Bab I-VII Lengkap

116
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO SKRIPSI STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR PENYEBAB KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF DI WILAYAH RW 04 KELURAHAN GEDANGANAK Oleh NORI SULISTYAWATI NIM: 010401072 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Transcript of Bab I-VII Lengkap

Page 1: Bab I-VII Lengkap

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

SKRIPSI

STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR PENYEBAB

KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF

DI WILAYAH RW 04 KELURAHAN GEDANGANAK

Oleh

NORI SULISTYAWATI

NIM: 010401072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2008

Page 2: Bab I-VII Lengkap

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

SKRIPSI

STUDI KUALITATIF TENTANG FAKTOR PENYEBAB

KETIDAKBERHASILAN MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF

DI WILAYAH RW 04 KELURAHAN GEDANGANAK

Skripsi ini diajukan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh:

NORI SULISTYAWATI

NIM: 010401072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2008

Page 3: Bab I-VII Lengkap

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi WaluyoProgram Studi Ilmu KeperawatanSkripsi, Maret 2008Nori Sulistyawati

Studi Kualitatif Faktor Penyebab ketidakberhasilan Menyusui Secara Eksklusif Di Wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur(xiii+ 46 halaman + 22 lampiran)

ABSTRAK

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Perilaku menyusui bayi dianggap sebagian orang suatu tingkah laku yang tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan.

Tujuan penelitian ini adalah bagaimana fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan teknik Snowboll sampling didapatkan 5 responden yang memiliki anak usia 6 – 9 bulan di wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak Kecamatan Ungaran Timur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab dari ibu adalah ASI belum keluar, ASI sedikit, pengetahuan. Faktor penyebab dari lingkungan adalah kurangnya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan agar responden meningkatkan pengentahuannya tentang ASI eksklusif sehingga dapat memotivasi diri untuk menyusui secara eksklusif, dan mencari dukungan dari lingkungan sekitar.

Kata kunci : ASI eksklusifKepustakaan : 34 (1996 – 2007)

Page 4: Bab I-VII Lengkap

The School Of Health Ngudi WaluyoNursing Science Study ProgramThesis, March 2008Nori Sulistyawati

The qualitative study of failure factor of giving milk by exclusive in area RW 04 Gedanganak-Ungaran district

Abstract

Mother’s milk is nutritive food because it is not necessary to add more composition, besides mother’s milk is easy to be digested by baby and immediately absorbed. The growth and development of baby is mostly determined by the quantity of mother’s milk consumed by the baby including that is energy and another nutritive element contain in mother’s milk. Behavior giving of baby opinion some people is manner that traditional so that long time leaved.

The purpose of this research is how phenomena about failure factor of giving milk by exclusive. The type of this research is qualitative research with phenomenology. The sample of this research uses purposive sampling and snowball sampling. It is found 5 samples have children age 6-9 month in area Gedanganak-Ungaran district.

The result of the research is to point out that the internal factor that cause failure the mother’s knowledge. Otherwise the external factor the environment is insufficient support from her family and medical team.

From this research is expected the respondent increase their knowledge about mother’s milk exclusive so that can the motivate themselves for giving milk exclusively and looking for support from the environment.

Key words : Exclusive Mother Breast Milk Reference : 34 (1996-2007)

Page 5: Bab I-VII Lengkap

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah

diperkenankan untuk ujian.

Ungaran, Maret 2008

Pembimbing I

Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes.

Pembimbing II

Priyanto, S.Kep., Ns.

Page 6: Bab I-VII Lengkap

PANITIA UJIAN SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO

Ungaran, 29 Maret 2008

Mengetahui

Penguji I

(M. Hasip Ardani, S.Kp.,M.kes)

Penguji II

(Drs. Sugeng Maryanto, M.kes)

Penguji III

(Priyanto, S.Kep.,Ns)

Page 7: Bab I-VII Lengkap

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh

Alhamdulillah dengan Rahmad dan hidayah yang diberikan tanpa batas

kepada setiap Hamba-Nya dan dengan Kemurahan-Nya peneliti dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Studi kualitatif faktor penyebab

ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif”. Sholawat dan Salam atas

Nabiyullah Muhammad SAW yang diutus ke dunia untuk menyampaikan

Risalah-Nya dan dijadikan Uswatun Hasanah bagi manusia seluruhnya.

Penulis sadar sebagai manusia yang tak luput dari salah dan khilaf pastilah

masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis berharap

adanya masukan dari pembaca sekalian. Ucapan maaf yang sedalam-dalamnya

penulis sampaikan kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini

dan penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Asaat Pitoyo, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua STIKES Ngudi Waluyo.

2. Priyanto, S.Kp., Ns., sebagai Ketua Program Studi Ilmu keperawatan

STIKES Ngudi Waluyo.

3. Drs. Sugeng Maryanto, M.Kes., sebagai Pembimbing I yang begitu arif

bijaksana membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Priyanto, S.Kp., Ns., sebagai Pembimbing II yang senantiasa memberikan

motivasi dan banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

dengan penuh bersahaja.

5. Seluruh Dosen Pengajar PSIK STIKES Ngudi Waluyo yang telah

memberikan ilmunya kepada mahasiswa sehingga dapat bermanfaat.

Page 8: Bab I-VII Lengkap

6. Abahku tercinta H. Suparto (Alm) yang memotivasi penulis untuk

menempuh pendidikan kesehatan, Alhamdulilah penulis bisa menjalankan

amanahnya.

7. Ibunda tercinta Hj Supiati yang selalu mendoakan dan mendukung penulis

dengan penuh semangat.

8. Kakak- kakakku, Mb.Ida, Mb khot, Mb Rom, Mb Nifa, Mb Fat, atas

idenya dan berbagi pengalamannya sebagai ibu menyusui.

9. Andik dan Nia, yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

10. Keluarga besar kost Pak Warno yang sudah menjadi keluargaku yang ke

dua, Juli, Hilda, Santi, Fenny, Dina, Ita

11. .Teman-taman seperjuanganku Desi, Toni, Nina, Metty, Marti, Sulis,

Ratih, Ika dan semua yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu tanhk’s

untuk semangatnya.

12. Teman-teman PSIK A satu angkatan yang memberikan bantuan dan

dukungan.

13. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam pelaksanaan penulis skripsi ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh

Ungaran, Maret 2008

Peneliti

Page 9: Bab I-VII Lengkap

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nori Sulistyawati

Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 27 Maret 1985

Alamat : Jl. Patimura Gg. V No. 4 Temas- Batu

Kabupaten Malang

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 01 Temas lulus Th 1997

2. SMP Islam Ma’arif Batu lulus Th 2000

3. SMA Islam Almaarif Singosari lulus Th 2003

4. Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo

Page 10: Bab I-VII Lengkap

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

ABSTRAK.....................................................................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................vi

KATA PENGANTAR .................................................................................vii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................1

B. Rumusan Penelitian................................................................4

C. Tujuan Penelitian....................................................................4

D. Manfaat Penelitian..................................................................5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif..................................................6

2. Manfaat Pemberian ASI Untuk Bayi…………………....6

3. Manfaat Pemberian ASI Untuk Ibu ………….................9

B. Menyusui

1. Persiapan menuju masa menyusui..................................11

2. Persiapan psikologis........................................................12

Page 11: Bab I-VII Lengkap

3. Pemeriksaan payudara....................................................12

4. Teknik menyusui.............................................................12

5. Posisi menyusui..............................................................13

6. Langkah-langkah menyusui yang benar.........................13

C. Faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

1. Faktor Dari Ibu ...........................................................15

2. Faktor Dari Lingkungan .................................................17

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Teori ....................................................................19

B. Kerangka Konsep..................................................................20

C. Definisi Operasional.............................................................20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian...................................................................21

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi ...........................................................21

2. Sampel ...........................................................22

C. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................22

D. Alat Pengumpul Data............................................................23

E. Etika Penelitian.....................................................................23

F. Proses Pengumpulan Data ....................................................24

G. Analisis Data.........................................................................26

H. Validitas Data........................................................................27

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Responden.....................................28

Page 12: Bab I-VII Lengkap

B. Hasil Wawancara..................................................................29

C. Fenomena Faktor Penyebab..................................................31

D. Hasil Wawancara Sumber.....................................................33

BAB VI PEMBAHASAN

A. Fenomena Faktor Penyebab Dari Ibu...................................34

B. Fenomena Faktor Penyebab Dari Lingkungan.....................41

C. Keterbatasan peneliti.............................................................44

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...........................................................................45

B. Saran.....................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: Bab I-VII Lengkap

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Skema Kerangka Teori

Gambar 3.2 : Skema Fokus Penelitian

Page 14: Bab I-VII Lengkap

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran II : Persetujuan Responden

Lampiran III : Panduan Wawancara Mendalam

Lampiran IV : Surat Ijin Penelitian

Lampiran V : Transkip Wawancara

Lampiran VI : Jadwal Penelitian

Page 15: Bab I-VII Lengkap

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI adalah makanan alamiah untuk bayi yang mengandung nutrisi-

nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi.

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan

komposisi disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.

Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu menghasilkan air

susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya tanpa memberikan

makanan tambahan selama enam bulan pertama (Suririnah, 2004).

Proses menyusui merupakan aktivitas yang menyenangkan dan

memuaskan. Menyusui berarti memberikan ASI pada bayi, susu lain yang

biasa diberikan kepada bayi umumnya dibuat dari susu sapi atau kadang susu

kambing atau kedelai dan disebut ”susu formula” karena susu tersebut harus

diubah formulanya dengan mempertimbangkan keamanannya bagi sistem

pencernaan bayi. Komposisi yang terkandung dalam susu formula tidak

pernah berubah, semuanya disamaratakan bagi setiap bayi dan pada tingkatan

umur yang sama, walaupun kebutuhan bayi yang satu dengan yang lain

amatlah berbeda. Kandungan lemak (AA, DHA), karbohidrat, protein,

vitamin, mineral, enzym, hormone dan yang paling penting zat antibodi yang

terkandung dalam ASI tidak akan didapatkan dalam susu formula. Meskipun

susu tersebut dimodifikasi sesuai resep hasilnya tidak sama dengan ASI

(Heather, 2001).

Page 16: Bab I-VII Lengkap

Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam

bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik, dengan demikian ketentuan

sebelumnya, (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak

berlaku lagi (Fitria, 2007)

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang

terkandung di dalam ASI tersebut. Untuk mencapai tumbuh kembang bayi

secara optimal, WHO/UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and

Young Child Feeding yang di Indonesia ditindak lanjuti dengan Penyusunan

Strategi Nasional Pemberian Makanan Bayi dan Anak yaitu memberikan ASI

dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan hanya ASI saja atau ASI

Eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, memberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dan bermutu sejak bayi umur 6 bulan

dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun (Arifin, 2004).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002,

hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan

pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%, antara 2-3 bulan

45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu

cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu

antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Sedangkan tahun

2002-2003, bayi yang diberi ASI sampai empat bulan sebanyak 55,1 persen.

