BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas...

15
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Arabika Kopi menjadi salah satu komoditas dari sektor perkebunan yang berperan dalam perekonomian di Indonesia. Kopi arabika dan kopi robusta merupakan dua jenis kopi yang secara umum ditanam di Indonesia. Kopi arabika memiliki ciri khas aroma yang wangi dan merupakan pencampuran aroma bunga serta buah. Kopi arabika terdiri dari beberapa varietas yang bergantung dari negara, iklim dan tanah tempat ditanamnya kopi tersebut. Perbedaannya dengan kopi robusta yaitu tingkat rasa asam pada kopi arabika yang tinggi (Wida, 2012). Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) masuk ke dalam genus Coffea dengan famili Rubiaceae. Kopi arabika merupakan tanaman yang berkeping dua (dikotil) dan memiliki akar tunggang dengan beberapa akar kecil yang tumbuh melebar ke samping atau biasa disebut akar lateral. Daun kopi arabika memiliki warna hijau gelap dengan lapisan lilin yang mengkilap. Panjang daun kopi arabika berkisar empat hingga enam inci dengan bentuk daun oval atau lonjong (Panggabean, 2011). Kopi arabika merupakan kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia. Kopi arabika cocok ditanam pada dataran tinggi dengan iklim kering dan ketinggian diatas 1.300 mdpl (Cahyono, 2012). Beragam varietas kopi arabika yang ditanam di Indonesia menurut Prastowo et al, (2010) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Varietas Kopi Arabika Varietas Tipe Pertumbuhan Bentuk daun Bentuk biji Rata rata produktivitas Kartika 1 Kate (dwarft) Oval meruncing Biji membulat 41,75 kwintal/ha dengan populasi 6.400 pohon/ha

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kopi Arabika

Kopi menjadi salah satu komoditas dari sektor perkebunan yang berperan

dalam perekonomian di Indonesia. Kopi arabika dan kopi robusta merupakan dua

jenis kopi yang secara umum ditanam di Indonesia. Kopi arabika memiliki ciri

khas aroma yang wangi dan merupakan pencampuran aroma bunga serta buah.

Kopi arabika terdiri dari beberapa varietas yang bergantung dari negara, iklim dan

tanah tempat ditanamnya kopi tersebut. Perbedaannya dengan kopi robusta yaitu

tingkat rasa asam pada kopi arabika yang tinggi (Wida, 2012).

Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) masuk ke dalam genus Coffea dengan

famili Rubiaceae. Kopi arabika merupakan tanaman yang berkeping dua (dikotil)

dan memiliki akar tunggang dengan beberapa akar kecil yang tumbuh melebar ke

samping atau biasa disebut akar lateral. Daun kopi arabika memiliki warna hijau

gelap dengan lapisan lilin yang mengkilap. Panjang daun kopi arabika berkisar

empat hingga enam inci dengan bentuk daun oval atau lonjong (Panggabean,

2011). Kopi arabika merupakan kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia.

Kopi arabika cocok ditanam pada dataran tinggi dengan iklim kering dan

ketinggian diatas 1.300 mdpl (Cahyono, 2012).

Beragam varietas kopi arabika yang ditanam di Indonesia menurut

Prastowo et al, (2010) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Varietas Kopi Arabika

Varietas Tipe

Pertumbuhan

Bentuk

daun

Bentuk biji Rata – rata

produktivitas

Kartika 1 Kate (dwarft) Oval

meruncing

Biji

membulat

41,75 kwintal/ha

dengan populasi

6.400 pohon/ha

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

11

Varietas Tipe

Pertumbuhan

Bentuk

daun

Bentuk biji Rata – rata

produktivitas

Kartika 2 Kate (dwarft) Oval

membulat

Biji agak

lonjong

37,17 kwintal/ha

dengan populasi

6.400 pohon/ha

Abesinia 3 Tinggi melebar Oval agak

memanjang

Biji besar

memanjang

7,5 – 10 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha

Lini S 795 Tinggi melebar Oval agak

memanjang

Biji agak

bulat

10 – 15 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha

USDA 762 Tinggi melebar Oval agak

melebar

Biji

membulat

8 – 15 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha

Andungsari

1

Kate (dwarft) Oval agak

memanjang

Biji agak

lonjong

35 kwintal/ha

dengan populasi

3.300 pohon/ha

Gayo 1 Tinggi melebar Oval

memanjang

Biji agak

lonjong

9 – 12 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha

Gayo 2 Tinggi melebar Oval agak

memanjang

Biji

membulat

9 – 11 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha

Ateng

super

Kate (dwarft) Oval

memanjang

Biji

memanjang

9 – 12 kwintal/ha

dengan populasi

1.600 pohon/ha Sumber: (Prastowo, 2010)

