Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

41
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR Disusun Oleh : Nama : Bagus Wibisono NIM : 723901S.08.011 Dosen pembimbing : Dedi Setiawan, S.Farm.,Apt

Transcript of Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Page 1: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Disusun Oleh :

Nama : Bagus Wibisono

NIM : 723901S.08.011

Dosen pembimbing : Dedi Setiawan, S.Farm.,Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

2008 / 2009

Page 2: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari pelaksanaan kegiatan praktikum farmesetika dasar ini

adalah agar mahasiswa dapat memahami, mengerti dan mampu membuat sedian

obat dari resep dokter.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Agar mampu membuat resep dengan benar sesuai resep dokter.

2. Dapat memahami cara kerja dalam membuat sediaan.

3. Dapat mengevaluasi sediaan sesuai bahan dasarnya.

4. Dapat mengetahui bahan, khasiat, efek samping dan informasi dari sediaan

yang dapat disampaikan kepada pasien.

Page 3: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

BAB II

DASAR TEORI

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan,

karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan

lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan. ( FI III, 23 )

Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih sama,

dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.

Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus

dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung lilin kemudian

dilapisi lagi dengan kertas logam. ( FI IV, 14 )

Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin pembagian yang

sama maka pembagian dilakukan paling banyak 20 bungkus. Apabila lebih dari 20

bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian. Dengan cara penimbangan

dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus. ( FI III, 23, FI IV, 14,

IMO, 35 )

Serbuk tabur adalah serbuk bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk

obat luar. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat

halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Serbuk

yang mengandung lemak harus diayak dengan pengayak nomor 44. seluruh

serbuk harus terayak semuanya, yang tertinggal diayakan dihaluskan lagi sampai

seluruhnya terayak. Setelah semua serbuk terayak, dicampur dan diaduk lagi.

Page 4: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Jangan digunakan serbuk sebelum tercampur homogen seluruhnya. ( FI III, 23, FI

IV, 14, IMO 47 )

Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu, sedikit

demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Dalam

mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga agar jangan ada

bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama untuk serbuk yang

berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk :

a. Obat yang berbentuk kristal / bongkahan besar hendaknya digerus halus

dulu.

b. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat

penambah ( konstituen ) dalam mortir.

c. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaaan agar tampak bahwa serbuk

sudah homogen.

d. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.

e. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu.

( FI III, 23, Ilmu Resep Teori jilid 1 )

Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat

tambahan yang bekhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum Lactis,

Saccharum album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 mg. penggunaan

Saccharum album ada keuntungannya sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan

mudah basah karena higroskopis. Serbuk yang diberikan kepada penderita

Page 5: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

diabetes tidak boleh digunakan Saccharum album sebagai zat tambahan. Tetapi

digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis. ( IMO, 35 )

Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan-bahan baku serbuk kering.

Maka itu untuk menggerus halus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir

panas. Jika jumlah obat kuarang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat

ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok.

Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.

Jika serbuk obat mengandung bahan yang mudah menguap, dikeringkan dengan

pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok ( FI III, 23, IMO

37 ).

Kelebihan dan kelemahan sediaan serbuk :

Kelebihan :

- Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan

si penderita.

- Lebih stabil terutama untuk obat yang rusak oleh air.

- Penyerapan lebih cepat dan lebih sempurna disbanding sediaan padat

lainnya.

- Cocok digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar

menelan kapsul atau tablet.

- Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul

dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

Page 6: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Kelemahan :

- Tidak tertutupnya rasa tidak enak seperti pahit, sepat, lengket dilidah

( bisa diatasi dengan corrigens saporis ).

- Pada penyimpanan menjadi lembab.

( Ilmu Resep Teori jilid 1, hal 24 )

Ada tiga kategori kualitas wadah, yaitu :

- Wadah tertutup rapat, harus melindungi isinya terhadap masuknya

bahan padat, lengas dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan,

pencairan dan penguapan pada waktu penggunaan, pengangkutan,

penyimpanan dan penjualan dalam kondisi normal.

- Wadah tertutup baik, harus melindungi isinya terhadap pemasukkan

pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dalam kondidi normal.

