JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

27
JABARIYAH DAN SALAFIYAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliyah Tiologi Islam Dosen Pembimbing: Drs. Muhammad Walid M.Pd Kelompok 5 Disusun oleh: Yunus Septian Hadi Santoso (08110131) Pandu Febrianto (08110116) Ufun Nur Laili (08110185) Dwi Fatayatin I (08110186) Dzikri Ilma Sesaria (08110046) Afifatul Mardliyah (08110038) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ASLAM FAKULTAS TARBIYAH

Transcript of JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

Page 1: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

JABARIYAH DAN SALAFIYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliyah Tiologi Islam

Dosen Pembimbing: Drs. Muhammad Walid M.Pd

Kelompok 5

Disusun oleh:

Yunus Septian Hadi Santoso (08110131)

Pandu Febrianto (08110116)

Ufun Nur Laili (08110185)

Dwi Fatayatin I (08110186)

Dzikri Ilma Sesaria (08110046)

Afifatul Mardliyah (08110038)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ASLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

April, 2009

Page 2: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT. Dan dengan rahmat serta

ridho-Nya kami dapat mengelesaikan tugas matakuliyah Teologi Islam dengan judul

“ Jabariyah Dan Salafiyah”. Meskipun didalamnya masih banyak terdapat

kekurangan, karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah semata,.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhannad SWT, yang telah memberikan petunjuk bagi umat manusia dari zaman

gelap gulita menuju zaman terang benderang , yaitu addinul islam.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami sebagai pengusun mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Walid M.Pd selaku dosen pembimbing mata

kuliyah Teologi Islam, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pengusunan tugas ini.

Demikian dalam pembahasan yang singkat ini, kami mengadari bahwa dalam

tugas ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Oleh karena

itu, kami selaku pengusun mengharapkan masukan demi kebaikan dan

kesempurnaan tugas ini.

Malang, 9 April 2009

Pengusun

Page 3: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

BAB

PEMBAHASAN

A. JABARIYAH

Kata “ Jabariyah “ berasal dari kata bahasa Arab “Jabara” yang artinya memaksa.

Dan yang dimaksud adalah suatu golongan atau aliran atau kelompok orang yang

berfaham bahwa perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun ditentukan

oleh Allah SWT. Dalam arti bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik

perbuatan buruk, jahat dan baik, semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT, dan

bukan atas kehendak atau adanya campur tangan manusia.

Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat islam yang melepas

diri dari seluruh tanggung jawab. Maka manusia disamakan dengan makhluk lain

yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata

lain, manusia diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah.

Dalam hal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angina

menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar

untuk memilih apa yang diinginkannya. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu

akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan

atasan dimana ia tidak lain laksa robot yang mati, tidak berarti.

1. Awal Kemunculan Jabariyah

Golongan jabariyah pertamakali muncul di khurasan (Persia) pada saat

munculnya golongan Qodariyah, yakni kira-kiara pada tahun 70 H. Aliran ini

dipelopori oleh Jahm Bin Shafwan, aliran ini yang disebut Jahmiyah. Jahm bin

Shafwanlah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak

mempunyai kebebasan apapun. Semua perbuatan manusia ditentukan oleh Allah

semata, tidak ada campur tangan manusia.

Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum

jabariyah disebut kaum Jahmiyah. Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang

Page 4: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

yang pertama mempelopori paham Jabariah adalah Al Ja’ad bin Dirham. Dia juga

disebut sebagai oaring pertama kali mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk dan

meniadakan sifat-sifat Allah. Meskipun kaum Qodariyah dan Jabariyah sudah

musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan. Karena kaum Mu’tazilah menjadi

pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengapdopsi pokok-pokok ajaran kedua

kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu’tazialah paham-paham tersebut segar

kembali. Sehingga imam As-Syafile mengebutkan Wasil Umar, Ghallan Al Dimas

yang sebagai tiga serangkai yangb seide itulah sebab kaum Mu’tazilah dinamkan juga

kaum Qodariyah dan Jabariyah.

