BAB I.doc

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen merupakan proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf karyawan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gilles, 1989). Managemen dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dari seluruh pelayanan keperawatan. Baik dari segi ruangan, fasilitas, administrasi, kebutuhan tenaga kerja, dan kualitas dari pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien setiap harinya. Sehingga ruangan dapat diketahui kekurangan dari ruangan tersebut untuk segera mendapatkan solusi yang tepat. Dalam pelaksanaanya, kegiatan di ruangan dibutuhkan kesinambungan antara rencana asuhan keperawatan dengan implementasi keperawatan serta mendiskusikan berbagai pemecahan dari masalah-masalah yang dihadapi klien. Maka dari itu, perawat ruangan biasanya mengadakan kegiatan conference pada setiap shift. Conference terdiri dari pre conference, middle conference, dan post conference. Hal ini sangatlah penting demi terciptanya kerjasama yang baik antar tim medis. Conference adalah suatu pertemuan dalam pertemuan dalam staf pelayanan keperawatan dan merupakan bagian dari rutinitas sehari- hari. Tujuan dari conference adalah untuk mengkoordinasi dan mengevaluasi aktifitas tim pelayanan keperawatan, dan biasanya dalam rentang waktu 15-30 menit. Conference memfasilitasi dalam diskusi rencana asuhan keperawatan dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi serta memecahkan masalah yang ada. Masing- 1

Transcript of BAB I.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf karyawan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gilles, 1989).Managemen dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dari seluruh pelayanan keperawatan. Baik dari segi ruangan, fasilitas, administrasi, kebutuhan tenaga kerja, dan kualitas dari pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien setiap harinya. Sehingga ruangan dapat diketahui kekurangan dari ruangan tersebut untuk segera mendapatkan solusi yang tepat.Dalam pelaksanaanya, kegiatan di ruangan dibutuhkan kesinambungan antara rencana asuhan keperawatan dengan implementasi keperawatan serta mendiskusikan berbagai pemecahan dari masalah-masalah yang dihadapi klien. Maka dari itu, perawat ruangan biasanya mengadakan kegiatan conference pada setiap shift. Conference terdiri dari pre conference, middle conference, dan post conference. Hal ini sangatlah penting demi terciptanya kerjasama yang baik antar tim medis.

Conference adalah suatu pertemuan dalam pertemuan dalam staf pelayanan keperawatan dan merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari. Tujuan dari conference adalah untuk mengkoordinasi dan mengevaluasi aktifitas tim pelayanan keperawatan, dan biasanya dalam rentang waktu 15-30 menit. Conference memfasilitasi dalam diskusi rencana asuhan keperawatan dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi serta memecahkan masalah yang ada. Masing-masing anggota keperawatan mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi maupun memecahkan masalah terkait dengan masalah kelolaannya. Dalam conference kepala ruang memberikan motifasi pada tim kerjanya. Dan demi tercapainya managemen keperawatan yang baik di ruangan diperlukan kegiatan conference tersebut secara lengkap mulai dari pre conference, middle conference, dan post conference.Berdasarkan hasil pengamatan kelompok selama beberapa hari di ruang 24A tidak terdapat middle conference pada tiap shift. Melihat hal tersebut maka kami memandang perlu untuk membuat laporan praktek klinik managemen dan kepemimpinan dalam keperawatan yang juga merupakan tugas akhir kami sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang, yang berjudul Laporan Akhir Praktek Klinik Managemen dan Kepemimpinan Keperawatan di Ruang 24A RSSA Malang.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan metode kerja staf keperawatan khususnya di ruang 24A dengan mengadakan middle conference yang dilakukan kontrak pada saat pre conference.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.

2. Mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen yang ada.3. Melakukan middle conference pada tengah- tengah shift untuk membahas tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilakukan. 1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana pembelajaran langsung mengenai proses management asuhan keperawatan ruangan dirumah sakit sehingga mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan dan lebih melatih keterampilan sebagai bekal dalam melakukan asuhan keperawatan baik mandiri, maupun kolaborasi.

1.3.2 Bagi Ruangan

Dapat digunakan untuk meningkatkan metode kerja perawat dalam melakukan asuhan kepearawatan setiap harinya. Selain itu management keperawatan dapat digunakan untuk evaluasi dari seluruh pelayanan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien sehingga kualitas pelayanan asuhan keperawatan ruangan dapat tetap dipercaya kualitasnya.BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengorganisasian Keperawatan

2.1.1 Organisasi

Organisasi adalah Suatu system yang terdiri dari pola aktifitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan .

2.1.2 Tujuan Organisasi

1. Bersifat abstrak dan berdimensi jangka panjang sebagai landasan dan nilai nilai yang melandasi organisasi didirikan dsb misi organisasi

2. Disebut tujuan operasional atau objective.

- merupakan tujuan jangka pendek / yang lebih spesifik

- dapat diukur

- menujukkan apa yang akan diraih organisasi

2.1.3 Visi dan misi

2.1.3.1 Visi

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi. Visi tidak hanya penting pada waktu mulai berkarya, tetapi juga pada kehidupan organisasi itu selanjutnya. Kehidupan organisasi sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dan eksternal. Oleh karenanya, visi organisasi juga harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut

2.1.3.2 Misi

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya.

Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.

2.1.3.3 Manfaat Visi & Misi

Manfaat dari adanya visi dan misi adalah:

1. Terjaminnya kesatuan dan kebulatan tujuan perusahaan

2. Tersedianya dasar alokasi sumber daya dan dana

3. Tersedianya dasar pengembangan iklim organisasi dan motivasi kerja

4. Tersedianya dasar identifikasi dan evaluasi bagi karyawan

5. Terfasilitasinya proses penterjemah tujuan ke dalam struktur organisasi

6. Tersedianya dasar evaluasi kinerja karyawan

2.2. Manajemen Keperawatan

2.2.1 Pengertian

Management adalah proses melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Management merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Gillies, 1982).

2.2.2 Unsur - Unsur Manajemen

1. Man

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses bekerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Dalam hal keperawatan unsur yang mendukung antara lain :

a. Kepala Ruangan

Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf diunit yang bersangkutan (Arwani, 2005)

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:

1) Perencanaan :

dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.

2) Pengorganisasian:

meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat.

3) Ketenagaan:

pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.

4) Pengarahan :

mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi. 5) Pengawasan

meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain lain.

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes (1994), adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan.

2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat.

2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).

3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.

5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.

6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan optimal.

7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.

8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai.

9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.

