BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal (perinatal loss) adalah kematian janin dalam rahim pada usia kehamilan > 20 minggu dan berat janin > 500 gram (kamus kebidanan, 2014). Menurut Manuaba (2007) perinatal loss adalah kematian janin sejak berumur di atas 20 minggu dalam uterus, kematian bayi baru lahir serta kematian bayi yang berumur 7 hari di luar kandungan. Menurut American Academy of Family Physician (2007) mengemukakan bahwa perinatal loss merupakan kehamilan yang berakhir secara tiba-tiba ditandai dengan kematian fetus. Kematian perinatal (perinatal loss) dibagi atas 4 macam penyebab secara etiologi yaitu (a) Fetal, penyebabnya 25-40% seperti anomali atau malformasi kongenital mayor, kelainan kromosom, janin yang hiperaktif, serta adanya infeksi akibat virus maupun bakteri; (b) Placental, penyebabnya 25-35% seperti abruption, kerusakan tali pusat, infeksi plasenta serta selaput ketuban, plasenta previa, pendarahan janin ke ibu; (c) Maternal, penyebab 5-10%nya seperti diabetes melitus, hypertensi, ruptus uterus dan adanya trauma pada ibu, epelepsi, anemia berat; (d) Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan. Krakovsky (2006) mengemukan bahwa kehamilan tidak berhasil sampai ke persalinan hampir selalu menimbulkan shock. Peristiwa tersebut dapat menimbulkan trauma fisik maupun psikologis. Menurut Khon &Moffit (2002) , perinatal loss dapat membuat individu shock, denail, stres, cemas, grief serta depresi . Ibu dengan kasus perinatal loss akan mengalami fase grief. Grief merupakan istilah yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss

1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss

Kematian perinatal (perinatal loss) adalah kematian janin dalam rahim pada usia

kehamilan > 20 minggu dan berat janin > 500 gram (kamus kebidanan, 2014). Menurut

Manuaba (2007) perinatal loss adalah kematian janin sejak berumur di atas 20 minggu

dalam uterus, kematian bayi baru lahir serta kematian bayi yang berumur 7 hari di luar

kandungan. Menurut American Academy of Family Physician (2007) mengemukakan

bahwa perinatal loss merupakan kehamilan yang berakhir secara tiba-tiba ditandai

dengan kematian fetus.

Kematian perinatal (perinatal loss) dibagi atas 4 macam penyebab secara etiologi

yaitu (a) Fetal, penyebabnya 25-40% seperti anomali atau malformasi kongenital

mayor, kelainan kromosom, janin yang hiperaktif, serta adanya infeksi akibat virus

maupun bakteri; (b) Placental, penyebabnya 25-35% seperti abruption, kerusakan tali

pusat, infeksi plasenta serta selaput ketuban, plasenta previa, pendarahan janin ke ibu;

(c) Maternal, penyebab 5-10%nya seperti diabetes melitus, hypertensi, ruptus uterus

dan adanya trauma pada ibu, epelepsi, anemia berat; (d) Sekitar 10 % kematian janin

tetap tidak dapat dijelaskan.

Krakovsky (2006) mengemukan bahwa kehamilan tidak berhasil sampai ke

persalinan hampir selalu menimbulkan shock. Peristiwa tersebut dapat menimbulkan

trauma fisik maupun psikologis. Menurut Khon &Moffit (2002) , perinatal loss dapat

membuat individu shock, denail, stres, cemas, grief serta depresi . Ibu dengan kasus

perinatal loss akan mengalami fase grief. Grief merupakan istilah yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

mengindikasikan reaksi alamiah yang terjadi pada individu akibat kehilangan (baik

berupa primary losses/actual losses maupun secondary losses/symbolic losses) yang

meliputi reaksi fisik, psikologis (emosi dan kognisi), perilaku, sosial dan spiritual

(Harvey dalam Fahransha, 2008). Kondisi objektif individu yang mengalami

kehilangan seseorang yang berharga bagi individu tersebut dikenal dengan istilah

bereavement sedangkan mourning/grief work adalah respon kehilangan dan duka cita

sebagai usaha mengatasinya dan respon untuk belajar hidup dengan apa yang telah

terjadi (Nabe & Corr, 2009).

Dalam pernyataan lain disebutkan bahwa grief atau rasa berduka cita merupakan

reaksi terhadap kehilangan seseorang dimana individu tersebut mengalami penderitaan

emosional akibat sesuatu atau seseorang yang dicintai atau memiliki harapan besar

telah menghilang (Smith dalam Lim, 2013). Konsep grief telah seringkali dibahas pada

berbagai literatur yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehilangan dalam hidup

seseorang, seperti kematian dan pemutusan ikatan emosional yang penting. Menurut

Santrock (2007), duka cita (grief) adalah kelumpuhan emosional, tidak percaya,

kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih, dan kesepian yang menyertai disaat

individu kehilangan orang yang dicintai. Grief, menurut Papalia dkk (2008) ialah

kehilangan, karena kematian seseorang yang dirasakan dekat dengan yang sedang

berduka dan proses penyesuaian diri kepada kehilangan. Grief menurut Chaplin (2014)

adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan disertai rasa menderita, dikutin

dengan sedu sedan serta tangisan.

Dari pengertian di atas maka Grief pasca perinatal loss adalah respon yang

muncul baik secara fisik, psikis maupun perilaku sebagai reaksi terhadap kondisi

perinatalloss yang dialami.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

2. Tahapan -Tahapan Grief

Ada beberapa teori mengenai tahap-tahap grief menurut para ahli:

a) Menurut Kubler-Ross (Sari,2015) menetapkan lima tahap Grief yaitu:

Penyangkalan (denial) adalah syok dan ketidakpercayaan tentang kehilangan;

Kemarahan (anger) dapat diekspresikan kepada Tuhan, keluarga,teman atau diri

sendiri; Tawar-menawar (bargaining) terjadi ketika individu menawar untuk mendapat

lebih banyak waktu dalam upaya memperlama kehilangan yang tidak dapat dihindari;

Depresi terjadi ketika kesadaran akan kehilangan menjadi akut; Penerimaan (accepted)

terjadi ketika individu memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia menerima kematian/

kondisi yang terjadi.

b) Bowlby (Sari, 2015) mendeskripsikan proses Grief akibat suatu kehilangan

memiliki empat fase yaitu: Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan;

Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan memprotes kehilangan

yang tetap ada; Kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya

sulit melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari; Reorganisasi dan reintegrasi

kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan hidupnya.

c) Menururt John Harvey (Sari, 2015) terdapat 3 tahap grief, yaitu: Syok,

menangis dengan keras, dan menyangkal; Instruksi pikiran, distraksi dan meninjau

kembali kehilangan secara obsesif; Menceritakan kepada orang lain sebagai cara

meluapkan emosi dan secara kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan.

d) Teori Rodebaugh (Sari, 2015) menjelaskan proses grief sebagai suatu proses

yang melalui empat tahap, yaitu : Reeling : klien mengalami syok, tidak percaya, atau

menyangkal; Merasa (feeling) : klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa

bersalah, kesedihan yang mendalam, kemarahan, kurang konsentrasi, gangguan tidur,

perubahan nafsu makan, kelelahan, dan ketidaknyamanan fisik yang umum;

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Menghadapi (dealing) : klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan dengan melibatkan

diri dalam kelompok pendukung, terapi dukacita, membaca dan bimbingan spiritual;

Pemulihan (healing) : klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian kehidupan dan

penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa kehilangan tersebut

dilupakan atau diterima.

e) Teori Sander (1998) tentang tahap grief terdiri atas 5 tahap yaitu Shock :

subyek merasa tidak percaya, kebingungan,gelisah, rasa tidak berdaya, serta mengambil

jarak psikologis dari diri sendiri; Awareness of loss : subyek mengalami konfliks

emosional, stres yang berkepanjangan, sensitif yang berlebihan, kecemasan akan

perpisahan, adanya rasa marah serta rasa bersalah. Tahap ini juga subyek mengalami

disorganisasi emosional yang intens; Conservation / Withdrawal : menarik diri , sistem

imun melemah, lelah, hibernasi; Healing : pada tahap ini subyek mulai mengambil

kendali, mengakhiri peran yang lama, membentuk identitas baru, memaafkan dan

melupakan , mencari makna serta menutup lingkaran peristiwa yang terjadi; Renewal

pada tahap ini subyek mulai membangun kesadaran diri yang baru , belajar menerima

tanggung jawab, belajar untuk hidup tanpa kehadiran orang yang telah tiada, berfokus

pada kebutuhan dalam diri dan memperhatikan hal-hal diluar diri.

