JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc
-
Upload
azmy-habibullah -
Category
Documents
-
view
35 -
download
6
Transcript of JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc
JABARIYAH DAN SALAFIYAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliyah Tiologi Islam
Dosen Pembimbing: Drs. Muhammad Walid M.Pd
Kelompok 5
Disusun oleh:
Yunus Septian Hadi Santoso (08110131)
Pandu Febrianto (08110116)
Ufun Nur Laili (08110185)
Dwi Fatayatin I (08110186)
Dzikri Ilma Sesaria (08110046)
Afifatul Mardliyah (08110038)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ASLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
April, 2009
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT. Dan dengan rahmat serta
ridho-Nya kami dapat mengelesaikan tugas matakuliyah Teologi Islam dengan judul
“ Jabariyah Dan Salafiyah”. Meskipun didalamnya masih banyak terdapat
kekurangan, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata,.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhannad SWT, yang telah memberikan petunjuk bagi umat manusia dari zaman
gelap gulita menuju zaman terang benderang , yaitu addinul islam.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami sebagai pengusun mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Walid M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliyah Teologi Islam, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengusunan tugas ini.
Demikian dalam pembahasan yang singkat ini, kami mengadari bahwa dalam
tugas ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kami selaku pengusun mengharapkan masukan demi kebaikan dan
kesempurnaan tugas ini.
Malang, 9 April 2009
Pengusun
BAB
PEMBAHASAN
A. JABARIYAH
Kata “ Jabariyah “ berasal dari kata bahasa Arab “Jabara” yang artinya memaksa.
Dan yang dimaksud adalah suatu golongan atau aliran atau kelompok orang yang
berfaham bahwa perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun ditentukan
oleh Allah SWT. Dalam arti bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik
perbuatan buruk, jahat dan baik, semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT, dan
bukan atas kehendak atau adanya campur tangan manusia.
Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat islam yang melepas
diri dari seluruh tanggung jawab. Maka manusia disamakan dengan makhluk lain
yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata
lain, manusia diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah.
Dalam hal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angina
menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar
untuk memilih apa yang diinginkannya. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu
akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan
atasan dimana ia tidak lain laksa robot yang mati, tidak berarti.
1. Awal Kemunculan Jabariyah
Golongan jabariyah pertamakali muncul di khurasan (Persia) pada saat
munculnya golongan Qodariyah, yakni kira-kiara pada tahun 70 H. Aliran ini
dipelopori oleh Jahm Bin Shafwan, aliran ini yang disebut Jahmiyah. Jahm bin
Shafwanlah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak
mempunyai kebebasan apapun. Semua perbuatan manusia ditentukan oleh Allah
semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum
jabariyah disebut kaum Jahmiyah. Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang
yang pertama mempelopori paham Jabariah adalah Al Ja’ad bin Dirham. Dia juga
disebut sebagai oaring pertama kali mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk dan
meniadakan sifat-sifat Allah. Meskipun kaum Qodariyah dan Jabariyah sudah
musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan. Karena kaum Mu’tazilah menjadi
pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengapdopsi pokok-pokok ajaran kedua
kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu’tazialah paham-paham tersebut segar
kembali. Sehingga imam As-Syafile mengebutkan Wasil Umar, Ghallan Al Dimas
yang sebagai tiga serangkai yangb seide itulah sebab kaum Mu’tazilah dinamkan juga
kaum Qodariyah dan Jabariyah.
Disebut Qodariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan
terhadap adanya takdir dan mengandarkan semua perbuatan manusia kepada diri
sendiri tanpa adanya intervensi Allah. Disebut Jahmiyah karena mewarisi dari paham
penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al qur’an itu makhluk dan
pengingkaran mereka mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di
hari akhirat.
Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Thaimiyah mengatakan bahwa sebagian pengikut
Mu’tazilah adalah Jahmiyah akan tatapi tidak semua Jahmiyah adalh Mu’tazilah,
karena kaum Mu’tazilah berbeda pandapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah
jabr
(hamba berbuat karena terpaksa). Kalau kaum Mu’tazilah menafsirkannya maka
kaum Jahmiyah meyakininya.
Pemimpin Pengikut Jabariyah
1). Ja’ad bin Dirham
Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh
pancung oleh Gubernur Kuffah yaitu Khalid bin Abdullah El Qasri.
Pendapat-pendapatnya
a) Al Qur’an adalah makhluk
b) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluknya.
c) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-segalanya.
