49443124 Perang Teluk I Lengkap

download 49443124 Perang Teluk I Lengkap

of 52

Transcript of 49443124 Perang Teluk I Lengkap

Perang Teluk IDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasPerang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan atas Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990, sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan. Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Akibat invasi ini, Arab Saudi meminta bantuan Amerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus 1990. Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat), serta beberapa negara di kawasan Asia. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan. Misi diplomatik antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak permintaan PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun dimulai tanggal 17 Januari 1991 pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal 30 Januari 1991. Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, serta melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke Teluk Persia. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto. Israel diminta Amerika Serikat untuk tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan. Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai. http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Teluk_I,8 des 09

Perang Iran-IrakDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasPerang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam ( , Qdisiyyat Saddm) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk Persia sehingga Konflik Iraq-Kuwait meletus pada awal 1990-an, dan untuk beberapa waktu dikenali sebagai Perang Teluk Persia Pertama. Peperangan ini bermula ketika pasukan Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980 akibat masalah perbatasan yang berlarut-larut antara kedua negara dan juga kekhawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa oleh imam Khomeini dalam revolusi iran. Walaupun Irak tidak mengeluarkan pernyataan perang, tentaranya gagal dalam misi mereka di Iran dan akhirnya serangan mereka dapat dipukul mundur Iran. Walaupun PBB meminta adanya gencatan senjata, pertempuran tetap berlanjut sampai tanggal 20 Agustus 1988; Pertukaran tawanan terakhir antara kedua negara ini terjadi pada tahun 2003. Perang ini telah merubah wilayah dan situasi poltik global. Perang ini juga memiliki kemiripan seperti Perang Dunia I. Taktik yang digunakan seperti pertahanan parit, pos-pos pertahanan senapan mesin, serangan dengan bayonet, penggunaan kawat berduri, gelombang serangan manusia serta penggunaan senjata kimia(seperti gas mustard) secara besar-besaran oleh tentara Irak untuk membunuh pasukan Iran dan juga penduduk sipilnya, seperti yang dialami juga oleh warga suku Kurdi di utara Irak. Dalam perang ini dipercaya lebih dari satu juta tentara serta warga sipil irak dan iran tewas, dan lebih banyak lagi korban yang terluka dari kedua belah pihak selama pertempuran berlangsung.

Latar BelakangAsal Usul SejarahWalaupun perang Iran-Irak yang dimulai dari tahun 1980-1988 merupakan perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari masalah ini sebenarnya dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya permusuhan yang terjadi antara kerajaan Mesopotamia(terletak di lembah sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern) dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Iran-Irak

Biografi Saddam HuseinSaddam Husein lahir pada tahun 1937di Tikrit. Kehidupan di Desanya teramat sangat keras, pada masa kecilnya saddam seringkali keluar rumah dengan membekali diri dengan senjata sebagai alat bela diri dikarenakan seringkali terjadi bentrokan antar dengan teman sebayanya. Pada usia 16 Tahun Saddam sudah menjadi ketua geng jalanan. Pada Usia 17 Tahun Saddam membunuh salah seorang saingan pamanya

hingga dipenjara 6 bulan. Pada Usia 19 Tahun sudah berkomplot untuk menumbangkan monarki yang berkuasa dan pada usia 21 tahun melakukan percobaan pembunuhan dengan menembak perdana menteri Irak dengan senapan Mesin.

Pada usia 20 tahun ia terjun dalam dunia politik dengan bergabung dalam Partai Baath. Saddam memainkan peran penting dalam kudeta yang dilakukan Partai Baath terhadap Presiden Irak saat itu, Abdul Rahman Arif pada tahun 1968. Kudeta tersebut dipimpin oleh ketua Partai Baath, Hasan Al Bakr, yang setelah kudeta mengangkat diri sebagai presiden. Saddam pun diangkat sebagai wakil Hasan Al Bakr dan menduduki posisi itu selama 15 tahun. Selama itu pula, Saddam melakukan berbagai aksi represif terhadap rakyat Irak. Setelah semakin berkuasa, Sadam pun menyingkirkan Hasan Al Bakr dan merebut posisi sebagai presiden dan pemimpin Partai Baath. Tak lama setelah Sadam menjadi pemimpin partai Baath, dia melakukan pembersihan besar-besaran dalam tubuh partai. Para penentangnya dibunuh. Para ulama penentang Saddam juga dibunuh atau disiksa dalam penjara. Selama 35 tahun menjadi pemimpin Partai Baath, dia melakukan berbagai pembunuhan massal terhadap rakyat Kurdi di utara Irak dan rakyat Syiah di selatan Irak. Sebagian sejarawan meyakini, sejak sebelum kudeta tahun 1968, sesungguhnya Saddam sudah menjalin hubungan dengan AS. Menurut mereka, Saddam setelah pembunuhan terhadap Abdul Karim Qasim tahun 1959 melarikan ke Mesir dan di negara ini dia menjalin hubungan dengan agenagen CIA. Empat tahun kemudian, Saddam pun kembali ke Irak. Pelayanan penuh Saddam terhadap Gedung Putih mulai terlihat mencolok di hadapan opini umum sejak dia menjadi wakil presiden Hasan Al Bakr. Setelah dia menyingkirkan Hasan Al Bakr yang tak lain sepupunya sendiri, dan meraih tampuk kepresidenan, Saddam semakin meningkatkan kerjasamanya dengan Gedung Putih. Pelayanan terbesar yang dilakukan Saddam terhadap kehendak para penguasa AS adalah invasinya ke Iran pada tahun 1980, segera setelah kemenangan revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran telah menumbangkan raja boneka Amerika, Shah Pahlevi. AS juga tidak bisa lagi mengeksploitasi kekayaan alam Iran sebagaimana yang telah dilakukannya selama era pemerintahan Pahlevi. Itulah sebabnya AS mendalangi serangan Saddam terhadap Iran. Selain memberikan bantuan politik dan dana, negara-negara Barat itu juga membantu Saddam dalam memproduksi senjata pembunuh massal yang digunakan dalam menyerang Iran. Menurut data, selama era perang itu, AS dan negara-negara Barat lain, serta negara-negara Arab, telah memberikan bantuan sebesar 120 milyar dollar kepada Saddam. Periode perang delapan tahun Irak-Iran adalah periode keemasan hubungan antara Saddam dan AS. Donald Rumsfeld pada tahun 1983 datang ke Irak untuk berjumpa dengan Saddam dan menjanjikan bantuan keuangan. Robert Fisk wartawan terkemuka dari AS menulis, "Pada zaman ketika Irak membeli gas kimia dari AS, saya dengan mata kepala sendiri melihat bahwa Rumsfeld bersalaman dengan Saddam. Selama perang delapan tahun Iran-Irak itu, bangsa Iran telah kehilangan nyawa puluhan ribu warganya, mengalami kerugian materil ratusan milyar dollar, dan mengalami ketertinggalan pembangunan selama bertahun-tahun. Selama perang, Saddam juga menggunakan senjata dan bom kimia yang menyebabkan kematian puluhan ribu orang. Hari ini, terdapat sekitar 45.000 orang Iran yang masih hidup dengan menanggung berbagai penyakit akibat terkontaminasi senjata kimia. Setiap tahunnya, pemerintah Iran mengeluarkan dana 37 juta dollar AS untuk merawat para korban senjata kimia itu, namun tiap tahun pula banyak di antara mereka yang akhirnya gugur syahid. Namun, berkat perlindungan Tuhan dan kegigihan bangsa Iran dalam membela tanah air mereka, usaha Saddam dan negara-negara Barat untuk menganeksasi Iran akhirnya menemui kegagalan.

Setelah kalah dalam usahanya untuk menguasai Iran, Saddam pun mulai dikhianati oleh sekutunya itu. Atas lampu hijau dari AS, pada tahun 1991 Saddam menyerang Kuwait dengan tujuan menguasai ladang-ladang minyak di negeri itu. Namun, segera setelah serbuan Saddam ke Kuwait, AS malah menggalang pasukan multinasional untuk membela Kuwait. Tentu saja, pasukan Saddam yang memang sudah lemah karena delapan tahun bertempur dengan Iran, dengan mudah bisa dipukul mundur oleh AS dan sekutu-sekutunya. Kelemahan posisi Saddam dimanfaatkan oleh sebagian bangsa Irak untuk memberontak dari diktator yang selama ini sudah menyengsarakan mereka itu. Namun, lagi-lagi, Saddam berkonspirasi dengan AS. Tiba-tiba serangan pasukan AS terhadap Saddam dihentikan sehingga Saddam bisa berkonsentrasi merepresi warganya yang memberontak. Namun tak lama kemudian, AS memimpin gerakan internasional untuk mengembargo Irak. Tentu saja, yang sengsara akibat embargo ini adalah rakyat kecil. Mereka kekurangan makan dan obatobatan sementara Saddam dan para penguasa tetap hidup sejahtera. Setelah 12 tahun menderita akibat embargo itu, rakyat Irak pada tahun 2003 menghadapi penderitaan baru lagi, yaitu agresi AS ke wilayah mereka dengan alasan untuk menggulingkan Saddam. Setelah Saddam terguling pun, hingga hari ini AS dan Inggris tetap bercokol di negeri itu dan menimpakan penderitaan tak terkira bagi rakyat Irak. Berbagai aksi AS ini, baik ketika mendukung Saddam dalam Perang Iran-Irak, membela Kuwait dalam Perang Teluk, lalu kembali mendukung Saddam dalam menghentikan pemberontakan warga Irak, kemudian datang ke Irak untuk menggulingkan Saddam, menunjukkan jatidiri para penguasa AS. Mereka sama sekali tidak memikirkan apapun selain kepentingan mereka sendiri. Dalam Perang Teluk, misalnya, AS berbalik memusuhi Saddam dengan tujuan menekan negara-negara Teluk. Akibat perang Teluk, negara-negara Teluk banyak yang membeli senjata dari AS karena takut diserang Saddam. Kuwait pun dipaksa membiayai peralatan perang yang didatangkan AS. Semua itu menunjukkan bahwa AS sengaja mendorong Saddam menyerang Kuwait demi keuntungan pabrik-pabrik senjata milik AS. Demi meraih keuntungan pribadi, para penguasa AS menggunakan berbagai macam cara, dan salah satunya, mencari sekutu seperti Saddam Husein. Saddam Husein yang dibutakan oleh hawa nafsu dan ambisinya, tunduk patuh melayani keinginan AS. Kemudian, setelah Saddam dianggap tidak berguna lagi, AS pun berusaha mencari simpati rakyat Irak dengan menggulingkannya. Namun, ketika situasi di Irak menjadi semakin tidak terkontrol oleh AS, AS pun melakukan langkah lain, dengan menuduh Iran di balik segala kekacauan di Irak. Eksekusi Saddam pun dimanfaatkan untuk menekan Iran. Saddam diposisikan sebagai pahlawan Arab dan dengan cara itu, sentimen antar mazhab dan anti Iran dibesar-besarkan. Melalui cara ini, AS berharap bisa terjadi perang saudara di Irak dan AS dengan mudah bisa menguasai negara itu. Namun, tentu saja, rakyat Irak dan opini dunia yang sadar dan waspada, tidak akan termakan propaganda AS ini. referensi : - http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=121&Itemid=27 - http://id.shvoong.com/books/biography/1868550-saddam-husein-jejak-langkah-singa/ http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-saddam-husein.html

