LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I.doc
-
Upload
tri-desiana -
Category
Documents
-
view
203 -
download
13
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I.doc
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS/KOMPETENSI
1. Melakukan manipulasi gipsum plaster dengan tepat.
2. Melakukan initial setting time dengan tepat berdasarkan variasi perubahan rasio W:P.
3. Mengukur final setting time dengan tepat berdasarkan rasio W:P.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT
a. Mangkuk karet dan spatula
Gambar 1. Mangkuk karet dan spatula
b. Gelas ukur
Gambar 2. Gelas ukur
c. Stopwatch
Gambar 3. Stopwatch
1
d. Timbangan analitik
Gambar 4. Timbangan analitik
e. Cetakan bentuk cincin
Gambar 5. Cetakan bentuk cincin
f. Vibrator
Gambar 6. Vibrator
g. Lempeng kaca
Gambar 7. Lempeng kaca
2
h. Jarum Gillmore
Gambar 8. Jarum Gillmore
i. Termometer digital
Gambar 9. Termometer digital
j. Kertas tisu
Gambar 10. Kertas tisu
3
2.2 BAHAN
a. Gipsum Plaster
Gambar 11. Bubuk gipsum plaster
b. Air PAM
Gambar 12. Air PAM
c. Vaselin
Gambar 13. Vaselin
4
III. CARA KERJA
3.1 Pencampuran Gipsum
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum terlebih dahulu.
b. Menimbang bubuk gipsum plaster sebanyak 50 gram. Mengambil Air PAM sebanyak 30
ml.
Gambar 14. Saat menimbang gipsum
c. Mengukur air PAM sebanyak 30 ml , lalu memasukkan air ke dalam mangkuk karet
terlebih dahulu, kemudian memasukkan bubuk gipsum sedikit demi sedikit ke dalam
mangkuk karet dan membiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara. Pada saat mulai pencampuran antara gipsum dan air , harus menyalakan
stopwatch, pada saat itu mulai menghitung awal setting time.
Gambar 15.a. Mencampur bubuk gipsum dengan air
15.b. Membiarkan gipsum yang tercampur selama 30 detik
d. Mengaduk gipsum dan air sampai homogen menggunakan spatula dengan gerakan
memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu juga memutar mangkuk karet
secara perlahan-lahan. Kemudian meletakkan mangkuk karet diatas vibrator dengan
kecepatan rendah selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara.
5
Gambar 16. Saat mangkuk karet diletakkan di atas vibrator
e. Mengolesi cetakan cincin dengan vaselin, kemudian menuangkan adonan gipsum ke dalam
cetakan diatas vibrator yang sudah dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk
menghilangkan udara yang terjebak, kemudian meratakan permukaaan cetakan.
3.2 Pengukuran pengerasan awal (initial setting)
a. Menyalakan stopwatch dan memulai mengukur pada saat menuangkan adonan ke dalam
cetakan. Meletakkan cetakan di bawah jarum Gillmore dengan berat beban ¼ pound dengan
penampang jarum 1/12 inch. Kemudian, menusuk permukaan adonan gipsum dengan gerakan
cepat dan mengangkat jarum kembali, kemudian membersihkan ujung jarum dengan tissue.
Gambar 17. Menusuk permukaan cetakan dengan jarum Gillmore untuk menentukan
initial setting
b. Mengulangi penusukan pada permukaan adonan setiap 30 detik, sambil memutar cetakan
untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda.
6
c. Mengulangi penusukan pada permukaan adonan secara terus menerus hingga jarum tidak
dapat menusuk permukaan adonan gipsum, pada saat jarum tidak bisa menusuk permukaan
adonan maka harus mematikan stopwatch dan mencatat waktu initial setting.
3.3 Pengukuran pengerasan Akhir (final setting)
a. Setelah jarum Gillmore dengan ukuran 1/12 inch tidak dapat menusuk permukaan adonan
gipsum lagi, maka harus memindahkan cetakan gipsum dibawah jarum Gillmore yang
berukuran 1/24 inch dengan beban 1 pound.
b. Menyalakan stopwatch pada saat menusuk permukaan adonan gipsum dengan cara seperti
pada pengukuran initial setting sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan
gipsum. Pada saat jarum tidak bisa menusuk permukaan adonan gipsum, maka harus
mematikan stopwatch dan mencatat waktunya.