2) Jahm bin Shafwan
Ia berasal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di
marwa dengan bani Umayyah.
Pendapat-pendapatnya:
a) Manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa.
b) Kalam tuhan adalah makhluk.
c) Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain tuhan.
d) Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal
sebelum pendengaran
e) Iman itu adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. pengetahuan
mengenai kepercayaan belaka.
f) Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula
kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu.
Ciri-ciri Ajaran Jabariyah
Diantara cirri-ciri ajaran Jabariyah adalah:
“ Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun. Sehingga
perbuatan baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang
menentukannya.
1) Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
2) Ilmu Allah bersifat hudust (baru).
3) Iman hanya cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadzkan.
4) Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.
5) Bahwa surga dan neraka tidak kekal dan akan hancur dan musnah bersama
dengan penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
6) Bahwa allah tidak dapat dilihat disurga oleh penduduk surga.
7) Bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan bukan kalamullah.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang membawa kepada paham jabariyah Contohnya:
a) Surat Al-An’am ayat 112
“Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya Allah tidak menghendaki”.
b) Surat Al-Saffat ayat 96
“ Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”.
c) Surat Al-Hadid ayat 22
“ Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah
(ditentukan) di dalam buku sebelum kamu wujudkan”.
d) Surat Al-Anfat ayat 17
“ Bukankah kamu yang melontar musuh ketika engkau melontarkannya, tetapi
Allahlah yang melontarkannya (mereka_”.
e) Surat Al-Insan ayat 30
“ Tidak kamu menghindaki, kecuali Allah menghendaki”.
2. Penolakan terhadap paham jabariyah
Kelompok jabariyah ialah kaum yang melampaui batas dalam menetapkan
takdir hingga mereka mengesampingkan sama ekali kekuasaan manusia dan
mengingkari bahwa manusia bisa berbuat sesuatu dan melakukan usaha. Apa yang
ditakdirkan kepada mereka pasti terjadi, mereka berpendapat bahwa manusia
terpaksa melakukan segala perbuatan.jika mereka mengerjakan suatu amalan yagn
bertentangan dengan syariat ,mereka merasa tidak bertanggung jawab atanya dan
mereka berhujjah bahwa takdir telah terjadi
Aqidah semacam ini membawa dampak pasa penolakan terhadap kemampuan
manusia untuk mengadakan perbaikan, dan penyerahan total kepada syahwat dan
hawa nafsu serta terjerumus kedalam dosa besar karena menganggap bahwa semua
itu telah ditakdirkan oleh allah atas mereka. Maka mereka menyenanginya dan rela
terhadapnya karena yakin bahwa segala yang telah ditakdirkan kepada manusia akan
menimpanya.
Keyakinan semacam ini telah menyebabkan dari azab allah.seperti shalat, puasa
dan berdoa..semua itu menurut keyakinan mereka tidak ada gunanya karena segala
apa yang ditakdirkan Allah akan terjadi sehingga do’a dan usaha tidak berguna
baginya. Lalu mereka meninggalkan amal ma’ruf dan tidak memperhatikan
penegakan hukum. Karma kejahata merupakan takdir yang pastiakan terjad. Sehingga
mereka menerima begitu saja kehadiran orang-orang dzalim dan kerusakan yang yang
dilakukan oleh erusak, karna apa yang telah dilakukan oleh mereka adalah
ditakdirkan dan dikehendaki oleh allah.
Para ulama’ sunah waljama’ah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu
dengan pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa
keimanan kepada takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia
mempunyai keinginan dan pilihan dan perbuatannnya serta kemampuannya untuk
melaksanakan nya . hal ini ditujukan dengan dlil-dalil baik syariaat maupun akal.
Dalil Al-Quran
Allah swt berfirman” itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa yang
menghendaki,niscaya ia menempuh jalan kembali pada tuhan Nya “(Qs An
Naba;29)fokus pengambilan dalil diatas , bahwa Allah SWT memberikan kebanyakan
kepada manusia untuk menempuh jalan yang dapat mengantarkan menuju kehadiran
Nya
Dalil dari As Sunah
Nabi bersabda ; “setiap orang diantara kalian telah ditetapkan tempat
kedudukanya disurga atau di neraka” lalu mereka bertanya “ Ya Rasullulah,mengapa
kita tidak berdsandar pada kitab kita dan meninggalkan usaha? Beliau Menjawab”
berusahalah karena semua itu akan memudahkan untuk menuju apa yang telah
ditakdirkan kepadannya”(HR Bukhari Muslim)
Dalil dari akal
Setiap orang mengetahui bahwa dirinya kehendak dan kemampuan untuk
mengerjakan keduannya sesuai dengan keninginan dan meninggalkan apa yang
diinginkanya dia bisa membedakan suatu yang terjadi karena keinginannya sendiri
dareka merasa bertanggungjawab terhadapnya. Setiap orang yang mimpi basah
disetiap bulan Ramadan, maka puasannya tidak batal karena hal itu terjadi bukan
pilihan orang itu.