- Wadah tertutup kedap, harus mencegah menembusnya udara atau gas

pada waktu pengurusan, penyimpanan, dan penjualan dalam kondisi

normal. ( IMO, 26 )

Kerusakan sediaan secara makroskopik dapat dilihat dari timbulnya bau yang

tidak enak, perubahan warna, benyek, atau menggumpal. Sediaan ini dapat

disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan kering, dan

terlindung dari sinar cahaya matahari. ( FI IV )

Apabila dalam serbuk terdapat campuran maka dilakukan dengan cara

larutkan campuran dengan spritus fortior dalam mortar sampai cukup larut,

setelah itu diaduk dengan bahan lain misalnya Saccharum Lactis sampai

Page 7: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

fortiornya menguap. Pada wakti mengaduk jangan ditekan untuk menghindari

campuran menggumpal lagi.

Apabila dalam serbuk terdapat Stibii Pentasulfidum delakukan dengan cara

memasukkan sebagian Saccharum Lactis atau bahan lain dalam mortar lalu

masukkan serbuk Stibii Pentasulfidum dan tambahkan sisa Saccharum Lactis atau

serbuk lain, lalu diaduk dan digerus tanpa ditekan.

Bila didalam serbuk terdapat ektrak kental dilakukan dengan cara

megencerkan dahulu ekstrak kental tersebut dalam mortar panas dengan

ditambahkan cairan penyari spritus dilitus lalu diserbukkan dengan Saccharum

Lactis.

Bila dalam serbuk terdapat Tinctura atau Extractum Liquidum dilakukan

dengan cara, Tinctura atau Extractum Liquidum diuapkan dengan pelarutnya

diatas tangas air hingga hamper kering, lalu tambahkan bahan tambahan, biasanya

Saccharum Lactis.

Gula minyak = Elaeosacchara adalah campuran 2 gr Saccharum Lactis dengan

1 (satu) tetes minyak eteris. Gula berminyak tidak boleh disimpan sebagai

persediaan dan dikemas dalam kertas perkamen jangan dengan kertas paraffin.

( IMO 36-41 )

Page 8: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Resep 1

dr. Justitia

JL. A.YaniV/23 Samarinda

SIP: 578 / DKK / V / 1998

Smd, 22 sept 2008

R/ Asetosal tab V

M.f. Pulv. No X

S.t.d.d. Pulv. I p.r.n

Pro : Ana ( 11 thn )

I. Resep Asli / Standar

a. Resep Asli

R/ Asetosal

b. Kelengkapan Resep

-Paraf Dokter tidak Tertera

-Alamat Pasien tidak Tertera

c. Penggolongan Obat

O : -

Page 9: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

G : -

W : -

Bebas : Asetosal ( ISO 2004, 191 )

d. Komposisi Bahan

Tiap satu bungkus mengandung :

Asetosal 1 tablet 500 mg ( Fornas, 5 )

5 tablet = 5 x 500 mg = 2500 mg

1 bungkus = 250 mg

II. Uraian Bahan

1. Asetosal

` a. Sinonim : Acidum Asetycsalicylicum, Asam Asetilsalsilat

( FI III, 43 ).

b. Khasiat : Analgetikum: Obat yang menghilangkan rasa

sakit tanpa menimbulkan ketidaksadaran

( Ansel, 634 ).

Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu

tubuh menjadi normal dalam keadaan demam

( Ansel, 638 ).

c. Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa

asam ( FI III, 43 ).

Page 10: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

d. Dosis : DL 1x = 30 mg - 40 mg / thn

1hr= 90 mg - 160 mg / thn ( FI III, 920 )

DM 1x = 1 g

1hr = 8 g ( FI III, 958 )

2. Sacharum Lactis

a. Sinonim : Lactose, Laktosa, gula susu. ( FI III, 338 )

b. Fungsi : Bahan tambahan, pengisi & pemanis.( IMO,

35 )

c.Pemerian : Hablur, keras, putih / putih krem, tidak bau dan

sedikit manis stabil di udara, tetapi tidak mudah

menyerap bau. ( FI IV, 488 )

