Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

60
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinkes, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah satu cara menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup yang bersih dan sehat. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya memberikan pengalaman belajar dan menciptakan suatu kondisi bagi perorangan/individu, keluarga, kelompok serta masyarakat, dengan cara membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian masyarakat 37 Poltekkes Kemenkes Palembang

description

1

Transcript of Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Page 1: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk

mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam

lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses

terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya (Dinkes, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan

adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan

hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah satu cara menjaga agar tubuh tetap

dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup yang bersih dan sehat. Mencegah

lebih baik dari pada mengobati.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya memberikan

pengalaman belajar dan menciptakan suatu kondisi bagi perorangan/individu,

keluarga, kelompok serta masyarakat, dengan cara membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan

masyarakat. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi

masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat

menerapkan cara-cara hidup sehat dan menjaga, memelihara, dan meningkatkan

kesehatannya (Depkes 2002).

Dalam hal pemerataan pembangunan yang berwawasan kesehatan

tentunya mencakup semua golongan masyarakat, baik kelompok anak-anak

maupun kelompok orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan perlu dilakukan

penelitian dari ruang lingkup masyarakat, dan kelompok anak-anak khsusunya

yang berada di panti asuhan.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 2: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan

praktik PHBS di Indonesia masih rendah, yaitu 38,7%, dibandingkan dengan

target Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Hasil Riskesdas juga

menghasilkan peta masalah kesehatan yang terkait dengan praktik PHBS, yaitu

kurang makan buah dan sayur pada penduduk umur kurang dari 10 tahun adalah

93,6%, pemakaian air bersih dalam rumah tangga per orang setiap hari < 20 liter

adalah 14,4%, yang menggunakan jamban sendiri adalah 60%, rumah tangga yang

tidak ada penampungan sampah dalam rumah adalah 72,9% (Depkes, 2008).

Lebih lanjut data Riskesdas menunjukkan sebanyak 33 provinsi

mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional, diantaranya adalah

Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung

Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang paling rendah

pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% (Depkes, 2008).

Di Indonesia, anak usia sekolah, berisiko terhadap penyakit tidak menular,

yang ditunjukkan kurangnya konsumsi sayur dan buah 93,6% dan sudah biasa

merokok 2%. Perilaku hidup bersih juga masih rendah, yaitu yang benar

berperilaku buang air besar 68,2%, dan yang benar dalam cuci tangan hanya

17,2%. mengkonsumsi makanan berisiko, yaitu mengandung penyedap 75,4% dan

makanan / minuman manis 63,1% (Depkes 2008). Data terbaru Hasil Analisis

Riset Data Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 memperlihatkan bahwa 41,2 % di

Indonesia mengkonsumsi makanan di bawah kebutuhan minimal.

Banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah seperti

Diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan akut, serta reaksi simpang terhadap

makanan akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan serta permasalahan

perilaku sehat pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan

perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci

tangan pakai sabun, kebersihan diri, perilaku berisiko seperti merokok, semakin

menguatkan bahwa penanaman nilai PHBS pada anak-anak, khususnya anak usia

sekolah dasar masih minimal dan belum dapat mencapai tingkat yang diharapkan.

(Ananto, 2006)

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 3: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Khususnya masalah PHBS pada anak usia sekolah di Yayasan Panti

Asuhan seperti kurangnya konsumsi sayur dan buah, tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, kebersihan perorangan yang sangat

rendah ditandai dengan jarang menggosok gigi sesudah makan dan sebelum tidur.

Dari berbagai permasalahan di atas, perlu banyak pihak yang seharusnya

memperhatikan masalah ini baik sekolah, departemen terkait maupun otang tua

sendiri (Zaviera, 2008). Jumlah anak usia sekolah mencapai 30% dari total

penduduk Indonesia atau sekitar 73 juta orang dan usia sekolah merupakan masa

keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

sehingga berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempendidikan PHBS, baik

dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat (Dinkes sumatera selatan, 2010).

Hasil observasi yang dilakukan tanggal 30 April 2013 di Panti Asuhan

Peduli Kasih Palembang didapatkan data bahwa jumlah anak penghuni Panti

Asuhan Peduli Kasih Palembang berjumlah 29 orang yang mana perilaku hidup

bersih dan sehat masih rendah.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka peneliti berkeinginan meneliti

tentang perngaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

dengan cara menyampaikan materi pendidikan kesehatan, tidak hanya memberi

informasi tetapi juga harus mempraktikan menggunakan alat peraga. Di samping

itu peneliti juga harus dapat memberi contoh cara-cara berperilaku kesehatan.

Alasan kenapa peneliti mengadakan penelitian di Yayasan Panti Asuhan Peduli

Kasih, karena peneliti sudah pernah terlibat suatu kegiatan di tempat tersebut dan

secara tidak langsug peneliti tidak sedikit mengetahui bagaimana cara kehidupan

dan tempat tinggal penghuni khususnya anak-anak di Yayasan Panti Asuhan

tersebut.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 4: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

1.1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian yaitu diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak usia sekolah di panti asuhan di Panti

Asuhan Peduli Kasih Palembang 2013.