Gambar 18. Menusuk permukaan adonan gipsum dengan jarum Gillmore dengan
ukuran 1/24 inch untuk menentukan final setting
Gambar 19. Hasil akhir
7
Catatan :
1. Percobaan di atas dengan rasio bubuk gipsum sebanyak 40 gram dan 30 ml air.
2. Percobaan diatas diulangi dengan rasio gipsum sebanyak 50 gram dan 35 ml air.
3. Mencatat hasil praktikum dan menghitung hasil akhir.
IV. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Initial Setting dan Final Setting Kelompok A1a
No. Percobaan Jumlah Pengadukan
per menit
Initial Setting Final
Setting
Suhu Total Waktu
Pengerasan
1.
W/P Rasio 102 10 menit 2 menit 30
detik 28OC 17 menit 50 detik30ml/50gr
Jumlah Tusukan 20 tusukan 5 tusukan
2.
W/P Rasio 113 13 menit 30
detik
4 menit 30
detik 28OC 22 menit 20 detik30ml/40gr
Jumlah Tusukan 27 tusukan 9 tusukan
3.
W/P Rasio 100 15 menit 30
detik
5 menit
28OC 25 menit 50 detik35ml/50gr
Jumlah Tusukan 31 tusukan 10 tusukan
Keterangan :
1. Total Waktu Pengerasan 30ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik +10 menit+ 2 menit 30
detik =17 menit 50 detik
2. Total Waktu Pengerasan 30ml/40gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik+ 13 menit 30 detik + 4
menit 30 detik = 22 menit 20 detik
3. Total Waktu Pengerasan 35ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Setting= 30 detik + 1 menit + 3 menit 50 detik+ 15 menit 30 detik + 5
menit = 25 menit 50 detik.
8
Tabel Hasil Pengamatan menunjukkan gipsum dengan W/P rasio 30/50gr memiliki
initial setting time 10 menit, sedangkan final setting time 2 menit 30 detik. Pada gipsum
dengan W/P rasio 30/40gr memiliki initial setting time 13 menit 30 detik, sedangkan final
setting time 4 menit 30 detik. Untuk W/P rasio 35/50gr memiliki initial setting time 15 menit
30 detik, sedangkan final setting time 5 menit. Sehingga untuk mencapai waktu pengerasan,
dapat dijumlahkan melalui waktu mencampur air dan gipsum ditambah dengan pengerasan
awal dan pengerasan akhir.
Tabel 2. Initial Setting dan Final Setting Kelompok A1b
No. Percobaan Jumlah
Pengadukan
Initial Setting Final Setting Suhu Mixing Time
1.
W/P Rasio 94 8 menit 13 menit 10 detik
28OC 23 menit 10 detik30ml/50gr
Jumlah Tusukan 19 tusukan 16 tusukan
2.
W/P Rasio 115 11 menit 5
detik
7 menit
28OC 20 menit 5 detik30ml/40gr
Jumlah Tusukan 23 tusukan 14 tusukan
3.
W/P Rasio 122 12 menit 8
detik
8 menit 8 detik
28OC 22 menit 16 detik35ml/50gr
Jumlah Tusukan 22 tusukan 13 tusukan
9
Keterangan :
1. Total Waktu Pengerasan 30ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 8 menit + 13 menit 10
detik = 23 menit 10 detik
2. Total Waktu Pengerasan 30ml/40gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Setting = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 11 menit 5 detik + 7
menit = 20 menit 5 detik
3. Total Waktu Pengerasan 35ml/50gr : Waktu mencampur + Pengadukan + Vibrator +
Initial setting + Final Settin g = 30 detik + 1 menit + 30 detik + 12 menit 8 detik + 8
menit 8 detik = 22 menit 16 detik
10
V. PEMBAHASAN
5.1 Latar Belakang
Gipsum adalah mineral yang dihasilkan secara alami di pegunungan, berupa bubuk putih,
dengan rumus kimia CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat). Dihidrat murni biasanya
memiliki kandungan kimia (dalam bentuk oksida), seperti CaO 32,5%, SO3 46,6%, dan H2O
20,9%. Gipsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga
mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu bahan yang
sering digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar/komposisi utama
pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan
dan diolah hingga menjadi bubuk gips. (Singh, 2006)
Pembuatan produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan hasil
pengapuran sulfat dihidrat atau gipsum sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat. Secara
umum, mineral gipsum dihaluskan dan dipanaskan dengan temperatur 110-120oC untuk
mengeluarkan air. Ketika temperatur semakin ditingkatkan, sisa air dari kristalisasi
dikeluarkan dan terbentuk produk seperti yang diinginkan. Material ini secara luas digunakan
untuk membuat model, casts, dan dies dari kristalisasi.( McCabe dan Walls 2008, hal.32)
Produk gipsum dalam kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga
mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Saat ini penggunaan gipsum dalam
kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan dalam pembuatan
model gigi tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu
untuk membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gipsum ini harus
mempunyai kekuatan tekan yang kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan.