3. Perbedaan Pendapat Aliran Jabariyyah
Dalam aliran Jabariyyah juga terdapat perbedaan antara Jabariyyah estrim dan
Jabriyyah moderat dalam masalah perbuatan manusia. Jabariah estrim berpendapat
bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari
kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Misalnya kalau
seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah ats kemauannya sendiri, tetapi
timbul karena qada dan qadar tuhan yang menghendaki demikian. Bahkan Jahm bin
Shafwan, salah seorang tokoh Jabariyyah estrim, mengatakan bahwa manusia tidak
mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak
sendiri, dan tidak mempungai pilihan.
Paham fatalisme yang dibawa Jahm dalam bentuk estrim, Al-Syahrastani
mengebut Jabariyah lain yang bersifat moderat. Paham ini dibawa oleh Al-Husain Ibn
Muhammad Al-Najjar. Tuhanlah, yang menciptakan perbuatan-perbuatan manusia,
baik perbutan jahat maupun perbuatn baik, tetapi manusia mempungai bagian dalm
perwujutan perbuatan-perbuatannya itu. Tenaga yang diciptakan dalm diri manusia
mempungai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dan inilah yang
dimaksud dengan kasb atau acquisition. Paham yang sama diberikan oleh Dirar Ibn
Amr ketika ia katakan bahwa perbuatan-perbuatan pada manusia hakekatnya
diciptakan oleh Tuhan dan diperoleh (acquired, iktasaba) pada hakekatnya oleh
manusia.
Dalam paham yang dibawa oleh An-Najjar dan Dirar manisia tidak lagi hanya
merupakan wayang yang digerakkan dalang manusia telah mempungai bagian dalam
perwujutan perbuatan-perbuatannya, bagian yang efektif dan bukan bagian yang
efektif. Menurut paham ini Tuhan dan manusia berkerjasama dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatan manusia. Manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan
semua perbuatan-perbuatannya. Paham kasb An-Najjar dan Dirar merupakan paham
tengah antara paham qodariyyah yang dibawa Ma’bad serta Ghaiblan dan paham
jabariyah yang dibawa Jahm.
B. SALAFIYAH
Salaf artinya adalah ulama terdahulu, menurut Thablawi Mahmud Sa’ad. Salaf
terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para
pemuka abad ke- 3 H, dan para pengikutnya pada abad ke- 4 yang terdiri atas para
muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga
abad pertama islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang
tidak menggunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat). Sedangkan
Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firoq Al-Islamiyyah mendefisinikan salaf sebagai
sahabat, tabi’in dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran
yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang mengeripai segala sesuatu yang baru
untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.
Gerakan Salafiyyah berkembang di Bagdad pada abad ke- 13. Pada masa itu
gairah menggebu-bebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum hanbali. Sebelum
akhir abad itu, terdapat sekolah-sekolah hanbali di Jerusalem dan Damaskus di
Dasmaskus, kaum hambali semakin kuat dengan datangnya pengungsi dari Irak
akibat serangn Mongol. Diantara pengungsi itu terdapat keluarga dari Harran, yaitu
keluarga Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah adalah ulama besar penganut Imam Hambali
yang kental.
Ibrahim Mdzkur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai
berikut.
1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql).
2. Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-
persoalan cabang agama, mereka hanya bertolak dari penjelasan Al-Kitab dan As-
Sunnah.
3. mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut .
4. mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya
dan tidak berupaya untuk mentakwilnya.