1.1.2 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat pada Anak Usia sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih di

Palembang 2013 ?

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia Sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih

Palembang 2013.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebelum

dilakukan pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di Yayasan Panti

Asuhan Peduli Kasih, Palembang.

b. Diketahuinya gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di Yayasan Panti

Asuhan Peduli Kasih, Palembang.

c. Diketahuinya pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah

dilakukan pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di Yayasan Panti

Asuhan Peduli Kasih, Palembang.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 5: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana unuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama

mengikuti perkuliahan, serta menambah wawasan dan pengetahuan dalam

memberikan asuhan keperawatan.

1.3.2 Bagi Panti Asuhan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi serta

masukan bagi Panti Asuhan,khususnya dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan bagi anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Peduli

Kasih,Palembang 2013.

1.3.3 Bagi Program Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa Keperawatan Kemenkes

Palembang khususnya dan mahasiswa kesehatan lainnya pada umumnya.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah di Panti Asuhan

Peduli Kasih Palembang 2013 yang dilakukan dengan menggunakan rancangan

One Group Pretest Posttest, data diperoleh dengan observasi dan wawancara

dengan alat ukur cheklist, penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 10 - 23 Bulan

Juni 2013. Dengan Objek Penelitian yaitu Anak usia sekolah di Panti Asuhan

Peduli Kasih.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 6: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi

Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program

kesehatan, yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan

dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan juga proses belajar pada

individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan

menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu

(Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan kesehatan yang lebih efektif biasanya dilakukan dengan cara

metode pendidikan individual. Menurut Notoatmodjo (2007), peranan pendidikan

kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,

kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain,

pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis

dan sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.

Pembentukan perilaku diawali dari kelompok sosial terkecil yaitu

keluarga. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam

masyarakat karena pengalaman interaksi sosial di dalam keluarga, turut

menentukan cara-cara tingkah laku anggota keluarganya.

Meningkatnya kesadaran keluarga menjaga kesehatan lingkungan akan

mencerminkan perilaku yang proaktif. Perilaku masyarakat perlu diarahkan pada

perilaku hidup sehat sebagai sasaran dari pembangunan kesehatan.

Perilaku masyarakat yang diharapkan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya sakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh latar belakang sosial, struktur sosial

ekonomi (Dinkes, 2005).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 7: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah perilaku

individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan

pendidikan kesehatan ialah :

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan

kegiatan unuk mencapai PHBS

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada

d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan (dirinya)

e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya

sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan

ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebebkan oleh penyakit

f. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan-

perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif

g. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dengan bagaimana

caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan

yang formal (Notoatmodjo, 2003, Suliha, 2002).

2.2 Konsep Perilaku

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan

sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Proses pembentukan dan perubahannya, perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain faktor yang berasal dari dalam dan faktor dari luar

individu itu sendiri (faktor internal dan faktor eksternal) (Notoatmodjo, 2003).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 8: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,

motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar,

Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik

seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi dan kebudayaan. Perubahan-perubahan

perilaku yang terjadi dalam diri seseorang dapat diketahui melalui :

1) Persepsi, yaitu pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap

orang mempunyai persepsi yang berbeda walaupun mengamati objek

yang sama.

2) Motivasi, yaitu suatu dorongan untuk bertindak suatu tujuan juga dapat

terwujud dalam bentuk perilaku.

3) Emosi, aspek psikologi yang mempengaruhi emosi berhubungan erat

dengan keadaan jasmani, pada hakikatnya merupakan faktor bawaan

(keturunan).

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat di praktekkan anak-anak apabila

lingkungan tempat tinggalnya memfasilitasi dengan role model atau contoh untuk

dijadikan acuan budaya hidup bersih.

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.3.1 Definisi PHBS

Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat

(Depkes RI, 2008).

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan

kegiatan kesehatan dimasyarakat (Depkes RI, 2008).

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud

operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak, mendorong

kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat (Ekasari, 2008).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 9: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan kesehatan

anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksakan perilaku hidup bersih

dan sehat.

2.3.2 Tujuan PHBS

1. Tujuan Umum

Meningkatnya rumah tangga sehat didesa kabupaten/kota di seluruh

Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah

tangga untuk melaksanakan PHBS.

b. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

2.3.3 Program PHBS

Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu

kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka

jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan

(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat

(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi

masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat

menerapkan cara-cara hidup senhat dengan menjaga, memelihara dan

meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).

2.3.4 Tatanan PHBS

Tatanan adalah tempat di mana sekumpulan orang hidup, bekerja,

bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah

tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam

penelitian ini adalah pada tatanan institusi pendidikan, tujuannya adalah upaya

pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan

sehat di tatanan institusi pendidikan (Depkes, 2008).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 10: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

2.3.5 Manajemen PHBS

Pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan yaitu :

a. Pengkajian

b. Perencanaan

c. Penggerakkan pelaksanaan

d. Pemantauan dan penilaian

2.3.6 Strategi PHBS

Adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dalam hal ini ada tiga strategi utama dalam

melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Strategi Sasaran Tujuan Cara yang dilakukan

Memberdayakan

(Empowerment)

Pembinaan Suasana (Social Support)

Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

Primer

Sekunder

Tersier

Peningkatan

Pengetahuan, Sikap

dan (PHBS)

Pengembangan pendapat umum, opini, norma

Persetujuan,

dukungan

Penyuluhan perorangan,kelompok, pelatihan atau orientasi, mendistribusikan bahan penyuluhan

Pendekatan perorangan dan kelompok

Konsultasi, pertemuan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 11: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

2.3.7 Manfaat PHBS

a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya

kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk

kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan,

pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan

keluarga.

