsung dari payudara.

e. Bayi yang sedang menyusu sebaiknya tidak diberikan dot atau kempeng selama 3 sampai 4 minggu pertama saat mereka sedang belajar dan memantapkan kemampuan menyusunya. Jika diperlukan pemberian ASI perah atau susu formula, dapat dengan cara dengan cangkir, pipet, atau dengan sendok. Jangan sekali-kali menggunakan botol dan dot atau bahkan memberi kempeng.

f. Bayi yang sering mengalami overfeeding dan haus palsu yang sering disebabkan rasa tidak nyaman akibat gangguan fungsi saluran cerna. Gangguan tersebut sering terjadi pada penderita alergi atau hipersensitifitsa saluran cerna. Pemicu tersering gangguan tersebut selama ini dianggap karena alergi susu sapi tetapi justru paling sering adalah infeksi virus atau flu ringan pada bayi yang sering tidak terdeteksi dan diabaikan oleh dokter sekalipun. Bila hal itu penyebabnya maka setelah 5 hari akan membaik. Tetapi akan timbul lagi bila terkena infeksi virus lagi bila di rumah ada yang sakit lagi. Bila kolik pada bayi bila disertai manifestasi alergi lainnya sangat mungkin alergi makanan berperanan sebagai penyebabnya. Saat ibu memberikan ASI maka makanan yang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh. Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan fungsi saluran cerna adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat anti alergi dan obat untuk saluran cerna penghilang rasa sakit dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi.

g. Terakhir anda dapat menggunakan cara berkonsultasi dengan ahli laktasi mengenai bayi yang mengalami bingung puting. Dengan demikian ahli laktasi akan membantu dalam memberikan cara menyusui yang baik dan membuat bayi tenang mendapatkan ASI langsung. Meskipun beberapa kali bayi akan menolak akan tetapi ini merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk tetap membantu dalam produksi ASI hingga usia maksimal pemberian ASI.

Dengan demikian bagi bayi anda yang mengalami kondisi bingung puting ditandai dengan menolak dan rewelnya bayi ketika mendapatkan ASI secara langsung maka dapat dicari lebih dalam penyebabnya. Penyebabnya dapat dikarenakan pemberian dot yang terlalu dini sehingga bayi lebih nyaman mendapatkan ASI perah ketimbang menyusu langsung. Selain itu ketidaknyaman ketika memberikan ASI dapat membuat bayi tidak betah.

Page 12: Bab I-III Promkes Kasus

Adapun cara mengatasinya adalah dengan tetap memberikan ASI secara langsung meskipun bayi menolak, hal ini dilakukan akan bayi kembali terbiasa dengan struktur ASI dari ibu. Apabila bingung putting ini tetap dibiarkan akan berdampak pada produksi ASI yang semakin berkurang sehingga ibu tidak dapat maksimal memberikan ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

B. Program Promosi Kesehatan Aspek Preventif pada Bayi Bingung PutingUpaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam

mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat

Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.Langkah-langkah yang dilakukan dalam aspek preventif, yaitu :1. Perilaku yang Harus Dirubah

a. Rasa kurang percaya ibu untuk menyusui. Ibu merasa tidak mampu menyusui bayinya dengan alasan ASInya kurang, jika hanya ASI saja bayinya masih rewel, dan masih banyak lagi alasan-alasan yang dilontarkan ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

b. Kebiasaan memberikan susu formula dengan menggunakan “Dot”. Kebiasaan orang tua memberikan susu formula dengan menggunakan dot ketika bayinya rewel. Biasanya orang tua dan keluarga tidak tahan dengan kondisi bayi yang selalu menangis. Oleh karenanya keluarga lebih memilih memberikan susu formula dengan menggunakan dot kepada bayi agar bayi tidak menangis lagi

c. Teknik menyusui yang salah. Teknik menyusui yang salah sehingga menyebabkan puting lecet dan bayi tidak nyaman ketika disusui akhirnya bayi menangis dan ibu menganggap bahwa ASInya kurang yang membuat bayinya tetap menangis dan rewel padahal sudah disusui. Pada kasus ini kebanyakan ibu langsung memberikan dot kepada bayinya agar tidak terjadi keluhan pada ibu dan bayi

d. Peran serta keluarga untuk mendukung terlaksananya ASI Eksklusif. Orangtua, nenek dan seisi rumah sempat panik ketika sang bayi sering menangis, menjerit dan rewel terus pada malam hari. Melihat tangisan yang cukup keras dan sering tersebut si ibu panik dan beranggapan