11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien dan mencatat program.

12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan.

13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah berlangsung.

14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.

15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas wewenangnya.

16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.

17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat dan benar.

18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala UPF di Rumah Sakit.

19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.

20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan dan lingkungan.

21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.

22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.

23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat obatan secara efektif dan efisien.

3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.b. Perawat Pelaksana

Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai: Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien. Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hakhaknya bila dibutuhkan. Perawat juga melindungi hak hak klien melalui caracara yang umum dengan penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak hak klien. Communication

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lainlain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Rehabilitator

Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal. Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalansampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)2. Money

Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar- kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta yang akan dicapai dari suatu organisasi.3. Method

Dalam pelaksanaankerjadiperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.4. Material

Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.Dalam hal ini manajemen logistik juga sangat diperlukan sehingga mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif.

Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai berikut (Mustiksari: 2007):

2.2.3 Fungsi Managemen1. Planning

Kegiatan seorang manajer adalah menyusun rencana. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.

2. Organizing

Organizingatau pengorganisasian ini meliputi:

Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan utk mencapai tujuan organisasi.

Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yg akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.

Penugasan tanggung jawab tertentu

Pendelegasian wewenang yg diperlukan kepada individu-individu utk melaksanakan tugasnya.

3. Actuating

Menggerakkan atau Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadiactuatingartinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. Controlling

Controllingatau pengawasan adl penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dgn yg telah ditetapkan.

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional

2.3.1 Pengertian

Model Praktek Keperawatan Profesional adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawatan profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffard & Woods, 1996 dalam Sitorus, 2006). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional.

2.3.2 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan mulai dari metode kasus, fungsional, metode tim dan metode keperawatan primer serta manajemen kasus. Dalam praktek keperawatan profesional, metode yang paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode the breath of keperawatan primer (Sitorus, 2006)

a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

Prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan fisik pasien & kurang menekankan kebutuhan pasien secara holistik sehingga askep terfragmentasi. Tidak ada perawat yang mengetahui kondisi klien secara komprehensif sehingga klien sering merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Klien sering mendapat jawaban yang tidak tepat terhadap masalah yang dihadapinya. Komunikasi antara perawat terbatas.

Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala ruangan.

Kelebihan:

Efisiensi waktu kerja (lebih singkat) Efektif jika ruang rawat kurang tenaga keperawatan profesional

Promote worker autonomy

Perawat lebih terampil karena orientasi pada satu tindakan langsung dan selalu di ulang-ulang

Kekurangan: Memilah-milah askep (askep terfragmentasi) Orientasi pada tugas, bukan pada klien

Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat

Hubungan Perawat-klien sulit terbentuk

Pelayanan tidak profesional, monoton dan kurang tantangan

b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Metode ini diterapkan berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhankeperawatan dan observasi pada pasien tertentu. Setiap perawatditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shifdan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasaditerapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnyadilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khususseperti: isolasi, intensive care.

Penanggung jawab dalam metodeini adalah manajer keperawatan.

Kelebihan:

Perawat lebih memahami kasus per kasus

Sistem evaluasi dari manajerialmenjadi lebih mudah.

Kekurangan:

Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab.

Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuandasar yang sama

c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.

Kelebihan:

Tingkat kepuasan pasien dan keluarga tinggi

Menunjukkan hubungan yang baik antara perawat-klien

Hemat biaya

Meningkatkan profesionalisme

Meningkatkan kepuasan kerja

Kekurangan:

Perawat tidak tahu klien yang lain

Merangsang respon stress

Tanggung jawab yang berat,terutama untuk perawat baru

Perawat pelaksana tidak harus perawat profesional

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim

Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:

Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.

Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.

Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):

Kelebihan :

a.Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

b.Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

c.Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kekurangan :Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

2.3.3 Rumusan Penghitungan Tenaga

Untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu ruangan ada beberapa rumusan yaitu :

a. Berdasarkan Permenkes RI No. 262/Menkes/Ter/7/1979.

b. Berdasarkan hasil workshop perawatan oleh Depkes RI di Ciloto Tahun 1971.

c. Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga keperawatan dapat berdasarkan pada :

Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam.

Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun.

Penggunaan tempat tidur rata-rata.

Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien. (Gillies, 1989).

Kebutuhan Kuantitatif Dapat Dihitung Sebagai Berikut :

a. Jumlah Tenaga Yang Diperlukan :

Jumlah Jam Yang Dibutuhkan X Rata-Rata X Jumlah Hari

Klien Perhari Jumlah Klien Pertahun

Jumlah Hari Pertahun Hari Tidak Kerja Pertahun X Jumlah Jam Kerja Perorang /Hari

Atau

Jam Perawatan Yang Diperlukan Pertahun

Jam Perawatan Yang Diberikan Oleh Tiap Orang Pertahun

b. Pertimbangan Cuti Hamil

Perhitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang cuti adalah X %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil adalah X % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan tenaga :

Jumlah Jam Kerja Hilang Karena Cuti Hamil

Jumlah Jam Kerja Efektif Dalam Satu Tahun

(Mariono, R. 1987).

c. Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Perawat Yang Bertugas Setiap Hari :

Rata-Rata Jumlah Klien X Rata-Rata Jam Perawatan

Tiap Hari Dibutuhkan Per 24 Jam

Jumlah Hari Kerja Perorangan Pertahun

Menentukan Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Pada Tingakat Ketergantungan Klien (Douglass, 1975).

Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.

Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi klien :

Jml KlienKlasifikasi Klien

MinimalPartialTotal

PagiSoreMalamPagiSoreMalamPagiSoreMalam

1.0,170,140,070,270,150,100,360,300,20

2.0,340,280,140,540,300,200,720,600,40

3.0,510,420,210,810,450,300,080,900,60

Dst.

2.3.4 Operan dan Conference

a. Operan

Pelaksanaan operan dipimpin oleh kepala ruangan atau ketua tim. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

Kepala ruang / ketua tim memberi salam dan menyampaikan akan segera dilakukan operan.

Kegiatan dimulai dengan menyebut / mengidentifikasi secara satu persatu (berurutan tempat tidur/kamar): identitas klien, diagnose medis, diagnose keperawatan sesuai data focus.

Menjelaskan kondisi / keadaan umum pasien.

Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum dilakukan.

Menjelaskan hasil tindakan: masalah teratasi, sebagian, belum atau muncul masalah baru.

Menjelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau kolaborasi).

Memberi kesempatan anggota shift yang menerima operan untuk melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang kurang jelas.

Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada buku catatan harian.