3. Carminum

a. Sinonim : karmin ( FI IV, 488 )

b. Fungsi : Bahan tambahan, Pewarna ( FI IV, 488 )

c.Pemerian : serbuk / masa hablur, keras, merah, tidak berbau

dan rasa sedikit manis, stabil di udara, tetapi

tidak mudah menyerap bau. ( FI IV, 488 )

III. Perhitungan Dosis

a. Asetosal

- DL 1x = 30 mg – 40 mg / thn ( x 11 thn )

= 330 mg – 440 mg

1 hr = 90 mg – 160 mg / thn ( x 11 thn )

Page 11: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

= 990 mg – 1760 mg

- DM 1 x = 1 g

1 hr = 8 g

1 x = 11 x 1 1 hr = 11 x 8 20 20

= 0,55 g = 550 mg = 4,4 g = 4400 mg

- Dosis Asetosal Dalam Resep

Sekali = 2500 x 1 = 250 mg 10

Sehari = 250 x 3 = 750 mg

Kesimpulan : Dosis Asetosal Subterapi

Rekomendasi : Dosis Ditingkatkan sesuai DL

Sekali = 1 x 350 = 350 mg

Sehari = 3 x 350 = 1050 mg

Perbaikan :

R/ Asetosal 0,350 g

M.f. Pulv. No. X

IV. Penimbangan

Asetosal 1 tab = 500 mg ( Fornas, hal 5 )

1. Asetosal = 350 x 10 = 3500 = 7 tablet 500

2. Karmin = 20 mg ( 1 : 4 )

Pengenceran : 20 x 200 = 80 mg 50

Page 12: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

- SL = 150 mg

- Karmin = 50 mg

Dari campuran karmin dan SL di ambil 80 mg

3. SL ( Sacharum Lactis ) = ( 10 x 500 ) – ( 3500 + 80 )

= 500 – 3580

= 1420 mg

V. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang di perlukan.

2. Di timbang bahan-bahan yang di perlukan sesuai perhitungan.

3. Carmin di encerkan dengan menambah SL, ambil 80 mg, sisanya di

bungkus dalam kertas perkamen, dan di tulis sisa pengenceran.

4. Asetosal di gerus dalam mortir hinggaa halus lalu tambahkan sebagian SL,

sedikit demi sedikit, gerus hingga halus dan homogen.

5. Tambahkan campuran no. 3 ke no. 4 gerus hingga homogen.

6. Bagi menjadi 2 bagian sama banyak, kemudian masing-masing

bagian dibagi menjadi 5 bagian sama banyak, dibungkus dengan

kertas perkamen.

7. serbuk di kemas dan di beri etiket putih.

Page 13: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

VI. Penandaan

Etiket Putih

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri dan penurun panas.

2. Obat ini di minum 3 x sehari 1 bungkus, pada pagi, siang dan

malam, sesudah makan bila diperlukan.

3. Obat disimpan dalam wadah tertutup baik, sejuk, dan kering.

4. Efek samping : mual, muntah, dan mengantuk.

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 1 Tgl : 22-09-08

Ana

3 x Sehari 1 Bungkus bila di perlukan

Sesudah Makan

Page 14: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Resep 2

dr. Justitia

Jl. A. Yani V / 23 Samarinda

SIP : 578 / DKK / V / 1998

Smd, 22 September 2008

R/ Asetaminophen 5

Efedrin HCl 2,5

M.f. Pulv No. X

S.t.d.d. Pulv 1

Pro : Kiki ( 9 thn )

I. Resep Asli / Standar

a. Resep Asli

R/ Asetaminophen 5 g

Efedrine HCl 2,5 g

b. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera

- Alamat pasien tidak tertera

c. Penggolongan Obat

O : -

G : -

Page 15: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

W : Efedrine HCl ( ISO 2007 Aflucaps ; 318 )

Bebas : Asetaminophen ( ISO 2007 Abajos ; 201 )

d. Komposisi Bahan

Tiap satu bungkus mengandung :

Asetaminophen 0,5 g = 500 mg

Efhedrine HCL 0,25 g = 250 mg

II. Uraian Bahan

1. Asetaminophen

a. Sinonim : Acetaminophenum, Parasetamol ( FI III, 37 ).

b. Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum ( FI III, 37 ).