Sedangkan bayi yang diberi ASI sampai enam bulan sebanyak 39,5 persen.

ASI eksklusif sampai empat bulan ada 52 persen (Depkes, 2006).

Page 17: Bab I-VII Lengkap

Pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui

kendala. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki

bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Perilaku menyusui bayi

dianggap sebagian orang suatu tingkah laku yang tradisional, sehingga sedikit

demi sedikit ditinggalkan hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-

negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai

manfaat yang sama dengan ASI dengan promosi pemasaran makanan

pengganti ASI secara gencar. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial

budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas

kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung ASI eksklusif, gencarnya

promosi susu formula dan ibu bekerja. Kegagalan teknis menyusui bisa

terjadi, misalnya karena bayi yang bersangkutan penah menggunakan dot.

Keadaan psikologis ibu juga harus menunjang karena pengaruhnya terhadap

keberhasilan atau kegagalan menyusui sangat besar. Sering dijumpai keadaan

ibu yang terlalu khawatir bahwa dirinya tidak akan bisa menyusui. Ibu yang

melahirkan pertama kali tidak tahu bagaimana cara memulai menyusui,

mereka mengeluh ASI yang keluar sedikit sehingga mereka memutuskan

memberikan tambahan susu botol sambil menunggu ASInya lancar.

Pengalaman tersebut mempengaruhi ibu untuk melakukan hal yang sama

ketika ibu melahirkan lagi (Wilda, 2006).

Menurut Anies (2007) berbagai penelitian intenasional menentukan

ASI ekslusif diberikan sampai bayi usia 6 bulan, karena hingga masa itu ASI

dapat mencukupi kebutuhan bayi. Setelah 6 bulan dapat diberi makanan

pendamping ASI, mulai dari yang halus sampai agak padat sesuai

Page 18: Bab I-VII Lengkap

pencernakan bayi. Namun yang terjadi di Indonesia pada umumnya terutama

di Jawa “tradisi” memberi makanan tambahan terhadap bayi yang baru

berumur beberapa hari, seperti madu, pisang, dan lain-lain.

Berdasarkan studi pendahuluan sementara oleh peneliti pada bulan

November tahun 2007 di Kelurahan Gedanganak didapatkan data ibu yang

mempunyai anak usia 6-12 bulan RW 01: 12 orang, RW 02: 14 orang, RW

03: 12 orang, RW 04: 19 orang, RW 05: 15 orang, RW 06: 20 orang, RW 07:

11 orang, RW 08: 10 orang, RW 09: 16 orang, RW 10: 12 orang, kemudian

peneliti mewawancarai 2 orang ibu yang tinggal di RW 04 mengatakan sudah

memberikan makanan lain selain ASI disamping menyusui.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang “Studi kualitatif tentang

faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif di RW 04

Gedanganak”.

B. Fokus Kajian Penelitian

Fokus kajian penelitian yang diangkat adalah bagaimana fenomena tentang

faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif di wilayah RW

04 Kelurahan Gedanganak?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Bagaimana fenomena tentang faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui

secara eksklusif di wilayah RW 04 Kelurahan Gedanganak

Page 19: Bab I-VII Lengkap

2. Tujuan khusus

a.Menggali faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui

secara eksklusif

b.Menggali faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi perawat.

Memberi informasi kepada perawat tentang fenomena faktor penyebab

ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif sehingga dapat memberikan

penyuluhan kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI.

2. Manfaat bagi ibu

Mengetahui tentang manfaat ASI eksklusif dan pentingnya ASI pada

bayinya agar dapat mengambil sikap apa yang harus dilakukannya nanti

bila melahirkan lagi.

3. Manfaat bagi peneliti

Menambah ilmu dan pengalaman secara langsung melalui kegiatan

penelitian dengan menerapkan teori yang didapat dan menerapkan ilmu

riset keperawatan.

4. Praktik Keperawatan

Fenomena-fenomena yang telah terungkap akan mempermudah

penyusunan rencana dan intervensi keperawatan untuk mengatasi

fenomena yang terjadi seputar penyebab ketidakberhasilan menyusui

secara eksklusif.

Page 20: Bab I-VII Lengkap

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Pengertian

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan

bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap deberikan ASI

sampai bayi berumur dua tahun (Purwanti, 2004).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air

putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Ana fitria, 2007).

2. Manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi

Menurut Roesli (2000) manfaat ASI untuk bayi yaitu:

a. ASI sebagai Nutrisi

Air susu ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri

misalnya ASI dari seorang ibu melahirkan bayi prematur

komposisinya akan berbeda dengan ibu yang melahirkan cukup bulan.

Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari

kehari. ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut

foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat menyusui disebut

hindmilk. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik

kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang

Page 21: Bab I-VII Lengkap

benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan

tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.

b. ASI meningkatkan daya tahan bayi

Bayi yang baru lahir, otomatis secara alamiah akan mendapatkan

zat kekebalan tubuh (imunoglobuloin) dari ibu melalui ari-arinya.

Tetapi, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi

lahir. Pada saat zat kekebalan bayi mengalami penurunan, maka

peranan ASI sangatlah penting sekali karena ASI adalah cairan hidup

yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Badan bayi

sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai

kadar protektif pada usia sekitar 9 sampai 12 bulan.

Kolostrum mengandung zat kekebaln 10-17 kali lebih banyak

dari susu matur. Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain

akan melindungi bayi dari penyakit diare dan menurunkan

kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan

penyakit alergi.

c. Zat antivirus dan bakteri

Kandungan gizi ASI paling baik adalah pada 3 hari pertama

setelah bayi lahir. Masa ini disebut kolostrom, kolostrom mengandung

protein, mineral, aneka vitamin (A,E dan B12) Kolostrom juga

mengandung lebih sedikit lemak dibandingkan dengan ASI setelahnya.

Kolostrom lebih banyak mengandung protein, zat anti virus dan anti

bakteri dibandingakan dengan ASI pada umumnya. Zat anti virus dan

Page 22: Bab I-VII Lengkap

anti bakteri yang terkandung dalam kolesterol yaitu vlysozime

(menghancurkan dinding sel patogen dan melindungan saluran

pencernaan bayi). Bifidobakteri (mengasamkan lambung) laktoferin

(mengikat besi), laktoperoksida (melawan bakteri), makrofage

(melindungi kelenjar susu ibudan saluran pencernaan bayi).

d. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Pertama faktor

genetik yang menetukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan

oleh orang tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa.

Kedua faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ketiga

Pertumbuhan otak Faktor terpenting dalam proses pertumbuhan

termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Nutrisi

yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau

sedikt sekali terdapat pada susu sapi antara lain: Taurin, Laktosa,

Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6)

e. ASI eksklusif miningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan merasa aman dan

tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya

yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan

disayangi yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan

membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang

baik.

Page 23: Bab I-VII Lengkap

3. Manfaat pemberian ASI secara eksklusif untuk ibu

Menurut Roesli (2000) manfaat ASI untuk bayi yaitu:

a. Mengurangi perdarahan satelah melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan, maka

kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (pospartum)

akan berkurang. Hal ini disebabkan karena pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontriksi atau

penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat

berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang

melahirkan.

b. Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan

cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid

98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan

96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

c. Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau

anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan.

d. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya

bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, di duga angka kejadian kanker payudara akan

berkurang sampai sekitar 25%.

Page 24: Bab I-VII Lengkap

e. Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi sehingga tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan

demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke

berat badan sebelum hamil.

f. Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan

ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui.

g. Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan

atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa

menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan

lebih merepotakan terutama pada malam hari, apalagi kalau persedian

susu habis pada malam hari maka kita harus repot mencarinya.

h. Lebih ekonomis dan murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk

susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan ASI juga

menghemat pengeluaran berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter,

biaya pembelian obot-obatan, bahkan biaya perawatan di rumah sakit.

i. Portabel dan praktis

Mudah di bawa kemana-mana (portabel) sehingga saat

berpergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minim susu

formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau

Page 25: Bab I-VII Lengkap

penghangat susu. ASI dapat diberikan di mana saja dalam keadaan

siap dimakan / diminum, serta dalam keadaan suhu yang tepat.

j. Memberi kepuasan ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan

kepuasan, kebanggaan dan kebagiaan yang mendalam.

B. Menyusui

Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami, dan jarang

sekali seorang ibu mengalami kegagalan dalam menyusui bayinya. Namun

demikian, menyusui juga harus dipelajari terutama oleh ibu-ibu yang baru

pertama kali mempunyai anak (Poedianto, 2003). Hal ini dimaksudkan agar

mereka tahu bagaimana cara menyusui bayi yang benar. Selain itu bayi yang

baru lahir juga belajar tentang cara menyusu yang benar. Pada dasarnya,

kegiatan menyusui memerlukan kerjasama yang baik antar ibu dan bayi agar

dapat diperoleh hasil yang maksimal (Supriyadi, 2002)

Menyusui adalah suatu pengalaman belajar dan bagi ibu suatu masa

penuh tantangan. Memberi makan bayi dengan Asi bukan saja memberikan

awal kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga merupakan darah yang

hangat, penuh kasih dan menyenangkan (Heather, 2001)

1. Persiapan menuju masa menyusui

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang

sangat penting sebab dengan persiapan yang lebih baik ibu akan lebih siap

untuk menyusui bayinya (Nichol, 2005). Oleh karena itu, sebaikanya ibu

hamil masuk dalam kelas ”bimbingan persiapan menyusui” atau dapat

Page 26: Bab I-VII Lengkap

juga mencari informasi tentang menyusui yang benar pada pusat

pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin atau Pukesmas.

2. Persiapan psikologis

Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan

sangatlah berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah

ada pada saat kehamilan (Purwanti, 2004). Sikap ibu biasanya dipengaruhi

oleh berbagai faktor antara lain adat/kebiasaan/kepercayaan menyusui di

daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau

pengalaman menyusui keluarga/kerabat, pengetahuan tentang manfaat

ASI, kehamilan diinginkan atau tudak. Dukungan dari suami,

dokter/petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat dibutuhkan

terutama bagi ibu yang baru pertama kali mempunyai anak.

3. Pemeriksaan payudara

Tujuan pemeriksaan payudara ini adalah untuk mengetahuai lebih

dini tentang adanya kelainan, sehingga diharapakan dapat dikoreksi

sebelum persalinan. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan

pertama yang meliputi kegiatan inspeksi payudara dan palpasi payudara

(Soetjiningsih, 1997).

