Tragedi Teluk Buyat

14
1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Surat Keputusan Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/1988, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air atau udara, dan atau berubahnya tatanan atau komposisi air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia, termasuk logam berat. A. Pencemaran Air Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien, dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

description

Menurut Surat Keputusan Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/1988, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air atau udara, dan atau berubahnya tatanan atau komposisi air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia, termasuk logam berat.

Transcript of Tragedi Teluk Buyat

Page 1: Tragedi Teluk Buyat

1

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Surat Keputusan Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup Nomor

02/MENKLH/1988, pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,

dan atau komponen lain ke dalam air atau udara, dan atau berubahnya tatanan atau komposisi

air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi

kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju

yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat

dengan masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia, termasuk logam berat.

A. Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air

seperti danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam

seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap

kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang

berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah

organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang

menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah

terhadap seluruh ekosistem.

Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,

toksin organik, minyak, nutrien, dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal,

terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam

air.

Page 2: Tragedi Teluk Buyat

2

B. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di

atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan

manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya

dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara

dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder.

Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber

pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer

karena merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang

terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog

fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

C. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan

merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah

cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air

permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan

pengangkut minyak, zat kimia, dan limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta

limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat atau illegal

dumping.

Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka zat

tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang

masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di

tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat

mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Page 3: Tragedi Teluk Buyat

3

BAB II

TRAGEDI TELUK BUYAT

A. Limbah Tailing Sebagai Sumber Pencemar

Kasus Teluk Buyat, Sulawesi Utara, mendapatkan rating tertinggi dalam kasus

pencemaran lingkungan hidup di dunia tahun 2004, nyaris menyamai rekor kasus Penyakit

Minamata di Teluk Minamata, Jepang. Tragedi Minamata yang pernah terjadi di Jepang pada

era 1960-an itu seperti terulang di Indonesia. Saat itu, terjadi pencemaran merkuri dalam kadar

yang tinggi di Teluk Minamata, yang berasal dari limbah perusahaan batu baterai dan aki yang

sudah beroperasi di sana belasan tahun. Dampaknya adalah, masyarakat sekitar yang

mengonsumsi ikan menderita penyakit gangguan saraf dan kanker, atau yang dikenal dengan

Penyakit Minamata (Minamata Disease).

Penyebab tercemarnya Teluk Buyat adalah pencemaran air laut akibat logam berat

arsen (As) dan merkuri (Hg) yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. PT

Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang keladi

pencemaran ini, karena membuang tailing atau batuan dan tanah sisa ekstraksi bijih emas ke

dasar laut di Teluk Buyat.

Gambar 1

Pantai Teluk Buyat

Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari suatu proses ekstraksi bijih

logam, seperti bijih emas dan bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar biasa

Page 4: Tragedi Teluk Buyat

4

besar dari segi volume, mengingat dalam satu ton tanah yang mengandung bijih emas, hanya

terdapat 0,001 ton emas murni. Dapat dibayangkan, akan tersisa 0,999 ton tanah (yang dikenal

sebagai tailing), serta membutuhkan penanganan lanjut setelah kegiatan penambangan

tersebut.

Tailing tidak hanya berisi tanah dan batuan saja, namun juga mengandung unsur-unsur

logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk diekstraksi dari kawasan pertambangan

tersebut, seperti aluminium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sebenarnya logam-logam ini

terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing

yang sangat besar menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar, serta dapat memberikan

dampak negatif jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat sebelumnya.

Sedangkan merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama proses

pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan

tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang lebih

tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan bijih emas

yang terikat arsen.

Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi

konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang hasil pemanggangan

dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet

scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih membutuhkan

penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada.

Senyawa merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas (membantu

pengikatan emas) dalam tailing yang akan diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emas

akan terikat bersama merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri pada pengolahan tailing

tersebut, umumnya dilakukan pemerasan dengan menggunakan fabric filter.

Merkuri sisa perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut, juga harus diolah lebih

lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang terdapat dalam tailing juga harus diperhatikan,

mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri tidak akan pernah mencapai 100%.

Teknologi pembuangan tailing ke dasar laut sudah sejak lama ditinggalkan di beberapa

negara maju. Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman hingga ratusan meter dan

Page 5: Tragedi Teluk Buyat

5

beberapa puluh kilometer dari bibir pantai, namun dampak yang ditimbulkan dapat

memberikan efek negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk pula bagi

manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan, pembuangan ke dasar

laut sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini.