Analgetikum adalah obat yang menghilangkan rasa

sakit tanpa menimbulkan ketidaksadaran

( Ansel, 634 ).

Antipiretikum adalah obat yang memperbaiki suhu

menjadi normal dalam keadaan demam ( Ansel,

638 ).

c. Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit

( FI III, 37 )

d. Dosis : DL : 1 X = 100 mg – 200 mg

1 hr = 400 mg – 800 mg ( FI III, 920 )

DM : 1 X = -

1 hr = 4 g

Page 16: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

2. Efedrine HC

a. Sinonim : 2-metilamino -1 fenilpopan-1-ol

hidrokklorida, Efedrine HCL ( FI III, 236 ).

b. Khasiat : Simpatomemitikum ( FI III, 236 ).

Simpatomimetikum adalah obat yangmengaktifkan

organ yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik

( Ansel, 644 ).

c. Pemerian : Serbuk hablur putih atau serbuk putih halus, tidak

berbau, rasa pahit ( FI III, 236 )

d. Dosis : DL : 1 X = -

1 hr = 0,8 mg / kg – 16 mg / kg

Dibagi dalam 4 dosis ( FI III, 933 )

DM : 1 X = 50 mg

1 hr = 150 mg ( FI III, 933 )

3. Sacharum Lactis

a. Sinonim : Lactose, Laktosa, gula susu. ( FI III, 338 ).

b. Fungsi : Bahan tambahan, pengisi & pemanis. ( IMO,

35 )

c.Pemerian : Hablur, keras, putih / putih krem, tidak bau dan

sedikit manis stabil di udara, tetapi tidak mudah

menyerap bau. ( FI IV, 488 ).

Page 17: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

4. Carminum

a. Sinonim : Karmin ( FI IV, 488 ).

b. Fungsi : Bahan tambahan, Pewarna ( FI IV, 488 ).

c.Pemerian : Serbuk / masa hablur, keras, merah, tidak berbau

dan rasa sedikit manis, setabil di udara, tetapi

tidak mudah menyerap bau ( FI IV, 488 ).

III. Perhitungan Dosis

a. Asetaminophen / Parasetamol

- DL : 1 X = 100 mg – 200 mg

1 hr = 400 mg – 800 mg

- DM : 1 X = -

1 hr = 4 g

DM anak umur 9 thn = n x DM dewasa ( dilling ) 20

Sehari = 9 x 4 Sekali = 1,8 20 3

= 1,8 g = 0,6 g

- Dosis Dalam Resep

Sekali = 5000 x 1 = 500 mg 10

Sehari = 500 x 3 = 1500 mg

Kesimpulan : Dosis Asetaminophen Terapi

b. Efedrine HCl

Page 18: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

- DL : 1 X = -

1 hr = 0,8 mg / kg – 16 mg / kg

Dibagi dalam 4 dosis ( FI III, 933 )

DL anak umur 9 thn ♂ X 22 kg ( ISO 2007, 445 )

Sehari = 0,8 mg x 22 kg = 17,6 mg

16 mg x 22 kg = 352 mg

Sekali = 17,6 mg – 352 mg = 4,4 mg – 88 mg 4 (dibagi dlm 4 dosis)

- DM : 1 X = 50 mg

1 hr = 150 mg

DM anak umur 9 thn = n x DM dewasa ( dilling ) 20

Sekali = 9 x 50 Sehari = 9 x 150 20 20

= 22,5 m g = 67,5 mg

- Dosis Dalam Resep

Sekali = 2,5 x 1 = 0,25 g → 250 mg 10

Sehari = 250 x 3 = 750 mg

Kesimpulan : Dosis Efedrine HCL oper dosis ( OD )

Rekomendasi : Dosis diturunkan sesuai DL

Sekali = 10 mg x 1 = 100 mg

Sehari = 10 mg x 3 = 300 mg

Page 19: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Perbaikan :

R/ Efedrine HCl 0,1 g

M.f. Pulv. No. X

IV. Penimbangan

Acetaminophen 1 tab = 500 mg ( Fornas, 5 )

Efedrine HCl 1 tab = 25 mg ( Fornas, 118 )