4. Teknik menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya akan menalami berbagai

masalah, karena hanya tidak mengetahuai cara-cara yang sebenarnya

sangat sederhana, seperti misalanya cara menaruh bayi pada payudara

ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting terasa nyeri

(Welford, 2001). Pada minggu pertama setelah persalinan seorang ibu

Page 27: Bab I-VII Lengkap

akan lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu membutuhkan

seseorang yang dapat membimbing dalam merawat bayi termasuk pada

saat menyusui. Orang yang dapat membantu adalah orang yang sangat

berpengaruh besar dalam kehidupannya atau disegani, seperti suami,

keluarga, dokter, petugas kesehatan (Soetjiningsih, 1997).

5. Posisi menyusui

Salah satu faktor yang mendukung kletidakberhasilan dalam

menyusui adalah posisi yang baik (Supriyadi, 2002). Hal ini perlu

dipelajari baik oleh ibu maupun bayi yang akan disusui. Untuk ibu antara

lain adalah dapat mengatur posisi tubuh (duduk, berdiri, dan berbaring),

agar nyaman selama menyusui sedangkan untuk bayi bukan hanya posisi

tubuhnya yang harus benar tetapi posisi mulutnya juga harus benar ketika

menghisap ASI.

6. Langkah- langkah menyusui yang benar

Cara paling alami menyusui bayi adalah dengan tidak melihat

waktu, melaikan hanya dengan menuruti keinginan setiap waktu bayi ingin

menyusu menurut Hubertin (2004) cara menyusui yang benara adalah:

a. Persiapan

1) Cuci tangan anda untuk menghilangkan kuman dan cuci puting

anda dengan air susu atau air.

2) Duduklah dengan posisi nyaman dan santai dengan menggunakan

kursi yang ada sandaran punggung dan lengan agar tidak sakit.

Gunakanlah dingklik untuk kaki anda sebagai penyangga bayi

Page 28: Bab I-VII Lengkap

sehingga bayi tidak perlu menarik-narik puting anda atau duduk

dengan bayak bantal di tempat tidur.

3) Posisi berbaring, sangga kepala anda dengan tangan anda,

sementara bayi dalam posisi tidur menghadap anda. Posisi ini

nyaman untuk menyusui di malam hari, gunakan bantal untuk

mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak terlalu jauh dari payudara

b. Menyusui

1) Mulai menyusui dengan payudara kanan, letakkanlah kepala bayi

pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke

badan ibu

2) Letakkan lengan kiri bayi di di seputar pinggang ibu, tangan kanan

ibu memegang pantat / paha kanan bayi

3) Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri

dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang

berwarna hitam ( aerola mamae )

4) Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu bayi biasanya akan

reflek membuka mulut. Tunggu sampai bayi membuka mulut

lebar-lebar kemudian masukkan putting susu secepatnya kedalam

mulut sampai daerah berwarna hitam (aerola), dagu menempel ke

payudara anda dan kepalanya agak kebelakang sehingga hidungnya

tidak tertutup payudara.

5) Apabila puting susu sulit masuk ke mulut bayi, lakukakan trik

”sandwich” , yaitu tekan puting anda dengan jempol dan telunjuk

Page 29: Bab I-VII Lengkap

sehingga segepeng mungkin, parelel dengan alur bibir bayi, dan

masukkan ke dalam mulut bayi.

c. Melepaskan hisapan bayi

Setelah selesai menyusukan bayi selama 10-20 menit, lepaskanlah

isapan bayi dengan cara: Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke

sudut mulut bayi atau dengan menekan dagu bayi kebawah

d. Menyendawakan bayi

Setelah hisapan bayi dilepaskan sendawakan bayi sebelum

menyusukan dengan payudara yang lain, dengan cara: Sandarkan bayi

dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan sampai keluar

sendawa atau bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok

punggungnya.

C. Faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

Banyak faktor yang menentukan ketidakberhasilan menyusui dari ibu

maupun dari lingkungan sekitar ibu.

1. Faktor ibu

a. Pengetahuan ibu

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia,

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Page 30: Bab I-VII Lengkap

Pengetahuan ibu dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikap dan

bertindak dimana segala sesuatu yang diketahui responden tentang

ASI eksklusif yang meliputi pengertian, manfaat ASI eksklusif,

kolostrum serta manajemen laktasi yang dapat menunjang

keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif (Arifin, 2004).

b. Sosial ekonomi

Hubungan pemberian ASI dengan sosial ekonomi, ibu yang

mempunyai sosial ekonomi rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk

memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial ekonomi tinggi.

Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang

tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan

cepatnya pemberian susu botol (Arifin, 2004).

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia,

dimana pendidikan tersebut sangat berperan dalam proses

pengembangan diri manusia (Notoatmodjo, 2003). Tingat pendidikan

ibu merupakan determinan yang penting dalam menentukan lamanya

menyusui dan pola pemberian ASI.

d. Sikap ibu

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap mempunyai 3

komponen pokok, yaitu kepercayaan (ide, konsep terhapat suatu

objek), kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan

kencenderungan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2003). Sikap ibu

Page 31: Bab I-VII Lengkap

merupakan faktor yang penting dalam hal menyusui, karena sikap ibu

nantinya akan menentukan bayinya akan disusui atau akan diberi

pengganti ASI.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia yang

dapat mempengaruhi perilaku yang melibatkan faktor internal dan faktor

eksternal. Lingkungan yang beperan dalam hal ini adalah lingkungan

keluarga dan lingkungan sosial.

a. Dukungan keluarga

Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota

keluarganya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

selalu bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga

mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai

akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga

(Friedman, 1998). Kurangnya dukungan dari keluarga terutama

dukungan dari ayah bayi dan orangtua mengakibatkan bayi tidak

mendapatkan ASI eksklusif.

b. Dukungan petugas kesehatan

Petugas kesehatan mempunyai peranan penting bagi keberhasilan ibu

dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Tempat melahirkan

memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi

karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap

memberikan bayinya ASI eksklusif atau memberikan susu formula

Page 32: Bab I-VII Lengkap

yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun nonkesehatan sebelum

ASInya keluar.

c. Adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan

Faktor keluarga mempengaruhi ibu untuk menyusui secara eksklusif,

ibu yang baru melahirkan lebih percaya kepada kebiasaan- kebiasaan

keluarganya atau orang tuanya yang dilakukan secara turun temurun

daripada mengaplikasikan informasi dari petugas kesehatan

d. Pengaruh promosi susu formula

Promosi susu formula yang semakin gencar dengan menampilkan

keunggulan-keunggulan yang dibuat menyerupai keunggulan ASI,

serta dilengkapi dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan, membuat makin rendahnya tingkat

penggunaan ASI (Welford, 2001)

Page 33: Bab I-VII Lengkap

BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka teori

Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori modifikasi Jenny (2006), Roesli (2007),

Wilda (2006), dan Heather (2001)

Masalah menyusui

1. ASI mampet

2. ASI kurang

3. Payudara bengkak

4. Payudara lecet

5. mastitis

Faktor penyebab

1. Faktor dari ibu

2. Faktor dari lingkungan

Pemberian ASI secara

eksklusif

Keberhasilan menyusui secara eksklusif

Ketidakberhasilan menyusui secara

eksklusif

Page 34: Bab I-VII Lengkap

B. Kerangka konsep

Gambar 3.2 Skema Fokus Penelitian

C. Definisi konsep

1.ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin 1jam

setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Sri, 2004).

2.Faktor dari ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan menyusui secara

eksklusif yaitu kecemasan dan stres yang dapat menghambat proses

laktasi.

3.Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia yang dapat

mempengaruhi perilaku yang melibatkanfaktor internal dan faktor

eksternal (Friedman, 1998). Lingkungan yang beperan dalam hal ini

adalah lingkungan keluarga dan lingkungan.

BAB IV

Ketidakberhasilan menyusui

secara eksklusif

Faktor penyebab

Page 35: Bab I-VII Lengkap

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologis. Metode ini dipilih karena dengan pendekatan fenomenologis

seorang peneliti ingin menggali pengalaman individu secara mendalam

(Muhadjir, 1996). Menurut Moleong (2004) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata - kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Pada penelitian ini peneliti berusaha memahami mengenai fenomena

faktor penyebab menyusui secara eksklusif di Gedanganak Kecamatan

Ungaran dalam bentuk ungkapan, bahasa, cara fikir maupun cara pandang

objek tersebut.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kreteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan ibu-ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di RW 04

Gedanganak kecamatan Ungaran Timur.

2. Sampel

Page 36: Bab I-VII Lengkap

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2002).

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling artinya didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

peneliti menurut tujuan penelitian. Pada purposive sampling diambil

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2002).

Peneliti juga menggunakan Snowboll sampling yaitu teknik

pengambilan sumber data dimulai dari satu makin lama makin banyak

(Moleong, 2004). Hal ini dilakukan karena sumber data yang pertama

belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang

lain yang dapat digunakan sebagai sumber data dengan demikian sumber

data akan semakin besar. Penentuan sampel dianggap telah memadai

apabila telah sampai taraf ”redundancy” (datanya telah jenuh dan sampel

tidak memberikan informasi baru yang berarti).

Cara mencari responden pertama adalah dengan aksidental yang

dipandang cocok sebagai sumber data oleh peneliti. Responden

selanjutnya ditentukan dengan bertanya kepada ibu pertama siapa lagi ibu

yang memiliki anak usia 6-12 bulan untuk dijadikan responden ke dua,

penentuan responden tiga dari informasi responden dua dan responden

selanjutnya dari responden yang terakhir di wawancarai dan berhenti

apabila responden memberikan informasi kembali ke responden yang

sudah di wawancarai dan data yang didapat sudah jenuh.

C. Tempat dan waktu Penelitian

Page 37: Bab I-VII Lengkap

Penelitian dilaksanakan di RW 04 Kelurahan Gedanganak kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan waktu penelitian dilaksanakan pada

tanggal 21 Pebruari sampai dengan 4 Maret 2008.

D. Alat Pengumpul Data

1. Alat perekam

2. Buku catatan interview dan alat tulis

3. Format wawancara mendalam (pedoman wawancara mendalam) dan

peneliti merupakan instrumen kunci dalam pengumpulan data.

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memperhatikan etika dalam

penelitian karena merupakan masalah yang sangat penting mengingat

penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia yang mempunyai hak

asasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum meminta persetujuan dari responden,

peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan.