2.3.8 Indikator PHBS

Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan

telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan

demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan

atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian

(Depkes RI, 2006).

Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau

permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator mengacu pada Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 8 indikator PHBS yang.

Dengan rincian sebagai berikit :

a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

b. Menggunakan air bersih

c. Menggosok gigi sebelum tidur

d. Menggunakan jamban sehat

e. Ada tempat sampah

f. Memberantas jentik di rumah

g. Makan sayur dan buah setiap hari

h. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

i. Tidak merokok di dalam rumah

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 12: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

2.4 PHBS di Tatanan Panti Asuhan

2.4.1 Panti Asuhan

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

membentuk perkembangan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang

tidak tinggal bersama dengan keluarga.

Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran

orang tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak

agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas

dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari (Santoso, 2005).

2.4.2 Indikator PHBS di Panti Asuhan

1. Mencuci tangan dengan air bersih

Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang

biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku

cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan

pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya

upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan,

antara lain karena berbagai alasan sebagai berikut:

a.Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat

menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya.

b.Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup.

c.CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang

paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya (Rahmani,

2010).

Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan,Yaitu saat-

saat sebagai berikut :

a. Sebelum makan

b. Sebelum menyiapkan makanan

c. Setelah buang air besar dan buang air kecil

d. Setelah memegang unggas atau hewan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 13: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan cuci tangan pakai sabun,

yaitu antara lain :

a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan

b. Mencegah penularan penyakit

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :

a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya

b. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung

tangan

c. Bersihkan tangan menggunakan lap bersih (Rahmani, 2010)

2. Menggunakan air bersih

Air bersih adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan

lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,

dan mencuci, dan sebagainya. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang

sangat penting adalah kebutuhan akan air minum. Oleh karena itu, untuk

keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan

khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo,

2007).

A. Pengertian Air sebagai kebutuhan Dasar Manusia :

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,

memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,

mencuci pakaian, dan sebagainya, agar kita tidak terkena penyakit dan terhindar

dari sakit.

B. Syarat-syarat Air Bersih :

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat di

lihat, di rasa, di cium, dan di raba)

1. Air tidak berwarna harus bening / jernih

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 14: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

2. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, smpah, busa dan kotoran

lainnya

3. Air tidak berasa, tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, dan tidak

pahit harus bebas dari bahan kimia beracun

4. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang

C. Manfaat menggunakan air bersih

Manfaat menggunakan air bersih, antara lain :

1. Terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus,

kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit, dan keracunan

2. Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya

D. Asal sumber air bersih

Sumber air bersih, antara lain dapat berasal dari :

1. Mata air

2. Air sumur atau air sumur pompa

3. Air ledeng atau perusahaan air minum

4. Air hujan

5. Air dalam kemasan

E. Cara menjaga sumber air bersih

1. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling

sedikit 10 meter

2. Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran

3. Sumber gali, sumber pompa, kran umum dan mata air harus di jaga

bangunannya tidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur

harus di plester, dan sumur sebaiknya di beri penutup

4. Harus di jaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak

berlumut pada lantai / lantai dinding sumur. Ember / gayung pengambil air

harus tetap bersih dan di letakan di lantai (ember / gayung di gantung di tiang

sumur).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 15: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

3. Menggosok gigi sebelum tidur

Menurut Notoatmodjo (2004) bahwa penyebab timbulnya masalah

kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku

atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh

kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut. Frekuensi

menyikat gigi yang baik adalah 2 kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi

dan malam hari sebelum tidur (Maulani, dkk, 2005).

4. Menggunakan jamban sehat

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja

terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan

baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban

yang sehat (Notoatmodjo, 2007)

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa, suatu jamban yang sehat harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Sederhana desainnya

8. Dapat diterima oleh pemakainya

5. Ada tempat sampah

Sampah adalah termasuk yang mempengaruhi kelestarian lingkungan

hidup, karena sampah mempengaruhi lingkungan alam dan lingkungan sosial,

apabila ada kesalahan dalam pembuangan sampah maka akan berakibat fatal bagi

lingkungan hidup di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang

sangat besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun sangat

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 16: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

susah untuk diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh

Andang Binawanyang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah

sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga

miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi,

2009).

6. Memberantas jentik dirumah

Pemberantasan jentik didalam rumah agar rumah bebas dari jentik.

Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan

perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi dan kemungkinan terhindar dari

penyakit semakin besar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria,

chikungunya dan kaki gajah (Depkes RI, 2007 dalam Suryani, 2009)

1. Tujuan memberantas jentik di rumah adalah agar rumah bebas jentik

2. Pengertian rumah bebas jentik

Rumah bebas jentik adalah rumah yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik

secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.

3. Hal-hal yang harus dilakukan agar rumah bebas jentik

Lakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3Mplus (Menguras,

Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk)

3 M Plus adalah :

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,

tatakan pot kembang dan tempat air minum burung

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,

lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan

c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampunga

air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang di buang sembarangan

(bekas botol / gelas aqua, plastik kresek, dll)

d. Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu :

Menggunakan kelambu saat tidur, Memakai obat yang dapat mencegah gigitan

nyamuk, misalnya obat nyamuk, semprot, oles / usap ke kulit, dll, Menghindari

kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar, Mengupayakan pencahayaan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 17: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

dan ventilasi yang memadai, Memperbaiki saluran talang air yang rusak,

Menaburkan bubuk pembunuh jentik.

7. Makan sayur dan buah setiap hari

Sayur merupakan salah satu sumber daya yang banyak terdapat disekitar

kita, mudah diperolah dan berharga relatif murah serta merupakan sumber vitamin

dan mineral. Sayur antara lain mengandung karoten, vitamin C, vitamin B,

kalsium, zat besi dan karbohidrat dalam bentu selulosa dan pektin atau disebut

juga serat. Sayur umunya rendah dalam kandungan protein dan lemak tetapi tinggi

dalam kandungan besi, kalsium, vitamin C dan provitamin A, kecuali untuk

beberapa jenis sayur tertentu. Jenis sayur yang banyak mengandung serat adalah

sayur daun hijau antara lain bayam, kangkung, daun singkong, daun katuk, dan

daun melijo (Anwar,Marliyati, Sulaiman, 1992 dalam Setiowati, 2000).

Anwar, Marliyati,Sulaiman (1992 dalam Setiowati, 2000), buah

merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial dan banyak

mengandung zat gizi terutama vitamin dan mineral.

8. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Melakukan aktivitas fisik setiap hari dapat terhindar dari penyakit jantung,

stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan lain-lain.

Berat badan terkendali, otot menjadi lentur dan tulang menjadi lebih kuat, bentuk

tulang bagus, lebih percaya diri, lebih bertenaga, dan bugar dan secara

keseluruhan keadaan kesehatan menjadi baik (Depkes RI, 2007 dalam Suriyani,

2009).

9. Tidak merokok dalam rumah

Rokok ibarat pabrik kimia. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan

mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling

berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Nikotin ini

menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan

kerusakan paru-paru dan kanker. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 18: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Depkes RI, 2007

dalam Suriyani, 2009).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 19: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting

dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku yang diantaranya pengetahuan

dan sikap, karena perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan upaya

peningkatan pengetahuan sehingga menimbulakan perilaku positif dari anak

(Maulana, 2009).

Berdasarkan tujuan penelitian dan konsep teori di atas maka kerangka

konsep yang didapat penulis adalah sebagai berikut terdiri dari variabel

independen (Pre Test PHBS) dan variabel dependen (Post Test PHBS) :

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Pendidikan Kesehatan

Pre Test PHBS Post Test PHBS

Page 20: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pre test

PHBS

Pendidikan

Kesehatan

tentang

PHBS

Tindakan

reponden

sebelum

intervensi

dalam rangka

hidup bersih

dan sehat

Penyampaian

Materi

Pendidikan

Kesehatan.

Yaitu :

pengertian

PHBS, tujuan

PHBS,

macam-

macam PHBS,

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

PHBS,

dampak yang

sering timbul

pada masalah

PHBS, tentang

cara mencuci

Wawancara

Observasi

Cheklist

Alat

Peraga

Leaflet

Skor yang

diperoleh

responden

pada pre

test.

Benar = 1

Salah = 0

Total skor

15.

Rasio

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 21: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Post test

PHBS

tangan dengan

menggunakan

air mengalir

dan sabun.

Tindakan

responden

sesudah

intervensi

dalam rangka

hidup bersih

dan sehat

Wawancara

Observasi

Cheklist Skor yang

diperoleh

responden

pada post

test.

Benar = 1

Salah = 0

Total skor

15.

Rasio

3.3 Hipotesis

Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap PHBS pada anak usia sekolah

tahun di Panti Asuhan Peduli Kasih, Palembang, 2013.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 22: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimental dengan menggunakan

one group pre test-post test dimana sebelumnya sudah dilakukan observasi

pertama (pre test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan setelah

adanya eksperimen (Setiadi, 2007).

Gambar 4.1

Disain penelitian

Eksperimen Perlakuan Post test

Keterangan :

01 : PHBS sebelum dilakukan intervensi

02 : PHBS setelah dilakukan intervensi

X : Perlakuan

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah subjek yang akan diteliti. (Notoatmodjo, 2005)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak - anak usia sekolah

sejumlah 29 orang penghuni Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel

pada penelitian ini adalah total sampling anak usia sekolah di Panti

Asuhan Peduli Kasih Palembang.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

01 X 02 02

Page 23: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang

Tahun 2013.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 – 23 bulan Juni Tahun 2013

4.4 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti membawa surat rekomendasi dari

institusi dengan cara mengajukan permohonan izin kepada tempat penelitian yang

dituju oleh peneliti.

Setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi (Hidayat, 2009)

a. informed Concent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti. Bila responden

menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak

subjek.

b. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi pada lembar tersebut hanya diberi kode.

c. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang didapat dari responden dijamin oleh peneliti.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Jenis Data

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 24: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan pada minggu kedua bulan juni 2013, pada minggu

kedua hari pertama dilakukan penilaian secara observasi pre PHBS pada anak-

anak panti asuhan, minggu ketiga peneliti melakukan Pendidikan Kesehatan

tentang pengertian, tujuan, macam-macam PHBS, faktor-faktor yang

mempengaruhi PHBS, dampak yang sering timbul pada masalah PHBS dan salah

satu cara mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.

Kemudian di Minggu ketiga hari keempat peneliti melakukan penilaian secara

observasi post PHBS di Panti Asuhan Peduli Kasih, Palembang.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data jumlah anak yang didapatkan dari ketua/pemilik

Panti Asuhan Peduli Kasih, Palembang 2013.

4.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara mengobservasi

dan mengisi pernyataan dengan menggunakan pedoman observasi / cheklist yang

dilakukan oleh peneliti sendiri sebagaimana hasil dari penelitian sebelum dan

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah di panti asuhan

peduli kasih, palembang.

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data berupa daftar pernyataan. Adapun pernyataan

yang diajukan meliputi 15 pernyataan yang dapat menunjukkan pengetahuan

tentang PHBS.

Lembar Observasi

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 25: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Pernyataan yang meliputi tindakan responden tentang PHBS. Untuk mengukur

tindakan responden tentang PHBS, maka masing-masing pernyataan diberi skor.

Adapun kategorinya sebagai berikut :

Benar dengan skor 1

Salah dengan skor 0

Total Skor : 15

4.6 Pengolahan Data

Langkah–langkah yang harus ditempuh dalam proses pengolahan data

diantaranya:

4.6.1 Editing (Pengeditan)

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul. Dari editing dapat dilihat bahwa data:

1. Lengkap, semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

2. Jelas, jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca

3. Relevan, jawaban yang ditulis apakah relevan dengan pertanyaannya

4. Konsisten, apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya

konsisten

4.6.2 Coding (Pengkodean)

Adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan

dan analisa data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian kode juga

dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

4.6.3 Processing (Pengolahan Data)

Pengolahan data dilakukan dengan cara meng-entry data ke paket program

computer

4.6.4 Cleaning (Pembersihan Data)

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 26: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke computer.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

perilaku variabel penelitian. Penelitian ini meliputi variabel dependen (Post Test

PHBS) dan variabel indenpenden (Pre Test PHBS).

4.7.2 Bivariat

Analisa bivariat bertujuan melihat pengaruh pendidikan terhadap PHBS.

Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu untuk mengetahui

data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dibagi menjadi dua, yaitu

1. Kolmogorof smirnov, jika sampel >50

2. Shapiro wilk, jika sampel <50

Uji normalitas data ini menggunakan uji normalitas shapiro wilk,

dikarenakan sampel <50, Setelah mengetahui data tidak berdistribusi normal

maka dipilih uji alternatif lain yaitu Uji wilcoxon.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 27: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang

Panti Asuhan Peduli Kasih adalah yayasan yang berbadan hukum dari

Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia dengan No. Izin Akte Notaris NO :

067.2012 yang didirikan oleh Bapak Jhon Knedy sejak tahun 2003.

Panti Asuhan Peduli Kasih berlokasi di JL. Dwikora II, RT 33, RW 11,

Kelurahan sei pangeran, Kecamatan ilir timur 1 Palembang dan jumlah anak-anak

yang didik sebanyak 46 orang.

Panti Asuhan ini merupakan yayasan yang didirikan oleh Bapak Jhon

knedy sebagai tempat anak-anak kurang mampu untuk di didik sampai pada batas

waktu tertentu, dan anggaran operasionalnya berasal dari pendiri serta adanya

bantuan tetap pada setiap bulannya oleh pemerintah sebagai donatur tetap dan

berbagai donatur tidak tetap lainnya seperti BANK, perusahan-perusahan,

mahasiswa dan lain-lain.

5.1.1 Adapun Visi dan Misi didirikannya Panti Asuhan Peduli Kasih

Palembang

Visi

Panti Asuhan Peduli Kasih merupakan lembaga sosial yang dikenal

amanah dan profesional serta memperoleh dukungan luas dari berbagai lapisan

masyarakat dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial dan keagamaan.

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan sosial untuk anak yatim dan anak-anak keluarga

miskin

2. Menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan bagi semua lapisan masyarakat

3. Menyelenggarakan berbagai usaha ekonomi sebagai sumber pendanaan serta

menggalang berbagai dukungan dari berbagai komponen masyarakat.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 28: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

5.1.2 Hasil Penelitian

Berikut akan ditampilkan data karakteristik responden dan data hasil

penelitian mengenai perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah

pendidikan kesehatan.