1. Asetaminophen = 10 x 500 mg = 5000 mg = = 10 tab

2. Efedrine HCl = 10 x 10 mg = 100 mg

100 mg = 4 tablet → Penimbangan 4 tab = 4 tab + kertas = 0,83 g 25 mg

Kertas = 0,30 g –

0,53 g

Jadi Efedrine HCL = 0,53 g → 530 mg

3. Karmin = 20 mg ( 1 : 5 )

Pengenceran = 20 x 250 = 100 mg SL = 200 mg 50 Karmin = 50 mg

Dari campuran karmin dan SL diambil 100 mg

4. SL (Sacharum Lactis ) = ( 10 x 600 ) – ( 5000 + 530 + 100 )

= 6000 – 5630

= 370 mg

V. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang bahan-bahan sesuai perhitungan.

Page 20: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

3. Karmin diencerkan dengan menambahkan SL, ambil 100 mg, sisanya

dibungkus dalam kertas perkamen dan di beri signa.

4. Masukkan Efedrin HCL ke dalam mortir, gerus sampai halus lalu

tambahkan sebagian SL sedikit demi sedikit, gerus hingga halus dan

homogen, disisihkan.

5. Masukkan Asetaminophen ke dalam mortir tambahkan sisa SL, gerus

hingga halus dan homogen.

6. Tambahkan campuran no. 3 dan no. 4 ke campuran no. 5 gerus hingga

homogen.

7. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan,

masing-masing dibagi menjadi 5 bagian, dibungkus dengan kertas

perkamen.

8. Serbuk dikemas dan diberi etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket Putih

Laboratorium Farmasetika

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Bagus Wibisono

No : 2 tgl : 22 sept 08

Kiki

3 x sehari 1 bungkus

Sesudah makan

Page 21: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri dan penurun panas.

2. Obat ini di minum 3 x sehari 1 bungkus pada pagi, siang dan malam hari.

3. Efek samping pada Efedrine HCl ; pada dosis biasa terjadi efek pusat

seperti gelisah, nyeri kepala, cemas dan sukar tidur. ( OOP, 459 )

4. Simpan di tempat kering, sejuk dan terlindung dari sinar matahari

langsung.

Page 22: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Resep 1

Dalam praktikum resep 1 ini dibuat sediaan pulveres. Sediaan ini berkhasiat

sebagai penurun suhu tubuh, penghilang rasa sakit / nyeri dan pereda panas.

Adapun bahan aktif yang digunakan yaitu :

1. Asetosal yang berfungsi :

- Analgetikum : Menghilangkan rasa sakit / nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran. ( Ansel, hal 634 )

- Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu tubuh menjadi normal

dalam keadaan demam. ( Ansel, hal 638 )

Dan zat tambahan yang digunakan yaitu :

- Sacharum Lactis yang berfungsi sebagai pemanis, menambah berat

serbuk tiap bungkusnya agar mencapai 500 mg dan membantu

pengenceran bahan yang tidak dapat ditimbang. ( IMO, hal 35 )

- Karmin yang berfungsi sebagai bahan tambahan dan pewarna agar dapat

membantu melihat apakah campuran sediaan telah homogen.

Dalam proses pembuatan resep ini, praktikan menggunakan zat tambahan yaitu,

karmin dan SL. Tujuan dari penambahan SL dan karmin adalah agar obat yang

Page 23: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

dibuat bobot tiap 1 bungkusnya mencapai 500 mg dan membantu praktikan

mengetahui apakah obatnya sudah homogen atau belum. Pada praktikum ini

praktikan menggunakan karmin sebanyak 20 mg saja, karena apabila kita

menggunakan karmin secara berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada hati

kita. Obat diminum sesudah makan, karena apabila perut masih dalam keadaan

kosong maka akan membuat keadaan asam lambung meningkat, sehingga bisa

menyebabkan muntah. Pada etiket ini diberikan etiket putih, karena obat ini

digunakan sebagai obat dalam.

Obat ini dapat diulang tanpa resep dokter, karena bahan yang digunakan

untuk membuat obat ini tidak ada yang tergolong obat keras, sehingga tidak

terlalu berbahaya jika diulang tanpa resep dokter.

