Bab III Case Anak

3
BAB III PEMBAHASAN Seorang pasien wanita usia 2 10/12 tahun dirawat di bangsal Kronik bagian Anak hari rawatan ke 4, sebelumnya menjalani perawatan di bangsal Semi Intensif bagian Anak selama 6 hari. Pasien didiagnosa dengan Thalasemia Beta Mayor dengan diagnosa tambahan Suspek Pertusis dan Gizi Kurang. Diagnosa Thalasemia ditegakan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien sebagai berikut : - Mengalami pucat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, - Pasien mudah sakit dan infeksi berulang, - Penurunan nafsu makan terutama semenjak pucat timbul, - Riwayat transfusi berulang ketika berusia 3 bulan dan 6 bulan, sebanyakmasing masing 1 kantong. Dari pemeriksaan fisik didapatkan : - konjungtiava pucat, sklera yang ikterik - kulit yang terlihat pucat, - terlihat kuning, - perut yang membesar, - menderita gizi kurang/buruk. Hampir semua anak yang menderita Thalasemia Beta Mayor memperlihatkan gejala klinis sejak lahir kecil, seperti pucat,

description

case pediatric

Transcript of Bab III Case Anak

Page 1: Bab III Case Anak

BAB III

PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita usia 2 10/12 tahun dirawat di bangsal Kronik bagian Anak hari

rawatan ke 4, sebelumnya menjalani perawatan di bangsal Semi Intensif bagian Anak selama 6 hari.

Pasien didiagnosa dengan Thalasemia Beta Mayor dengan diagnosa tambahan Suspek Pertusis dan

Gizi Kurang. Diagnosa Thalasemia ditegakan berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien sebagai berikut :

- Mengalami pucat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit,

- Pasien mudah sakit dan infeksi berulang,

- Penurunan nafsu makan terutama semenjak pucat timbul,

- Riwayat transfusi berulang ketika berusia 3 bulan dan 6 bulan, sebanyakmasing masing 1 kantong.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

- konjungtiava pucat, sklera yang ikterik

- kulit yang terlihat pucat,

- terlihat kuning,

- perut yang membesar,

- menderita gizi kurang/buruk.

Hampir semua anak yang menderita Thalasemia Beta Mayor memperlihatkan gejala klinis

sejak lahir kecil, seperti pucat, kulit tampak kuning, infeksi yang berulang, gangguan pertumbuhan,

kelemahan umum, riwayat transfusi berulang, dan memiliki riwayat keluarga yang menderita

Thalasemia. Namun, pada pasien ini, berdasarkan keterangan keluarga pasien tidak ditemukan

riwayat pada keluarga. Selain itu pada pemeriksaan fisik biasanya akan ditemukan kulit yang pucat,

dan terlihat kuning. Konjungtiva yang pucat dan sklera yang ikterik. Hal ini menandakan terjadinya

anemia dan terjadinya peningkatan hancurnya eritrosit, pada pasien yang menderita thalasemia hal

ini karena usia eritrosit yang lebih pendek dari 120 hari usia normal eritrosit. Perut yang membesar

karena hepatosplenomegali, hal ini disebabkan banyak terjadinya hancurnya eritrosit pada sistem

Page 2: Bab III Case Anak

retikuloendotelial. Kondisi gizi kurang atau buruk dan bila beranjak besar akan ditemukan pubertas

yang terlambat.

Pemeriksaan rutin yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi, pada pasien ini

didapatkan hasil tidak ditemukan blast. Pada pasien yang kita curigai menderita thalasemia hasil

dari pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan eritrosit yang mikrositer, hipokrom, anisositosis,

gambaran retikulosit yang meningkat, dan juga sel target. Pada pasien ini juga dilakukan

pemeriksaan dengan metode HPLC dengan hasil Thalasemia Beta Mayor. Terapi pada pasien ini

dilakukan transfusi PRC 1x30 cc, 2x50 cc, 3x100 cc, pemberian transfusi dilakukan secara bertahap

agar tidak membebani kerja jantung. Selain itu pasien diberikan asam folat dengan tujuan

mengurangi terjadinya hemolisis dari eritrosit.