Re: [wanita-muslimah] Seri 572. Pelajaran dari Perang Teluk Jilid Dua Saya tanggapi sedikit beberapa hal yang tidak betul dalam tulisan ini. > Dalam perang delapan tahun melawan Iran itu (1980 > 1988), Iraq babak belur, walaupun dibantu > persenjataan modern oleh Amerika dan Uni Sovyet. Tidak benar Iraq babak-belur dalam perang melawan Iran. Sebaliknya Iranlah yang babak belur. Kota-kota utamanya termasuk Teheran dan kota suci Qom digempur setiap hari oleh rudal-rudal Scud sehingga menyebabkan kepanikan dan kegelisahan rakyat di kota-kota itu. Laskar jihad yang terdiri dari anak-anak belasan tahun yang semula begitu berani berlari menjadi umpan melewati ladang-ladang ranjau yang ditebar Iraq berubah menjadi penakut dan lari tunggang-langgang meninggalkan front setelah melihat teman-teman mereka bergeletakan tewas setelah hujan mortir berhulu-ledak WMD gas sarin dan gas mostar. Ketakutan ini seiring dengan propaganda ulama syi'ah dari radio Iraq bahwa mereka yang mati oleh senjata kimia tidak akan masuk surga. Jadi mereka mati konyol, bukannya syahid. (Dan para ABG itu tidak mau mati konyol.) Akhirnya Iran terpaksa menerima uluran tangan untuk berunding dengan syarat-syarat yang menguntungkan Iraq. Jadi tidak benar Iraq dipihak yang kalah. Dan kalau mereka kemudian mengarahkan ratusan tank dan divisi-divisi pasukan elit Garda Republiknya untuk menggilas Kuwait, maka itu justru adalah karena mereka merasa kuat dan perkasa lengkap dengan persenjataan peluru kendali dan WMD (kimia dan biologi) yang sudah terbukti keampuhannya. > Amrik - Inggi telah memperlihatkan ambruknya wibawa > militer mereka. Tadinya Amrik - Inggi beranggapan > mampu menggulung rezim Iraq hanya dalam waktu tiga > atau empat hari, tapi kenyataannya anggapan itu > meleset. Dan seandainya tentara Iraq mau bertempur > habis-habisan, maka perang akan terus berlanjut > sampai sekarang, dan bahkan belum tentu Amrik > Inggi mampu meraih kemenangan militer. Tentara Garda > Republik Iraq tidak mau sungguh-sungguh bertempur > justru di saat mereka harus berbuat demikian. > Perkara misterius ini kelak akan diungkap oleh > sejarah, insya Allah. Rezim Iraq memang digulung hanya dalam waktu empat

hari. Dalam waktu begitu singkat Bagdad berhasil direbut. Divisi-divisi elit Garda Republik yang ditarik untuk mempertahankan kota Bagdad hancur beserta ratusan tank dan panser mereka di gurun Karbala dan pingiran kota Bagdad oleh gempuran udara yang tak henti-hentinya. Anggota pasukan yang masih hidup menanggalkan seragam mereka dan menggantinya dengan pakaian sipil lalu jalan kaki pulang. Menurut para pakar strategi kesalahan pihak koalisi AS tampaknya adalah tindakan membubarkan angkatan bersenjata Iraq dengan memberhentikan ke-350 ribu anggotanya tanpa diberi gaji dan pensiun (memenuhi desakan pihak Syi'ah yang dendam atas penindasan puluhan tahun.) Kemarahan diduga telah menyebabkan mereka, terutama para anggota Garda Republik melancarkan perang gerilya (mungkin banyak yang atas inisiatif sendiri). Tetapi sekarang Pemerintahan Perdana Menteri Iyad Alawi dan Presiden (seremonial) Gazi Yawar sudah berusaha membentuk kembali AB Iraq dengan merekrut kembali para anggota tentara Saddam Hussein itu (ditambah para rekrut baru tentunya) dengan pendidikan ulang oleh ribuan instruktur NATO termasuk instruktur Jerman dan Prancis. AB baru inilah yang dalam waktu dekat akan digunakan melawan teroris wahabi yang berdatangan dari negara-negara Arab (seperti jaringan Abu Musab al-Zarqawi) dan Iran, serta laskar pengikut para mullah militan semacam Muqtada al Sadr. Dan seiring dengan makin kuatnya mereka dan terbentuknya pemerintah sekuler Iraq hasil pemilihan umum, maka pasukan AS dan koalisinyapun akan ditarik. Dan orang Iraq dipersilahkan menyelesaikan urusan mereka sendiri asalkan prasarana minyak dan produksi minyak terus dijaga demi kepentingan rakyat Iraq sendiri dan kepentingan dunia. Demikian sedikit pelurusan dan pengamatan saya. --- "H. M. Nur Abdurrahman" wrote: > BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM > > WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU > [Kolom Tetap Harian Fajar] > 572. Pelajaran dari Perang Teluk Jilid Dua > (Yang Menabur Angin, Menuai Badai) > > Firman Allah: FHL 'ASYTM AN TWLYTM AN TFSDWA FY > ALARDH (S. MhMD, 22), dibaca: fahal 'asaytum in > tawallaytum an tufsidu- fil ardh (s. Muhammad), > artinya: Maka apakah jika kamu berkuasa, kamu akan > membuat kerusakan di muka bumi? (47:22). > > Kita mulai dahulu menyorot Saddam Husain. Jatuhnya

> Baghdad setelah terkepung dengan pertempuran yang > tidak berarti, yang berjalan hanya tiga hari adalah > kasus yang sangat misterius. Pada waktu perang Iraq > - Iran kota Khoramsyahr tidak memiliki sarana > militer sama sekali, namun kota itu dapat bertahan > selama 35 hari terhadap gempuran tentara Iraq. > Namun, dalam kasus kota Baghdad, kota ini sudah > jatuh hanya dalam tempo tiga hari walaupun di sana > terdapat lebih dari 120.000 tentara Garda Republik. > Ini jelas misterius. > > Perang Iraq - Iran, apa seluk-beluknya? Apalagi > kalau bukan perkara minyak. Itu penyebab pertama. > Peyebab kedua, saya kutip dari Seri 040, bertanggal > 2 Agusutus 1992: > > "Negara-negara Arab potensial bersatu padu melawan > Israel. Celakanya, yang paling penting bukan > persatuan itu, melainkan siapa yang akan memimpin > persatuan melawan Israel itu. Ada tiga negara Arab > yang potensial, yaitu Mesir, Syria dan Iraq. Setelah > Mesir membina hubungan diplomatik dengan Israel, > Mesir dikucilkan. Maka tinggallah dua negara yang > bersaingan dalam kepemimpinan dunia Arab: Iraq dan > Syria. > > Saddam Husain memerintah dengan partai tunggal, > Partai Ba'ats, yang berhaluan sosialisme kiri. > Ba'ats dari akar kata ba, 'ain, tsa artinya bangkit. > Setelah empat tahun menjadi penguasa tunggal Iraq, > Saddam melihat kesempatan untuk menaikkan pamornya > dalam kalangan bangsa-bangsa Arab. Yaitu tahun 1980 > Saddam menyerbu Iran, yang waktu itu Iran sedang > berbenah diri, sesudah Imam Khomeini berhasil > menjatuhkan Syah Iran. Saddam mengira Iran adalah > makanan empuk, karena Iran yang sedang berbenah diri > itu belum sempat memperkuat angkatan perangnya. > Dalam semangat rivalitas kepemimpinan bangsa Arab > inilah, tentunya akan mudah dipahami, mengapa Syria, > yang juga dengan partai tunggal Partai Ba'ats, > memihak Iran dalam perang Iraq - Iran dan berdiri > dipihak pasukan multinasional dalam perang teluk. > > Dalam perang delapan tahun melawan Iran itu (1980 > 1988), Iraq babak belur, walaupun dibantu > persenjataan modern oleh Amerika dan Uni Sovyet. Uni > Sovyet membantu Iraq karena ideologi yang > seiring. Amerika juga membantu Iraq, karena secara > ideologis Iran adalah lawan Amerika, lagi pula Syah > Iran, yang ditumbangkan oleh Imam Khomeini, adalah > anak mas dan sekali gus pion dari Amerika. >

> Karena babak belur itu Iraq tentu saja turun > pamornya. Pada hari Kamis 2 Agustus 1990 Saddam > melancarkan Blitzkrieg atas Kuwait. Betul-betul > Blitzkrieg, karena hanya membutuhkan waktu satu > hari. (Blitz = kilat, Krieg = perang). Alasan yang > nyata Iraq mengapa menyerang Kuwait adalah alasan > ekonomis, mengklaim daerah minyak dalam wilayah > Kuwait. Namun alasan yang tersirat, Iraq berusaha > menaikkan pamornya yang telah turun itu. Penyerangan > atas Kuwait merupakan blunder, kesalahan yang bodoh. > Amerika punya alasan masuk kawasan teluk. Maka > pecahlah perang teluk." Sekian dikutip dari Seri > 040. > > *** > > Sekarang gilirannya terroris Bush-Blair yang kita > sorot. Tindakan invasi ke Iraq sudah membuktikan > bahwa Amrik sendirilah yang merupakan negara > terroris. Jargon terrorisme dilontarkan terroris > american zionism (amzi) secara mengglobal, bahkan > menekan negara-negara lain (termasuk Indonesia) > untuk membuat undang-undang anti terroris. Amrik > Inggi telah membuktikan bahwa mereka sendiri yang > merupakan poros kejahatan dalam bentuknya yang > paling nyata. > > Ideologi demokrasi dan HAM liberal (DHAML) yang > Amrik marakkan di dunia sekarang kandas akibat > ulahnya menginvasi Iraq. Amrik sudah membuktikan > ketidak mampuan ideologi DHAML membawa sebuah bangsa > kepada suatu keyakinan tentang adanya kebebasan > dalam arti yang sesungguhnya. Yang Amrik telah > buktikan adalah ideologi DHAML adalah ibarat tubuh > yang tak berjiwa, sehingga DHAMl dengan tanpa jiwa > itu, tidaklah mampu mengekang nafsu politik yang > siap menggilas begitu saja, tatkala melihat > kepentingan materi. > > Amrik - Inggi telah memperlihatkan ambruknya wibawa > militer mereka. Tadinya Amrik - Inggi beranggapan > mampu menggulung rezim Iraq hanya dalam waktu tiga > atau empat hari, tapi kenyataannya anggapan itu > meleset. Dan seandainya tentara Iraq mau bertempur > habis-habisan, maka perang akan terus berlanjut > sampai sekarang, dan bahkan belum tentu Amrik > Inggi mampu meraih kemenangan militer. Tentara Garda > Republik Iraq tidak mau sungguh-sungguh bertempur > justru di saat mereka harus berbuat demikian. > Perkara misterius ini kelak akan diungkap oleh > sejarah, insya Allah. >

> Kredibilitas media pemberitaan american zionism > (amzi) menjadi runtuh, sudah hancur lebur secara > total di mata dunia. Semua orang di dunia > menyaksikan bahwa administrasi Amrik telah > terang-terangan melakukan sensor berita secara ketat > luar biasa. Bahkan terroris Amrik merudal stasiun TV > Aljazirah di Baghdad, seperti telah dilakukannya > dahulu di Kabul, Afghanistan. Masyarakat dunia > akhirnya tahu, Amzi berbohong dalam melaporkan > jumlah korban rakyat sipil mesin perangnya. > > Terakhir, ibarat bola salju reaksi penolakan rakyat > Iraq makin bertambah besar terhadap keberadaan > pasukan Amrik - Inggi di wilayah mereka. Tanggal > 21/4/2003 sejumlah ulama besar Islam di Baghdad, > menggelar pertemuan di wilayah Azamiyah, di gedung > Jam'iyah, Baghdad. Inti pertemuan itu adalah, > menyatukan umat Islam Iraq antara Sunni dan Syiah, > melupakan perselisihan lama dan menyatakan bersama > eksistensi Islam di Iraq dengan kekuatan perlawanan > menentang keberadaan pasukan Amrik - Inggi. WaLlahu > a'lamu bishshawab. > > *** Makassar, 27 April 2003 > [H.Muh.Nur Abdurrahman] > > > [Non-text portions of this message have been > removed] > > http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/52655,11 des 09

Syari'at Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu. one liner 10/5-2008 insya-Allah akan diposting hingga no.800 no.terakhir 826 ******************************************************************** BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 040. Menegakkan Benang Basah AlhamduliLlah, rakyat Iraq luput dari bencana. Hampir saja rakyat Iraq menderita lagi. Hasil pemeriksaan team pemeriksa Dewan Keamanan tidak mendapatkan apa-apa yang mencurigakan dalam Gedung Departemen Pertanian Iraq. Lalu kalau memang tidak ada apa-apa dalam gedung itu, buat apa permainan yang berbahaya itu? Untuk apa Saddam Husain membuat sensasi itu? Melalui pertumpahan darah, Saddam Husain berhasil merebut tampuk kekuasaan di Baghdad. Pada 17 Juli 1968 Saddam Husain bersama Ahmad Hasan Bakir berhasil menyingkirkan Abd. Rahman Arif dengan kudeta berdarah. Setelah Bakir meninggal karena serangan jantung tahun 1976, Saddam Husain menjadi penguasa tunggal Iraq, sampai sekarang. Saddam Husain memerintah dengan partai tunggal, Partai Ba'ats, yang berhaluan sosialisme kiri. Ba'ats dari akar kata ba, 'ain, tsa artinya bangkit. Setelah empat tahun menjadi penguasa tunggal Iraq, Saddam melihat kesempatan untuk menaikkan pamornya dalam kalangan bangsa-bangsa Arab. Yaitu tahun 1980 Saddam menyerbu Iran, yang waktu itu Iran sedang berbenah diri, sesudah Imam Khomeini berhasil menjatuhkan Syah Iran. Saddam mengira Iran adalah makanan empuk, karena Iran yang sedang berbenah diri itu belum sempat memperkuat angkatan perangnya. Lalu buat apa Saddam mencari popularitas menaikkan pamornya? Negara-negara Arab potensial bersatu padu melawan Israel. Celakanya, yang paling penting bukan persatuan itu, melainkan siapa yang akan memimpin persatuan melawan Israel itu. Ada tiga negara Arab yang potensial, yaitu Mesir, Syria dan Iraq. Setelah Mesir membina hubungan diplomatik dengan Israel, Mesir dikucilkan. Maka tinggallah dua negara yang bersaingan dalam kepemimpinan dunia Arab: Iraq dan Syria. Dalam semangat rivalitas inilah, tentunya akan mudah dipahami, mengapa Syria, yang juga dengan partai tunggal Partai Ba'ats, memihak Iran dalam perang Iraq-Iran dan berdiri dipihak pasukan multinasional dalam perang teluk.