2.2 Rantai Pasok

Rantai pasok merupakan serangkaian kegiatan produktif dari hulu ke hilir

yang saling berkaitan antar aktivitas dan membentuk suatu rantai nilai dalam

industri. Rantai pasok terdiri dari beberapa unsur dan pihak yang terlibat baik

secara langsung ataupun tidak langsung (Noviantari et al., 2015).

Menurut (Rega, 2016) Rantai Pasok adalah seluruh rangkaian aktivitas

yang meliputi transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya yang

membutuhkan waktu disepanjang jaringan untuk memproses bahan baku menjadi

produk jadi serta informasi yang diteruskan ke pelanggan akhir dan memiliki nilai

tambah bagi pelanggan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

12

Rantai pasok merupakan rangkaian dari kegiatan – kegiatan (fisik dan

pengambilan keputusan) yang terhubung oleh saluran produk dan informasi serta

terkait dengan aliran – aliran finansial. Oleh karena itu manajemen terhadap

rantai pasok penting untuk menciptakan integrasi dari perencanaan, koordinasi,

dan pengawasan dari semua proses bisnis dan aktivitas di dalam rantai pasok

untuk menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen dengan biaya sekecil

mungkin terhadap rantai pasok secara keseluruhan yang pada saat bersamaan

memenuhi berbagai persyaratan dari pelaku lain dalam rantai pasok (Jack, Van

Der Vorst, Van Der Vorst, & Vorst, 2004).

Terbentuknya rantai pasok dikarenakan adanya hubungan antara elemen –

eleman yang bertujuan agar produk akhir bisa sampai di tangan konsumen,

channel merupakan nama lain dari elemen – elemen yang terlibat dalam sistem

rantai pasok seperti produsen, distributor, gudang, pengecer hingga ke konsumen

akhir (Pujawan, 2005).

Tahap pertama dalam proses terjadinya rantai pasok kopi di Indonesia

adalah tahap primer produksi kopi. Kegiatan yang terjadi pada tahap ini meliputi

penanaman kopi (bibit atau tanaman), pemanenan buah kopi, dan pengolahan

awal buah menjadi green bean (yaitu kopi mentah).

Pengolahan sekunder, salah satu tahap hilir dalam rantai pasok kopi

Indonesia, merupakan “pengguna” terbesar kopi mentah di Indonesia. Menurut

data Input-Output Indonesia, hampir 42% kopi mentah ditujukan untuk

pengolahan lebih lanjut jauh di atas 32% kopi mentah yang diekspor dan 25%

yang digunakan untuk menanam kembali tanaman kopi di masa mendatang.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

13

Aktivitas yang termasuk dalam bagian dari rantai pasok kopi ini adalah

penyangraian, penggilingan, dan pengemasan kopi (Rachman, 2017).

Rantai pasok terbagi menjadi tiga bagian (Anatan & Ellitan, 2008) :

1. Upstream Supply Chain : bagian ini meliputi tahap pertama pada

pengadaan bahan baku atau pelaku pertama dari sebuah organisasi dan

suplier yang sudah saling terjalin kerjasama.

2. Internal Supply Chain : bagian ini meliputi seluruh proses yang mengubah

bahan baku yang dikirimkan oleh supplier menjadi sebuah produk, mulai

dari masuknya bahan baku sampai dengan produk tersebut siap

didistribusikan kepada konsumen.

3. Downstream Supply Chain : bagian ini meliputi seluruh proses yang

bertujuan dan berperan dalam proses pendistribusian produk kepada

konsumen akhir.

Terdapat tiga aliran yang dikelola pada sistem rantai pasok, aliran pertama

yaitu aliran produk yang mengalir pada setiap elemen rantai pasok dari mulai hulu

ke hilir. Aliran kedua yaitu aliran keuangan yang terjadi pada proses rantai pasok

dari hilir ke hulu dan aliran ketiga yaitu aliran informasi yang terjadi dari hulu ke

hilir maupun dari hilir ke hulu (Pujawan, 2005).

