BAB I-VII

61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input terjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen terdiri atas manusia, uang, material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga tercapailah output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan dan staff yang kompeten dan ahli. Pada hakikatnya manusia adalah pemimpin, karena dalam kehidupannya sehari-hari setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya. Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka perawat dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas sehingga perlu adanya perubahan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Dalam rangka tujuan pemebelajaran manajemen keperawatan yaitu suatu agen pembaharu untuk meningkaktkan kemampuan perawat dalam melaksanakan manajemen asuhan keperawatan, maka kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

description

this creative writing

Transcript of BAB I-VII

Page 1: BAB I-VII

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan

suatu kegiatan di organisasi.Didalam manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC

(Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staff, sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan organisasi.Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah

suatu input terjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen terdiri atas manusia,

uang, material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen

sehingga tercapailah output. Output pada manajemen berupa efisiensi dalam pelayanan

dan staff yang kompeten dan ahli.

Pada hakikatnya manusia adalah pemimpin, karena dalam kehidupannya sehari-hari

setiap manusia selalu melakukan manajemen bagi dirinya sendiri ataupun keluarganya.

Pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan, maka perawat dituntut untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas

sehingga perlu adanya perubahan dalam tatanan pelayanan keperawatan.

Dalam rangka tujuan pemebelajaran manajemen keperawatan yaitu suatu agen

pembaharu untuk meningkaktkan kemampuan perawat dalam melaksanakan manajemen

asuhan keperawatan, maka kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta yang terdiri dari 6 orang melakukan praktik tersebut

di ruang Shafa An-Nisa selama 4 Minggu, terhitung mulai dari tanggal 25 Juni-20 Juli.

Dalam melakukan praktik, mahasiswa melakukan kegiatan dimulai dengan pengkajian

untuk mengidentifikasi masalah sampai mahasiswa memepersiapkan perencanaan dan

implementasi untuk meneyelesaikan masalah manajemen tersebut.

Dari hasil pengumpulan data melalaui wawancara, kuisioner dan observasi didapat

beberapa masalah diantaranya belum optimalnya penggunaan media album orientasi

pasien baru, belum optimalnya pelaksanaan metode tim, belum optimalnya penggunaan

hand rub karena fasilitas yang kurang memadai, dan belum optimalnya pemisahan

sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.

Page 2: BAB I-VII

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan, mahasiswa mampu

menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan dan menjadi “change agent”

pada unit pelayanan kesehatan serta nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan diruang rawat Shafa- An-Nisa RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek profesi manajemen keperawatan mahasiswa mampu:

a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan

manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di tempat praktik.

b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama

kepala ruangan dan para perawat tempat praktek.

c. Menetapkan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati bersama

kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

d. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah berdasarkan kebutuhan masalah

yang disepakati kepala ruangan dan para perawat ruangan serta pembimbing.

e. Mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan mulai dari aspek masukan (input),

aspek proses sampai dengan proses hasil (output).

C. Manfaat penulisan

1. Bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen

secara nyata di lahan praktek maupun tempat bekerja nanti.

2. Bagi Rumah Sakit atau ruangan

Mahasiswa dapat membantu memecahkan masalah dengan ilmu yang dimiliki

selama menempuh di bangku kuliah dengan teknik pemecahan masalah pada konsep

manajemen sehingga meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.

3. Bagi pendidikan

Dapat menjadi evaluasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran tentang manajemen

keperawatan bagi mahasiswa yang akan menjalani praktik profesi pada program

berikutnya

Page 3: BAB I-VII

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Definisi

Manajemen diartikan secara singkat sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan

melalui upaya orang lain, maka manajemen keperawatan sendiri diartikan secara

singkat sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan

untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,

keluarga dan masyarakat ( Gillies, 1992 ). Manajemen merupakan suatu pendekatan

yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana

didalam manajemaen tersebut mencakup koordinasi dan suverfisi terhadap staf, sarana

dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massely, 1999).

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya

orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat

diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan

a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan pada perencanaan, karena

melalui perencanaan pimpinan dapat cepat menurunkan resiko pengambilan

keputusan, pemecahan masalah dan efek menurunkan yang terencana.

b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang

efektif, manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan

yang terprogram dengan baik. Dan melaksanaan kegiatan sesuai waktu yang

telah ditentukan sebelumnya. Keberhasilan seorang manajer keperawatan

tergantung pada penggunaan waktu yang efektif.

c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan, berbagai situasi

maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan

memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.

Page 4: BAB I-VII

d. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan

sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan ada 3 blok struktur

organisasi yaitu: unit, sub bidang dan bidang. Adapun prinsip

pengorganisasian:

1) Pembagian tugas

2) Koordinasi

3) Komando

4) Kewenangan

5) Hubungan staf dan lini

6) Pengawasan

Didalam keperawatan pengorganisasian pelayanan keperawatan dilaksanakan

dengan cara ( Burgess dan Gillies, 1988 ):

1) Fungsional atau penugasan yaitu pembagian tugas untuk perawat yang

dilakukan oleh kepala ruangan.

2) Alokasi pasien yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk

beberapa pasien atau satu pasien oleh satu perawat pada saat berjaga.

3) Perawatan group atau team nursing yaitu pelayanan keperawatan pada

sekelompok pasien yang dipimpin oleh perawat register nurse.

4) Pelayanan keperawatan utama ( primary nurse ) yaitu pengorganisasian

dengan pelayanan keperawatan sehingga satu orang ( register nurse )

bertanggung jawab dari klien masuk sampai klien keluar.

5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang

meliputi proses pendekatan, supervisi, koordinasi dan pengendalian

pelaksanaan perencanaan yang diorganisasikan.

6) Bidang keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya

persiapan perawat pelaksana menempati posisi yang lebih tinggi atau

upaya manajer meningkatkan pengetahuan karyawan.

9) Pengendalian merupakan elemen manajer keperawatan yang meliputi

penilaian tentang pelaksanaan yang telah dibuat.

Page 5: BAB I-VII

3. Proses Manajemen Keperawatan

a. Pengkajian-pengumpulan data

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan

proses manajemen seperti proses keperawatan, mencakup pengumpulan data,

fakta-fakta, masalah-masalah diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan

rencana-rencana dan evaluasi hasil.

b. Perencanaan

Dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini

dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada

semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,

memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat

pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta

menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai isi dan

misi institusi yang telah ditetapkan.

c. Pelaksanaan

Karena manajemen membutuhkan kerja sama dengan orang lain, pelaksanaan

langkah proses manajemen menyangkut pengarahan kelompok-kelompok

perawat untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang telah direncanakan.

Pengarahan karyawan mencakup pengarahan, komunikasi dan motivasi.

d. Evaluasi

Tahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang

telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh

staf mampu melaksanaan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah

ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan

mendukung dalam pelaksanaan.

Page 6: BAB I-VII

B. KEPEMIMPINAN

1. Definisi

a. Stog dill

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok

terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.

b. Gardner

Kepemimpinan adalah suatu proses persuasive dan memberikan contoh

sehingga individu atau pimpinan kelompok membujuk kelompoknya untuk

mengambil tindakan sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan kelompok.

c. Mc. Grebor

Kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu

berubah dengan waktu seperti yang terjadi pada menejemen, serikat sekerja,

atau kekuatan dari luar. 4 fariabel untuk memahami kepemimpinan:

1) Karakter pemimpin

2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik lain dari bawahan

3) Karakteristik dari organisasi

4) Keadaan sosial ekonomi, politik, lingkungan

d. Talbott

Kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang mengubah sekelompok

orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna, dengan faktor –

faktor lingkungan yang ada, bagaimana mencapai tujuan yang dikehendaki.