Adapun bentuk etika penelitian yang penting dilakukan yaitu:

1. Informed consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum peneliti memberikan lembar persetujuan kepada

responden, terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data. Setelah subyek penelitian mendapatkan

informasi yang cukup mengenai penelitian kemudian lembar persetujuan

Page 38: Bab I-VII Lengkap

diberikan kepada calon responden yang diteliti untuk menandatangani

surat persetujuan bersedia menjadi responden penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subyek penelitian, hanya untuk lebih memudahkan

dalam mengenali identitas, peneliti memakai simbol berupa sebutan

responden 1, 2, 3 dan seterusnya.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan data-data yang didapatkan dari responden dijamin

oleh peneliti. Adapun pada keadaan khusus seperti forum ilmiah atau

pengembangan ilmu, akan mengungkapkan data yang didapatkan tanpa

memakai nama asli subyek penelitian.

F. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

wawancara mendalam (Kusnanto, 2004). Sebelum wawancara mendalam

dilaksanakan, peneliti membuat pertanyaan sebagai pedoman di lapangan

yang tidak bersifat ketat, dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi di

lapangan. Setiap responden akan diberikan batas waktu yang telah ditentukan.

Setiap jawaban responden akan direkam dengan alat perekam, dicatat di buku

catatan dengan alat tulis. Tahap-tahap dalam wawancara yaitu:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan wawancara, peneliti sudah menentukan siapa

orang yang akan diwawancarai karena telah mengadakan kontrak waktu

Page 39: Bab I-VII Lengkap

dan tempat dengan responden yang telah menandatangani inform consent.

Menentukan alat perekam yang akan digunakan dan menyiapkan pokok-

pokok pertanyaan (Moleong, 2004).

2. Tahap Wawancara

Dalam proses wawancara peneliti bertindak sebagai orang yang

netral artinya tidak memihak pada suatu konflik pendapat (Moleong,

2004). Pertanyaan yang diajukan dikembangkan untuk mendapatkan data

yang mendalam. Pertanyaan yang diajukan menggunakan kata-kata yang

mudah dan jelas dimengerti oleh responden. Alat perekam digunakan

setelah memperoleh persetujuan dari responden dan juga perlu membuat

catatan lapangan.

3. Tahap Penutup

Setelah melakukan wawancara, peneliti mengecek keabsahan data

dan mengecek kualitas data. Kemudian peneliti mengakhiri wawancara

dengan mengucapkan terima kasih pada responden (Moleong, 2004).

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikannya dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori dan kata kunci sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan

yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Setelah dibaca, dipelajari, dan

ditelaah, langkah berikutnya ialah mereduksi data yang dilakukan dengan

jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman

Page 40: Bab I-VII Lengkap

yang inti, proses, dan penyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-

satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah

berikutnya mencari kata kunci. Tahap akhir dari analisis data ini ialah

mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah

penafsiran dalam dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif

dengan menggunakan beberapa metode tertentu (Moleong, 1999).

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dengan analisa kualitatif

menggunakan proses pikir induktif. Pengolahan data dan analisa data

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Memuat transkip wawancara dengan memindahkan pesan suara yang

didapatkan selama wawancaradengan responden ke dalam bentuk pesan

tertulis sesuai dengan bahasa yang digunakan, kemudian diterjemahkan

kedalam bahasa Indonesia agar mudah dimengerti.

2. Menyusun data dan menentukan mana yang akan dipakai, kemudian

mengklasifikasikan dengan cara memberi kode sesuai katagori.

3. Menyusun data yang didapatkan berdasarkan katagori yang telah dibuat

serta memahami unit-unit tersebut, merangkum unit-unit tersebut berdasar

hubungan antar katagori.

4. Melakukan analisa data dengan menggabungkan antara teori tentang

Faktor penyebab yang berhubungan dengan jawaban responden kemudian

membahas satu-persatu.

Page 41: Bab I-VII Lengkap

H. Validitas Data

Menurut Sugiono (2005), agar data teruji tingkat validitas, maka

dilakukan pemeriksaan keabsahannya. Untuk melihat kesesuain data yang

dikumpulkan tentang Informasi mengenai faktor penyebab ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif, yang berasal dari hasil wawancara dengan

responden maka peneliti menggunakan tehnik triangulasi sumber yaitu

informasi tidak hanya diperoleh dari responden (ibu menyusui) tetapi juga

diperoleh dari kerabat atau orang lain yang dekat dengan responden

(Porwandari, 1998) .

Page 42: Bab I-VII Lengkap

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap 5 responden yang

tinggal di RW 04 Kelurahan Gedanganak kecamatan Ungaran Timur. Adapun

gambaran karakteristik responden dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1 Gambaran Karaktersitik Responden

No Karakteristik R1 R2 R3 R4 R5

1 Usia 33 27 39 23 22

2 Pekerjaan Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta

3 Pendidikan SLTA PT SMP SMK SLTA

4 Usia anak 6 bln 8 bln 6 bln 7 bln 6 bln

5 Anak ke 2 1 3 1 1

B. Hasil wawancara

1. Penyebab ibu tidak langsung menyusui pasca melahirkan

Kotak 1

Kenapa ibu tidak langsung menyusui pasca melahirkan?

” Langsung menyusui, kelihatannya 1 jam setelah melahirkan.” (R1)

Tidak keluar langsung, keluarnya baru hari ke 2, jadi hari pertama

itu cuma menstimulasi aja.(R2)

Setengah jam langsung disusui, ASInya langsung keluar (R3)

Hari ke 2 baru nyusui.. karena ASInya belum keluar... (R4)

,Hari ke tiga baru nyusui karena ASInya belum keluar (R5)

Page 43: Bab I-VII Lengkap

Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif dari lima responden tiga responden tidak

langsung menyusui karena ASInya belum keluar.

2. Penyebab ibu memberikan susu formula

Kotak 2

Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif alasan dari lima responden penyebab

memberikan susu formula karena puasa, sakit, ASI yang keluar sedikit,

dan bekerja.

3. Penyebab ibu memberikan makanan sebelum 6 bulan

Kotak 3

Kenapa ibu memberikan tambahan susu formula?

Ya.. itu karena saya puasa kalo dhak ya saya kasih ASI (R1)

Susu formula mulai 7 bulan, karena aku dah mulai kerja, (R2)

2 hari setelah lahir untuk nyambung,aku habis melahirkan sakit (R3)

Ya untuk nyambung khan ASInya yang keluar sedikit(R4)

Ya..karena kalo pagi saya kerja, kalo saya dah dirumah ya saya

susui(R5)

Kenapa ibu sudah memberikan makanan pada umur tersebut?

” ASInya kurang....pemberiannya kurang, maksudte adik’e nanti

kurang kenyang ....” (R1)

”ASInya kayanya kurang gitu makanya aku tambahi makanan

tambahan..anaknya ini dhak kayak anak yang lain ya montok .... (R2)

” .. anaknya khan nangis terus, khan mungkin kurang kenyang ...”(R3)

” Anaknya sering nangis, ...” (R4)

” Oh itu mbak, anak saya kok nangis terus ...terus saya nanya sama

ibu (neneknya) ya ibu nyuruh ngasih pisang, bubur.” (R5)

Page 44: Bab I-VII Lengkap

Fenomena faktor ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif dari tiga responden alasan memberikan makan

karena anaknya nangis terus, dua lainnya karena merasa ASInya kurang.

4. Dukungan keluarga

Kotak 4

Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif dari lima responden empat responden disuruh

oleh ibu responden, saudara responden, suami responden untuk

memberikan makanan.

5. Dukungan petugas kesehatan

Kotak 5

Apa yang disarankan oleh keluarga kepada ibu tentang pola pemberian

makan ?

” Iya katanya neneknya ”kok tidak di kasih bubur nok adik’e....”.(R1)

”Maunya saya ngasih waktu umur 6 bulan tapi disuruh ngasih waktu

umur 4 bulan sama neneknya.... (R2)

”Suami saya terserah saya yang penting anak saya tidak nagis” (R3)

Suruh ngasih umur 2 sama saudara ....(R4)

.... kalo makan ibu saya yang nyuruh..suami saya ya terserah saya(R5)

Apa yang disarankan oleh petugas kesehatan khususnya tentang

menyusui dan MP-ASI?

Tidak ada, Cuma punya pengalaman yang anak pertama saya...(R1)

Tidak ada, saya tahunya ya baca buku (R2)

Tidak ada, selam 3 hari di RS saya tidak dikasih tau apa-apa. Saya

pernah konsultasi disuruh ngasih susu formula saja (R3)

Tidak ada, bidannya ngasih susu formula ya saya ikut saja....(R4)

.....kalo MP-ASI tidak... (R5)

Page 45: Bab I-VII Lengkap

Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif dari lima responden tidak ada yang

mendapatkan penyuluhan khususnya MP-ASI dari petugas kesehatan.

C. Fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

Dari hasil wawancara mendalam tentang fenomena faktor penyebab

ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dibuatlah koding yang berisi

kata-kata kunci dan kategori tertentu seperti dalam tabel 5.2

Tabel 5.2. Fenomena faktor penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif

NO

KA

TE

GO

RI

KATA KUNCI

1. Ibu tidak langsung menyusui

pasca melahirkan karena

ASInya belum keluar

- ASInya belum keluar

2. Ibu memberikan tambahan susu

formula karena puasa, sakit,

ASInya sedikit dan bekerja.

- Ibu Sakit

- ASInya sedikit

- Bekerja

- Ibu puasa

3. Ibu sudah memberikan

makanan sebelum usia 6 bulan

- Anaknya nangis terus

- Merasa ASInya kurang

Page 46: Bab I-VII Lengkap

karena Anaknya nangis terus

dan ibu merasa ASInya kurang

- Anaknya tidak montok

4. Ibu mulai memberi makan pada

bayinya karena didukung oleh

keluarga.

- Neneknya menyarankan

memberi makan

- Saudara saya menyuruh

memberi makan

- Suami terserah saya

5. Ibu tidak diberi penyuluhan

oleh petugas kesehatan

- Tidak diberi tahu tentang

MP-ASI kalau tidak tanya

- Tidak disarankan tentang

MP-ASI

- Tidak diberi penyuluhan

tentang ASI

- Diberi saran untuk

memberikan susu formula

C. Hasil Wawancara Sumber

Hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada respoden di

lakukan uji validitas terhadap data yang diperoleh dengan melakukan

wawancara sumber dari orang terdekat responden yaitu: Validitas R1 dengan

suami, validitas R2 dengan orangtua (ibu), validitas R3 dengan suami,

validitas R4 dengan saudara, validitas R5 dengan suami. Wawancara sumber

kenapa isrtri/anak/saudara anda sudah memberikan makanan pada umur

kurang dari 6 bulan dan apa yang anda sarankan? (R1)” Anaknya agak rewel,

Page 47: Bab I-VII Lengkap

saya tidak nyaranin apa-apa tapi ibu saya nyuruh istri saya ngasih makan ke

anak saya”. (R2) ”Saya suruh anak saya ngasih makan ke cucu saya karena

anaknya kok kurus tidak montok”. (R3) ”Anak saya tidak mau nyusu, kalo

saya gimana istri saya aja. (R4) ”Anaknya rewel terus...dah saatnya makan

ya saya suruh aja ngasih”. (R5) ”Disuruh ibu saya, ya udah istri saya ngasih

makan sama anak saya, kalo saya terserah aja”.