5.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang diteliti meliputi umur,

jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam

daftar table di bawah ini :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Umur di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang, Tahun 2013

No UmurJumlah

N %

1 6 1 2,2

2 7 6 13,6

3 8 1 2,2

4 9 1 2,2

5 10 10 21,7

6 11 1 2,2

7 12 9 19,6

Total 29 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur

10 tahun yaitu sebanyak 10 orang (21,7%).

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 29: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 20 68,96

Perempuan 9 31,03

Jumlah 29 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 20 orang (68,96%)

5.3 Analisa Univariat

Dalam analisa univariat dihasilkan distribusi Deskriptif dari rata-rata atau

nilai mean masing-masing variabel sebagai terlihat pada tabel berikut ini :

5.3.1 PHBS Responden Sebelum Intervensi

Dari analisa univariat dihasilkan distribusi frekuensi jumlah skor dan

presentase dari 15 pernyataan PHBS sebagai mana terlihat pada tabel 5.3 :

Tabel 5.3

Distribusi Skor PHBS Anak Usia Sekolah Sebelum Pemberian Pendidikan Kesehatan di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

Skor/Nilai Anak Jumlah Anak %

2

3

4

5

6

2

1

17

6

3

6,9

3,4

58,6

20,7

10,3

Total 29 100,0

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 30: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor PHBS sebelum

pendidikan kesehatan yang diperoleh responden sebagian besar mendapat skor 4

dengan jumlah responden 17 (58,6%). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

tabel 5.4

Tabel 5.4

Rerata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sebelum Pendidikan Kesehatan di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

Variabel Mean Median SD Min-Max

95% CI

Rata-rata

Perilaku Hidup

Bersih dan

Sehat sebelum

pendidikan

ksesehatan

4,24 4,00 0,951 2-63,88-4,80

Dari tabel 5.5, didapatkan rata-rata skor PHBS anak usia sekolah di Panti

Asuhan Peduli Kasih sebelum pendidikan kesehatan adalah 4,24 , median 4,00 ,

dengan standar deviasinya 0,951. Skor tertinggi 6 dan skor terendah 2.

5.3.2 PHBS Responden Sesudah Intervensi

Dari analisa univariat dihasilkan distribusi frekuensi jumlah skor dan

presentase dari 15 pernyataan PHBS sebagai mana terlihat pada tabel 5.5 :

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 31: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Tabel 5.5

Distribusi Skor PHBS Anak Usia Sekolah Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

Skor/Nilai Anak Jumlah Anak %

10

11

12

13

14

16

7

3

2

1

55,2

24,1

10,3

6,9

3,4

Total 29 100,0

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata skor PHBS sebelum

pendidikan kesehatan yang diperoleh responden sebagian besar mendapat skor 10

dengan jumlah responden 16 (55,2%). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada

tabel 5.6

Tabel 5.6

Rerata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sesudah Pendidikan Kesehatan di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

Variabel Mean Median SD Min-Max

95% CI

Rata-rata

Perilaku Hidup

Bersih dan

Sehat sesudah

pendidikan

kesehatan

10,79 10,00 1,114 10-1410,37-11,22

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 32: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Dari tabel 5.6, didapatkan rata-rata skor PHBS anak usia sekolah di Panti

Asuhan Peduli Kasih sesudah pendidikan kesehatan adalah 10,79 , median 10,00 ,

dengan standar deviasinya 1,114. Skor tertinggi 14 dan skor 10.

5.3.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pendidikan

kesehatan antara pre test dan post test phbs. Analisa statistic pada penelitian ini

menggunakan uji T test berpasangan dan uji Wilcoxon sebagai uji statistic

alternative, bila uji t tidak dapat dilakukan. Hubungan secara statistic dianggap

bermakna jika p<0,05. Syarat uji t bisa dilakukan jika:

1. Distribusi data normal

2. Kedua kelompok data dependen/pair

3. Jenis variabel : numerik (skor)

Sebelum menentukan analisa bivariat, maka dilakukan uji normalitas

terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dan

untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan. Uji normalitas dikatakan

normal jika Pvalue > 0,05. Dan hasilnya dengan uraian tabel berikut:

Tabel 5.7 One Sample Shapiro Wilk Test

Pre PHBS Post PHBS

Shapiro Wilk

Asymp.Sig

(2-tailed)

0,828

0,000

0,740

0,000

Berdasarkan hasil uji normalitas (Shapiro Wilk) diatas, didapatkan p value

0,000 ( > 0,05), sehingga data dikatakan tidak normal dan digunakan uji

alternative yaitu uji Wilcoxon. 37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 33: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Hasil analisis bivariat menemukan pengaruh pemberian pendidikan

kesehatan antara masing-masing variabel pre test dan post test sebagai uraian pada

table berikut ini:

Tabel 5.8

Distribusi Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Anak Usia Sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013

N Median

(minimum-maksimu)

Rerata ± s.b P

Perilaku sebelum pendidikan kesehatan

29 4 (2-6) 4,24 ± 0,951

0,000

Perilaku sesudah pendidikan kesehatan

29 10 (10-14) 10,79 ± 1,114

Hasil analisis sebelum pendidikan kesehatan didapatkan rata-rata skor

PHBS 4,24 , median 4,00 , dengan standar deviasinya 0,951. Skor tertinggi 6 dan

skor terendah 2. Dan hasil analisis sesudah pendidikan kesehatan didapatkan rata-

rata skor PHBS 10,79 , median 10,00 , dengan standar deviasinya 1,114. Skor

tertinggi 14 dan skor 10. Uji statistik menunjukkan hasil uji Wilcoxon diperoleh

nilai significancy 0.000 (p < 0,05), maka ada perbedaan perilaku antara sebelum

dan sesudah pendidikan kesehatan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada

anak usia sekolah.