2. Teori – teori Kepemimpinan

a. Teori sifat bawaan

Disini praduga yang harus digaris bawahi adalah pemimpin itu dilahirkan

tidak dibentuk. Sifat – sifat pribadi bawaan antara lain intelektual, emosi,

fisik.

Kepribadian :

1) Mudah menyesuaikan diri

2) Keyakinan diri

3) Kreatif

4) Bisa menyatukan diri

5) Kemampuan

Page 7: BAB I-VII

6) Sangat sering seorang ditunjuk karena bakat/kemampuan

administrasi dan tekhnisnya, dia perlu mempunyai cukup

kepopuleran, wibawa, ketrampilan diri dan mempersatukan

anggota.

b. Teori Perilaku

Diantara teori – teori, teori X dan teori Y dari Douglass Mc Gregor

Teori X mempunyai ciri :

1) Umumnya anggota menolak dan tidak mau melaksanakan tugas

yang diberikan, kecendrungan menentang diri

2) Umumnya anggota agresif dan suka melanggar, disini mereka harus

dipimpin dan harus diarahkan serta di awasi secara ketat.

Teori Y mempunyai ciri :

1) Umumnya anggota senang hati dan mampu melaksanakan tugas bila

tujuan tercapai

2) Umumnya anggota punya sifat inisiatif satu sama lain saling

mengawasi dan mengendalikan diri

3) Disini mereka tidak perlu secara ketat dipimpin, di arahkan dan

diawasi.

3. Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki pemimpin:

1. Autokratik

a. Pemimpin membuat keputusan sendiri

b. Lebih memperlihatkan hasil dari pada terhadap karyawannya

c. Dapat menimbulkan permusuhan, agresifitas/sebaliknya menghilangkan

inisiatif dan apatis

2. Demokratis

a. Pengambilan keputusan melibatkan bawahan

b. Berorientasi kepada bawahan dan menitik beratkan hubungan antar

manusia dan kerja kelompok

c. Dapat menimbulkan/meningkatkan produktifitas, inisiatif dan kepuasan

kerja

Page 8: BAB I-VII

3. Laissez faire

a. Memberikan banyak kepuasan

b. Pantang memberikan bimbingan

c. Bermaksud setiap orang bebas dan senang

d. Dapat menyebabkan: produktifitas rendah, karyawan frustasi, tidak ada

pegangan

4. Kecakapan kepempipinan

a. Kecakapan konvesional (konseptual skill)

1) Kemampuan mengetahui kebijaksanaan organisasi secara

keseluruhan

2) Hal ini penting pemimpin tingkat atas (top manger level)

b. Kecakapan kemanusiaan (human skill)

1) Kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan

kelompok

2) Untuk membangun suatu usaha koordinasi dalam suatu team

dimana ia sebagai pemimpin

c. Kecakapan teknis (technical skill)

1) Penting sebagai pimpinan tingkat middle menageman level dan

pimpinan tingkat bawah ( supervisor/lower mangemen level)

5. Aspek jalinan kepemimpinan

a. The leader (kepemimpinan)

1) Value

2) Skill : gaya kepemimpinan (pemahaman pola dasar perilaku saat

bertindak dan kemampuan untuk memimpin)

b. The followers

1) Pengikut disamping kepemimpinan

2) Hal yang penting mereka menerima kepemimpinannya

3) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga atau dalam

merefrensikan harapan

4) Hal yang penting untuk menerima kepemimpinan

5) Jika pemimpin butuh kesadaran diri pengikut juga tahu dalam

mereferensikan harapan

Page 9: BAB I-VII

c. The situation

1) Situasi spesifik yang ada disekeliling akibat dari kepemimpinan

yang diberikan

2) Kebutuhan kerja dan system control

3) Angka struktur tugas

4) Tingkat interaksi

5) Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan: organisasi

kultur dan etos kerja penting dalam pembuatan situasi

d. The communication proses

1) Komunikasi dengan semua group digunakan chanel bagaimana

harus berkomunikasi terbuka atau tertutup

2) Komunikasi dasar yang sangat bagus

3) Dengan komunikasi pemimpin dapatdisampaikan vision (cara

pandang) dan pesannya untuk diikuti

e. The goals ( tujuan)

Organisasi memilih tujuan individu berkerja organisasi juga punya tujuan,

tujuan bisa bersama atau tidak sejalan

C. Change Agent/ Pengelolaan Perubahan

1. Definisi perubahan

Menurut teori Lipitts (1973) perubahan adalah sesuatu yang direncanakan atau

tidak direncanakan tahap status quo dalam individu, situasi atau proses dan dalam

perencanaan perubahan yang diharapkan, di susun oleh individu, kelompok,

organisasi atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung statusquo,

organisasi lain/situasi lain.

Menurut pendapat kelompok, perubahan adalah proses yang terjadi pada individu/

kelompok menjadi sesuatu yang diharapkan melalui perencanaan program-

program tertentu.

2. Tiga tahap dalam perubahan (lewin, 1951)

a. Pencarian

Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya

keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk

Page 10: BAB I-VII

berubah, memahami masalah yang dihadapi dan mengetahui langkah-langkah

nyata untuk berubah/melakukan perubahan

b. Bergerak

Bergerak menuju keadaan yang tingkat/tahap perkembangan baru, karena

memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah,

memahami masalah yang dihadapi dan mengetahu langkah-langkah nyata

untuk berubah dalam mencapai tingkat/tahap baru

c. Pembekuan

Telah mencapai tingkat/tahap baru, mencapai keseimbangan baru, tingkat

baru, yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran/ bergerak

kembali pada tingkat perkembangan semula

3. Dua faktor kekuatan untuk terjadinya perubahan

a. Kebutuhan dasar manusia

1) Kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan yang belum terpenuhi akan motivasi perilaku sebagimana teori

kebutuhan dasar Maslow (1954)

2) Kebutuhan dasar interpersonal

Kebutuhan untuk berkumpul/bersama-sama, kebutuhan untuk

mengendalikan/melakukan kontrol, keutuhan untuk dikasihi, kedekatan

dan perasaan emosional

b. Faktor penghambat

Menurut Neu dan Courillard (1981) dalam Nursalam faktor penghambat

terjadinya perubahan disebabkan oleh beberapa hal: mengancam kepentingan

pribadi, persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologis, toleransi untuk

berubah rendah

4. Alasan perubahan (Lewis, 1951)

Alasan perubahan harus dilakukan oleh manager dalam merencanakan suatu

perubahan:

a. Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik

b. Perubahan harus secara bertahap

c. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis dan mendadak

Page 11: BAB I-VII

d. Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan

perubahan

Menurut pendapat kelompok, alasan perubahan harus dilakukan adalah agar

tercapainya tujuan yang diharapkan.

