BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut...

25
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut usia Pengertian lanjut usia dibedakan menjadi dua bagian yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis dihitung berdasarkan tahun kalender. Indonesia melakukan penetapan usia pensiun adalah 56 tahun yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai patokan seseorang memasuki usia lanjut. Sementara berdasarkan UU No 13 tahun 1998 dinyatakan usia 60 tahun ke atas sebagai usia lanjut (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Usia biologis adalah usia yang sebenarnya, dimana biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis. Pada usia lanjut ini telah terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis dan perubahan kondisi sosial (Tamher dan Noorkasiani, 2009). 2. Batasan Lanjut Usia Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 tahun 1998 mneyebutkan bahwa lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia 60 ke atas. Berdasarkan Smith dan Smith (dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009) menggolongkan lanjut usia menjadi 3 yaitu young old (65-74 tahun); midle old (75-84 tahun); dan old (lebih dari 85 tahun). Setyonegoro dalam (Tamher dan Noorkasiani, 2009) menyebutkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun, selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Bandiyah (2009). Sedangkan menurut pendapat Sumiati (dalam Bandiyah, 2009) membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut: Umur 40 – 65 tahun : masa setengah umur (prasenium), 65 tahun ke atas : masa lanjut usia (senium).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut usia

Pengertian lanjut usia dibedakan menjadi dua bagian yaitu usia

kronologis dan usia biologis. Usia kronologis dihitung berdasarkan tahun

kalender. Indonesia melakukan penetapan usia pensiun adalah 56 tahun

yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai patokan seseorang memasuki

usia lanjut. Sementara berdasarkan UU No 13 tahun 1998 dinyatakan usia

60 tahun ke atas sebagai usia lanjut (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Usia biologis adalah usia yang sebenarnya, dimana biasanya

diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis. Pada

usia lanjut ini telah terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi

psikologis dan perubahan kondisi sosial (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

2. Batasan Lanjut Usia

Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 tahun 1998

mneyebutkan bahwa lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia 60 ke atas.

Berdasarkan Smith dan Smith (dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009)

menggolongkan lanjut usia menjadi 3 yaitu young old (65-74 tahun);

midle old (75-84 tahun); dan old (lebih dari 85 tahun).

Setyonegoro dalam (Tamher dan Noorkasiani, 2009) menyebutkan

bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang berusia lebih dari 65

tahun, selanjutnya terbagi dalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80

tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Bandiyah (2009).

Sedangkan menurut pendapat Sumiati (dalam Bandiyah, 2009) membagi

periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut: Umur 40 –

65 tahun : masa setengah umur (prasenium), 65 tahun ke atas : masa lanjut

usia (senium).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

7

3. Teori Penuaan

Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu

teoripun dapat memasukan semua variabel yang menyebabkan penuaan

dan respon individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori penuaan

dibagi menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural

(Stanley dan Beare, 2007).

a. Teori Biologis

Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan,

termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia

dan kematia. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan

molekuler dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan

tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

1) Teori genetika

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi

oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan

kode genetik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar

diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel

atau struktur jaringan.

2) Wear and Tear Theory

Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan

struktur dan fungsi terjadi akibat akumulasi sampah metabolik

atau zat nutrisi yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga

mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ

tubuh. Konsep penuaan ini memperlihatkan penerimaan terhadap

mitos dan stereotif penuaan.

3) Riwayat lingkungan

Faktor-faktor di dalam lingkungan dapat membawa

perubahan dalam proses penuaan, walaupun faktor-faktor ini dapat

mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan

dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama terhadap

terjadinya penuaan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

8

4) Teori imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang

bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing

mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk

menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.

5) Teori neuroendokrin

Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal

seperti yang telah terjadi pada struktur dan perubahan pada tingkat

molekul dan sel.

b. Teori psikososiologis

Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang

menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi bilogi pada

kerusakan anatomis

1) Teori kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan

psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.

Tahap akhir kehidupan sebagai waktu ketika orang mengambil suatu

inventaris dari hidup mereka, suatu waktu untuk melihat kebelakang

dari pada melihat ke depan. Selama proses refleksi ini lansia harus

mengahadpi kenyataan hidupya secara retrospektif.

b. Teori tugas perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus

dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya

untuk mencapai penuaan yang sukses.

c. Teori disengagement

Teori ini menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran

bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Penarikan diri ini dapat

diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari dan penting untuk fungsi

yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

9

d. Teori aktivtas

Teori ini merupakan jalan menuju penuaan yang sukses yaitu

dengan cara tetap aktif.

e. Teori kontinuitas

Teori kontibuitas ini juga dikenal sebagai teori perkembangan yang

merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan

mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kabutuhan

untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan

dan terpenuhinya kebutuhan di masa tua.