1. Pemikiran Ibn Hambal
Ahmad bin hambal atau ahmad bin hambal adalah imam yang keempat dari
fuqoha islam. Beliau adalah seorang yang mempunyai sifat sifat yang luhur dan
tinggi, yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yagn hidup semasa
dengannya, juga orang yang mengenalinya. As sayyid Ridha berpendapat bahwa
Ahmad bin hambal adalah seorang pembaharu (mujahid) agama dalam abad ketiga
hijriah, dan menurut sebagalian pengkaji sejarah yang lain pula mereka berpendapat
inu Hambal adalah orang yang lebih berhak dengan gelar tersebut, dengan gelar
tersebut sebanding dengan ibnu suraj, syafi’I, Al khilal dan an nasai
Masa hidup Imam Hambal ialah pada masa pemerintahan Abasiyah dimana
golongan kebangsaan perso mengatasi kelompok bangsa arab dan diwaktu itu juga
perselisihan merebut kekuasaan seiring terjadi dan manakala kekuasaan ditangan
orang orang Mu’tazilah. Beliau juga menghafalkan Al qur’an dan mempelajari
bahasa.beliau berguru pada Abu Yusuf pada permulaanya beliau menyalin kitab litab
yang berdasarkan kepada pemikiran serta beliau menghafalnya, kemudian beliau
tidak lagi menatapinya bahwa beliau lebih gemar untuk mempelajari hadist dan oleh
kaerna itu beliau mengumpulkan dari beberapa tempat. Pengumpulan hadist itu
dimulai pada tahun 179 H.
Ibnu Hambal adalah seorang yang sangat kuat penerimaanya terhadap hadist –
hadist nabi.as suanah ialah penerang bagi Al qur’an dan penafsir bagi hukum-
hukumnya, maka takkan menjadi hal yang aneh jika beliau menjadikan keduanya
sumber polok ajaran fiqihnya.tetapi apabila kedua kedua sumber itu masih kurang
dapat untuk menyelesaikan maka beliau juga mengambil dari Al Masalihul mursalah
dan sadduz zarai yaitu apabila tidak ada nash yang mengatakan haram atau halal.
Dalam masalah hadist beliau menghalusi serta mengkaji hadist hadist yang ada
kaitanya dengan halal dan haram dan beliau juga menghalusi tentang sanadnya
Pada masanya ibnu hambal menemui bermacam-macam penderitaan atau cobaan
yang menydihkan tetapi dengan cobaan tersebut yang menyebabkannya lebih mulia
dan termashur. Salah satu cobaan darinya ialah ada yang mengatkan bahwa Al
Qur’an ialah makhluk baru sedangkan pendapat ini belum pernah muncul pada masa
sebelumnya, sehingga muncul golongan Mu’tazilah yang mengajak khalifah Al
Makmun untuk mengikuti pendapat bahwa Al Qur’an ialah mahluk yang terlepas dari
sifat-sifat allah
Ibnu hambal ialah seorang yang memperdulikan tentang kebenaran ilmu yagn
dipelajarinya ,serta beliau menjaganya dengan baik oleh sebab itulah beliau kurang
suka kepada pengubahan riwayat hadist.
Pemikiran ibn hambal tentang ayat-ayat mutasyabihat lebih suka menerapkan
pendekatan lafadzi dari pada pendekatan takwil, terutama yang berkaitan dengan
sifat-sifat Allah dan ayat-ayat mutasyabihat. Tentang setatus Al-Qur’an adalah salah
satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hambal, yang kemudian membuatnya
masuk penjara, beberapa kali, apakah diciptakan (makhluk) yang karenanya baru
(hadits) ataupun tidak diciptakan yang karenanya kodim? Faham yang diakui oleh
pemerintah, yakni Dinasti Abasiyyah dibawak kepemimpinan Khalifah Al-Ma’mun,
Al-Mu’tashim, dsan Al-Watsiq, adalah faham Mu’tazilah, yaitu Al-Qur’an tidak
bersifat qodim, tetapibaru dan diciptakan.fahan adanya qodim disamping tuhan,
berarti menduakan tuhan, sedangkan menduakan tuhan adalah syirik dan dosa besar
yang tidak diampuni Allah.
2. Pemikiran Teologi Ibn Tamuiyah
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim Bin
Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Robiul Awal tahun 661 H
dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah 729 H.
kewafatannya menggetarkan seluruh penduduk Dasmaskus, Syam, dan Mesir, serta
kaum muslimin pada umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul
Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah, seorang Syaikh, Khatib dan
hakim di kotanya.
Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa Ibn Taimiyah merupakan seorang ulama
salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa pada akal. Ibn
Taimiyah dikenal juga sebagai seorang muhaddits mufasiir, fiqih, teologi, bahkan
memiliki pengetahuan yang luas tentang filsafat.