Sebelum tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut

mutlak untuk dipertimbangkan. Namun pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat suatu

pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah hingga suatu tingkat yang aman

dibuang ke laut sebagai lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam pembuangan

tailing ke dasar laut adalah melakukan pengolahan pendahuluan (pretreatment) dengan tujuan

untuk meminimalisasi dan imobilisasi logam-logam berat yang terkandung dalam tailing.

Saat penutupan tambangnya, 31 Agustus 2004, Newmont meninggalkan lebih dari 4 juta

ton limbah tailing di dasar teluk Buyat. Sekitar 70 keluarga nelayan kehilangan mata

pencaharian, 80% lebih dari mereka mengalami gangguan kesehatan serius, puluhan anak

putus sekolah, sementara konflik horizontal terjadi berkepanjangan. Akhirnya pemerintah

mengumumkan bahwa Teluk Buyat tercemar akibat limbah tailing tambang PT Newmont.

Namun dengan modal dan kekuasaannya, Newmont, perusahaan tambang emas terkaya di

dunia ini berupaya dengan licik memanipulasi informasi dengan mengemukakan fakta-fakta

yang berlawanan dan merugikan masyarakat sekitar.

Hasil penelitian selama Agustus sampai September 2004 memastikan arsen atau arsenik

di Teluk Buyat berasal dari pembuangan tailing PT Newmont Minahasa Raya. Pencemaran teluk

akibat pembuangan tailing di bawah termoklin atau lapisan di perairan di mana terjadi

perubahan suhu yang cepat pada arah kedalaman atau vertikal. Limbah tailing Newmont

dibuang ke pembuangan yang kedalamannya hanya 82 meter dari permukaan perairan.

Padahal sesuai analisa dampak lingkungan, lokasi pembuangan limbah harus sedalam 110

meter di bawah termoklin. Dampaknya, limbah mencemari biota laut dan lingkungan di sekitar

Teluk Buyat. Empat dari enam sumur milik warga Buyat mengandung arsen sebesar 0,07

mikrogram. Kandungan ini dinilai lebih dari standar baku mutu air minum sesuai ketetapan

Departemen Kesehatan, yaitu 0,01 mikrogram.

Page 6: Tragedi Teluk Buyat

6

B. Dampak Limbah Tailing

Sejak 1986-2004, PT Newmont Minahasa Raya meninggalkan beban derita terhadap

warga Teluk Buyat dan kerusakan lingkungan hidup yang tergolong berat. Hal ini diperkuat

dalam Laporan Resmi Tim Teknis Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Teluk Buyat (2004). Dalam laporan itu, disebutkan:

1. Berlawanan dengan klaim PT Newmont Minahasa Raya, lapisan “pelindung” termoklin

tidak ditemukan pada kedalaman 82 meter.

2. Teluk Buyat tercemar arsen dan merkuri berdasarkan ASEAN Marine Water Quality

Criteria 2004.

3. Sumber (pencemaran) arsen dan merkuri di Teluk Buyat adalah limbah tambang PT

Newmont Minahasa Raya, bukan alamiah.

4. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun akibat pencemaran

arsen.

5. Terjadi akumulasi atau penumpukan merkuri dalam makhluk dasar laut (benthos) di

Teluk Buyat.

6. Kadar merkuri dalam ikan berisiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk Buyat.

7. Kadar arsen dalam ikan berisiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk Buyat.

8. Upaya pembersihan (clean-up) di Teluk Buyat perlu dilakukan berdasarkan tingkat

ancaman terhadap kesehatan manusia (human health hazard).

9. Kadar arsen dalam air minum melampaui baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan.

10. Kadar logam berat dalam udara di Dusun Buyat Pantai secara keseluruhan paling tinggi

dibandingkan desa lainnya.

11. Pembuangan limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya melanggar undang-undang

pengelolaan limbah beracun.

Sedangkan kesimpulan Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik “Sampel

Bukti” Air, Sedimen, dan Biota Laut Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara, menunjukkan:

1. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air laut di Teluk Buyat dari sembilan titik sampling telah

melampaui ambang batas baku mutu, berdasarkan KEPMEN KLH. No. 51 Tahun 2004.

Page 7: Tragedi Teluk Buyat

7

2. Konsentrasi merkuri (Hg) dalam air Sungai Teluk Buyat telah melampaui baku mutu air

sungai kelas I dan II berdasarkan PP No. 28 Tahun 2001.