Menurut teori Lipitts (1973) ada 7 tahap dalam proses perubahan:

1) Menentukan masalah

Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan

menghindari terhadap kesimpulan, sebelum semua fakta dapat

dikumpulkan

2) Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap

proses perubahan tersebut

3) Mengkaji motivasi change agen dan sarana yang tersedia

Manager harus mampu menunjukan motivasi yang tinggi dan keseriusan

dalam pelaksanaan perubahan

4) Menseleksi tujuan perubahan

Harus disusun suatu kegiatan secara operasional, terorganisir dan

berururtan, kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu

yang tepat untuk dilaksanakan

5) Memilik peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu

Perubahan akan berhasil apabila antara manager dan staf mempunyai

pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan

tersebut

6) Mempertahankan perubahan yang telah dimulai

7) Mengakhiri bantuan

Selama proses mengakhiri perubahan, harus sesuai diikuti oleh

perencanaan yang berkelanjutan dari manager

5. Strategi Membuat Perubahan

Perubahan dalam organisasi mencakup 3 tingkatan yang berbeda yaitu: individu

yang bekerjadiorganisasi tersebut, perubahan struktur dan system, perubahan

hubungan interpersonal.

Page 12: BAB I-VII

Strategi membuat perubahan dikelompokan menjadi 4 hal, yaitu:

a. Memiliki misi yang jelas

Misi harus disusun secara ringkas, jelas, mudah dipahami dan dapat

dilaksanakan oleh setiap orang

b. Menciptakan iklim/budaya organisasi yang kondusif

Menurut Potter dan O’Grady ( 1986 ) upaya yang harus ditanamkan dalam

menciptakan iklim yang kondusif adalah: kebebasan untuk berfungsi secara

efektif dukungan dari sejawat dan pimpinan, kejelasan harapan tentang

lingkungan kerja, sumber yang tepat untuk praktik secara efektif, iklim

organisasi yang terbuka.

c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan

Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam perubahan. Setiap orang

perlu dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari informasi yang salah.

d. Keterlibatan orang yang tepat

Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencana

sudah tersusun

6. Kunci sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik.

a. Mulai dari diri sendiri

Perubahan dan pemenuhan terhadap diri sendiri, baik sebagai individu maupun

sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai.

b. Mulai dari hal-hal yang kecil

Perubahan yang besar tidak akan berhasil, kalau tidak dimulai terhadap hal-hal

yang kecil.

c. Mulailah sekarang, jangan menunggu-nunggu

Memanfaatkan kesempatan yang ada karena kesempatan tidak datang dua kali

dengan kesempatan/tawaran yang sama.

Page 13: BAB I-VII

7. Tahap pengelolaan perubahan

Tahap Penjelasan

Tahap I Mengidentifikasi tujuan perubahan, melakukan pengkajian pada

orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan-bahan yang

sudah dikembangkan dan secara konsisten menatap keadaan sesuai

visi yang telah ditetapkan

Tahap II Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan strategi

organisasi

Tahap III Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang yang

terlibat didalamnya

Tahap IV Menentukan siapa yang akan memimpin perubahan, pemimpin harus

mengkomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang tatanan

jabatan organisasi dan sebagai pelatih, mentor, pendengar dan

mendukung kerja kelompok.

Tahap V Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat

Tahap VI Mengidentifikasi instrument tujuan yang spesifik yang dipergunakan

sebagai tolak ukur mempunyai perubahan

Tahap VII Membangun suatu sistem kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus

mempunyai tanggungjawab yang jelas, mampu berkomunikasi

dengan yang lainnya, dan juga harus mampu negosiasi dan

penyelesaiaan masalah.

TahapVII Melibatkan semua tim kesehatan yang terlibat dalam praktik

keperawatan professional kepada pasien, dan tim tersebut harus

mendukung dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh

organisasi

D. Infeksi Nosokomial

Page 14: BAB I-VII

1. Definisi

Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme (agen infeksius)

dalam tubuh penjamu. Infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

(health care-associated infection / infeksi nosokomial) biasanya disebut infeksi

didapat dari pelayanan kesehatan atau nosokomial, yaitu infeksi yang dihasilkan

dari penyampaian pelayanan pada suatu sarana pelayanan kesehatan (Perry potter,

2009). Infeksi ini dapat terjadi sebagai hasil prosedur yang invasive, pemakaian

antibiotic adanya organisme yang resisten dengan berbagai obat, dan pelanggaran

dalam kegiatan pencegahan infeksi.

2. PenyebabAdanya organisme patogenik belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi.

Infeksi terjadi dalam suatu siklus yang tergantung pada adanya elemen berikut:

Gambar: Rantai Infeksi (Perry Potter, 2005)

a. Agen infeksius

agen infeksius

reservoir

jalur keluar

jenis penularan

jalur masuk

tubuh penjamu

Page 15: BAB I-VII

Mikroorganisme terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

Mikroorgaisme pada kulit ada yang bersifat flora permanen atau transien.

Organisme permananen (flora normal) adalah yang tinggal menetap di kulit, di

mana mereka bertahan hidup dan berkembang biak tanpa menyebabkan

penyakit.

Mikroorganisme transien menempel pada kulit ketika individu kontak dengan

individu lain selama aktivitas normal. Contohnya seorang perawat menyentuh

pispot atau pakaian yang terkontaminasi, maka bakteri transien melekat pada

kulit perawat. Organisme melekat pada kulit melalui debu dan minyak atau di

bawah kuku. Organisme tersebut dapat dengan mudah berpindah kecuali

dihilangkan dengan mencuci tangan (Larson, 2005). Jika tangan terlihat kotor

dengan materi proteinasius, gunakanlah sabun dan air untuk

membersihkannya. Jika tangan tidak terlihat kotor, maka penggunaan alcohol

atau mencuci tangan dengan sabun dan air dapat digunakan sebagai

desinfektan bagi tangan tenaga keseahatan (CDC, 2002).

b. Reservoir

Reservoir adalah suatu tempat dimana pathogen dapat bertahan hidup, tetapi

atau tidak dapat berkembangbiak. Reservoir yang paling dikenal adalah tubuh

manusia. Berbagai mikroorganisme hidup dikulit dan berada dalam rongga,

cairan dan cairan yang keluar dari tubuh. Adanya mikroorganisme tidak selalu

menyebabkan individu menjadi sakit.carier adalah individu yang menunjukkan

tidak adanya gejala penyakit tetapi memiliki organisme pathogen pada atau

dalam tubuhnya yang dapat ditransfer keindividu lain.

c. Jalur keluar

Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang

biak, mereka harus menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh

pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat berupa darah, kulit,

membran mukosa, traktus gastrointestinal, traktus genitourinarius, traktus

respiratorius, dan transplansenta (ibu ke janin).

d. Jenis penularan

Setiap penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Jalur utama penularan

pathogen yang ditemukan dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah

tangan tenaga kesehatan yang tidak dicuci(CDC,2002 Cipriano,2007). Alat

yang digunakan di pelayanan kesehatan dapat menjadi sumber penularan

Page 16: BAB I-VII

pathogen. Semua personel rumah sakit yang memberikan pelayanan langsung

dan individu yang menjalankan fasilitas pendukung dan diagnostic harus

mengikuti praktek pencegahan dan control infeksi untuk meminimalkan

penyebaran infeksi. Karena banyak factor yang menyebabkan penyebaran

infeksi pada klien, maka semua tenaga kesehatan harus rajin melaksanakan

praktek pencegahan dan control infeksi, seperti membershakan tangan dengan

dan meyakinkan bahwa peralatan yang dipakai telah dibersihkan, desinfeksi,

dan sterilisasi sebelum digunakan lagi.

e. Jalur masuk

Organisme masuk ke tubuh melalui jalur yang sama saat mereka keluar. Eagai

contoh, ketika jarum menusuk kulit klien organisme masuk ke tubuh jika

persiapan kulit yang benar tidak dilakukan.

f. Tubuh penjamu

3. Resiko Infeksi NosokomialResiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang di rawat di RS, dapat

juga terjadi pada para petugas RS tersebut.Berbagai prosedur penanganan pasien

memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien.

4. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang

diterintegrasi, monitoring dan program yang termasuk membatasi transmisi

organisme atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, karena hygien tangan

merupakan komponen yang paling mendasar dalam pencegahan suatu infeksi

nosokomial di RS maka pada tahun 2002 CDC ( Central for Diseas Control) telah

menetapkan sebuah panduan untuk hygien tangan pada pelayanan kesehatan.

Kebersihan tangan

a. Definisi

Kebersihan tangan adalah suatu prosedur tibdakan membersihkan tangan

dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air bersih yang mengalir

(bila terkontaminasi darah dan cairan tubuh), hand rub berbasis alkohol

(bila tidak tampak kotor).

b. Tujuan

Page 17: BAB I-VII

Tujuan kebersihan kontaminasi dari mikroba yang disebabkan karena

kontak dengan pasien, terinfeksi, kontak dengan lingkungan serta

menghilangkan bahan organik dari tangan.

c. Cara Tranmisi Mikroba Melalui Tangan

Mikroba berada di kulit, lingkungan pasien.

Transfer mikroba ke tangan petugas.

Mikroba bertahan hidup di tangan.

Mikroba bertahan sebagai transmisi, tidak efektif terhalau.

Tangan terkontaminasi menjadi transmisi mikroba.

d. Cara Terpenting Mencegah Kontaminasi Silang

Alkohol Hand rub

Pemakaian hand rub sangat praktis, cepat dan aman untuk menurunkan

flora kulit dapat menggantikan cuci tangan rutin dan setelah cuci tangan

bedah bila tangan tidak tampak kotor.

Kuku tidak panjang, tidak pakai cincin, gelang, jam tangan dan kuteks.

Sarung tangan dipakai untuk tugas-tugas tertentu.

Peningkatan kepatuhan dengan cara edukasi, supervisi, umpan balik,

audit teratur, antiseptik berbasis alkohol ditepi tempat tidur.

Kebersihan tangan merupakan komponen utama dari kemanan pasien

yaitu sebagai indikator berkualitas.

Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pengahalang

pengendalian infeksi.

Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS.

e. Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan Tangan

a) Butuh dukungan seluruh petugas kesehatan

b) Hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan

Peraturan tertulis

Fasilitas yang mudah dicapai (cuci tangan/hand rub)

Promosi dan komunikasi

Informasi tentang kebersihan tangan

Umpan balik penampilan, monitoring teknik

Page 18: BAB I-VII

Seleksi antiseptic yang tidak menimbulkan kerusakan kulit petugas

f. Rekomendasi Kebersihan Tangan

a) Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan rutin dengan alkohol han rub

b) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan

sesudah makan, setelah dari toilet dan setiap tangan tampak kotor.

c) Jaga kuku selalu tampak pendek, bersih, dan tidak memakai perhiasan,

kuku palsu, kutek.

d) Jangan mencuci sarung tangan setelah kontak dengan pasien.

e) Tidak dianjurkan memakai handuk yang berulang dan tissue rol.

f) Pilih sabun antiseptik yang bersifat rendah iritatif

g) Tidak boleh menambahkan sabun cair/ antiseptik sebelum benar-benar

habis.

h) Untuk menghilangkan resiko terbakar (kulit terasa panas), tangan harus

benar-benar kering dari alkohol hand rub sebelum menyentuh pasien

atau lingkungan/peralatan pasien.

g. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Kebersihan tangan

Sediakan hand rub dipintu masuk ruang rawat/ disisi tempat tidur pasien

Penyuluhan petugas secara teratur tentang pentingnya kebersihan tangan,

kapan dan cara melakukan dengan benar.

Pasang poster prosedur cara mencuci tangan dengan air atau dengan

alkohol hand rub.

Monitoring kepatuhan petugas dan beri umpan balik pada petugas yang

meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan.

Evaluasi kepatuhan kebersihan tangan.

h. Alternatif mencuci tangan

a) Hand rub berbasis alkohol 70%

1. Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas

2. Tidak mahal, mudah di dapat dan mudah di jangkau

3. Dapat dibuat sendiri (gliserin 2ml dengan 100 ml alkohol 70%)

4. Komposisi hand rub menurut WHO

- Etanol 96% 833,3 ml

Page 19: BAB I-VII

- Hidrogen peroksida 3% 41,7 ml

- Gliserol 98% 14,5 ml

- Isopropil alkohol 99,8% 751,5 ml

- Hidrogen peroksida 3% 41,7 ml

- Gliserol 98% 14,5 ml

Tambahkan formula tersebut dengan air distilasi/rebusan/dingin

sampai mencapai 1000ml, campur hingga homogen.

5. Komposisi hand rub di RS Islam Jakarta Pusat Cempaka Putih

Dalam 20 liter hand rub terdapat:

- Alkohol 70% 20 liter

- Gliserin 200 ml

- Parfum 8 ml

b) Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan dengan air bersih mengalir

dan sabun harus dilakukan.

c) Hand rub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,

sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan dengan dan air

mengalir.

i. Contoh agen antiseptik

a) Alkohol 60%-90% (etil dan isopropyl atau metil alkohol)

b) Klorheksidin glukonat 2%-4% (hibiscrub, hibitane, hibiclens)

c) Khloreksidin glukonat dan cetrimide (savlon)

d) Yodium 3%

e) Triclosan

f) Iodofor 7,5%-10% (betadine)

j. Cuci Tangan Wajib Dilakukan Oleh:

Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti dokter,

perawat dan petugas kesehatan lainnya (fisoterapi, teknisi).

Setiap orang yang ada kontak denga pasien, meskipun tidak langsung

seperti ahli gizi, farmasi, dan petugas laboratorium.

Setiap petugas yang berkontribusi dengan prosedur yang di lakukan

terhadap pasien.

Setiap orang yang bekerja di RS.

Page 20: BAB I-VII

k. Waktu Untuk Mencuci Tangan

a) Segera setelah tiba di RS.

b) Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien.

c) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau benda yang

terkontaminasi cairan tubuh pasien.

d) Di antara kontak pasien satu dengan yang lainnya.

e) Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien.

f) Sesudah dari toilet.

g) Sesudah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.

h) Bila tangan kotor.

i) Sebelum meninggalkan RS.

j) Segera setelah melepaskan sarung tangun.

k) Sebelum dan sesudah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan.

l. Kapan Kita Pakai Hand Rub

a) Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau.

b) Fasilitias cuci tangan in adekuat.

c) Saat ronde diruangan yang memerlukan desinfektan.

d) Diantara tindakan keperawatan.

e) Bukan pengganti cuci tangan.

f) Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda taau cairan tubuh pasien.

m. Standar Operasional Prosedur Penggunaan Hand Rub

Dengan antiseptik hand rub/ antiseptk berbahan dasar alkohol

1. Berikan antiseptik Hand rub/Antiseptik berbahan dasar alkohol.

2. Semprotkan cairan hand rub ke telapak tangan.

3. Lakukan 7 langkah :

a. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan.

b. Menggosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan

sebaliknya.

c. Menggosok telapak tangan dengan telapak tangan dan jari saling

terkait.

Page 21: BAB I-VII

d. Membersihkan jari-jari sisi dalam dengan meletakkan punggung jari

pada telapak tangan satunya dengan jari saling mengunci.

e. Membersihkan ibu jari tangan kanan di gosok memutar oleh telapak

tangan kiri dan sebaliknya.

f. Membersihkan ujung-ujung jari tangan kiri dengan cara menguncup,

gosok, memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan dan

sebaliknya.

g. Membersihkan perelangan tangan kiri dengan cara pegang

pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gerakan memutar dan

sebaliknya.