Dalam perang delapan tahun melawan Iran itu (1980 - 1988), Iraq babak belur, walaupun dibantu persenjataan modern oleh Amerika dan Uni Sovyet. Uni Sovyet membantu Iraq karena ideologi yang seiring. Amerika juga membantu Iraq, karena secara ideologis Iran adalah lawan Amerika, lagi pula Syah Iran, yang ditumbangkan oleh Imam Khomeini, adalah anak mas dan sekali gus pion dari Amerika. Karena babak belur itu Iraq tentu saja turun pamornya. Maka mulailah Saddam Husein menegakkan benang basah yang pertama. Pada hari Kamis 2 Agustus 1990 Saddam melancarkan Blitzkrieg atas Kuwait. Betul-betul Blitzkrieg, karena hanya membutuhkan waktu satu hari. (Blitz = kilat, Krieg = perang). Alasan yang nyata Iraq mengapa menyerang Kuwait adalah alasan ekonomis, mengklaim daerah minyak dalam wilayah Kuwait. Namun alasan yang tersirat, Iraq berusaha menaikkan pamornya yang telah turun itu. Inilah yang dimaksud dengan menegakkan benang basah. Benang kalau sudah terlanjur basah sangat sukar ditegakkan. Rupanya nenek moyang kita pencipta peribahasa itu tajam juga pengamatannya. Penyerangan atas Kuwait merupakan blunder, kesalahan yang bodoh. Alih-alih mau menegakkan benang yang sudah basah, membawa dampak yang sangat serius. Amerika Serikat yang begitu bernafsu menguasai Kawasan Tengah yang kaya minyak itu melihat kesempatan. Selama ini strategi Amerika hanya terbatas menciptakan Amerika Kecil di Kawasan Tengah untuk menanamkan kukunya. (Saya tidak pakai istilah Timur Tengah. karena itu berarti secara metaforis kita memenggal kepala kita sendiri, yaitu kepala kita letakkan di Amerika, kaki kita berpijak di Indonesia. Kawasan Tengah saya ambil dari S. An-Nuwr ayat 35, Laa Syarqiyyatin wa laa gharbiyyatin, tidak di timur tidak di barat). Tentu kita semua sudah tahu siapa Amerika Kecil ini, yaitu Israel. Lalu dengan penyerangan Iraq atas Kuwait itu terbukalah pintu bagi Amerika, untuk terjun dalam lapangan. Melalui formalitas Dewan Keamanan, Amerika mempunyai alasan menjadi pahlawan pembela Kuwait terhadap kezaliman Iraq. Yang juga sekali gus pahlawan pelindung Arab Saudi dari kemungkinan serbuan Iraq. Arab Saudi tentu mau saja, biarlah orangorang asing itu tewas dalam medan laga untuk melindungi negaranya. Arab Saudi mengeluarkan dana untuk itu? Tidak apa-apa, itu artinya Raja Fahd ibarat membayar tentera sewaan, katakanlah Legiun Asing yang berperang untuk kerajaannya. Itukan terhormat! Maka pecahlah perang teluk. Setelah Saddam terdesak dalam perang teluk ia mulai lagi menegakkan benang basah yang kedua. Mengibarkan panji Islam. Memaklumkan perang suci, jihad fie sabieli Llah. Mana mungkin, Saddam yang begitu fanatik dengan Partai Ba'atsnya yang berideologi sosialisme kiri itu, lagi pula menyerang Republik Islam Iran, akan betul-betul secara ikhlas mengibarkan panji Islam. Dalam keadaan tersesak dan terdesak Saddam ingin memanfaatkan emosi keagamaan Ummat Islam sedunia. Hasilnya nihil, benang yang sudah terlanjur basah itu tidak dapat ditegakkan lagi. Maka untuk ketiga kalinya Saddam menegakkan benang basah. Membuat insiden dengan team pemeriksa Dewan Keamanan. Yaitu dengan menghalangi pemeriksaan terhadap Gedung Departemen Pertanian Iraq. Alasannya, itu melanggar kedaulatan Iraq. Kedaulatan apa yang akan dilanggar. Memang kedaulatan Iraq sudah dilanggar sejak Iraq kalah perang, sejak Iraq menandatangani persyaratan gencetan senjata. Semua persyaratan itu melanggar kedaulatan Iraq. Siapa suruh menyulut perang. Baru empat tahun memegang tampuk kekuasaan Iraq, Saddam sudah menyerbu Iran. Baru dua tahun berhenti perang dengan Iran, Saddam menyerbu Kuwait. -- Fahal 'asaytum lin tawallaytum an tufsiduw fi l-ardh? -- Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi? (S.Muhammad, 22). Setelah perang teluk Amerika berhasil masuk secara langsung ke Asia Kecil. Artinya Amerika tidak memerlukan Amerika Kecil lagi. Itulah sebabnya Amerika memprakarsai perundingan damai ArabIsrael. Pamor Amerika dapat naik sebagai pahlawan perdamaian. Walhasil perang teluk yang

disulut oleh Iraq dengan menyerbu Kuwait menguntungkan Amerika, menyengsarakan rakyat Iraq. Kita mengucap syukur, rakyat Iraq luput dari serangan yang sudah dipersiapkan oleh polisi dunia melalui formalitas Dewan Kemanan. Bush tidak jadi memanfaatkan ulah Saddam yang menegakkan benang basah untuk ketiga kalinya itu. Bush tentu saja sangat berambisi untuk mendapatkan alasan agar dapat menyerang Iraq. Dengan menyerang Iraq, Bush akan naik pamornya dalam ajang persaingan untuk menjadi presiden Amerika Serikat dalam masa jabatan kedua kalinya. AlhamduliLlah Bush tidak berhasil memanfaatkan kesempatan menyerang Iraq itu. Sekali lagi kita ucapkan alhamduliLLah, rakyat Iraq luput dari musibah penghancuran untuk kedua kalinya. Sekali lagi alhamduliLlah. WaLlahu a'lamu bishshawab. *** Makassar, 2 Agusutus 1992 [H.Muh.Nur Abdurrahman] http://waii-hmna.blogspot.com/2007/06/040-menegakkan-benang-basah.html __._,_.___ Mayapada Prana Quotes: "Think Good, Feel Good, Do Good. This is the way to God" - Bhagavan Sri Sathya Sai Baba (Avatar) "The Ways to God are as numerous as the breaths of humankind" - Sufi Tradition Mayapada Prana Links: http://article.gmane.org/gmane.culture.religion.healer.mayapada/7644vvv, 11 des 09

Keterlibatan AS dalam perangPosted in Sejarah Diplomasi by nurulamerikaserikat on March 30, 2008 POLITIK PARONIA SANG ADIDAYA DI TIMUR TENGAH Pasca berakhirnya perang dingin, yang ditandai oleh bubarnya imperium kekuatan blok timursosialis; Uni Sovyet dan runtuhnya tembok Berlin pada tahun 90-an, wajah dunia berubah drastis 180 deajat.Perang ideologis yang selama itu menjadi cerita dan berita rutin yang mewarnai sejarah dunia pasca perang dunia II tampaknya menjelang akhir dengan mulai pudarnya cengkraman sosialisme yang direpresentasikan oleh kekuatan Uni Sovyet dan saat itu pula dua hegemoni global yang berseteru mulai menjadi hegemoni tunggal; kapitalisme barat yang direpresentasikan oleh Amerika serikat. Sebuah ideologi sedang menyerah. Dan ideologi yang satu mulai melakukan hegemonisasi global sebagai sebuah konsekuensi logis, ideologi yang merasa menjadi pemenang. Perlombaan senjata yang selalu menjadi babak utama dari dua perseteruan ideologi yang disertai dengan penciptaan pakta pertahanan; NATO vis a vis Pakta Warsawa, yang dalam posisi antagonis nampaknya mulai berakhir. Secara militer blok barat yang lebih di identikan dengan Amerika Serikat mulai pegang kendali. Dan terbukti Pakta Warsawa pun tidak laku dan bubar. Peran Amerika Serikat pasca keruntuhan Uni Sovyet dalam percaturan dunia mulai menampakan hegemoninya. Sebagai kekuatan adidaya yang nyaris tanpa tandingan Amerika menjelma menjadi polisi dunia

yang seakan akan berhak menentukan vonis berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Isu-isu demokratisasi dan isu-isu HAM misalnya telah menjadi komoditi jualan dari langkah Amerika untuk menekan sebuah komunitas atau negara yang dianggap berhadapan diametral- antagonis dengan garis politiknya. Sehingga atas nama HAM dan Demokrasi Amerika sering kali melakukan intervensi secara terangterangan terhadap negara lain. Kasus Panama misalnya adalah bukti tak terbantahkan dari intervensi Amerika sebagai polisi dunia. Selain itu Amerika Serikat sering kali menunjukan pola politik standar gandanya yang selalu menampilkan dua sisi yang bertolak belakang . Kasus politik standar ganda Amerika sangat terasa dikawasan timur tengah, terutama masalah Palestina versus Israel, dimana Amerika disatu sisi selalu menjadi penggagas dan sponsor perdamaian tapi disatu sisi pula Amerika dengan sengaja selalu membuat buntu jalan perdamaian karena Amerika selalu berposisi sebagai pelindung setia Israel yang sering kali menjadi pelaku pelanggaran jalan perdamaian. Dari kawasan timur tengahlah Amerika menciptakan bibit-bibit permusuhan yang seakan-akan mengakar tajam. Kasus Libya, kasus Iran, kasus Suriah dan kasus Perang Teluk I dalah kasus -kasus besar yang melibatkan Amerika berhadapan diametral vis a vis dengan beberapa negara di timur tengah. Dan yang patut dicatat pasca berakhirnya lawan yang setara dari Amerika; Uni Sovyet, adalah peran PBB yang terkesan selalu tidak berdaya bila berhadapan dengan Amerika Serikat. Tentunya hal ini tak lepas dari situasi wajah dunia yang tidak bipolaristik lagi tapi sudah unipolaristik dibawah hegemoni Amerika, disamping itu secara finansial Amerika Serikat adalah donatur terbesar dari badan multilateral tersebut. Oleh karena itu PBB kerapkali selalu melegitimasi tingkah laku polisionalnya, mulai dari pemberian beberapa embargo sampai kasus perang teluk I yang sedikit banyaknya Amerika mengambil peran dominan. Tentunya kawasan timur tengah bagi Amerika itu sendiri merupakan kawasan strategis baik dilihat dari kaca mata kepentingan ekonomi dimana ada sumber minyak yang melimpah maupun dari kacamata politik dimana ada Israel si anak emasnya Persoalan persoalan di timur tengah tengah sealu mencatatkan keterlibatan Amerika dengan porsi yang besar oleh karena itu sangat logis bila ada pandangan bahwa proyek besar dari ekspansi ekonomi politiknya Amerika berada di Timur tengah. Konsekuensi dari keterlibatan Amerika yang terlau besar melahirkan rival-rival baru yang banyak dari rival tersebut pada awalnya adalah kawan politiknya. Kasus yang paling dicatat adalah kasus Irak yang sekarang menjadi sebuah kasus yang menjadi contoh kongkrit dari tingkah laku Amerika yang pongah dan hegemonik. Kasus Irak mungkin menjadi kasus terbesar dari kisah Amerika sebagai polisi dunia dan sekarang kasus ini benarbenar menjadi bibit paling laten dari dari rangkaian kekerasan secara global. Dan pasca peristiwa 11 September 2001 membawa dampak baru dari mulai munculnya konflik yang lebih cepat terakumulasi dalam konflik fisik; perang ! Terbukti kemudian gemuruh mesin perang menderu. Baghdad pun jatuh setelah hujaman bom bagai hujan deras jatuh mencabik tanah babilonia tersebut. Irak koyak moyak. Darah bersimbah dari rakyat sipil yang tidak berdosa. Luka kemanusian menganga. Saddam pun jatuh. Sang Adidaya masuk dengan pongah sebagai polisi dunia yang merasa mampu menyelesaikan masalah. Tapi apa lacur yang terjadi. Kekerasan malah berkepanjangan, nyaris tanpa ujung. Cerita senjata pemusnah massal, ternyata cuma dongeng fiksi si Tuan Bush dan CIA. Amerika kadung dungu soal Irak. Kini yang tersisa kesombongan bodoh dari Bush, sekaligus pembukti bahwa soal Irak tidak lebih dari soal minyak dan si anak emas Israel. Tidak pelak lagi memang, pasca peristiwa 11 September 2001, arah kebijakan, garis politik dan isuisu politik luar negeri Amerika berubah total. Amerika mulai menerapkan langkah offensifparanoid terhadap segala sesuatu yang dianggap membahayakan kepentingan nasionalnya. Kebijakan Amerika serikat terhadap dunia luar menjadi kebijakan yang penuh paronia. Dengan kekuatan hyper poweritasnya, Amerika seakan-akan berhak menjadi penentu moral clarity