Selain dari pedagang perantara, aliran keuangan juga terjadi dari

konsumen akhir kepada agroindustri. Aliran keuangan ini berupa pembayaran

yang dilakukan oleh konsumen ketika menerima produk dari agroindustri.

Pembayaran produk dilakukan secara tunai saat produk sampai ke tangan

konsumen. Aliran informasi merupakan suatu proses penyampaian informasi yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

14

tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan seseorang (Hariyati &

Rahayu, 2014).

2.3 Food Supply Chain Network (FSCN)

Analisis rantai pasok yang dievaluasi dalam konteks dari jaringan yang

kompleks dari rantai pangan, dinamakan Food Supply Chain Network (FSCN).

Singkatnya, pelaku rantai kemungkinan terlibat pada rantai pasok yang berbeda

pada FSCN yang berbeda, berpartisipasi pada proses bisnis yang beranekaragam

yang dapat berubah setiap waktu dan hubungan vertikal dan horizontal yang

dinamis. FSCN terdiri dari empat unsur untuk menggambarkan, menganalisis, dan

mengembangkan FSCN secara spesifik (Vorst, 2006).

Gambar 2. Kerangka Food Supply Chain Network (Vorst, 2006)

Kerangka FSCN pada Gambar 2 terdiri dari empat unsur yaitu:

1. Struktur jaringan/ rantai pasok (Network Structure) menetapkan batas dari

jaringan rantai pasok dan menggambarkan pelaku yang utama dalam

jaringan, menetapkan aturan yang berlaku dan susunan kelembagaan yang

terdapat pada jaringan. Intinya menetapkan pelaku utama dalam

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

15

keberhasilan usaha dan rantai pasok sesuai dengan kendali manajerial dan

sumber daya.

2. Proses bisnis dalam rantai (Chain Business Processes) Serangkaian

aktivitas bisnis yang terukur dan terstruktur dibangun untuk memproduksi

output tertentu (produk fisik, jasa dan informasi) untuk pasar/ konsumen

tertentu.

3. Manajemen jaringan dan rantai (network and chain management)

melambangkan koordinasi dan manajemen struktur dalam pelaksanaan

proses oleh pelaku di dalam jaringan.

4. Sumber daya rantai (Chain resources) digunakan untuk menghasilkan

produk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh

sumber daya yaitu sumber daya manusia, mesin, dan informasi (Vorst,

2006).

2.4 Kinerja rantai pasok

Aspek penting dalam rantai pasok yaitu manajemen kinerja dan perbaikan

yang dilakukan secara berkelanjutan. Terciptanya manajemen kinerja yang efektif

dibutuhkan sebuah pengukuran yang didalamnya dapat mengevaluasi kinerja

rantai pasok secara menyeluruh. Pengukuran kinerja rantai pasok diperlukan

untuk memantau dan mengendalikan terhadap proses terjadinya rantai pasok,

mengkomunikasikan tujuan setiap elemen – elemen yang terlibat pada sistem

rantai pasok, mengetahui dimana posisi relatif sebuah elemen terhadap pesaing

dan merencanakan perbaikan untuk menciptakan keunggulan pada persaingan

(Pujawan, 2005).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

16

Pengukuran kinerja tidak akan berpengaruh jika tidak dilakukan upaya

perbaikannya, proses upaya perbaikan rantai pasok dapat dilakukan dengan proses

benchmarking atau membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan sebuah

perusahaan lain yang sama – sama bergerak dibidang tersebut dan digolongkan

pada perusahaan yang terbaik dibidangnya. Tujuan dilakukannya benchmarking

yaitu untuk mengidentifikasi pada aspek mana sebuah perusahaan sudah baik

kinerjanya dan pada aspek mana sebuah perusahaan perlu perbaikan jika

dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Perusahaan yang sudah menerapkan

manajemen rantai pasok yang baik biasanya juga memiliki nilai kinerja yang lebih

baik jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang belum menerapkan

manajemen rantai pasok dengan baik.