Disebut Qodariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan

terhadap adanya takdir dan mengandarkan semua perbuatan manusia kepada diri

sendiri tanpa adanya intervensi Allah. Disebut Jahmiyah karena mewarisi dari paham

penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al qur’an itu makhluk dan

pengingkaran mereka mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di

hari akhirat.

Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Thaimiyah mengatakan bahwa sebagian pengikut

Mu’tazilah adalah Jahmiyah akan tatapi tidak semua Jahmiyah adalh Mu’tazilah,

karena kaum Mu’tazilah berbeda pandapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah

jabr

(hamba berbuat karena terpaksa). Kalau kaum Mu’tazilah menafsirkannya maka

kaum Jahmiyah meyakininya.

Pemimpin Pengikut Jabariyah

1). Ja’ad bin Dirham

Ia adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh

pancung oleh Gubernur Kuffah yaitu Khalid bin Abdullah El Qasri.

Pendapat-pendapatnya

a) Al Qur’an adalah makhluk

b) Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluknya.

c) Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-segalanya.

Page 5: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

2) Jahm bin Shafwan

Ia berasal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di

marwa dengan bani Umayyah.

Pendapat-pendapatnya:

a) Manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa.

b) Kalam tuhan adalah makhluk.

c) Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain tuhan.

d) Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal

sebelum pendengaran

e) Iman itu adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati. pengetahuan

mengenai kepercayaan belaka.

f) Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula

kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu.

Ciri-ciri Ajaran Jabariyah

Diantara cirri-ciri ajaran Jabariyah adalah:

“ Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun. Sehingga

perbuatan baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang

menentukannya.

1) Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.

2) Ilmu Allah bersifat hudust (baru).

3) Iman hanya cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadzkan.

4) Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.

5) Bahwa surga dan neraka tidak kekal dan akan hancur dan musnah bersama

dengan penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.

6) Bahwa allah tidak dapat dilihat disurga oleh penduduk surga.

7) Bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan bukan kalamullah.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang membawa kepada paham jabariyah Contohnya:

a) Surat Al-An’am ayat 112

“Mereka sebenarnya tidak akan percaya, sekiranya Allah tidak menghendaki”.

Page 6: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

b) Surat Al-Saffat ayat 96

“ Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”.

c) Surat Al-Hadid ayat 22

“ Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah

(ditentukan) di dalam buku sebelum kamu wujudkan”.

d) Surat Al-Anfat ayat 17

“ Bukankah kamu yang melontar musuh ketika engkau melontarkannya, tetapi

Allahlah yang melontarkannya (mereka_”.

e) Surat Al-Insan ayat 30

“ Tidak kamu menghindaki, kecuali Allah menghendaki”.

2. Penolakan terhadap paham jabariyah

Kelompok jabariyah ialah kaum yang melampaui batas dalam menetapkan

takdir hingga mereka mengesampingkan sama ekali kekuasaan manusia dan

mengingkari bahwa manusia bisa berbuat sesuatu dan melakukan usaha. Apa yang

ditakdirkan kepada mereka pasti terjadi, mereka berpendapat bahwa manusia

terpaksa melakukan segala perbuatan.jika mereka mengerjakan suatu amalan yagn

bertentangan dengan syariat ,mereka merasa tidak bertanggung jawab atanya dan

mereka berhujjah bahwa takdir telah terjadi

Aqidah semacam ini membawa dampak pasa penolakan terhadap kemampuan

manusia untuk mengadakan perbaikan, dan penyerahan total kepada syahwat dan

hawa nafsu serta terjerumus kedalam dosa besar karena menganggap bahwa semua

itu telah ditakdirkan oleh allah atas mereka. Maka mereka menyenanginya dan rela

terhadapnya karena yakin bahwa segala yang telah ditakdirkan kepada manusia akan

menimpanya.