Melakukan prosedur 1-8 untuk pasien selanjutnya.

Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas berikutnya.

b. Pre Conference

Pelaksanaan pre conference dipimpin oleh kepala ruang atau ketua tim. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

Kepala ruang / ketua tim memberi salam.

Jelaskan tujuan konferensi awal.

Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana kegiatan / asuhan keperawatan pada shift pagi.

Melakukan pembagian tugas kepada tim

Memberikan kesempatan pada masing-masing ketua tim untuk menjelaskan pasien kelolaan, membagi tugas kepada anggota tim

Memberikan kesempatan kepada tim untuk mempresentasikan kasus special / pasien yang menjadi prioritas (Ex: kasus sulit / kompleks) meliputi: identitas, diagnose medis, diagnose keperawatan dan data yang menunjang, tindakan keperawatan yang akan dilakukan, tindakan keperawatan ynag sudah dilakukan dan hasilnya, rencana tindak lanjut, masalah yang dihadapi.

Memberikan kesempatan kepada tim yang lain untuk mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim

Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan

Karu memberikan penekanan pada hal hal yang perlu diperhatikan (misal : proteksi diri, SOP)

c. Middle Conference

Pelaksanaan middle conference dipimpin oleh kepala ruang atau ketua tim. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

Kepala ruang / ketua tim memberi salam

Jelaskan tujuan konferensi tengah

Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim / anggota tim untuk melaporkan perkembangan masing-masing pasien kelolaan atau masalah yang dihadapi dalam melakukan asuhan keperawatan.

Berikan kesempatan kepada anggota tim yang lain untuk mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim

Karu / katim memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan

Karu / katim memberikan petunjuk pelaksanaan selanjutnya

d. Post Conference

Pelaksanaan middle conference dipimpin oleh kepala ruang atau ketua tim. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

Kepala ruang / ketua tim memberi salam

Jelaskan tujuan konferensi akhir

Berikan kesempatan pada masing-masing ketua itm (mewakili anggota) untuk melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat ketergantungan) atau masing-masing anggota untuk melaporkan perkembangan masing-masing pasien kelolaan (sampai semua pasien dilaporkan) meliputi: identitas klien, diagnose medis, diagnose keperawatan dan data focus yang menunjang, tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya, rencana tindak lanjut, masalah yang dihadapi.

Berikan kesemapatan kepada tim yang lain untuk menanggapi / memberikan masukan

Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim

Karu / katim memberikan kesimpulan

BAB III

KAJIAN SITUASI

Ruang 19 RSSA adalah merupakan ruang rawat inap bedah untuk laki-laki. Ruang 19 berada di Instalasi Rawat Inap II (IRNA II) kelas III RS. Saiful Anwar Malang. Ruang 19 mempunyai kapasitas ruangan dengan 50 bed, 24 bed ada di bagian barat dan 26 bed ada di bagian timur. Ruang 19 menggunakan metode asuhan keperawatan primer, dimana ada 2 perawat primer yang membawahi beberapa perawat asosiet. Perawat primer 1 bertanggung jawab atas tim barat yaitu pasien dengan bed nomor 1 sampai 24 yang mempunyai permasalahan / kasus digestif, neurologi, urologi, dan onkologi. Sedangkan perawat primer 2 bertanggung jawab atas tim timur yaitu pasien dengan nomor bed 25 sampai 50 yang mempunyai masalah / kasus orthopedi.

3.1 Visi & Misi Ruang Perawatan

Bidang perawatan ataupun ruang rawat inap 19 tidak mempunyai visi dan misi. Tetapi visi dan misi yang digunakan mengacu pada visi misi RSSA, yaitu:

Visi:

Menuju RS Berstandar Global tahun 2010

Misi:

1. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan berstandar internasional

2. Meningkatkan daya saing RS melalui pelayanan unggulan

3. Meningkatkan profesionalisme SDM sesuai kompetensi bidang tugas

4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan & penelitian kesehatan

5. Mewujudkan pengelolaan RS yang mandiri

3.2 Ketenagaan Keperawatan dan Non Keperawatan

Ketenagaan di Ruang 19 RSSA terdiri dari tenaga keperawatan dan non keperawatan dengan rincian sebagai berikut:

TenagaPendidikanJumlah

KeperawatanS1 Keperawatan2

D3 Keperawatan20

Sekolah Pendidikan Keperawatan2

Non KeperawatanSekolah Menengah Pertama4

Total28

3.3 Struktur Organisasi dan Pola Komunikasi

(lampiran 1)

3.4 Fasilitas (Sarana dan Pra Sarana) untuk Pelayanan Perawatan

NONAMA ALATJUMLAHKETERANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30

Pinset anatomis B /K

Pinset chirugis

Gunting AJ

Gunting jaringan

Gunting verban

Gunting gips

Korentang/tempatnya

Mangkok steril

Cucing injeksi

Bengkok B/K

Bak instrument B/K

Tromol B/K

Sterilisator

Bak instrument kaca

Gerusan obat

Tensimeter

Thermometer

Reflek harmer

HB set

WWZ

Escape

Manometer

Sungkup O2

Blast spuit

Irrigator

Kereta obat (injeksi)

Troli RL

Standar infuse

Stetoskope

klem

17

13

15

10

2

1

5/3

5

5

3/4

3

1/3

1

1

1

5

3

1

1

1

1

5

1

1

1

1

5

20

1

2Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan kurang baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, juml ah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik,jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah cukup

Keadaan baik, jumlah kurang

Keadaan baik, jumlah cukup

Berdasarkan data diatas terdapat beberapa sarana prasarana yang digunakan untuk tindakan asuhan keperawatan yang tidak sesuai, meliputi keadaan alat dan jumlah alat yang tersedia berdasarkan kapasitas jumlah pasien yaitu 50 orang.

Kisaran rawat luka per hari 7-10 orang, jenis luka bedah dan infeksius. Alat yang tersedia: 7 set rawat luka, 2 gunting verban, 1 gunting gips.

Observasi TTV 3 kali sehari 45-50 pasien. Alat yang tersedia : 5 tensimeter, 3 termometer raksa, 1 stetoskop.