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 34: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Dalam melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Anak Usia Sekolah di

Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang Tahun 2013, peneliti menyadari masih

banyak kekurangan atau keterbatasan dalam penelitian ini seperti, peneliti hanya

melakukan pendidikan kesehatan, pre test dan post test hanya dalam waktu 2

minggu, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan peneliti tidak

melakukan uji validitas kuesioner terlebih dahulu.

6.2 PHBS Sebelum Pendidikan Kesehatan

6.2.1 PHBS Sebelum Pendidikan Kesehatan

Rata-rata PHBS sebelum pendidikan kesehatan di Panti Asuhan Peduli

Kasih Palembang Tahun 2013, didapatkan rata-rata PHBS sebelum pendidikan

kesehatan adalah 4,24 , median 4,00 , dengan standar deviasinya 0,951. Skor

tertinggi 6 dan skor terendah 2. Menurut peneliti sendiri, PHBS yang kurang di

lakukan oleh anak-anak panti asuhan peduli kasih disebabkan karena kurangnya

kegiatan PHBS itu sendiri sebagai kegiatan rutin mereka sehari-hari, anak-anak

panti asuhan hanya melakukan kegiatan bersih-bersih jika disuruh oleh pengurus

panti, mereka juga kurang dibimbing dan diajarkan untuk melakukan kegiatan

PHBS itu sendiri, Fasilitas untuk mendukung kegiatan PHBS itu juga sangat

minim, seperti alat-alat bersih rumah yang sudah rusak dan tidak bisa di gunakan

lagi, keperluan untuk personal higiene juga sudah tidak layak pakai, seperti sikat

gigi yang sudah lama tidak diganti, kenyamanan diwaktu malam mereka tidur

juga sangat kurang, anak-anak panti tidur bersama dalam satu kasur yang tipis dan

berhimpit-himpitan, anak-anak juga jarang menkonsumsi buah, sayur, dan susu

untuk kesehatan mereka sehingga dari responden tersebut kurang memperhatikan

pentingnya PHBS bagi kesehatan mereka.

6.3 PHBS Sesudah Pendidikan Kesehatan

6.3.1 PHBS Sesudah Pendidikan Kesehatan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 35: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Rata-rata PHBS sesudah pendidikan kesehatan 10,79 , median 10,00 ,

dengan standar deviasinya 1,114. Skor tertinggi 14 dan skor 10.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa 29 responden mengalami

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik/positif tentang PHBS setelah

pemberian pendidikan kesehatan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji

statistik wilcoxon karena tidak memenuhi syarat, yaitu sebaran data tidak normal.

Peneliti ingin melihat adakah pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap

perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah. Ternyata setelah

dilakukan penelitian, ada pengaruh antara pemberian pendidikan kesehatan

terhadap PHBS pada anak usia sekolah. Hasil uji statistik juga memperlihatkan

adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap PHBS pada anak usia

sekolah yaitu nilai p value < α (p value = 0,000).

Penelitian yang dilakukan peneliti sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agus Purwanto (2012) yang dalam penelitiannya juga menyatakan

bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap perilaku hidup

bersih dan sehat terhadap praktik gosok gigi pada anak usia sekolah di SDN 1

Sambiroto Semarang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa

pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang program-program

kesehatan, yang dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan

dalam waktu yang pendek. Konsep pendidikan kesehatan juga proses belajar pada

individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan

menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu.

Pendidikan Kesehatan yang lebih efektif biasanya dilakukan dengan cara

metode pendidikan individual. Menurut Notoatmodjo (2007) peranan pendidikan

kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,

kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan kata lain,

pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis

dan sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 36: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Dari hasil penelitian, teori-teori yang ada dan menurut analisis peneliti

pendidikan kesehatan terhadap PHBS sangat memberikan pengaruh yang besar

bagi anak-anak usia sekolah di panti asuhan tersebut. Karena dalam kehidupan

sehari-hari, kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang,

begitu juga dengan personal higiene berawal dari kesehatan pribadi dan

merupakan tuntutan dasar, namun itu sangat tergantung pada pribadi masing-

masing yaitu nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Pemenuhan

kebutuhan untuk kebersihan diri dan lingkungan pun merupakan bagian dari

kebutuhan dasar manusia. Ini berarti bahwa setiap manusia membutuhkan

kenyamanan pada diri dan lingkungannya. Oleh sebab itu kesadaran dan kemauan

dari setiap individu sangat penting untuk dapat melakukan PHBS, Dengan

demikian perlunya tindak lanjut dari orang tua pengasuh dan masyarakat dalam

menyediakan fasilitas dirumah agar menstimulasi perilaku kesehatan anak.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 37: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak tentang

PHBS di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi skor PHBS anak usia sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih

sebelum pendidikan kesehatan adalah 4,24 , median 4,00 , dengan standar

deviasinya 0,951. Skor tertinggi 6 dan skor terendah 2.