Terdapat salah satu elemen penting dalam pengukuran kinerja rantai pasok

yaitu metrik atau suatu ukuran yang dapat diverifikasi, dapat diwujudkan dalam

bentuk kuantitatif maupun kualitatif serta dapat didefinisikan terhadap suatu titik

acuan tertentu. Sistem pengukuran rantai pasok biasanya mencakup antara

gabungan dari metrik individual maupun kelompok. Selain dapat

mengembangkan rantai pasok, pengukuran kinerja juga memiliki tujuan

mengurangi masalah yang terjadi antara elemen – elemen rantai pasok (Pujawan

& Mahendrawathi, 2010).

2.5 Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan Metode Supply Chain

Operations Reference (SCOR)

Supply Chain Operations Reference (SCOR) merupakan suatu model

pengukuran yang dikembangkan oleh lembaga non-profit yaitu dewan rantai

pasok atau biasa disebut Supply Chain Council yang bertujuan untuk mengukur

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

17

kinerja dari suatu sistem rantai pasok yang diterapkan pada sebuah organisasi.

Pengukuran yang dilakukan mencakup dari mulai pengadaan bahan baku sampai

dengan produk diterima oleh konsumen akhir. Menurut (Bolstorff & Rosenbaum,

2003) pengukuran dengan menggunakan metode SCOR terbagi menjadi tiga

elemen utama dan memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Business process reengineering : tahap ini mendefinisikan proses

kompleks yang terjadi saat ini dan proses yang diinginkan atau target

sebuah perusahaan.

2. Benchmarking : tahap ini melakukan pengukuran kinerja dan

membandingkan nilai kinerja dengan perusahaan sejenis.

3. Process measurement : mengendalikan dan memperbaiki proses – proses

rantai pasok serta melakukan praktik – praktik terbaik.

Menurut (Supply Chain Council, 2010), proses pengukuran rantai pasok

terbagi menjadi empat level, yaitu :

a. Level 1 : menjabarkan mengenai ruang lingkup dan isi dari SCOR Model

dan penetapan target – target kinerja perusahaan untuk bersaing.

b. Level 2 : pendefinisian kategori – kategori terhadap setiap proses yang

terjadi pada level 1.

c. Level 3 : tahap penguraian proses – proses yang ada pada rantai pasok

menjadi unsur – unsur yang mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk

berkompetisi. Tahap ini terdiri dari definisi unsur – unsur proses, masukan

dan keluaran dari informasi mengenai proses unsur, metrik – metrik dari

kinerja proses, praktik terbaik dan kapabilitas sistem yang diperlukan

untuk mendukung praktik terbaik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

18

d. Level 4 : tahap penggambaran secara detail mengenai tugas – tugas pada

setiap aktivitas yang dibutuhkan pada level 3 dan

mengimplementasikannya untuk mencapai keunggulan bersaing.

Pengukuran kinerja rantai pasok terbagi lagi kedalam lima bagian dan

merupakan penjabaran dari tahap level 1, lima proses tersebut :

1. Plan , proses ini mendefinisikan dari mulai perencanaan dan menentukan

apa saja yang harus dilakukan kedepannya agar sesuai dengan visi, misi

dan tujuan perusahaan.

2. Source ¸ proses ini berkaitan dengan pelaksanaan apa saja yang akan

dilakukan di dalam perusahaan sehingga menciptakan nilai guna serta

proses ini menjabarkan sumber daya apa saja yang digunakan.

3. Make , proses ini mendefinisikan kegiatan yang berkaitan dengan

penciptaan produk.

4. Deliver , tahap ini menjabarkan tentang proses pengiriman produk yang

sudah diciptakan perusahaan kepada konsumen akhir.

5. Return , proses ini berkaitan dengan pengembalian produk atau barang

dari perusahaan jika kondisi produk tersebut rusak.

Pengukuran kinerja rantai pasok dengan menggunakan metode Supply

Chain Operations Reference (SCOR) dilakukan dengan penilaian terhadap atribut

– atribut kinerja pada manajemen rantai pasok (Supply Chain Council, 2010),

atribut kinerja disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Atribut Penilaian Kinerja Rantai Pasok

Atribut Kinerja Definisi Metrik Level 1

Reliabilitas

Rantai Pasok

Performa rantai pasokan perusahaan dalam

memenuhi pesanan pembeli dengan produk,

jumlah, waktu, kemasan, kondisi dan

dokumentasi yang tepat sehingga mampu

Pesanan

terkirim secara

utuh

Ketepatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

19

Atribut Kinerja Definisi Metrik Level 1

memberikan kepercayaan kepada pembeli

bahwa pesanannya akan dapat terpenuhi

dengan baik.

kuantitas

pengiriman

Pesanan

kondisi

sempurna

Responsivitas

Rantai Pasok

Kecepatan rantai pasok perusahaan dalam

memenuhi pesanan konsumen.