Page 24: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Resep 2

Dalam praktikum resep 2 ini dibuat sediaan pulveres. Sediaan ini berkhasiat

sebagai penurun suhu tubuh, penghilang rasa sakit / nyeri dan pereda panas.

Adapun bahan aktif yang digunakan yaitu :

1. Asetaminophen yang berfungsi :

- Analgetikum : Menghilangkan rasa sakit / nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran.

- Antipiretikum : Obat yang memperbaiki suhu tubuh menjadi normal

dalam keadaan demam.

2. Ephedrine HCL yang berfungsi :

- Simpatomimetikum : Efek bronchodilatasi ( melebarkan bronkus ) lebih

ringan dan bertahan lebih lama,diberikan secara

oral, digunakan sebagai obat asma.( OOP, 611 )

Dan zat tambahan yang digunakan yaitu :

- Sacharum Lactis yang berfungsi sebagai pemanis, menambah berat serbuk tiap

bungkusnya agar mencapai 500 mg dan membantu pengenceran bahan yang

tidak dapat ditimbang.

- Karmin yang berfungsi sebagai bahan tambahan dan pewarna agar dapat

membantu melihat apakah campuran sediaan telah homogen atau belum.

Page 25: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

Pada pembuatan resep ini praktikan menggunakan karmin sebanyak 20 mg,

sehingga perlu melakukan pengenceran dengan bantuan SL agar dapat ditimbang.

Praktikan mengunakan karmin sebanyak 20 mg saja, karena apabila menggunakan

secara berlebihan akan menyebabkan gangguan pada fungsi hati.

Obat diminum sesudah makan, karena dalam peminuman obat ini apabila

perut masih dalam keadaan kosong maka akan membuat keadaan asam lambung

meningkat, sehingga bisa menyebabkan muntah. Pada etiket ini diberikan etiket

putih, karena obat ini digunakan sebagai obat dalam.

Obat ini dapat diulang tanpa resep dokter, karena bahan yang digunakan

untuk membuat obat ini tidak ada yang tergolong obat keras, sehingga tidak

terlalu berbahaya jika diulang tanpa resep dokter.

Page 26: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

BAB V

PENUTUP

A. kesimpulan

Resep 1

Setelah melaksanakan praktikum resep 1 ini dapat disimpulkan bahwa

sediaan yang di buat berfungsi sebagai penghilang rasa sakit, nyeri, dan penurun

panas. Sediaan berwarna merah muda karena mengandung karmin dan di tambah

dengan saccharum laktis agar sediaan terasa sedikit manis. Obat diminum 3 x

sehari 1 bungkus sesudah makan, tiap pagi, siang dan malam hari. Perhitungan

dosis dan penimbangan bahan obat harus tepat agar obat dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

Resep 2

Setelah melaksanakan praktikum resep 2 ini dapat disimpulkan bahwa

sediaan yang di buat berfungsi sebagai penghilang rasa sakit, nyeri, penurun panas

dan obat asma. Sediaan berwarna merah muda karena mengandung karmin dan di

tambah dengan saccharum laktis agar sediaan terasa sedikit manis. Obat diminum

3 x sehari 1 bungkus sesudah makan, tiap pagi, siang dan malam hari. Perhitungan

Page 27: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

dosis dan penimbangan bahan obat harus tepat agar obat dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.

B. Saran

Praktikan menyarankan agar pada praktikum selanjutnya alat-alat yang

tersedia di dalam laboratorium dapat lebih lengkap sehingga waktu pelaksanaan

praktikum dapat berjalan lebih lancar.

Page 28: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Cetakan VI. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ansel, C. Howard. 1928. Pengantar Sediaan Farmasi. Jakarta :

Universitas Indonesia.

Duin, Van. 1954. Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek Dan Teori. Jakarta :

Soeroengan.

Rahardja, Kirana dan Tan Hoan Tjay. 2002. Obat Obat Penting Edisi V. Jakarta :

PT. Elek Media Komputindo Klompok Gramedia.

Sirait, Midian dan Fauzi Kasim. 2008. Infomasi Sepesialite Obat Volume 43.

Jakarta : PT. ISFI.

Page 29: Laporan Farmasetika Dasar Praktiukm I.doc