3. Konsentrasi merkuri (Hg) pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling pada

Teluk Buyat berkisar antara 52,95-883,94 (µg/Kg).

4. Konsentrasi arsen (As) total pada air laut dari sembilan titik sampling pada Teluk Buyat

berkisar antara 5,7770-50,7028 (µg/l).

5. Konsentrasi arsen (As) total pada sample bukti sediment dari sepuluh titik sampling di

Teluk Buyat berkisar antara 168,00-563.02 (µg/Kg).

6. Sampel biota yang dipancing dan ditangkap di Teluk Buyat telah terkontaminasi merkuri

(Hg) dengan kadar merkuri dalam daging antara 0,01164-0,0275 (µg/g).

7. Kandungan merkuri (Hg) pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante

ditemukan berkisar antara 0,0705-2,050 (µg/g).

8. Kandungan merkuri pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan

berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).

9. Kandungan arsen pada kuku dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan

berkisar antara 0,0757-15,8536 (µg/g).

10. Kandungan arsen pada rambut dari 50 sample penduduk Dusun Buyat Pante ditemukan

berkisar antara 0,02347-21,6186 (µg/g).

Hal ini mendorong WALHI untuk menggugat PT Newmont Minahasa Raya dengan

tuduhan merusak lingkungan dan meresahkan masyarakat. Adapun indikatornya adalah sebagai

berikut:

1. Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL) yang berada di

lapisan awal zona termoklin, yaitu pada kedalaman 82 meter, tidak berada di bawah

lapisan termoklin (kedalaman 150 meter). Hal ini menyebabkan tailing terdispersi dan

dapat ditemukan pada kedalaman 20 meter serta sudah tersebar pada radius 3,5 km

dari mulut pipa pembuangan tailing.

2. Pembuangan tailing yang salah, menyebabkan kerusakan ekosistem laut berupa:

Page 8: Tragedi Teluk Buyat

8

a. Kekeruhan pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut terdapat lingkungan

fitoplankton (produsen) yang butuh sinar matahari untuk proses fotosintesis.

b. Penurunan jumlah dan kualitas keberadaan terumbu karang di Teluk Buyat.

c. Bioakumulasi atau penumpukan terus-menerus di dalam tubuh mahkluk hidup dari

sedimen pada biota laut di daerah euphotic.

d. Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan zooplankton) akibat

tingginya kadar arsen (As) pada sedimen di Teluk Buyat.

e. Kematian ikan dalam jumlah lebih dari 100 ekor di sekitar pipa pembuangan tailing

di Teluk Buyat maupun terdampar di pantai.

3. Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam penyakit menyerang

tubuh mereka akibat konsumsi air minum dan ikan yang mengandung logam berat.

4. Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup dalam pembuangan limbah

ke laut maupun pengolahan limbah.

Dalam gugatan legal standing ini, WALHI menuduh PT Newmont Minahasa Raya telah

melakukan perbuatan melawan hukum atas pasal 41 (1) junto pasal 45,46,47 Undang-undang

No. 23 Tahun 1997 tentang Pencemaran Llingkungan, Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Anehnya, dalam proses persidangan

tanggal 12 Juni 2007, PT Newmont Minahasa Raya merasa tidak bersalah dan malah menggugat

balik WALHI senilai US$ 100.000. Padahal Newmont sudah menyebabkan banyak kerugian pada

lingkungan dan juga masyarakat Teluk Buyat.

Walaupun beberapa pihak mengatakan bahwa penyakit yang diderita masyarakat Teluk

Buyat bukanlah Penyakit Minamata, namun gejala-gejala yang ditunjukkan sangat mirip dengan

Penyakit Minamata. Penyakit Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang disebabkan

oleh keracunan akut air raksa. Gejala-gejala sindrom ini seperti kesemutan pada kaki dan

tangan, lemas-lemas, penyempitan sudut pandang, dan degradasi kemampuan berbicara dan

pendengaran. Pada tingkatan akut, gejala ini biasanya memburuk disertai dengan kelumpuhan,

kegilaan, koma, dan akhirnya meninggal.

Page 9: Tragedi Teluk Buyat

9

Gambar 2 Gambar 3

Penderita Penyakit Minamata Penderita Penyakit Minamata

Penyakit ini mendapat namanya dari kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang,

yang merupakan daerah di mana penyakit ini mewabah mulai tahun 1958. Ratusan orang

meninggal akibat penyakit yang aneh dengan gejala kelumpuhan syaraf. Dari kebudayaan

setempat diketahui bahwa orang Jepang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi ikan laut dalam

jumlah banyak. Ikan tersebut mengandung merkuri, yang akhirnya diketahui bersumber dari

pabrik batu baterai Chisso.