Waktu

pemenuhan

pesanan

Waktu siklus

pengemasan

Waktu siklus

penjadwalan

pengiriman

Waktu

pengolahan

Adaptabilitas

Rantai Pasok

Kemampuan untuk beradaptasi terhadap

perubahan pasar utuk memelihara keuntungan

kompetitif rantai pasok.

Fleksibilitas

rantai pasokan

atas

Penyesuaian

rantai pasokan

atas

Penyesuaian

rantai pasokan

bawah

Biaya rantai

pasok

Biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan

proses rantai pasokan.

Biaya Komersil

Biaya produksi

Biaya

pengiriman

Manajemen

aset rantai

pasok

Efektifitas suatu perusahaan dalam

memanajemen asetnya untuk mendukung

terpenuhinya kepuasan konsumen.

Siklus Cash to

Cash

Lama

pembayaran

hutang

Lama

penerimaan

piutang Sumber : (Supply Chain Council, 2010)

Setiap atribut kinerja masing – masing memiliki matrik kinerja sebagai

indikator pengukuran kinerja rantai pasok. Banyaknya matrik kinerja disesuaikan

dengan jenis dan banyaknya proses serta tingkatan proses rantai pasok yang

diterapkan pada perusahaan. (Supply Chain Council, 2010). Penggunaan metode

Analytical Hierarchi Process (AHP) bertujuan untuk pembobotan hierarki SCOR

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

20

yang nantinya akan menghasilkan nilai prioritas pada setiap level hierarki yang

didasarkan pada tingkat kepentingan yang diperoleh berdasarkan pendapat para

pakar. Nilai perhitungan kinerja dengan metode SCOR – AHP akan

diklasifikasikan pada kategori standar kinerja (Monzcka & Handfield, 2011).

Klasifikasi nilai kinerja disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Nilai Kinerja

Nilai Kinerja Kriteria

95 – 100 Sangat baik (Excellent)

90 – 94 Baik (Above Average)

80 – 89 Sedang (Average)

70 – 79 Kurang (Below Average)

60 – 69 Sangat Kurang (Poor)

<60 Buruk (Unacceptable) Sumber : (Monzcka & Handfield, 2011)

2.6 Analytical Hierarcy Process (AHP)

Analytical Hierarcy Process merupakan metode untuk membantu dalam

pengambilan keputusan sesuai dengan kriteria atau syarat yang telah ditentukan.

Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, metode ini

dilakukan dengan membentuk score secara numerik untuk menyusun cara

alternatif setiap pengambilan keputusan dimana keputusan tersebut dicocokkan

dengan kriteria pembuat keputusan (Faris, 2010). AHP merupakan salah satu alat

yang paling banyak digunakan dalam pengambilan keputusan multi-kriteria untuk

pemecahan masalah keuntungan lain dari metode ini adalah penggunaan hierarki

struktur multi – periode, multi – orang dan multi – kriteria untuk masalah yang

kompleks, karena langkah – langkah dari solusi termasuk mengkonfigurasi

hierarki ini dan sintesis hasil penilaian (Yusuff, Yee, & Hashmi, 2001). Konsep

AHP dimulai dari konsep tradisional dari urutan peringkat untuk membagi atas

tingkatan – tingkatan sebuah hierarki dan kemajuan lebih lanjut dari AHP adalah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

21

perbandingan berpasangan numerik dari sebuah elemen satu dengan elemen

lainnya di setiap level (Saaty, 1994).

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang

tidak terstruktur, strategi dan dinamik menjadi sebuah bagian – bagian dan tertata

dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik,

secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif

dibandingkan dengan variabel yang lain (Marimin & Maghfiroh, 2010).