3.5 Program Peningkatan Mutu dan Disiplin Pegawai

Program peningkatan mutu dan disiplin yang telah dilakukan di R.19 RSSA adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi anggota dalam seminar, pelatihan, dan tugas belajarBeberapa anggota secara bergantian mengikuti seminar kesehatan terkini, pelatihan tindakan keperawatan terkini, dan tugas belajar.b. Presensi

Seluruh karyawan ruang 19 setiap kali datang dan pulang dinas wajib mengisi absensi setelah itu absensi di tandatangani oleh kepala ruang dan dikirim ke KUPP ke bidang keperawatan.

c. Pendokumentasian Askep

Berjalan dengan baik karena setiap perawat pelaksana diberi tanggung jawab masing-masing pada pasiennya. Katim akan memeriksa kelengkapan asuhan keperawatan yang sudah atau belum ditulis oleh perawat pelaksana.

d. Penerapan SOP

Berdasarkan supervisi oleh KARU hari Selasa, 01 Maret 2011 tindakan memandikan pasien kurang sesuai SOP (tercapai 75 %). Dan pada supervisi oleh KARU 02 Maret 2011 tindakan suction juga kurang sesuai SOP (tercapai 78%).

5. Pengendalian Infeksi nosokomialSetiap tindakan keperawatan yang beresiko infeksi perawat diharuskan memakai alat perlindungan diri misalnya handscoon, masker dan scort.

Pada pemakaian handscoon kurang terlaksana dengan baik, handscoon yang telah di pakai tidak langsung di buang tetapi di cuci dan di sterilkan untuk di pakai lagi. Sepasang handscon digunakan untuk rawat luka beberapa pasien dan hanya didesinfektan alcohol.

Sabun yang digunakan untuk cuci tangan menggunakan sabun batang dan tidak menggunakan metode cuci tangan 7 langkah.

3.6 Managemen Asuhan Keperawatan

3.6.1 Managemen Asuhan Keperawatan oleh Ruangan

Managemen asuhan keperawatan yang dilakukan oleh ruangan ini diobservasi oleh mahasiswa pada Senin, 28 Februari 2011, dengan hasil pengamatan sebagai berikut:

Metode Penugasan dalam Asuhan Keperawatan

Metode penugasan yang digunakan di Ruang 19 RSSA adalah dengan metode perawat primer, dengan skema:

Metode Penjadualan Staf

Penjadualan staf yang digunakan di ruang 19 RSSA yaitu rotating work shift, yaitu dinas pagi 14 orang, dinas sore 4 orang, dan dinas malam 3 orang.

Pelaksanaan Operan dan Conference

Operan

PelaksanaanDilakukanTidak dilakukan

Kepala ruang / ketua tim memberi salam dan menyampaikan akan segera dilakukan operan.

Kegiatan dimulai dengan menyebut / mengidentifikasi secara satu persatu (berurutan tempat tidur/kamar): identitas klien, diagnose medis, diagnose keperawatan sesuai data focus.

Menjelaskan kondisi / keadaan umum pasien.

Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dan belum dilakukan.

Menjelaskan hasil tindakan: masalah teratasi, sebagian, belum atau muncul masalah baru.

Menjelaskan secara singkat dan jelas rencana kerja dan tindak lanjut asuhan (mandiri atau kolaborasi).

Memberi kesempatan anggota shift yang menerima operan untuk melakukan klarifikasi / bertanya tentang hal-hal atau tindakan yang kurang jelas.

Perawat yang menerima operan mencatat hal-hal penting pada buku catatan harian.

Melakukan prosedur 1-8 untuk pasien selanjutnya.

Perawat yang mengoperkan menyerahkan semua berkas catatan perawatan kepada tim yang akan menjalankan tugas berikutnya.

Pre Conference

PelaksanaanDilakukanTidak dilakukan

Kepala ruang / ketua tim memberi salam.

Jelaskan tujuan konferensi awal.

Memberikan pengarahan kepada anggota tim tentang rencana kegiatan / asuhan keperawatan pada shift pagi.

Melakukan pembagian tugas kepada tim

Memberikan kesempatan pada masing-masing ketua tim untuk menjelaskan pasien kelolaan, membagi tugas kepada anggota tim

Memberikan kesempatan kepada tim untuk mempresentasikan kasus special / pasien yang menjadi prioritas (Ex: kasus sulit / kompleks) meliputi: identitas, diagnose medis, diagnose keperawatan dan data yang menunjang, tindakan keperawatan yang akan dilakukan, tindakan keperawatan ynag sudah dilakukan dan hasilnya, rencana tindak lanjut, masalah yang dihadapi.

Memberikan kesempatan kepada tim yang lain untuk mendiskusikan / bertanya / menanggapi / memberikan masukan.

Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim

Karu memberikan kesimpulan dari diskusi yang telah dilakukan

Karu memberikan penekanan pada hal hal yang perlu diperhatikan (misal : proteksi diri, SOP)

Middle Conference

Tidak ada middle conference namun diganti dengan koordinasi dari perawat pelaksana kepada perawat primer.

Post Conference

PelaksanaanDilakukanTidak dilakukan

Kepala ruang / ketua tim memberi salam

Jelaskan tujuan konferensi akhir

Berikan kesempatan pada masing-masing ketua tim (mewakili anggota) untuk melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat ketergantungan) atau masing-masing anggota untuk melaporkan perkembangan masing-masing pasien kelolaan (sampai semua pasien dilaporkan) meliputi: identitas klien, diagnose medis, diagnose keperawatan dan data focus yang menunjang, tindakan keperawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya, rencana tindak lanjut, masalah yang dihadapi.

Berikan kesemapatan kepada tim yang lain untuk menanggapi / memberikan masukan

Karu / katim mencatat hasil diskusi / masukan anggota tim

Karu / katim memberikan kesimpulan

Jumlah Pasien dan Tingkat Ketergantungan Klien

Jumlah Pasien

= 46 orang

Ketergantungan Total

= 13 orang

Ketergantungan Partial = 19 orang

Ketergantungan Minimal= 14 orang

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

a) Kebutuhan jam perawatan

~ Perhitungan jam perawatan langsung

Total= 6 jam x 13 orang = 78 jam

Partial = 3 jam x 19 orang = 57 jam

Minimal= 2 jam x 14 orang = 28 jam +

163 jam ... (1)

~ Perhitungan jam perawatan tidak langsung

35 menit x 46 orang = 1610 menit = 26,83 = 27 jam (2)

~ Jam Penyuluhan

15 menit x 46 orang = 690 menit = 11,5 = 12 jam ... (3)

TOTAL JAM PERAWATAN = (1) + (2) + (3) = 163 + 27 + 12 = 202 jam

b) Kebutuhan Perawatan

~ Jumlah kebutuhan perawat 24 jam

Jumlah jam perawatan = 202 = 28,85 = 29 orang

Jam kerja perawat /hari 7

~ Pembagian perawat / shift

Pagi (P)