yang berhak menentukan siapa yang jahat dan siapa yang benar. Cap teroris menjadi sebuah alat untuk melegitimasi kecurigaan Amerika. Sebuah kecurigaan imbas dari peristiwa 11 September 2001. Afganistan yang diembel-embeli dengan sosok Osama Bin Laden menjadi target pertama dari pembenaran sebuah kecurigaan yang berlebihan. Selain Afganistan tentunya adalah Irak yang sebenarnya bisa dikatakan perseteruan jilid dua tapi dengan nuansa penambah; dunia yang dibayangi isu-isu terorisme. Dan Irak pun menjadi sasaran dari si polisi dunia yang menganggap Irak berpotensi besar menjadi pemicu sebuah perang dan membahayakan perdamaian dunia karena kepemilikan senjata kimia yang sampai saat ini sepertinya hanya sebuah bualan besar. Maka tanpa restu PBB dan penolakan global terhadap tindakan sepihak Amerika Serikat, persiapan perang pun digelar besar-besaran dan perang pun pecah; perang Teluk jilid II.- konflik Amerika versus Irak babak kedua.Perang teluk jilid II merupakan cerita konflik dari timur tengah yang tidak terselesaikan pada perang teluk jilid I. hal ini juga banyak dipengaruhi oleh peta dunia yang berubah secara drastis. Bipolarisasi diganti unipolarisasi. Keruntuhan Uni Sovyet di ganti hegemoni- monolitik Amerika Serikat.Tentunya wajah dunia yang berubah drastis dengan munculnya satu kekuatan besar di tangan satu negara yang menguasai hampir sebagian besar jaringan ; jaringan ekonomi, politik, ideologi, intelejen dan jaringan kekuatan militer berekses serius pada pergerekan global dan pola-pola interaksi internasional. Amerika Serikat muncul dengan kekuasaan adidaya yang nyaris tanpa tandingan, sehingga tingkah laku dalam percaturan global lebih banyak ditentukan oleh keinginan dan selera Amerika itu sendiri. Atau bisa dikatakan Amerika telah menjadi semacam polisi dunia yang berjalan dengan kehendak dan hukum yang digariskan sendiri. Isu-isu internasional lebih banyak merupakan upaya pencitraan dan representasi Amerika itu sendiri. Dan itu tergambarkan dengan jelas dikawasan timur tengah. Kawasan timur tengah selalu mencatatkan campur tangan Amerika yang terlalu dalam, hal ini sepertinya membuktikan asumsi bahwa kawasan itu adalah kawasan strategis bagi kepentingan AS itu sendiri, karena beberapa hal; Pertama, keberadaan Israel sebagai kongsi politik terdekat AS di timur tengah, oleh karena itu amerika berusaha keras menjaga dan melindungi eksistensi politik Israel sebagai representasi wajah Amerika ditimur tengah. Apapun yang dikerjakan di timur tengah, dipastikan keberadaaan Israel dengan tindak tanduk teroristiknya tidak akan di ganggu gugat. Tentu banyak yang mempengaruhikongsi politik tersebut; lobi kuat , penguasaan sumber ekonomi, sumbangan finansial dan penguasaan jaringan teknologi, informasi dan media sebagian besar dikuasai oleh Yahudi. Kedua, kawasan timur tengah itu sendiri yang kaya dan sarat dengan sumber daya alam terutama minyak bumi. Dan Amerika Serikat merupakan pengimpor dan pengkonsumsi minyak terbesar didunia. Kawasan minyak tersebut sangat strategis dari kaca mata kepentingan ekonomi, terutama suplai minyak. Akhir-akhir ini dicatat cadangan minyak AS hanya mencapai 22 milyar barel atau sekitar 2% saja dari cadangan minyak dunia. Hal ini menunjukan terus berkurangnya cadangan minyak AS. Sekarang AS merupakan pengimpor minyak terbesar didunia, sekaligus memiliki kekuatan militer terbesar di dunia. Sehingga kedua realitas tersebut saling bertautan dan muara pertautan tersebut bertemu di timur tengah yang kaya minyak. Ketiga, masalah munculnya militasi dan fundamentalisme yang merebak dikawasan timur tengah yang mengambil posisi berhadapan dengan Amerika. Mulai dari berakhirnya perang Arab- Israel, pasca revolusi iran, kekuatan baru Libya dan kekuasaan diktatorial Saddam Husein di Irak yang anti Amerika. Fenomena tersebut memaksa Amerika tetap mempertahankan hegemoni dan dominasi yuntuk memproteksi kepentingan amerika itu sendiri dikawasan tersebut. Sebenaranya fenomena fundamentalisme lahir dari kebijakan Amerika sendiri yang diskriminatif, sehingga militansi muncul sebagai buah dari tingkah laku Amerika sendiri .Dari ketiga asumsi tersebut pada akhirnya bertemu dalam dalam satu wilayah politik yaitu ; konflik. Konflik Arab-Israel yang sebagian besar

banyak melibatkan Amerika berakhir dalam perang terbuka tahun pertengahan 60-an yang melibatkan kekuatan militer masing masing negara yang bertikai; Mesir, Libya, Suriah, Yordania, Israel dan lain-lain. Perang tersebut menandai memburuknya hubungan barat (AS) dengan kalangan negara Arab. Kasus Lockerbie; pemboman pesawat PANAM dan kengganan Libya menyerahkan pelaku yang di indikasikan Amerika melahirkan penyerangan terhadap Istana Presiden Libya, Muamar Khadafi. Dan yang terakhir dan terus berlanjut berlarut-larut adalah kasus Irak di Perang Teluk I dan II. Sebenarnya adan yang menarik dari konflik Irak versus AS sekarang ini, dibalik adanya konflik jilid I dan II, tapi dibalik konflik tersebut ada latar belakang kisah yang menarik untuk di cermati. Pertama, tidak di pungkiri Irak pernah menjadi kawan dan sekutu dari AS, terutama pasca revolusi di Iran yang berhasil menumbangkan rezim Shah Iran yang pro Amerika. Perubahan di Iran tentunya mengkhawatirkan posisi pengaruh AS di kawasan Timur Tengah tersebut, apala dengan ketika itu AS sedang dalam proyek konfrontasi perang dingin dengan Uni Sovyet. Berubahnya peta politik memaksa AS mencari patron politik baru yang bisa diajak kerja sama. Maka tidak heran ketika terjadi konflik batas negara antara Irak versus Iran dan berujung pada perang fisik sekitar tahun 1980-an, AS dengan tegas berada di pihak Irak. Maka tahun 1980-an Irak merupakan sekutu barat (AS), banyak bantuan militer yang didapat oleh Irak berasal pihak barat. Kedua, pasca perang Irak-Iran, Irak mmengalami kehancuran yang begitu besar tapi keberadaan sumber daya minyak telah menolong kembali kebangkrutan yang disebabkan oleh perang tersebut. Dengan minyak Rezim Saddam Husein berhasil membangun kembali kekuatan militernya. Ada satu hal yang patut dicatat adalah berubahnya orientasi patron politik Irak yang mulai melirik Uni Sovyet. Banyak kemampuan persenjataan didapat dari Uni Sovyet, rudal scuud misalnya merupakan adopsi teknologi dari Uni Sovyet.Tentunya berubahnya sikap politik Saddam Husein sangat mengkhawatirkan AS, apalagi secara ekonomi Irak salah satu penghasil minyak terbesar dunia dan secara politik Irak merupakan negar yang kuat secara militer, sehingga berubahnya orientasi politik Irak sangat mengkhawatirkan kepentingan politik strategis AS apalagi disana ada Israel yang secara turun temurun merupakan musuh dari negara-negara Arab termasuk Irak. Ketiga, maka saat Irak menginvasi Kuwait dengan alasan secara geografis-historis Kuwait adalah salah satu propinsinya pada tahun awal 90-an, AS bereaksi keras. Dengan mandat PBB AS menjadi bagian dominan dari pasukan Multi Nasional. Reaksi AS makin keras saat Irak berusaha melebarkan wilayah perang dengan menyerang Israel. Tentunya pelebaran wilayah perang tersebut bertujuan menarik simpati negara Arab untuk mendukungnya. Penyerangan kewilayah Israel diharapkan bisa menarik Israel ke kancah perang teluk dan keterlibatan Israel dalam kancah konflik diharapkan negara Arab akan berubah sikap. Keempat, pasca perang teluk I yang menempatkan Irak sebagai pihak kalah perang menerima konsekuensi kekalahannya yaitu adanya zona larangan terbang, zona militer di wilayah Kurdi dan embargo ekonomi pada irak. Sebagai catatan Suku Kurdi pasca kekalahan Irak pada Perang Teluk I pernah mencoba melakukan perlawanan fisik tapi dengan cepat dapat diredam oleh rezim Saddam Husein.Tindakan demiliterisasi dan embargo ekonomi diharapkan oleh Amerika bisa megkoersi Irak dan secara militer Irak menjadi lemah. Demiliterisasi persenjataan Irak juga dilakukan lewat perlucutan dan penghancuran senjata yang dianggap pemusnah massal dan punya jangkuan jarak jauh. Selain itu penempatan pasukan AS dan pengiriman Tim pemantau senjata PBB diharapkan Irak bisa menjalin kerja sama dan tundukm pada keinginan dunia internasional yang notabene lebih banyak dimotori oleh AS. Kelima, bibit konflik mulai berbenih kembali saat Rezim Saddam Husein mengusir Tim Pemantau Persenjataan Kimia Irak. Tentunya langkah Irak tersebut tampaknya dilakukan setelah melihat perubahan politik di AS yaitu terjadinya pergantian presiden dari Bush Senior ke Bill Clinton. Dan