Kesimpulan yang dapat diambil dari tahap–tahap proses grief menurut para ahli

dimulai dengan tahap penyangkalan, dan diakhiri dengan tahap penerimaan atau

pemulihan, sehingga terbentuklah cara pandang baru tentang kehidupan yang baru.

Sementara tahap-tahap grief yang peneliti gunakan untuk penelitian ini merujuk pada

tahap-tahap grief dari Sander (1998) karena mewakili kondisi yang dialami oleh orang

tua yang kehilangan anak.

3. Aspek- Aspek Grief

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Turner & Helms (dalam Cahyasari, 2015), menyebutkan bahwa ada beberapa

aspek dari grief secara umum, adalah sebagai berikut yaitu:

a. Denial Of Loss, pada fase ini orang yang ditinggalkan tidak percaya dan

menyangkal kenyataan bahwa orang yang dicintai telah tiada. Reaksi yang

biasanya muncul pada fase ini adalah “Tidak mungkin dia sudah meninggal.”

b. Realization Of Loss, pada fase ini orang yang ditinggalkan secara emosional

mulai menyadari bahwa orang yang dicintainya memang sudah meninggal.

Umumnya reaksi yang muncul adalah “Ya Tuhan, hal ini memang terjadi, dia

sudah pergi untuk selamanya.”

c. Feeling of abandonment, alarm, and anxiety, pada fase ini orang yang

ditinggalkan merasa khawatir dan gelisah. Karena telah ditinggalkan oleh

orang yang dicintainya, reaksi yang biasanya muncul pada fase ini adalah

“Tuhan, bagaimana saya menjalani semua ini sendirian?”

d. Despair, crying, physical numbness, mental confusion, indecisiveness pada

fase ini orang yang ditinggalkan akan merasa putusasa, menangis, mati rasa,

bingung dan bimbang akibat kematian orang yang dicintai.

e. Restlessness (a product of anxiety), insomnia, loss of appetite, irritability,

loss of self control, wondering mind. Pada fase ini orang yang ditinggalkan

akan mengalami keresahan (hasil dari kecemasan), insomnia, nafsu makan

hilang, cepat marah, kontrol diri menurun, serta pikiran kacau.

f. Pining (the physical pain and agony of grieving) and search for some token

remembrance of the lost love abject. Pada fase ini orang yang ditinggalkan

akan merasa merana, timbulnya sakit fisik danenderitaan atas grief. Selain itu

orang yang ditinggalkan akan mencari benda-benda sebagai kenang-

kenangan yang mengingatkan pada orang yang telah meninggal.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Menurut Toedter & Lasker (2001), Grief pasca Perinatalloss berdasarkan Aspek

terdiri atas 3 hal yaitu

a. Active grief yaitu kondisi kesedihan/rasa dukacita yang mengikuti stres serta

ekspresi kondisi tersebut baik secara nampak maupun tak nampak. Contoh

dari active grief, sering menangis, mudah murung, merasa tertekan.

b. Difficulty coping yaitu kesulitan dalam melakukan coping dari kondisi grief

yang dialami individu, serta berpengaruh terhadap hubungan interaksi individu

didalam lingkungan sosial.

c. Despair adalah kondisi keputusasaan yang dialami individu dalam merespon

grief yang dihadapinya.

Dapat ditarik kesimpulan grief berdasarkan aspeknya dimulai dari denial of loss

dan diakhiri dengan pining , sedangkan pada kasus ibu dengan perinatal loss aspek

grief terdiri atas active grief : meliputi emosi labil, sering menangis, merasa tertekan;

diffulty coping : meliputi kesulitan dalam menyelesaikan masalah dan mengambil

keputusan; dan berakhir dengan keputusasaan (Despair)

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Grief.

Grief adalah reaksi normal akibat kehilangan dan merupakan pengalaman yang

sangat personal. Menurut Aiken (1994, dalam Fahransa,2008) faktor - faktor yang

mempengaruhi proses terjadinya grief antara lain: Hubungan dengan orang yang

meninggal; kepribadian; jenis kelamin orang yang ditinggalkan, serta konteks budaya

dimana kematian terjadi. Papalia (2007) mengatakan bahwa grief merupakan sebuah

pengalaman yang sangat universal, namun dapat dipengaruhi oleh konteks budaya.

Menurut Turner& Helms (1995,dalam Fahransa, 2008) durasi dan insensitas

Grief bervariasi tergantung siapa yang meninggal, serta kapan peristiwa tersebut terjadi.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Jika kematian dianggap wajar, seperti pada orang lanjut usia yang meninggal dunia

intensitas durasi dari grief tidak sebesar kehilangan secara mendadak karena

meninggalkan efek psikologis yang sangat dalam.

Shapiro (2008) berpendapat bahwa durasi grief bergantung pada banyak faktor

seperti : kelekatan (attachment) serta cinta terhadap orang yang meninggal, selain itu

adanya kesiapan psikologis atas kehilangan tersebut. Orang dewasa biasanya dapat

mengatasi grief dua hingga tiga tahun pasca kematian, terutama kematian pasangan (

Shapiro,2008), akan tetapi dampak kematian anak terhadap orang tua yang ditinggalkan

memiliki dampak yang lebih parah. . Masalah emosional yang dialami orang tua akibat

kematian anak seringkali muncul hingga 10 tahun setelah peristiwa kematian, dan

bereavement yang dialami melibatkan proses grief yang berlangsung seumur hidup

(Shapiro,2008) .

Pria mengalami grief yang berbeda dengan wanita (Shander,1998). Perbedaan ini

disebabkan baik pria maupun wanita telah disosialisasikan dengan peran tertentu. Pria

disosialisasikan untuk menjadi tidak emosional , mandiri dan memilikin kontrol diri.

Sementara wanita disosialisasikan untuk menjadi pengasuh dan memiliki empati.

Wanita diharapkan memiliki kepekaaan terhadap perasaan orang lain, karena secara

tradisional wanita diharapkan menjadi istri serta ibu untuk mengurus anak-anak.

(Sarwono, 1999)

Perbedaan sosialisasi peran ini juga mempengaruhi grief yang dirasakan oleh

orang tua ketika mengalami kematian anak. Ayah harus menunjukan kontrol diri yang

kuat dan tidak boleh menangis dibandingkan ibu (Shander,1998)

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usia, jenis kelamin yang

ditinggalkan, konteks budaya, kelekatan , kepribadian , wajar/ tidaknya kematian

merupakan faktor –faktor yang dapat mempengaruhi grief.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

5. Pengukuran tingkat Grief

Berbagai pengukuran telah dkembangkan untuk melihat Grief pasca kematian.

Berbagai pengukuran tersebut memuat mengenai kondisi yang berbeda sesuai dengan

tujuan dari alat ukur itu sendiri. Lebih khusus lagi dalam pengukuran stres pada grief

pasca perinatal loss, diantaranya terdapat Perinatal Bereavement Scale (PBS) yang

memuat mengenai pikiran dan perasaan, termasuk kesedihan, rasa bersalah, kemarahan,

dan keasyikan dengan kerugian (Theut, 1989).

Pengukuran pasca kematian perinatal lainnya adalah menurut Toedter, Lasker, &

Alhadeff (Sinaga, 2013 ) yang mengembangkan alat ukur grief bagi orang tua yang

mengalami kematian anak yang disebut sebagai Perinatal Grief Scale (PGS) dimana

dalam pengukuran tersebut mengemukakan tiga aspek dari perinatal grief scale yaitu

active grief, difficulty coping, dan despair. Active grief menggambarkan perasaan sedih,

merindukan bayi yang telah tiada, menangis untuk bayi yang telah tiada, dan secara

umum menggambarkan ekspresi-ekspresi grief yang terlihat. Difficulty coping

mengukur perilaku adaptif, dimana individu mengalami kesulitan dalam menghadapi

rutinitas sehari-hari maupun orang lain. Despair menggambarkan perasaan tidak

berharga, rasa bersalah, kerentanan, dan menunjukkan potensi terjadinya efek yang

serius dan berkepanjangan dari kehilangan bayi yang dialami (sinaga, 2013).