= 47% x 29 orang = 13,63= 14 orang

Sore (S)

= 35% x 29 orang = 10,15= 11 orang

Malam (M) = 17% x 29 orang = 4,93= 5 orang

Jadwal dinas perawat dan mahasiwa ruang 19 Senin, 28 Februari 2011

DinasJumlah PerawatJumlah Mahasiwa

Pagi1411

Sore43

Malam33

Kesimpulan:

Jumlah perawat yang berdinas pagi = cukup

Jumlah perawat yang berdinas sore = kurang

Jumlah perawat yang berdinas malam = kurang

- Perhitungan tenaga menurut Gillies

a. Jumlah hari tak kerja per tahun adalah:

(hari minggu dlm 1 th = 52 hr) + (cuti tahunan = 12 hr) + (hari besar dlm setahun = 10 hr) + cuti sakit & ijin = 12 hr) = 52 + 12 + 10 + 12 = 86 hari

b.Jumlah hari kerja efektif per tahun = 365 hari 86 hari = 279 hari

c. Jumlah tenaga yang diperlukan = 3 x 50 x 365 = 28,03 = 28 orang

279 x 7

d. Jumlah yang bertugas tiap hari = 50 x 3= 21,42 = 22 orang

7

e. Asumsi jumlah tenaga cuti hamil = 15 x 100% = 68,1 % = 68%

22

68 % x (22x(12x6) x 7 = 3,58 = 4 orang

279 x 7

f. Jumlah tenaga yang bebas tugas perhari = 86 x 22 = 6,78 = 7 orang

279

Untuk pembagian shift dapat menggunakan rumus dari calis dengan uraian sebagai berikut:

Shift pagi= 47% x 22 orang = 10,34 = 11 orang

Shift sore= 35% x 22 orang = 7,7 = 8 orang

Shift malam= 17% x 22 orang = 3,74 = 4 orang

Jadwal dinas perawat dan mahasiwa ruang 19 Senin, 28 Februari 2011

DinasJumlah PerawatJumlah Mahasiwa

Pagi1411

Sore43

Malam33

Kesimpulan:

Jumlah perawat yang berdinas pagi = kurang

Jumlah perawat yang berdinas sore = kurang

Jumlah perawat yang berdinas malam = kurang

3.6.2 Managemen Asuhan Keperawatan oleh Mahasiswa

Managemen asuhan keperawatan berikut dilakukan mahasiswa pada Selasa, 01 Maret 2011 sampai dengan Rabu, 02 Maret 2011.

Metode Penugasan dalam Asuhan Keperawatan

Mahasiswa menggunakan managemen asuhan keperawatan dengan nursing team method, sebagai berikut:

~ Selasa, 01 Maret 2011

~ Rabu, 02 Maret 2011

~ Kamis, 03 Maret 2011

Metode Penjadualan Staf

Penjadualan staf yang digunakan mahasiswa sama dengan ruangan yaitu rotating work shift, yaitu :

~ Selasa, 01 Maret 2011 : Pagi 13 orang, Sore 3 orang, Malam 3 orang

~ Rabu, 02 Maret 2011 : Pagi 13 orang, Sore 5 orang, Malam 3 orang

~ Kamis, 03 Maret 2011 : Pagi 13 orang, Sore 5 orang, Malam 3 orang

Pelaksanaan Operan dan Conference

Operan

~ Selasa, 01 Maret 2011: operan yang dilakukan mahasiswa hanya menyebutkan rencana tindak lanjut kolaborasi dengan tim medis, hanya beberapa pasien yang disebutkan rencana tindakan keperawatannya.

~ Rabu, 02 Maret 2011 : operan yang dilakukan mahasiswa sudah menyebutkan diagnose dan rencana tindakan keperawatan.

~ Kamis, 03 Maret 2011 : operan yang dilakukan mahasiswa sudah menyebutkan diagnose dan rencana tindakan keperawatan.

Pre Conference

~ Selasa, 01 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KARU belum membacakan kebutuhan perawat dan pembagian tugas hari tersebut serta rencana supervise yang akan dilakukan. Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM membacakan program medis pasien kelolaan dan belum membacakan diagnose dan rencana keperawatan.

~ Rabu, 02 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KARU sudah membacakan kebutuhan perawat dan pembagian tugas hari tersebut, tetapi belum mengumumkan rencana supervise yang akan dilakukan. Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM sudah membacakan diagnose dan rencana keperawatan serta program kolaborasi yang direncanakan.

~ Kamis, 03 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KARU sudah membacakan kebutuhan perawat dan pembagian tugas hari tersebut serta mengumumkan rencana supervise yang akan dilakukan. Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM sudah membacakan diagnose dan rencana keperawatan serta program kolaborasi yang direncanakan.

Middle Conference

~ Selasa, 01 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana kepada mahasiswa yang berperan sebagai KARU.

~ Rabu, 02 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana kepada mahasiswa yang berperan sebagai KARU.

~ Kamis, 03 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai perawat pelaksana melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan kepada mahasiswa yang berperan sebagai KATIM.

Post Conference

~ Selasa, 01 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana dan rencana program selanjutnya kepada mahasiswa yang berperan sebagai KARU namun belum menyebutkan diagnose keperawatan dari masing-masing pasien kelolaan.

~ Rabu, 02 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana dan rencana program selanjutnya kepada mahasiswa yang berperan sebagai KARU dan sudah menyebutkan diagnose keperawatan dari masing-masing pasien kelolaan.

~ Kamis, 03 Maret 2011 : Mahasiswa yang berperan sebagai KATIM melaporkan tindakan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana dan rencana program selanjutnya kepada mahasiswa yang berperan sebagai KARU dan sudah menyebutkan diagnose keperawatan dari masing-masing pasien kelolaan.