2.6.1 Langkah Penyusunan AHP

Secara umum dalam penyusunan AHP terdapat beberapa langkah :

a. Penyusunan model struktur hierarki

Penyusunan hierarki dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan

atau informasi yang sedang diamati. Penyusunan tersebut dimulai dari

permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi elemen pokoknya, elemen

pokok ini diuraikan ladi ke dalam bagian – bagiannya dan seterusnya. Susunan

hierarki AHP terdiri dari tujuan, kriteria dan alternatif (Marimin & Maghfiroh,

2010). Susunan hierarki AHP akan ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hierarki AHP (Saaty, 1994)

b. Penilaian perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

22

Penilaian perbandingan pasangan dilakukan dengan membuat penilaian

tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu. Penilaian

perbandingan berpasangan menggunakan skala dasar numerik 1 yang menunjukan

tingkat paling rendah sampai dengan skala 9 yang menunjukan tingkatan paling

tinggi (Saaty, 1994). Skala numerik perbandingan berpasangan disajikan pada

Tabel 5.

Tabel 5. Skala Perbandingan Pasangan

Intensitas kepentingan Definisi

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lain

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lain

7 Elemen yang satu jelas lebih penting daripada yang lain

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada yang lain

2, 4, 6, 8 Nilai antara 2 pertimbangan yang berdekatan

Sumber : (Saaty, 1994).

Hasil dari penilaian perbandingan pasangan kemudian disajikan dalam

bentuk matriks n x n yang memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk

tiap kriteria. Bentuk matriks perbandingan berpasangan ditunjukan pada Gambar

4.

Gambar 4. Matriks Perbandingan Pasangan

c. Menghitung nilai Eigenvector

Eigenvector merupakan bobot rasio dari masing – masing faktor. Beberapa

cara untuk menghitung eigenvector yaitu dengan mencari nilai rata – rata

geometrik setiap baris terlebih dahulu.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

23

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐 = √𝑎𝑖𝑗1𝑎𝑖𝑗2 … . 𝑎𝑖𝑗𝑛𝑛

Dimana hasil eigenvector pada setiap baris dapat diperoleh dengan rumus

dibawah ini :

𝑊𝑖 =𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑐

d. Menghitung nilai Eigenvalue Max

Untuk mencari nilai eigenvalue (λi) adalah dengan cara mengalikan semua

elemen matriks perbandingan berpasangan dengan eigenvector masing – masing

kriteria sehingga mendapatkan matriks kolom baru, sedangkan untuk mencari

nilai eigenvalue max (λ max) yaitu dengan menghitung nilai maksimal dari

eigenvalue (λi).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠 = ∑ 𝑎𝑖𝑥𝑤𝑗

𝑚

𝑗=𝑖

Eigenvalue (λi) dapat dihitung dengan rumus :

𝜆𝑖 = ∑ 𝑎𝑖 𝑥 𝑤𝑗

𝑤𝑖

𝑚

𝑗=𝑖

Dimana : λi : nilai eigenvalue baris i

𝑎𝑖 : nilai matriks baris i

𝑤𝑗 : eigenvector kolom j

𝑤𝑖 : eigenvector baris i

𝑚 : jumlah baris

e. Uji konsistensi

Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa apakah data yang diperoleh

sudah valid atau belum. Data dapat dinyatakan konsisten jika nilai consistency

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 - Universitas Padjadjaranmedia.unpad.ac.id/thesis/240310/2015/240310150051_2_5258.pdfproduk dan mengirim hingga sampai kepada pelanggan sebagai contoh sumber

24

ratio (CR) ≤ 0.10, jika nilai tersebut lebih dari 0.10 maka nilai perbandingan

berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten, sehingga

pengisian nilai – nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun

alternatif harus diulang. Nilai CR dapat dihitung dari pembagian nilai Consistency

Index (CI) dengan nilai Random Consistency Index (RI).

𝐶𝑅 = 𝐶𝐼

𝑅𝐼

𝐶𝐼 = (𝜆 max − 𝑛)

(𝑛 − 1)

Dimana : CI : Consistency Index

CR : Consistency Ratio

λmax : eigenvalue maksimum

n : ordo matriks

nilai rata – rata random index (RI) disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar Nilai Random Index (RI)

Ordo matriks (n) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Random Index(RI) 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Sumber : (Saaty, 1994).

f. Menghitung nilai bobot

Nilai bobot global dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai bobot

kriteria nilai bobot sub kriteria dan nilai bobot alternatif.