Pengukuran lain yang digunakan bagi orangtua yang mengalami kematian anak

adalah Texas Revised Inventory of Grief-Present Scale (Wilson, 2006). Prinsip dari

pengukuran Texas Revised Inventory of Grief-Present Scale adalah mengukur

kecenderungan kesedihan patologis yang dimiliki seorang individu. Pengukuran ini

memuat pertanyaan fenomena yang berhubungan dengan kesedihan, sehingga dapat

digunakan untuk mengukur (1) kerugian non-penerimaan; (2) kerinduan/kehilangan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

almarhum; (3) perasaan menjadi marah / marah; dan (4) menangis / kesedihan. Individu

akan menganggapinya dalam bentuk pernyataan memilih yaitu Sepenuhnya

Salah/completely false, sebagian salah/Mostly False, salah dan benar/True dan False,

sebagian benar/Mostly True , dan sepenuhnya benar/Completely True.

Penelitian ini menggunakan Perinatal Grief Scale (PGS), dikarenakan

kekhususan karakteristik subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang

mengalami Perinatal loss.

6. Intervensi Penanggulangan Grief

Berbagai intervensi dilakukan untuk mengatasi grief akibat kehilangan

diantaranya menurut Leary (2016)

1. Support Group Terapy adalah suatu proses terapi pada suatu kelompok yang

memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi

penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok sesuai

dengan permasalahannya.

2. Social Support adalah suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau

bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok

lain.

3. Spirituality Therapy adalah pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut

oleh klien. Terapi spiritual lebih cenderung untuk menyentuh satu sisi

spiritualitas manusia, dan mengembalikan ke sebuah kesadaran darimana

berasal, alasan mengapa manusia diciptakan, tugas - tugas yang harus

dilakukan manusia didunia, beberapa hal yang pantas dilakukan didunia, hal-

hal yang tak pantas dilakukan didunia, mengembalikan manusia kekesucin.

Spiritualitas berbeda dengan agama . Didalam islam terdapat salah satu

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

bentuk terapi yang terdapat unsur spiritualitas terapi yaitu terapi dzikir. Terapi

dzikir akan membawa individu untuk dapat menumbuhkan rasa iklas dalam

diri terhadap peristiwa yang dialami .

4. Konseling adalah proses interaksi antara dua orang individu yang dilakukan

dalam suasana yang profesional, bertujuan dan berfungsi sebagai alat (wadah)

untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.

Dari penjelasan tentang intervensi mengatasi grief diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa intervensi Grief atas kehilangan anak dapat mengunakan pendekatan social

support, support group terapy , counseling serta terapi spiritualitas. Dan peneliti

menggunakan intervensi terapi spiritualitas yaitu terapi dzikir pada kasus grief ibu

pasca perinatalloss. Dengan terapi dzikir diharapkkan akan tumbuh rasa iklas pada diri

ibu akan kondisi yang dialami.

B. Terapi Dzikir

1. Pengertian Terapi Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa Arab, adz-dzikr yang berarti mengingat, mengucap

atau menyebut, dan berbuat baik. Jika kata dzikir dikaitkan dengan Islam, maka

memiliki pengertian :

a. Dzikir berarti mengingat dan menyebut asma Allah SWT. Misalnya dengan

membaca: tahlil/tauhid, tasbih, istighfar, atau sholawat, dan juga berdoa kepada

Allah SWT. Doa membuat manusia menyadari bahwa alam semesta dan seluruh

isinya ini milik Allah SWT, oleh karena itu untuk mewujudkan segala keinginan,

dan cita-citanya, manusia butuh pertolongan-Nya.

b. Dzikir berarti berbuat baik (beramal saleh) dalam rangka mendekatkan diri

kepada Allah SWT sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Beberapa di antaranya adalah: berbakti kepada orangtua; berlaku jujur; objektif;

dan adil; menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sekalipun

tidak mengenalnya dengan baik; serta mengajak kepada kebaikan, dan melarang

terjadinya kemungkaran;

c. Dzikir merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Sesuai dengan surat Al –

Ahzab ayat 41-42 yang artinya

"Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah dengan mengingat(nama- Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktupagi dan petang." (QS. 33/Al-Ahzab: 41-42)”

Menurut Al Munawir (2002), dzikir dari segi bahasa berasal dari kata “dzakara-

yadzkurudzikran” yang berarti menyebut, mengingat dan memberi nasihat. Dalam arti

umum, dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungan-Nya yang meliputi

hampir semua bentuk ibadah dan perbuatan baik seperti tasbih, tahmid, shalat,

membaca Al-Qur’an, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri dari

kejahatan. Dalam arti khusus, dzikrullah adalah menyebut nama Allah sebanyak-

banyaknya dengan memenuhi tata tertib, metode, rukun dan syarat-syaratnya (Syafi’i,

2005). Dalam pernyataan Hawari (2002), maka dzikir adalah mengingat Allah dengan

segala sifat-sifatNya, pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir itu sendiri

(dalam arti sempit), melainkan meliputi segala bacaan, shalat, ataupun perilaku

kebaikan lainnya sebagaimana yang diperintahkan dalam agama.

Menurut Askat (2002), dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka

mengingat Allah SWT, mengagungkan asma-Nya dengan lafal-lafal tertentu, baik yang

dilafalkan dengan lisan atau hanya diucapkan dalam hati saja yang dapat dilakukan di

mana saja tidak terbatas pada ruang dan waktu. Djubair (2003) menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan dzikir itu adalah semua ketaatan yang diniatkan karena Allah

SWT, hal ini berarti tidak terbatas masalah tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, tapi semua

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

aktifitas manusia yang diniatkan kepada Allah SWT. Nawawi (2005), dalam kitab al-

Adzkar berpendapat bahwa sesungguhnya keutamaan dzikir tidak terhingga, baik

tasbih, tahmid, tahlil, takbir maupun kalimat yang lain, bahkan semua amal dalam

rangka taat kepada Allah termasuk aktivitas dzikrullah.

Haryanto (Sangkan,2010) menyatakan bahwa, dzikir sebenarnya merupakan salah

satu bentuk meditasi transendental, ketika seseorang khusuk, objek pikir atau stimulasi

tertuju pada Allah. Menurut Zohar (Sangkan, 2010) Transenden merupakan sesuatu

yang membawa individu mengatasi masa kini, mengatasi rasa suka atau duka, bahkan

mengatasi rasa diri individu saat ini. Dzikir ialah mengingat nikmat-nikmat Tuhan.

Lebih jauh, berdzikir meliputi pengertian menyebut lafal-lafal dzikir dan mengingat

Allah dalam setiap waktu, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merasa yakin bahwa

diri manusia selalu berada di bawah kehendak Allah dalam segala hal dan urusannya

(Shiddieqy, 2014).

Menurut Hawari (2003) dalam Surat al-Ra’d ayat 28, yang artinya

“Mengingat (dzkir) kepada Allah maka hati menjadi tenteram”.Dzikir sebagai metode mencapai ketenangan hati dilakukan dengan tata-cara tertentu.

Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah secara

keras (dzikir jahr) maupun dengan suara yang lembur( dzikir shir) , dan dengan

kalimat-kalimat thayyibah yang memfokus, dari kalimat syahadat La ilaha illa Allah

ke lafazh Allah dan sampai ke lafazh hu.

Terapi dzikir adalah salah satu bentuk psikoterapi yang mengandung unsur

spritual, kerohanian, keagamaan, yang dapat membangkitkan harapan, kepercayaan

dalam diri hingga terciptanya kestabilan jiwa (Hawari, 2013). Kondisi spiritualitas

dalam suatu kehidupan memiliki peranan penting dalam mengatasi kecemasan

menghadapi tantangan hidup. Spiritualitas tidak selalu terikat dengan denominasi

agama, tetapi digambarkan sebagai pencarian makna kepercayaan pada kekuatan yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

maha besar, atau perasaan yang berhubungan dengan segala hal tentang cinta,

kedamaian serta kenyamanan(Leasy,M.2016). Dengan berdzikir, manusia akan

menyadari bahwa ada kekuasaan dari segala yang ada di dunia ini, yaitu Allah SWT.