pasca peristiwa WTC saat Bush Jr berkuasa di AS konflik itu pecah kembali yang berujung pada invasi AS dengan alasan terorisme dan senjata pemusnah massal yang sampai sekarang masih abuabu.Pasca peristiwa 11 September 2001, kebijakan Amerika keluar berubah drastis menjadi sangat offensif. Amerika menentukan sendiri siapa yang dijadikan lawan. Cap terorisme menjadi mudah dilekatkan pada negara yang dianggap bersebrangan dengan Amerika. Tahun 2000-an mencatatkan invasi Afghanistan dan lagi lagi Irak di Invasi dengan alasan yang nyaris sama teroris dan membahayakan perdamaian dunia.Terutama kasus Irak yang menarik dicermati dengan alasan kepemilikan senjata pemusha massal AS menerang Irak tanpa mempedulikan keberatan PBB dan dunia internasional. Tentunya ini menarik karena Irak merupakan negara yang sama dalam perang teluk I. maka banyak asumsi bermunculan dari konflik di Timur Tengah pasca peristiwa 11 September 2001, apa sebenarnya yang menjadi motif dari konflik yang tak berkesudahan dan itu melibatkan Amerika serikat secara serius. Dari beberapa perkembangan banyak hal yang bisa membaca arah motif dari konflik fisik di kawasan trouble spot itu, antara lain; Pertama, motif minyak, seperti diketahui kawasan timur tengah adalah penghasil minyak paling besar didunia. Dan minyak pernah menjadi senjata yang ampuh yang digunakan Nasser pada perang Arab-Israel, target dan tujuan yang bermotif penguasaan minyak ini merupakan target prioritas AS di timur tengah. Hal ini mereka lakukan adalah untuk mencari solusi dari ancaman krisis defisit minyak. Dengan langkah ini AS memprediksikan bahwa dengan melakukan intervensi dan menguasai langsung negara-negara kaya minyak, maka mereka akan selamat dari ancaman krisis tersebut. Dengan menguasai Irak- AS bisa leluasa mengatur harga minyak dunia karena Irak merupakan tiga besar penghasil minyak dunia. Selama ini pengaturan harga minyak masih dikuasai oleh OPEC, bukan oleh satu negara tertentu. Disisi lain, bargaining politik AS juga semakin kuat karena semua tahu bahwa minyak merupakan kekuatan yang sangat vital dalam kancah pergumulan politik dunia untuk berebut pengaruh.sebagai mana Afghanistan yang di invasi, motif utamanya bukan semata-mata masalah teriorisme tapi dicurigai bermotif minyak karena keberadaan laut Kazvia yang kaya minyak dan itu berlaku juga bagi Irak. Kedua, perang terhadap Irak merupakan langkah untuk menjaga eksistensi dan keamanan negara Israel kongsi paling dekat AS. Seperi diketahui Israel merupakan musuh klasik dari kalangan negara Arab, sehingga kehadiran Israel dengan segala tindak tanduknya selalu melahirkan konflik dengan negara-negara arab.Sederhananya Israel adalah masalah paling sensitif di timur tengah, sementara Israel bagi AS sendiri merupakan kekuatan penopang paling utama dari kebesaran AS sebagai negara adidaya lewat penguasaan sumber ekonomi AS. Oleh karena itu keberadaan Irak sebagai sebuah kekuatan yang sangat anti Israel dianggap sebagai ancaman serius terhadap kepentingan AS terutama yang berkaitan dengan Israel. Ketiga, menghancurkan Irak merupakan target prioritas utama AS agar semua target dan tujuan baik ekonomi dan politik bisa tercapai terutama penataan dalam menata kembali wilyah timur tengah. Irak dianggap test case pertama penataan kawasan timur tengah sehingga bisa dirasakan efek dari penaklukan Irak. Diharapkan penaklukan Irak bisa membuat negara-negara ditimur tengah yang selama ini cenderung membangkang bisa berpikir ulang kalau berkonfrontasi dengan AS. Selain itu dengan penguasaan Irak merupakan pintru gerbang pemberlakuan pengaruh AS dan bisa berlanjut kenegara alin, atau dalam kata lain nilai-nilai menurut selera AS bisa berlaku di timur tengah. Tentunya hal ini bisa meminimalisir potensi perlawanan.Dan mempersempir ruang gerak dari para penentang AS seperti HAMAS, Ikhwanul Muslimin, Al Qaeda, Iran, Libya dan Suriah dan lain sebagainya. Keempat, motif hegemoni pensuplai kebutuhan senjata dari negara-negara d timur tengah. Selama ini perkembangan regional mengkhawatirkan AS bisa tersingkir dari penguasaaan sebagai penjual senjata terbesar di kawasan timur tengah. Banyak negara-negara di kawasan timur tengah mengambil alternatif lain, membeli senjata dari

Cina, Rusia, dan negara Eropa lainnya. Maka cukup beralasan konflik yang terjadi di timur tengah bermotifkan perdagangan senjata. Dengan diciptakannya negara boneka AS bisa aman mendikte negara di timur tengah yang notabene negara petro dollar untuk tetap memanfaatkan jasa industri senjata AS dan tentu jasa keamanan dengan penempatan pasukan AS di kawasan tersebut. Semua itu bisa menjadi jalan yang mulus untuk mengontrol kawasan yang sering kali menjadi tempat munculnya negara dan kelompok pembangkang terhadap kepentingan AS. http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com http://nurulamerikaserikat.wordpress.com/2008/03/30/keterlibatan-as-dalam-perang/,11 des 09

Senin, 26 Oktober 2009

PANGKALAN MILITER AMERIKA DI TIMUR TENGAH

Bukti Nyata Pengkhianatan Para Penguasa ArabTahun 1987 pernah terbit sebuah tulisan yang berjudul Kesepakatan yang Mengikat Antara Amerika Serikat dan Negara-Negara dalam Dewan Kerjasama Teluk. Tulisan tersebut dipersiapkan oleh Husain Musa dan diajukan oleh Said Sayf yang kemudian diterbitkan sebuah media di Beirut. D sini, kami sekedar ingin mengingatkan kembali sebagian isi dan penjelasan mengenai kesepakatan tersebut. Sebab, dalam tulisan tersebut terungkap keserakahan Amerika di wilayah Teluk sejak beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum Perang Teluk I dan sebelum Peristiwa II September 2001. Pada bagian yang paling awal, tulisan tersebut mengungkapkan: Kehadiran militer Amerika dalam jumlah banyak di Teluk Arab sejak paruh terakhir tahun 1987, yang dibawa oleh sebuah kapal, dan dengan membawa kapal-kapal penyapu ranjau multinasional Eropa, tidak datang secara tiba-tiba; tidak pula karena perkembangan Perang Irak-Iran, atau karena kebutuhan Kuwait untuk menjaga tangki-tangki minyaknya dan berbagai serangan udara. Akan tetapi, kehadiran militer Amerika itu, di satu sisi dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan hubungan Amerika yang bersifat hegemonik atas negara-negara di kawasan ini, dan di sisi lain sebagai pengukuhan markas imperialis. Kehadiran militer Amerika tersebut juga merupakan implementasi langsung, bukan saja dari sejumlah kesepakatan militer dan keberadaan militer di negara-negara yang ada di kawasan ini, tetapi juga dari sejumlah kesepakatan lain dalam berbagai bentuknya. Kehadiran sejumlah banyak militer imperialis ini didorong oleh sejumlah sebab dan telah menimbulkan berbagai akibat yang buruk.

Sejak Perang Dunia II, muncullah Amerika yang tidak merasa perlu mengikutsertakan Inggris dalam melanjutkan interaksinya dengan Kerajaan Arab Saudi. Sebaliknya, Amerika merasa perlu menghadirkan secara langsung kekuatan militernya setelah berbagai perusahaan minyaknya melemah. Sebgaimana diketahui, pada tahun tersebut, yakni pada tahun 1987, di kawasan ini, nyanyian tentang adanya senjata pemusnah massal dan senjata biologi tidak pernah terdengar; kekhawatiran atas ancaman Saddarn Hussein terhadap tetangga-tetangganya juga tidak pernah muncul, meskipun saat itu Irak berperang melawan Iran selama 8 tahun. Meskipun demikian, Amerika memobilisasi kekuatan militernya ke wilayah kaya minyak itu. Amerika mulai melatih tentara-tentara marinirnya dan mengerahkan pasukan gerak cepatnya sejak tahun 1980 untuk terlibat dalam Perang Padang Pasir. Amerika juga mulai melakukan sejumlah manuver militer di sekitar Mesir atas nama manuver bintang terang dan sebagainya. SeLanjutnya, penulis kembali mengingatkan sejumlah kesepakatan yang dibuat Amerika dengan sejumlah negara Teluk, khususnya Arab Saudi sebagai negara yang paling besar di kawasan ini. Penulis menyatakan: Sesungguhnya kesepakatan pertama yang dibuat Amerika dengan Arab Saudi terjadi pada tahun 1933; berkaitan erat dengan perwakilan diplomatik dan konsulat serta perlindungan hukum, perdagangan, dan pelayaran. Kesepakatan kedua dibuat pada tahun 1951 dengan judul, Kesepakatan Umum Titik Keempat (Point Four) yang Khusus Berkenaan dengan Bantuan Teknis Antara Negara Arab Saudi dan Amerika. Kesepakatan

ketiga juga dibuat pada tahun 1951 bagi pembangunan pangkalan militer Amerika yang pertama kalinya di Dhahran. Pada pasal 5 ayat b terdapat pernyataan: Ekspedisi Amerika hanya boleh melintasi wllayah Dhahran saja. Ini adalah merupakan tambahan atas apa yang disebutkan pada ayat a, yang berkaitan dengan masalah pesawat-pesawat militer Amerika dan pasukan-pasukan militer Amerika. Sementara itu, pada pasal ke-6 ayat a disebutkan: Untuk menjamin Iancarnya berbagai aktivitas dan pelayanan teknis secaro baik dan optimal di Bandara Dhahran, utusan Amerika diperkenankan untuk melakukan perbaikan, pengubahan, dan penggantian semata-mata demi tujuan perbaikan berbagai perusahaan dan bangunannya. Amerika juga boleh membuat berbagai bangunan dan berbagai kemudahan lainnya di sejumlah landasan terbang dan tempat-tempat pesawat-pesawat terbang; memasang berbagai alat pengintaian udara (radar) dan berbagai alat intelijen tanpa kabel; menyediakan berbagai bantuan penerbangan udaranya yang dipandang penting demi sejumlah tujuan yang dikehendaki dalam kesepakatan ini. Di dalam kesepakatan ini terdapat sejumlah pasal lain dengan syarat-syarat yang siap menjadi bom waktu. Pada tahun yang sama, yakni tahun 1951, juga dibuat kesepakatan khusus yang bertema, Program Bantuan Pertahanan Timbal Balik. Perhatikanlah penggunaan istilah timbalbalik pada kesepakatan tersebut. Padahal, berkaitan dengan kesepakatan yang dilakukan Saudi pada tahun 1951 untuk pertahanan timbal balik itu, orang yang berakal pasti memahami bahwa kesepakatan tersebut meniscayakan pihak yang kuat mendominasi pihak yang lemah. Pada pasal ke-2 dalam kesepakatan tersebut antara lain terdapat pernyataan: Pemerintah Arab Saudi menyukai untuk mengambil manfaat berupa bantuan produk senjata dari Amerika dan agar Amerika mengirimkan utusan yang terdiri dari pasukan militer laut dan kekuatan udara sesuai dengan bagian-bagian tertentu dari sejumlah program pelatihan serta membuat satu langkah bagi serah-terima senjatasenjata tersebut. Pada pasal ke-4 disebutkan: Pemerintah Amerika Serikat siap untukberdasarkan pengajuan permintaan bantuan senjata mengutus sejumlah orang yang memiliki kemampuan dan kapabilitas dari kalangan tentara darat, laut, dan udara Amerika untuk menyelenggarakan pelatihan penggunaan perangkat militer sebagaimana yang diminta dalam kesepakatan. Pada pasal 5 dinyatakan: Amerika, sejauh mungkin, akan menerima para pelajar Arab Saudi dan kalangan militernya yang dipandang layak untuk belajar dan mengikuti pelatihan di Amerika. Pada tahun yang sama juga dibuat Kesepakatan Khusus Program Bantuan Pendapatan Alami, yakni pendapatan dari minyak, gas, dan barang tambang/mineral. Sementara itu, pada tanggal 17 Januari 1951, juga telah dibuat, Kesepakatan Program Persenjataan Massal antara Amerika dan Arab Saudi. Kesepakatan tersebut menetapkan bahwa pelaksanaannya disempurnakan melalui utusan kerjasama teknis menteri luar negeri. Pada tahun yang sama, juga ditandatangani, Kesepakatan Khusus Program Kerjasama Teknis Bidang Pertambangan/Mineral dan berkaitan dengan pelatihan kerja dan pendidikan. TanggaL 27 Juni 1953 dibuat kesepakatan di seputar utusan pelatih militer Amerika dan tempat penandatangannya di Makkah. Pasal 4 dari butir-butir kesepakatan tersebut berbunyi: Kewajiban-kewajiban Dewan Penasihat meliputi upaya membantu dan memberikan konsultasi kepada Menteri Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Arab Saudi serta bagi kesatuan-kesatuan kekuatan bersenjata Arab Saudi dalam sejumlah perkara tertentu dengan membuat Iangkah-langkah, pengaturan, dasar-dasar administrasi, dan metode pelatihan militer sebagai bentuk implementasi kesepakatan Menteni Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan dengan kepala Dewan Penasihat. Pelatihan mencakup pula penggunaan berbagai macam senjata, strategi militer, dan