Jumlah Pasien dan Tingkat Ketergantungan Klien

~ Selasa, 01 Maret 2011

Jumlah Pasien

= 26 orang

Ketergantungan Total

= 6 orang

Ketergantungan Partial= 10 orang

Ketergantungan Mandiri= 10 orang

~ Rabu, 02 Maret 2011

Jumlah Pasien

= 25 orang

Ketergantungan Total

= 5 orang

Ketergantungan Partial= 9 orang

Ketergantungan Mandiri= 11 orang

~ Kamis, 03 Maret 2011

Jumlah Pasien

= 27 orang

Ketergantungan Total

= 3 orang

Ketergantungan Partial= 14 orang

Ketergantungan Mandiri= 10 orang

~ Rata rata

Jumlah Pasien

= 26 + 25 + 27 / 3 = 26 orang

Ketergantungan Total

= 6 + 5 + 3 / 3 = 4.66 = 5 orang

Ketergantungan Partial= 10 + 9 + 14 / 3 = 11 orang

Ketergantungan Mandiri= 10 + 11 + 10 / 3 = 10,3 = 11 orang

Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan

~ Selasa, 01 Maret 2011

a. Kebutuhan jam perawatan

~ Perhitungan jam perawatan langsung

Total= 6 jam x 6 orang = 36 jam

Partial = 3 jam x 10 orang = 30 jam

Minimal= 2 jam x 10 orang = 20 jam +

86 jam ... (1)

~ Perhitungan jam perawatan tidak langsung

35 menit x 26 orang = 910 menit = 15,1 = 15 jam (2)

~ Jam Penyuluhan

15 menit x 26 orang = 390 menit = 6,5 = 7 jam ... (3)

TOTAL JAM PERAWATAN = (1) + (2) + (3) = 86 + 15 + 7 = 108 jam

b. Kebutuhan Perawatan

~ Jumlah kebutuhan perawat 24 jam

Jumlah jam perawatan = 108 = 15,42 = 16 orang

Jam kerja perawat /hari 7

~ Pembagian perawat / shift

Pagi (P)

= 47% x 16 orang = 7,52= 8 orang

Sore (S)

= 35% x 16 orang = 5,6= 6 orang

Malam (M) = 17% x 16 orang = 2,72= 3 orang

Jadwal dinas perawat dan mahasiswa

DinasJumlah Perawat Jumlah Mahasiswa

Pagi76

Sore21

Malam21

Kesimpulan:

Jumlah perawat yang berdinas pagi = kurang

Jumlah perawat yang berdinas sore = kurang

Jumlah perawat yang berdinas malam= kurang

~ Rabu, 02 Maret 2011

a. Kebutuhan jam perawatan

~ Perhitungan jam perawatan langsung

Total= 6 jam x 5 orang = 30 jam

Partial = 3 jam x 9 orang = 27 jam

Minimal= 2 jam x 11 orang = 22 jam +

79 jam ... (1)

~ Perhitungan jam perawatan tidak langsung

35 menit x 25 orang = 875 menit = 14,5 = 15 jam (2)

~ Jam Penyuluhan

15 menit x 25 orang = 375 menit = 6,25 = 7 jam ... (3)

TOTAL JAM PERAWATAN = (1) + (2) + (3) = 79 + 15 + 7 = 101 jam

b. Kebutuhan Perawatan

~ Jumlah kebutuhan perawat 24 jam

Jumlah jam perawatan = 101 = 14,4 = 15 orang

Jam kerja perawat /hari 7

~ Pembagian perawat / shift

Pagi (P)

= 47% x 15 orang = 7,05= 7 orang

Sore (S)

= 35% x 15 orang = 5,25= 6 orang

Malam (M) = 17% x 15 orang = 2,25= 3 orang

Jadwal dinas perawat dan mahasiwa

DinasJumlah Perawat Jumlah Mahasiswa

Pagi76

Sore22

Malam21

Kesimpulan:

Jumlah perawat yang berdinas pagi = cukup

Jumlah perawat yang berdinas sore = kurang

Jumlah perawat yang berdinas malam = kurang

~ Kamis, 02 Maret 2011

a. Kebutuhan jam perawatan

~ Perhitungan jam perawatan langsung

Total= 6 jam x 3 orang = 18 jam

Partial = 3 jam x 14 orang = 42 jam

Minimal= 2 jam x 10 orang = 20 jam +

80 jam ... (1)

~ Perhitungan jam perawatan tidak langsung

35 menit x 27 orang = 945 menit = 15,75 = 16 jam (2)

~ Jam Penyuluhan

15 menit x 27 orang = 405 menit = 6,75 = 7 jam ... (3)

TOTAL JAM PERAWATAN = (1) + (2) + (3) = 80 + 16 + 7 = 103 jam

b. Kebutuhan Perawatan

~ Jumlah kebutuhan perawat 24 jam

Jumlah jam perawatan = 103 = 14,71 = 15 orang

Jam kerja perawat /hari 7

~ Pembagian perawat / shift

Pagi (P)

= 47% x 15 orang = 7,05= 7 orang

Sore (S)

= 35% x 15 orang = 5,25= 6 orang

Malam (M) = 17% x 15 orang = 2,25= 3 orang

Jadwal dinas perawat dan mahasiwa

DinasJumlah Perawat Jumlah Mahasiswa

Pagi65

Sore32

Malam21

Kesimpulan:

Jumlah tenaga yang berdinas pagi = kurang

Jumlah tenaga yang berdinas sore = kurang

Jumlah tenaga yang berdinas malam = kurang

~ Rata- rata

Jumlah perawat yang berdinas baik pagi, sore, maupun malam kurang dari perhitungan perawat secara ideal berdasar kebutuhan pasien.

Supervisi Kepala Ruang

~ Selasa, 01 Maret 2011 : Supervisi memandikan pasien ( 1 0rang ( 75 % tercapai

~ Rabu, 02 Maret 2011 : Supervisi melepas kateter ( 1 orang ( 80% tercapai

~ Kamis, 03 Maret 2011 : Supervisi rawat luka ( 2 orang ( tercapai 70 %, tercapai 75 %

Evaluasi Tingkat Kepuasan Klien

Dari analisa data angket tingkat kepuasan klien yang dibagikan pada 24 pasien.

~ Sangat Puas

: 1,92 %

~ Puas

: 71,44 %

~ Tidak Puas

: 26,4 %

~ Sangat Tidak Puas: 0,24 %

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada ruang 19 RSSA dianalisa menggunakan analisa SWOT yaitu meliputi Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan Threatness (Ancaman).

Masalah : Managemen Logistik

KekuatanKelemahanPeluangAncaman

1. Terdapat sterelisasi sentral untuk handscon

2. Terdapat 4 tenaga perkarya yang bertanggung jawab untuk alat-alat yang perlu disterilkan termasuk handscon

3. Terdapat 7 set alat rawat luka

4. Terdapat 1 wastafel untuk cuci tangan di ruangan

5. Terdapat gambar panduan cuci tangan di dekat wastafel

6. Terdapat 5 tensimeter

7. Mahasiswa ditugaskan untuk membawa nurse kit masing - masing 1. Tidak terdapat alat sterelisasi di ruangan

2. Kurangnya kesadaran perawat untuk mencuci tangan 7 langkah

3. Persediaan sabun cuci tangan cair kurang mencukupi sehingga harus menggunakan sabun cuci tangan batang

4. Terdapat 1 stetoskop dan 3 termometer raksa

5. Usulan pengadaan barang sulit

1. Adanya kesempatan untuk pengusulan pengadaan barang ke bagian sarana dan pra sarana RS jika ruangan memang membutuhkan.