Oleh karena itu, dalam mewujudkan segala yang diinginkan dan diharapkan, manusia

membutuhkan pertolongan-Nya. Dzikir dapat pula berarti berbuat baik atau beramal

saleh guna mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan yang telah diajarkan

oleh Rasullullah saw, misalnya dengan berbakti kepada orang tua, berlaku jujur,

melakukan kebaikan dan menghindari kemungkaran. Kekuatan dzikir sangat dahsyat

bagi kehidupan. Dzikir merupakan salah satu bentuk komitmen keberagamaan

seseorang. Dzikir juga merupakan kunci ketenangan jiwa, karena menyadari bahwa

semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali pada Allah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dzikir

merupakan suatu bentuk ibadah (sholat, doa, membaca Alqur’an) dan perbuatan baik

yang diniatkan hanya kepada Allah, sedangkan terapi dzikir adalah salah satu

psikoterapi yang mengandung unsur spiritual yang dapat membangkitkan harapan,

kepercayaan dalam diri hingga terciptaanya kestabilan jiwa.

2. Tujuan Pemberian Terapi dzikir

Tujuan pemberian terapi dzikir sebagai terapi yang memiliki tujuan pengobatan

serta menumbuhkan rasa ikhlas sehingga individu mampu menerima peristiwa yang

menyakitkan dan bangkit dari kondisi tersebut. Menurut Nashori (2007), ciri individu

yang telah berada pada kondisi ikhlas adalah sebagai bagai berikut

a) Kesadaran spiritual, yaitu kesadaran bahwa keadaan yang tidak menyenangkan

merupakan ujian dari Allah , dan sesuai dengan firman Allah surat Al ankabut

ayat 2 yang artinya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

“Apakah mereka mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya denganmengatakan” kami telah beriman” dan meraka tidak di uji” .

b) Kesiapan psikologi yaitu kesiapan untuk menerima stimulus yang tidak

menyenangkan. Tahap ini kelanjutan dari tahap kesadaran spiritual setelah

menyadari bahwa seseorang yang hebat harus melewati ujian, maka akan tumbuh

didalam diri kesiapan untuk menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.

c) Keyakinan akan kesanggupan diri menanggung beban yaitu meyakini bahwa

kesulitan yang allah berikan tidak akan melebihi kapasitas yang mampu individu

terima.

d) Pertaubatan . melakukan permohonan ampun atas segala dosa kepada Allah.

Individu menyadari bahwa sebagai manusia , banyak melakukan dosa sehingga

adanya ujian sebagai akibat dari perbuatan manusia yang diberikan Allah kepada

Hambanya.

e) Pencarian hikmah, yaitu keyakinan bahwa ada hikmah dibalik peristiwa yang

diberikan Allah sesuai denga firman Allah dalam Al- Qur’ an surat albaqarah ayat

16 yaitu :

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, makatidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapatpetunjuk”

f) Berfikir positif tentang masa depan. Ada keyakinan akan adanya perbaikan

keadaaan setelah berlangsungnya peristirwa yang tidak menyenangkan.

Dapat ditarik kesimpulan tujuan pemberian terapi dzikir pada kasus perinatalloss

adalah menumbuhkan kesadaran spiritual, kesiapan psikologi, sehingga mampu

mencari hikmah di balik kondisi yang terjadi dan berimbas kepada penurunan tingkat

grief pasca perinatal loss.

3. Bentuk –bentuk Dzikir

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Dzikir merupakan pengalaman ruhani yang dapat dinikmati oleh pelakunya, hal

ini yang dimaksud oleh Allah sebagai penentram hati. Ata (2000), membagi dzikir

atas tiga bagian: dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir samar-samar) dan

dzikir haqiqi (zikir sebenar-benarnya)

a. Dzikir jali

Dzikir jali adalah suatu perbuatan mengingat Allah dalam bentuk ucapan lisan

yang mengandung pujian, rasa syukur serta doa yang ditujukan kepada Allah, dengan

menggunakan suara secara jelas sehingga mampu menggerakan hati untuk menyertai

dzikir tersebut.

b. Dzikir khafi

Dzikir khafi adalah dzikir yang dilakukan secara khusuk oleh ingatan, hati disertai

dzikir lisan maupun tidak. individu yang mampu melakukan dzikir ini akan merasa

bahwa Allah selalu dekat di hati Individu tersebut selalu merasa kehadiran Allah di

segala Aspek kehidupannya.

c. Dzikir haqiqi

Dzikir haqiqi adalah dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, lahir dan

batin, kapan pun dan dimana pun, dengan menjaga seluruh jiwa raga dari larangan

Allah serta mengerjakan apa yang diperintah-Nya. Untuk mencapai tingkat dzikir ini

perlu dijalani latihan mulai tingkat dzikir jali dan tingkat dzikir khafi .

Dzikir lisan menurut Hawari (2002) adalah dzikir yang dilafalkan secara lisan

dengan suara yang jelas. Adapun bacaan –bacaan yang dianjurkan dalam dzikir lisan

sebagai berikut

a) Membaca tasbih (subhanallah) yang mempunyai arti Maha Suci Allah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

b) Membaca tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi Allah.

c) Membaca tahlil (la illaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.

d) Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar.

e) Membaca Hauqalah (la haula wala quwwata illa billah) yang bermakna tiada

daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.

f) Hasballah: Hasbiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah Allah dan

sebaik-baiknya pelindung.

g) Istighfar : Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun

kepada Allah yang maha agung.

h) Membaca lafadz baqiyatussalihah: subhanllah wal hamdulillah wala illaha

illallah Allahu akbar yang bermakna maha suci Allah dan segala puji bagi

Allah dan tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.

i) Membaca surat Alfatihah.

Surat Alfatihah memiliki bermacam keistimewaan selain sebagai

ummul qur’an. Didalam surat alfatihan terkandung doa yang lengkap ,

mantera, serta obat (penyembuhan) ( shihab, 2005). Al-Fatihah mampu

menyembuhkan segala macam penyakit pada diri manusia baik secara fisik

maupun psikis, serta mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan

nya. (shihab, 2005).

Keistimewaan dari surat Al-Fatihah dibandingkan surat yang lain

yaitu setiap ayat didalam surat Alfatihah yang dibaca akan dijawab langsung

oleh Allah sehingga terdapat dialog langsung dari hamba dan Tuhan (Allah)

(Makhdlori, 2008) . Dalam kondisi kepasrahan yang total maka suratul-fatiha

dapat digunakan sebagai dzikir dan pembuka dari segala sesuatu yang masih

tertutup dan menghilangkan kesulitan dalam diri individu (shihab, 2005)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Menurut Syukur (2012), inti dari dzikir adalah perwujudan diri manusia sebagai

hamba yang berkewajiban mengabdikan diri hanya kepada Allah. Sudah barang tentu

pengabdian manusia ini tidak hanya ditunjukkan dengan ucapan saja melainkan

ditunjukkan pula dalam keseluruhan gerak tubuh, sebagaimana kalangan sufi

melukiskan dzikir 7 bagian tubuh yaitu:

i. Dzikir dua mata dengan menangis sewaktu ingat dan menyebut nama

Allah.

ii. Dzikir dua telinga dengan mendengarkan ajaran-ajaran Allah penuh

perhatian.

iii. Dzikir lidah dengan sanjungan dan pujian kepada Allah.

iv. Dzikir dua tangan dengan suka memberikan pertolongan kepada orang

lain.

v. Dzikir badan dengan kesetiaan dan pemenuhan kewajiban.

vi. Dzikir hati dengan takut kepada Allah disertai harapan kepada-Nya.

vii. Dzikir ruh dengan penyerahan sepenuhnya serta ridla kepada-Nya

Bentuk-bentuk dzikir menurut sholeh (2010) adalah sebagai berikut:

(1), Dzikir qauli atau jahr, yakni membaca lafal tasbih, tahmid, tahlil, dan

sebagainya dengan suara jelas. Tujuannya agar dapat membimbing hati agar selalu

ingat kepada-Nya. Lisan yang biasa berdzikir maka dengan sendirinya menguatkan

ingatan yang bersangkutan kepada keberadaan Tuhan ;

(2) ingat Tuhan dalam hati tanpa menyebut nama-Nya disebut dengan dzikir

qalby atau sirr ;

(3) Dzikru al-ruh yaitu dzikir dalam arti seluruh jiwa raga tertuju untuk selalu

ingat kepada-Nya;

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

(4) Dzikir fi’li (aktifitas sosial) yakni berdzikir dengan melakukan kegiatan

praktis, amal shalih, dan menginfakan sebagian harta untuk kepentingan sosial,

melakukan hal yang berguna bagi pembangunan bangsa serta agama.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk dzikir ada berbagai

macam secara garis besar dzikir memiliki bentuk secara lisan, hati serta perbuatan .

Pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi dzikir bentuk dzikir shir (lembut) wa

lisan dan menggunakan salah satu surat yang paling masyhur dalam Al-Qur’an yaitu

surat alfatihah. Surat alfatihah dipilih dalam bacaan dzikir untuk intervensi karena

didalam surat alfatihah banyak terkandung doa yang lengkap, mantera serta obat, surat

ini juga sebagai pembuka segala kebaikan atas segala yang ma’ruf, menyembuhkan

segala macam penyakit serta mencukupi manusia dalam mengatasi segala

keresahannya. Dalam kondisi kepasrahan yang total maka suratul-fatiha dapat

digunakan sebagai dzikir dan pembuka dari segala sesuatu yang masih tertutup.

4. Esensi Dzikir

Dzikir, didalamnya banyak terkandung esensi-esensi psikologis yaitu

a. Dzikir sebagai media relaksasi

Fokus dari relaksasi ini tidak pada pengendoran otot namun pada frase tertentu

yang diucapkan berulang kali dengan ritme teratur disertai sikap pasrah

terhadap objek transendensi yaitu Tuhan.

Frase yang digunakan dapat berupa nama-nama Tuhan atau kata-kata yang

memiliki makna menenangkan. Pengucapan lafadz dzikir disertai dengan

keyakinan terhadap kasih sayang-Nya,perlindungan-Nya, dan sifat-sifat baik-

Nya akan menimbulkan rasa tenang dan aman (Purwanto, 2006).

b. Dzikir sebagai media katarsis

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Dzikir akan selalu berhubungan dengan doa serta memiliki ikatan yang kuat,

terlebih dalam kaitannya sebagai pengobat hati, maka dzikir lebih utama

disampaikan dengan doa yang tulus. (haq, 2011)

c. Dzikir sebagai media pengharapan terhadap Tuhan

Dzikir akan menimbulkan perasaaan optimis kepada Allah SWT, bahwa Allah

senantiasa membantu individu yang menghadapi musibah yang sedang

menimpa.(haq, 2011) sesuai dengan firman Allah surat Al Insyirah ayat 7 dan

8 yang artinya:

“Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengansungguh-sungguh (urusan) yang lain nya, dan hanya kepada Tuhanmulahhendaknya kamu berharap”.

d. Dzikir dan doa sebagai media mengadu kepada Allah

Dzikir dan doa memiliki hubungan yang sangat erat. Allah akan memuliakan

umatnya yang berdoa semenjak mereka hidup hingga diakhirat. Memohonlah

hanya kepada Allah disaat hati gundah maupun lapang. Doa yang baik tidak

terlepas dari mengingat, memuji kebesaran serta keagungan-Nya (Haq,2011).

e. Dzikir media untuk pasrah kepada Allah

Berdzikir membuat seseorang terus ingat kepada Sang Khalik. Mereka akan

senantiasa bahagia dan ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya

(Haq, 2011)

f. Dzikir secara emosional dapat memunculkan emosi-emosi positif, seperti

perasaan cinta, bahagia, dan nikmat (Subandi, 2009)

g. Dzikir memberikan ketenangan , ketentraman , menurunkan rasa cemas, stres

serta depresi (Haryanto, 2002)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

h. Dzikir secara fungsional dapat sebagai tempat menetramkan jiwa, obat

penyakit hati serta mampu mendatangkan kebahagiaan bagi individu yang

mengamalkannya ( Syukur, 2006 )

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam dzikir terdapat

esensi psikologi yang meliputi dzikir sebagai media relaksasi untuk berpasrah kepada

tuhan, esensi dzikir sebagai media katarsis untuk pengobat hati, esensi dzikir sebagai

media berpasrah kepada takdir Tuhan, serta dzikir sebagai media untuk mengatasi

perasaaan tertekan pada diri individu .

5. Konsep dan Operasionalisasi Terapi Dzikir

a. Adab dalam berdzikir

Menurut Shiddieqy (2014) adab dalam berdzikir dibagi atas 2 yaitu adab

berdzikir secara batin dan adab berdzikir secara zhahir

1) Adab- adab berdzikir batin

Seseorang yang berdzikir batin hendaknya menghadirkan hatinya, dan

memahami makna yang diucapkanya

2) Adab – adab berdzikir dzahir

i. Seseorang yang berdzikir hendaknya bersikap tertib, jika duduk hendaknya

menghadapk kiblat dengan sikap khusuk, merendahkan diri kepada Allah,

tenang dan menundukan kepala.

ii. Tempat berdzikir suci, bersih, terlepas dari segala yang meragukannya.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

iii. Sebaiknya sebelum melakukan dzikir terlebih dahulu membersihkan mulut

(berkumur atau gosok gigi).

iv. Berdzikir dengan suara yang halus dan lembut.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dalam berdzikir individu harus

mengetahui adab-adabnya yaitu baik adab secara batin maupun adab secara dzahir.

Dengan sempurnanya adab tersebut maka sempurna pulalah dzikir individu tersebut.

b. Tahapan terapi dzikir.

Menurut Shiddieqy (2014), tahapan dalam terapi dzikir dibagi atas 3 tahap yaitu

1) Tahap persiapan

Tahapan ini dimulai dengan niat, melaksanakan dengan keiklasan hanya

mengharap ridho Allah, bersuci (wudhu), menghadap kiblat, duduk posisi

yang nyaman , khusuk

2) Tahap pelaksaanaan

Pada tahapan ini individu diajak untuk merendahkan diri dihadapan Allah

dengan membaca istigfar (memohon ampunan Allah) sebanyak 3 kali .

Dilanjutkan dengan membaca surat Alfatihah, dimana surat tersebut

mampu menyembuhkan segala macam penyakit pada diri manusia baik

secara fisik maupun psikis serta mencukupi manusia dalam mengatasi

segala keresahannya, selanjutnya membaca kalimat thaibah ( tasbih,

tahmid,tahlil serta takbir) yang memiliki makna pujian atas kebesaran

Allah, setelah selesai membaca kalimat thaibah, dilanjutkan dengan

membaca kalimat hauqalah yang memiliki makna meyerahkan diri bahwa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

manusia tidak memiliki kemampuan untuk menolak qada dan qadarnya

kecuali atas kehendak-Nya. Diakhiri dengan membaca surat Al-Baqarah

ayat 201 yang memiliki makna yang sangat dalam diantaranya meminta

kebaikan dunia dan akhir dari Allah SWT.

3) Tahap penyelesaian

Menarik nafas dengan berlahan dan berulang, berdiam diri sebentar setelah

selesai dzikir, dilanjutkan dengan menahan minum pasca berdzikir sebentar

dikarenakan akan timbul kehangatan didalam diri pasca dzikir,

dikhawatirkan saat minum kehangatan itu akan hilang.

Dari penjelasan di atas terapi dzikir terdiri atas 3 tahap yaitu tahap persiapan

dimulai dengan niat, berwudhu dan membersihkan mulut, menghadap kiblat;

dilanjutkan dengan tahap pelaksaanaan, membaca istigfar, surat alfatihah , kalimat

tyaibah, kalimat hauqalah, serta membaca doa kebaikan dunia dan akhirat; dan diakhiri

dengan tahap penyelesaian .

c. Bentuk dzikir yang digunakan pada terapi dzikir

Menurut Hawari (2003) dalam Surat al-Ra’d ayat 28, yang artinya :

“Mengingat (dzkir) kepada Allah maka hati menjadi tenteram”.

Dzikir sebagai metode mencapai ketenangan hati dilakukan dengan tata-cara

tertentu. Dzikir dipahami dan di ajarkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat

thayyibah secara keras (dzikir jahr) maupun dengan suara yang lembur( dzikir shir).

Pada penelitian ini dzikir yang digunakan menggunakan dzikir bentuk shir( suara

halus ) wal Lisan sesuai dengan firman Allah surat Al – A’raf ayat 55 yang artinya

“Serullah tuhanmu dengan tadharu dan khufyah , bahwasanya Allah tidakmenyukai orang yang melampaui batas” .

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Lafat – lafat yang diucapkan dalam terapi dzikir menggunakan dzikir shir

dengan bentuk lisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Tasbih (subhanallah)

Tasbih yang bermakna Maha Suci Allah. Dalil khash yang menunjukkan

manusia wajib bertasbih , mengakui kesucian Allah adalah dalam firmannya dalam

surat Al Ahzab ayat 42 yang bebunyi

“Wa sabbihuuhu bukrotaw wa ashilla” artinya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.