logistik. Para anggota Dewan Penasihat dibolehkandalam rangka menunaikan berbagai kewajibannyauntuk melakukan infeksi dan penyelidikan militer serta melaksanakan kewajiban-kewajiban lain yang disarankan oleh kepala Dewan Penasihat dan disetujui oleh Menteri Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Saudi. Pada butir ke-5 juga disebutkan: Setiap anggota Dewan Penasihat tidak boleh menyebarluaskan cara apa pun kepada pemerintahan asing atau individu mana pun dan dimana pun tanpa diberi hak untuk melakukan penyelidikan atas topik rahasia atau khusus yang telah ditelaah atau disikapi sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota Dewan Penasihat. Sebuah kesepakatan juga telah dibuat berkenaan dengan hak-hak untuk menggunakan Pangkalan Dhahran pada tahun 1957. Pada pasal 1 tercantum pernyataan: Pemerintah Amerika memahami berbagai penjelasan Yang Mulia Penguasa Saudi kepada Presiden Amerika Eisenhower dan mengakui kebutuhan Kerajaan Saudi untuk memperkuat kekuatan persenjataannya demi tujuan-tujuan pertahanan Kerajaan di Bandara Dhahran. Selanjutnya, pada awal bulan Maret tahun 1957 dibuat kesepakatan untuk memperluas Pelabuhan ad-Dimam. Pada tanggal 10-13 November tahun 1958 dibuat kesepakatan seputar Pesawat-pesawat terbang Phantom, yang kemudian dibuat sekali lagi pada tanggal 22 Maret tahun 1963. Pada pasal 2 di antaranya terdapat pernyataan: Tujuan dan penyediaan pesawat-pesawat tersebut adalah demi pertahanan resmi tanah-tanah Kerajaan Saudi melawan musuh sesuai dengan yang disepakati dalam Piagam PBB. TanggaL 24 Mei 1965 dibuat kesepakatan seputar pengembangan militer yang pada masa depan dipimpin oleh para teknisi Amerika. TanggaL 4 April tahun 1972 dibuat kesepakatan seputar hak-hak istimewa (previlege) dan perlindungan bagi para pekerja Amerika. Tanggal 8 Juni 1974 dibuat kesepakatan seputar kerjasasama Amerika-Saudi dalam bidang ekonomi, teknologi, industri, dan suplai bagi Kerajaan sesuai dengan yang dibutuhkan demi tujuan-tujuan pertahanan. Pada tanggal 4 Juni 1980 dibuat kesepakatan mengenai berbagai kemudahan militer antara Amerika dan penguasa Amman yang mana Amerika memiliki hak untuk menggunakan Pangkalan Amman. Tahun 1975 dibuat kesepakatan untuk menyewa Pangkalan al-Jafir di Bahrain. Ini adalah untuk memperbarui kesepakatan yang pernah dibuat tahun 1971. Tanggal 24 Februari 1975, hal-hal yang tidak yang dilanjutkan pada tanggal 15 Juni tahun yang sama, dibuat kesepakatan antara Kuwait dan Amerika dengan nama, Kerjasama Timbal Balik demi Pertahanan, Bantuan Peralatan, Pelayanan bagi Keperluan Pertahanan, dan Pembangunan Kantor Kerjasama. Pada 15-21 Juni 1975 dibuat kesepakatan seputar pembelian senjata dan pelayanan pertahanan antara Amerika dan negara-negara yang tergabung dalam Emirat Arab. Semua kesepakatan di atas dibuat sebelum Perang Teluk I dan sebelum terjadinya Peristiwa 11 September 2001. Sebagaimana diketahui, kesepakatan militer yang terjadi setelah Perang Teluk dan Peristiwa 11 September 2001 antara Amerika dan negaranegara Teluk dianggap sebagai bentuk pertahanan negara-negara Teluk dalam melawan Irak atau dipandang demi menjaga negara-negara tersebut dari serangan para teroris pasca Peledakan 11 September 2001. Jika demikian, atas dasar apa dibuat berbagai kesepakatan militer tersebut jauh sebelum Perang Teluk dan Peristiwa 11 September 2001? Sebab, tidak ada latar belakang atau sebab yang nyatayang dapat menyesatkan umat Islamdi seputar berbagai kesepakatan tersebut. Oleh karena itulah, mereka berupaya sekuat tenaga agar berbagai kesepakatan tersebut dapat dilangsungkan secara rahasia antara Amerika dan negara-negara tersebut. Tulisan di atas tidak mencakup seluruh ketamakan Amerika di seputar Teluk dan

kesepakatan yang dibuatnya dengan negara-negara Teluk. Akan tetapi, berbagai kesepakatan Amerika dengan negara-negara di wilayah itu serta berbagai pangkaLan militer tersebut merupakan jalan masuk bagi pangkalan-pangkalan berikutnya yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya di Saudi, Qatar, dan lain sebagainya. Semua kesepakatan dan pangkalan militer yang dibuat di atas adalah sekadar kenyataan yang tersingkap dan tampak ke permukaan. Sementara itu, hal-hal yang tidak tersingkap dari berbagai persekongkolan dan manuver antara Amerika dan para anteknya di negaranegara Teluk adalah jauh lebih besar dan lebih berbahaya. Oleh karena itu, umat dituntut secara sungguh-sungguh untuk senantiasa terikat dengan agamanya serta menjaga berbagai kepentingannya dalam rangka mencegah bercokolnya terus berbagai pangkalan militer yang bisa menjadi sarana untuk membunuh kaum Muslim di wilayah ini. Umat Islam juga harus bersikap tegas dan keras di hadapan para penguasa antek Amerika tersebut yang telah menyerahkan berbagai wilayah darat, laut, dan udaranya kepada Amerika dan sekutunya hingga mereka menyerahkan tanah-tanah kaum Muslim sejengkal demi sejengkal kepada orang-orang kafir penjajah. Allahlah Penolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya Allah adalah Mahakuat dan Mahaperkasa. (QS al-Hadid [57]: 25).

http://hakikatwahabi.blogspot.com/2009/10/pangkalan-militer-amerika-di-timur.html,11 des 09 Irak,Utang dan Bisnis Page 2 of 2 | Go to page 1 2

Pihak Barat Semakin Retak Soal Kontrak Pasca-invasi ke IrakKERETAKAN di antara negara-negara Eropa dan Amerika Serikat kian jelas saja. Sejak muncul rencana AS untuk melakukan serangan ke Irak pertengahan tahun lalu, negara-negara Eropa di luar Inggris dan Spanyol dengan tegas dan terang-terangan menolak rencana AS itu. Perancis dan Jerman yang didukung Rusia dan Cina menolak keras rencana tersebut. Keretakan ternyata juga berlangsung dalam kancah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Terlihat ketika Perancis dan Jerman menolak mendukung Turki dalam mempersiapkan diri menghadapi invasi ke Irak. Yang sudah muncul adalah Turki mendukung serangan ke Irak, namun tidak mengizinkan wilayahnya dijadikan basis serangan itu. Dan, dalam perjalanan dari invasi ke Irak ini, pihak Eropa kini kian terlihat jelas berada berseberangan dengan AS. Trans-Atlantik yang tadinya kompak, padu, dan bahu-membahu kini semakin lebar terpisah. Hanya Inggris dan Spanyol yang masih menjadi "perekat", sekalipun hal ini tampaknya tidak lagi membuat AS melihat Eropa yang ada adalah sebuah Eropa yang utuh sebagaimana sebelumnya. Sebuah Eropa yang bertautan erat dengan AS sebagaimana ketika bersama-sama menghadapi Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Atau, saat mereka relatif kompak dalam NATO guna menghadapi Pakta Warsawa pimpinan bekas Uni Soviet dalam Perang Dingin yang berakhir di era tahun 1980an.

Melihat sikap Eropa seperti itu, AS pun kian pasang sikap berseberangan. Dan, ini terlihat jelas dalam rencana pembangunan kembali Irak pasca-invasi. AS telah membagi kontrak pembangunan kembali Irak kepada perusahaan-perusahaan dari AS dan Inggris, baik dalam menggarap ladangladang minyak Irak maupun dalam pekerjaan restorasi air bersih, jalan, pelabuhan, rumah sakit, dan sekolah. Tak perlu WTO Kantor berita AFP pekan lalu melaporkan, Badan Amerika Serikat bagi Pembangunan Internasional (US Agency for International Development/ USAID) telah menghadiahkan (awarded) kepada sejumlah perusahaan dari AS. Hal ini jelas mengundang kecaman dari Uni Eropa (UE) yang menilai kontrak tadi harus disesuaikan dengan tata cara yang diatur dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Berkaitan dengan pemberian hadiah tadi, Komisi Eropa menegaskan bahwa kontrak tadi harus memenuhi prosedur yang diatur WTO. Aturan WTO menyangkut pengadaan barang- barang umum (public procurement) yang mengharuskan negara-negara anggotanya mengadakan tender yang pantas bagi perusahaan-perusahaan untuk mengajukan penawaran. Pengecualian hanya diberikan untuk sejumlah alasan seperti keamanan nasional. "Kami saat ini sedang mempelajari apakah kontrak-kontrak yang dilakukan AS tadi sesuai atau bertentangan dengan aturan WTO," ujar Arancha Gonzalez, juru bicara (jubir) bagi Komisioner Perdagangan UE Pascal Lamy. "Kami jelas berharap mereka (AS) menghormati ketentuan yang ada, suatu hal yang bakal menjadi perdebatan lainnya dalam WTO," ujarnya. AS dan UE sejauh ini merupakan dua kubu yang saling "bertarung" dalam perundingan liberalisasi perdagangan dalam WTO. Dalam pembahasan pengurangan atau penghapusan subsidi produk pertanian, AS dan negara-negara pengekspor produk pertanian yang bergabung dalam Cairns Group menghendaki UE menghapus atau mengurangi subsidi pertanian atau subsidi ekspor produk pertanian. Suatu yang hal yang ditampik UE. Apa jawaban AS soal keinginan UE ini? Hanya buang waktu untuk mempersoalkan cara-cara dalam pemberian kontrak pembangunan kembali Irak. "Ada dasar substansial yang membuat kami memberikan kontrak, dan saya tidak melihat suatu yang berharga membuang waktu mempersoalkan cara-cara ini," ujar Richard Boucher, Jubir Kementerian Luar Negeri AS. "Ada sejumlah pekerjaan yang harus dilakukan segera di Irak, harus memburu waktu dengan pekerjaan ini," ujarnya lagi. Kasarnya, untuk membangun kembali Irak tidak perlu aturan WTO. Markas besar UE di Brussels, Belgia, terus terang prihatin karena perusahaan-perusahaan yang berada di Eropa tidak disertakan dalam proyek-proyek menarik pembangunan kembali jalan, jembatan, bandara, dan terminal minyak di Irak pasca-invasi. Washington DC jauh sebelum perang bahkan sudah bagi-bagi kontrak pembangunan kembali Irak pasca-invasi. Menurut AFP, USAID telah menghadiahkan dua kontrak dan kemungkinan akan menawarkan enam kontrak lainnya kepada perusahaan-perusahaan AS. Sebelumnya, harian The Wall Street Journal menulis, pemerintahan Presiden George Walker Bush telah memanggil lima perusahaan minyak AS guna mengajukan tender pembangunan kembali Irak. Diungkapkan, dua kontrak dari USAID tadi salah satunya adalah membangun kembali satu-satunya pelabuhan samudra (deep water) Irak di Umm Qasr yang kini dikuasai Inggris. Kontrak bernilai 4,8 juta dollar AS ini diberikan kepada Stevedoring Service dari AS. Kontrak lainnya bernilai 7,1 juta dollar AS bagi pendukung personel pasca-invasi diberikan kepada International Resources Group yang berbasis di Washington. Korps Zeni AD AS juga dilaporkan telah memberikan kontrak pemadaman api di ladang minyak Irak kepada Kellogg, Brown and Root, anak usaha dari Halliburton Group, perusahaan jasa perminyakan dari AS. Kontrak yang diberikan bulan lalu ini jelas tanpa prosedur tender yang semestinya sebagaimana diatur WTO.