2. Terdapat 10 mahasiswa praktek klinik KMB dan 4 orang mahasiswa praktek klinik managemen.

1. Memicu timbulnya infeksi nosokomial jika prosedur aseptic tidak dilakukan

2. Observasi TTV kurang akurat dan efisien waktu.

Masalah : Managemen asuhan keperawatan

1. Ruangan mempunyai struktur organisasi yang jelas

2. Operan dan conference sudah dilakukan di ruangan

3. Ruangan menggunakan metode pemberian asuhan keperawatan primary nursing

4. RS merupakan RS type A yang merupakan RS pendidikan dan penelitian1. Belum optimalnya pelaksanaan operan an conference, yaitu pada saat operan dan conference jarang sekali menyebutkan diagnose dan tindakan keperawatannya, hanya menyebutkan tindakan kolaborasi saja.

2. Belum dioptimalkan pemanfaatan waktu luang untuk dipergunakan sebagai sarana diskusi tentang masalah keperawatan1. Terdapat 2 perawat dengan pendidikan S1, 20 dengan pendidikan D3, dan 2 orang dengan pendidikan SPK.

2. Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan pada program D III kelas khusus, D IV dan S1 keperawatan apabila memenuhi persyaratan.

1. Informasi tentang pasien tidak disampaikan secara operasional operan dan conference keperawatan yang benar

2. Metode asuhan keperawatan secara profesional kurang bisa dicapai.

Masalah: Managemen SDM

1. Terdapat 2 perawat dengan pendidikan S1, 20 dengan pendidikan D3, dan 2 orang dengan pendidikan SPK.

2. Terdapat 10 mahasiswa praktek klinik KMB dan 4 orang mahasiswa praktek klinik managemen.

3. Karakteristik pasaien yang dirawta adalah pasien dengan kasus orthopedy, digestif, urologi, neurologi, dan onkologi.

4. Tersedianya ruangan perawat1. Tenaga perawatan tidak sebanding dengan jumlah pasien yaitu 50 orang.

2. Belum idealnya tenaga keperawatan sesuai kualifikasi standart professional.

3. Belum dilaksanakannya secara optimal tentang tugas dan tanggung jawab dari tenaga keperawatan sesuai dengan konsep yang ada, misalnya tugas Karu, WaKaru, perawat pelaksana

5. Banyaknya sarana pra sarana yang kurang memadai

1. Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan pada program D III kelas khusus, D IV dan S1 keperawatan apabila memenuhi persyaratan.

2. Adanya program pelatihan /seminar.

3. Adanya mahasiswa D III keperawatan yang berpraktek di bagian manajemen keperawatan

4. Adanya beberapa mahasiswa yang praktek di bagian medikal bedah.

5. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dan perawat di ruangan.

6. Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi keperawatan.

7. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat.

1. Tindakan asuhan keperawatan kepada pasien kurang maksimal.

2. Tuntutan dari pasien utnuk pelayanan keperawatan yang maksimal.

Managemen ruangan

1. Terdapat visi misi RSSA tahun 2010 yang menjadi acuan

2. Terdapat struktur organisasi di ruangan

3. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah di ruangan dilakukan oleh Karu secara demokrasi.

1. Tidak terdapat visi misi di ruangan

2. Belum tercapainya metode asuhan keperawatan secara profesional1. Adanya program pelatihan dan seminar untuk perawat

2. Adanya coordinator sasaran mutu1. Tidak ada acuan untuk pencapaian tujuan ruangan terutama pada bidang asuhan keperawatan.

2. Tuntutan dari masayarakat unutk pelayanan yang optimal.

3. Daya saing antar RS dan persaingan perawat asing semakin kuat.

4.2 Penentuan Prioritas Masalah

No.MasalahKeuntungan bila diatasiKerugian bila tidak diatasi

1.Manajemen logistik kurang memadai.Akan meminimalisi resiko terjadinya infeksi nosokomial yang akan terjadi.Resiko terjadinya infeksi nosokomial akan terjadi.

2.Manajemen asuhan keperawatan kurang sesuaiProfesionalisme pemberian asuhan keperawatan akan tercapai.Profesionalisme pemberian asuhan keperawatan kurang tercapai.

3.Managemen SDM tidak mencukupiAsuhan keperawatan yang diberikan pada klien lebih maksimal, karena jumlah perawat yang bertugas sesuai dengan kebutuhan klien.Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien tidak maksimal, karena jumlah perawat yang bertugas sesuai dengan kebutuhan klien.

4.Managemen ruangan kurang sesuaiOrganisasi ruangan mempunyai tujuan dan cara mencapai tujuan yang bisa dicapai oleh setiap anggota khususnya, dan ruangan pada umumnya.Organisasi ruangan tidak mempunyai tujuan dan cara mencapai tujuan yang bisa dicapai oleh setiap anggota khususnya, dan ruangan pada umumnya.

4.3 Alternatif Penyelesaian Masalah

Masalah: Managemen logistic kurang memadai

Alternatif Penyelesaian:

1. Pada saat pre conference, KARU mahasiswa menjelaskan:

Penggunaan APD yang benar dalam bekerja. Terutama penggunaan handscon bersih dan steril untuk rawat luka, terutama luka bedah. Set alat rawat luka digunakan sesuai kebutuhan pasien, yaitu 1 set rawat luka untuk satu pasien. Untuk mengendalikan hal ini setiap KATIM harap mengecek jumlah set rawat luka dengan teliti. Cuci tangan dengan teknik yang benar yaitu 7 langkah sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan ketika melakukan tindakan pada klien lain.2. Mensosialisasikan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah kontak dengan pasien kepada keluarga dan pengunjung.3. Menyediakan tempat cuci tangan / cairan antiseptic untuk keluarga dan pengunjung.4. Mengusulkan pengadaan tambahan alat TTV terutama stetoskop dan thermometer raksa bisa ditambah dengan thermometer digital.