Merkuri banyak digunakan dalam industri seperti termometer, tambal gigi, baterai, dan

soda kaustik. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan khlor, belerang, dan oksigen senyawa

untuk membentuk garam merkurium yang sering digunakan dalam industri krim pemutih kulit.

Di alam, logam merkuri dapat ditransformasikan menjadi bentuk senyawa metil

merkuri. Konsentrasi merkuri di udara biasanya rendah dan jarang menjadi sumber

permasalahan, berbeda ketika memasuki perairan. Pada perairan, merkuri dengan mudah

berikatan dengan unsur kimia khlor. Ikatan dengan ion khlor akan membentuk merkuri

anorganik yang mudah masuk ke dalam plankton dan dapat berpindah ke biota laut lain, seperti

karang, ikan, dan sebagainya.

Pada biota laut inilah merkuri anorganik mengalami perubahan menjadi merkuri organik

(metil merkuri). Selain itu, kondisi asam dan kadar ozon pada perairan mendorong aktivitas

Page 10: Tragedi Teluk Buyat

10

bakteri mengubah merkuri menjadi metil merkuri. Sifat metil merkuri dapat terakumulasi dalam

tubuh ikan, sehingga ikan mengandung metil merkuri lebih banyak lagi.

Ikan-ikan yang telah terkontaminasi menjadi ancaman kesehatan serius bagi manusia

ketika rantai makanan itu menyambung ke manusia. Sekali berada dalam tubuh, metil merkuri

sangat lambat tercuci. Oleh sebab itu, memakan ikan yang tercemar metil merkuri dengan dosis

di bawah ambang pun, jika dilakukan dalam jangka waktu lama, akan meningkatkan jumlah

merkuri di dalam tubuh.

Gambar 4

Akumulasi Metil Merkuri Melalui Rantai Makanan

Pada tubuh manusia, metil merkuri menyebar ke seluruh jaringan terutama darah dan

otak. Sekitar 90% ditemukan dalam darah merah dan sisanya diekskresikan melalui empedu ke

tinja, juga urin. Metil merkuri memasuki tubuh manusia melalui tiga cara, yaitu melalui kulit,

inhalasi (pernafasan), maupun lewat makanan. Bila masuk melalui kulit akan menyebabkan

reaksi alergi kulit berupa iritasi kulit. Reaksinya tidak terlalu lama, cukup mandi beberapa kali

pada air yang tercemar merkuri, kulit pun akan segera mengalami iritasi.

Konsentrasi metil merkuri ditemukan pada ginjal, hati, dan otak. Selain itu juga nephritis,

efek-efek saraf, dan jantung. Pada keracunan akut dapat menimbulkan gangguan sistem saluran

pencernaan dan pernafasan. Metil merkuri juga dapat menembus blood brain barrier dan

menimbulkan kerusakan di otak.

Page 11: Tragedi Teluk Buyat

11

Metil merkuri yang masuk tubuh manusia akan menyerang sistem saraf pusat, akibatnya

terjadi degenerasi sel-sel syaraf pada otak kecil, sarung selaput syaraf, dan bagian otak yang

mengatur penglihatan. Penderitanya mengalami kesemutan (paresthesia), gangguan bicara,

hilang daya ingat, ataxia, dan kelainan syaraf lainnya. Penderita kronis penyakit ini mengalami

sakit kepala, sering lelah, hilang indera perasa dan penciuman, dan menjadi pelupa. Gejala-

gejala dapat berkembang lebih buruk menjadi seperti kesulitan menelan, kelumpuhan,

kerusakan otak, dan kematian.

Diperkirakan lebih dari 100 warga Teluk Buyat menderita Penyakit Minamata. Gejala

penyakit itu diawali gatal-gatal dan kejang pada tubuh penderita, kemudian muncul benjolan.

Benjolan muncul dalam banyak varian pada sejumlah penderita, di tangan, kaki, tengkuk,

pantat, kepala, atau payudara. Rata-rata penderita mengalami gejala tersebut.