BAB III

ANALISA SITUASI

ANALISA SITUASI RUANGAN

Page 22: BAB I-VII

A. Keadaan ruangan

Ruangan Shafa An-nisa RSIJ Cempaka Putih merupakan bangunan yang kokoh yang

terdiri dari ruang persalinan dan rawat inap perawatan kelas I, II, III. Semua kasus

Maternitas dan kasus Obstetri Gynekology dirawat diruangan ini. Adapun kondisi

ruangan Shafa An-nisa terdiri dari :

1. Ruangan rawat inap

a. Dengan kapasitas tempat tidur perawatan kelas I terdiri dari (5 tempat tidur),

ruang perawatan kelas II terdiri dari (8 tempat tidur), kelas III terdiri dari (14

tempat tidur).

b. Nurse station, VK/kamar bersalin, nurse station post partum.

c. Ruang menyusui

d. Ruang kepala ruangan

e. Ruang ganti perawat

f. Kamar one day care

g. Kamar isolasi

h. Ruang cuci spoolhok

i. Ruang senam hamil

j. Ruang Pantry

k. Kamar mandi disetiap kamar pasien

2. Ruangan instrumental (semi steril)

a. Kamar persiapan

b. Kamar ganti

c. Kamar bersalin : 3 kamar

d. Kamar bersalin atau kamar isolasi

e. Kamar CTG

f. Kamar dokter

g. Kamar bayi observasi

h. Kamar bayi isolasi

3. Peralatan

a. CTG

Page 23: BAB I-VII

b. Alat pertolongan persalinan normal, ekstraksi vacum, ekstrasi forcef.

c. Perforator

d. Hpp Set

e. O2 sentral

f. Resusitasi bayiinkubator

g. Transfer baby BOX

B. Analisa keadaan ruangan Shafa An-nisa

Ruangan shafa annisa merupakan ruangan yang merawat pasien dengan kasus

obstetric ginekologi, maternitas dan rooming in bayi sehat. Ruang shafa annisa

memilki ruangan yang memadai untuk perawatan post partum yang terbagi dalam

kelas I, II, III selain itu untuk menunjang pelayanan dalam tindakan bersalin ruang

Shafa Annisa juga memiliki fasilitas VK serta foto terapi untuk bayi dengan

hiperbilirubin. Ruang Shafa Annisa memiliki cukup sarana untuk membantu proses

persalinan, perawatan post partum, perawatan kasus obgyn. Selain itu ruang Shafa

Annisa juga memiliki ruang menyusui dalam upaya meningkatkan kesadaran ibu akan

pentingnya ASI ekslusif. Dalam denah ruang shafa annisa tampak ruang perawatan

kelas III cukup jauh dari station nurse, sehingga untuk pemantauan kurang optimal.

Belum maksimal penggunaan meja tim yang ada di kelas III.

C. Ketenagaan

Dari hasil pengamatan kondisi jumlah tenaga bidan/perawat di Shafa Annisa

terdiri dari 36 orang yang terdiri dari: D4 kebidanan/SST (Sarjana Saint Terapan); 2

orang, D3 Kebidanan; 23 orang, D1 Kebidanan; 4, S1 Keperawatan; 1, D3

Keperawatan; 6. Pegawai di ruang Shafa An-nisa merupakan pegawai tetap dan

PKWT, dimana pegawai PKWT ini setiap 3 bulan sekali dilakukan rotasi keruangan

lain. Selain tenaga kesehatan ruangan juga ditunjang oleh perkarya 6 orang,

administrasi 1 orang dan inventaris ruangan 1 orang. Total di ruangan Shafa An-nisa

44 orang.

D. Visi dan misi bidang keperawatan

1. Visi

RSIJ Cempaka Putih sebagai rumah sakit kepercayaan masyarakat dan pusat

perkaderan persyarikatan muhammadiyah bidang kesehatan di wilayah DKI

Jakarta dan sekitarnya.

Page 24: BAB I-VII

2. Misi

a. pelayanan kesehatan yang islami, profesional dan bermutu dan tetap peduli

pada kaum duafa.

b. mampu memimpin pengembangan RS. Islam lainnya.

3. Falsafah

Bidan keperawatan dalam memberi askep, perawat harus bersikap professional,

dan islami, serta memegang teguh kode etik kprawatan dalam hubungan antara

perawat dengan klien, perawat dengan masyarakat, perawat dengan perawat juga

perawat dengan profesi dan profesi lain dan menjadikan sarana ibadah.

4. Motto

Bekerja sebagai ibadah, ikhsan dalam pelayanan.

5. Tujuan

Meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan

masyarakat secara komprehensif baik bio-psiko-sosial-spiritual melalui pelayanan

keperawatan professional dengan pendekatan promotif, prefentif,kuratif dan

rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan per

UUD serta tuntutan ajaran islam dengan tidak memandang perbedaan agama,

golongan dan kedudukan.

6. Kebijakan dan prosedur organisasi

Tersedia SOP supervisi dan SOP orientasi pasien baru, peraturan dan tata tertib

untuk pasien.

7. Fungsi manajemen di ruang Shafa Annisa

a. Fungsi Perencanaan

Sudah terdapat visi dan misi, pelayanan kebidanan/keperawatan sudah

berdasarkan kebutuhan dan kondisi klien.

b. Fungsi Pengorganisasian

Diruangan shafa annisa sudah terdapat struktur organisaasi asuhan

kebidanan dan keperawatan serta bagan metode TIM, terdapat jadwal

dinas/shift, terdapat file materi pendidikan kesehatan.

c. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan

Ketua TIM melakukan pengecekkan dokumentasi asuhan yang dilakukan

oleh anggotanya.

d. Fungsi Pengendalian

Page 25: BAB I-VII

Bidan / perawat mengetahui SOP penerapan metode Tim serta asuhan

kebidanan/keperawatan.

8. Struktur Organisasi ruang Shafa An-Nisa

ANALISA SWOT

A. Strength (Kekuatan)

Memiliki visi, misi dan motto rumah sakit.

Memilki visi dan tujuan di ruangan Shafa An-Nisa.

Ruangan Shafa An-nisa dengan kapasitas 27 tempat tidur, jumlah perawat 35

orang dengan kualifikasi pendidikan perawat minimal DI Kebidanan 4 orang,

D3 Kebidanan 23 orang, D4 Kebidanan 2 orang, D3 Keperawatan 6 orang, S1

Keperawatan 1 orang, sehingga memudahkan untuk meningkatkan

pemahaman bidan/perawat terhadap pelayanan asuhan kebidanan/keperawatan

dirumah sakit.

Sudah adanya format pendokumentasian untuk bidan/perawat berupa

pengkajian, rencana kebidanan/keperawatan, penegakkan prioritas masalah,

dan catatan perkembangan semua teraplikasi dalam system SMART berupa

perangkat lunak di komputerisasi.

Terdapatnya standar operasional prosedur (SOP) diruangan yang sudah

terakreditasi ISO.

Tersedianya fasilitas ruang menyusui yang memadai.

Komunikasi antar Ka.ru, Ka.tim, perawat, bidan, pelaksana dengan petugas

lainnya sudah baik.

Bidan/perawat sudah melakukan penkes IMD, breast care pada ibu setelah

persalinan.