Keyakinan semacam ini telah menyebabkan dari azab allah.seperti shalat, puasa

dan berdoa..semua itu menurut keyakinan mereka tidak ada gunanya karena segala

apa yang ditakdirkan Allah akan terjadi sehingga do’a dan usaha tidak berguna

baginya. Lalu mereka meninggalkan amal ma’ruf dan tidak memperhatikan

penegakan hukum. Karma kejahata merupakan takdir yang pastiakan terjad. Sehingga

Page 7: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

mereka menerima begitu saja kehadiran orang-orang dzalim dan kerusakan yang yang

dilakukan oleh erusak, karna apa yang telah dilakukan oleh mereka adalah

ditakdirkan dan dikehendaki oleh allah.

Para ulama’ sunah waljama’ah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu

dengan pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa

keimanan kepada takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia

mempunyai keinginan dan pilihan dan perbuatannnya serta kemampuannya untuk

melaksanakan nya . hal ini ditujukan dengan dlil-dalil baik syariaat maupun akal.

Dalil Al-Quran

Allah swt berfirman” itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa yang

menghendaki,niscaya ia menempuh jalan kembali pada tuhan Nya “(Qs An

Naba;29)fokus pengambilan dalil diatas , bahwa Allah SWT memberikan kebanyakan

kepada manusia untuk menempuh jalan yang dapat mengantarkan menuju kehadiran

Nya

Dalil dari As Sunah

Nabi bersabda ; “setiap orang diantara kalian telah ditetapkan tempat

kedudukanya disurga atau di neraka” lalu mereka bertanya “ Ya Rasullulah,mengapa

kita tidak berdsandar pada kitab kita dan meninggalkan usaha? Beliau Menjawab”

berusahalah karena semua itu akan memudahkan untuk menuju apa yang telah

ditakdirkan kepadannya”(HR Bukhari Muslim)

Dalil dari akal

Setiap orang mengetahui bahwa dirinya kehendak dan kemampuan untuk

mengerjakan keduannya sesuai dengan keninginan dan meninggalkan apa yang

diinginkanya dia bisa membedakan suatu yang terjadi karena keinginannya sendiri

dareka merasa bertanggungjawab terhadapnya. Setiap orang yang mimpi basah

disetiap bulan Ramadan, maka puasannya tidak batal karena hal itu terjadi bukan

pilihan orang itu.

Page 8: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

3. Perbedaan Pendapat Aliran Jabariyyah

Dalam aliran Jabariyyah juga terdapat perbedaan antara Jabariyyah estrim dan

Jabriyyah moderat dalam masalah perbuatan manusia. Jabariah estrim berpendapat

bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari

kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Misalnya kalau

seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah ats kemauannya sendiri, tetapi

timbul karena qada dan qadar tuhan yang menghendaki demikian. Bahkan Jahm bin

Shafwan, salah seorang tokoh Jabariyyah estrim, mengatakan bahwa manusia tidak

mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak

sendiri, dan tidak mempungai pilihan.

Paham fatalisme yang dibawa Jahm dalam bentuk estrim, Al-Syahrastani

mengebut Jabariyah lain yang bersifat moderat. Paham ini dibawa oleh Al-Husain Ibn

Muhammad Al-Najjar. Tuhanlah, yang menciptakan perbuatan-perbuatan manusia,

baik perbutan jahat maupun perbuatn baik, tetapi manusia mempungai bagian dalm

perwujutan perbuatan-perbuatannya itu. Tenaga yang diciptakan dalm diri manusia

mempungai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dan inilah yang

dimaksud dengan kasb atau acquisition. Paham yang sama diberikan oleh Dirar Ibn

Amr ketika ia katakan bahwa perbuatan-perbuatan pada manusia hakekatnya

diciptakan oleh Tuhan dan diperoleh (acquired, iktasaba) pada hakekatnya oleh

manusia.

Dalam paham yang dibawa oleh An-Najjar dan Dirar manisia tidak lagi hanya

merupakan wayang yang digerakkan dalang manusia telah mempungai bagian dalam

perwujutan perbuatan-perbuatannya, bagian yang efektif dan bukan bagian yang

efektif. Menurut paham ini Tuhan dan manusia berkerjasama dalam mewujudkan

perbuatan-perbuatan manusia. Manusia tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan

semua perbuatan-perbuatannya. Paham kasb An-Najjar dan Dirar merupakan paham

Page 9: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

tengah antara paham qodariyyah yang dibawa Ma’bad serta Ghaiblan dan paham

jabariyah yang dibawa Jahm.