Gambar 5

Gejala Penyakit Minamata

Penyakit yang merebak di masyarakat nelayan akibat kontaminasi logam berat di Teluk

Buyat, disebut-sebut lebih berbahaya daripada Penyakit Minamata. Penyakit Minamata harus

menunggu 20 tahun untuk bisa diketahui akibatnya, namun penyakit yang menyerang

masyarakat Teluk Buyat cukup 6 tahun sudah mendatangkan kematian. Penyakit Minamata

hanya disebabkan oleh kontaminasi satu logam berat yaitu merkuri, sedangkan penyakit

masyarakat Teluk Buyat disebabkan oleh beberapa logam berat yaitu merkuri, arsen, sianida,

antimon, dan lainnya.

Page 12: Tragedi Teluk Buyat

12

C. Langkah Penanganan

Dalam menanggulangi kasus pencemaran Teluk Buyat, Tim Teknis Penanganan Kasus

Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat merekomendasikan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Disarankan dilakukan pemantauan Teluk Buyat oleh pihak PT. Newmont Minahasa Raya

dan juga pemerintah sampai dengan 30 tahun yang akan datang.

2. Masyarakat setempat yang terkena penyakit mempunyai gejala yang sama dengan

gejala yang diakibatkan terpapar oleh arsen, karena itu diperlukan penanganan medis

yang lebih lanjut.

3. Kondisi Teluk Buyat dikategorikan mempunyai risiko tinggi terhadap kesehatan manusia

dengan adanya ikan yang mengandung arsen dan merkuri, maka masyarakat disarankan

untuk mengurangi konsumsi ikan yang berasal dari Teluk Buyat.

4. Perlu dipertimbangkan untuk merelokasi penduduk Dusun Buyat Pante ke tempat lain.

5. Perlu dilakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan perundang-

undangan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh PT. Newmont Minahasa Raya.

6. Kajian hukum tim teknis merekomendasikan pemerintah untuk selanjutnya melarang

pembuangan limbah tambang atau tailing ke laut.

Page 13: Tragedi Teluk Buyat

13

BAB III

KESIMPULAN

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama yang harus diselesaikan,

karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia. Akibat kegiatan

pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa Raya, ekosistem perairan laut di Teluk

Buyat rusak parah akibat buangan 2000 ton tailing setiap hari. Bukan itu saja, kondisi

masyarakat di sekitar Teluk Buyat yang mengantungkan hidupnya dari hasil laut dan harus

bertahan hidup di wilayah tersebut karena tekanan kemiskinan, harus menerima akibat dari

pencemaran dan perusakan ekosistem Perairan Teluk Buyat. Terkontaminasi logam berat arsen,

lahan tangkapan ikan berpindah jauh ke tengah laut, yang semuanya itu menurunkan kualitas

hidup sebagian masyarakat Teluk Buyat.

Pencemaran Teluk Buyat adalah bentuk bencana ekologis yang merupakan suatu bukti

tidak bertanggungjawabnya kita, manusia, dalam menjaga bumi sebagai tempat tinggal dan

hidup. Perusakan ekosistem laut akibat timbunan tailing yang mengandung logam-logam berat

mengkontaminasi biota dan bahkan meracuni masyarakat sekitar yang bermukim di sekitarnya.

Kasus Teluk Buyat, menjadi salah salah satu model pengelolaan lingkungan hidup yang

harus mengorbankan masyarakat. Inilah kenyataan yang terjadi dan harus bangsa Indonesia

hadapi, akibat dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam, dan setelah mengeruk

keuntungan melimpah, lingkungan lagi yang dijadikan tempat sampahnya.

Mungkin banyak manusia yang lupa, Tuhan menciptakan alam semesta untuk

kesejahteraan manusia, bukan untuk dirusak dan dihancurkan.

Page 14: Tragedi Teluk Buyat

14

SUMBER

o http://64.203.71.11/kesehatan/news/0407/20/074641.htm

o http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran

o http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Minamata

o http://indocorpwatch.wordpress.com/2008/02/27/pt-newmont-minahasa-raya-

pencemar-teluk-buyat/

o http://isoi.blogspot.com/2004/12/teluk-buyat-benar-tercemar-arsen.html

o http://pantarhei1filsafat1ugm.wordpress.com/2008/05/16/minamata/

o http://www.activeboard.com/forum.spark?forumID=50603&p=3&topicID=2188622

o http://www.gatra.com/2004-07-28/artikel.php?id=42463

o http://www.jatam.org/content/view/79/24/

o http://www.sinarharapan.co.id/berita/0408/09/sh01.html

o http://www.sinarharapan.co.id/berita/0408/14/sh02.html

o http://www.suarapembaruan.com/News/2004/08/07/Kesra/kes04.htm

o http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/08/27/nrs,20040827-02,id.html

o http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=4042&lang=