Banyaknya pengunaan gips dalam bidang kedokteran gigi, maka perlu untuk mengetahui
segala aspek dalam gips terutama sifat-sifatnya sehingga akan memudahkan dalam
memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Untuk lebih
memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan memperlihatkan cara
manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat-sifatnya terhadap hasil manipulasi.
Berdasarkan standar ISO, dental gypsum dapat diklasifukasikan menjadi lima tipe
yaitu sebagai berikut :
11
Tabel 3 : Type Gipsum
Type Name
Type 1 Dental plaster, impression.
Type 2 Dental plaster, model.
Type 3 Dental stone, die , model.
Type 4 Dental stone, die, high strength, low expansion.
Type 5 Dental stone, die, high strengh , high expansion.
Sumber : McCabe and Walls, 2008, Hal. 32
Pada praktikum ini yang digunakan adalah gipsum type 2 yaitu dental plaster.
Dental plaster atau plaster laboratorium tipe II digunakan untuk mengisi kuvet dalam
pembuatan protesa. Pada saat ekspansi pengerasan cukup, sesuai batasan yang disebutkan
dalam spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, sehingga terlihat kontras
dengan stone yang umumnya berwarna. (Annusavice, 2004. Hal. 169)
Manipulasi dari gipsum dilakukan dengan melakukan pencampuran bubuk dari
gipsum ini dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi. Proses spatulasi
memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion. (Craig’s, 2008. Hal.395-396)
Gipsum memiliki waktu setting. Proses setting dimulai tepat setelah air dan bubuk
selesaimdicampur. Tahap pertama dalam proses setting adalah bersatunya air dengan
hemihidrat. Hemihidrat yang telah larut secara cepat berubah menjadi dihidrat yang
mempunyai kelarutan lebih rendah. Kelarutan yang telah melebihi batas menyebabkan
larutan memadat. Proses terus berlanjut sampaiseluruh hemihidrat berubah menjadi dihidrat.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrat dengan reaksi sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O → 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi eksotermik, dimana reaksi ini
menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi :
1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk kalsium sulfat
dihidrat.
2. Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahan yang kaku tetapi tidak
keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas masih
berlangsung (Initial Setting).
3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (Final Setting)
12
Setting time dapat diidentifikasi melalui dua tahap. Tahap pertama, dimana material
berkembang menjadi padat namun lemah,dan flow kurang. Tahap ini dikenal sebagai tahap
initial setting. Saat material telah mempunyai kekuatan dan kekerasan yang cukup
untuk dilakukan pengerjaan, tahap ini disebut final setting. Ciri-ciri tahap setting dari gipsum
dapat diukur dengan menggunakan tekanan dari jarum Gillmore. Jarum yang lebih berat
memiliki diameter ujung yang lebih kecil sehingga menghasilkan gaya tekan yang lebih
besar. Initial setting dapat didefinisikan saat gipsum dapat menyangga jarum yang ringan.
( McCabe dan Walls 2008, hal.34-35)
Gambar 16.Jarum Gillmore
Menurut teori, setting time gipsum dapat dikontrol dengan beberapa cara yakni
pengaturan water–powder (W/P) rasio, pengaturan suhu air yang akan dipakai serta suhu
ruangan. Penambahan W/P rasio memperlambat setting dengan mengurangi konsentrasi dari
pengkristalan nucleus ( McCabe dan Walls2008, hal 37).
Jumlah air dan hemihidrat yang digunakan secara akurat diukur melalui berat. Rasio
penggunaan air dan hemihidrat disebut dengan W/P rasio. W/P rasio adalah faktor yang
penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari hasil final produk gipsum, sebagai
contoh apabila W/P rasio bertambah maka setting time bertambah, kekuatan dari gipsum
menurun, serta setting expansion menurun ( Annusavice 2003, hal 261 ).
