BAB I PENDAHULUAN -...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Widal adalah suatu pemeriksaan untuk antibodi terhadap bakteri
Salmonella typhi, pertama digunakan pada tahun 1896 (Sacher, 2004).
Dalam kultur darah penderita demam tifoid ditemukan bakteri S.typhi
(Karsinah et al, 1994), walaupun secara bakteriologik dinyatakan positif
S.typhi hasil uji widal dapat dinyatakan negatif, sebaliknya hasil uji widal
positif belum tentu demam tifoid (Muliawan, 1999).
Uji serologi widal sampai sekarang merupakan alat diagnosis yang
penting dalam menegakan diagnosa demam tifoid, walaupun demikian
beberapa peneliti melaporkan uji ini kurang spesifik dan sensitif karena dapat
terjadi reaksi silang antara antibodi Salmonella lain, dimana kemungkinan
terkontaminasi organisme lain di sekitar lingkungan sangat besar (Bakhri,
2003)
Staphylococcus sp. adalah bakteri fakultatif anaerob berbentuk bulat
bergerombol dengan sifat gram positif. Beberapa diantaranya merupakan
flora normal kulit, saluran nafas, dan selaput mukosa manusia dan hewan,
sebagian lainnya menyebabkan supurasi serta septikimia. Staphylococcus sp.
menginfeksi melalui selaput mukosa misal terjadi luka sehingga masuk ke
aliran darah melalui luka sehingga menyebabkan infeksi, selain itu seringkali
hal ini berhubungan dengan alat-alat yang diimplant, khususnya pada pasien
1
2
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Jawetz, 2005).
Staphylococcus sp. adalah bakeri yang bersifat oportunistik dan menjadi
bakterimia yang masuk saat pengambilan darah walaupun diberi desinfektan,
bakteri ini tetap masuk melalui intravena, kateter, atau tempat tusukan jarum
dan menyebabkan infeksi (Vandepitte et al, 2010). Bakterimia adalah
keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah
(chuck, 1996).
Staphylococcus sp. cepat menjadi resisten terhadap beberapa
antimikroba dan ini merupakan masalah besar pada terapi (Jawetz, 2005).
Dinding sel bakteri Staphylococcus sp. mengandung banyak lapisan
peptidoglikan yang membentuk struktur tebal dan kaku, serta mengandung
asam teikoat yang mengandung alcohol dan fosfat (Pratiwi, 2008). Gambaran
meningkatnya resistensi suatu mikroba tergantung pada lamanya penggunaan
suatu antibiotik dan pemberian jenis antibiotik, peningkatan resistensi ini
semakin cepat akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat yakni dalam
pemberian dosis. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan uji sensitivitas
bakteri yang mungkin bersifat resisten (Hadinegoro, 1999).
Melihat hasil kultur darah widal positif terdapat Staphylococcus sp.
maka perlu dilakukan uji sensitivitas antibiotik pada hasil kultur darah widal
positif pada pasien Puskesmas Kedungmundu dan RSUD Ketileng Semarang.
Maka akan di lakukan pengamatan resistensi bakteri asal kultur darah widal
positif pasien Puskesmas Kedungmundu dan RSUD Ketileng Semarang.
3
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : ”Bagaimanakah
profil resistensi Staphylococcus sp. asal kultur darah widal positif dari pasien
Puskesmas Kedungmundu dan RSUD Ketileng Semarang terhadap
antibiotik?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil resistensi
Staphylococcus sp. asal kultur darah widal positif dari pasien Puskesmas
Kedungmundu dan RSUD Ketileng Semarang terhadap antibiotik
Kloramfenikol, Tetrasiklin, Oksasillin, Eritromisin, Vancomisin, dan
Trimetoprim sulfametoksasol.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai profil resistensi
Staphylococcus sp. asal kultur darah widal positif, sehingga dapat menjadi
masukan bagi tenaga medis dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi pasien
widal positif.