4. Proses menua

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan

bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah

dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan

status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan

terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik

dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,

aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita

menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti

strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya

(Martono & Darmojo, 2006).

Nugroho (2008) menyebutkan beberapa perubahan pada lanjut usia

diantaranya adalah :

a. Perubahan Fisik

1) Sel

2) Sistem Persarafan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

10

3) Sistem Pendengaran

4) Sistem Penglihatan

5) Sistem Kardiovaskuler

6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

7) Sistem Respirasi

8) Sistem Gastrointestinal

9) Sistem Genitourinaria

10) Sistem Endokrin

1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3) Menurunya aktivitas tiroid, menurunya BMR= Basal Metabolic

Rate, dan menurunya daya pertukaran zat.

4) Menurunnya produksi aldesteron.

5) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya: progesteron,

estrogen, dan testeron.

11) Sistem Kulit (Integumentary System)

12) Sistem Muskulosletal (Musculosceletal System)

b. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental antara lain :

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. Kesehatan

umum. Tingkat pendidikan. Keturunan (Herediter). Lingkungan.

Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih

sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan

mungkin karena faktor lain seperti pentakit-penyakit.

c. Perubahan Psikososial

1) Pensiun

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang

pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,

antara lain :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

11

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

2) Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami

kehilangan-kehilangan, antara lain:

3) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of

mortality).

4) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

5) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic

deprivation).

Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biaya pengobatan.

6) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

7) Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.

8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan dengan teman-teman

dan family.

10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perkembangan Spiritual

Menurut Maslowagama atau kepercayaan semakin terintegrasi

dalam kehidupan seseorang, dan perkembangan spiritual pada usia 70

tahun perkembangan yang dicapai tingkatan ini berfikir dan bertindak

dengan memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (Nugroho

(2008).

Bentuk-bentuk permasalahan yang dihadapi selama proses menua

oleh lanjut usia adalah sebagai berikut :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

12

a. Demensia

Demensia adalah suatu gangguan intelektual / daya ingat yang

umumnya progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada

orang yang berusia > 65 tahun.

b. Stres

Gangguan stres merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.

Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi atau stres tetapi

suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang

dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada

lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia

terdapat keluhan somatik.

c. Skizofrenia

Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda

dan menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia

lambat dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah

adanya skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.

d. Gangguan Delusi

Onset usia pada gangguan delusi adalah 40 – 55 tahun, tetapi dapat

terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang

tersering yaitu : waham kejar dan waham somatik.

e. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan

obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,

gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada

lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada

lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika

tidak lebih dapat menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori

eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang

dapat diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara

kronis.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

13

Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.

Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa

dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas.

Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan

kecemasan setelah suatu stresor yang berat. Gangguan stres lebih

sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada

lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik.

f. Gangguan Somatiform

Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan

apada pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya kronis dan prognosis

adalah berhati-hati. Untuk mententramkan pasien perlu dilakukan

pemeriksaan fisik ulang sehingga ia yakin bahwa mereka tidak

memliki penyakit yang mematikan. Terapi pada gangguan ini adalah

dengan pendekatan psikologis dan farmakologis.

g. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain

Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan

riwayat minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa.

Mereka biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia

dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang

kronis seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakoff.

Presentasi klinis pada lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis

pribadi yang buruk, malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual

bebas seperti kafein dan nikotin sering disalahgunakan. Di sini harus

diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral kronis pada lansia

pengguna alkohol maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi suatu

penyakit medik.

h. Gangguan Tidur / Insomnia

Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan

dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur atau insomnia.

Fenomena yang sering dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

14

adalah gangguan tidur, ngantuk siang hari dan tidur sejenak di siang

hari.

Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang

berhubungan dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi

yang lebih tinggi dibanding dewasa muda. Disamping perubahan

sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer pada

lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis

umum, faktor sosial dan lingkungan. Gangguan tersering pada lansia

pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang

menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri,

nokturia, sesak napas, nyeri perut.

Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak

terbangun pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.

Perburukan yang terjadi adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang

menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.

Berdasarkan The National Old People’s Welfare Council di Inggris

(dalam Nugorho, 2008) menyebutkan bahwa penyakit atau gangguan

umum pada lanjut usia meliputi depresi mental, gangguan pendengaran,

bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada

koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan,

ansietas/kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia,

hipotiroidisme dan gangguan defekasi.

5. Masalah yang sering dihadapi oleh lansia berkaitan dengan status mental

Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya

sebagai a series of I’s, yang meliputi immobility (imobilisasi), instability

(instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual

impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of

vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation

(depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga

immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Kemala Sari, 2010).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

15

B. Status mental

1. Pengertian Status Mental

Status mental adalah suatu pengkajian status mental yang

merupakan komponen penting dari setiap evaluasi apapun tentang fungsi

sensorinya, penampilan, perilaku fisik dan kemampuan kognitif. Proses

wawancara dengan lanjut usia selama pengambilan data tentang riwayat,

pemeriksaan fisik, dan pemberian perawatan memberikan data berharga

yang berfungsi sebagai dasar evaluasi untuk pengkajian status mentalnya

(Potter. 2005).

Masa tua adalah masa dimana terjadinya berbagai macam perubahan

terutama perubahan fisik dan datangnya penyakit. Penyebabnya antara

lain rasa kesepian karena ruang lingkup yang menyempit, rutinitas

kehidupan yang statis dan tidak variatif. Berkaitan dengan hal tersebut

lansia yang nampak lesu, tidak bergairah, merasa tidak dihargai, serta

merasa tidak bermakna akan lebih mempercepat penuaan, sementara

seseorang akan terus merasa muda jika lingkup pergaulannya luas,

memiliki banyak teman, intelektualitasnya selalu terasa, aktif dan

menjalankan kehidupan secara dinamis. Model kehidupan seperti ini yang

menyebabkan awet muda, gembira dan sikap positif yang menunjukkan

seorang lansia berada pada status mental yang baik.

2. Pengkajian Status Mental

Pengkajian keperawatan pada klien psikogeriatri merupakan proses

yang komplek. Pengaruh aspek biologik, psikologik, dan sosiokultural

akibat proses penuaan menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi

masalah yang muncul. Pengkajian status mental merupakan pendekatan

sistematis untuk mengumpulkan data tentang fungsi psikososial.

Pengkajian ini meliputi penampilan umum klien, kesadaran, fungsi

afektif, karakteristik bicara, orientasi, perhatian dan konsentrasi, penilaian,

memori, persepsi, serta isi dan proses pikir. Pengkajian ini bertujuan untuk

menentukan pikiran – pikiran dan proses mental yang mempengaruhi pada

pencapaian tingkat optimal dari fungsi lansia. Pengkajian ini terintegrasi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

16

dalam wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian Status Mental Lansia

menurut (Keliat, 2005), yaitu:

a. Penampilan

Mengkaji penampilan klien rapi atau tidak seperti penampilan klien

sehari-hari, mandi pagi, sore, rambut disisir, berpakaian yang sesuai,

gigi bersih, kuku pendek.

b. Pembicara

Mengkaji pembicaraan klien apakah cepat, keras, gagap, membisu,

apatis, atau lambat, apakah pembicara berpindah dari satu kalimat ke

kalimat lain dan tidak ada kaitannya.

c. Aktivitas Motorik

Mengkaji apakah klien tampak lesu, tegang, gelisah yang tampak jejas,

agitas (gerak motorik yang menunjukkan gegelisahan), tik (gerakan

gerakan kecil yang tidak terkontrol), grimasen (gerak otot muka yang

berubah-ubah dan tidak dapat di kontrol oleh klien), tremor (jari-jari

tampak gemetar ketika klien mengulurkan tangan dan merentangkan

jari-jari), kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti

mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan).

d. Alam Perasaan

Mengkaji apakah klien tampak sedih, putus asa, gembira yang

berlebihan yang tampak jelas, ketakutan, kekawatiran.

e. Afek

Mengkaji apakah ada perubahan datar, (tidak ada perubahan roman

muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan),

tumpul (hanya bereaksi kalau ada stimulus emosi yang kuat), labil

(emosi berubah dengan cepat), tidak sesuai (emosi tidak sesuai dengan

atau bertentangan dengan stimulus yang ada).