B. SALAFIYAH

Salaf artinya adalah ulama terdahulu, menurut Thablawi Mahmud Sa’ad. Salaf

terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para

pemuka abad ke- 3 H, dan para pengikutnya pada abad ke- 4 yang terdiri atas para

muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga

abad pertama islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang

tidak menggunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat). Sedangkan

Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firoq Al-Islamiyyah mendefisinikan salaf sebagai

sahabat, tabi’in dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran

yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang mengeripai segala sesuatu yang baru

untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.

Gerakan Salafiyyah berkembang di Bagdad pada abad ke- 13. Pada masa itu

gairah menggebu-bebu yang diwarnai fanatisme kalangan kaum hanbali. Sebelum

akhir abad itu, terdapat sekolah-sekolah hanbali di Jerusalem dan Damaskus di

Dasmaskus, kaum hambali semakin kuat dengan datangnya pengungsi dari Irak

akibat serangn Mongol. Diantara pengungsi itu terdapat keluarga dari Harran, yaitu

keluarga Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah adalah ulama besar penganut Imam Hambali

yang kental.

Ibrahim Mdzkur menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai

berikut.

1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql).

2. Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-

persoalan cabang agama, mereka hanya bertolak dari penjelasan Al-Kitab dan As-

Sunnah.

3. mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut .

Page 10: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

4. mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya

dan tidak berupaya untuk mentakwilnya.

1. Pemikiran Ibn Hambal

Ahmad bin hambal atau ahmad bin hambal adalah imam yang keempat dari

fuqoha islam. Beliau adalah seorang yang mempunyai sifat sifat yang luhur dan

tinggi, yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yagn hidup semasa

dengannya, juga orang yang mengenalinya. As sayyid Ridha berpendapat bahwa

Ahmad bin hambal adalah seorang pembaharu (mujahid) agama dalam abad ketiga

hijriah, dan menurut sebagalian pengkaji sejarah yang lain pula mereka berpendapat

inu Hambal adalah orang yang lebih berhak dengan gelar tersebut, dengan gelar

tersebut sebanding dengan ibnu suraj, syafi’I, Al khilal dan an nasai

Masa hidup Imam Hambal ialah pada masa pemerintahan Abasiyah dimana

golongan kebangsaan perso mengatasi kelompok bangsa arab dan diwaktu itu juga

perselisihan merebut kekuasaan seiring terjadi dan manakala kekuasaan ditangan

orang orang Mu’tazilah. Beliau juga menghafalkan Al qur’an dan mempelajari

bahasa.beliau berguru pada Abu Yusuf pada permulaanya beliau menyalin kitab litab

yang berdasarkan kepada pemikiran serta beliau menghafalnya, kemudian beliau

tidak lagi menatapinya bahwa beliau lebih gemar untuk mempelajari hadist dan oleh

kaerna itu beliau mengumpulkan dari beberapa tempat. Pengumpulan hadist itu

dimulai pada tahun 179 H.

Ibnu Hambal adalah seorang yang sangat kuat penerimaanya terhadap hadist –

hadist nabi.as suanah ialah penerang bagi Al qur’an dan penafsir bagi hukum-

hukumnya, maka takkan menjadi hal yang aneh jika beliau menjadikan keduanya

sumber polok ajaran fiqihnya.tetapi apabila kedua kedua sumber itu masih kurang

dapat untuk menyelesaikan maka beliau juga mengambil dari Al Masalihul mursalah

dan sadduz zarai yaitu apabila tidak ada nash yang mengatakan haram atau halal.