5. Mendisiplinkan setiap mahasiswa untuk membawa nursing kit.

E. Pemilihan Alternatif

Alternatif Solusi

(Penyelesaian)Keuntungan AlternatifKerugian Alternatif

Pada saat pre conference, KARU mahasiswa menjelaskan:

Penggunaan APD yang benar dalam bekerja. Terutama penggunaan handscon bersih dan steril untuk rawat luka, terutama luka bedah. Set alat rawat luka digunakan sesuai kebutuhan pasien, yaitu 1 set rawat luka untuk satu pasien. Untuk mengendalikan hal ini setiap KATIM harap mengecek jumlah set rawat luka dengan teliti. Cuci tangan dengan teknik yang benar yaitu 7 langkah sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan ketika melakukan tindakan pada klien lain. Memberikan gambar cuci tangan yang benar diatas wastafelInfeksi nosokomial bisa dikendalikanInfeksi nosokomial kurang bisa dikendalikan

Mendisiplinkan setiap mahasiswa untuk membawa nursing kit.

Observasi TTV klien bisa cepat, lengkap, dan akurat.Observasi TTV klien kurang bisa cepat, lengkap, dan akurat.

F. Evaluasi

Setelah mahasiswa melakukan alterative solusi penyelesaian masalah, evaluasinya adalah sebagai berikut:

Alternatif 1 :

1. Perawat dan mahasiswa yang melakukan rawat luka masih menggunakan 1 handscon steril saja.

2. Perawat dan mahasiswa sudah menggunakan 1 set alat rawat luka untuk merawat luka 1 pasien.

3. Perawat dan mahasiswa masih sering lupa untuk cuci tangan sebelum melakukan tindakan ke pasien. Adapun cuci tangan 7 langkah setelah melakukan tindakan sudah berjalan cukup baik.

Alternatif 2 :

1. TTV klien sudah berjalan cukup cepat, lengkap, dan akurat.BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada dasarnya Ruang 19 sudah mempunyai managemen ruangan yang baik untuk mencegah infeksi nosokomial. Namun, sarana dan pra sarana di ruangan kurang memadai sehingga pelaksanaanya kurang maksimal. Adapun untuk managemen asuhan keperawatan sudah berjalan cukup baik, namun ada beberapa yang seharusnya diperbaiki saat conference dan operan.

Managemen asuhan keperawatan yang diperankan oleh mahasiswa setiap harinya sudah mengalami peningkatan sesuai job description yang benar setelah melalui bimbingan dari ruangan.

Koordinasi mahasiswa dan ruangan dalam managemen asuhan keperawatan sudah berjalan cukup baik, terbukti dengan adanya timbal balik yang baik antara keduanya. Yaitu mahasiswa dipercaya ikut mengelola pasien secara mandiri, dan ruangan mau menerima saran dari mahasiswa tentang potret managemen diruangan pada umumnya dan asuhan keperawatan pada khususnya.

5.2 Saran

Ruang 19 seharusnya memperbaiki managemen ruangan dan asuhan keperawatannya, seperti pengadaan visi & misi bidang keperawatan dan perbaikan komunikasi dalam operan dan conference demi tercapainya asuhan keperawatan yang profesional.

Ruang 19 seharusnya mengusulkan pengadaan antiseptic atau kran untuk cuci tangan bagi keluarga dan pengunjung pasien untuk mencegah infeksi dari luar ruangan.

Mahasiswa yang menjalankan praktek klinik managemen keperawatan di Ruang 19 seharusnya lebih bisa mengerti dan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan program secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Model Asuhan Keperawatan Profesional, diakses dari http://nursingbegin.com/konsep-model-asuhan-keperawatan-profesional/ 03 Maret 2011.

Anonim, 2010. Managemen Keperawatan, diakses dari http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/manajemen-keperawatan/ 03 Maret 2011.

Budiyono H.A Pengantar Manajemen Edisi Kedua cetak kedua Penerbit Graha Ilmu. Th. 2004

Gitosudarmo I. cs Perilaku Keorganisasian Edisi Pertama Penerbit. BPFE-Yogyakarta cetak kedua th. 2000

Hariyati, R.T.S. (2003), Buku Panduan Kerja: Praktik Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Mahasiswa S1 Keperawatan dan Manajer Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Huston, C.J. (2000). Leadership Roles and Management Function in Nursing: Theory and Application. (third edition). Philadelphia: Lippincott.

La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998). Kepemimpinan dan

Manajemen Bidang Keperawatan. Pusat Pengembangan keperawatan Carolus. Jakarta

Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta

Sahar, J. (2004). Perencanaan Kebutuhan Tenaga di Unit Pelayanan Keperawatan. Bahan Kuliah Jakarta: tidak Dipublikasikan.

Sitorus, R & Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit: Penataan Struktur dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. Jakarta: EGC.

Subagya. M. S. ( 1994 ). Manajemen Logistik cetakan keempat Jakarta : PT Gunung AgungSwanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta

Perencanaan

Penghapusan

Penganggaran

Penyimpanan

Pendistribusian

Pengendalian (control)

Pengadaan

KARU

Perawat Primer 1

(Barat)

Perawat Primer 2

(Timur)

Perawat Pelaksana Pagi = 5 orang

Sore = 2 orang

Malam = 1 orang

Perawat Pelaksana

Pagi = 6 orang

Sore = 2 orang

Malam = 2 orang

Pasien = 22 orang

Pasien = 24 orang

KARU

(Yoyok I)

Ketua Tim A

(Reny Tri F)

(Barat Bed 12 - 24)

Ketua Tim B

(Clara Agustina)

(Timur Bed 25 - 39)

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 6 orang

Sore = 2 orang

Malam = 2 orang

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 7 orang

Sore = 1 orang

Malam = 1 orang

Pasien = 12 orang

Pasien = 14 orang

KARU

(Agung Cahya P)

Ketua Tim A

(Reny Tri F)

(Barat Bed 12 - 24)

Ketua Tim B

(Clara Agustina)

(Timur Bed 25 - 39)

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 7 orang

Sore = 2 orang

Malam = 2 orang

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 6 orang

Sore = 3 orang

Malam = 1 orang

Pasien = 12 orang

Pasien = 13 orang

KARU

(Clara Agustina)

Ketua Tim A

(Agung Cahya P)

(Barat Bed 12 - 24)

Ketua Tim B

(Yoyok Irwahyudi)

(Timur Bed 25 - 39)

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 5 orang

Sore = 3 orang

Malam = 1 orang

Perawat & Mahasiswa Pelaksana

Pagi = 6 orang

Sore = 2 orang

Malam = 2 orang

Pasien = 13 orang

Pasien = 11 orang

32