f. Interaksi selama wawancara

Mengkaji apakah klien bermusuhan, tidak kooperatif, dan mudah

tersinggung, kurangnya kontak mata (tidak mau menatap orang lain),

defensive (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

17

dirinya), curiga (menunjukkan sikap atau tidak percaya pada orang

lain)

g. Persepsi

Mengkaji jenis-jenis halusinasi seperti klien mengatakan sering

mendengar suara-suara, dan klien sering melihat bayangan hitam

mengejar kearahnya

h. Proses pikir

Mengkaji sirkumtansial seperti berbicara berbelit-belit tetapi sampai

pada tujuan pembicara, tangensial (pembicaraan berbelitbelit, tapi

tidak sampai pada tujuan pembicara), kehilangan asosial (pembicara

tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dan kalimat lainnya, serta

klien tidak menyadarinya), flig of ideas (pembicaraan yang meloncat

daridari satu topik ke topik lainnya, dan msih ada hubungan yamg

tidak logis dan tidak sampai pada tujuannya), blocking (pembicaraan

berhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian di lanjutkan

kembali), perseverasi (pembica yang diulang berkali-kali),

i. Isi pikir

Mengkaji tentang obsesi (pikiran yang sering muncul walaupun klien

berusaha menghilangkannya), fobio (ketakutan yang patologi atau

logis terhadap obyek atau situasi tertentu), hipokondri (keyakinan

terhadap adanya gangguan pada organ dalam tubuh yang sebenarnya

tidak ada), depersonalisasi (perasaan klien yang asing terhadap diri

sendiri, orang atau lingkungan), ide yang terkait (kenyakinan klien

terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan, bermakna, dan terkait

pada dirinya), pikiran magis (kenyakinan klien tentang kemampuannya

untuk melakukan hal-hal yang mustahil atau di luar kemampuan).

j. Tingkat kesadaran

Mengkaji klien apakah klien tampak bingung dan kacau, dedasi

(pasien mengatakan bahwa ia melayang-layang atara sadar dan tidak

sadar, stupor (gangguan motorik, seperti ketakutan, gerakan diulang-

ulang), orentasi waktu, tempat dan orang cukup jelas.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

18

k. Memori

Memgkaji adanya gangguan daya ingat jangka panjang (tidak dapat

mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan), adanya

gangguan daya ingat jangka pendek (tidak dapat mengingat kejadian

yang terjadi dalam minggu terakhir), gangguan daya ingat saat ini

(klien dapat mengingat kejadian saat ini).

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mudah dialihkan (perhatian klien mudah berganti dari satu

obyek ke obyek lain), tidak mampu berkonsentrasi dan klien selalu

pertanyaan diulang atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan,

tidak mampu berhitung, (tidak dapat melakukan penambahan dan

pengurangan).

m. Kemampuan penilaian

Mengkaji gangguan kemampuan ringan (dapat mengambil keputusan

yang sederhana dengan bantuan orang lain, gangguan menilai

bermakna (tidak mampu megambil keputusan walaupun dibantu orang

lain.

n. Daya tilik diri

Klien mengkikari penyakit yang diderita, tidak menyadari adanya

penyakit (perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu

pertolongan, menyalahkan orang lain dan lingkungannya dengan

kondisinya saat ini.

3. Faktor-Faktor Predisposisi Sehat Sakit Mental

Faktor- Faktor Predisposisi Sehat Sakit Mental meurut (Rasmun, 2001)

yaitu:

a. Biologis

Penusuran gen-gen yang menyebabkan penyakit mental yang

merupakan hal yang sulit di lakukan hingga saat ini, satu-satunya gen

yang mempunyai hubungan dengan beberapa penyakit mental yang

menyebabkan perkembangan penyakit Alzeimer’s pada sekitar 10%

orang dengan kelainan ini. Informasi terakhir tentang penyebaran

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

19

penyakit mental terutama berdasarkan atas penyelidikan tentang sifat

keturunan manusia.

b. Psikologi

1) Intelegensia kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik

diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai

untuk mengurangi ketegangan menuju keseimbangan kontinum.

2) Kemampuan berbahasa, individu dapat mengurangi ketegangan

psikis dengan kemampuanya menguraikan atau menyusaikan diri

dengan lingkungan.

3) Pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan mental dapat

dihubungkan dengan pengalaman masa lalu yang menyenangkan

ataupun menyakitkan misalnya peristiwa kehilanagan.

4) Konsep diri, bagaimana kesusuaikan atau persepsi terhadap diri,

yang meliputi gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, dan

identitas diri.

5) Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan

dan dinamika hidup apakah motivasi tinggi motivasi rendah.

6) Faktor lain yang mempengaruhi sehat sakit mental adalah: sosio

kultural, usia, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, kedudukan

social dan latar belakang budaya.

c. Respon Fisiologis

Stimulus system syaraf otonom dan simpatis serta peningkatan

aktifitas hormon, tremor, palpitasi, peningkatan mobilitas.

d. Respon Perilaku

Bervariasi tergantung pada tingkat kecemasan, dapat berupa isolasi diri

atau agresif.

e. Respon Sosial

Mencari arti: atribut sosial, perbandingan sosial.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

20

4. Pengukuran status mental

Pengukuran status mental pada lanjut usia dapat dilakukan melalui

mini mental status exam (MMSE). Perhitungan status mental berdasarkan

MMSE dapat dikategorikan menjadi skor 0-2 kesalahan = baik, 3-4

kesalahan = gangguan intelektual ringan. Skor 5-7 kesalahan = gangguan

intelek sedang, 8-10 kesalahan = gangguan berat. Bila lanjut usia tidak

pernah sekolah nilai kesalahannya diperbolehkan +1 dan nilai di atas. Bila

lanjut usia sekolah lebih dari SMA, kesalahan yang diperbolehkan -1 dari

di atas (Folestein, 1990 dalam Subiyanto, dkk, 2011).

C. Kemampuan Aktifitas Sehari-hari Pada lansia

1. Pengertian Kemampuan Aktifitas

Aktivitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan

oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya

atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian,

makan, atau melakukan mobilisasi (Luekenotte (2000). Seiring dengan

proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam

beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan

pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat

bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-

hari tersebut.

Aktifitas dasar sehari-hari bagi lanjut usia sebenarnya meliputi

tugas-tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan

kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas. Agar

tetap dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktivitas dasar maka

lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti olah raga. Latihan

aktifitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga

kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL, dan

meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte (2000).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

21

2. Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat

banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual

pada lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan

jantung serta sistem peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon serta

sistem saraf dapat menurunkan kapasitas dan gairah seks. Efek

samping dari berbagai obat-obatan yang digunakan untuk

menyembuhkan beberapa macam penyakit dapat menyebabkan

masalah organik, selain itu masalah psikologis juga berpengaruh

terhadap kemampuan untuk mempertahankan gairah seks (Bandiyah,

2009).

b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan

c. Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.

d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi

kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas linkup gerak

sendi banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat

keketatan/kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat

kontraktur sendi. Keketatan otot betis sering memperlambat gerak

dorso-fleksi dan timbulnya kekuatan otot dorsoflektor sendi lutut yang

diperlukan untuk mencegah jatuh ke belakang.

e. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk

menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan

aktivitas. Hal ini berhubungan dengan ketidaktergantungan terhadap

instrumen ADL (IADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini

seorang lanjut usia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas

atau olah raga (Darmojo, 2006).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari pada lansia

Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007)

menyebutkan bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh

depresi. Kemp dan Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas

sehari-hari dapat menyebabkan ketakutan, kemarahan, kecemasan,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

22

penolakan dan ketidakpastian. Kemauan dan kemampuan untuk

melaksanakan aktifitas sehari-hari pada lansia adalah sebagian berikut

(Potter, 2005):

a. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri

1) Umur

Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling

vital bagi kesehatan total lansia. Perubahan normal

muskuloskelatal terkait usia pada lansia termasuk penurunan

tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan,

peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat,

pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi yang

menyebabkan perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya

pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare, 2007)..

2) Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi

kemampuan partisipasi dalam aktifitas sehari-hari, sebagai contoh

sistem nervous menggumpulkan dan menghantarkan, dan

mengelola informasi dari lingkungan. Sistem muskuluskoletal

mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga seseorang

dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan

gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau

trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan aktifitas sehari-hari.

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam

mengontrol kadar gula darah. Gangguan tersebut dapat disebabkan

oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin

terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya.