Page 11: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

Dalam masalah hadist beliau menghalusi serta mengkaji hadist hadist yang ada

kaitanya dengan halal dan haram dan beliau juga menghalusi tentang sanadnya

Pada masanya ibnu hambal menemui bermacam-macam penderitaan atau cobaan

yang menydihkan tetapi dengan cobaan tersebut yang menyebabkannya lebih mulia

dan termashur. Salah satu cobaan darinya ialah ada yang mengatkan bahwa Al

Qur’an ialah makhluk baru sedangkan pendapat ini belum pernah muncul pada masa

sebelumnya, sehingga muncul golongan Mu’tazilah yang mengajak khalifah Al

Makmun untuk mengikuti pendapat bahwa Al Qur’an ialah mahluk yang terlepas dari

sifat-sifat allah

Ibnu hambal ialah seorang yang memperdulikan tentang kebenaran ilmu yagn

dipelajarinya ,serta beliau menjaganya dengan baik oleh sebab itulah beliau kurang

suka kepada pengubahan riwayat hadist.

Pemikiran ibn hambal tentang ayat-ayat mutasyabihat lebih suka menerapkan

pendekatan lafadzi dari pada pendekatan takwil, terutama yang berkaitan dengan

sifat-sifat Allah dan ayat-ayat mutasyabihat. Tentang setatus Al-Qur’an adalah salah

satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hambal, yang kemudian membuatnya

masuk penjara, beberapa kali, apakah diciptakan (makhluk) yang karenanya baru

(hadits) ataupun tidak diciptakan yang karenanya kodim? Faham yang diakui oleh

pemerintah, yakni Dinasti Abasiyyah dibawak kepemimpinan Khalifah Al-Ma’mun,

Al-Mu’tashim, dsan Al-Watsiq, adalah faham Mu’tazilah, yaitu Al-Qur’an tidak

bersifat qodim, tetapibaru dan diciptakan.fahan adanya qodim disamping tuhan,

berarti menduakan tuhan, sedangkan menduakan tuhan adalah syirik dan dosa besar

yang tidak diampuni Allah.

2. Pemikiran Teologi Ibn Tamuiyah

Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim Bin

Taimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 Robiul Awal tahun 661 H

dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah 729 H.

kewafatannya menggetarkan seluruh penduduk Dasmaskus, Syam, dan Mesir, serta

kaum muslimin pada umumnya. Ayahnya bernama Syihabuddin Abu Ahmad Abdul

Page 12: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

Halim bin Abdussalam Ibn Abdullah bin Taimiyah, seorang Syaikh, Khatib dan

hakim di kotanya.

Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa Ibn Taimiyah merupakan seorang ulama

salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa pada akal. Ibn

Taimiyah dikenal juga sebagai seorang muhaddits mufasiir, fiqih, teologi, bahkan

memiliki pengetahuan yang luas tentang filsafat.

Pikiran-pikiran Ibn Tamiyah seperti yang dikatakan Ibrahim Madkur adalah

sebagai berikut:

1. Sangat berpegang teguh nas (teks al-qur’an dan hadits).

2. Tidak memberikan ruang gerak yang luas pada akal.

3. Berpendapat bahwa al-qur’anmengandung semua ilmu agama.

4. Didalam islam yang diteladani hanya 3 generasi saja.

5. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid tetap

mentanzilkan-nya.

Ibn tamiyah mengatakan kalaulah kamulah itu qadim,kalam nya pasti qdim pula.

Ibn tamiyah adalah tekstualis.oleh sebab itu,pandangannya dianggap oleh ulama’

mazhab hambali,Al-katib ibnu Al-jauzi ,sebagai pandangan tajsm (antropomorpisme)

Allah,yakni menyerupakan Allah dengan mahlknya.

Oleh karena itu, Al-jauzi berpendapat bahwa pengakuan ibnu tamiyah sebagai salaf

perlu ditinjau kembali.

Berikut ini merupakan pandangan ibnu tamiyah tentang sifa-sifat Allah:

1. Percaya sepenuhnya terhadap sifat-sifat allah yang ia sendiri atau rasulnya

mensifati sifat-sifat tersebut. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:

a) Sifat salbiyah yaitu qidam,baqa’ dll.

b) Sifat ma’ani yaitu qadrat,irodah,sama’, dll.

c) Sifat khabariah (sifat-sifat yang diterangkan dalam Al-qur’an dan hadits

walaupun akal bertanya-tanya tentang mahluknya).