2) Tahmid (alhamdulillah)

Tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi Allah. Tahmid adalah

menyatakan pujian dan kesyukuran kita kepada Allah tuhan semesta alam. Sesuai

dengan firman Allah surat An-Naml ayat 59 yang artinya

“ Katakanlah (Muhammad), segala puji bagi Allah dan salam sejahtera atashamba –hambanya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik , ataukahapa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”

3) Tahlil (la illaha illallah)

Tahlil yang bermakna tiada Tuhan selain Allah. Dalil yang menegaskan

kewajiban bertahlil adalah sabda Rasulullah yang memiliki arti

“Senantiasalah kamu memperbaharui imanmu dengan mengucapkan La illahaillalah”.

Dengan bertahlil, manusia mengakui bahwa Allah, suci dari segala kekurangan,

mengakui keesaan-Nya

4)Takbir (Allahu akbar)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Takbir yang berarti Allah Maha Besar. Mengakui kebesaran Allah , Tuhan yang

menciptakan segala yang ada di langit dan dibumi, dalil tentang kewajiban bertakbir

tertuang didalam surat Al isra ayat 111 yang artinya”

“Segala puji bagi Allah yang tidak memiliki anak dan tidak mempunyai sekutudalam pemerintahan-Nya, tiada mempunyai penolong yang membantu-Nyauntuk menolak suatu kehinaan, dan bertakbirlah Dia dengan sebenar-benarnya.

5)Hauqalah (la haula wala quwwata illa billah)

Hauqallah yang bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.

Hauqallah adalah mengakui bahwa tidak ada yang dapat memalingkan hamba dari

maksiat selain Allah dan tidak ada kekuatan bagi hamba untuk melaksanakan taat

melainkan dengan taufiqnya. Kalimat ini juga bermakna manusia menyerahkan diri atas

segala yang terjadi kepada Allah .

6). Istighfar :

Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun kepada Allah yang

maha agung. adalah tindakan memohon ampun kepada Allah yang dilakukan oleh

hamba yang beriman . Tindakan ini secara harfiah dilakukan dengan mengulang –

ulang perkataan dengan lafat الذي هللا أستغفر yang artinya aku memohon ampun kepada

Allah yang maha Agung.

Istigfar merupakan cermin akan kesadaran individu yang bertakwa tentang betapa

banyak kesalahannya dan meminta ampun kepada Allah dan kembali kepada kebenaran

sesuai dengan firman Allah surat Al imran ayat 135 yaitu

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji ataumenganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosaselain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,sedang mereka mengetahui”.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

7). Membaca surat Al Fatihah.

Surat Al-Fatihah memiliki bermacam keistimewaan selain sebagai ummul qur’an.

Didalam surat Al-Fatihah terkandung doa yang lengkap, mantera, serta obat

(penyembuhan) (Shihab, 2005). Alfatihah mampu menyembuhkan segala macam

penyakit pada diri manusia baik secara fisik maupun psikis, serta mencukupi manusia

dalam mengatasi segala keresahan nya (Shihab, 2005). Keistimewaan tersendiri surat

Al-Fatihah dibandingkan surat yang lain yaitu setiap ayat didalam surat Al-Fatihah

yang dibaca akan dijawab langsung oleh Allah sehingga terdapat dialog langsung dari

hamba dan Tuhan (Allah) (Makhdlori, 2008) .

Dalam kondisi kepasrahan yang total maka suratul-Fatihah dapat digunakan

sebagai dzikir dan pembuka dari segala sesuatu yang masih tertutup dan menghilangkan

kesulitan dalam diri individu (shihab, 2005).

Dari penjelasan diatas bentuk terapi dzikir yang diberikan pada penelitian ini

menggunakan bentuk dzikir syir wal lisan dimulai dengan membaca istigfar sebanyak

3x, dilanjutkan dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqallah, suratul fatihah

dan diakhiri dengan doa kebaikan dunia akhirat. Sehingga akan timbul kepasrahan

dalam diri individu pasca melakukan terapi dzikir. Terapi dzikir pada penelitian ini

akan diberikan sebanyak 4 kali terapi dengan harapan efek teraputik akan dapat

dirasakan oleh subyek penelitian. Menurut Nashori (2014) efek teraputik dalam

pemberian dzikir akan di peroleh dengan melakukan 4 kali proses terapi secara

berturut–turut.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

C.Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Penurunan Tingkat Grief pada Ibu

pasca Perinatal loss

Grief merupakan reaksi terhadap kehilangan seseorang dimana individu

mengalami penderitaan emosional akibat sesuatu atau seseorang yang dicintai atau

memiliki harapan besar telah menghilang (Smith dalam Lim, 2013) sementara Grief

pada ibu dengan kasus perinatal loss adalah respon ibu terhadap kondisi yang dialami

sebagai reaksi perinatal loss, yang ditandai dengan keberadaan active grief, difficulty

coping serta despaid. Secara psikis ibu yang mengalami peristiwa perinatal loss akan

terlihat mudah menangis, emosi labil, tidak berdaya, marah, merasa bersalah ; secara

fisik ibu yang mengalami perinatal loss akan mengalami gangguan tidur, hilangnya

selera makan, sakit kepala, tekanan darah meningkat; secara perilaku ibu yang

mengami peristiwa perinatal loss akan menarik diri dari lingkungan sosial dan kurang

mampunya mengambil keputusan saat diminta. Ibu yang mengalami perinatal loss

akhirnya akan menemukan kondisi putusasa saat peristiwa tersebut masih membayangi.

Sintom yang dapat telihat pada grief ibu pasca perinatalloss adalah adanya

perasaan bersalah, kesedihan serta marah. Ibu dengan grief pasca perinatalloss

mengalami emotional blocking, yang berakibat kepada ibu menutup diri dengan

lingkungan sosial dan diakhiri dengan keputusasaan pada diri ibu. Keadaan ini harus

segera ditanggulangi salah satunya dengan pendekatan spirtualitas menggunakan terapi

dzikir.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Terapi dzikir adalah terapi dengan menggunakan dzikir sebagai metode untuk

dapat menstabilkan emosi serta kesehatan jiwa individu (Hawari, 2013). Dzikir

merupakan salah satu amalan dengan mengulang-ulang asma Allah sehingga umat

muslim dapat ditingkatkan kesadaran tentang kehadiran Allah dimana dan kapan saja,

serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk. Dengan demikian dzikir

merupakan semua bentuk ibadah dan perbuatan dalam lafal-lafal dzikir dan mengingat

Allah dalam setiap waktu, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merasa yakin bahwa

diri manusia selalu berada di bawah kehendak Allah dalam segala hal dan urusannya.

Dalam berdizkir segala lafal (ucapan) digunakan untuk mengingat dan mengenang

Allah SWT (Shiddieqy, 2004).

Selain memperkuat keyakinan terhadap Allah SWT, dzikir memberikan manfaat

secara psikoreligi, melalui aktivitas dzikir superego yang terdapat pada diri manusia

akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku secara baik. Dengan berdzikir

manusia akan sejahtera jiwanya, sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan

sosialnya. Individu akan mampu menerima kenyataan yang ada, dan dapat meletakkan

hakikat kemanusiaannya. Dzikir juga dapat dijadikan alat penyeimbang (equilibrium)

bagi jiwa dan raga manusia. Pada saat proses dzikir terjadi perubahan gelombang otak

yang awalnya di posisi gelombang otak beta akan menuju gelombang otak alfa serta

tetha. Pada saat gelombang otak di posisi alfa kondisi individu akan memasuki kondisi

relaks dan saat gelombang otak dalam kondisi theta maka individu akan memasuki fase

trans, sehingga akan merasakan kedekatan individu dengan Tuhannya (Abdullah,

2013). Didalam ibadah dzikir terdapat unsur spiritual, yaitu pikiran yang dipusatkan

pada sang pencipta yang menimbulkan perasaan berserah diri, sehingga muncul suatu

harapan, ketenangan, yang membentuk kondisi tubuh yang homeostasis dan berefek

pada imunitas didalam diri. Hal ini dikarenakan dzikir dapat memberikan efek

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

relaksasi yang mempengaruhi sistem kerja yang pengatur irama kehidupan manusia

yaitu hormon (Sholeh, 2005).

Berangkat dari kenyataan masyarakat modern, khususnya masyarakat Barat yang

dapat digolongkan the post industrial society telah mencapai puncak kejayaan dan

kenikmatan materi justru berbalik dari apa yang diharapkan, yakni mereka dihinggapi

rasa cemas, sehingga tanpa disadari integritas kemanusiaannya tereduksi, dan

terperangkap sistem rasionalitas teknologi yang sangat tidak manusiawi. Akhirnya

mereka tidak mempunyai pegangan hidup yang mapan. Lebih dari itu muncul

dekadensi moral dan perbuatan brutal serta tindakan yang dianggap menyimpang.