Dari hasil wawancara sumber didapatkan kesamaan dan kesesuaian

serta data saling mendukung dengan hasil wawancara mendalam yang telah

dilakukan peneliti kepada responden. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data tersebut valid.

Page 48: Bab I-VII Lengkap

BAB VI

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian terhadap lima responden tiga responden R2, R4 dan

R5 tidak menyusui langsung pasca melahirkan. Kelima responden sudah

memberikan susu formula pada bayinya yang berumur R1 dua bulan, R2 hari

pertama, R3 hari kedua, R4 hari pertama, R5 hari pertama dan memberikan

minuman lain selain ASI. Dan kelima responden tersebut juga sudah memberikan

makanan tambahan sebelum ananknya berusia 6 bulan. R1 lima bulan, R2 dan R3

empat bulan, R4 dua bulan, R5 tiga bulan setengah.

A. Fenomena faktor dari ibu yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan tiga responden tidak langsung menyusui

pasca melahirkan dan mulai menyusui menunggu ASInya keluar pada hari

kedua. Apabila responden tahu pentingnya ASI eksklusif maka reponden akan

melakukan konsultasi tentang perawatan payudara sebelum menyusui dan

memilih tempat untuk melahirkan yang mendukung ASI eksklusif sehingga

inisiasi dini bisa dilakukan walaupun ASInya belum keluar untuk merangsang

produksi ASI.

Page 49: Bab I-VII Lengkap

Menurut Suriviana (2005) persiapan ibu menyusui mulai dari enam

minggu sebelum melahirkan, mulai memijat-mijat payudaranya dimulai dari

pinggir ke putting untuk mengeluarkan sel-sel yang mungkin dapat

menyumbat di kemudian hari dan merawat putting yang retak dan kering

dengan krim antiseptic. Pada minggu-minggu terakhir sebelum melahirkan

untuk mengurut payudara tiap kali habis mandi dengan handuk untuk

merangsang mengalirnya aliran darah ke payudara. Upaya persiapan

menyusui sudah harus dilakukan sejak trimester akhir kehamilan. Perawatan

payudara dan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar sudah harus

diketahui oleh ibu. Biasanya ini diajarkan di kelas-kelas senam hamil dan

persiapan persalinan.

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Purwanti (2004) apabila bayi

tidak menghisap putting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormone

prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru keluar

pada hari kedua atau lebih. Maka seharusnya segera susui bayi maksimal

setengah jam pertama setelah melahirkan. Hal ini merupakan titik awal yang

penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak.

Menurut Suriviana (2005) bayi hendaknya disusui sedini mungkin,

bahkan ada yang menganjurkan diberikan pada waktu ibu di kamar bersalin

seperti R1 dan R2. Pada umumnya sebelum lima jam setelah melahirkan harus

sudah dicoba menyusui bayinya, walau ASI belum keluar, untuk memberi

rangsangan pembuatan ASI. Dengan tidak adanya rangsangan pada putting

susu berarti membiarkan kadar hormone oksitosin turun secara perlahan

dalam peredaran darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas. Keadaan ini

Page 50: Bab I-VII Lengkap

akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit bahkan mungkn berhenti setelah

melahirkan bayi lahir atau ASI akan keluar sedikit dan berhenti sebelum

berumur enam bulan.

Menurut Lisa (2007) riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang

diletakkan di perut ibu setelah lahir, akan mampu mencari payudara ibu dan

menyusu dengan baik dalam kurun waktu kurang dari 50 menit. Memisahkan

bayi dari ibunya sebelum hal tersebut dilakukan akan membuat bayi

kehilangan kesempatan besar. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya

untuk menyusu pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui mengalami

hambatan. Proses inisiasi menyusui dilakukan paling tidak satu jam pertama

setelah ia lahir, hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI.

Hasil penelitian responden memberikan tambahan susu formula karena

responden puasa, tidak sehat, responden beranggapan bila sakit tidak bisa

menyusui selama, ASInya sedikit, responden sudah mulai masuk kerja dan

ASI belum keluar. Seharusnya hal tersebut tidak perlu dilakukan karena ASI

yang keluar sedikit hanya terjadi pada minggu pertama, dan ibu bisa memerah

susu dan dimasukkan ke dalam botol apabila ditinggal kerja.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan ada kondisi dimana

susu formula boleh diberikan. Susu formula hanya boleh diberikan pada

keadaan sangat terbatas, yaitu telah dilakukan penilaian terhadap status

menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan serta diberikan hanya

kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu.

Menurut Husaini (1999) bila ASI yang keluar sedikit hendaknya bayi

dapat menyusu pada kedua payudara masing-masing selama 3 sampai 6 menit

Page 51: Bab I-VII Lengkap

dan dapat juga diberikan susu formula sebagai supplementasi dalam keadaan

ASI benar-benar tidak mencukupi, bukan sebagai pengganti ASI seperti yang

dilakukan oleh R3 dan R4 memutuskan untuk berhenti menyusui. Rasa susu

formula dapat mempengaruhi perkembangan rasa bayi terhadap ASI, bayi

yang sudah diberi susu formula, kerap kali menolak ASI karena sudah tidak

menyenangi lagi rasa ASI sesuai yang dialami oleh R3 yang memutuskan

untuk terus memberikan susu formula karena anaknya tidak mau menyusu

karena sudah merasakan susu formula.

Responden memberikan tambahan susu formula karena harus kembali

bekerja. Hal tersebut sesuai menurut pendapat Soraya (2007) Pemberian ASI

terhenti karena ibu kembali bekerja Di daerah kota dan semi perkotaan, ada

kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini

pada ibu-ibu yang bekerja karena ibu sibuk. Menurut krisnatuti (2007) tidak

selama seorang bayi bersama dengan bayinya. Umumnya, faktor pekerjaan

akan memisahkan ibu dan bayi untuk sementara.

Menurut Rahmawati (2006) Tidak ada jadwal khusus yang bisa

diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi, ibu harus siap setiap saat

bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali bekerja

penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI

eksklusif ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Kondisi fisik dan

mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran

produksi ASI. Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang

bekerja untuk memberi ASI eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali.

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif bagi sang

Page 52: Bab I-VII Lengkap

buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil,

ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI

perah.

Responden memberikan susu formula pada bayinya karena puasa.

Menurut Fitriah (2007) Bagi ibu menyusui yang disarankan berpuasa adalah

ibu menyusui dengan usui bayi 6 bulan keatas. Sementara bagi ibu yang

menyusui ASI eksklusif bisa tidak berpuasa karena harus menyusui tiap dua

jam sekali dan si bayi belum memperoleh makanan pendamping ASI. Saat ibu

menyusui berpuasa, pola menyusui akan berubah. Pasokan ASI akan

berkurang pada siang hari namun melimpah pada malam hari. Cara tetap

memberikan ASI saat puasa, pada waktu sahur usahakan banyak minun yang

hangat, setelah sahur langsung menyusui dan beri sesuai permintaan. Saat

buka minum hangat untuk memperlancar ASI dan segera menyusui, sebelum

tidur makan-makanan yang ringan dengan minuman hangat.

Responden memberikan susu formula karena ASInya belum keluar.

Menurut fitria (2007) belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran

adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya

kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk antibodi bayi,

ASI resminya baru keluar 2-3 hari sejak melahirkan. Bayi secara alami akan

tahan selama 2-3 hari sejak lahir tanpa ASI. Sayangnya banyak ibu tidak tahu

akan hal tersebut dan keburu pesimis karena susu yang tidak langsung keluar

padahal sebenarnya normal. Belum keluarnya susu di hari-hari pertama sejak

melahirkan bukan alasan yang tepat untuk memberikan susu formula.

Pemberian susu formula pada hari pertama sejak lahir bisa mengakibatkan

Page 53: Bab I-VII Lengkap

bayi bingung punting, yang menyebabkan mengisap punting ibunya dengan

cara yang salah, dan ini menyebabkan lecet puting dari berbagai masalah

menyusui lainya.

Hasil penelitian alasan responden memberikan makanan pendamping

ASI pada anaknya sebelum usia 6 bulan karena anaknya menangis terus

bertanda anaknya kurang kenyang dan anaknya kurang montok bila hanya

diberi ASI.

Menurut Husaini (1999) kecemasan ibu terhadap bayi menangis

sebagai tanda kurang mendapatkan ASI tidak begitu beralasan. Kurang

mendapat ASI dalam beberapa hal menyebabkan bayi menangis, tetapi

tidaklah berarti bahwa setiap kali menagis bayi lapar. Kecemasan tersebut ada

kaitannya dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang banyaknya ASI yang

bayi dapatkan setiap hari dari ibunya.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Soraya (2005)

umumnya ibu memberikan MPASI kurang dari 6 bulan yang beranggapan

kalau anaknya kurang kenyang dan akan tidur nyenyak jika diberi makan hal

tersebut karena belum sempurnanya sistem pencernaannya harus bekerja lebih

keras untuk mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis

terus dianggap sebagai anak tidak kenyang padahal menangis bukan semata-

mata tanda lapar. Bayi yang lebih kenyang apabila diberi susu formula atau MPASI

adalah akibat makanan tersebut lebih sulit dicerna oleh bayi. ASI memang

lebih mudah dicerna, dan lambung bayi kapasitasnya kecil sekali, sehingga

bayi akan lebih sering minta ASI daripada susu formula atau MPASI.

Page 54: Bab I-VII Lengkap

Menurut Purwanti (2004) alasan memberian makanan tambahan mulai

usia 6 bulan karena hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberi secara tepat dan

benar. Namun kenyataanya 60% bayi belum berumur 4 bulan sudah

mendapatkan tambahan susu formula dan makanan. Pada saat bayi berumur 6

bulan sistem pencernaan mulai matur, jaringan pada usus halus bayi pada

umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga

memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam

sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi.

Responden memutuskan memberikan tambahan makan berupa pisang,

bubur susu pada umur dua bulan, tiga bulan setengah, empat bulan, dan lima

bulan hal tersebut dilakukan karena anaknya sering menangis padahal sudah

disusui beberapa jam yang lalu dan responden berfikiran anaknya sudah mulai

makan sehingga memutuskan memberi makan agar anaknya diam.