Page 13: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

d) Seperti keterangan yang mengatakan bahwa Alllah di langit, |Allah di atas

arasy,Allah turu kelangit dunia, Allah dilihat oleh orang beriman di surge

kelak; wajah,tanga,mata Allah

e) Sifat dhoifah meng-idhofah-kan / menyandarkan nama-nama Allah pada alam

mahluk, seperti rabb al-alamin, khalik al-kaum dan falik al-hubb wa al-nawa.

2. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama nya, yang Allah atau Rasulnya

sebutkan, seprti al-awal, al-aakhir, azh-zhahir, al-batin, al-alim, al-qadir, al-hayy,

al-qayyum, as-sumi, dan basher.

3. Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan :

a) Tidak mengubah pada maknanya yang tidak dikehandaki lafadz (min ghair

tahrif)

b) Tidak menghilangkan pengertian lafadz(min ghair ta’til)

c) Tidak mengingkarinya (min ghari ilhad)

d) Tidak menggambar-gambarkann bentuk tuhan baik dalam fikiran atau

hati,apalagi dengan indra (min ghari takyif at-takyif )

e) Tidak menyerupakan (apalagi menyamakan) sifat-sifatnya dengan sifat-sifat

mahluknya.(min ghair tamsil rabb al-alamin).

Berdasarkan alasan diatas,ibnu tamiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-ayat

mutasabihat. Menurutnya ayat atau hadits yang menyangkut sifat-sifat |Allah harus

diterma dan diartikan sebagaimana adanya dengan catatan hidup men-tasjim-

kan,tidak menyerupakan nya dengan mahluk dan tidak bertanya-tanya tentangnya.

Ibnu tamiyah mengakui ada 3 hal dalam masalah keterpaksaaan dan ikhtiar

manusia, yaitu Allah pencipta segala sesuatu,hamba pelaku yang sebenarnya dan

mempunyai kemampuan serta kehendak serta sempurna, sehingga manusia

bertanggung jawab terhadap perbuatanya, Allah meridhoi perbuatan baik dan tidak

meridhoi perbuatan buruk.

Dikatakan oleh watt bahwa ibnu tamiyah mempunyai pemikiran yang sudah

mencapai klimaks nya dalam sosiologi politik yang mempunyai dasar teologi.masalah

pokoknya terletak pada upayanya manusia membedakan manusia dengan

Page 14: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

tuhannya.yang mutlak,oleh sebab itu masalah tuhan tidak dapat diperoleh dari metode

rasional,baik dengan metode filsaft maupun teologi.juga dengan keinginan mistis

manusia untuk menyatu dengan tuhan adalah sesuatu yang mustahi. Oleh sebab itu

ibnu tamiyah sangat tidak suka dengan aliran filsafat yang mengatakan |Al-qur’an

berisi dalil khitabi dan igna’I (penenag dan pemuas hati) Aliran mu’tazilah yang

selalu mendahulukan dalil rasional dari pda Al-qur’an.sehingga banyak menggunakan

ta’wil : ulama’ memprcayai dalil-dalil Al-qur’an tetapi hanya dijadikan sebagai

pangkal penyelidikan akal meskipun untuk memperkuat isi Al-qur’an seperti al-

maturidzi mereka hanya mempercayai dalil –dalil |Al-qur’an tetapi menggunakan

pula dalil-dalil akal disamping |Al-quran (seperti asy-asy’ari).

(Rohisan Anwar, ilmu kalam 114-116)

Salafiah adalah aliran yang merujuk pada zaman permulaan islam generasi yang

terbaik yang dibanggakan nabi,saat itu belum berkontaminasi filsafat dan pengaruh

luar. Ajaran islam murni dengan benar-benar menjaga sanad yang bisa dipertanggung

jawabkan. Generasi sahabat tabi’in-tabi’in dan berakhir pada berakhir pada imam

maszhab setelah itu dinamakan zaman fitnah seperti yang telah dijelaskan oleh imam |

Ghozali.