13
Proses pengadukan atau disebut spatulation juga memiliki pengaruh pada setting time
dan setting expansion suatu material. Peningkatan jumlah pengadukan (baik kecepatan atau
lama waktu pengadukan maupun keduanya) akan memperpendek setting time. (Craig dan
Powers 2002, hal. 395-396)
Saat bubuk dimasukkan ke dalam air, reaksi kimia dimulai dan kalsium sulfat dihidrat
mulai terbentuk. Saat pengadukan, kalsiumsulfat dihidrat baru yang terbentuk memecahkan
kristal kecil dan memulai nukleasi baru disekitar kalsium sulfat dihidrat yang dapat
diendapkan. Penambahan jumlah pengadukan menyebabkan nukleasi terbentuk dan perubahan
kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat membutuhkan waktu yang lebihsedikit. (Craig dan
Powers 2002,hal.395-396 )
Saat gipsum dicampur dengan air, pencampuran harus dilakukan dengan benar untuk
mendapatkan campuran yang halus. Air dituangkan ke dalam mangkuk pencampuran yang
memiliki desain dan ukuran yang sesuai. Serbuk ditambahkan dan dibiarkan di dalam air
selama sekitar 30 detik. Teknik ini akan mengurangi jumlah udara yang masuk ke dalam
campuran selama pengadukan awal. (Craig and Powers, 2002 hal.404)
Serbuk diaduk selama kurang lebih 1menit dengan menggunakan spatula, selanjutnya
dilakukan pengadukan bersama vibrator selama 20 sampai 30 detik. (Annusavice 2003
hal.277)
5.2 Analisis dan Implikasi
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil menunjukkan bahwa perbedaanW/P rasio
memiliki pengaruh padasetting time. Percobaan ini dilakukan dalamsuhu air dan suhu ruang
yang sama dengan mengganti-ganti W/P (water / powder) 10rasio. Jumlah pengadukan yang
dianjurkan dalam praktikum ini adalah 120putaran/menit, akan tetapi pada hasil jumlah
pengadukanyang kelompok kami kerjakan hasilnya berbeda-beda pada kecepatan mengaduk
dan banyaknya mengaduk.
Setting time terdiri dari 2 tahap yaitu, tahap initial setting dan tahap final setting. Pada
tabel hasil pengamatan didapatkan bahan gipsum dengan perbandingan W/P sejumlah 30
ml/ 50 gr membutuhkan waktu 15 menit 20 detik untuk inital setting dan 17 menit 50
untuk final setting. Pada percobaan kedua 40 gram/30ml membutuhkan waktu 17 menit
21 detik untuk initial setting dan 21 menit 50 detik untuk final setting. Dan pada
percobaan ketiga 50 gr/35ml initial setting membutuhkan waktu 19 menit 5 detik dan
final setting 24 menit 5 detik. Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa
14
semakin tinggi perbandingan W/P rasio, semakin panjang setting time, dengan kata lain
semakin tinggi kadar air dalam campuran gipsum lama waktu yang diperlukan untuk setting
time semakin panjang. Terlihat pada percobaan kedua yang perbandingan airnya lebih banyak
maka setting time lebih panjang daripada dua percobaan lainnya yang memiliki perbandingan
air lebih sedikit. Perbedaan setting time disebabkan perbedaan W/P rasio ini kecepatan
tumbukan antar partikel gipsum pada tiap percobaan berbeda. Semakin sedikit jumlah rasio
bubuk dalam adonan, kecepatan tumbukan antar partikel akan semakin lambat. Kecepatan
tumbukan akan berpengaruh pada energi yang dihasilkan. Energi itulah yang digunakanuntuk
melakukan reaksi setting. Semakin sedikit energi yang dihasilkan, reaksi yang terjadi akan
semakin lambat, hingga akhirnya setting time yang dihasilkan semakin lambat.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi setting time, yaitu:
1. W/p ratio dari campuran
Jika bubuk yang digunakan dalam campuran melebihi aturan yang dianjurkan dalam
hal ini campuran akan menjadi lebih kental. Apabila bubuk yang digunakan lebih banyak,
maka kristal dihidrat yang terbentuk akan lebih cepat terikat akibat dari letak kristal
dihidrat tersebut yang berdekatan. ( Annusavice, 2003 ). Hal ini yang menyebabkan
setting time yang lebih cepat. Demikian sebaliknya, bila air yang ditambahkan lebih
banyak maka setting time akan menjadi lebih lama dan kekuatan gipsum akan cenderung
menurun.
2. Spatulasi
Pada batas – batas tertentu peningkatan jumlah spatulasi (baik kecepatan spatulasi,
waktu maupun keduanya) dapat memperpendek setting time. Pada saat bubuk
dimasukkan dalam air yang terdapat pada mangkuk karet, reaksi kimia dimulai, dan
beberapa kalsium sulfat dihidrat terbentuk (Craig’s, 2008. p.395-396).