Menurut Fitria (2005) lonjakan pertumbuhan (growth spurts), selama kira-

kira 2-3 hari. Growth spurts itu seringkali terjadi umur 3 minggu, 6 minggu, 3

bulan, dan 6 bulan. Saat itu, bayi akan membutuhkan lebih banyak susu dari

sebelumnya, sehingga dia akan meminta ASI lebih sering bahkan setiap

setengah jam, selama 2-3 hari itu. Turuti kemauan bayi seberapa seringnya

pun, karena payudara anda akan beradaptasi dengan membuat ASI lebih

banyak lagi. Setelah beberapa hari, jarak antar menyusui akan menjadi lebih

jarang kembali. Memberikan makanan pengganti ASI sebelum enam bulan

tidak ada keuntungan, selain kelebihan berat badan yang tak perlu bisa jadi

Page 55: Bab I-VII Lengkap

MP-ASI tersebut memicu alergi pada bayi, gangguan pencernaan atau

obesitas.

B. Fenomena faktor lingkungan yang menyebabkan ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif

Dari lima responden, empat responden disarankan oleh keluarganya

untuk memberikan makanan pada anaknya sebelum usia 6 bulan. Menurut

Soraya (2005) pemberian ASI eksklusif tak hanya bergantung pada

pengetahuan ibu ataupun motivasi petugas kesehatan, tapi juga adat

kebiasaan. Ketidakberhasilan menyusui secara Eksklusif sangat tergantung

terhadap ibu. Namun peran anggota keluarga yang lain juga tidak dapat

dikesampingkan begitu saja, terutama peran suami. Dorongan semangat dari

suami sangat membantu keyakinan akan keputusan menyusui secara eksklusif.

Banyak faktor yang menghambat keinginan seorang suami untuk turut

menyukseskan pemberian ASI secara Eksklusif. Faktor-faktor tersebut antara

lain adalah budaya masyarakat yang secara turun-temurun meyakini bahwa

masalah pemberian ASI adalah permasalahan perempuan. Sehingga tabu bagi

seorang ayah bila ikut serta memikirkan atau bahkan membantu istrinya dalam

pemberian ASI pada bayinya. Belum adanya media informasi yang secara

khusus membantu ayah dalam memperluas wawasannya tentang ASI dan

permasalahannya. Faktor yang klasik adalah ayah terlalu sibuk tenggelam

dalam pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk turut membantu istri

dalam memberikan ASI secara Eksklusif.

Page 56: Bab I-VII Lengkap

Menurut Wilda (2006) tak jarang, para suami dan keluarga besar yang

tidak mengerti, ketika melihat anaknya menangis menganggap bayi barunya

itu kelaparan, sehingga memilih untuk memberikan susu formula. Hal itu

tentu saja menjadi penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif.

Padahal, bayi menangis tak selalu karena lapar. Bisa saja karena popoknya

basah atau hanya ingin dipeluk oleh ibunya. Faktor keluarga juga

mempengaruhi ibu untuk menyusui secara eksklusif, ibu yang baru

melahirkan lebih percaya kepada kebiasaan- kebiasaan keluarganya atau orang

tuanya yang dilakukan secara turun temurun daripada mengaplikasikan

informasi dari petugas kesehatan

Menurut Yulianta (2007) keluarga merupakan faktor eksternal yang

paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI ekslusif. Karena

dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu.

Dukungan keluarga dapat mengarah pada hal yang bersifat positif dan negatif.

Dukungan yang mengarah pada sifat positif misalnya anjuran untuk tetap

menyusui, menganjurkan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk

meningkatkan produksi ASI. Sedangkan dukungan yang negatif meliputi

anjuran untuk menggunakan pengganti ASI, memberikan makanan

pendamping lebih awal.

Kebiasaan memberikan MP-ASI dini seolah menjadi adat yang sangat

diyakini oleh ibu untuk dapat memberikan efek yang positif terhadap bayi

mereka, meskipun ternyata kebiasaan yang telah diyakini oleh ibu merupakan

tradisi yang salah (Roesli, 2001).

Page 57: Bab I-VII Lengkap

Hasil penelitian tidak ada responden yang mendapatkan penyuluhan

khususnya ASI eksklusif. Petugas kesehatan mempunyai peranan penting

bagi keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Tempat

melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada

bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih apakah tetap

memberikan ASI eksklusif atau memberikan susu formula yang diberikan

oleh petugas kesehatan sebelum ASInya keluar. Menurut Fitria (2007) tugas

tenaga kesehatan yang mendukung ASI eksklusif memberi penyuluhan dan

pelatihan yang berkaitan dengan menyusui untuk membantu meningkatkan

peran iu dalam pemberian ASI. Beberapa penelitian membuktikan bahwa

dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi.

Ketidakacuan petugas kesehatan yang tidak mendukung adalah satu penyebab

utama penggunaan ASI. Durasi pemberian ASI akan memanjang pada ibu-ibu

yang mendapatkan penyuluhan dan nasihat mengenai ASI dari petugas

kesehatan. Kesalahan pemilihan tempat melahirkan akan mengakibatkan bayi

tidak mendapatkan ASI pada hari pertama karena masih banyak rumah

bersalin yang belum menerapkan pelayanan rawat gabung padahal dengan

adanya sistem rawat gabung ibu dapat memberikan ASI pada bayi dengan

leluasa (tidak terjadwal).

Menurut Judarwanto (2006) banyak perilaku institusi atau produsen

susu yang membawa kemunduran dalam penggalakan Air Susu Ibu (ASI)

yang gencar dilakukan berbagai pihak. Mereka yang tidak mendukung

penggalakan ASI secara nyata telah melanggar hak asasi anak dan ibu,

peraturan pemerintah, undang-undang dan kesepakatan internasional tentang

Page 58: Bab I-VII Lengkap

pemberian ASI pada anak. Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990

(Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI,

telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan

Nasional PP-ASI oleh Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan

Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit

sayang bayi (Baby Friendly Hospital) pada RS pemerintah dan sekitar10 –

20% pada RS swasta. Pekan ASI Sedunia diperingati tanggal 1 – 7 Agustus

2006 bertema “Code watch: 25 years of protecting breastfeeding”. Tema

tersebut menunjukan bahwa adanya perlindungan dan perhatian dunia

terhadap gempuran dari berbagai pihak yang tidak mendukung penggalakan

penggunaan ASI selama 25 tahun ini.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition &

Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen

Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar)

dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB,

Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan

antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-

6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-

13%. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan

mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus

kembali bekerja. Hal ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif.

C. Keterbatasan peneliti

Penelitian kualitatif ini, peneliti menyadari adanya beberapa

Page 59: Bab I-VII Lengkap

kelemahan dan kesulitan dalam menggali faktor yang masih bisa ditemukan

yaitu faktor kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, sikap petugas kesehatan,

sehingga kemungkinan tidak terungkapnya seluruh fenomena tentang faktor

penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif dan perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut.

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Responden memberikan makanan pendamping ASI pada

anaknya sebelum usia 6 bulan karena anaknya menangis

terus bertanda anaknya kurang kenyang dan diam bila

sudah diberi makan, anaknya kurang montok tidak seperti

anak yang lain. Responden tidak langsung menyusui pasca

melahirkan karena ASInya belum keluar. Responden

memberikan tambahan susu formula karena responden

puasa, tidak sehat, merasa ASInya sedikit dan responden

sudah mulai masuk kerja.

2. Responden memberikan makan pada anaknya sebelum

usia 6 bulan karena didukung oleh keluarganya dan

responden tidak mendapatkan penyuluhan dari petugas

kesehatan

B. Saran

Page 60: Bab I-VII Lengkap

1. Bagi ibu hendaknya mencari informasi dan meningkatkan pengetahuan

tentang makanan apa yang harus diberikan pada anaknya sebelum usia 6

bulan.

2. Bagi keluarga hendaknya memberikan dukungan yang positif terhadap

anggota keluarganya yang menyusui secara eksklusif.

3. Bagi petugas kesehatan hendanya memberikan penyuluhan saat periksa

kehamilan dan setelah melahirkan tentang manfaat menyusui secara

eksklusif.

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini perlu penelitian lebih lanjut tentang fenomena faktor

penyebab ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif untuk mengetahui

faktor yang lain yang belum di temukan dalam penelitian ini sehingga

memungkinkan fenomena faktor penyebab lebih dapat terungkap secara

lengkap.

Page 61: Bab I-VII Lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2004. Pemberian ASI Eksklusif & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Retrieved November 5, 2007. From www.USBdigitallibrary.com.

Dempsey, P. & Arthur D. D. 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Edisi 4. Jakarta: EGC

Jenny. 2006. Perawatan Masa Nifas Ibu & Bayi. Yogyakarta: Sahabat Setia

Faren, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Fitria, A. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta.

Friedman, M. M. 1998. Keperawatan Keluarga. Alih bahasa: Ina Debora. Jakarta: EGC

Gayton, A. C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa: Irawati Setiawan. Jakarta: ECG

Hartono, S. 2000. ASI Bikin Cerdas, Kesehatan & Gizi Ibu Menyusui. Jakarta: sarana Kisnasih Satya Sejati

Husaini, Y. 1999. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta: Gajahmada Universiti Press.

Krisnatuti, D. 2007. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara.

Page 62: Bab I-VII Lengkap

Manuaba, I. B. G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan

Meidya, D. 2007. Serba-Serbi Menyusui. PT: WaRM publishing

Moleong, L. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin.

Nelson. 1999. Ilmu Kesahatan Anak. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pudjiadji, S. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Poedianto, D. 2002. Kiat Sukses Menyusui: Seri Ayah Bunda. Cetakan I. Jakarta: EGC

Potter, P. A. & Anne G. P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Rahmawati, E. 2007. Susu sapi? Ogah ah. Retrieved November 5 2007. From www.kompas.com

Robert. 2002. Petunjuk Medis Bagi Wanita Hamil. PT: Delapratasa

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trumbus Agriwidya

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA

Suririnah. 2004. ASI Memberi Keuntungan Ganda Untuk Ibu & Bayi. Retrieved November 5, 2007. From www.infoibu.com

Sri, P. H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC

Page 63: Bab I-VII Lengkap

Wilda. 2006. Pemberian ASI Eksklusif Perlu Motivasi dan Dukungan Keluarga Retrieved Desember 12, 2007. From www.pikiranrakyatbandung.com

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa printer.

Welford, H. 2001. Menyusui Bayi Anda. PT: Dian rakyat

SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden

Di Ungaran

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran:

Nama : Nori Sulistyawati

Nim : 010401072

Akan mengadakan penelitian dengan judul: “Studi kualitatif faktor penyebab

ketidakberhasilan menyusui secara eksklusif”. Maka bersama ini saya

memohon kepada Ibu untuk menjadi responden pada penelitian tersebut.

Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan Ibu sebagai responden.

Kerahasiaan semua dokumentasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian saja.

Demikian atas perkenaan ijin Ibu dan atas perhatian serta kerjasamanya

saya ucapkan terimakasih.

Page 64: Bab I-VII Lengkap

Hormat Saya,

(Nori Sulistyawati)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk

berperan serta dalam penelitian ini yang akan dilakukan oleh :

Nama : Nori Sulistyawati

NIM : 010401072

Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Ngudi Waluyo Ungaran

Judul Penelitian : Studi kualitatif faktor penyebab ketidakberhasilan

menyusui secara eksklusif

Saya diminta dan memberikan ijin untuk berperan serta dalam penelitian

ini yang akan dilakukan dengan wawancara pada saya. Apabila ada pertanyaan

atau perlakuan yang menimbulkan respon emosi yang tidak nyaman, maka

peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak

kepada saya untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko

apapun.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Ungaran, Pebruari 2008

Tanda tangan responden

Page 65: Bab I-VII Lengkap

Nomer responden

PANDUAN WAWANCARA MENDALAM

STUDI KUALITATIF TENTANG KETIDAKBERHASILAN

MENYUSUI SECARA EKSKLUSIF

A. Identitas Responden

Responden ke :

Inisial :

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Usia anak :

Anak ke :

Tanggal wawancara :

B. Topik Pertanyaan

1. Makanan dan minuman (selain ASI) apa yang ibu berikan

pada anak ibu?

2. Kenapa ibu memberikan makanan dan minuman tersebut

pada umur itu?

3. Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

4. Bagaimana pola ibu memberikan makanan dan menyusui

pada anak ibu?

Page 66: Bab I-VII Lengkap

5. Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

6. Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai

memberikan makanan dan minuman pada umur tersebut?

7. kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan?

8. Apa yang disarankan petugas kesehatan?

TRANSKRIP WAWANCARA

No responden : R1

Umur : 33 tahun

Pekerjaan : Penjahit

Pendidikan : SLTA

Umur anak : 6 bulan 8 hari

Anak ke : 2 (Dua)

Tanggal wawancara : 22 Pebruari 2008

Hasil wawancara

P : Bu bisa saya wanwancarai hari ini, atau hari lain aja kapan ibu bisanya?

R : Sekarang aja mbak gak apa-apa soalnya tiap hari saya juga sibuk...tapi

jangan lama-lama saya masih ada kerjaan

P : Saya mulai ya bu pertanyaan pertama Apakah ibu masih menyusui saat ini?

R : Masih

P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang?

Page 67: Bab I-VII Lengkap

R : Bubur (sun), ne’ pendampingnya banyak...maksudnya pisang masuk, jeruk

masuk...buah-buahan ne’ mbak,

P : Ada yang lain bu.. selain yang ibu sebutkan?

R : Ya pokoknya yang gak pedes, kecut, ya dilembutkan kalo misalnya ndil-ndil

bakso di maaem dulu,

P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu?

R : Makanan pendamping itu aku mulai 5 bulan, harusanya khan 6 bulan ya

mbak...selama 0-5 bulan itu ASI terus..

P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : ASInya kurang, masalahnya banyak ditinggal kerja,

P : ASInya tidak keluar?

R : Masih...tapi pemberiannya kurang, maksudte adik’e nanti kurang kenyang

gitu lho..maksudte perasaan sini sebagai ibu khan tau adik’e ne’ usia 0-4

bulan kemaren full ASI itu merasa kalo dah mimik khan nyaman terus bobok

ni khan semakin besar khan kurang tambahannya kurang.... ya kurang

kenyang, rasanya itu dek sering ditinggal kerja jahit.

P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu?

R : Ne’ aku sih menurut nganu apa yang tertera didalam kardus itu dulu ya

mbak biasanya (ratih) waktu anak yang pertama saya itu pemberian (sun) 4

bulan keatas tapi sekarang khan tidak ada...adanya 6 bulan ke atas lah

ngikut itu aturan yang di kerdus itu, terus mulai 5 bulan itu si kecil khan

kelihatanya gak kenyang gitu lho nah saya tambahi bubur, tapi ya dhak

banyak-banyak sedikit-sedikit dulu... nah mulai 6 bulan ini banyak.

P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang?

Page 68: Bab I-VII Lengkap

R : dhak..Adiknya kecilnya gak mau, itu maunya malah itu saya tinggal puasa

(puasa kemaren itu tho) khan aku puasa sebulan penuh nah itu saya ganti

susu formula.

P : Tapi anaknya langsung mau bu?

R : mau... itu khan masih umur 2 bulan kalo tidak satu bulan tu..trus habis

puasa terakhir yang mau lebaran itu dhak mau dia ngempeng ini terus..

susu formula tidak mau sendiri anaknya

P : Jadi selama puasa ibu ngasih susu formula?

R : Ya.. itu karena saya puasa kalo dhak ya saya kasih ASI

P : Selain susu formula, apakah ibu juga memberikan minuman lainnya?

R : Ne’ madu nganu kemaren ne’ panas sama degan kelapa ijo

P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui?

R : Dhak, ASInya lancar

P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

R : Manfaatnya banyak, kebal penyakit, tidak pernah diare sama sekali, itu

kemaren umur 2 bulan saya ajak ke pati aja dhak apa-apa kok padahal naik

sepeda motor, rasa hub kasih sayang sama ibu adiknya ngarasa deket ma

ibunya, ekonomis... susu formula mahal sekarang kok mbab, ne’ biasanya

sering nyusui khan itu lho mbak ngentheng2 gitu lho mbak.. kalo Asinya

dhak keluar khan sampai nerotos kalo gak di mimik bengkak. Kalo di susu

khan jadi kempes gak sakit

P : Bagaiman pola ibu memberikan makanan pada anak ibu?

Page 69: Bab I-VII Lengkap

R : ne mulai pagi rutin habis mbak’e sarapan adik’e terus sarapan bubur, ne

ASI kalo nge’ (nangis) baru disusukan.. kalo tidur...2 jam sekali kalo

buburnya 3 kali sehari (pagi, siang, sore)kayak orang dewasa

P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

R : Dari ibu aku dulu.. Kalo orang dulu umur 1 bulan dah dikasih pisang ma

nasi diulet

P : Apakah ibu tidak mengikuti hal tersebut?

R : Tidak toh ya..aku ngikut aturan di kardus itu kalo dia sudah merasa

kenyang ya dhak tak kasih makan katanya nantikan pencernaanya mbak

belum bagus

P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan

makanan dan minuman pada umur tersebut?

R : Iya katanya ”kok tidak di kasih bubur nok adik’e”saya jawab ”buburnya ni

untuk 6 bulan ke atas

P : Orangtua ibu juga tidak tiba2 ngasih?

R : Gak khan dibawah pengawasan saya.,Kalo minuman ni mbahnya yang

ngasih tahu, kalo mbahnya lagi maem jeruk dikasih gitu mbak kemaren juga

apukat yang dilembutkan dan dikasih gula.

P : Dimana ibu melahirkan?

R : Bidan (bu erna)

P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan?

R : Langsung menyusui, kelihatannya 1 jam setelah melahirkan...habis

melahirkan ini (sambil menunjuk anaknya) cuap2..(sambil ibunya

Page 70: Bab I-VII Lengkap

memeragakan bibirnya) sama mbaknya (bidan) suruh nyusui tu mbak susui

mbak kasihan

P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan?

R : Pengalaman dulu yang besar itu kalo susunya sudah keluar, bagus langsung

disusui,

P : Tentang makanan pendamping bu?

R : Bidan tidak ngaih tau kalo gak tanya,

P : Terima kasih bu atas waktunya, maaf mengganggu pekerjaan ibu

No responden : R2

Umur : 27 tahun

Pekerjaan : Karyawati

Pendidikan : PT

Umur anak : 8 bulan 8 hari

Anak ke : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 24 Pebruari 2008

Hasil wawancara

P : Maaf mbak, bisa hari ini saya wawancarai?

R : Oh ya..saya tunggu-tunggu tak kira gak jadi

P : Pertanyaan pertama, Apakah mbak masih menyusui saat ini?

R : Masih

M : Makanan apa yang mbak berikan pada anak mbak sekarang?

Page 71: Bab I-VII Lengkap

R : Bubur susu, kadang makanan yang bikin sendiri kayak nasi tim...sudah

mulai dilatih itu.

P : Sudah sejak kapan mbak memberikan makanan tersebut pada anak ibu?

R : 4 bulan

P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : ASInya kayanya kurang gitu makanya aku tambahi makanan

tambahan..anaknya ini dhak kayak anak yang lain ya montok atau emang

perawakannya kayak gini atau gimana langsung tak coba saya kasih makan

4 bulanitu tho’

P : Menurut mbak kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu?

R : Setelah 6 bulan ya....

P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang?

R : Susu formula mulai ini (7 bulan) karena aku dah mulai kerja

P : Minuman lain selain ASI

R : Air putih aja

P : Sejak kapan ibu memberikan Air putih?

R : Waktu umur 4 bulan

P : Kenapa ibu sudah memberikan minuman pada umur tersebut?

R : karena sudah mulai makan habis makan tak kasih air putih dulu

P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui?

R : Tidak ada

P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

R : Imun, ya pokonya yang jelas formula di ASI lebih baik dari pada susu

formula, dan lebih enak, praktis, higenis, ekonomis

Page 72: Bab I-VII Lengkap

P : Mbaknya dah tau seharusnya kapan di berikan MP-ASI dan manfaatnya

terus kenapa mbaknya sudah ngasih pada umur tersebut?

R : Kayak ngerasa kurang ini Bbnya ... makanya aku tambahi (MP-ASI)

P : Bagaiman pola ibu memberikan menyusui pada anak ibu?

R : Sesuai instingnya anak aja, kalo haus ya udah aku susui

P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

R : Rata-rata kayak saya ya, malahan ini dulu juga (sambil melihat anaknya)

atas bujukan orang tua untuk ngasih makan, aku sih pengennya 6 bulan

P : Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan

dan minuman pada umur tersebut?

R : Atas bujukan keluarga, ni khan anaknya tapi kalo menurut aku biasa aja ya

(sambil menunjuk anaknya) yang liat ya BB tidak montok kok kurus dah

kasih makan aja, dah mulai makan, asupan ASInya kurang

P : Dimana anda melahirkan?

R : RS Ungaran

P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan?

R : Dari hari pertama sudah tak kasih.... 4 jam setelah melahirkan,

P : Apakah ASInya belum keluar kok mbak baru menyusui setelah 4 jam pasca

melahirkan?

R : Tidak keluar langsung, keluarnya baru hari ke 2, jadi hari pertama itu

cuma menstimulasi aja.