Page 15: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

BAB

KESIMPULAN

Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat islam yang melepas

diri dari seluruh tanggung jawab. Maka manusia disamakan dengan makhluk lain

yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Golongan jabariyah pertamakali muncul di khurasan (Persia) pada saat

munculnya golongan Qodariyah, yakni kira-kiara pada tahun 70 H. Aliran ini

dipelopori oleh Jahm Bin Shafwan, aliran ini yang disebut Jahmiyah. Jahm bin

Shafwanlah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak

mempunyai kebebasan apapun. Semua perbuatan manusia ditentukan oleh Allah

semata, tidak ada campur tangan manusia.

Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum

jabariyah disebut kaum Jahmiyah. Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang

yang pertama mempelopori paham Jabariah adalah Al Ja’ad bin Dirham. Dia juga

disebut sebagai oaring pertama kali mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk dan

meniadakan sifat-sifat Allah.

Salaf artinya adalah ulama terdahulu, menurut Thablawi Mahmud Sa’ad. Salaf

terkadang dimaksudkan untuk merujuk generasi sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, para

pemuka abad ke- 3 H, dan para pengikutnya pada abad ke- 4 yang terdiri atas para

muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga

abad pertama islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang

tidak menggunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat). Sedangkan

Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firoq Al-Islamiyyah mendefisinikan salaf sebagai

sahabat, tabi’in dan tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampik penafsiran

yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang mengeripai segala sesuatu yang baru

untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.

Page 16: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

Dan aliran Jabariyah mempungai cirri-ciri:

“Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun. Sehingga

perbuatan baik yang jahat, buruk atau baik semataAllah semata yang menentukannya.

2) Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.

3) Ilmu Allah bersifat hudust (baru).

4) Iman hanya cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadzkan.

5) Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaan-Nya.

6) Bahwa surga dan neraka tidak kekal dan akan hancur dan musnah bersama

dengan penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.

7) Bahwa allah tidak dapat dilihat disurga oleh penduduk surga.

8) Bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan bukan kalamullah.

Dalam aliran Jabariyah terdapat perebedaan antara jabariyah estrim dan jabariyah

moderat dalam masalah prbuatan manusia. Jabariyah estrim berpendapat bahea

manusia bikan maerupakan perbuatan yang timbul dari kemauan sendiri, tetapi

perbuatan yang dipaksakan oleh dirinya. Sedangkan jabariyah moderat mengatakan

bahea tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik pebuatan jahat maupun perbuatan

baik, tetapi manusia mempungai peranan didalamnya.

Page 17: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 2007. Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Pres)

Rozak, abdul. dan R. Anwar 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia

Yusuf, A. Hasir. Dan diningrat, Karsidi.1998. Abu Al-Hasan Ibn Ismail Al-

Asy’ari dalam Kitab Maqalat Ai-Islamiyyah Wa Ikhtilaf Al-Mushallin (Prinsp-

Prinsip Dasar Aliran Teologi Islam). Jakarta: Pustaka Setia

M.A., A. Hanafi. 1980. Theologi Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna

Page 18: JABARIYAH DAN SALAFIYA I.doc

Pertanyaan Pertanyaan:

1. Mengapa paham jabariyah terpecah menjadi dua ( estrim dan

moderat)? Jelaskan!

2. Paham Jabariyah pada akhirnya lenih condong kepada aliran Al-

Asy’ariyyah. Mangapa!

3. Apa perbedaan Jabariyya dan Salafiyyah ?

4. Mengapa paham jabariyah itu terkesan pasrah tanpa mau usaha,

padahal sudah jelas bahwa ada firman Allah yang berbunyi “ berusahalah dan

tawakal” sudah jelas pada kalimat tersebut bahwa sebagai manusia kita harus

berusaha dulu baru pasrah?

5. Apakah dasar dan pedoman yang dipakai oleh kaum Jabariyyah

sehingga muncul pendapat-pendapat atau pikiran yang demikian itu?

6. Bagaimana proses punahnya atau hilangnya kaum jabariyah?

7.