Bidan/perawat mengorientasikan pasien baru menggunakan media bantuan

album orientasi pasien baru sesuai dengan format yang ada.

Ka. Ru

Pelaksana

Ka.Tim VK

Pelaksana

Ka.Tim Bayi

Pelaksana Pelaksana

Ka.Tim Ruangan

Page 26: BAB I-VII

B. Weakness (Kelemahan)

Belum tertibnya waktu kunjungan sehingga mengganggu waktu pelayanan ke

pasien.

Pemanfaatan ruang menyusui yang belum optimal.

Metode tim sudah berjalan di ruang Shafa Annisa, namun pelaksanaannya

belum optimal.

Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan.

Belum optimalnya penggunaan hand rub sebelum maupun sesudah

memberikan askep/askeb.

Belum tersedianya fasilitas hand rub di setiap pintu masuk kamar pasien.

Belum optimalnya fasilitas untuk pemisahan sampah medis, nonmedis dan

benda tajam di setiap troli.

C. Opportunity (Peluang)

Ruang Shafa Annisa digunakan sebagai lahan praktik bagi mahasiswa S1

Keperawatan, DIII Kebidanan dan Kedokteran (coas) yang memungkinkan

adanya transfer ilmu pengetahuan baru, baik dalam dunia keperawatan dan

medis.

Adanya kerja sama antar mahasiswa dengan kepala ruangan dan staff ruang

Shafa Annisa.

Adanya sertifikasi ISO, akreditasi yang mempunyai dampak baik bagi

peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit.

Adanya mahasiswa keperawatan yang praktik manajemen keperawatan.

Adanya kerjasama antara institusi PSIK dengan rumah sakit.

D. Treat (Ancaman)

Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat sehingga mengharuskan

perawat/bidanuntuk dapat memberikan pelayanan secara profesional danIslami

dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.

Konsumen semakin kritis dan siap menggugat rumah sakit atas kelalaian yang

terjadi dalam melakukan tindakan.

Page 27: BAB I-VII

Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang berkualitas.

Dengan berlakunya undang-undang perlindungan konsumen, sehingga

perawat/bidanperlu mengembangkan diri untuk dapat memberikan pelayanan

keperawatan/kebidanan yang benar-benar professional.

BAB IV

PERENCANAAN

A. Identifikasi Masalah

Page 28: BAB I-VII

Dari hasil observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner yang dilakukan kelompok

terkait dengan hasil masalah di ruang rawat Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai tanggal

25 Juni s/d 20Juli 2012 didapatkan :

No

.Analisa Data Masalah

1. Pelaksanaan orientasi pasien baru menggunakan media

album orientasi pasien baru

Wawancara

Karu mengatakan,

“sudah dilaksanakannya orientasi pasien baru

sesuai dengan format yang sudah ada dan

menggunakan media album orientasi pasien

baru.”

“pengorientasian pasien baru lebih efektif

dengan menggunakan album orientasi pasien

baru.”

“seluruh staff mendukung penggunaan album

orientasi pasien baru dalam mengorientasikan

pasien baru.”

Observasi

Media album orientasi pasien baru sudah tersedia

untuk memudahkan perawat/bidan dalam

mengorientasikan pasien baru.

Pelaksanaan penggunaan album orientasi baru

sudah berlangsung ± 70%.

Hampir semua perawat/bidan sudah menggunakan

media album orientasi pasien baru sesuai dengan

format yang ada dalam mengorientasikan pasien

baru

Kuesioner

Dari 25 responden didapatkan data 100,00%

perawat/bidan sudah mengorientasikan pasien

baru menggunakan media album orientasi pasien

Penggunaan media album

orientasi pasien baru sudah

baik, namun masih kurang

optimal.

Page 29: BAB I-VII

baru.

2. Pelaksanaan metode tim

Wawancara

Karu mengatakan,

“pembagian tugas di ruang Shafa An-nisa sudah

menggunakan metode tim.”

“metode tim di ruang Shafa An-nisa sudah

berjalan+ 3 bulan.”

“materimetode tim sudah diberikan oleh mahasiswa

PSIK Profesi Program B ketika praktik manajemen

keperawatan + 3 bulan yang lalu.

Observasi

Metode tim di ruangan sudah berjalan, namun belum

seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim

dilaksanakan oleh perawat/bidan.

Kuesioner

Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah

melakukan metode tim secara optimal.

Belum optimalnya

pelaksanaan metode tim.

3 Tugas fungsi manajemen kepala ruangan

Wawancara

Karu mengatakan,

Karu telah melakukan tugas dan wewenang sesuai

dengan fungsi manajemen.

Observasi

Karu selalu mengikuti serah terima dinas pagi

Karu memberikan pengarahan dan umpan balik

pada kinerja tim.

Karu belum maksimal melakukan identifikasi

tingkat ketergantungan pasien sehingga dalam

penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum

sesuai kondisi pasien.

Dalam proses pemberian pengarahan karu belum

maksimal dalam memberikan reward dan

Tugas fungsi manajemen

karu sudah baik namun

dalam pelaksanaannya

belum dilaksanakan secara

optimal

Page 30: BAB I-VII

punishmen

Kuesioner

24 responden didapatkan data 68,57% karu telah

melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawabnya.

4 Jenjang karir

Wawancara

Katim mengatakan jenjang karir yang terdapat di

ruang Shafa An-nisa diadakan 5 tahun sekali, untuk

menaikkan golongannya.

Observasi

Adanya kebijakan kompetensi bagi bidan dan

perawat.

Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi

bidan/perawat.

Kuesioner

Dari 24 responden didapatkan data 67,7%

bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6

bulan terakhir.

Dari 24 responden didapatkan data 16,7 %

pendidikan terakhir bidan adalah D1 Kebidanan

Belum optimalnya

pengembangan jenjang

karir bidan/perawat

5 Pendidikan kesehatan

Wawancara

Karu mengatakan sudah dilakukan penkes

seminggu 2x pada ibu setelah persalinan

Karu mengatakan ada petunjuk teknis (juknis)

tentang pemberian penkes

Karu mengatakan ada sarana dan prasarana untuk

memberikan penkes (CD,Flipchart)

Observasi

Sudah dilakukan penkes pada ibu setelah persalinan

Penkes diberikan dengan media flipchart

Pelaksanaan penkes dilakukan secara masal pada

Pendidikan kesehatan

berjalan dengan efektif

namun minimalnya dalam

penyediaan fasilitas

Page 31: BAB I-VII

ibu setelah melahirkan

Tidak adanya penyediaan media LCD, Laptop

diruangan bila tidak ada mahasiswa yang praktek.

Kuesioner

-

6 Pendokumentasian

Wawancara

Katim mengatakan pendokumentasian sudah sesuai

SAK

Bidan/perawat pelaksana mengatakan asuhan

kebidanan/keperawatan yang dibuat hanya

berdasarkan materi yang diberikan saat kuliah.

Observasi

Kurangnya pemahaman bidan/perawat dalam

perencanaan SAK di ruangan.

SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim,

Katim-Pelaksana.

Kuesioner

-

Belum optimalnya

pelaksanaan

pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan

7 Hand hygiene dengan hand rub

Wawancara

Karu mengatakan,

“perawat/bidan sudah menggunakan hand rub,

namun kurang efektif karena fasilitasnya kurang

memadai, yaitu belum adanya fasilitas hand rub di

setiap pintu masuk kamar pasien.”

Observasi

Perawat/ bidan tidak selalu menggunakan hand rub

sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb

pada pasien.

Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar

pasien.