P : Selama nunggu ASInya keluar dikasih apa mbak?

R : Dikasih susu formula sama bidannya,

P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan?

Page 73: Bab I-VII Lengkap

R : Tidak ada, aku tahu ya baca-baca buku

P : Terima kasih mbak atas waktunya

No responden : R3

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SLTP

Umur anak : 6 bulan 1 hari

Anak ke : 3 (tiga)

Tanggal wawancara : 3 Maret 2008

Hasil wawancara

P : Bisa kita mulai wawancaranya bu?

R : Ya...

P : Pertanyaan pertama bu, Apakah ibu masih menyusui saat ini?

R : Sekarang ini sudah dhak

P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang?

R : Bubur (sun), kalo siang pisang.

Page 74: Bab I-VII Lengkap

P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu?

R : 4 bulan

P : Kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : Nah itu anaknya khan nagis terus, khan mungkin kurang kenyang ya kasih

sun itu...sudah saya kasih sun kok dia dhak rewel

P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu?

R : Khan harusnya 6 bulan, tapi ni khan anak saya agak rewel, waktu umur 4

bulan itu terpaksa saya kasih maem bubur, nagisan mungkin kelaparan tapi

ngasihnya juga tidak banyak

P : Sudah sejak kapan bu ngasih susu formula?

R : 2 setelah lahir untuk nyambung, khan aku habis melahirkan khan tidak

sehat

P : Sakit apa bu?

R : Sakit flu

P : Terus apa ASInya tidak keluar pada saat itu?

R : Keluar.. tapi sedikit

P : Tapi sama ibu tidak di minumkan?

R : Diminumkan

P : Ibu menyusui anaknya sampai umur berapa?

R : 1 minggu, setelah itu susu botol terus, karena dia tidak mau apa mungkin

kurang seger khan saya tidak tau

P : Setelah itu apakah ibu tidak mencoba menyusui lagi?

R : Sudah tapi anaknya tidak mau, ah tak kasih jamu apa aja sampaian..tapi dia

tetep tidak mau

Page 75: Bab I-VII Lengkap

P : ASInya tidak keluar lagi waktu bayinya umur berapa?

R : 4 bulan,tak kasih malah tidak mau, malah nagis...

P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

R : Pertumbuhannya cepat...

P : Apakah ibu tidak coba konsultasi tentang ASI ibu?

R : Sudah, kata bidannya kalo dhak mau jangan di paksa, karena ibunya juga

tidak sehat mungkin anaknya keterusan dhak doyan...khan sudah merasakan

susuformula khan rasanya manis, kalo ASI khan rasanya agak-agak asin2

gimana gitu ya...Terus anak saya dhak doyan itu mungkin

P : Coba ibu ceritakan bagaiman pola ibu memberikan makanan pada anak ibu?

R : Ya tergantung ini...kalo saya bangun tidur jam 5 itu dia sudah minum, habis

mandi jam 7 minum lagi, sesuai keinginan anaknya..tapi ya kalo dia nagis

ya tak bikin ke’

P : Apakah ibu juga memberikan minuman lainnya?

R : Air putih kalo habis makan, madu waktu habis lahir.

P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

R : Sama kayak saya dikasih susu botol, kalo makanan habis lahir karena

nagisan ya udah di kasih maem. Kayak anak saya yang pertama habis lahir

dah di maem ya nagis terus..sama neneknya disuruh terus diam. Kalo yang

ini dhak nangis,

P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan

makanan dan minuman pada umur tersebut?

R : Kalo ini atas saran saya sendiri saya coba ...saya kasih makan umur 4

bulan, keluarga dhak mbak khan sekarang saya sudah pisah kalo anak saya

Page 76: Bab I-VII Lengkap

yang pertama baru atas saran neneknya. Suami terserah saya...yang penting

anaknya diam, dhak rewel terus.

P : Apakah suami ibu tidak mendukung?

R : Ya dukung nyusui tapi anak saya tidak mau ya udah tak kasih susu, saya

juga dimarahi sama suami saya kok mbak tidak menyusui. Habis anaknya

nangis aku khan repot aku khan dhak tega dengerin

P : Apakah pekerjaan ibu tidak menjadi alasan juga kenapa ibu tidak menyusui?

R : Dhak

P : Dimana anda melahirkan?

R : RS Ungaran

P : kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan?

R : Setengah jam langsung disusui, ASInya langsung keluar.

P : Berarti selama satu minggu itu bayinya mau bu?

R : Ya mau tapi sambil nagis

P : Apa yang membuat ibu memutuskan memberikan susu formula?

R : Nah waktu saya kasih susu formula diam ya udah saya kasih aja

P : Apakah ibu tidak mencoba dioplos?

R : Udah..pernah tak pompa pake ini (sambil menujukan alatnya). ASInya

keluar terus tak campur tetap tidak mau

P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan?

R : Tidak ada...dokternya juga tidak bilang.

P : Bagaimana saran yang ibu terima dari lingkungan ibu?

R : Didorong juga ma orang-orang sini suruh ngasih makan.

P : Terima kasih ya bu atas waktunya

Page 77: Bab I-VII Lengkap

No responden : R4

Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Karyawati

Pendidikan : SMK

Umur anak : 7 bulan

Anak ke : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 26 Pebruari 2008

Hasil wawancara

P : Saya mulai wawancaranya ya mbak?

R : Ya…

P : Apakah mbak masih menyusui saat ini?

R : Tidak,

P : Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu sekarang?

R : Nasi dan sayur... bubur juga ama pisang.

Page 78: Bab I-VII Lengkap

P : Sudah sejak kapan ibu memberikan makanan tersebut pada anak ibu?

R : Pisang dan bubur umur 2 bulan, 5 bulan nasi dan sayur

P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : Anaknya sering nagis

P : Selama kurang dari 6 bulan mbaknya nyusui gak?

R : Ya cuma satu bulan,

P : Menurut ibu kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu?

R : 6 bulan

P : Ya karena nagis itu

P : Kenapa mbak memutuskan memberikan susu formula?

R : Ya untuk nyambung khan ASInya yang keluar sedikit, kemudian ditinggal

kerja sesudah 1 bulan.

P : Sejak kapan ngasih susu formulanya?

R : Dari pertama sudah susu botol,

P : Kapan mulai menyusui?

R : Hari ke 2, karena ASInya belum keluar

P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui?

R : ASInya sedikit

P : Jadi sebulan itu ASI mbaknya keluarnya sedikit?

R : Dhak cuma waktu awal aja sedikit, ya maksudnya dhak banyak banget ya

normal gitu mbak

P : Kenapa mbak kok anda ngasih susu formula?

R : Ya dari pertama sama bu bidannya sudah dikasih susu formula ya terus aja

saya kasih susu formula, kalo susu ini tok khan kurang mbak

Page 79: Bab I-VII Lengkap

P : Coba ibu ceritakan bagaiman pola ibu memberikan makanan dan menyusui

pada anak ibu?

R : Terus dhak dikira-kira... Kalo minim anaknya pas nagis ya saya beri susu,

P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

R : Pertumbuhan anak dan kekebalan tubuh

P : Apa yang membaut ibu berfikir kalo anak ibu kurang ASInya?

R : Anak saya menyusui terlalu cepet sedangkan ASInya keluarnya sedikit, jadi

kayaknya kurang.

P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

R : Sama di kasih pisang umur 2 bulan semua

P : Apakah yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan

makanan dan minuman pada umur tersebut?

R : Disuruh, kalo anaknya nagis ya langsung di kasih pisang aja, ya ternyata

diam

P : Dimana anda melahirkan?

R : Bidan (bu ari)

P : Apakah anda mendapat saran tentang menyusui dari petugas kesehatan?

R : Tidak dikasih tahu, posyandu... saya juga jarang datang,

P : Bagaimana saran dari lingkungan?

R : Ngasih tau malah suruh kasih pisang, suami terserah saya gimana enaknya.

P : Suami mbak apakah mendukung untuk menyusui?

R : Ya terserah saya

P : Terima kasih mbak atas waktunya?

R : Ya….

Page 80: Bab I-VII Lengkap

No responden : R5

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Umur anak : 6 bulan 5 hari

Anak ke : 1 (pertama)

Tanggal wawancara : 29 Pebruari 2008

Hasil wawancara

P : Saya mulai pertanyaan pertama, Apakah mbak masih menyusui saat ini?

R : Masih

M : Makanan apa yang mbak berikan pada anak mbak sekarang?

R : Bubur, pisang oh itu mbak kadang-kadang jus

P : Sudah sejak kapan mbak memberikan makanan tersebut pada anak ibu?

R : 3.5 bulan

Page 81: Bab I-VII Lengkap

P : kenapa ibu memberikan makanan tersebut pada umur itu?

R : Oh itu mbak, anak saya kok nagis terus...terus saya nanya sama ibu

(neneknya) ya ibu nyuruh ngasih pisang, bubur gitu

P : Menurut mbak kapan waktu untuk memberikan makanan pada anak ibu?

R : Kalo saya taunya 6 bulan

P : Apakah ibu memberikan tambahan susu formula sekarang?

R : Ya..karena kalo pagi saya kerja, kalo saya dah dirumah ya saya susui

P : Apa anak mbak tidak binggung putting?

R : Ya...tapi lama-lama sudah terbiasa karena mungkin dah lapar ya

P : Sejak kapan ibu memberikan susu formula?

R : 1 bulan

P : Apakah ibu mempunyai keluhan saat menyusui?

R : Kalo pertama kali nyusui ya punttingnya sakit

P : Menurut ibu apa manfaat ASI buat anak dan anda?

R : ya biar anaknya sehat...saya pernah denger katanya kadungan Asi lebih

baik dari susu formula

P : Bagaiman pola ibu memberikan dan minuman makanan pada anak ibu?

R : Makannya 2 kali sehari, selain itu ya susu..kalo hari ini pisang besok

buburgitu mbak di selang-seling

P : Bagaiman pola menyusui di keluarga anda?

R : Ada yang ASI aja da yang nambahi susu formula

P : Apa yang disarankan keluarga anda ketika anda mulai memberikan makanan

dan minuman pada umur tersebut?

Page 82: Bab I-VII Lengkap

R : Sebenarnya yang disaranin keluarga suruh ngasih ASI tapi khan saya kerja.

Kalo makanan disaranin ngasih waktu umur 1 bulan

P : Apakah suami mbak dukung menyusui?

R : Kalo suami saya ya terserah saya aja

P : Dimana anda melahirkan?

R : Rumah bersalin

P : Kapan anda memulai menyusui pasca melahirkan?

R : Hari ke 3

P : Apakah anda mendapat saran tentang MP-ASI dari petugas kesehatan?

R : Tidak