Seorang pejabat Korps Zeni mengatakan, anak usaha Halliburton Group ini memperoleh kontrak karena telah dilibatkan dalam rencana penanganan ladang minyak di Irak sebagaimana diatur dalam kontrak Pentagon. Menurut Boucher, kontrak ini dikeluarkan mendadak. Halliburton Group diketahui pernah dikelola Dick Cheney, Wakil Presiden AS. Apabila dilakukan mendadak, karena semuanya harus berjalan segera. Menurut Boucher, jika dilakukan melalui tender, maka secara normal akan berlangsung selama enam bulan baru tuntas. "Ini sebabnya dilakukan cepat dan mendadak," ujar Boucher. Lagi pula, semua prosedur ini dilakukan berdasarkan kontrak pemerintah federal yang sah. Uang rakyat AS Lagi pula, pihak lain termasuk UE tak perlu mempersoalkan pemberian kontrak kepada perusahaan AS ini karena berkaitan dengan uang dari para pembayar pajak di AS. "Ini uang para pembayar pajak AS. Saya yakin banyak pemerintah Eropa dan lainnya yang terlibat dalam rekonstruksi. Mereka punya berbagai program yang berbeda dan cara kontrak, dan kadang kontrak tadi diberikan pada perusahaan dari negara mereka. Kasus ini sering terjadi," ujar Boucher. Pemerintah AS membatasi penawaran proyek ini kepada perusahaan internasional raksasa. Namun, untuk subkontraktor pembangunan kembali Irak ditawarkan kepada perusahaan dari negara mana pun. "Jadi, akan ada proyek yang dibiayai pembayar pajak dari AS, ada proyek yang dibiayai pembayar pajak dari Eropa, dan juga ada proyek yang dibiayai pembayar pajak dari Jepang," ujar Boucher. Hal yang sama juga akan dilakukan para pengusaha dari Irak. "Pokoknya, ada banyak pekerjaan di sana, dan akan ada proyek yang dibiayai oleh uang dari Irak, uang hasil penjualan minyak Irak, uang rakyat Irak," jelas Boucher lagi. Semua pihak harus bekerja sama dan membangun kembali Irak. Sekalipun ada kesan Boucher ingin mencoba mendinginkan perseteruan negaranya dengan UE, tetapi sangat jelas bahwa proyek pembangunan kembali Irak harus berada di tangan perusahaan AS, Inggris, dan sekutunya. Tidak bagi UE, apalagi bagi perusahaan dari negara-negara yang menolak terlibat dalam serangan militer ke Irak. Apakah hal ini masuk akal? Dilihat dari sisi dana yang telah dikeluarkan untuk invasi ke Irak, jelas masuk akal. AS dan Inggris mengeluarkan biaya miliaran dollar AS untuk mengirim ratusan ribu personel mili- ternya serta persenjataannya ke Qatar, Kuwait, dan ke wilayah Timur Tengah selama persiapan dan selama serangan ke Irak. Hitungan yang ada, biaya untuk makanan dan berbagai keperluan personel serta peralatan perang mencapai 16,5 miliar dollar AS per tahun. Presiden Bush diketahui telah meminta tambahan anggaran hingga 80 miliar dollar AS guna pembiayaan invasi ke Irak. Jelas dana besar ini merupakan uang milik rakyat AS. Belum dihitung berapa biaya yang harus dikeluarkan selama masa transisi di Irak yang diperkirakan berlangsung selama enam bulan. Tinggalkan perdebatan soal prosedur tender, siapa yang harus didahulukan dalam proses pembangunan kembali Irak, suatu hal yang jelas terlihat bahwa konflik di Irak telah menyebabkan negara-negara Barat kian retak. Bahwa AS kini tidak selalu mendapat dukungan dari mitranya di Eropa sebagaimana terlihat selama ini. Dalam menggalang satu sikap di DK PBB, Perancis berada di pihak lain dari AS. Di NATO, sedikitnya Perancis, Jerman, dan Belgia berada di pihak yang berseberangan. Di WTO, sejauh ini Eropa selalu berada di kubu lain dari AS. Suatu yang membuat upaya liberalisasi perdagangan terutama di sektor pertanian tak pernah mencatat kemajuan berarti hingga sekarang ini. Kini pemberian tender pembangunan kembali Irak menjadi masalah lainnya. Suatu yang bisa ditangkap dari perkembangan di Irak ini, ke depan dapat saja dunia kembali bergerak ke sejumlah kutub sebagaimana ketika muncul Kutub Barat yang dimotori AS dan Eropa, Kutub Timur yang dipimpin bekas Uni Soviet, dan Kutub Nonblok yang dimotori Gerakan Nonblok

(GNB). Terlihat kini, AS dan sekutunya berada di pihak lain di samping Perancis, Rusia, Jerman, dan Cina di kutub lainnya. Tak heran, mengapa pihak AS tegas mengatakan hanya buang waktu memikirkan prosedur tender pembangunan kembali Irak. Tak heran, mengapa Perancis, Jerman, dan Rusia mengadakan pertemuan tersendiri di St Pettersburg, Rusia, membahas pembangunan kembali Irak yang harus berada di tangan PBB. AS lantas implisit menyatakan tak perlu peran PBB dalam membangun kembali Irak pasca-invasi. Dunia kini terbilah-bilah berkaitan dengan keputusan serangan militer AS atas Irak guna menjatuhkan pemerintahan Presiden Saddam Hussein. Salah satu bilah tadi boleh jadi kelompok teroris yang bakal kian marak. Nah lu! (Pieter P Gero) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/15/ekoint/255978.htm

Siapa Merusak Ekonomi Irak?IRAK terlibat Perang Iran- Irak selama periode 1980- 1988. Perang itu juga dilanjutkan dengan invasi ke Irak. Barangkali itu adalah salah satu kesalahan Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein. Di dalam situasi perang, jelas tidak ada harapan besar untuk pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, dampak negatif pengenaan sanksi ekonomi pada Irak oleh PBB juga tidak kalah dahsyatnya. Menurut American Academy of Arts & Sciences (AS), sanksi PBB yang diterapkan pada tahun 1991 adalah sanksi terbesar yang pernah diterapkan PBB pada satu negara selama ini. Di bawah sanksi PBB itu, produksi minyak Irak periode 1991-2002 rata-rata 1,4 juta barrel per hari. Jatah produksi minyak Irak diasumsikan 3 juta barrel per hari jika tidak ada sanksi ekonomi. Dengan demikian, selama periode pengenaan sanksi itu, ada kehilangan penerimaan minyak Irak sebesar 150 miliar dollar AS. Produksi domestik bruto (PDB) Irak pada dekade 1990- an diperkirakan sebesar 25 miliar dollar AS. Itu berarti, sela- ma enam tahun Irak kehilangan pendapatan setara 6 tahun PDB. Di sisi lain, lewat tekanan AS, Irak juga dipak- sa membayar kompensasi Perang Teluk tahun 1991 kepada Kuwait dan Arab Saudi. Lewat te- kanan AS, aset-aset Irak di luar negeri juga di- bekukan. Lalu, 20 Maret 2003 lalu AS menggempur Irak. Setelah menggempur Irak secara fisik, pasukan AS membiarkan penjarah menjarah barang-barang di Irak. Pasukan AS membiarkan situasi di Irak, terutama Baghdad, dalam keadaan kacau balau. Pasukan AS membiarkan penjarah menja- rah uang hingga ke Bank Sentral Irak. Pasukan AS, selain merusak berbagai jalan, bangunan, jembatan, gedung-gedung, membiarkan rakyat Irak melakukan semacam tindakan anarki. LALU AS kini meminta rekannya yang ada di kelompok G-7 untuk membicarakan rekonstruksi Irak. Ketika menyerang Irak, rekannya di ke- lompok G-7 (Kanada, AS, Jepang, Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia) tidak didengar. Perancis dan Jerman (ditambah Rusia) menolak invasi ke Irak tetapi AS tetap jalan. Lalu kini, AS mengajak lagi peran serta G-7 untuk rekonstruksi Irak. Lalu tiba-tiba saja Menteri Keuangan AS John Snow membicarakan soal penjadwalan utang- utang luar negeri Irak. Di Irak, investasi Perancis dan Rusia adalah yang terbesar di sektor industri perminyakan. Kini dengan kehancuran berbagai prasarana di Irak, kemampuan ekonomi Irak juga hancur dan bisnis-bisnis Perancis dan Rusia yang sudah ada di sana sebelumnya, diduga akan terganggu. Lalu, AS meminta peran negara maju untuk rekonstruksi Irak. Mungkin jika bisa mengeluar- kan unek-unek secara terbuka, kalangan Eropa pasti berkata, "Lu yang ngrusak, lalu lu yang minta rekonstruksi. Enak aje!" Makanya, ketika membahas penjadwalan utang Irak, Rusia, Perancis, dan

Jerman seperti bersepakat untuk memberikan perlawanan. Tiga menteri keuangan dan tiga negara itu menepis ajakan John Snow soal pentingnya rekonstruksi Irak. Selain itu, tiga negara itu juga ingin memas- ti- kan apakah aturan main di Irak didasarkan pada mandat PBB. Selama itu tidak pasti, tiga negara itu dipastikan tidak akan mau mengeluarkan bi- aya dan tenaga, jika yang kemudian diuntungkan adalah kelompok AS saja. (MON) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/15/ekoint/256089.htm Beban Besar Irak Mencuat

Utang Luar Negeri Mencapai 383 Miliar Dollar ASINVASI ke Irak ternyata turut pula mencuatkan masalah lain yang tidak kalah pentingnya. Utang luar negeri Irak menggunung, yakni mencapai 383 miliar dollar AS. Itu adalah persoalan lain yang juga sudah mulai harus dibicarakan. Selama ini, informasi soal itu tidak pernah diketahui secara luas. YANG kita ketahui adalah bahwa Baghdad merupakan kota yang dijuluki dengan Kota 1.001 malam. Ternyata, ada pula 1.001 malam cerita soal utang luar negeri Irak. Kreditor dan mereka yang punya piutang atas Irak, kemungkinan besar akan kehilangan uanguangnya. Setidaknya demikianlah perkiraan para analis. Dengan total nilai produksi domestik bruto (PDB) sebesar 25 miliar dollar AS-perkiraan kasar-per tahun, maka tidak akan ada pemerintahan baru di Irak yang akan mampu mengatasi masalah utang seberat dan sebesar itu. Jika utang Irak saja sudah sebesar 383 miliar dollar AS, sementara PDB Irak hanya senilai 25 miliar dollar AS, itu berarti Irak baru bisa membayar utangnya selama 15,32 tahun (383 dibagi dengan 25). Itu artinya, secara ekstrem, Irak tidak makan selama 15,32 tahun dan semua pendapatan hanya untuk membayari utang sebesar 383 miliar dollar AS itu. Itu hanyalah perkiraan matematis di atas kertas yang jelas-jelas tidak akan pernah terjadi. Itu juga hanya untuk ilustrasi, menunjukkan betapa besar beban utang Irak. Manalah mungkin itu terjadi? Karena itu, analis mengatakan, kemungkinan besar para kreditor harus merelakan kehilangan hakhaknya untuk mendapatkan kembali piutang-piutangnya. Karena itu, restrukturisasi utang-utang Irak adalah sesuatu yang urgen untuk dibahas. Rick Barton adalah seorang direktur Center for Strategic and International Studies (CSIS). CSIS adalah sebuah lembaga think-tank yang bermarkas di Washington DC. Barton khusus bertugas menangani proyek rekonstruksi pasca-invasi di Irak. Barton merinci utang-utang Irak sebagai berikut; -- 199 miliar dollar AS untuk kompensasi Perang Teluk. Itu muncul akibat Irak menginvasi Kuwait tahun 1990, yang memunculkan kerusakan-kerusakan dan kemudian harus ditanggung Irak. Dari jumlah itu, sebesar 172 miliar dollar AS merupakan utang terhadap berbagai perusahaan, pemerintahan, dan lembaga internasional. Sisanya adalah untuk membayari keluarga-keluarga dan perorangan yang dirugikan selama Perang Teluk 1991. -- 127 miliar dollar AS, yang sebesar 47 miliar dollar AS di antaranya adalah terdiri dari akumulasi bunga-bunga utang luar negeri Irak. -- 57 miliar dollar AS, yang harus dibayarkan kepada para kontraktor karena tertundanya pelaksanaan proyek karena masalah di Irak, seperti kontraktor di bidang energi, telekomunikasi, dan lainnya. Kebanyakan kompensasi itu adalah untuk perusahaan-perusahaan dari Rusia.