DM disebut sebagai penyakit kronis sebab DM dapat

menimbulkan perubahan yang permanen bagi kehidupan

seseorang. Penyakit kronis tersebut memiliki implikasi yang luas

bagi lansia maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

23

yang menyertai, penurunan kemandirian lansia dalam melakukan

aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial lansia

Dikatakan paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia tidak

tahu bahwa mereka terkena DM. Keluhan tradisional dari

hiperglikemia seperti polidipsi dan poliuria sering tidak jelas,

karena penurunan respon haus dan peningkatan nilai ambang

ginjal untuk pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan,

kelelahan dan kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada

lanjut usia, berakibat tertundanya deteksi adanya DM. Penampilan

klinis seperti dehidrasi, konfusio, inkontinentia dan komplikasi-

komplikasi yang berkaitan DM merupakan gejala-gejala yang

tampak.

Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa

kesulitan untuk bangkit dari kursi atau menaiki tangga. Pandangan

yang kabur atau diplopia juga dapat dikeluhkan, akibat

mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang mengatur

okulomotorik. Proteinuria tanpa adanya infeksi, harus dicari

kemungkinan adanya DM.

Infeksi khusus yang sering berkaitan dengan DM, lebih

banyak dijumpai pada lanjut usia antara lain otitis eksterna

maligna dan kandidiasis urogenital. Sebaliknya adanya penyakit-

penyakit akut seperti bronkopneumoni, infark miokard atau stroke

dapat meningkatkan kadar glukosa sehingga berakibat tercapainya

kriteria diagnosis DM, pada mereka yang telah ada peningkatan

kadar intoleransi glukosa. Beberapa gejala unik yang dapat terjadi

pada penderita lanjut usia antara lain adalah: neuropati diabetika

dengan kaheksia, neuropati diabetic akut, amiotropi, otitis eksterna

maligna, nekrosis papilaris dari ginjal dan osteoporosis.

Secara garis besar DM dikelompokkan menjadi 2 tipe2

macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

24

Diabetes Mellitus (NIDDM).Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat

ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta

pancreas telah dihancurkan oleh proses auto imun/ hiperglikemia

puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.

Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat

disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia posprandial (sudah makan ) jika

kosentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya

glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa

yang berlebihan diekskresikan kedalam urin mekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan. Keadaan

ini dinamakan dieresis osmotik. Sebagai akibat kehilangan cairan

yang berlebihan. Sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2,

pankreas masih bisa membuat insulin tetapi kualitas insulinnya

buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk

memasukan glukosa dalam sel. Akibatnya, glukosa dalam darah

meningkat, Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe II adalah

bahwa sel sel jaringan tubuh otot si pasien tidak peka atau sudah

resisten terhadap insulin ( insulin resisten) sehingga glukosa tidak

masuk dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.

Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien gemuk dan mengalami

obesitas

3) Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional,

termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan

memperhatikan (Keliat,1995). Tingkat fungsi kognitif dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

sehari-hari. Fungi kognitif menunjukkan proses menerima,

mengorganisasikan dan menginterpestasikan sensor stimulus

untuk berfikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

25

memberikan kontribusi pada fungsi kognitif yang meliputi

perhatian memori, dan kecerdasan. Gangguan pada aspek-aspek

dari fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berfikir logis dan

menghambat kemandirian dalam melaksanakan aktifitas sehari-

hari.

4) Fungsi psikologis

Fungsi psikologis menunjukkan kemampuan seseorang

untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan

informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi

interaksi yang komplek antara perilaku interpersonal dan

interpersonal. Kebutuhan psikologis berhubungan dengan

kehidupan emosional seseorang. Meskipun seseorang sudah

terpenuhi kebutuhan materialnya, tetapi bila kebutuhan

psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan dirinya

merasa tidak senang dengan kehidupanya, sehingga kebutuhan

psikologi harus terpenuhi agar kehidupan emosionalnya menjadi

stabil (Tamher, 2009).