Selama spatulasi kalsium sulfat dihidrat yang terbentuk mulai hancur menjadi bagian
yang lebih kecil dan terbentuk baru pada pusat dari inti di sekitar kalsium sulfat dihidrat
yang dapat diendapkan. Karena peningkatan jumlah dari spatulasi menyebabkan pusat inti
terbentuk. Konversi kalsium sulfat hemihidrat ke kalsium sulfat dihidrat membutuhkan
waktu yang lama. Jadi, lebih panjang pengadukan akan mempercepat setting time, lebih
cepat pengadukan maka akan menambah setting expansion (Craig’s, 2008. p.395-
15
396).Pengadukan dilakukan sampai gipsum mengalami pengerasan dan mengalami proses
setting. Pengadukan yang optimal adalah 120 kali dalam 1 menit.
Selain itu, lama pengadukan juga akan mempengaruhi setting time dari gipsum ini.
Pengadukan yang terlalu lama dapat menyebabkan setting time yang semakin cepat.
Lebih jelasnya proses pencampuran ini akan dijelaskan oleh reaksi di bawah ini.
Kalsium sulfat dihidrat + air → kalsium sulfat dihidrat + panas
(CaSO4)2.H2O 3H2O 2CaSO4.2H2O
3. Suhu
Perlu diperhatikan juga terdapat faktor lain yang berpengaruh dalam penentuan setting
time dari gipsum. Suhu dari air yang digunakan untuk pencampuran, serta suhu ruangan
memiliki efek pada reaksi setting dari produk gipsum. Suhu memiliki dua efek utama
pada reaksi setting dari produk gipsum. Efek pertama dari peningkatan suhu adalah
perubahan kelarutan relatif dari kalsium sulfat hemihidrat dan kalsium sulfat dihidrat
yang mengubah laju reaksi. Apabila rasio kelarutan menurun, reaksi diperlambat maka
setting time meningkat. (Craig’s Hal.396)
Efek kedua adalah perubahan mobilitas ion dengan suhu. Secara umum, karena
peningkatan suhu mobilitas dari kalsium dan ion sulfat meningkat yang disertai dengan
meningkatnya reaksi dan memperpendek setting time. (Craig’s Hal.396)
Apabila suhu air yang digunakan rendah maka akan memperlambat setting reaksi.
Sebaliknya, apabila suhu air yang digunakan tinggi akan mempercepat setting reaksi. (Craig’s
Hal. 396)
4. Penambahan bahan kimia ke dalam bubuk hemihidrat
Penambahan bahan kimia dalam bentuk akselerator atau retarder, yang biasanya
ditambahkan oleh pabrik untuk mengatur setting time juga mempunyai efek untuk
menurunkan nilai setting expansion dengan cara mengubah bentuk kristal dihidrat yang
terbentuk. Oleh karena itu, akselerator atau retarder disebut juga sebagai antiexpantionagent.
Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat,
sedangkan yang digunakan sebagai retarder adalah boraks.(McCabe and Walls, 2008, hal. 37)
16
VI. SIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi setting time gipsum tipe II yaitu rasio W/P dan cara pengadukan. Pengaruh
rasio W/P semakin besar rasio W/P, maka akan semakin memperlambat setting time.
Sebaliknya, semakin kecil rasio W/P, maka akan semakin mempercepat setting time.
Pengaruh yang kedua adalah pengadukan, Semakin lama pengadukan, maka akan
mempercepat setting time. Begitu sebaliknya, semakin cepat pengadukan, maka akan
memperpanjang setting time. (McCabe and Walls,2008, hal.37)
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa jika jika terdapat selisih 0,1 pada rasio
W/P akan menambah waktu setting selama 8 menit, maka jika terdapat selisih rasio W/P 0,05
akan menambah waktu setting selama 4 menit. Akan tetapi, pada percobaan 2 penambahan
waktu setting selama 4 menit 30 detik dan pada percobaan 3 penambahan waktu setting
selama 3 menit 30 detik. Hal ini tentunya merupakan sebuah penyimpangan dan faktor yang
mempengaruhi adalah rasio W/P, suhu, kelembapan ruangan dan pengadukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Singh, M 2006, ‘Making A Gypsum Plaster in Bhutan – An Experience’. Journal of Scientific
and Industrial Research, vol. 65. Retrieved: March 23, 2012, from
http://nopr.niscair.res.in/bitstream/123456789/4964/1/JSIR%2065%2810%29%20826-
829.pdf
Anusavice, K. J. 2003.Phillip’s : Science of Dental Material . USA : WBElsevier, Saunders
Company.
Craig, R. G. & Powers, John M. 2004. Restorative Dental Material. USA :Mosby Inc.McCabe.
John F. & Walls, Angus W. G. 2008. Applied Dental Materials – 9thed . UK : Blackwell
Publishing.
18