2. Distribusi frekuensi skor PHBS anak usia sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih

sesudah pendidikan kesehatan adalah 10,79 , median 10,00 , dengan standar

deviasinya 1,114. Skor tertinggi 14 dan skor 10.

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat

pada anak usia sekolah di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang (p value 0,000)

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang bisa

disampaikan peneliti yaitu :

1. Bagi para pengasuh anak-anak di Panti Asuhan Peduli Kasih Palembang

diharapkan pendidikan kesehatan yang sudah diberikan dijadikan bahan pelajaran

reguler bagi anak-anak penghuni panti asuhan.

2. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan agar hasil Karya Tulis Ilmiah yang

mungkin masih belum sempurna ini dapat dijadikan literature dan menambah

kepustakaan bagi institusi.

3. Bagi peneliti yang akan datang, diharapkan dapat melakukan penelitian untuk

meneliti variabel yang berbeda (pendidikan kesehatan yang lain) dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat agar didapatkan perbandingan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Ananto.(2006). Tanamkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Sejak Usia Dini.

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 38: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

http://www.surabaya.go.id/berita/detail.php?id=5002

Dahlan,M.(2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Dinkes.(2009). Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Keluarga di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate. (Online) http://www.usu.ac.id.pdf, diakses 4 april 2013

Depkes,RI.(2008). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (Online) http://www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/130/jtptunimus-gdl-ikekristia-6494-2-babiph-s.pdf, diakses 15 April 2013

Diffah,Hanim.(2011). Komunikasi Informasi Edukasi PHBS. Jakarta : Fakultas Kedokteran UNS (Online) http://www. http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/SEMESTER_5_2011_KOMUNIKASI_INFORMASI_EDUKASI_PHBS_%28PERILAKU_HIDUP_BERSIH_DAN_SEHAT%29.pdf, diakses 18 April 2013

Habeahan,Jariston.(2009 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan PHBS Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009). Medan : Skripsi FKM USU (online)

Kemenkes,RI.(2011). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Online) http://promkes.depkes.go.id/download/pedoman_umum_PHBS.pdf, diakses 20 April 2013

Notoatmodjo,Soekidjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oktobriariani,R.R.(2010). Pengaruh Pendidikan Kesehatan. Surakarta : DIV Kebidanan (Online) http://www. http://www.eprints.uns.ac.id/178/1/165970109201010131.pdf, diakses 11 April 2013

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 39: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

Purwan,Agus.(2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terhadap Praktik Gosok Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD N 1 Sambiroto. Semarang : SI Keperawatan Anak (Online) http://www.digilib.unimus.ac.id.pdf, diakses 10 April 2013

Saraswati,Nidya.(2011). Evaluasi Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) DI SDN PONDOK PINANG 03 Pagi. Jakarta : SI Kesehatan Masyarakat (Online) http://www.library.upnvj.ac.id.pdf, diakses 4 april 2013

Sari,Ratina.(2011). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Pendidikan Individual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Keluarga. (Online) http://www. http://www.repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1849/1/PDF%20JURNAL.pdf, diakses 15 april 2013

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

World Health Organization. (2010). Pengertian Kesehatan. (Online) http://www.undip.ac.id.pdf, diakses 4 april 2013

PEDOMAN OBSERVASI / CHEKLIST

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 40: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI PANTI

ASUHAN PEDULI KASIH PALEMBANG TAHUN 2013

(Diisi oleh peneliti)

No Pertanyaan Melakukan Tidak Melakukan1. Anak-anak mencuci tangan

dengan air mengalir dan sabun

sebelum makan.

2. Anak-anak mencuci tangan

dengan air mengalir dan sabun

sesudah makan

3. Anak-anak menggunakan air

bersih untuk cuci baju

4. Anak-anak menggunakan air

bersih untuk mandi

5. Anak-anak menggunakan air

bersih untuk mencuci piring

6. Anak-anak menggosok gigi

sebelum tidur.

7. Anak-anak buang air kecil di

jamban.

8. Anak-anak buang air besar di

jamban

9. Anak-anak membuang sampah di

tempat yang disediakan.

10. Anak-anak membersihkan kamar.

11. Anak-anak membersihkan

lingkungan panti asuhan setiap

pagi

12 Anak-anak memakan sayur

setiap hari.

13. Anak-anak memakan buah setiap

37 Poltekkes Kemenkes Palembang

Page 41: Bab I-Vii, Daftar Pustaka, Lembar Observasi

hari

14. Anak-anak melakukan olahraga

secara rutin di panti asuhan.

15 Anak-anak merokok di

lingkungan panti asuhan

37 Poltekkes Kemenkes Palembang