Pikiran-pikiran Ibn Tamiyah seperti yang dikatakan Ibrahim Madkur adalah
sebagai berikut:
1. Sangat berpegang teguh nas (teks al-qur’an dan hadits).
2. Tidak memberikan ruang gerak yang luas pada akal.
3. Berpendapat bahwa al-qur’anmengandung semua ilmu agama.
4. Didalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja.
5. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid tetap
mentanzilkan-nya.
Ibn tamiyah mengatakan kalaulah kamulah itu qadim,kalam nya pasti qdim pula.
Ibn tamiyah adalah tekstualis.oleh sebab itu,pandangannya dianggap oleh ulama’
mazhab hambali,Al-katib ibnu Al-jauzi ,sebagai pandangan tajsm (antropomorpisme)
Allah,yakni menyerupakan Allah dengan mahlknya.
Oleh karena itu, Al-jauzi berpendapat bahwa pengakuan ibnu tamiyah sebagai salaf
perlu ditinjau kembali.
Berikut ini merupakan pandangan ibnu tamiyah tentang sifa-sifat Allah:
1. Percaya sepenuhnya terhadap sifat-sifat allah yang ia sendiri atau rasulnya
mensifati sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
a) Sifat salbiyah yaitu qidam,baqa’ dll.
b) Sifat ma’ani yaitu qadrat,irodah,sama’, dll.
c) Sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan dalam Al-qur’an dan hadits
walaupun akal bertanya-tanya tentang mahluknya).
d) Seperti keterangan yang mengatakan bahwa Alllah di langit, |Allah di atas
arasy,Allah turu kelangit dunia, Allah dilihat oleh orang beriman di surge
kelak; wajah,tanga,mata Allah
e) Sifat dhoifah meng-idhofah-kan / menyandarkan nama-nama Allah pada alam
mahluk, seperti rabb al-alamin, khalik al-kaum dan falik al-hubb wa al-nawa.
2. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama nya, yang Allah atau Rasulnya
sebutkan, seprti al-awal, al-aakhir, azh-zhahir, al-batin, al-alim, al-qadir, al-hayy,
al-qayyum, as-sumi, dan basher.
3. Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan :
a) Tidak mengubah pada maknanya yang tidak dikehandaki lafadz (min ghair
tahrif)
b) Tidak menghilangkan pengertian lafadz(min ghair ta’til)
c) Tidak mengingkarinya (min ghari ilhad)
d) Tidak menggambar-gambarkann bentuk tuhan baik dalam fikiran atau
hati,apalagi dengan indra (min ghari takyif at-takyif )
e) Tidak menyerupakan (apalagi menyamakan) sifat-sifatnya dengan sifat-sifat
mahluknya.(min ghair tamsil rabb al-alamin).
Berdasarkan alasan diatas,ibnu tamiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat
mutasabihat. Menurutnya ayat atau hadits yang menyangkut sifat-sifat |Allah harus
diterma dan diartikan sebagaimana adanya dengan catatan hidup men-tasjim-
kan,tidak menyerupakan nya dengan mahluk dan tidak bertanya-tanya tentangnya.
Ibnu tamiyah mengakui ada 3 hal dalam masalah keterpaksaaan dan ikhtiar
manusia, yaitu Allah pencipta segala sesuatu,hamba pelaku yang sebenarnya dan
mempunyai kemampuan serta kehendak serta sempurna, sehingga manusia
bertanggung jawab terhadap perbuatanya, Allah meridhoi perbuatan baik dan tidak
meridhoi perbuatan buruk.
Dikatakan oleh watt bahwa ibnu tamiyah mempunyai pemikiran yang sudah
mencapai klimaks nya dalam sosiologi politik yang mempunyai dasar teologi.masalah
pokoknya terletak pada upayanya manusia membedakan manusia dengan
tuhannya.yang mutlak,oleh sebab itu masalah tuhan tidak dapat diperoleh dari metode
rasional,baik dengan metode filsaft maupun teologi.juga dengan keinginan mistis
manusia untuk menyatu dengan tuhan adalah sesuatu yang mustahi. Oleh sebab itu
ibnu tamiyah sangat tidak suka dengan aliran filsafat yang mengatakan |Al-qur’an
berisi dalil khitabi dan igna’I (penenag dan pemuas hati) Aliran mu’tazilah yang
selalu mendahulukan dalil rasional dari pda Al-qur’an.sehingga banyak menggunakan
ta’wil : ulama’ memprcayai dalil-dalil Al-qur’an tetapi hanya dijadikan sebagai
pangkal penyelidikan akal meskipun untuk memperkuat isi Al-qur’an seperti al-
maturidzi mereka hanya mempercayai dalil –dalil |Al-qur’an tetapi menggunakan
pula dalil-dalil akal disamping |Al-quran (seperti asy-asy’ari).