Belum optimalnya

penggunaan hand rub

karena fasilitas yang

kurang memadai.

Page 32: BAB I-VII

Kuesioner

Dari 25 responden didapatkan data 92,00%

sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan

setelah kontak dengan pasien.

8 Pemisahan sampah pada troli

Wawancara

Karu mengatakan,

“perawat/bidan sudah memisahkan sampah medis,

nonmedis dan benda tajam pada tempatnya setelah

melakukan tindakan.”

“perawat/bidansudah mengetahui dampak dan

fungsi pemisahan sampah medis, nonmedis dan

benda tajam.”

Observasi

Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah

medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah

medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Kuesioner

Dari 25 responden didapatkan data80,00 % sudah

melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan

benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.

Belum optimalnya

pemisahan sampah medis,

non medis dan benda

tajam di troli karena

fasilitas yang kurang

memadai.

B. Hasil Observasi

1. Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.

2. Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaan belum

dilaksanakan secara maksimal

3. Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat

4. Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan

fasilitas

5. Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan

6. Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.

7. Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di

trolikarena fasilitas yang kurang memadai.

Page 33: BAB I-VII

C. Prioritas Masalah

No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai Prioritas

1Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.

5 4 4 4 5 1600 II

2Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal

4 4 4 4 3 768 VII

3Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat

4 4 5 3 5 1200 IV

4Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas

5 5 4 3 3 900 VI

5Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan

4 4 4 5 4 1280 III

6Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.

4 4 5 5 5 2000 I

7Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.

4 4 4 4 4 1024 V

Keterangan

1. Mg :Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah

2. Sv :Besar kemungkinan yang ditimbulkan

3. Mn :Bila dipecahkan

4. Nc :Berfokus pada keperawatan

5. Af :Ketersediaan sumber daya

Rentang Nilai

1. Tidak sangat penting 4. Penting

2. Kurang penting 5. Sangat penting

3. Cukup Penting

Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan

nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau

didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa-An-Nisa, dimana pera mahasiswa sebatas

mengarahkan.

Page 34: BAB I-VII

Belum optimalnya penggunaan media album orientasi pasien baru.

Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.

Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.

Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai

Belum adanya pendidikan berkelanjutan bagi bidan/perawat.

Belum ada kebijakan jenjang karir

Dari 24 responden didapatkan data 67,7% bidan/perawat belum mengikuti pelatihan dalam 6 bulan terakhir.

INPUT OUTPUT

Dari 25 responden didapatkan data 92,00% sudahmenggunakan hand rub setiap sebelum dan setelah kontak dengan pasien.

Belum tersedianya hand rub di pintu masuk kamar pasien.

Perawat/bidan tidak selalu menggunakan hand rub sebelum maupun sesudah memberikan askep/askeb pada pasien.

Dari 25 responden didapatkan data 80,00 % sudah melakukan pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli setelah melakukan tindakan.

Kurang memadainya fasilitas pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Kurang optimalnya pelaksanaan pemisahan sampah medis, nonmedis dan benda tajam di troli.

Belum optimalnya pelaksanaan metode tim.

Tugas fungsi manajemen karu sudah baik namun dalam pelaksanaannya belum dilaksanakan secara optimal

Belum optimalnya pengembangan jenjang karir bidan/perawat

Belum optimalnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan kebidanan/keperawatan

Pendidikan kesehatan berjalan dengan efektif namun minimalnya dalam penyediaan fasilitas

Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.

Belum optimalnya pemisahan sampah medis, non medis dan benda tajam di troli karena fasilitas yang kurang memadai.

Metode tim di ruangan sudah berjalan.

Belum seluruhnya tugas-tugas dalam metode tim dilaksanakan oleh perawat/bidan.

Dari 25 responden didapatkan data 96,00% sudah melakukan metode tim secara optimal.

Dalam penentuan kebutuhan tenaga pelaksana belum sesuai kondisi pasien.

Karu belum maksimal melakukan identifikasi tingkat ketergantungan pasien

Dalam proses pemberian pengarahan karu belum maksimal dalam memberikan reward dan punishment

PROSESINPUT OUTPUT

FISH BONE

SAK jarang tersosialisasikan antar Karu-Katim, Katim-Pelaksana.

Kurangnya pemahaman bidan/perawat

dalam perencanaan SAK di ruangan.

Pendokumentasian askep kurang maksimal

Tidak adanya penyediaan media untuk memberikan penkes

Penkes diberikan dengan media flipchart

Pemberian penkes belum maksimal

Page 35: BAB I-VII

D. Alternatif Penyelesaian Masalah

No

.

MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN

1. Belum optimalnya penggunaan hand rub

karena fasilitas yang kurang memadai.

1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/

juknis mengenai cuci tangan dan penggunaan

hand rub.

2. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan

hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien.

3. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di

depan pintu kamar pasien.

4. Reward dan punishment untuk perawat/bidan

pada aplikasi penggunaan hand rub.

2. Belum optimalnya pelaksanaan metode

tim.

1. Evaluasi pelaksanaan metode penugasan tim.

2. Reward dan punishment pada perawat/bidan

pada aplikasi pelaksanaan metode tim.

3 Belum optimalnya pelaksanaan

pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan

1. Diseminasi pendokumentasian asuhan

kebidanan/keperawatan

2. Monitoring pendokumentasian sesuai format

yang ada.

3. Evaluasi hasil monitoring

4 Belum optimalnya pengembangan

jenjang karir bidan/perawat

1. Bersama tim membuat struktur tenaga

keperawatan

2. Mengusulkan untuk pengembangan jenjang

karir bidan/perawat.

5 Belum optimalnya pemisahan sampah

medis, non medis dan benda tajam di

trolikarena fasilitas yang kurang

memadai.

1. Mengoptimalkan pelaksnaan SOP/Juknis

tentang pemisahan sampah medis non medis

dan benda tajam.

2. Memberikan masukan penyediaan fasilitas

pemisahan sampah medis non medis dan

benda tajam di troli.

3. Reward dan punishment pada perawat/bidan

dalam aplikasi pemisahan sampah medis, non

Page 36: BAB I-VII

medis dan benda tajam di troli.

6 Pendidikan kesehatan berjalan dengan

efektif namun minimalnya dalam

penyediaan fasilitas

1. Media pendidikan kesehatan.

2. Mengidentifikasi masalah di ruangan

7 Tugas fungsi manajemen karu sudah baik

namun dalam pelaksanaannya belum

dilaksanakan secara optimal

1. Mereview tugas fungsi manajemen karu.

2. Identifikasi fungsi manajemen Karu dalam

pelaksanaan metode tim.

3. Evaluasi tugas fungsi manajemen Karu

Kondisi di Ruangan Shafa An-Nisa dan waktu yang ada. Teknik yang digunakan dalam

memprioritaskan masalah adalah pembobotan dengan memperhatikan aspek-aspek

kecendrungan besar dan seringnya kejadian masalah (magnitude), besarnya kerugian yang

akan ditimbulkan (severity), dapat diselesaikan/dikelola (manageability), berfokus pada

kebidanan/keperwatan (nursing concern), ketersediaan sumber daya (affordability) (Pedoman

Residensi FIKI-UI,2007).