Dalam kenyataannya, filsafat rasionalitas tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok

manusia dan aspek nilai lainnya. Manusia mengalami kehampaan spiritual, yang

mengakibatkan gangguan kejiwaan.

Kehidupan manusia di alam modern ini manusia dilingkari dengan stres, yang

dapat menimbulkan reaksi jiwa berupa kecemasan, bahkan mencapai depresi. Bentuk

reaksi jiwa ini pertanda bahwa jiwa seseorang mengalami gangguan (labil), dan apabila

berlangsung lama dapat menimbulkan penderitaan batin yang bisa berwujud berbagai

bentuk psikosomatik dan neurosis. Kondisi ini akan berimbas pada redupnya motivasi

hidup dan harapan kehidupan di masa depan. Seseorang yang mengalami kondisi

tersebut alam pikiran maupun perasaan mengalami gangguan, ketidakstabilan,

ketidaktenangan, bahkan goncangan sehingga dapat mengganggu fungsi-fungsi organ

tubuh klien. Mayerson (Hawari, 2011) menyimpulkan bahwa “Biang keladi penderitaan

tersebut terpusat pada kondisi alam pikiran dan perasaan yang labil.” Lebih lanjut

menyatakan bahwa untuk melakukan penyembuhan tidak lain dengan menciptakan

ketenangan, kedamaian, penetralisiran alam pikiran dan perasaannya terlebih dahulu

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin menawarkan suatu konsep

dikembangkan nilai-nilai ilahiah dalam batin seseorang. Hasil penelitian Peter (Benson,

2000) menunjukkan, 30 wanita lanjut usia yang sembuh dari koreksi bedah pada tulang

punggungnya yang patah, diteliti untuk menemukan hubungan antara keyakinan

religius mereka dengan kesehatan medis dan psikiatrik. Pasien dengan keimanan yang

kuat mampu untuk berjalan lebih jauh secara bermakna dan lebih kecil

kemungkinannya untuk mengalami depresi. Peter (Benson, 2000) mengatakan

Spiritualitas yang konsisten akan memperkecil gangguan psikologis, semakin baik

kesehatannya, semakin normal tekanan darahnya, dan semakin panjang harapan

hidupnya.

Individu yang mengalami tekanan akan berperilaku berbeda dibandingkan dengan

individu yang tidak mengalami tekanan. karena Kondisi individu yang mengalami

tekanan seperti grief dapat dideteksi lewat gejala-gejala baik secara fisik, perilaku

maupun secara psikologis. Gejala secara fisik individu yang mengalami

tekanan,goncangan maupun grief, antara lain ditandai oleh: gangguan jantung, tekanan

darah tinggi, ketegangan pada otot, sakit kepala, telapak tangan dan atau kaki terasa

dingin, pernapasan sengal-sengal, kepala terasa pusing, perut terasa mual-mual,

gangguan pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita akan mengalami gangguan

menstruasi dan gangguan seksual; gejala secara psikis seperti mudah nangis, murung ,

mudah marah; dan secara perilaku individu yang sedang mengalami grief mengalami

kehilangan konsentrasi. (Waitz, Stromme & Railo, 1983).

Pada umumnya, individu yang mengalami kesedihan akan mengalami kesulitan

dalam memanajemen kehidupannya, berakibat memunculkan kecemasan dan sistem

syaraf menjadi kurang terkendali. Pusat syaraf otak akan mengaktifkan saraf simpatis,

sehingga mendorong sekresi hormon adrenalin dan kortisol yang akhirnya akan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

memobilisir hormon-hormon lainnya. Individu yang berada dalam kondisi tersebut,

kondisi fisiologisnya akan mendorong pelepasan gula dari hati dan pemecahan lemak

tubuh, dan bertambahnya kandungan lemak dalam darah (Waitz,dkk1983). Kondisi

tersebut akan mengakibatkan tekanan darah meningkat dan darah lebih banyak

dialihkan dari sistem pencernaan ke dalam otot-otot, sehingga produksi asam lambung

meningkat dan perut terasa kembung serta mual. Oleh karena itu, stres yang

berkepanjangan akan berdampak pada depresi yang selanjutnya juga berdampak pada

fungsi fisiologis manusia, di antaranya gagal ginjal dan strok.

Grief pada ibu dengan kasus perinatal loss pun jika tidak ditanggulangi dengan

tepat akan mengakibatkan depresi, karena ibu merasa kecewa dengan kondisi yang

dialaminya ditambah lagi dengan kurangnya dukungan secara psikis dari lingkungan

akan memperburuk keadaan. Didalam tahapan grief menurut Thoeter (1988), Ibu

pasca perinatalloss berada pada kondisi active grief,difficulty coping, despair

diharapkan dengan melakukan pendekatan secara Spiritualitas (terapi dzikir) kondisi

tersebut akan segera teratasi, sehingga ibu akan memasuki tahap healing dan diakhiri

dengan tahap renewal. Saat individu dalam kondisi berdzikir akan terjadi proses

secara fisiologis maupun psikologis, secara fisiologi saat individu berdzikir akan terjadi

pelepasan CO2 dari tubuh, semakin banyak pelafalan dzikir (dzikir Jarh) tersebut, akan

semakin mengintensifkan pernafasan. Ketika terjadinya pelafatan dzikir tersebut, kadar

CO2 dalam otak secara teratur akan menurun jumlahnya. Secara kimiawi, diameter

dinding pembuluh darah cenderung mengecil, pengecilan ini akan menimbulkan

penurunan jumlah aliran darah pada jaringan otak sehingga suplai O2 yang cukup besar

akan merevitalisasi seluruh bagian otak sehingga otak kembali menjadi segar. Terapi

dzikir juga mempengaruhi kondisi kimiawi diotak serta hormon diotak (seratonim

maupun dopamin) akan mengalami perubahan dan berganti dengan hormon endorpin.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

(Sholeh, 2005) . Landasan spiritualitas dalam satu kehidupan memiliki peran penting

dalam kemampuan mengatasi kecemasan ibu yang mengalami kasus perinatalloss,

sesuai dengan penelitian Leary (2016) dimana terapi spiritualitas mampu meningkatkan

presepsi diri ibu yang mengalami kehilangan perinatal.

Secara psikologis penyebutan Allah secara berulang (dzikir) sambil mengingat

keberadaan ke-Esaan Allah dapat menyembuhkan jiwa dan menyembuhkan berbagai

penyakit (Subandi, 2009). Saat seorang muslim membiasakan dzikir, ia akan merasa

dirinya dekat dengan Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang

kemudian akan membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tenteram, dan

bahagia (Najati, 2005). Dzikir akan membuat seseorang merasa tenang sehingga

kemudian menekan kerja sistem syaraf simpatis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf

parasimpatetis (Sholeh, 2010). Menurut Subandi (2009) bacaan dzikir dapat

menenangkan, membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram dan

memberikan perasaan bahagia. Secara medis juga diketahui orang yang terbiasa

berdzikir mengingat Allah secara otomatis otak akan merespon terhadap pengeluaran

endorphine yang mampu menimbulkan perasaan bahagia dan nyaman (Suryani, 2013).

Berdasarkan penjelasan diatas reaksi grief ibu pasca perinatalloss akan tampak

secara fisik, psikis dan perilaku yang ditandai dengan sintom menangis, marah,

perasaan bersalah sehingga subyek yang mengalami kondisi emotional blocking.

Dengan menggunakan terapi dzikir, subyek yang mengalami grief berada pada kadar

CO2 didalam tubuh meningkat dan kadar O2 menurun yang dirasakan adalah perasaan

tegang. Pada saat berdzikir kadar CO2 akan dilepaskan, dan akan menyuplai produksi

O2 kedalam tubuh melalui otak. Efek yang ditimbulkan dengan meningkatnya suplay

O2 keotak serta merta akan melepaskan kadar CO2 adalah perasaan relex pada diri

individu. Bacaan dzikir dapat menenangkan, membangkitkan percaya diri, kekuatan,

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

perasaan aman, tentram dan memberikan perasaan bahagia. Secara medis juga

diketahui orang yang terbiasa berdzikir mengingat Allah secara otomatis otak akan

merespon terhadap pengeluaran endorphine yang mampu menimbulkan perasaan

bahagia dan nyaman sehingga respon Grief akan menurun.