5) Tingkat stres

Stres merupakan respon fisik non spesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang menyebabkan stres disebut

stressor, dapat timbul dari tubuh atau lingkungan dan dapat

mengganggu keseimbangan tubuh. Stres dibutuhkan dalam

pertumbuhan dan perkembangan. Stres dapat mempunyai efek

negatif atau positif pada kemampuan seseorang memenuhi

aktifitas sehari-hari (Miller, 1995).

b. Faktor-faktor dari luar meliputi :

7) Lingkungan keluarga

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling

disukai para lanjut usia. Lanjut usia merupakan kelompok lansia

yang rentan masalah, baik masalah ekonomi, sosial, budaya,

kesehatan maupun psikologis, oleh karenanya agar lansia tetap

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

26

sehat, sejahtera dan bermanfaat, perlu didukug oleh lingkungan

yang konduktif seperti keluarga.

8) Lingkungan tempat kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka

bekerja, karena setiaap kali seseorang bekerja maka ia memasuki

situasi lingkungan tempat yang ia kerjakan. Tempat yang nyaman

akan membawa seseorang mendorong untuk bekerja dengan

senang dan giat.

9) Ritme biologi

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang

mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologi membantu

mahluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya. Beberapa

faktor yang ikut berperan pada irama sakardia diantaranya faktor

lingkungan seperti hari terang dan gelap. Serta cuaca yang

mempengaruhi aktifitas sehar-hari. Faktor-faktor ini menetapkan

jatah perkiraan untuk makan, bekerja.

4. Macam-macam Aktifitas Sehari-hari Pada Lansia

a. Mandi (spon, pancuran, atau bak)

Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika

mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandi

hanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima

bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak dimandikan).

b. Berpakaian

Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan,

mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan

kecuali mengikat sepatu, menerima bantuan dalam memakai baju, atau

membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian.

c. Ke kamar kecil

Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa

bantuan (dapat mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat,

walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

27

bedpan pengosongan pada pagi hari, menerima bantuan kekamar kecil

membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian setelah eliminasi,

atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak ke kamar

kecil untuk proses eliminasi.

d. Berpindah

Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi

tanpa bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung

seperti tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat

tidur atau kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat

tidur.

e. Kontinen

Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,

kadang-kadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol

perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan

control urin atau defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.

f. Makan

Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan

bantuan dalam mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam

makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau

cairan intravena.

5. Tingkat aktifitas sehari-hari pada lanjut usia

Menurut Leukenotte (2000) tingkatan aktifitas shari-hari

Tingkatan 1 : Mandiri, berarti tanpa pengawasan , pengarahan, atau

bantuan pribadi secara aktif kecuali jika disebutkan secara spesifik sebelumnya.

Seseorang yang menolak untuk melaksanakan suatu fungsi dicatat sebagai tidak

melakukan fungsi tersebut walaupun dianggap mampu.

Tingkatan 2 : Memerlukan bantuan ketergantungan terhadap lebih dari

satu bagian tubuhnya. Dari kemampuan melaksanakan 18 aktifitas dasar

tersebut, kemudian diklasifikasikan menjadi 6 tahapan menurut Miller,

(1995) adalah sebagai berikut :

Skor 5: Aktivitas Mandiri

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

28

Skor 4: Aktivitas dengan menggunakan bantuan alat

Skor 3: Aktivitas dengan bantuan sebagian

Skor 2: Aktivitas dengan bantuan 1 orang

Skor 1: Aktivitas dengan bantuan 2 orang

Skor 0: Aktivitas dengan bantuan total

Pengkajian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia didasarkan pada :

1) Mandi

2) Ambulasi

3) Aktivitas Di Tempat Tidur

4) Berpakaian

5) Perawatan Mulut

6) Perawatan Rambut

7) Mental Status

8) BAK dan BAB

9) Asupan Makanan

10) Aktivitas bergerak

11) Menyiapkan makan

12) Berbelanja

13) Telepon

14) Transportasi

15) Pengobatan

16) Merawat rumah

17) Mencuci

18) Pengelolaan uang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

29

D. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber : Potter (2005)

E. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Status mental ADL Lansia

Variabel bebas Variabel Terikat

ADL pada lansia

Faktor Internal

1. Kesehatan fisik

2. F. Kognitif 3. F. Psikologis 4. Tingkat Stres

Status mental

Faktor-faktor dari luar

Lingkungan keluarga

Lingkungan tempat kerja

Ritme biologi

Umur

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiadigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-ninasetyaw... · koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas/kecemasan,

30

F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat status mental pada

lansia

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas sehari-hari pada

Lansia

G. Hipotesis penelitian

Ada hubungan antara status mental dengan tingkat kemandirian dalam

aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Kecamatan

Genuk Semarang.