(Rohisan Anwar, ilmu kalam 114-116)
Salafiah adalah aliran yang merujuk pada zaman permulaan islam generasi yang
terbaik yang dibanggakan nabi,saat itu belum berkontaminasi filsafat dan pengaruh
luar. Ajaran islam murni dengan benar-benar menjaga sanad yang bisa dipertanggung
jawabkan. Generasi sahabat tabi’in-tabi’in dan berakhir pada berakhir pada imam
maszhab setelah itu dinamakan zaman fitnah seperti yang telah dijelaskan oleh imam |
Ghozali.
BAB
KESIMPULAN
Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat islam yang melepas
diri dari seluruh tanggung jawab. Maka manusia disamakan dengan makhluk lain
yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Golongan jabariyah pertamakali muncul di khurasan (Persia) pada saat
munculnya golongan Qodariyah, yakni kira-kiara pada tahun 70 H. Aliran ini
dipelopori oleh Jahm Bin Shafwan, aliran ini yang disebut Jahmiyah. Jahm bin
Shafwanlah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak
mempunyai kebebasan apapun. Semua perbuatan manusia ditentukan oleh Allah
semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum
jabariyah disebut kaum Jahmiyah. Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang
yang pertama mempelopori paham Jabariah adalah Al Ja’ad bin Dirham. Dia juga
disebut sebagai oaring pertama kali mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk dan
meniadakan sifat-sifat Allah.
Salaf artinya adalah ulama terdahulu, menurut Thablawi Mahmud Sa’ad. Salaf
terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para
pemuka abad ke- 3 H, dan para pengikutnya pada abad ke- 4 yang terdiri atas para
muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga
abad pertama islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang
tidak menggunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat). Sedangkan
Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firoq Al-Islamiyyah mendefisinikan salaf sebagai
sahabat, tabi’in dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran
yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang mengeripai segala sesuatu yang baru
untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.
Dan aliran Jabariyah mempungai cirri-ciri:
“Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun. Sehingga
perbuatan baik yang jahat, buruk atau baik semataAllah semata yang menentukannya.
2) Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3) Ilmu Allah bersifat hudust (baru).
4) Iman hanya cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadzkan.
5) Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.
6) Bahwa surga dan neraka tidak kekal dan akan hancur dan musnah bersama
dengan penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7) Bahwa allah tidak dapat dilihat disurga oleh penduduk surga.
8) Bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan bukan kalamullah.
Dalam aliran Jabariyah terdapat perebedaan antara jabariyah estrim dan jabariyah
moderat dalam masalah prbuatan manusia. Jabariyah estrim berpendapat bahea
manusia bikan maerupakan perbuatan yang timbul dari kemauan sendiri, tetapi
perbuatan yang dipaksakan oleh dirinya. Sedangkan jabariyah moderat mengatakan
bahea tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik pebuatan jahat maupun perbuatan
baik, tetapi manusia mempungai peranan didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 2007. Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pres)
Rozak, abdul. dan R. Anwar 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia
Yusuf, A. Hasir. Dan diningrat, Karsidi.1998. Abu Al-Hasan Ibn Ismail Al-
Asy’ari dalam Kitab Maqalat Ai-Islamiyyah Wa Ikhtilaf Al-Mushallin (Prinsp-
Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam). Jakarta: Pustaka Setia
M.A., A. Hanafi. 1980. Theologi Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna
Pertanyaan Pertanyaan:
1. Mengapa paham jabariyah terpecah menjadi dua ( estrim dan
moderat)? Jelaskan!
2. Paham Jabariyah pada akhirnya lenih condong kepada aliran Al-
Asy’ariyyah. Mangapa!
3. Apa perbedaan Jabariyya dan Salafiyyah ?
4. Mengapa paham jabariyah itu terkesan pasrah tanpa mau usaha,
padahal sudah jelas bahwa ada firman Allah yang berbunyi “ berusahalah dan
tawakal” sudah jelas pada kalimat tersebut bahwa sebagai manusia kita harus
berusaha dulu baru pasrah?
5. Apakah dasar dan pedoman yang dipakai oleh kaum Jabariyyah
sehingga muncul pendapat-pendapat atau pikiran yang demikian itu?
6. Bagaimana proses punahnya atau hilangnya kaum jabariyah?
7.