D.Landasan Teori

Dzikir merupakan semua bentuk ibadah dan perbuatan baik seperti tasbih, tahmid,

shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, melakukan perbuatan baik dan menghindarkan diri

dari kejahatan. Pelaksanaannya terdiri dari berbagai cara diantaranya adalah (1), dzikir

qauli atau jahr, yakni membaca lafal tasbih, tahmid, tahlil, dan sebagainya dengan

suara keras. Tujuannya agar dapat membimbing hati agar selalu ingat kepada-Nya.

Lisan yang biasa berdzikir maka dengan sendirinya menguatkan ingatan yang

bersangkutan kepada keberadaan Tuhan; (2) ingat Tuhan dalam hati tanpa menyebut

nama-Nya disebut dengan dzikir qalby atau sirr ; (3) dzikru al-ruh yaitu dzikir dalam

arti seluruh jiwa raga tertuju untuk selalu ingat kepada-Nya; (4) dzikir fi’li (aktifitas

sosial) yakni berdzikir dengan melakukan kegiatan praktis, amal shalih, dan

menginfakan sebagian harta untuk kepentingan sosial, melakukan hal yang berguna

bagi pembangunan bangsa serta agama.( Sholeh, 2010).

Terapi dzikir adalah salah satu bentuk psikoterapi yang mengandung unsur

spritual, kerohanian, keagamaan, yang dapat membangkitkan harapan, kepercayaan

dalam diri hingga terciptanya kestabilan jiwa (Hawari, 2013) Dengan berdzikir,

manusia akan menyadari bahwa ada kekuasaan dari segala yang ada di dunia ini, yaitu

Allah SWT. Oleh karena itu, dalam mewujudkan segala yang diinginkan dan

diharapkan, manusia membutuhkan pertolongan-Nya. Dzikir dapat pula berarti berbuat

baik atau beramal saleh guna mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan yang

telah diajarkan oleh Rasullullah saw, misalnya dengan berbakti kepada orang tua,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

berlaku jujur, melakukan kebaikan dan menghindari kemungkaran. Kekuatan dzikir

sangat dahsyat bagi kehidupan. Dzikir merupakan salah satu bentuk komitmen

keberagamaan seseorang. Dzikir juga merupakan kunci ketenangan jiwa, karena

menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali

pada Allah. Tahapan tahapan dalam terapi dzikir dibagi atas 3 tahap yaitu :

a) Tahap persiapan

Tahapan ini dimulai dengan niat, melaksanakan dengan keiklasan hanya

mengharap ridho Allah, bersuci (wudhu), menghadap kiblat, duduk posisi yang

nyaman , khusuk

b) Tahap pelaksaanaan

Pada tahapan ini individu diajak untuk merendahkan diri dihadapan Allah dengan

membaca istigfar (memohon ampunan Allah) sebanyak . Dilanjutkan dengan

membaca surat Alfatihah , dimana surat tersebut mampu menyembuhkan segala

macam penyakit pada diri manusia baik secara fisik maupun psikis serta

mencukupi manusia dalam mengatasi segala keresahan nya selanjutnya membaca

kalimat tyaibah ( tasbih, tahmid,tahlil serta takbir) yang memiliki makna pujian

atas kebesaran Allah, setelah selesai membaca kalimat tyaibah dilanjutkan

dengan membaca kalimat hauqalah yang memiliki makna meyerahkan diri bahwa

manusia tidak memiliki kemampuan untuk menolak qada dan qadarnya kecuali

atas kehendak-Nya. Diakhiri dengan membaca surat albaqarah ayat 201 yang

memiliki makna yang sangat dalam diantaranya meminta kebaikan dunia dan

akhir dari Allah SWT.

c) Tahap penyelesaian

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Menarik nafas dengan berlahan dan berulang, berdiam diri sebentar setelah

selesai dzikir, dilanjutkan dengan menahan minum pasca berdzikir sebentar

dikarenakan akan timbul kehangatan didalam diri pasca dzikir, dikhawatirkan saat

minum kehangatan itu akan hilang

Dzikir memberikan pengaruh yaitu saat seorang muslim membiasakan dzikir, ia

akan merasa dirinya dekat dengan Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya,

yang kemudian akan membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tenteram,

dan bahagia. Secara medis juga diketahui orang yang terbiasa berdzikir mengingat

Allah secara otomatis otak akan merespon terhadap pengeluaran endorphine yang

mampu menimbulkan perasaan bahagia dan nyaman. Dengan demikian dzikir akan

membuat seseorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem saraf

simpatik dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatik.

Grief adalah keadaan berduka yang merupakan respon alami seseorang terhadap

perasaan kehilangan yang mendalam. Grief merupakan kesedihan dan penderitaan

emosional (sedih,marah, kecewa dan berbagai emosi negatif lainnya yang tidak

terduga) yang terjadi ketika seseorang yang dicintai pergi. (Leary, 2016) Sementara itu

Grief ibu pasca perinatal loss adalah respon yang muncul baik secara fisik, psikis

maupun perilaku sebagai reaksi terhadap kondisi perinatal loss yang dialami . Ibu

yang mengalami perinatal loss akan terlihat sedih , murung, kurang bisa mengontrol

marah. Ibu dengan kondisi Grief ini juga mengalami kurang nafsu makan, susah tidur ,

serta sakit kepala. Mereka yang mengalami perinatal loss memilih untuk menghindari

kontak dengan sosial karena memiliki perasaan kurang nyaman . Grief pasca perinatal

loss memiliki 3 indikator yaitu active grief, dificulty coping dan berakhir dengan

despair. (sinaga, 2013) .Ibu yang mengalami perinatal loss akan terlihat sedih ,

murung, kurang bisa mengontrol marah. Ibu dengan kondisi stres ini juga mengalami

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

kurang nafsu makan, susah tidur , serta sakit kepala. Mereka yang mengalami perinatal

loss memilih untuk menghindari kontak dengan sosial karena memiliki perasaan

kurang nyaman. Aspek Grief yang dialami ibu pasca perinatallos sejalan dengan

Aspek Grief menurut Thoether (1988) yaitu Active grief, difficulty coping dan despair

dilanjutkan dengan tahap Healing dan diakhiri dengan Renewer, Diharapkan dengan

pelaksanaan terapi dzikir dapat digunakan untuk menurunkan tingkat Grief ibu pasca

perinatal loss . Penjelasan tentang proses terapi dzikir untuk dapat menurunkan tingkat

grief ibu dengan perintal loss dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

terapi dzikir

Terapi dzikir

Subyekmelahirkandengan kondisibayi meninggal/ perinatal loss

Grief pascaperinatalloss:

Kondisi psikis : rasatidak berdaya,gelisah,kebingungan, rasa tidakpercaya, marah, rasabersalah, mengalamidioragnisasi emosi yangintens, putus asa.

Kondisi perilaku danfisik : menarik diri darilingkungan sosial,kehilangan nafsumakan, insomnia

Gejala Grief menurun :

Fisik: sakit kepala berkurang.Mulai memiliki selera makan.

Perilaku: membuka dirisecara berlahan.

Psikis mulai stabil

Psikis mulai stabil

tahapan dalam terapidzikir

tahap persiapan : berniatkarena Allah, wudhu,menghadap kiblat, dudukdengan nyaman dandengan kondisi khusuk.

Tahap pelaksaanaan :

Istgfar, membaca alfatiha,membaca kalimat tyaibah,membaca kalimathauqalah di akhirimembaca surat albaqarahayat 201

Tahap penyelesaain

Menarik nafas denganberlahan dan berulang,berdiam diri sebentarsetelah selesai dzikir,dilanjutkan denganmenahan minum pascaberdzikir sebentardikarenakan akan timbulkehangatan didalam diripasca dzikir, dikhawatirkansaat minum kehangatanitu akan hilang.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/729/4/BAB II.pdfBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Grief Ibu Pasca Perinatalloss 1. Pengertian Grief Pasca Perinatalloss Kematian perinatal

Keterangan : alur proses

Gambar 2.1 Kerangka teoritis terapi dzikir terhadap penurunan tingkat Grief ibu

pasca perinatalloss

E.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat perbedaan Tingkat Grief

ibu pasca perinatalloss sebelum dan setelah terapi dzikir. Tingkat Grief setelah diberi

terapi dzikir lebih rendah dari sebelum terapi dzikir.

Alur proses

Intervensi