Page 13: Bab I-III Promkes Kasus

bahwa ASInya kurang. Maka terpikirlah untuk memberi susu formula, apalagi nenek si bayi terus mendesak memberi susu formula karena kasihan cucunya menangis terus. Sehingga dalam hal ini dukungan dan peran serta keluarga untuk terlasananya ASI eksklusif sangat dibutuhkan

2. Cara Mengubah Perilaku yang Salah dalam MasyarakatHal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah

pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :a. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan–peraturan / undang–undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.

b. Pemberian informasiAdanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,

pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.

c. Diskusi partisipatifCara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana

penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi

Page 14: Bab I-III Promkes Kasus

pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.

3. PerencanaanPerencanaan program bidang promosi kesehatan mengikuti rencana

kegiatan dari program-program bidang lainnya, maksudnya disini adalah, dalam tiap program masing-masing bidang terdapat unsur promosi kesehatannya, misalnya dalam bidang pencegahan dan penanggulangan bayi bingung puting, program promosinya yaitu penyuluhan bayi bingung puting pada orang tua di posyandu ataupun di BPM, dan penyuluhan ASI perah dengan pemberian ASI tidak dengan Dot di Balai Desa, serta masih banyak perencanaan lainnya.a. Program Promosi Kesehatan

1) Kegiatan atau Program yang Telah Ada di Tenggaronga) Konselingb) Kunjungan Nifasc) Lomba Baliita Sehatd) PKKe) Posyandu

b. Nama ProgramSecara spesifik rencana program Promosi Kesehatan yang

berkaitan dengan cakupan pemberian Pemberian Asi eskslusif dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Program Promosi Kesehatan dalam Penanganan Bayi Bingung Puting (Nipple Confussion)

Kegiatan/Program

Uraian Kegiatan Tujuan

Penyuluhan Kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebar luaskan pesan dan menanamkan keyakinan, dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan

Tujuan Penyuluhan :1. Penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi

Page 15: Bab I-III Promkes Kasus

dengan kesehatan. perilaku hidup sehat2. Tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

3. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

Page 16: Bab I-III Promkes Kasus

Tabel 2.2 Plan of Action (POA) Unit Promosi Kesehatan

Kegiatan/Program Metode

Tanggal/Waktu

PelaksanaanSasaran

Sumber Dana dan Tempat

Pelaksanaan

Pelaksanaan Kegiatan

Berikutnya

Pertemuan Pihak Terkait

Reward Partisipasi

MasyarakatPenyuluhan

Bingung Puting

Ceramah, Diskusi

Penyuluhan ITanggal : Sabtu, 7 November 2015Waktu : 08.00 WIB - Selesai

Ibu Hamil, Pasangan

Usia Subur, Ibu Nifas,

Ibu Menyusui,

Keluarga dan Masyarakat

Sumber Dana :- Sumbangan

konsumsi dari masyarakat

- Iuran WargaTempat :- BPM

- 1 minggu setelah diadakannya penyuluhan

- Pertemuan diadakan di Kelas Ibu Nifas dan Ketika diadakannya Posyandu

- Ketua Kelurahan- Tokoh Masyarakat

- Tokoh Agama- Kader

- Pimpinan Puskesmas- Ibu PKK

- Organisasi Masyarakat- Masyarakat

- Doorprize- “Buku

Menyusui” untuk 5 orang penanya pertama

- Tas, Alat Pemerah ASI

Rencana diatas merupakan Upaya Kesehatan Wajib untuk unit Promkes yang harus dilaksanakan dan di setujui selain dari rencana kerja tahunan yang selalu di ajukan tiap tahunya yang mana rencana kerja tahunan masih belum keluar saat pelaksanaan kegiatan sehingga dana untuk kegiatan pun belum keluar namun Upaya kesehatan wajib harus tetap dilaksanakan.