"Tampaknya akan terjadi perdebatan atau negosiasi besar untuk menangani utang-utang itu. Begitu Saddam telah pergi, setiap orang akan berjuang untuk menagih uangnya, walau mereka sadar soal kemungkinan hilangnya kesempatan untuk menagih piutang itu," ujar Barton. "Kesepakatan yang paling dimungkinkan adalah menghapuskan semua tuntutan kompensasi dari mereka yang merasa dirugikan selama Perang Teluk 1991. Itu bisa dilakukan dengan meminta Kuwait dan Arab Saudi untuk berhenti menuntut dan menerima kejatuhan Saddam sebagai kompensasi terbaik," kata Barton. Tuntutan kompensasi dari para keluarga yang dirugikan selama Perang Teluk 1991, kini sekitar 4 miliar dollar AS per tahun. Pembayaran dana kompensasi untuk para keluarga itu bisa ditunda selama lima tahun sampai ekonomi Irak bisa menghasilkan uang untuk pembayaran kompensasi itu. "Ini adalah sebuah poin penting di dalam kebijakan AS. Tentu saja karena AS telah mendesak agar tuntutan kompensasi kerugian untuk para keluarga itu harus dibayari," kata Barton. Akan tetapi , kini niat untuk membuat Irak bertahan adalah prioritas utama. Utang-jika beban bunganya tidak dihitung-akan berkisar sebesar 80 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, sebesar 30 miliar dollar AS adalah utang ke negara-negara Teluk, 17 miliar dollar AS adalah utang ke Kuwait, dan 12 miliar dollar AS adalah utang ke Rusia. "Muncul semacam fenomena kebangkrutan dan tampaknya piutang-piutang itu kini hanya bernilai lebih kecil dari sen (penny) saja," ujar Barton. Barton menambahkan, menunda pembayaran kompensasi atas kontrak-kontrak bisnis yang gagal harus diselesaikan lebih dulu. Michael Mussa-pernah menjadi ekonom senior di Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan kini seorang pemikir di Institute for International Economicsmengatakan, utang-utang itu diharapkan sangat perlu untuk diperjelas penyelesaiannya. "Anda harus menyadari soal pentingnya membentuk pemerintahan baru di Irak yang memiliki kemampuan untuk menegosiasikan utang-utang itu dari sudut pandang Pemerintahan Irak yang baru. Soalnya, utang itu bukanlah sesuatu yang bisa diatasi pemerintahan militer Irak sementara (yang didukung AS) atau juga tidak akan bisa diatasi oleh pemerintahan sementara yang didukung PBB," kata Mussa. Mussa mengatakan, Irak, dengan potensi pendapatan 25 miliar dollar AS per tahun sekalipun, tidak akan bisa memenuhi semua kewajiban-kewajiban itu. Diperlukan kesepakatan restrukturisasi yang bentuknya sangat bervariasi. "Jadi utang- utang yang muncul untuk membiayai pembelian senjata-senjata yang sudah lewat, kemungkinan tidak akan dihormati, sementara utang-utang untuk jasa-jasa umum, seperti pembangunan rumah sakit-rumah sakit dan sejenisnya, mungkin saja direstrukturisasi dalam bentuk yang berbeda," ujar Mussa Akan tetapi, Barton menekankan pentingnya penyelesaian cepat atas utang-utang itu, kemungkinan dengan menghapuskan semua utang dan kewajiban-kewajiban Irak. Hal itu bisa dimulai dengan melibatkan unsur IMF dan Bank Dunia. "Pada tahap pertama, lewat pertemuan Bank Dunia, konferensi para donor, atau apa saja, harus dibahas soal kerelaan untuk kehilangan hak-hak atas piutang-piutang itu," kata Barton. Solusi terbaik membiarkan Irak dari kewajiban dan utang, kata Barton. Anda ingin memberikan mereka (pemerintahan baru di Irak) kesempatan paling baik. Harusnya, warga Irak yang ada sekarang ini tidak harus diminta bertanggung jawab atas beban utang sebesar itu," lanjut Barton. Menteri Keuangan AS John Snow juga sudah mengatakan, dia sangat mengharapkan kelompok G-7 dibantu Bank Dunia dan IMF untuk membahas soal utang Irak itu. "Itu adalah utang yang relatif

sangat besar dibandingkan dengan kondisi ekonomi Irak," kata Snow. "G-7 berada pada posisi unik untuk mengajukan pertanyaan dan menawarkan jawaban dengan pemberian, tenaga-tenaga ahli, ide-ide, dan kepemimpinan," lanjut Snow.(AFP/MON) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/15/ekoint/256017.htm

http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=1695&coid=1&caid=53&p=2, 11 des 09

Sebuah kajian ilmiah menemukan kaitan kuat antara bahan kimia tertentu dengan gangguan kesehatan, yang biasa disebut Sindrom Perang Teluk Ribuan veteran perang Amerika mengaku menderita gangguan kesehatan kronis akibat Perang Teluk 1 pada tahun 1991. Ketua tim peneliti yang ditunjuk Kongres Amerika Serikat mengatakan setelah meneliti lebih dari 100 kasus, dia menemukan gangguan kesehatan para veteran perang itu terkait dengan tiga bahan kimia tertentu. Menurutnya, sekitar sepertiga tentara Amerika yang dikirim ke Teluk menderita kelelahan, nyeri otot, kehilangan ingatan, dan sesak nafas. Penelitian baru ini sekaligus menjawab misteri yang muncul sejak berakhirnya Perang Teluk 1. Penelitian sebelumnya pada tahun 2006 tidak bisa menyimpulkan penyebab tunggal gangguan penyakit yang disebut Sindrom Perang Teluk itu. Peluang Sembuh Usai Perang Teluk 1, muncul pertanyaan mengapa banyak tentara yang ditugaskan berperang melawan Iraq, pulang dalam keadaan sakit? Ribuan tentara melaporkan diri mengalami gangguan kesehatan, dan muncul kecurigaan bahwa gangguan kesehatan itu mungkin disebabkan oleh bahan-bahan kimia. Jumlah penderita bisa dikatakan tinggi tapi gejala yang muncul juga bervariasi, baik itu kelelahan, nyeri otot dan sendi, gangguan tidur, gatal-gatal, dan sesak nafas. Kini, para ilmuwan yang ditunjuk Kongres Amerika untuk mengkaji kembali kasus itu, yakin bahwa penyebabnya adalah bahan-bahan kimia, yang disebut inhibitor asetil-kolinisterase. Seorang veteran Amerika, Julie Mock, yang menderita Sindrom Perang Teluk, mengatakan penemuan ini memberikan harapan dia bisa sembuh kembali. "Saya kira ini adalah kajian paling mendalam dan sekarang diakui adanya kenyataan bahwa kami menderita gangguan ini karena terkena bahan kimia." "Penyebab penyakit kami telah diuji, dan sekarang terbuka kesempatan untuk menyembuhkan gangguan kesehatan ini," tambahnya. Bahan-bahan kimia terdapat pada gas anti syaraf yang diberikan kepada tentara yang bertugas di Teluk. Bahan kimia juga dipakai dalam pestisida untuk mematikan lalat pasir. [Sumber: bbc/www.hidayatullah.com]

http://fariedwijdan.multiply.com/journal/item/75/Sindrom_Perang_Teluk_Jangkiti_Para_Veteran_P erang_AS,11 des 09

Perang Irak-Iran Meletus Perang Irak -Iran meletus pada tanggal 22 September 1980. Senin, 22 September 2008, 10:45 WIB Nenden Novianti BERITA TERKAIT

Republik Perancis Berdiri Luna 16 Mendarat di Bulan Juan Peron Lengser dari Kursi Presiden Invasi Soviet ke Polandia Steve Jobs Kembali ke Apple

Perang Iran-Irak 1980-1988 (AP Photo)

Perang terbuka akhirnya meletus antara Irak dan Iran, pada tanggal 22 September 1980.Sebelumnya selama tiga minggu telah terjadi pertempuran di perbatasan kedua negara. Irak mengebom pesawatpesawat Iran dan pangkalan logistik Iran termasuk

Bandara Internasional Tehran. Meningkatnya ketegangan hubungan kedua negara dimulai, ketika Irak pada tahun 1975 melanggar perjanjian perbatasan dengan Iran, terkait kedaulatan sungai Shatt al-Arab yang mengalir di perbatasan kedua negara. Sedangkan pejabat Irak mengatakan bahwa Iran menyerang instalasi ekonomi Irak di sungai Shatt al-Arab. Laporan lain mengatakan Iran menembak cadangan minyak Irak di wilayah Basra, selatan Irak, dan membakarnya Bagian selatan dari sungai Shatt al-Arab membentuk bagian dari perbatasan kedua negara, kemudian menuju ke Teluk, merupakan jalur pasokan utama minyak menuju Barat. Perang Irak Iran ini berlangsung selama delapan tahun, dan berakhir dengan gencatan senjata dibawah payung PBB, pada 20 Agustus 1988.

http://metro.vivanews.com/news/read/548-perang_irak_iran_meletus, 13 des 09

Perang Irak-Iran Meletus22 September 1980

Perang Iran-Irak dimulai pada September 1980 dan berakhir pada Agustus 1998. Diperkirakan lebih dari satu juta orang tewas dalam perang tersebut. Perang bermula saat Irak menerobos perbatasan Iran pada 22 September 1980 akibat masalah perbatasan kedua negara dan kekhawatiran Saddam Hussein atas perlawanan Syiah yang dibawa Imam Khomeini dalam revolusi Iran. Presiden Irak menyatakan alasan penyerbuan adalah pertikaian wilayah Shatt al-Arab, terusan air yang membentuk batas kedua negara. Akan tetapi, konflik itu berakar dari persaingan regional yang sudah berlangsung lama.

Saddam Hussein merasa terancam secara langsung oleh revolusi Islam yang membawa Ayatollah Khomeini ke kursi kekuasaan di Iran setahun sebelumnya. Sang ulama melihat Saddam sebagai tiran Sunni yang menindas mayoritas rakyatnya yang beraliran Syiah, dan tidak menyembunyikan harapannya agar Saddam digulingkan. Bagi Saddam Hussein, tujuan perang itu pencegahan: menggulingkan Khomeini sebelum berhasil menggulingkan dirinya. (*) http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/agenda,Perang-Irak-Iran-Meletus-975.html

Skenario AS atas IrakOleh: Arif Tri Hidayanto TANDA-TANDA memburuknya situasi Teluk, terutama Bagdad, makin tampak akhir-akhir ini. Eskalasi ketegangan antara AS dan Irak makin meningkat. Di Washington, Jenderal Tommy Franks, komandan Pusat AS yang berpengalaman di Afghanistan dan disiapkan memimpin serangan ke Irak, mengungkapkan beberapa opsi kepada Presiden Bush dan Dewan Keamanan Nasional AS. Pentagon mengeluarkan beberapa skenario, termasuk rencana mengirimkan 50.000 - 100.000 pasukan darat. Dengan strategi inside out, yakni pengiriman satu batalyon ke kota Bagdad dan selanjutnya mengirim ke beberapa kota kunci lain. Dari skenario ini diharapkan targetnya berhasil melumpuhkan kekuatan Irak dan menggulingkan Saddam Hussein. Di luar pembicaraan di Pentagon, Presiden Irak Saddam Hussein menyatakan tidak gentar menghadapi serangan militer AS. Justru Irak telah melakukan pawai bersenjata yang dilakukan oleh "Pasukan Jerusalem" bersamaan dengan peringatan berakhirnya perang Irak-Iran (1980-1988). Mengapa AS begitu ambisius untuk melumpuhkan militer Irak sekaligus ingin menggulingkan Saddam Hussein? Skenario atau misi apa yang sebenarnya menjadi target AS di negara padang pasir tersebut? Tulisan ini mencoba menjelaskannya. Skenario Washington Misi AS kali ini sebenarnya kelanjutan misi sebelumnya tatkala Bush merencanakan krisis Teluk 1990. Jika kita tengok ke b