Agar masalah lebih bias diselesaikan maka dilakukan pembobotan alternative penyelesaian

masalah, dengan memperhatikan aspek:

1. Capability (C) : kemampuan melaksanakan alternative

2. Acessbility (A): kemudahan melaksanakan alternative

3. Readiness (R) : kesiapan dalam melaksanakan alternative

4. Leverage (L) : daya ungkit alternative dalam penyelesaian masalah

Rentang nilai yang digunakan adalah 1 sampai 5, dengan kriteria sebagai berikut:

1 = sangat kurang penting 4 = penting

2 = kurang penting 5 = sangat penting

3 = cukup penting

Page 37: BAB I-VII

E. Pembobotan Alternatif Penyelesaian Masalah

Belum optimalnya penggunaan hand rub karena fasilitas yang kurang memadai.

No.

Alternatif Penyelesaian Masalah C A R L Nilai

1. Memberikan informasi dan sosialisasi SOP/ juknis mengenai penggunaan hand rub.

5 5 4 4 400

2. Memfasilitasi botol hand rub untuk dipasang di depan pintu kamar pasien.

5 4 4 3 240

3. Diseminasi dan simulasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

4 4 4 5 320

4. Reward dan punishment pada perawat/bidan dalam aplikasi penggunaan hand rub.

4 4 4 4 256

Keterangan:

Dalam penilaian setiap nilai dari masing-masing aspek dikalikan sehingga akan mendapatkan

nilai akhir seperti yang tertera diatas. Identifikasi prioritas masalah ini dilakukan atau

didiskusikan bersama-sama kepala ruangan Shafa An-Nisa, dimana peran mahasiswa sebatas

mengarahkan.

Page 38: BAB I-VII

BAB V

IMPLEMENTASI

Tahap implementasi merupakan tahap kegiatan penyelesaian masalah, dalam hal ini kita

sebagai mahasiswa dituntut untuk menjadi change agent bagi kelompok yang berada di lahan

praktek khususnya di ruang Shafa An-Nisa. Teori berubah yang kita gunakan adalah teori

Lipitt ( 1973 ) yang mengatakan hal-hal yang terjadi pada proses berubah itu ada 7 tahap:

1. Menentukan masalah

Individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari terhadap

kesimpulan, sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.

2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat tahap proses perubahan

tersebut.

3. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia

Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam

pelaksanaan perubahan.

4. Menseleksi tujuan perubahan

Harus disusun suatu kegiatan secara operasional dan terorganisasi secara berurutan,

kepada siapa perubahan akan berdampak dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan.

5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh change agent

Perubahan akan berhasil apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang

sama dan memiliki kemampuan dalam perubahan tersebut.

6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai.

7. Mengakhiri bantuan

Selama proses mengakhiri perubahan, harus selalu diikuti perencanaan yang berkelanjutan

dari seorang manajer.

Sesuai dengan perencanaan untuk mencapai proses perubahan yang baik kami

memberikan pembaharuan dalam pelaksanaan dan media orientasi pasien baru. Kegiatan

ini diaplikasikan dalam dua tahap dengan seorang manajer dalam hal ini kepala ruangan,

ketua tim, perawat pelaksana bisa mengikuti kegiatan tersebut. Adapun kegiatan yang

telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama

Dilaksanakan pada hari kamis tanggal 12 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi

pertemuan dimulai pada jam 13.00 sampai 14.00 WIB. Pertemuan dilakukan di Ruang

Page 39: BAB I-VII

Senam Hamil Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 16 orang perwakilan terdiri dari

pembimbing, petugas dinas pagi dan dinas sore (kepala ruangan, katim, perawat

pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan refresing,

materi tentang hand rub, sosialisasi tentang petunjuk teknis mengenai penggunaan

hand rub dan mendemonstrasikan tentang penggunaan hand rub.

2. Tahap kedua

Dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 Juli 2012 dilaksanakan dalam satu sesi

pertemuan dimulai pada jam 07.30 sampai 08.30 WIB. Pertemuan dilakukan di ruang

Shafa An-Nisa yang dihadiri oleh 6 orang terdiri dari petugas dinas malam dan dinas

pagi (kepala ruangan, katim, perawat pelaksana dan pekarya). Kegiatan yang

dilakukan adalah memberikan role play tentang penggunaan hand rub, sosialisasi

tentang petunjuk teknis penggunaan hand rub dan pemasangan hand rub di pintu

masuk kamar pasien.

Page 40: BAB I-VII

BAB VI

EVALUASI

A. Evaluasi Kegiatan Refreshing

1. Kelengkapan alat dapat disiapkan sesuai rencana

2. Proses refreshing dapat berjalan dengan lancar.

3. Materi dapat disampaikan sesuai rencana dan seluruh peserta memperoleh handout.

4. Kehadiran peserta keseluruhan dengan jumlah 80% melebihi target dengan jumlah

peserta yang direncanakan yaitu 75%.

5. Dalam proses Refreshing 50% peserta aktif bertanya atau mengemukakan pendapat

atau diskusi.

B. Evaluasi Aspek Kognitif

Evalusi kognitif dilakukan dengan pre tes dan post tes, menggunakan soal pilihan ganda

sederhana dan variasi sebanyak 8 item, mewakili seluruh materi yang diberikan. Secara

garis besarnya dapat dilihat pada tabel berikut :

No Hasil Terendah Tertinggi Rata-rata

1 Pre tes 30 90 63,5

2 Post tes 70 100 88,5

Dari tabel di atas nampak bahwa nilai pre tes terendah 30, tertinggi 90, nilai rata-rata

63,5. Hasil Post tes terendah 70, tertinggi 100, nilai rata-rata 88,5. Peningkatan rata-rata

nilai 25%.

C. Evaluasi Aspek sikap

Setelah dilakukan diseminasi tentang hand rub yang dihadiri oleh Kepala Ruangan,

Pembimbing, Katim dan perawat pelaksana ruang Shafa An-Nisa sebanyak 16 orang

petugas, didapatkan 80% katim dan perawat pelaksana dapat tersosialisasi. Evaluasi

untuk aspek sikap dilakukan selama 2 hari dengan mengobservasi pelaksanaan

penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sesuai dengan SOP.

Evaluasi dilakukan 2 kali dalam satu shift pagi dan sore dimana belum ada perubahan

sikap yang bermakna dari pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien dengan SOP.

Page 41: BAB I-VII

D. Aspek Psikomotor

Sebelum diseminasi tentang penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan

pasien pre observasi penerapan penggunaan handrub sesuai SOP belum optimal. Setelah

diseminasi penggunaan handrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien sudah

terjadi perubahan dalam melakukan cuci tangan dengan hand rub di ruang An-Nisa

namun belum begitu bermakna.

E. Evaluasi terhadap pemberian informasi tentang penggunaan hand rub sebelum dan

susudah kontak dengan pasien

Kelompok melakukan evaluasi selain melalui observasi juga dengan wawancara terhadap

petugas yang ada di Ruang Shafa An-Nisa. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

Manfaat pemberian informasi tentang penggunaan hand rub, menurut petugas Ruang

Shafa An-Nisa sangat bermanfaat, baik bagi petugas kesehatan maupun pengunjung

rumah sakit. Selain itu juga dapat memberikan motivasi kepada petugas khususnya di

Ruang Shafa An-Nisa untuk menerapkan pelaksanaan penggunaan hand rub sebelum dan

setelah kontak dengan pasien sesuai SOP secara optimal.

Page 42: BAB I-VII

BAB VII

PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan tentang kesimpulan dan saran dari proses pelaksanaan program

change agent kelompok di ruang Shafa An-Nisa yang dilakukan mulai 25 Juni 2012 – 20 Juli

2012.

A. Kesimpulan

B. Saran

1. Manajemen Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

2. Teman Sejawat/ Bidan/Perawat Ruangan

3. Mahasiswa Praktek Manajemen