4. PelaksanaanKegiatan yang telah dilaksanakan oleh unit Promosi kesehatan adalah :

Tabel 2.3 Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan

Kegiatan/Program Tempat dan Tanggal Penanggung Jawab KeteranganPenyuluhan

Bingung PutingPenyuluhan ITanggal : Sabtu, 7 November 2015Waktu : 08.00 WIB - Selesai

Tenaga Kesehatan SAP + Leafleat(Terlampir)

Page 17: Bab I-III Promkes Kasus

5. Evaluasi

Evaluasi hasil kegiatan di laksanakan berdasarkan target yang telah di tentukan sebelumnya saat melakukan perencanaan kegiatan yang dapat di lihat sebagai berikut :

Tabel 2.4 Evaluasi Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan

Kegiatan/Program Evaluasi/Monitoring Kegiatan Indikator Keberhasilan Program

PenyuluhanBingung Puting

Bingung Puting1. Evaluasi Struktur

a. Peserta berada di tempat penyuluhanb. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di

BPM2. Evaluasi Proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhanb. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab

pertanyaan secara benar3. Evaluasi Hasil

a. Ibu mengetahui tentang pengertian bingung puting, tanda-tanda bayi bingung puting, mekanisme menyusui, penyebab bingung putting dan cara mengatasi bingung puting

b. Jumlah peserta penyuluhan 46 orang ibu

Indikator Pencapaian Penyuluhan I :1. Peserta mampu menjelaskan pengertian

bingung puting2. Peserta mampu menjelaskan tanda-tanda

bayi bingung puting3. Peserta mampu menjelaskan mekanisme

menyusui4. Peserta mampu menjelaskan penyebab

bingung putting 5. Peserta mampu menjelaskan cara mengatasi

bingung puting

Page 18: Bab I-III Promkes Kasus

BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanDari kasus ini dapat disimpulkan bahwa bayi bingung puting (nipple

confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi pada bayi karena mendapatkan susu dalam botol yang berganti-ganti dengan menyusu pada ibu sehingga bayi menolak untuk menyusu langsung dari payudara ibu dan membutuhkan alat bantu.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam promosi kesehatan aspek preventif pada kasus bayi bingung puting meliputi menentukan perilaku yang harus dirubah, mencari cara mengubah perilaku yang salah dalam masyarakat, melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan upaya promosi kesehatan aspek preventif yang dapat diberikan antara lain konseling, kunjungan rumah, kelas ASI (ibu menyusui), penyuluhan, pelatihan kader, lomba balita sehat dengan ASI eksklusif tanpa pemberian dot dan pembentukan organisasi anti dot dan asi eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan.

B. Saran1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan diharapkan mampu membangun dan memotivasi masyarakat agar mampu secara mandiri dalam mencegah dan mengatasi permasalahan bayi bigung puting dengan melaksanakan dan membuat program promosi kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

2. Bagi MasyarakatDerajat kesehatan masyarakat akan meningkat ketika masyarakat

sendiri sadar akan kesehatannya. Dalam hal ini diharapkan masyarakat antusias dan aktif dalam pelaksanaan program promosi yang ada dilingkungannya serta ikut mendukung terlaksananya program-program yang telah ada.

Page 19: Bab I-III Promkes Kasus

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Asilaktasi.com. (2015). Bingung Puting Pada Bayi, Penyebab dan Cara Mengatasinya. Retrieved from : http://asilaktasi.com/2015/04/22/bingung-puting-pada-bayi-penyebab-dan-cara-mengatasinya/

Bidanku.com. (n.d). Cara Mengatasi Bingung Puting Pada Bayi. Retrieved from : http://bidanku.com/cara-mengatasi-bingung-puting-pada-bayi

Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur 2012. Kalimantan Timur: Dinkes Kaltim

Gunawan, I. (2008). Cara Mengatasi Bingung Puting. Retrieved from : http://keluargasehat.wordpress.com/2008/09/17/cara-mengatasi-bingung-puting/

Notoatmojo, S. 2005 . Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta : PT Rineka Cipta

Riskesda. 2013. Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Riskesda

Widiyani, R. (2013). 42 Persen Ibu di Indonesia Beri ASI Eksklusif Masih tergolong rendah. Retrieved from : http://m.beritasatu.com/keluarga/92112-42-persen-ibu-di-indonesia-beri-asi-eksklusif.html

www.pusat data dan informasi depkes.com